ASPEK PER SEKTOR BAB
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
BAB
ASPEK PER SEKTOR
6.1.
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
6.1.1. ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan dokumen RP2KP, isu strategis dalam hal pembangunan perumahan
permukiman Kota Serang yang mendesak ditangani antara lain:
Lingkungan Permukiman Kumuh
Secara umum permukiman di Kota Serang dapat dibedakan dalam tipologi yaitu
perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan, wilayah perdesaan dan
wilayah bersejarah. Pada type perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan
terdapat bagian wilayahnya yang termasuk dalam kawasan cagar budaya, karena
didalamnya terdapat bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda yang
tersebar di Kecamatan Serang (Kelurahan Serang dan Kota Baru) serta
Kecamatan Kasemen (Desa Banten). Type perumahan dan permukiman di
wilayah perkotaan yang dikategorikan urban terdapat di sekitar jalan/jalur utama
antar kecamatan atau kota. Sedangkan type perumahan dan permukiman di
wilayah pesisir dikategorikan rural karena jauh dari jalur transportasi
sebagaimana terdapat disepanjang wilayah pesisir Kota Serang.
Pada umumnya pengembangan perumahan di wilayah Kota Serang dilaksanakan
baik secara individu oleh masyarakat maupun dengan keikutsertaan pihak swasta
(pengembang). Beberapa kawasan perumahan yang telah dibangun oleh Pihak
Swasta diantaranya, adalah Komplek Perumahan Ciceri Indah, Ciceri Permai,
Permata Serang, Taman Puri, Taman Widya Asri, Taman Cimuncang, Taman
Lopang Indah, Bumi Serang Damai, Titan Arum, Bumi Agung Permai I, Bumi
Agung Permai II, Taman Banten Lestari, Taman Mutiara Indah, Banten Indah
Permai, Persada Banten, Citra Gading, Puri Serang Hijau, Banjar Asri, Taman
Graha Asri, Griya Permata Asri dan sebagainya.
Hal 6-1
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
Pola permukiman ibu kota kecamatan yang berada di sekitar jalur utama SerangJakarta mengikuti alur jalan yang ada dengan kondisi bangunan sebagian besar
permanen dan semi permanen. Pola permukiman di wilayah perdesaan
mengelompok pada satuan lahan non pertanian yang kurang produktif dengan
kondisi bangunan umumnya semi permanen. Pola permukiman di wilayah pesisir
tersebar tidak beraturan dan sporadis sehingga bentuk permukiman mengikuti
pola jaringan jalan utama yang ada. Selengkapnya mengenai sebaran kondisi
perumahan dan sebaran permukiman di Kota Serang dapat dilihat pada tabel 4.1
dan gambar 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Jumlah Rumah Berdasarkan Kondisi di Kota Serang
Jumlah Rumah (Unit)
No
Kecamatan
Semi
Permanen
Permanen
Total
1
Serang
980
33.474
34.454
2
Taktakan
540
13.478
14.018
3
Kasemen
7.651
10.322
18.419
4
Walantaka
606
14.038
14.644
5
Cipocok Jaya
5.049
7.388
12.437
6
Curug
1.072
8.642
9.714
JUMLAH
15.898
87.342
103.686
Sumber : Bappeda Kota Serang, 2008
6.1.2. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah
wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh
permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial.
Untuk mencapai hal tersebut terlebih dahulu perlu diketahui peraturan
perundangan di tingkat Kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur,
peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh
tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan
permukiman.
Pertumbuhan bangunan cenderung cepat dan dikuatirkan bisa melenceng dari
konsep pembentukan kawasan kota yang tanggap terhadap fungsi masa kini
sedangkan Pola penanganan kawasan koridor Jalan Raya Pandeglang & Jalan
Hal 6-2
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
Palima Raya pada saat ini belum mendukung terbentuknya Kawasan kota yang
baik
karena belum ada kegiatan dan sarana prasarana yang mendukung
pengembangan kota baru di daerah ini yang cukup signifikan
Bentuk dan dimensi Bangunan
Beberapa bangunan di kota Serang dan kawasan perencanaan pada khususnya
masih merupakan bangunan kelas rendah yang berkisar antara 2-3 lantai,
walaupun ada beberapa bangunan yang mencapai 4 lantai. Biasanya bangunan
bertingkat sedang tersebut fungsinya sebagai ruko .
Pada awal perkembangannya, bangunan yang terdapat di kiri dan kanan Jalan
Serang Lama merupakan bangunan perumahan dan sebagian penginapan, warung
atau kios (ruko). Bentuk bangunan awal tersebut dicirikan sbb:
Bentuk atap : atap perisai.
Posisi bangunan relatif jauh dari jalan (dengan kondisi saat ini, berjarak
maksimal 10m dari bahu jalan)
Lebar bangunan berkisar antara 8 – 12m.
Gambar 2.11. Tipologi Bangunan
Seiring dengan perkembangan kawasan ini maka dilakukan beberapa
penyesuaian kebutuhan seperti pelebaran jalan, pembuatan trotoar, saluran
irigasi, saluran drainase, tiang listrik dan telepon.
Lebar muka bangunan mengalami penyesuaian. Jika pada awalnya terdapat lahan
kosong di samping bangunan rumah, sebagian besar bangunan memaksimalkan
Hal 6-3
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
lebarnya sesuai dengan lebar kavling, mengingat kebutuhan fungsi dan harga
tanah.
Hampir seluruh bangunan yang ada di dalam Area Perencanaan saat ini memiliki
bentuk bangunan kotak (rectangular). Hal ini terjadi karena beberapa
kemungkinan:
Orientasi ke Arah jalan yang berbentuk garis lurus membujur dari arah Timur ke
Barat begitupun sebaliknya
Efisiensi lahan karena harga tanah di dalam kawasan yang relatif sangat tinggi.
Fleksibilitas, dengan bentuk kotak bangunan menjadi lebih mudah mengalami
penyesuaian bila bangunan mengalami perubahan fungsi.
Ketinggian bangunan memiliki variasi yang cukup tinggi. Beberapa bangunan
memiliki ukuran yang sangat besar (misalnya perkantoran Provinsi Banten), akan
tetapi rata-rata bangunan yang ada dalam kawasan berukuran relatif kecil.
Beberapa bangunan memiliki ketinggian 2-4 lantai, akan tetapi sebagian besar
merupakan bangunan 1 lantai.
Arsitektur Bangunan
Pembahasan Arsitektur Bangunan dibagi dalam dua kelompok yaitu berdasarkan
relasi antara bangunan satu dengan yang lain dan penampilan dari masing-masing
bangunan sebagai obyek aristektur.
Secara keseluruhan dalam kawasan ini terdapat dua jenis relasi antar bangunan,
yaitu :
Relasi pertama yang ditampilkan oleh kelompok bangunan tradisional atau dalam
konteks kawasan ini bangunan-bangunan yang relatif berusia tua atau merupakan
karakter bangunan yang mewakili kondisi setempat. Relasi antar bangunan
ditentukan oleh sistem nilai yang hidup dalam kelompok masyarakat tradisional
banten yang seperti masyarakat pedesaan pada umumnya cenderung berorientasi
ke dalam karena mengutamakan kebersamaan (komunalisme). Sistem nilai
mereka ini termanifestasi dalam lingkungan permukiman yang membentuk
klaster-klaster kecil dikelilingi oleh perkebunan dan ladang tempat mencari mata
pencaharian.
Adapun relasi bangunan yang lain diwakili oleh bangunan-bangunan baru yang
dimiliki oleh masyarakat yang menganut sistem nilai yang berbeda yaitu
Hal 6-4
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
cenderung individualistis. Hal ini termanifestasi dalam bangunan-bangunan yang
tidak lagi membentuk klaster-klaster tetapi membentuk garis linier atau pola grid
yang kaku.
Adapun dari penampilan bangunan sebagai obyek arsitektur, terlihat bahwa
dalam kawasan ini tidak terdapat pedoman pembangunan. Setiap bangunan boleh
secara bebas mencari dan menentukan bentuk dan wajah. Akibatnya secara
kolektif bangunan-bangunan yang ada dengan penampilan yang berbeda-beda
tidak dapat membentuk karakter terhadap lingkungannya.
Kepadatan Bangunan
Kepadatan bangunan diperhitungkan atas jumlah unit bangunan terhadap lahan
terbangun (built-up area). Dari pengamatan lapangan dan dibantu foto udara,
cukup jelas bahwa terdapat konsentrasi bangunan yakni di area permukiman
penduduk, sedangkan pada koridor jalan didapati jumlah bangunan berlantai
lebih dari satu dan cenderung padat .
Untuk wilayah selatan Jalan Raya Pandeglang dan sepanjang Jalan Palima Raya,
kondisi bangunan relatif tidak padat . Di bagian tengah wilayah perencanaan,
masih tersisa beberapa ruang kosong yang dalam waktu relatif singkat akan
segera berubah menjadi perumahan atau tempat usaha dengan tingkat kepadatan
tinggi. Sehingga wacana tentang pengembangan landed housing pada masa
mendatang seharusnya mulai digantikann dengan vertikal housing (perumahan
bersusun)
Morfologi Kawasan
a.
Urban Morphology
Urban Morphology adalah sebuah pendekatan untuk memahami keterkaitan antara
bentuk dan struktur dengan makna dari kawasan perencanaan, bentuk dan struktur
(keterkaitan spesifik antara bangunan-bangunan, ruang terbuka dan jalan). Makna
dalam hal ini dibatasi pengertiannya sebagai fungsi yang ada atau yang
berlangsung dalam kawasan.
Berdasarkan peta (foto udara) serta hasil pengamatan visual langsung di lapangan,
dapat diambil suatu hipotesa bahwa di dalam wilayah pengamatan terdapat
beberapa bentuk dan struktur yaitu: linier (susunan bangunan yang berjajar
mengikuti jalan), klaster/cluster (susunan bangunan
yang mengelompok
membentuk sebuah pelataran atau ruang terbuka) dan grid (kelompok bangunan
yang tersusun dalam pola grid/ papan catur). Ditemui bentuk dan struktur yang lain
atau gabungan dari 3 bentuk dan struktur tersebut.
Hal 6-5
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
Dari beberapa altematif wujud tersebut akan dapat diidentifikasi makna (yang
diwakili oleh fungsi) yang ada di sana. Ada beberapa makna yang dominan yaitu
komersial, permukiman atau campuran/gabungan dari 2 fungsi sekaligus.
Ditemukan keterkaitan spesifik antara wujud dan makna:
Bentuk/struktur linier akan terkait dengan makna komersial,
Bentuk/struktur kluster akan terkait dengan makna permukiman .
Hipotesa ini akan mendukung perumusan usulan pengembangan kawasan. Dimulai
dari fungsi (= makna) maka bentuk/struktur fisiknya akan menyesuaikan dengan
fungsi tersebut. Misalnya untuk fungsi komersial maka bentuk/struktur fisiknya
adaiah linier. Demikian juga kalau fungsi yang kita usulkan permukiman modern,
maka susunan bangunannya adaiah grid.
Karena wilayah perencanaan merupakan satu kesatuan kawasan pengembangan
yang menganut pola pengembangan koridor dan pola pengembangan blok , maka
dalam melakukan identifikasi taksonomi dari urban morphology, adalah meliputi
susunan yang berbentuk linier dan grid.
b. Urban Typology
Urban Typology lebih melihat bagian-bagian dari bangunan dan makna yang
diwakilinya. Apabila bagian bangunan yang akan dianalisa adaiah façade, maka
hipotesanya akan ada jenis facade tertentu (misalnya kotak-kotak) yang mewakili
makna (fungsi) komersial. Atau bisa juga kita ambil bentuk atap. Misalnya bentuk
atap segitiga / pelana memaknai fungsi permukiman . Hal-hal lain yang dapat
diambii sebagai penentu tipologi adaiah bentuk ruang terbuka, warna bangunan,
bentuk bangunan, material utama, dan sebagainya.
Apabila hasil dari pendekatan urban typology ini digabungkan dengan pendekatan
Urban Morphology maka kita akan mendapatkan dasar untuk mengusulkan
pengembangan kawasan, yaitu meliputi : fungsi, susunan antara bangunan, ruang
terbuka, jalan, dan bentuk bangunan. Disamping itu juga akan mendukung
pembagian kawasan ke dalam beberapa bagian (sub-kawasan).
Elemen Kawasan
Menurut teori Citra Kota (The Image of The City) dari Kevin Lynch, pembentuk
citra kawasan mempunyai lima elemen yaitu :
Hal 6-6
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
a.
Paths (Jalur)
Merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan
pergerakan secara umum ; dalam hal ini adalah Jalan Raya Pandeglang dan Jalan
Palima Raya sebagai elemen yang paling penting dalam citra kawasan dan
membentuk skeleton kawasan. Dalam hal ini termasuk juga jejalur pedestrian
yang terdapat pada area permukiman.
b. Edges (Tepian)
Merupakan elemen linear yang tidak dipakai / dilihat sebagai path. Biasanya
berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus
linear, yang dalam hal ini adalah minimal 100 meter sebagai batas fisik koridor
wilayah pengamatan.
c.
District (Wilayah)
Merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi yang memiliki ciri
khas yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya) dan khas pula dalam batasnya,
dimana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya, yakni Kawasan Pusat
Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Kawasan Rekreasi Waterboom, dan area
pemukiman.
d. Nodes (Simpul)
Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau aktivitasnya
saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain, yaitu Persimpangan
Sempu, Persimpangan Tembong, Persimpangan Palima, dan Persimpangan Petir .
Namun tidak setiap persimpangan jalan adalah node. Yang menentukan adalah
citra place-nya. Atau dalam pemahaman lain bahwa node tercipta karena adanya
kegiatan yang dominan pada lokasi dimaksud.
e.
Landmarks (Tetenger)
Merupakan titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk ke
dalamnya karena bisa dilihat dari luar dan sebagai bentuk visual yang menonjol
dari kawasan, seperti Masjid Raya KP3B. Sebagai suatu kawasan pengembangan
RTBL tentunya diharapkan ada landmark yang cukup signifikan dan bisa mewakili
makna dari keseluruhan kawasan.
Keseimbangan Lingkungan
Hal 6-7
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
Tolak ukur tercapainya keseimbangan lingkungan di Kawasan perencanaan
adalah seberapa besar daya dukung lingkungan alam dapat merespon positip
kegiatan budidaya yang ada. Pengembangan permukiman di wilayah recharge
area, pembuangan limbah rumah tangga tanpa treatment, minimnya sumur
resapan air hujan, dan lain – lain mengindikasikan kuat tentang semakin
rentannya daya dukung lahan akibat penetrasi kegiatan yang hanya berorientasi
ekonomi.
