PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, PRICE TO BOOK VALUE, MARKET VALUE ADDED, INFLASI DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP HARGA SAHAM (Studi pada Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2015-2017) - UMBY repository
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995
pasal (1), pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang menerbitkannya, serta lembaga dan profesi berkaitan dengan efek. Sunariyah (2011:4) mengemukakan pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek. Pasar modal mempunyai beberapa daya tarik, diantaranya adalah pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai alternatif pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Perusahaan yang membutuhkan dana menilai pasar modal dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan pendanaan ekstern dengan biaya yang relatif rendah dari sistem perbankan.
Selain itu, pasar modal menjadi sarana yang efektif untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan bangunan melalui mekanisme pengumpulan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif. Kepemilikan saham melalui pasar modal membuat masyarakat dapat menikmati keberhasilan perusahaan melalui pembagian dividen dan peningkatan harga saham yang diharapkan.
Kepemilikan saham oleh masyarakat juga dapat memberikan pengaruh positif terhadap pengelolaan perusahaan melalui pengawasan langsung oleh masyarakat.
b. Peranan Pasar Modal
Berikut ini lima segi peranan pasar modal suatu Negara (Sunariyah, 2011:7) adalah :
1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual- belikan.
2) Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para pemodal.
3) Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.
5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
c. Fungsi Pasar Modal
Menurut Sunariyah (2011:9), pasar modal memiliki peranan dalam perekonomian suatu Negara, yakni sebagai berikut: 1)
Fungsi Investasi (Saving Function) Penyusutan tentu akan terjadi pada uang yang disimpan di bank. Di masa yang akan datang inflasi menjadi penyebab dari penurunan nilai mata uang, perubahan kurs, dan pelemahan ekonomi. Apabila uang tersebut diinvestasikan di pasar modal, investor selain dapat melindungi nilai investasinya, karena penyusutan akibat aktivitas ekonomi tidak berpengaruh pada uang yang diinvestasikan di pasar modal oleh emiten.
2) Fungsi Kekayaan (Wealth Function)
Pasar modal merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan kekayaan dalam jangka waktu tertentu. Metode ini lebih efektif digunakan karena kekayaan tidak akan mengalami proses depresiasi (penyusutan) seperti aktiva lainnya. Apabila semakin tua usia nilai suatu aktiva seperti gedung kantor, rumah, kendaraan dan sebagainya (aktiva besar pula. Akan tetapi hal ini tidak akan berlaku pada surat obligasi, deposito, saham, dan surat berharga lainnya tidak akan mengalami penyusutan. Karena surat berharga dapat mewakili kekuatan daya beli masyarakat dimasa yang akan datang.
3) Fungsi Likuiditas (Liquidity Function)
Proses likuidasi terhadap kekayaan dalam bentuk surat berharga yang dilakukan melalui pasar modal memiliki resiko yang sangat kecil dari pada aktiva lainnya. Proses likuidasi terhadap surat berharga dapat dilakukan dengan waktu yang cepat dan biaya yang murah. Walaupun nilai likuiditas dari surat berharga lebih rendah daripada uang, tetapi uang memiliki kemampuan menyimpan kekayaan yang lebih rendah daripada surat berharga. Hal ini terjadi karena inflasi dapat menyebabkan nilai mata uang dapat berubah dari waktu ke waktu.
4) Fungsi Pinjaman (Credit Function) Bagi perekonomian suatu negara pasar modal merupakan tempat penghimpunan dana pinjaman