Kecepatan dan Ruang
Ruang hanya dapat dialami sebagai suatu sintesis dari indera - indera manusia :
penglihatan, rabaan, pendengaran, gerakan dan penciuman. Pengalaman ruang
sepenuhnya tergantung pada kapasitas inderawi dalam memahami ruang.
Lissitzky merumuskan empat cara memandang ruang dari berbagai cara sehingga
citra dan ilusi ruang dapat diperoleh. Persepsi ruang dapat direduksi menjadi
ruang planimetrik atau dua dimensional, ruang tiga dimensional, ruang irrasional
atau empat dimensional dan ruang imajiner. Persepsi terhadap ruang merupakan
sintesis dari keempat fenomena ini.
Salah satu aspek dominan mempengaruhi perencanaan RTBL Kawasan Koridor
Jalan Raya Pandeglang dan Jalan Palima Raya adalah keterkaitan antara aspek
Kecepatan atau Speed dengan Ruang Manusia atau Human
Space dan Kecepatan menjadi salah satu aspek yang menentukan dalam penataan
koridor jalan pada lokasi kajian selain aspek keamanan dan kenyamanan.
Kecepatan akan mempengaruhi persepsi pengendara mengenal ruang yang ada di
sekelilingnya. Kecepatan sangat berpengaruh pada kemampuan manusia
menangkap citra. Sebagai contoh manusia dapat mengenal bentuk, tekstur dan
warna daun di dalam taman suatu rumah. Namun dalam perjalanan, dengan
kecepatan sedang (20 – 60 km/jam) ia hanya dapat mengenal outline bentuk dan
warna tanaman dan pada kecepatan tinggi (>60 km/jam) ia hanya dapat mengenal
warna sekumpulan tanaman saja. Kecepatan juga sangat dipengaruhi oleh
penataan bangunan dan lansekap.
Pada Penataan Bangunan, alignment atau kelurusan bangunan akan berpengaruh
pada kesan menekan, atau leluasa, jarak bangunan yang teratur akan memberikan
rasa tenang, bukan ‘galau’ atau chaos. Penataan vegetasi, yang mempunyai unsur
warna, tekstur, bentuk dan dimensinya dapat dimanfaatkan untuk pembentuk
suasana, mengarahkan pergerakan, menunjukkan orientasi.
Dari disiplin teknik lalu lintas pun, aspek kecepatan akan memberikan warna
pada ragam kecepatan kendaraan, jenis simpangan, kebijakan bagi pedestrian dan
Hal 6-8
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
volume yang akhirnya menentukan kebutuhan akan fasilitas yang
mengakomodasinya.
6.1.2.1 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, juga
mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat
pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi yang
akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya
kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan
yang layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya.
Dengan demikian upaya menempatkan bidang permukiman dan infrastruktur
sebagai salah satu sektor prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia yang
seutuhnya adalah sangat strategis.
Persoalan permukiman dan infrastukrur di Indonesia sesungguhnya tidak terlepas
dari dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan
pemerintah di dalam mengelola permukiman dan infrastruktur. Penyusunan
strategi untuk penyelenggaraan permukiman dan infrastruktur, sesungguhnya
secara lebih komprehensif telah dilakukan sejak Pelita V dalam bentuk
Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan, namun penekanannya masih
terbatas kepada aspek perumahan saja. Dalam perjalanannya, acuan tersebut
dirasakan kurang sesuai lagi dengan berbagai perkembangan permasalahan yang
semakin kompleks, sehingga diperlukan pengaturan dan penanganan perumahan
dan permukiman yang lebih terintegrasi. Sehingga untuk itu perlu disusun suatu
kebijakan dan strategi baru yang cakupannya dapat meliputi bidang permukiman
dan infrastruktur perkotaan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Bidang sarana dan prasarana memiliki peranan yang sangat penting dalam
mendukung aktivitas ekonomi, sosial, budaya, serta kesatuan dan persatuan
bangsa, terutama sebagai modal dasar dalam memfasilitasi interaksi dan
komunikasi di antara kelompok masyarakat, serta mengikat dan menghubungkan
antarwilayah. Pengembangan sarana dan prasarana sumber daya air ditujukan
untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan penyediaan air untuk berbagai
keperluan masyarakat, seperti air minum, pembangkit tenaga listrik dan
pengendalian banjir yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Demikian pula, sarana dan prasarana lainnya, seperti
jalan, jembatan, prasarana dan sarana dasar permukiman yang merupakan modal
esensial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sosial-ekonominya. Selain itu,
diperlukan pula pengembangan sarana dan prasarana komunikasi dan informatika
Hal 6-9
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
yang ditujukan untuk menjamin kelancaran arus informasi baik untuk
mendukung kegiatan pemerintahan, perekonomian, maupun sosial.
Tantangan Bidang Permukiman dan Infrastruktur
Penyamaan persepsi mengenai hakekat perumahan dan permukiman masih
menjadi tantangan yang mendasar, mengingat bahwa berbagai persoalan
penyelenggaraan perumahan dan permukiman sesungguhnya muncul dari adanya
perbedaan sudut pandang para pelaku pembangunan tentang hakekat dan makna
perumahan dan permukiman itu sendiri. Hal tersebut tercermin antara lain dari
kebijakan dan strategi operasional yang dipilih oleh masing-masing pelaku, dan
tidak mudah untuk secara efektif dapat dikoordinasikan. Kebijakan dan strategi
nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman sangat bertumpu pada
falsafah dan hakekat perumahan dan permukiman itu sendiri, yang antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan,
sandang, pendidikan dan kesehatan. Selain berfungsi sebagai pelindung
terhadap gangguan alam/cuaca dan makhluk lainnya, rumah juga memiliki
peran sosial budaya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya
dan nilai kehidupan, penyiapan generasi muda, dan sebagai manifestasi
jatidiri.
Dalam
kerangka
hubungan
ekologis
antara
manusia
dan
lingkungannya maka terlihat jelas bahwa kualitas sumber daya manusia di
masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan
permukimannya.
2. Pembangunan perumahan diyakini juga mampu mendorong lebih dari seratus
macam kegiatan industri yang berkaitan dengan bidang perumahan dan
permukiman, sehingga penyelenggaraan perumahan dan permukiman sangat
berpotensi di dalam menggerakkan roda ekonomi dan upaya penciptaan
lapangan kerja produktif. Sebaliknya kegiatan industripun semestinya dapat
dilihat sebagai titik tolak untuk menangani permasalahan perumahan dan
permukiman, terutama di kawasan-kawasan yang berkembang sebagai sentra
atau koridor industri. Produktivitas dan efisiensi industri seyogyanya juga
dapat ditingkatkan secara seimbang dan selaras dengan penanganan
permasalahan perumahan dan permukiman bagi para pekerja industri.
3. Bagi banyak masyarakat Indonesia terutama golongan menengah ke bawah,
rumah juga dapat merupakan barang modal (capital goods), karena dengan
asset rumah ini mereka dapat melakukan kegiatan ekonomi di dalam
mendukung kehidupan dan penghidupannya.
Hal 6-10
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
Karenanya, permasalahan perumahan dan permukiman tidak dapat dipandang
sebagai permasalahan fungsional dan fisik semata, tetapi lebih kompleks lagi
sebagai permasalahan yang berkaitan dengan dimensi kehidupan bermasyarakat
yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, teknologi, ekologi maupun politik.
Perbedaan-perbedaan sudut pandang yang ada sesungguhnya bukan untuk
dipertentangkan, tetapi sebagai suatu upaya untuk memperkaya tinjauan agar
dapat lebih memandang persoalan perumahan dan permukiman secara lebih
holistik. Kesadaran akan adanya keragaman tersebut penting, karena hal tersebut
dapat melahirkan alternatif-alternatif strategi penyelenggaraan di bidang
perumahan dan permukiman untuk menuju Visi yang diinginkan. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu konsep tentang perumahan dan
permukiman yang lebih sistemik dan mampu mengakomodasikan perkembangan
aspirasi yang ada. Kesamaan persepsi tersebut diperlukan agar dapat menjadi titik
tolak bagi penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang lebih
komprehensif dan sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing lembaga
penyelenggaranya. Upaya untuk merangkum pandangan-pandangan di atas telah
dirumuskan secara konseptual dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Permukiman, yang menyatakan bahwa :
Perumahan adalah :
Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Permukiman adalah :
Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
6.1.3 ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Kota Serang mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena berada di jalur
utama penghubung lintas Jawa-Sumatera. Kota Serang juga dilintasi jalan negara
lintas Jakarta-Merak serta dilintasi jalur kereta api lintas Jakarta-Merak. Selain
itu pula Kota Serang merupakan pintu gerbang atau transit perhubungan darat
antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Hal 6-11
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
Wilayah Kota Serang didasarkan pada kecenderungan perkembangan wilayah
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor potensi wilayah, homogenitas wilayah,
aksesibilitas dan keterbatasan fisik yang dapat dikembangkan. Berdasarkan
kecenderungan tersebut struktur tata ruang Kota Serang adalah sebagai berikut :
Wilayah Serang bagian tengah cenderung berkembang sebagai pusat
pemerintahan, permukiman perkotaan pelayanan perdagangan dan jasa, pusat
koleksi dan distribusi terpusat di Kecamatan Serang dan Cipocokjaya dengan
wilayah pendukungnya adalah Kecamatan Kasemen.
Wilayah Serang bagian Selatan cenderung berkembang membentuk pusat
pertumbuhan baru terutama pada wilayah yang berdekatan dengan kawasan
KP3B (Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten), selain itu kegiatan
permukiman baik yang dibangun oleh masyarakat secara pribadi maupun
oleh pengembang diperkirakan akan semakin pesat, keberadaan permukiman
di wilayah selatan dapat menarik kegiatan perdagan dan jasa untuk
melayanai segala kebutuhan masyarakat. Simpul utama bagi pertumbuhan di
wilayah Serang Bagian Selatan diperkirakan berada di Kecamatan Curug dan
sekitarnya.
Wilayah Serang bagian barat cenderung berkembang dengan kegiatan
utama, pusat permukiman, perdagangan dan jasa, potensi pertanian lahan
kering, kawasan lindung, kawasan pariwisata. Simpul pertumbuhan Serang
Barat adalah Kecamatan Taktakan.
Wilayah Serang bagian timur cenderung berkembang dengan fungsi utama
sebagai kawasan perdagangan dan jasa, permukiman perkotaan, pertanian
lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan. Pusat pertumbuhannya
adalah Cipocok Jaya. Sebagai wilayah pendukungnya adalah Kecamatan
Walantaka.
Wilayah Serang Bagian Utara cenderung berkembang dengan dominasi
kegiatan permukiman sekaligus pula berfungsi sebagai daerah penyangga
dari kegiatan perdagangan dan jasa di wilayah tengah Kota Serang dengan
kegiatan perdagangan skala kecil.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dinilai bahwa kecenderungan
permukiman Kota Serang lebih banyak dipengaruhi oleh adanya faktor
penarik seperti adanya kegiatan industri, pemerintah, maupun perdagangan,
dengan kata lain keberadaan permukiman di Kota Serang lebih bersifat alami
karena adanya bangkitan kegiatan.
Hal 6-12
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
1.
Kawasan Permukiman Padat Perdagangan dan Jasa
Kawasan permukiman padat perdagangan dan jasa merupakan kawasan yang
memiliki karakteristik permukiman sebagai berikut:
a. Lokasi permukiman merupakan Kawasan padat perkotaan
b. Merupakan kawasan strategis ekonomi kota
c. Beberapa daerah merupakan CBD (Central Distric Development)core
d. Beberapa kawasan permukiman perkotaan masih belum memperhatikan
estetika visual lingkungan permukiman.
Luas kawasan permukiman padat perdagangan dan jasa terdiri dari beberapa
kecamatan dan kelurahan antara lain:
Rencana pemanfaatan ruang kawasan perdagangan/jasa meliputi :
Pusat Perdagangan regional diarahkan di Pasar Rau dan Pasar Lama
serta Pasar Induk di Desa Kalodran Kecamatan Walantaka.
Pusat Perdagangan kota diarahkan di sekitar Royal di Kelurahan Kota
Baru serta di sekitar Jl. Juhdi, Jl. Veteran, Jl. Jend. Susdirman.
Kawasan Jl. Arteri dan kolektor baik primer maupun sekunder
diarahkan sebagai kawasan Perdagangan dan jasa.
Kawasan
perdagangan
modern
skala
wilayah
pengembangan
diarahkan di tengah pusat kota dan sekitar kawasan Tol Serang Timur
(Desa Penancangan).
Hal 6-13
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
P. Kambing
P. KAMBING
P. DUA
PETA SEBARAN PERMUKIMAN
OLEH DEVELOPER
DESA BANTEN
DESA SAWAHLUHUR
KECAMATAN KRAMATWATU
Batas Kabupaten/Kota
KECAMATAN WALANTAKA
9330000
DESA KASUNYATAN
DESA TERUMBU
DESA WARUNGJAUH
DESA KASEMEN
TAMAN PIPITAN INDAH
1. Jumlah Penduduk
:
2. Tingkat Kepadatan
:
3. Tingkat Kesejahteraan :
4. Jumlah Rumah
:
5. Kondisi Fisik Rumah :
6. Kawasan Kumuh
:
DESA TAMANBARU
DESA MESJIDPRIYAYI
DESA UMBULTENGAH
11
DESA BENDUNG
5
10
DESA DRANGONG
DESA LIA'LANG
4
12
-
KEL. UNYUR
6
KEL. TRONDOL
7
18
Jalan Tol
19
Jalan Nasional
20
21
63.762 Jiwa
1.315 Jiwa/Km2
8
KEL. KOTA
BARU
1
2
KECAMATAN TAKTAKAN
Kuranji
DESA KURANJI
5
KEL. PENANCANGAN
27
KEL. CIPARE
KEL. SUMURPECUNG
Kebonjahe
Kaujonbaru
3
Perumnas
13
DESA SEPANG
Sepang
DESA PANCUR
15
Sepangwaru
Sepangsempu
Karodangan
KEL. DALUNG
9320000
Cibarang
Tanengko
Cilembu
KEL.
BANJARSARI
Butimanik
Tembong
Kandangkurung
Pelopor
Banjarsari
Nancangwaringin
28 22
Pabuaran
Cilingcing
Ulanica
Ci Geplak
Ulanica Kidul
Bulakah
Kubangasem
Lembaga
Pasirasem
Pasirkelapa
29
Ciwatek
Bengkeng
KECAMATAN PABUARAN
Cibonteng
Cimareng Selatan
Katepeng
Cimareng Barat
Cicalung
Cipetemesjid
Kemanisanunggul
DESA CIPETE
Cibogo
Nyapahkantor
Kampungbuah
Sendang
SERANG HIJAU
DESA NYAPAH
Cati
Cipeteumbul
Nyapahpasar
Nyapahmesjid
Babakan
Tinggar
Ci Pari
Ciemas
Ci Waka
Gowok
Nyapahkiara
Mengger
Bojong
PERMASALAHAN
Cimareng Timur
Katepeng Selatan
Dahu
DESA SUKALAKSANA
Purutjawa
Jagabaya
Purutsunda
Cipelah
Sarongge Tiga
Cipandu
BUMI PRAJA ASRI
Cidadap Wetan
PERMASALAHAN
Pengasinan
Cipari
DESA PANCALAKSANA
Bojot
Pasirhuni
DESA TINGGAR
Cidadap Lebak
Legok Ilir
66.754 Jiwa
2.116 Jiwa/Km2
Keluarga Sejahtera Tingkat III 33,87%
12.437 Unit
76,4% Permanen, 23,6% Semi Permanen.
2 Kelurahan (69 KK)
Cimareng Tengah
DESA LEBAKWANGI
Bunyu
Sandiang
Krasikan
Cipetelanggar
Koper
Cideheng
Kedayon
CITRA GADING
Kalok
Cimareng Utara
Gadaraha
Kubanglilo
Pasartinggar
Kemanisan
Kubang
Kadongkelan
Sarongge Satu
Sarongge Dua
Silebutegal
Jagaraksa
KECAMATAN CURUG
DESA KAMANISAN
Palenam
KECAMATAN KRAGILAN
Cibajo
KECAMATAN CURUG
Nangkabugang
Lebakdukuh
Kubang
Curug
Cipicung Wetan
Bojongsalam
Kalitangung
Bojonghonje
Bangkalok
Kebonsawo
Cimoncolkubang
Cidangur
Prapatan
Curug
Ci Watek
Cipicung
Sudimara
DESA SUKAWANA
Kubang Lor
Ciconde
Ciwuni
Cigerem
DESA PASULUHAN
Pengasinan
Ciwirujungklang
DESA CURUGMANIS
Andamui
Klampisan
Waru Tengah
Titam Arum
TAman Alam Lestari
Taman Wijaya Permai
Permata Safira Regency
Pasuluhan
DESA CURUG
Rancayomas
Waru Utara
Palima
Cimoncol
Cimoncolkubang
Ciwirujeruk
Limpar
Palimasindangsari
Waru Selatan
Ciwunisumurwungan
Cigoong
Kaliteng
Cisangku
13
Kemanggisan
DESA CIGOONG Ciwirudukuh
Jamakamesjid
Perumahan Korem
Perumahan Inti Perdana
DESA PABUARAN
Mayongko
Cigemuk
Gowoksentul
29
Pabuaran
Sukabungah
Ciwiru
Cikacung
Kali Curug
Jamakakletak
Gowok
Cikampak
Puri Angrek Serang
Tegaljering
Ciwirutambakan
Cilaku
Cicae
Boru
DESA SUKAJAYA
Kramat
28
Pedali
Tonjong
Turuskresik
Mundingjalu
Cikamal
27
KECAMATAN CURUG
Walantaka
Turusmesjid
Turus
Lipatik Timur
Cirongge
Ciwatekpasir
Tambulutan
26
KECAMATAN WALANTAKA
Cinonok
DESA WALANTAKA
Tegalsari
Tamiang
Cilingsir Lor
Cilingsir Kidul
Bobojong
Jeranak
Pamarian
Taman Widya Asri
Taman Puri Indah
Taman Graha Asri
Taman Lopang Indah
Banten Indah Permai
Bumi Agung Permai
Taman Banten Lestari
Mandala Citra
Kota Serang Baru
Jelalang
DESA TEGALSARI
Cidadap
DESA CILAKU
Ujungtebu
Nancang Wetan
DESA PENGAMPELAN
Ampel
KECAMATAN WALANTAKA
Lipatik
Komplek Pemda
Kampungjengkol
Kampungbaru
Pule
12
Cibeutik
Waduk Ciwaka
Pipitanindah
Winong
Sewor
Bumiriangindah
Kaduciung
Cibunyu
Tembonggrujugan
Nancangwaringin Kidul
KECAMATAN CIPOCOK JAYA
Tegalkembang
Ampian
Pesanggrahan
Jaha
Cibebek
Pamupukan
Cibetung
Nancang
Ci Banten
KEL. TEMBONG
Cigintung
Cirogol
DESA PIPITAN
Paju
Walantaka
Simanggu
Jelupang
Cinagar
Pelopor Wetan
Babakan
Pudak
11
Cibadak
DESA PAGERAGUNG
Ci Waka
Bongorsaripermai
Komplek Kartika
Mayabon
Wakap
KEL. GELAM
Kabul
Pipitan
Beberan
Kubang
Kaong Timur
Citeureupkiara
10
Simanggukecil
Pulojajar
Lebak
Karundangkolektor
KEL. KARUNDANG
Karanganyar
Pakelmasjid
DESA SAYAR
Citerep
DESA KIARA
Sadik
Benda
Tegaljeruk
Kaong Barat
Karundangmasjid
9
Ciruaskiara
Tanjakan
Ci Geplak
Tegalasem
24
KECAMATAN TAKTAKAN
Frisenkiara
Karundang
Karanganyarleutik
14
Kelebut
Jalan Kereta Api
Citra Gading
Serang Hijau
Griya Serang Asri
Nuansa Alam Banjar Estate
Puri Kartika Banjarsari
Taman Krisna Serang
Banjarsari Permai
Griya Reang Indah
Permata Banjarsari
Bumi Mutiara Serang
Bumi Serang Timur
Flawad Timur
Cengkok
Tegalduren
KEL.
CIPOCOKJAYA
Tumaritisindah
Karundang Lor
Kencana
DESA KALODRAN
Pokuncen
19 25
KECAMATAN CIPOCOKJAYA
17
24
16 20
23
21
Kubang Wetan
Ciwaru Kidul
Kahuripan
Pamunculan
Ciemas
Jagaraya Kidul
Liobata
18
Cipocokjaya
Kubang
Komplek Kejaksaan
Dalung
Jagaraya Lor
Gelam
Cimoyan
Cigebug
K. Sekunderciwaka
KEL. BANJARAGUNG
Komplek Griyaserang
Ciwaru
Komplek Depag
Jagarayu
Sepangbaru
8
Gelam
Bogeg
Telaga
7
Ciwaru Wetan
Sayabulu
Bukitcaracaspermai
Sepangmasjid
Cipanas
DESA CILOWONG
Cilowang
Banten Girang
Ciracasindah
6
DESA KEPUREN
Flawadtegal
Permata
Sempusaroja
Neglasari
9
Cijawa
Sempugedang
Ciracas
KEL. SERANG
Sepang Lor
Kedawung
Ciceriindah
Benggalamesjid
Pandean
Kuranji Kidul
3
KEL. CIMUNCANG
KEL. LONTARBARU
DESA PANGGUNGJATI
DESA KALANGANYAR
23
25
1
4
KEL. KALIGANDU
22
Jalan Kabupaten/Kota
KECAMATAN SERANG
2
DESA TERITIH
26
KECAMATAN SERANG
DESA TAKTAKAN
61.451 Jiwa
970 Jiwa/Km2
Keluarga Sejahtera Tingkat II 55,5%
14.644 Unit
94,8% Permanen,
5,2% Semi Permanen.
KECAMATAN
CIRUAS
1 Kawasan Kumuh (5 KK)
KEL. SUKAWANA
KEL. LOPANG
KEL. KAGUNGAN
PERMASALAHAN
Keluarga Sejahtera Tingkat II 35,9%
18.419 Unit
74 Permanen, 26% Semi Permanen
3 Kawasan Kumuh (110 KK)
PURI ANGGREK SERANG
PERMASALAHAN
KECAMATAN WARINGINKURUNG
1. Jumlah Penduduk
:
2. Tingkat Kepadatan
:
3. Tingkat Kesejahteraan :
4. Jumlah Rumah
:
5. Kondisi Fisik Rumah :
6. Kawasan Kumuh
:
17
Ibukota Kecamatan
Jalan Provinsi
KECAMATAN TAKTAKAN
1. Jumlah Penduduk
:
2. Tingkat Kepadatan
:
3. Tingkat Kesejahteraan :
4. Jumlah Rumah
:
5. Kondisi Fisik Rumah :
6. Kawasan Kumuh
:
16
Batas Desa
DESA KILASAN
Prima Sepang Indah
Griya Permata Asri
KECAMATAN TAKTAKAN
Batas Kecamatan
KECAMATAN KASEMEN
14
15
Batas Pantai
DESA MARGALUYU
Cikoneng
Legokmasjid
Cipocung
Cibuntung
Singapadu Utara
Cibeo
Malangnengahkarodan
Gintung
Malangnengah
Singapadu Selatan
Panunggulan
Kreo
Jamgelapa
1. Jumlah Penduduk
:
2. Tingkat Kepadatan
:
3. Tingkat Kesejahteraan :
4. Jumlah Rumah
:
5. Kondisi Fisik Rumah :
6. Kawasan Kumuh
:
42.346 Jiwa
854 Jiwa/Km2
Keluarga Sejahtera Tingkat III 71,4%
9.714 Unit
86% Permanen, 14% Semi Permanen.
Tidak Ada
KECAMATAN BAROS
620000
630000
640000
Lampiran 2 : Peta Sebaran Permukiman oleh Developer
Hal 6-14
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
A. Kompleksitas Permasalahan Permukiman di Kota Serang
Perkembangan Kota Serang cukup pesat diiringi dengan tingginya tingkat
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kota, tidak terkecuali dengan perumahan dan
permukiman. Selain itu sebaran penduduk yang tidak merata, dilihat dari kepadatan
penduduk yang tidak sama dengan per-wilayah.
Berdasarkan masalah tersebut, maka muncul permasalahan permukiman padat dan
kumuh di wilayah perkotaan dan perdagangan, yang nimbulkan permasalahan sebagai
berikut:
Kawasan kumuh menurut Prof. DR. Pasurdi Suparlan adalah kawasan dimana
rumah/hunian dan kondisi lingkungan masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk
kualitasnya. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar
yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat,
kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan,
ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya.
Kawasan permukiman kumuh sebagian besar terdapat di wilayah perkotaan dengan
kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan pada umumnya menempati kawasan-kawasan
yang strategis seperti dekat dengan pusat kota, dekat dengan pusat perdagangan dan jasa
namun ada juga kawasan kumuh disekitar pesisir pantai dan perdesaan, pada umumnya
penduduk yang mendiami kawasan kumuh bermata pencaharian sebagai pedagang kecil,
nelayan dan buruh tani dengan tingkat pendapatan relatif kecil. Kondisi bangunan di
kawasan kumuh kurang representatif dan kurang terawat dengan baik karena
ketidakmampuan warganya. Secara keseluruhan terdapat sekitar 12.602 Ha kawasan
kumuh yang tersebar di masing-masing kecamatan di Kota Serang yang didiami oleh
sekitar 2015 rumah. Kawasan kumuh terluas terdapat di Kecamatan Taktakan, Serang dan
Cipocokjaya, yang masuk dalam wilayah pusat Kota Serang.
Masih cukup banyak rumah penduduk di Kota serang yang kondisinya dibawah standar,
baik keselamatan, kesehatan maupun keindahan. Beberapa penyebab masih banyaknya
rumah tidak layak huni di Kota serang adalah sebagai berukut:
1. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat masih rendah;
2. Kemampuan ekonomi masyarakat masih rendah;
3. Akses Pembiayaaan perumahan masih cukup rumit;
4. Penghuni rumah bukan pemilik sendiri.
Kondisi perumahan yang tidak layak huni di sebagian wilayah Kota Serang diperparah
oleh kondisi prasarana permukiman yang belum memadai, seperti kurangnya fasilitas air
bersih, jalan setapak/jalan lingkungan yang rusak/tanah, belum berjalannya mekanisme
penanganan sampah serta kurangnya sarana drainase mikro sehingga masih terjadi
Hal 6-15
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
genangan atau banjir pada lokasi-lokasi tertentu. Selain kesadaran untuk membangun
rumah yang layak huni, kesadaran masyarakat Kota Serang untuk memelihara sarana dan
prasarana lingkungan perumahan dan permukiman masih sangat rendah. Selengkapnya
mengenai sebaran permukiman kumuh serta luasannya dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4
serta gambar 4.3.
Tabel 4.3
Sebaran Permukiman Kumuh dan Squatter di Kota Serang
Jumlah KK (orang)
No.
Desa/Kelurahan
Kaw. Kumuh
Bantaran
Kaw Teg.Tinggi
Sungai
Jumlah
KECAMATAN SERANG
1.
Sumur Pecung
-
-
14
14
2.
Cipare
215
24
-
239
3.
Serang
-
-
16
16
4.
Kagungan
-
36
74
110
5.
Kota Baru
243
9
-
252
6.
Cimuncang
585
-
-
585
7.
Unyur
114
81
-
195
8.
Kaligandu
-
-
4
4
9.
Terondol
96
-
102
198
Jumlah
1.253
150
210
1.613
KECAMATAN CIPOCOK JAYA
1.
Penancangan
-
-
44
44
2.
Tembong
-
13
12
25
Jumlah
-
13
56
69
KECAMATAN KASEMEN
1.
Bendung
45
-
-
45
2.
Masjid Priyayi
45
-
-
45
3.
Terumbu
45
-
-
45
4.
Banten
6
116
-
122
5.
Kilasah
51
-
-
51
192
116
-
308
Jumlah
KECAMATAN TAKTAKAN
1.
Panggung Jati
-
-
71
71
2.
Lialang
-
-
32
32
Hal 6-16
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
Jumlah KK (orang)
No.
Desa/Kelurahan
3.
Bantaran
Kaw. Kumuh
Umbul Tengah
Jumlah
Kaw Teg.Tinggi
Sungai
Jumlah
-
-
7
7
-
-
110
110
-
-
5
5
-
-
5
5
KECAMATAN WALANTAKAN
1.
Pager Agung
Jumlah
Sumber : Bappeda Kota Serang, 2010
Tabel 4.4
Lokasi dan Luas Kawasan Kumuh di Kota Serang
No
1
Kecamatan
Serang
Luas (ha)
Lokasi
3.621 Pasar Lama, Kantin, Kebon Sawo,
Jiwantaka, Pegantungan, Lialang, Umbul
Tengah, Taktakan, Drangong,
PanggungJati, Kuranji, Pancur, Karang
Anyar, Kasemen,
2
Taktakan
3.745 Warung Jaud, Kepuren, Kalodran,
3
Kasemen
340 Pangarangan, Kilasah, Kasemen
4
Walantaka
1.585
5
Cipocok Jaya
2.701
6
Curug
JUMLAH
610
12.602
Sumber: Bappeda Kota Serang dan Hasil Survey 2010
Hal 6-17
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
6.2
Usulan Pembangunan Permukiman
6.2.1
Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan
A. Air Minum
Kualitas air minum bagi penduduk juga amat menentukan kualitas
kehidupan manusia. Pemerintah telah menetapkan air minum sehat
dengan tiga persyaratan pokok yakni : memenuhi syarat fisik, syarat
kimiawi, dan syarat bakteriologis. Aspek kualitas air minum jelas telah
menjadi perhatian dalam menetapkan ada tidaknya permasalahan
lingkungan hidup, khususnya bila ditinjau dari segi kesehatan
lingkungan. Banyak kasus penyakit saluran pencernaan terutama
penyakit Diare, Disentri, dan lain-lain. yang terjadi karena kualitas air
minum dan air bersih yang tidak sehat.
Sistem pelayanan air perpipaan Kota Serang memanfaatkan mata air
Citaman (80 l/dt) dan Sukacai (60 l/dt) sebagai air baku, yang dialirkan
secara gravitasi ke wilayah pelayanan setelah melalui unit aerasi untuk
menghilangkan CO2 agresifnya. Kelurahan-kelurahan di wilayah Kota
Serang yang telah dilayani sistem distribusi air perpipaan adalah
Kelurahan Serang, Cipare, Cimuncang, Lopang, Kota Baru, Kagungan,
Lontar, Kaligandu, Sumur Pecung, Cipocok Jaya, Panancangan, Unyur,
dan Taman Baru.
Di samping melalui pelayanan PDAM, sebagian penduduk memenuhi
kebutuhan air bersih dan minumnya dari sumur dangkal yang
kualitasnya cukup baik dan selalu tersedia sepanjang tahun. Sumber air
individual tersebut hampir merata di seluruh wilayah kota terutama di
Kelurahan Lopang, Sumur Pecung, dan Cimuncang. Gambaran
pelayanan air bersih perpipaan di Kota Serang disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Pelayanan Air Bersih Perpipaan Kota Serang Tahun 2008
No
Jenis Pemakaian
1
Rumah tanggga
2
3
Pemakaian Air
Jumlah
Sambungan
M3/bulan
Lt/unit/hari
7.032
101.260,80
586
Kran umum
33
4.950
5.197
Perdagangan
366
9.992
985
Hal 6-18
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
No
Jenis Pemakaian
Pemakaian Air
Jumlah
M3/bulan
Sambungan
Lt/unit/hari
4
Perkantoran
48
3.991
2.772
5
Hotel
10
280
1.120
6
Industri
11
54
900
7
Rumah sakit
2
7.412
103.900
8
Puskesmas
3
234
10.972
9
Sekolah
21
4.851
1.066
10
Masjid
44
3.561.20
24.456
11
Fasilitas sosial
36
1.140
3.567
12
Jumlah
7.606
137,726
148.753
Sumber : PDAM Serang, 2007
Tabel 3.9
Jumlah Ketersediaan Air Bersih di Kota Serang
Persediaan Air Bersih
Kecamatan
Jumlah
KK
Jumlah
Jumlah
KK
Diperiksa
%
Memiliki
SERANG
61.925
46.495
32.848
74,10
TAKTAKAN
20.501
12.581
8.141
64,71
18.454
-
-
-
CURUG
10.310
8.315
5.476
65,86
WALANTAKA
24.954
12.461
6.730
55,53
KASEMEN
22.129
8.496
3.737
43,98
158.273
88.348
56.932
60,84
CIPOCOK
JAYA
TOTAL
Sumber : Bappeda Kota Serang, 2008.
B. Air Limbah
Pembuangan tinja, sampah rumah tangga, dan air kotor pada hakekatnya
juga merupakan permasalahan lingkungan. Oleh sebab itu keadaan
jamban yang memenuhi syarat kesehatan, tempat pengumpulan dan
pembuangan sampah yang memenuhi syarat. Serta penyediaan saluran
pembuangan air kotor disetiap rumah tangga perlu sungguh-sungguh
Hal 6-19
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
diperhatikan dalam upaya menangani masalah lingkungan hidup.
Persayaratan bahan baku untuk jamban, pembuangan sampah dan
pembuangan air kotor rumah tangga telah ditetapkan pula oleh
pemerintah (Departeman Kesehatan), antara lain tidak boleh berbau,
tidak menjadi perkembangbiakan serangga, dan tidak mencemari air
permukaan dan air tanah. Kondisi pembuangan kotoran atau limbah
yang memenuhi persyaratan kesehatan ini juga akan menjadi bagian
yang penting untuk menjaga keserasian lingkungan hidup. Seperti yang
ada di kecamatan cipocok dan serang masih
belum memiliki
pembuangan tinja, sampah rumah tangga dan air kotor yang permanen,
sebagai contoh di Kecamatan Cipocok Jaya Kelurahan Karundang
lingkungan Cidadap (Rw 03 / Rt 02 & 03) dan Kelurahan Penancangan
lingkungan Dangder (Rw 06 / Rt 01) dan di Kecamatan Serang
kelurahan Kaligandu lingkungan Sumur Sana (Rw 05 / Rt 02 ) dan di
Kelurahan Sumur Pecung lingkungan Muncung ( Rw 02 / Rt 01).
Sungai Cibanten yang mengalir dari arah selatan ke utara, pada dasarnya
menjadi tempat pembuangan terakhir dari berbagai saluran air
kotor/limbah rumah tangga, perkantoran, pasar, fasilitas pelayanan
umum, maupun industri (terutama industri kecil dan rumah tangga). Hal
ini disebabkan saluran drainase kota pada umumnya juga difungsikan
sebagai saluran pembuangan limbah cair. Dalam jangka penjang kondisi
ini akan merusak lingkungan. Adapun saluran limbah yang ada
(berfungsi juga sebagai pendukung drainase) pada kawasan pusat kota
telah memakai saluran tertutup. Tetapi masih banyak pula yang
menggunakan sistem terbuka, khususnya pada daerah-daerah pinggiran
kota. Arah aliran dari rumah-rumah melalui saluran quartier, yang
sebagian merupakan saluran tertutup, terus mengalir melalui saluransaluran tersier ke saluran sekunder, kemudian masuk ke saluran induk
yang mengalir ke arah utara melalui Sungai Cibanten sebagai tempat
pembuangan akhir.
Limbah permukiman yang berupa limbah tinja umumnya dikelola secara
on site dengan sistem cubluk (septicktank) secara mandiri. Bagi
masyarakat yang belum memiliki septicktank sendiri (utamanya pada
permukiman padat) disediakan MCK bersama. Kota Serang perlu
memiliki IPLT (Instalasi Pengolah Limbah Tinja) guna mengelola
Hal 6-20
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
limbah permukiman secara lebih baik. Khusus limbah industri besar
(yang mungkin mengandung B3) telah diolah terlebih dahulu dalam
IPAL sesuai dengan arahan pengelolaan lingkungan yang ada.
C. Sampah
Pengelolaan persampahan di Kota Serang saat ini ditangani oleh Seksi Pengelolaan
Sampah Bidang Tata Kota yang berada di bawah Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang.
Untuk saat ini pengelolaan persampahan di Kota Serang masih terbatas pada sebagian
wilayah perkotaan Serang, yang terdiri dari 4 kecamatan Kasemen, Taktakan, Cipocok
Jaya, dan Serang. Jumlah Penduduk dari 4 kecamatan yang dilayani berjumlah 384.795
jiwa (tahun 2003) dimana baru 21% penduduk terlayani yaitu 80.807 jiwa, diketahui
timbulan sampah pada tahun 2003 sebanyak 365,2 m3 dan 70% diantaranya adalah sampah
domestik sedang sisanya 30% merupakan sampah dari non domestik (pasar, toko dan lainlain). Jenis sampah yang ada 75% adalah sampah organik dan 25% sampah anorganik.
Sumber sampah di Kota Serang dapat dibagi menjadi tujuh kategori yaitu :
1. permukiman, yang terdiri dari perumahan mewah, sedang, rendah dan kumuh.
2. Jalan umum, yang terdiri dari jalan-jalan protokol, jalan-jalan lingkungan.
3. Wilayah komersial, yang terdiri dari pusat perbelanjaan, pertokoaan, perkantoran,
hotel, rumah makan, dll.
4. Pasar dan kios, yaitu wilayah kegiatan pasar baik dinas maupun maksimal beserta
kios-kios disekelilingnya.
5. Fasilitas umum, yaitu terminal bus & angkutan umum, rumah sakit, sekolah,dll
6. Kawasan Perindustrian
7. Kawasan Pertanian & Perkebunan
Khusus wilayah permukiman, proses pewadahan dan pengumpulan sampah merupakan
swadaya masyarakat yang dikelola oleh Ketua Rukun Warga (RW) sedangkan dari Tempat
Pengolahan Sampah Sementara (TPSS) sampai di Tempat Pengolahan Akhir (TPSA),
dikelola oleh SDK3 - DPU Kota Serang. Demikian juga dengan Pasar, pengumpulan dari
kios-kios dikelola oleh UPTD, sedangkan dari TPSS ke TPSA oleh SDK3 - DPU Kota
Serang.
Penanganan sampah di Kota Serang, secara umum menggunakan sistem off site dan on
site. Sistem off site (pengangkutan) terutama dilakukan pada kawasan perdagangan dan
permukiman padat perkotaan. Fasilitas pengelolaan sampah terdiri dari bak sampah atau
tong-tong sampah sebagai tempat pengumpulan sementara yang kemudian diangkut
Hal 6-21
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
dengan gerobak dan truk menuju TPA., yang berlokasi di Desa Panggungjati Kecamatan
Taktakan.
Volume sampah yang paling banyak terdapat di Pasar Rau, di Jalan Hasanuddin, dan dari
rumah tangga, sedangkan cara pengangkutannya dilakukan sehari 2 kali yang ditagani oleh
Dinas Kebersihan. Sarana angkutan sampah yang ada di Kota Serang, terdiri dari 35 buah
gerobak sampah, 3 buah truk terbuka besar, 18 buah dump truk besar, 6 buah Arm Roll
besar, 5 buah motor pengangkut sampah (cator) dan sejumlah tenaga kerjanya yang terdiri
dari supir, pengangkut, penyapu, dan sebagainya.
Sistem on site masih dilakukan masyarakat pinggiran dengan memasukkan sampah pada
lubang-lubang/tempat-tempat yang dibuat sendiri oleh penduduk kemudian ditimbun atau
dibakar.
Tabel 3.10
Timbulan dan jumlah sampah yang terangkut ke TPA
No
1
Lokasi
Jumlah
Timbulan
lokasi
(m3/hari)
Sampah
terangkut
(m3/hari)
Perumahan
a. Sederhana & menengah
50.091,36
20.036,54
a. Jalan arteri dan kolektor
7,2
7,2
b. Pasar
675
252
c. Pertokoan
18,04
18,04
d. Kantor
36,39
36,39
e. Sekolah
13,74
12,37
f. Terminal
25,6
23,04
0,5
0,5
2
2
0,5
0,4
2
1,6
b. Pasang surut
2
Sarana kota
g. Pelabuhan penumpang
3
h. Stasiun KA
1
i. Rumah Sakit
3
j. Taman kota
12
k. Hutan kota
-
Perairan terbuka
a. Sungai utama
b. Saluran terbuka
4
Pantai Wisata
Hal 6-22
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
No
5
Lokasi
Jumlah
Timbulan
lokasi
(m3/hari)
16
50.872,33
Sampah
terangkut
(m3/hari)
Lokasi Lainnya
Total
20.390,08
Tabel 3.11
Penanganan Sampah
No
1
Penanganan
b. 4 perumahan
252 m3/hari
40 %
20 m3/hari
Diolah :
-
a. Kompos
3
Prosentase
Diangkut Petugas
a. Diangkut ke TPA
2
Volume
100 kg/bulan
b. Daur ulang
-
c. Incenerator
-
Tidak terangkut
-
Tabel 3.12
Sarana Tempat Pemindahan Sampah
No
Tempat Pemindahan
1
TPS
2
Transfer Depo/Kontainer
3
Transfer Station
Jumlah
33
28 kontainer
-
Tabel 3.13
Alat Angkut Sampah Kota Serang
No
Jenis Alat Angkut
Jumlah
Kapasitas
(M3)
Ritasi
Masih Beroperasi
Ya
1
Gerobak sampah
35
1
2
2
Truk terbuka besar
3
6
2
3
Truk terbuka kecil
-
-
-
Tidak
Hal 6-23
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
4
Mini truk
-
-
-
5
Truk compactor besar
-
-
-
6
Truk compactor kecil
-
-
-
7
Dump truck besar
18
7
2
8
Dump truck kecil
-
-
-
9
Arm roll besar
6
3
3
10
Arm roll kecil
-
-
-
11
Trailer container
-
-
-
12
Kapal penangkap sampah
-
-
-
13
Mobil pengangkut sampah
-
-
-
14
Motor pengangkut sampah (Cator)
5
1,5
3
6.2.2 KRITERIA PERSIAPAN DAERAH
Dalam pengembangan permukiman di Kota Serang, kriteria kesiapan daerah yang sudah
ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Master Plan Drainase Kota Serang (2002)
2. Master Plan Air Bersih Kota Serang (2005)
3. Rencana Teknis Sistem Penyaluran Air Limbah (SPAL) Kota Serang Tahap I
(2006)
4. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah
(RP4D)Kota Serang (2002 dan 2008).
5. Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kumuh Kota Serang
(2011)
6. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2011-2031 (2012)
7. Buku Sanitasi Putih (BPS), dan Strategi Sanitasi Kota (SSK), (2011)
8. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP),(2012)
6.2.3 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN
A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi
eksisting dengan kebutuhan, maka disusunlah usulan program dan kegiatan. Usulan
program dan kegiatan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan kriteria kesiapan
daerah. Selengkapnya usu
Kota Serang 2015-2019
BAB
ASPEK PER SEKTOR
6.1.
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
6.1.1. ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan dokumen RP2KP, isu strategis dalam hal pembangunan perumahan
permukiman Kota Serang yang mendesak ditangani antara lain:
Lingkungan Permukiman Kumuh
Secara umum permukiman di Kota Serang dapat dibedakan dalam tipologi yaitu
perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan, wilayah perdesaan dan
wilayah bersejarah. Pada type perumahan dan permukiman di wilayah perkotaan
terdapat bagian wilayahnya yang termasuk dalam kawasan cagar budaya, karena
didalamnya terdapat bangunan peninggalan zaman kolonial Belanda yang
tersebar di Kecamatan Serang (Kelurahan Serang dan Kota Baru) serta
Kecamatan Kasemen (Desa Banten). Type perumahan dan permukiman di
wilayah perkotaan yang dikategorikan urban terdapat di sekitar jalan/jalur utama
antar kecamatan atau kota. Sedangkan type perumahan dan permukiman di
wilayah pesisir dikategorikan rural karena jauh dari jalur transportasi
sebagaimana terdapat disepanjang wilayah pesisir Kota Serang.
Pada umumnya pengembangan perumahan di wilayah Kota Serang dilaksanakan
baik secara individu oleh masyarakat maupun dengan keikutsertaan pihak swasta
(pengembang). Beberapa kawasan perumahan yang telah dibangun oleh Pihak
Swasta diantaranya, adalah Komplek Perumahan Ciceri Indah, Ciceri Permai,
Permata Serang, Taman Puri, Taman Widya Asri, Taman Cimuncang, Taman
Lopang Indah, Bumi Serang Damai, Titan Arum, Bumi Agung Permai I, Bumi
Agung Permai II, Taman Banten Lestari, Taman Mutiara Indah, Banten Indah
Permai, Persada Banten, Citra Gading, Puri Serang Hijau, Banjar Asri, Taman
Graha Asri, Griya Permata Asri dan sebagainya.
Hal 6-1
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
Pola permukiman ibu kota kecamatan yang berada di sekitar jalur utama SerangJakarta mengikuti alur jalan yang ada dengan kondisi bangunan sebagian besar
permanen dan semi permanen. Pola permukiman di wilayah perdesaan
mengelompok pada satuan lahan non pertanian yang kurang produktif dengan
kondisi bangunan umumnya semi permanen. Pola permukiman di wilayah pesisir
tersebar tidak beraturan dan sporadis sehingga bentuk permukiman mengikuti
pola jaringan jalan utama yang ada. Selengkapnya mengenai sebaran kondisi
perumahan dan sebaran permukiman di Kota Serang dapat dilihat pada tabel 4.1
dan gambar 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Jumlah Rumah Berdasarkan Kondisi di Kota Serang
Jumlah Rumah (Unit)
No
Kecamatan
Semi
Permanen
Permanen
Total
1
Serang
980
33.474
34.454
2
Taktakan
540
13.478
14.018
3
Kasemen
7.651
10.322
18.419
4
Walantaka
606
14.038
14.644
5
Cipocok Jaya
5.049
7.388
12.437
6
Curug
1.072
8.642
9.714
JUMLAH
15.898
87.342
103.686
Sumber : Bappeda Kota Serang, 2008
6.1.2. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah
wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh
permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial.
Untuk mencapai hal tersebut terlebih dahulu perlu diketahui peraturan
perundangan di tingkat Kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur,
peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh
tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan
permukiman.
Pertumbuhan bangunan cenderung cepat dan dikuatirkan bisa melenceng dari
konsep pembentukan kawasan kota yang tanggap terhadap fungsi masa kini
sedangkan Pola penanganan kawasan koridor Jalan Raya Pandeglang & Jalan
Hal 6-2
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
Palima Raya pada saat ini belum mendukung terbentuknya Kawasan kota yang
baik
karena belum ada kegiatan dan sarana prasarana yang mendukung
pengembangan kota baru di daerah ini yang cukup signifikan
Bentuk dan dimensi Bangunan
Beberapa bangunan di kota Serang dan kawasan perencanaan pada khususnya
masih merupakan bangunan kelas rendah yang berkisar antara 2-3 lantai,
walaupun ada beberapa bangunan yang mencapai 4 lantai. Biasanya bangunan
bertingkat sedang tersebut fungsinya sebagai ruko .
Pada awal perkembangannya, bangunan yang terdapat di kiri dan kanan Jalan
Serang Lama merupakan bangunan perumahan dan sebagian penginapan, warung
atau kios (ruko). Bentuk bangunan awal tersebut dicirikan sbb:
Bentuk atap : atap perisai.
Posisi bangunan relatif jauh dari jalan (dengan kondisi saat ini, berjarak
maksimal 10m dari bahu jalan)
Lebar bangunan berkisar antara 8 – 12m.
Gambar 2.11. Tipologi Bangunan
Seiring dengan perkembangan kawasan ini maka dilakukan beberapa
penyesuaian kebutuhan seperti pelebaran jalan, pembuatan trotoar, saluran
irigasi, saluran drainase, tiang listrik dan telepon.
Lebar muka bangunan mengalami penyesuaian. Jika pada awalnya terdapat lahan
kosong di samping bangunan rumah, sebagian besar bangunan memaksimalkan
Hal 6-3
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
lebarnya sesuai dengan lebar kavling, mengingat kebutuhan fungsi dan harga
tanah.
Hampir seluruh bangunan yang ada di dalam Area Perencanaan saat ini memiliki
bentuk bangunan kotak (rectangular). Hal ini terjadi karena beberapa
kemungkinan:
Orientasi ke Arah jalan yang berbentuk garis lurus membujur dari arah Timur ke
Barat begitupun sebaliknya
Efisiensi lahan karena harga tanah di dalam kawasan yang relatif sangat tinggi.
Fleksibilitas, dengan bentuk kotak bangunan menjadi lebih mudah mengalami
penyesuaian bila bangunan mengalami perubahan fungsi.
Ketinggian bangunan memiliki variasi yang cukup tinggi. Beberapa bangunan
memiliki ukuran yang sangat besar (misalnya perkantoran Provinsi Banten), akan
tetapi rata-rata bangunan yang ada dalam kawasan berukuran relatif kecil.
Beberapa bangunan memiliki ketinggian 2-4 lantai, akan tetapi sebagian besar
merupakan bangunan 1 lantai.
Arsitektur Bangunan
Pembahasan Arsitektur Bangunan dibagi dalam dua kelompok yaitu berdasarkan
relasi antara bangunan satu dengan yang lain dan penampilan dari masing-masing
bangunan sebagai obyek aristektur.
Secara keseluruhan dalam kawasan ini terdapat dua jenis relasi antar bangunan,
yaitu :
Relasi pertama yang ditampilkan oleh kelompok bangunan tradisional atau dalam
konteks kawasan ini bangunan-bangunan yang relatif berusia tua atau merupakan
karakter bangunan yang mewakili kondisi setempat. Relasi antar bangunan
ditentukan oleh sistem nilai yang hidup dalam kelompok masyarakat tradisional
banten yang seperti masyarakat pedesaan pada umumnya cenderung berorientasi
ke dalam karena mengutamakan kebersamaan (komunalisme). Sistem nilai
mereka ini termanifestasi dalam lingkungan permukiman yang membentuk
klaster-klaster kecil dikelilingi oleh perkebunan dan ladang tempat mencari mata
pencaharian.
Adapun relasi bangunan yang lain diwakili oleh bangunan-bangunan baru yang
dimiliki oleh masyarakat yang menganut sistem nilai yang berbeda yaitu
Hal 6-4
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
cenderung individualistis. Hal ini termanifestasi dalam bangunan-bangunan yang
tidak lagi membentuk klaster-klaster tetapi membentuk garis linier atau pola grid
yang kaku.
Adapun dari penampilan bangunan sebagai obyek arsitektur, terlihat bahwa
dalam kawasan ini tidak terdapat pedoman pembangunan. Setiap bangunan boleh
secara bebas mencari dan menentukan bentuk dan wajah. Akibatnya secara
kolektif bangunan-bangunan yang ada dengan penampilan yang berbeda-beda
tidak dapat membentuk karakter terhadap lingkungannya.
Kepadatan Bangunan
Kepadatan bangunan diperhitungkan atas jumlah unit bangunan terhadap lahan
terbangun (built-up area). Dari pengamatan lapangan dan dibantu foto udara,
cukup jelas bahwa terdapat konsentrasi bangunan yakni di area permukiman
penduduk, sedangkan pada koridor jalan didapati jumlah bangunan berlantai
lebih dari satu dan cenderung padat .
Untuk wilayah selatan Jalan Raya Pandeglang dan sepanjang Jalan Palima Raya,
kondisi bangunan relatif tidak padat . Di bagian tengah wilayah perencanaan,
masih tersisa beberapa ruang kosong yang dalam waktu relatif singkat akan
segera berubah menjadi perumahan atau tempat usaha dengan tingkat kepadatan
tinggi. Sehingga wacana tentang pengembangan landed housing pada masa
mendatang seharusnya mulai digantikann dengan vertikal housing (perumahan
bersusun)
Morfologi Kawasan
a.
Urban Morphology
Urban Morphology adalah sebuah pendekatan untuk memahami keterkaitan antara
bentuk dan struktur dengan makna dari kawasan perencanaan, bentuk dan struktur
(keterkaitan spesifik antara bangunan-bangunan, ruang terbuka dan jalan). Makna
dalam hal ini dibatasi pengertiannya sebagai fungsi yang ada atau yang
berlangsung dalam kawasan.
Berdasarkan peta (foto udara) serta hasil pengamatan visual langsung di lapangan,
dapat diambil suatu hipotesa bahwa di dalam wilayah pengamatan terdapat
beberapa bentuk dan struktur yaitu: linier (susunan bangunan yang berjajar
mengikuti jalan), klaster/cluster (susunan bangunan
yang mengelompok
membentuk sebuah pelataran atau ruang terbuka) dan grid (kelompok bangunan
yang tersusun dalam pola grid/ papan catur). Ditemui bentuk dan struktur yang lain
atau gabungan dari 3 bentuk dan struktur tersebut.
Hal 6-5
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
Dari beberapa altematif wujud tersebut akan dapat diidentifikasi makna (yang
diwakili oleh fungsi) yang ada di sana. Ada beberapa makna yang dominan yaitu
komersial, permukiman atau campuran/gabungan dari 2 fungsi sekaligus.
Ditemukan keterkaitan spesifik antara wujud dan makna:
Bentuk/struktur linier akan terkait dengan makna komersial,
Bentuk/struktur kluster akan terkait dengan makna permukiman .
Hipotesa ini akan mendukung perumusan usulan pengembangan kawasan. Dimulai
dari fungsi (= makna) maka bentuk/struktur fisiknya akan menyesuaikan dengan
fungsi tersebut. Misalnya untuk fungsi komersial maka bentuk/struktur fisiknya
adaiah linier. Demikian juga kalau fungsi yang kita usulkan permukiman modern,
maka susunan bangunannya adaiah grid.
Karena wilayah perencanaan merupakan satu kesatuan kawasan pengembangan
yang menganut pola pengembangan koridor dan pola pengembangan blok , maka
dalam melakukan identifikasi taksonomi dari urban morphology, adalah meliputi
susunan yang berbentuk linier dan grid.
b. Urban Typology
Urban Typology lebih melihat bagian-bagian dari bangunan dan makna yang
diwakilinya. Apabila bagian bangunan yang akan dianalisa adaiah façade, maka
hipotesanya akan ada jenis facade tertentu (misalnya kotak-kotak) yang mewakili
makna (fungsi) komersial. Atau bisa juga kita ambil bentuk atap. Misalnya bentuk
atap segitiga / pelana memaknai fungsi permukiman . Hal-hal lain yang dapat
diambii sebagai penentu tipologi adaiah bentuk ruang terbuka, warna bangunan,
bentuk bangunan, material utama, dan sebagainya.
Apabila hasil dari pendekatan urban typology ini digabungkan dengan pendekatan
Urban Morphology maka kita akan mendapatkan dasar untuk mengusulkan
pengembangan kawasan, yaitu meliputi : fungsi, susunan antara bangunan, ruang
terbuka, jalan, dan bentuk bangunan. Disamping itu juga akan mendukung
pembagian kawasan ke dalam beberapa bagian (sub-kawasan).
Elemen Kawasan
Menurut teori Citra Kota (The Image of The City) dari Kevin Lynch, pembentuk
citra kawasan mempunyai lima elemen yaitu :
Hal 6-6
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
a.
Paths (Jalur)
Merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan
pergerakan secara umum ; dalam hal ini adalah Jalan Raya Pandeglang dan Jalan
Palima Raya sebagai elemen yang paling penting dalam citra kawasan dan
membentuk skeleton kawasan. Dalam hal ini termasuk juga jejalur pedestrian
yang terdapat pada area permukiman.
b. Edges (Tepian)
Merupakan elemen linear yang tidak dipakai / dilihat sebagai path. Biasanya
berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus
linear, yang dalam hal ini adalah minimal 100 meter sebagai batas fisik koridor
wilayah pengamatan.
c.
District (Wilayah)
Merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi yang memiliki ciri
khas yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya) dan khas pula dalam batasnya,
dimana orang merasa harus mengakhiri atau memulainya, yakni Kawasan Pusat
Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Kawasan Rekreasi Waterboom, dan area
pemukiman.
d. Nodes (Simpul)
Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau aktivitasnya
saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain, yaitu Persimpangan
Sempu, Persimpangan Tembong, Persimpangan Palima, dan Persimpangan Petir .
Namun tidak setiap persimpangan jalan adalah node. Yang menentukan adalah
citra place-nya. Atau dalam pemahaman lain bahwa node tercipta karena adanya
kegiatan yang dominan pada lokasi dimaksud.
e.
Landmarks (Tetenger)
Merupakan titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk ke
dalamnya karena bisa dilihat dari luar dan sebagai bentuk visual yang menonjol
dari kawasan, seperti Masjid Raya KP3B. Sebagai suatu kawasan pengembangan
RTBL tentunya diharapkan ada landmark yang cukup signifikan dan bisa mewakili
makna dari keseluruhan kawasan.
Keseimbangan Lingkungan
Hal 6-7
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
Tolak ukur tercapainya keseimbangan lingkungan di Kawasan perencanaan
adalah seberapa besar daya dukung lingkungan alam dapat merespon positip
kegiatan budidaya yang ada. Pengembangan permukiman di wilayah recharge
area, pembuangan limbah rumah tangga tanpa treatment, minimnya sumur
resapan air hujan, dan lain – lain mengindikasikan kuat tentang semakin
rentannya daya dukung lahan akibat penetrasi kegiatan yang hanya berorientasi
ekonomi.
Kecepatan dan Ruang
Ruang hanya dapat dialami sebagai suatu sintesis dari indera - indera manusia :
penglihatan, rabaan, pendengaran, gerakan dan penciuman. Pengalaman ruang
sepenuhnya tergantung pada kapasitas inderawi dalam memahami ruang.
Lissitzky merumuskan empat cara memandang ruang dari berbagai cara sehingga
citra dan ilusi ruang dapat diperoleh. Persepsi ruang dapat direduksi menjadi
ruang planimetrik atau dua dimensional, ruang tiga dimensional, ruang irrasional
atau empat dimensional dan ruang imajiner. Persepsi terhadap ruang merupakan
sintesis dari keempat fenomena ini.
Salah satu aspek dominan mempengaruhi perencanaan RTBL Kawasan Koridor
Jalan Raya Pandeglang dan Jalan Palima Raya adalah keterkaitan antara aspek
Kecepatan atau Speed dengan Ruang Manusia atau Human
Space dan Kecepatan menjadi salah satu aspek yang menentukan dalam penataan
koridor jalan pada lokasi kajian selain aspek keamanan dan kenyamanan.
Kecepatan akan mempengaruhi persepsi pengendara mengenal ruang yang ada di
sekelilingnya. Kecepatan sangat berpengaruh pada kemampuan manusia
menangkap citra. Sebagai contoh manusia dapat mengenal bentuk, tekstur dan
warna daun di dalam taman suatu rumah. Namun dalam perjalanan, dengan
kecepatan sedang (20 – 60 km/jam) ia hanya dapat mengenal outline bentuk dan
warna tanaman dan pada kecepatan tinggi (>60 km/jam) ia hanya dapat mengenal
warna sekumpulan tanaman saja. Kecepatan juga sangat dipengaruhi oleh
penataan bangunan dan lansekap.
Pada Penataan Bangunan, alignment atau kelurusan bangunan akan berpengaruh
pada kesan menekan, atau leluasa, jarak bangunan yang teratur akan memberikan
rasa tenang, bukan ‘galau’ atau chaos. Penataan vegetasi, yang mempunyai unsur
warna, tekstur, bentuk dan dimensinya dapat dimanfaatkan untuk pembentuk
suasana, mengarahkan pergerakan, menunjukkan orientasi.
Dari disiplin teknik lalu lintas pun, aspek kecepatan akan memberikan warna
pada ragam kecepatan kendaraan, jenis simpangan, kebijakan bagi pedestrian dan
Hal 6-8
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
volume yang akhirnya menentukan kebutuhan akan fasilitas yang
mengakomodasinya.
6.1.2.1 PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
Permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, juga
mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat
pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi yang
akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya
kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan
yang layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya.
Dengan demikian upaya menempatkan bidang permukiman dan infrastruktur
sebagai salah satu sektor prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia yang
seutuhnya adalah sangat strategis.
Persoalan permukiman dan infrastukrur di Indonesia sesungguhnya tidak terlepas
dari dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan
pemerintah di dalam mengelola permukiman dan infrastruktur. Penyusunan
strategi untuk penyelenggaraan permukiman dan infrastruktur, sesungguhnya
secara lebih komprehensif telah dilakukan sejak Pelita V dalam bentuk
Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan, namun penekanannya masih
terbatas kepada aspek perumahan saja. Dalam perjalanannya, acuan tersebut
dirasakan kurang sesuai lagi dengan berbagai perkembangan permasalahan yang
semakin kompleks, sehingga diperlukan pengaturan dan penanganan perumahan
dan permukiman yang lebih terintegrasi. Sehingga untuk itu perlu disusun suatu
kebijakan dan strategi baru yang cakupannya dapat meliputi bidang permukiman
dan infrastruktur perkotaan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Bidang sarana dan prasarana memiliki peranan yang sangat penting dalam
mendukung aktivitas ekonomi, sosial, budaya, serta kesatuan dan persatuan
bangsa, terutama sebagai modal dasar dalam memfasilitasi interaksi dan
komunikasi di antara kelompok masyarakat, serta mengikat dan menghubungkan
antarwilayah. Pengembangan sarana dan prasarana sumber daya air ditujukan
untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan penyediaan air untuk berbagai
keperluan masyarakat, seperti air minum, pembangkit tenaga listrik dan
pengendalian banjir yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Demikian pula, sarana dan prasarana lainnya, seperti
jalan, jembatan, prasarana dan sarana dasar permukiman yang merupakan modal
esensial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sosial-ekonominya. Selain itu,
diperlukan pula pengembangan sarana dan prasarana komunikasi dan informatika
Hal 6-9
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
yang ditujukan untuk menjamin kelancaran arus informasi baik untuk
mendukung kegiatan pemerintahan, perekonomian, maupun sosial.
Tantangan Bidang Permukiman dan Infrastruktur
Penyamaan persepsi mengenai hakekat perumahan dan permukiman masih
menjadi tantangan yang mendasar, mengingat bahwa berbagai persoalan
penyelenggaraan perumahan dan permukiman sesungguhnya muncul dari adanya
perbedaan sudut pandang para pelaku pembangunan tentang hakekat dan makna
perumahan dan permukiman itu sendiri. Hal tersebut tercermin antara lain dari
kebijakan dan strategi operasional yang dipilih oleh masing-masing pelaku, dan
tidak mudah untuk secara efektif dapat dikoordinasikan. Kebijakan dan strategi
nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman sangat bertumpu pada
falsafah dan hakekat perumahan dan permukiman itu sendiri, yang antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan,
sandang, pendidikan dan kesehatan. Selain berfungsi sebagai pelindung
terhadap gangguan alam/cuaca dan makhluk lainnya, rumah juga memiliki
peran sosial budaya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya
dan nilai kehidupan, penyiapan generasi muda, dan sebagai manifestasi
jatidiri.
Dalam
kerangka
hubungan
ekologis
antara
manusia
dan
lingkungannya maka terlihat jelas bahwa kualitas sumber daya manusia di
masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan
permukimannya.
2. Pembangunan perumahan diyakini juga mampu mendorong lebih dari seratus
macam kegiatan industri yang berkaitan dengan bidang perumahan dan
permukiman, sehingga penyelenggaraan perumahan dan permukiman sangat
berpotensi di dalam menggerakkan roda ekonomi dan upaya penciptaan
lapangan kerja produktif. Sebaliknya kegiatan industripun semestinya dapat
dilihat sebagai titik tolak untuk menangani permasalahan perumahan dan
permukiman, terutama di kawasan-kawasan yang berkembang sebagai sentra
atau koridor industri. Produktivitas dan efisiensi industri seyogyanya juga
dapat ditingkatkan secara seimbang dan selaras dengan penanganan
permasalahan perumahan dan permukiman bagi para pekerja industri.
3. Bagi banyak masyarakat Indonesia terutama golongan menengah ke bawah,
rumah juga dapat merupakan barang modal (capital goods), karena dengan
asset rumah ini mereka dapat melakukan kegiatan ekonomi di dalam
mendukung kehidupan dan penghidupannya.
Hal 6-10
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
Karenanya, permasalahan perumahan dan permukiman tidak dapat dipandang
sebagai permasalahan fungsional dan fisik semata, tetapi lebih kompleks lagi
sebagai permasalahan yang berkaitan dengan dimensi kehidupan bermasyarakat
yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, teknologi, ekologi maupun politik.
Perbedaan-perbedaan sudut pandang yang ada sesungguhnya bukan untuk
dipertentangkan, tetapi sebagai suatu upaya untuk memperkaya tinjauan agar
dapat lebih memandang persoalan perumahan dan permukiman secara lebih
holistik. Kesadaran akan adanya keragaman tersebut penting, karena hal tersebut
dapat melahirkan alternatif-alternatif strategi penyelenggaraan di bidang
perumahan dan permukiman untuk menuju Visi yang diinginkan. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu konsep tentang perumahan dan
permukiman yang lebih sistemik dan mampu mengakomodasikan perkembangan
aspirasi yang ada. Kesamaan persepsi tersebut diperlukan agar dapat menjadi titik
tolak bagi penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang lebih
komprehensif dan sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing lembaga
penyelenggaranya. Upaya untuk merangkum pandangan-pandangan di atas telah
dirumuskan secara konseptual dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992
tentang Perumahan dan Permukiman, yang menyatakan bahwa :
Perumahan adalah :
Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Permukiman adalah :
Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
6.1.3 ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Kota Serang mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena berada di jalur
utama penghubung lintas Jawa-Sumatera. Kota Serang juga dilintasi jalan negara
lintas Jakarta-Merak serta dilintasi jalur kereta api lintas Jakarta-Merak. Selain
itu pula Kota Serang merupakan pintu gerbang atau transit perhubungan darat
antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.
Hal 6-11
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
Wilayah Kota Serang didasarkan pada kecenderungan perkembangan wilayah
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor potensi wilayah, homogenitas wilayah,
aksesibilitas dan keterbatasan fisik yang dapat dikembangkan. Berdasarkan
kecenderungan tersebut struktur tata ruang Kota Serang adalah sebagai berikut :
Wilayah Serang bagian tengah cenderung berkembang sebagai pusat
pemerintahan, permukiman perkotaan pelayanan perdagangan dan jasa, pusat
koleksi dan distribusi terpusat di Kecamatan Serang dan Cipocokjaya dengan
wilayah pendukungnya adalah Kecamatan Kasemen.
Wilayah Serang bagian Selatan cenderung berkembang membentuk pusat
pertumbuhan baru terutama pada wilayah yang berdekatan dengan kawasan
KP3B (Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten), selain itu kegiatan
permukiman baik yang dibangun oleh masyarakat secara pribadi maupun
oleh pengembang diperkirakan akan semakin pesat, keberadaan permukiman
di wilayah selatan dapat menarik kegiatan perdagan dan jasa untuk
melayanai segala kebutuhan masyarakat. Simpul utama bagi pertumbuhan di
wilayah Serang Bagian Selatan diperkirakan berada di Kecamatan Curug dan
sekitarnya.
Wilayah Serang bagian barat cenderung berkembang dengan kegiatan
utama, pusat permukiman, perdagangan dan jasa, potensi pertanian lahan
kering, kawasan lindung, kawasan pariwisata. Simpul pertumbuhan Serang
Barat adalah Kecamatan Taktakan.
Wilayah Serang bagian timur cenderung berkembang dengan fungsi utama
sebagai kawasan perdagangan dan jasa, permukiman perkotaan, pertanian
lahan basah, pertanian lahan kering, perkebunan. Pusat pertumbuhannya
adalah Cipocok Jaya. Sebagai wilayah pendukungnya adalah Kecamatan
Walantaka.
Wilayah Serang Bagian Utara cenderung berkembang dengan dominasi
kegiatan permukiman sekaligus pula berfungsi sebagai daerah penyangga
dari kegiatan perdagangan dan jasa di wilayah tengah Kota Serang dengan
kegiatan perdagangan skala kecil.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dinilai bahwa kecenderungan
permukiman Kota Serang lebih banyak dipengaruhi oleh adanya faktor
penarik seperti adanya kegiatan industri, pemerintah, maupun perdagangan,
dengan kata lain keberadaan permukiman di Kota Serang lebih bersifat alami
karena adanya bangkitan kegiatan.
Hal 6-12
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
1.
Kawasan Permukiman Padat Perdagangan dan Jasa
Kawasan permukiman padat perdagangan dan jasa merupakan kawasan yang
memiliki karakteristik permukiman sebagai berikut:
a. Lokasi permukiman merupakan Kawasan padat perkotaan
b. Merupakan kawasan strategis ekonomi kota
c. Beberapa daerah merupakan CBD (Central Distric Development)core
d. Beberapa kawasan permukiman perkotaan masih belum memperhatikan
estetika visual lingkungan permukiman.
Luas kawasan permukiman padat perdagangan dan jasa terdiri dari beberapa
kecamatan dan kelurahan antara lain:
Rencana pemanfaatan ruang kawasan perdagangan/jasa meliputi :
Pusat Perdagangan regional diarahkan di Pasar Rau dan Pasar Lama
serta Pasar Induk di Desa Kalodran Kecamatan Walantaka.
Pusat Perdagangan kota diarahkan di sekitar Royal di Kelurahan Kota
Baru serta di sekitar Jl. Juhdi, Jl. Veteran, Jl. Jend. Susdirman.
Kawasan Jl. Arteri dan kolektor baik primer maupun sekunder
diarahkan sebagai kawasan Perdagangan dan jasa.
Kawasan
perdagangan
modern
skala
wilayah
pengembangan
diarahkan di tengah pusat kota dan sekitar kawasan Tol Serang Timur
(Desa Penancangan).
Hal 6-13
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
P. Kambing
P. KAMBING
P. DUA
PETA SEBARAN PERMUKIMAN
OLEH DEVELOPER
DESA BANTEN
DESA SAWAHLUHUR
KECAMATAN KRAMATWATU
Batas Kabupaten/Kota
KECAMATAN WALANTAKA
9330000
DESA KASUNYATAN
DESA TERUMBU
DESA WARUNGJAUH
DESA KASEMEN
TAMAN PIPITAN INDAH
1. Jumlah Penduduk
:
2. Tingkat Kepadatan
:
3. Tingkat Kesejahteraan :
4. Jumlah Rumah
:
5. Kondisi Fisik Rumah :
6. Kawasan Kumuh
:
DESA TAMANBARU
DESA MESJIDPRIYAYI
DESA UMBULTENGAH
11
DESA BENDUNG
5
10
DESA DRANGONG
DESA LIA'LANG
4
12
-
KEL. UNYUR
6
KEL. TRONDOL
7
18
Jalan Tol
19
Jalan Nasional
20
21
63.762 Jiwa
1.315 Jiwa/Km2
8
KEL. KOTA
BARU
1
2
KECAMATAN TAKTAKAN
Kuranji
DESA KURANJI
5
KEL. PENANCANGAN
27
KEL. CIPARE
KEL. SUMURPECUNG
Kebonjahe
Kaujonbaru
3
Perumnas
13
DESA SEPANG
Sepang
DESA PANCUR
15
Sepangwaru
Sepangsempu
Karodangan
KEL. DALUNG
9320000
Cibarang
Tanengko
Cilembu
KEL.
BANJARSARI
Butimanik
Tembong
Kandangkurung
Pelopor
Banjarsari
Nancangwaringin
28 22
Pabuaran
Cilingcing
Ulanica
Ci Geplak
Ulanica Kidul
Bulakah
Kubangasem
Lembaga
Pasirasem
Pasirkelapa
29
Ciwatek
Bengkeng
KECAMATAN PABUARAN
Cibonteng
Cimareng Selatan
Katepeng
Cimareng Barat
Cicalung
Cipetemesjid
Kemanisanunggul
DESA CIPETE
Cibogo
Nyapahkantor
Kampungbuah
Sendang
SERANG HIJAU
DESA NYAPAH
Cati
Cipeteumbul
Nyapahpasar
Nyapahmesjid
Babakan
Tinggar
Ci Pari
Ciemas
Ci Waka
Gowok
Nyapahkiara
Mengger
Bojong
PERMASALAHAN
Cimareng Timur
Katepeng Selatan
Dahu
DESA SUKALAKSANA
Purutjawa
Jagabaya
Purutsunda
Cipelah
Sarongge Tiga
Cipandu
BUMI PRAJA ASRI
Cidadap Wetan
PERMASALAHAN
Pengasinan
Cipari
DESA PANCALAKSANA
Bojot
Pasirhuni
DESA TINGGAR
Cidadap Lebak
Legok Ilir
66.754 Jiwa
2.116 Jiwa/Km2
Keluarga Sejahtera Tingkat III 33,87%
12.437 Unit
76,4% Permanen, 23,6% Semi Permanen.
2 Kelurahan (69 KK)
Cimareng Tengah
DESA LEBAKWANGI
Bunyu
Sandiang
Krasikan
Cipetelanggar
Koper
Cideheng
Kedayon
CITRA GADING
Kalok
Cimareng Utara
Gadaraha
Kubanglilo
Pasartinggar
Kemanisan
Kubang
Kadongkelan
Sarongge Satu
Sarongge Dua
Silebutegal
Jagaraksa
KECAMATAN CURUG
DESA KAMANISAN
Palenam
KECAMATAN KRAGILAN
Cibajo
KECAMATAN CURUG
Nangkabugang
Lebakdukuh
Kubang
Curug
Cipicung Wetan
Bojongsalam
Kalitangung
Bojonghonje
Bangkalok
Kebonsawo
Cimoncolkubang
Cidangur
Prapatan
Curug
Ci Watek
Cipicung
Sudimara
DESA SUKAWANA
Kubang Lor
Ciconde
Ciwuni
Cigerem
DESA PASULUHAN
Pengasinan
Ciwirujungklang
DESA CURUGMANIS
Andamui
Klampisan
Waru Tengah
Titam Arum
TAman Alam Lestari
Taman Wijaya Permai
Permata Safira Regency
Pasuluhan
DESA CURUG
Rancayomas
Waru Utara
Palima
Cimoncol
Cimoncolkubang
Ciwirujeruk
Limpar
Palimasindangsari
Waru Selatan
Ciwunisumurwungan
Cigoong
Kaliteng
Cisangku
13
Kemanggisan
DESA CIGOONG Ciwirudukuh
Jamakamesjid
Perumahan Korem
Perumahan Inti Perdana
DESA PABUARAN
Mayongko
Cigemuk
Gowoksentul
29
Pabuaran
Sukabungah
Ciwiru
Cikacung
Kali Curug
Jamakakletak
Gowok
Cikampak
Puri Angrek Serang
Tegaljering
Ciwirutambakan
Cilaku
Cicae
Boru
DESA SUKAJAYA
Kramat
28
Pedali
Tonjong
Turuskresik
Mundingjalu
Cikamal
27
KECAMATAN CURUG
Walantaka
Turusmesjid
Turus
Lipatik Timur
Cirongge
Ciwatekpasir
Tambulutan
26
KECAMATAN WALANTAKA
Cinonok
DESA WALANTAKA
Tegalsari
Tamiang
Cilingsir Lor
Cilingsir Kidul
Bobojong
Jeranak
Pamarian
Taman Widya Asri
Taman Puri Indah
Taman Graha Asri
Taman Lopang Indah
Banten Indah Permai
Bumi Agung Permai
Taman Banten Lestari
Mandala Citra
Kota Serang Baru
Jelalang
DESA TEGALSARI
Cidadap
DESA CILAKU
Ujungtebu
Nancang Wetan
DESA PENGAMPELAN
Ampel
KECAMATAN WALANTAKA
Lipatik
Komplek Pemda
Kampungjengkol
Kampungbaru
Pule
12
Cibeutik
Waduk Ciwaka
Pipitanindah
Winong
Sewor
Bumiriangindah
Kaduciung
Cibunyu
Tembonggrujugan
Nancangwaringin Kidul
KECAMATAN CIPOCOK JAYA
Tegalkembang
Ampian
Pesanggrahan
Jaha
Cibebek
Pamupukan
Cibetung
Nancang
Ci Banten
KEL. TEMBONG
Cigintung
Cirogol
DESA PIPITAN
Paju
Walantaka
Simanggu
Jelupang
Cinagar
Pelopor Wetan
Babakan
Pudak
11
Cibadak
DESA PAGERAGUNG
Ci Waka
Bongorsaripermai
Komplek Kartika
Mayabon
Wakap
KEL. GELAM
Kabul
Pipitan
Beberan
Kubang
Kaong Timur
Citeureupkiara
10
Simanggukecil
Pulojajar
Lebak
Karundangkolektor
KEL. KARUNDANG
Karanganyar
Pakelmasjid
DESA SAYAR
Citerep
DESA KIARA
Sadik
Benda
Tegaljeruk
Kaong Barat
Karundangmasjid
9
Ciruaskiara
Tanjakan
Ci Geplak
Tegalasem
24
KECAMATAN TAKTAKAN
Frisenkiara
Karundang
Karanganyarleutik
14
Kelebut
Jalan Kereta Api
Citra Gading
Serang Hijau
Griya Serang Asri
Nuansa Alam Banjar Estate
Puri Kartika Banjarsari
Taman Krisna Serang
Banjarsari Permai
Griya Reang Indah
Permata Banjarsari
Bumi Mutiara Serang
Bumi Serang Timur
Flawad Timur
Cengkok
Tegalduren
KEL.
CIPOCOKJAYA
Tumaritisindah
Karundang Lor
Kencana
DESA KALODRAN
Pokuncen
19 25
KECAMATAN CIPOCOKJAYA
17
24
16 20
23
21
Kubang Wetan
Ciwaru Kidul
Kahuripan
Pamunculan
Ciemas
Jagaraya Kidul
Liobata
18
Cipocokjaya
Kubang
Komplek Kejaksaan
Dalung
Jagaraya Lor
Gelam
Cimoyan
Cigebug
K. Sekunderciwaka
KEL. BANJARAGUNG
Komplek Griyaserang
Ciwaru
Komplek Depag
Jagarayu
Sepangbaru
8
Gelam
Bogeg
Telaga
7
Ciwaru Wetan
Sayabulu
Bukitcaracaspermai
Sepangmasjid
Cipanas
DESA CILOWONG
Cilowang
Banten Girang
Ciracasindah
6
DESA KEPUREN
Flawadtegal
Permata
Sempusaroja
Neglasari
9
Cijawa
Sempugedang
Ciracas
KEL. SERANG
Sepang Lor
Kedawung
Ciceriindah
Benggalamesjid
Pandean
Kuranji Kidul
3
KEL. CIMUNCANG
KEL. LONTARBARU
DESA PANGGUNGJATI
DESA KALANGANYAR
23
25
1
4
KEL. KALIGANDU
22
Jalan Kabupaten/Kota
KECAMATAN SERANG
2
DESA TERITIH
26
KECAMATAN SERANG
DESA TAKTAKAN
61.451 Jiwa
970 Jiwa/Km2
Keluarga Sejahtera Tingkat II 55,5%
14.644 Unit
94,8% Permanen,
5,2% Semi Permanen.
KECAMATAN
CIRUAS
1 Kawasan Kumuh (5 KK)
KEL. SUKAWANA
KEL. LOPANG
KEL. KAGUNGAN
PERMASALAHAN
Keluarga Sejahtera Tingkat II 35,9%
18.419 Unit
74 Permanen, 26% Semi Permanen
3 Kawasan Kumuh (110 KK)
PURI ANGGREK SERANG
PERMASALAHAN
KECAMATAN WARINGINKURUNG
1. Jumlah Penduduk
:
2. Tingkat Kepadatan
:
3. Tingkat Kesejahteraan :
4. Jumlah Rumah
:
5. Kondisi Fisik Rumah :
6. Kawasan Kumuh
:
17
Ibukota Kecamatan
Jalan Provinsi
KECAMATAN TAKTAKAN
1. Jumlah Penduduk
:
2. Tingkat Kepadatan
:
3. Tingkat Kesejahteraan :
4. Jumlah Rumah
:
5. Kondisi Fisik Rumah :
6. Kawasan Kumuh
:
16
Batas Desa
DESA KILASAN
Prima Sepang Indah
Griya Permata Asri
KECAMATAN TAKTAKAN
Batas Kecamatan
KECAMATAN KASEMEN
14
15
Batas Pantai
DESA MARGALUYU
Cikoneng
Legokmasjid
Cipocung
Cibuntung
Singapadu Utara
Cibeo
Malangnengahkarodan
Gintung
Malangnengah
Singapadu Selatan
Panunggulan
Kreo
Jamgelapa
1. Jumlah Penduduk
:
2. Tingkat Kepadatan
:
3. Tingkat Kesejahteraan :
4. Jumlah Rumah
:
5. Kondisi Fisik Rumah :
6. Kawasan Kumuh
:
42.346 Jiwa
854 Jiwa/Km2
Keluarga Sejahtera Tingkat III 71,4%
9.714 Unit
86% Permanen, 14% Semi Permanen.
Tidak Ada
KECAMATAN BAROS
620000
630000
640000
Lampiran 2 : Peta Sebaran Permukiman oleh Developer
Hal 6-14
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
A. Kompleksitas Permasalahan Permukiman di Kota Serang
Perkembangan Kota Serang cukup pesat diiringi dengan tingginya tingkat
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana kota, tidak terkecuali dengan perumahan dan
permukiman. Selain itu sebaran penduduk yang tidak merata, dilihat dari kepadatan
penduduk yang tidak sama dengan per-wilayah.
Berdasarkan masalah tersebut, maka muncul permasalahan permukiman padat dan
kumuh di wilayah perkotaan dan perdagangan, yang nimbulkan permasalahan sebagai
berikut:
Kawasan kumuh menurut Prof. DR. Pasurdi Suparlan adalah kawasan dimana
rumah/hunian dan kondisi lingkungan masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk
kualitasnya. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar
yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat,
kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan,
ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya.
Kawasan permukiman kumuh sebagian besar terdapat di wilayah perkotaan dengan
kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan pada umumnya menempati kawasan-kawasan
yang strategis seperti dekat dengan pusat kota, dekat dengan pusat perdagangan dan jasa
namun ada juga kawasan kumuh disekitar pesisir pantai dan perdesaan, pada umumnya
penduduk yang mendiami kawasan kumuh bermata pencaharian sebagai pedagang kecil,
nelayan dan buruh tani dengan tingkat pendapatan relatif kecil. Kondisi bangunan di
kawasan kumuh kurang representatif dan kurang terawat dengan baik karena
ketidakmampuan warganya. Secara keseluruhan terdapat sekitar 12.602 Ha kawasan
kumuh yang tersebar di masing-masing kecamatan di Kota Serang yang didiami oleh
sekitar 2015 rumah. Kawasan kumuh terluas terdapat di Kecamatan Taktakan, Serang dan
Cipocokjaya, yang masuk dalam wilayah pusat Kota Serang.
Masih cukup banyak rumah penduduk di Kota serang yang kondisinya dibawah standar,
baik keselamatan, kesehatan maupun keindahan. Beberapa penyebab masih banyaknya
rumah tidak layak huni di Kota serang adalah sebagai berukut:
1. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat masih rendah;
2. Kemampuan ekonomi masyarakat masih rendah;
3. Akses Pembiayaaan perumahan masih cukup rumit;
4. Penghuni rumah bukan pemilik sendiri.
Kondisi perumahan yang tidak layak huni di sebagian wilayah Kota Serang diperparah
oleh kondisi prasarana permukiman yang belum memadai, seperti kurangnya fasilitas air
bersih, jalan setapak/jalan lingkungan yang rusak/tanah, belum berjalannya mekanisme
penanganan sampah serta kurangnya sarana drainase mikro sehingga masih terjadi
Hal 6-15
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
genangan atau banjir pada lokasi-lokasi tertentu. Selain kesadaran untuk membangun
rumah yang layak huni, kesadaran masyarakat Kota Serang untuk memelihara sarana dan
prasarana lingkungan perumahan dan permukiman masih sangat rendah. Selengkapnya
mengenai sebaran permukiman kumuh serta luasannya dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4
serta gambar 4.3.
Tabel 4.3
Sebaran Permukiman Kumuh dan Squatter di Kota Serang
Jumlah KK (orang)
No.
Desa/Kelurahan
Kaw. Kumuh
Bantaran
Kaw Teg.Tinggi
Sungai
Jumlah
KECAMATAN SERANG
1.
Sumur Pecung
-
-
14
14
2.
Cipare
215
24
-
239
3.
Serang
-
-
16
16
4.
Kagungan
-
36
74
110
5.
Kota Baru
243
9
-
252
6.
Cimuncang
585
-
-
585
7.
Unyur
114
81
-
195
8.
Kaligandu
-
-
4
4
9.
Terondol
96
-
102
198
Jumlah
1.253
150
210
1.613
KECAMATAN CIPOCOK JAYA
1.
Penancangan
-
-
44
44
2.
Tembong
-
13
12
25
Jumlah
-
13
56
69
KECAMATAN KASEMEN
1.
Bendung
45
-
-
45
2.
Masjid Priyayi
45
-
-
45
3.
Terumbu
45
-
-
45
4.
Banten
6
116
-
122
5.
Kilasah
51
-
-
51
192
116
-
308
Jumlah
KECAMATAN TAKTAKAN
1.
Panggung Jati
-
-
71
71
2.
Lialang
-
-
32
32
Hal 6-16
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
Jumlah KK (orang)
No.
Desa/Kelurahan
3.
Bantaran
Kaw. Kumuh
Umbul Tengah
Jumlah
Kaw Teg.Tinggi
Sungai
Jumlah
-
-
7
7
-
-
110
110
-
-
5
5
-
-
5
5
KECAMATAN WALANTAKAN
1.
Pager Agung
Jumlah
Sumber : Bappeda Kota Serang, 2010
Tabel 4.4
Lokasi dan Luas Kawasan Kumuh di Kota Serang
No
1
Kecamatan
Serang
Luas (ha)
Lokasi
3.621 Pasar Lama, Kantin, Kebon Sawo,
Jiwantaka, Pegantungan, Lialang, Umbul
Tengah, Taktakan, Drangong,
PanggungJati, Kuranji, Pancur, Karang
Anyar, Kasemen,
2
Taktakan
3.745 Warung Jaud, Kepuren, Kalodran,
3
Kasemen
340 Pangarangan, Kilasah, Kasemen
4
Walantaka
1.585
5
Cipocok Jaya
2.701
6
Curug
JUMLAH
610
12.602
Sumber: Bappeda Kota Serang dan Hasil Survey 2010
Hal 6-17
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
6.2
Usulan Pembangunan Permukiman
6.2.1
Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Diusulkan
A. Air Minum
Kualitas air minum bagi penduduk juga amat menentukan kualitas
kehidupan manusia. Pemerintah telah menetapkan air minum sehat
dengan tiga persyaratan pokok yakni : memenuhi syarat fisik, syarat
kimiawi, dan syarat bakteriologis. Aspek kualitas air minum jelas telah
menjadi perhatian dalam menetapkan ada tidaknya permasalahan
lingkungan hidup, khususnya bila ditinjau dari segi kesehatan
lingkungan. Banyak kasus penyakit saluran pencernaan terutama
penyakit Diare, Disentri, dan lain-lain. yang terjadi karena kualitas air
minum dan air bersih yang tidak sehat.
Sistem pelayanan air perpipaan Kota Serang memanfaatkan mata air
Citaman (80 l/dt) dan Sukacai (60 l/dt) sebagai air baku, yang dialirkan
secara gravitasi ke wilayah pelayanan setelah melalui unit aerasi untuk
menghilangkan CO2 agresifnya. Kelurahan-kelurahan di wilayah Kota
Serang yang telah dilayani sistem distribusi air perpipaan adalah
Kelurahan Serang, Cipare, Cimuncang, Lopang, Kota Baru, Kagungan,
Lontar, Kaligandu, Sumur Pecung, Cipocok Jaya, Panancangan, Unyur,
dan Taman Baru.
Di samping melalui pelayanan PDAM, sebagian penduduk memenuhi
kebutuhan air bersih dan minumnya dari sumur dangkal yang
kualitasnya cukup baik dan selalu tersedia sepanjang tahun. Sumber air
individual tersebut hampir merata di seluruh wilayah kota terutama di
Kelurahan Lopang, Sumur Pecung, dan Cimuncang. Gambaran
pelayanan air bersih perpipaan di Kota Serang disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Pelayanan Air Bersih Perpipaan Kota Serang Tahun 2008
No
Jenis Pemakaian
1
Rumah tanggga
2
3
Pemakaian Air
Jumlah
Sambungan
M3/bulan
Lt/unit/hari
7.032
101.260,80
586
Kran umum
33
4.950
5.197
Perdagangan
366
9.992
985
Hal 6-18
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
No
Jenis Pemakaian
Pemakaian Air
Jumlah
M3/bulan
Sambungan
Lt/unit/hari
4
Perkantoran
48
3.991
2.772
5
Hotel
10
280
1.120
6
Industri
11
54
900
7
Rumah sakit
2
7.412
103.900
8
Puskesmas
3
234
10.972
9
Sekolah
21
4.851
1.066
10
Masjid
44
3.561.20
24.456
11
Fasilitas sosial
36
1.140
3.567
12
Jumlah
7.606
137,726
148.753
Sumber : PDAM Serang, 2007
Tabel 3.9
Jumlah Ketersediaan Air Bersih di Kota Serang
Persediaan Air Bersih
Kecamatan
Jumlah
KK
Jumlah
Jumlah
KK
Diperiksa
%
Memiliki
SERANG
61.925
46.495
32.848
74,10
TAKTAKAN
20.501
12.581
8.141
64,71
18.454
-
-
-
CURUG
10.310
8.315
5.476
65,86
WALANTAKA
24.954
12.461
6.730
55,53
KASEMEN
22.129
8.496
3.737
43,98
158.273
88.348
56.932
60,84
CIPOCOK
JAYA
TOTAL
Sumber : Bappeda Kota Serang, 2008.
B. Air Limbah
Pembuangan tinja, sampah rumah tangga, dan air kotor pada hakekatnya
juga merupakan permasalahan lingkungan. Oleh sebab itu keadaan
jamban yang memenuhi syarat kesehatan, tempat pengumpulan dan
pembuangan sampah yang memenuhi syarat. Serta penyediaan saluran
pembuangan air kotor disetiap rumah tangga perlu sungguh-sungguh
Hal 6-19
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
diperhatikan dalam upaya menangani masalah lingkungan hidup.
Persayaratan bahan baku untuk jamban, pembuangan sampah dan
pembuangan air kotor rumah tangga telah ditetapkan pula oleh
pemerintah (Departeman Kesehatan), antara lain tidak boleh berbau,
tidak menjadi perkembangbiakan serangga, dan tidak mencemari air
permukaan dan air tanah. Kondisi pembuangan kotoran atau limbah
yang memenuhi persyaratan kesehatan ini juga akan menjadi bagian
yang penting untuk menjaga keserasian lingkungan hidup. Seperti yang
ada di kecamatan cipocok dan serang masih
belum memiliki
pembuangan tinja, sampah rumah tangga dan air kotor yang permanen,
sebagai contoh di Kecamatan Cipocok Jaya Kelurahan Karundang
lingkungan Cidadap (Rw 03 / Rt 02 & 03) dan Kelurahan Penancangan
lingkungan Dangder (Rw 06 / Rt 01) dan di Kecamatan Serang
kelurahan Kaligandu lingkungan Sumur Sana (Rw 05 / Rt 02 ) dan di
Kelurahan Sumur Pecung lingkungan Muncung ( Rw 02 / Rt 01).
Sungai Cibanten yang mengalir dari arah selatan ke utara, pada dasarnya
menjadi tempat pembuangan terakhir dari berbagai saluran air
kotor/limbah rumah tangga, perkantoran, pasar, fasilitas pelayanan
umum, maupun industri (terutama industri kecil dan rumah tangga). Hal
ini disebabkan saluran drainase kota pada umumnya juga difungsikan
sebagai saluran pembuangan limbah cair. Dalam jangka penjang kondisi
ini akan merusak lingkungan. Adapun saluran limbah yang ada
(berfungsi juga sebagai pendukung drainase) pada kawasan pusat kota
telah memakai saluran tertutup. Tetapi masih banyak pula yang
menggunakan sistem terbuka, khususnya pada daerah-daerah pinggiran
kota. Arah aliran dari rumah-rumah melalui saluran quartier, yang
sebagian merupakan saluran tertutup, terus mengalir melalui saluransaluran tersier ke saluran sekunder, kemudian masuk ke saluran induk
yang mengalir ke arah utara melalui Sungai Cibanten sebagai tempat
pembuangan akhir.
Limbah permukiman yang berupa limbah tinja umumnya dikelola secara
on site dengan sistem cubluk (septicktank) secara mandiri. Bagi
masyarakat yang belum memiliki septicktank sendiri (utamanya pada
permukiman padat) disediakan MCK bersama. Kota Serang perlu
memiliki IPLT (Instalasi Pengolah Limbah Tinja) guna mengelola
Hal 6-20
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
limbah permukiman secara lebih baik. Khusus limbah industri besar
(yang mungkin mengandung B3) telah diolah terlebih dahulu dalam
IPAL sesuai dengan arahan pengelolaan lingkungan yang ada.
C. Sampah
Pengelolaan persampahan di Kota Serang saat ini ditangani oleh Seksi Pengelolaan
Sampah Bidang Tata Kota yang berada di bawah Dinas Pekerjaan Umum Kota Serang.
Untuk saat ini pengelolaan persampahan di Kota Serang masih terbatas pada sebagian
wilayah perkotaan Serang, yang terdiri dari 4 kecamatan Kasemen, Taktakan, Cipocok
Jaya, dan Serang. Jumlah Penduduk dari 4 kecamatan yang dilayani berjumlah 384.795
jiwa (tahun 2003) dimana baru 21% penduduk terlayani yaitu 80.807 jiwa, diketahui
timbulan sampah pada tahun 2003 sebanyak 365,2 m3 dan 70% diantaranya adalah sampah
domestik sedang sisanya 30% merupakan sampah dari non domestik (pasar, toko dan lainlain). Jenis sampah yang ada 75% adalah sampah organik dan 25% sampah anorganik.
Sumber sampah di Kota Serang dapat dibagi menjadi tujuh kategori yaitu :
1. permukiman, yang terdiri dari perumahan mewah, sedang, rendah dan kumuh.
2. Jalan umum, yang terdiri dari jalan-jalan protokol, jalan-jalan lingkungan.
3. Wilayah komersial, yang terdiri dari pusat perbelanjaan, pertokoaan, perkantoran,
hotel, rumah makan, dll.
4. Pasar dan kios, yaitu wilayah kegiatan pasar baik dinas maupun maksimal beserta
kios-kios disekelilingnya.
5. Fasilitas umum, yaitu terminal bus & angkutan umum, rumah sakit, sekolah,dll
6. Kawasan Perindustrian
7. Kawasan Pertanian & Perkebunan
Khusus wilayah permukiman, proses pewadahan dan pengumpulan sampah merupakan
swadaya masyarakat yang dikelola oleh Ketua Rukun Warga (RW) sedangkan dari Tempat
Pengolahan Sampah Sementara (TPSS) sampai di Tempat Pengolahan Akhir (TPSA),
dikelola oleh SDK3 - DPU Kota Serang. Demikian juga dengan Pasar, pengumpulan dari
kios-kios dikelola oleh UPTD, sedangkan dari TPSS ke TPSA oleh SDK3 - DPU Kota
Serang.
Penanganan sampah di Kota Serang, secara umum menggunakan sistem off site dan on
site. Sistem off site (pengangkutan) terutama dilakukan pada kawasan perdagangan dan
permukiman padat perkotaan. Fasilitas pengelolaan sampah terdiri dari bak sampah atau
tong-tong sampah sebagai tempat pengumpulan sementara yang kemudian diangkut
Hal 6-21
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
dengan gerobak dan truk menuju TPA., yang berlokasi di Desa Panggungjati Kecamatan
Taktakan.
Volume sampah yang paling banyak terdapat di Pasar Rau, di Jalan Hasanuddin, dan dari
rumah tangga, sedangkan cara pengangkutannya dilakukan sehari 2 kali yang ditagani oleh
Dinas Kebersihan. Sarana angkutan sampah yang ada di Kota Serang, terdiri dari 35 buah
gerobak sampah, 3 buah truk terbuka besar, 18 buah dump truk besar, 6 buah Arm Roll
besar, 5 buah motor pengangkut sampah (cator) dan sejumlah tenaga kerjanya yang terdiri
dari supir, pengangkut, penyapu, dan sebagainya.
Sistem on site masih dilakukan masyarakat pinggiran dengan memasukkan sampah pada
lubang-lubang/tempat-tempat yang dibuat sendiri oleh penduduk kemudian ditimbun atau
dibakar.
Tabel 3.10
Timbulan dan jumlah sampah yang terangkut ke TPA
No
1
Lokasi
Jumlah
Timbulan
lokasi
(m3/hari)
Sampah
terangkut
(m3/hari)
Perumahan
a. Sederhana & menengah
50.091,36
20.036,54
a. Jalan arteri dan kolektor
7,2
7,2
b. Pasar
675
252
c. Pertokoan
18,04
18,04
d. Kantor
36,39
36,39
e. Sekolah
13,74
12,37
f. Terminal
25,6
23,04
0,5
0,5
2
2
0,5
0,4
2
1,6
b. Pasang surut
2
Sarana kota
g. Pelabuhan penumpang
3
h. Stasiun KA
1
i. Rumah Sakit
3
j. Taman kota
12
k. Hutan kota
-
Perairan terbuka
a. Sungai utama
b. Saluran terbuka
4
Pantai Wisata
Hal 6-22
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
No
5
Lokasi
Jumlah
Timbulan
lokasi
(m3/hari)
16
50.872,33
Sampah
terangkut
(m3/hari)
Lokasi Lainnya
Total
20.390,08
Tabel 3.11
Penanganan Sampah
No
1
Penanganan
b. 4 perumahan
252 m3/hari
40 %
20 m3/hari
Diolah :
-
a. Kompos
3
Prosentase
Diangkut Petugas
a. Diangkut ke TPA
2
Volume
100 kg/bulan
b. Daur ulang
-
c. Incenerator
-
Tidak terangkut
-
Tabel 3.12
Sarana Tempat Pemindahan Sampah
No
Tempat Pemindahan
1
TPS
2
Transfer Depo/Kontainer
3
Transfer Station
Jumlah
33
28 kontainer
-
Tabel 3.13
Alat Angkut Sampah Kota Serang
No
Jenis Alat Angkut
Jumlah
Kapasitas
(M3)
Ritasi
Masih Beroperasi
Ya
1
Gerobak sampah
35
1
2
2
Truk terbuka besar
3
6
2
3
Truk terbuka kecil
-
-
-
Tidak
Hal 6-23
DOKUMEN RPI2JM BIDANG PU/CIPTA KARYA
Kota Serang 2015-2019
4
Mini truk
-
-
-
5
Truk compactor besar
-
-
-
6
Truk compactor kecil
-
-
-
7
Dump truck besar
18
7
2
8
Dump truck kecil
-
-
-
9
Arm roll besar
6
3
3
10
Arm roll kecil
-
-
-
11
Trailer container
-
-
-
12
Kapal penangkap sampah
-
-
-
13
Mobil pengangkut sampah
-
-
-
14
Motor pengangkut sampah (Cator)
5
1,5
3
6.2.2 KRITERIA PERSIAPAN DAERAH
Dalam pengembangan permukiman di Kota Serang, kriteria kesiapan daerah yang sudah
ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:
1. Master Plan Drainase Kota Serang (2002)
2. Master Plan Air Bersih Kota Serang (2005)
3. Rencana Teknis Sistem Penyaluran Air Limbah (SPAL) Kota Serang Tahap I
(2006)
4. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah
(RP4D)Kota Serang (2002 dan 2008).
5. Rencana Penataan Bangunan dan Lingkungan Kawasan Kumuh Kota Serang
(2011)
6. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2011-2031 (2012)
7. Buku Sanitasi Putih (BPS), dan Strategi Sanitasi Kota (SSK), (2011)
8. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP),(2012)
6.2.3 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN
A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi
eksisting dengan kebutuhan, maka disusunlah usulan program dan kegiatan. Usulan
program dan kegiatan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan kriteria kesiapan
daerah. Selengkapnya usu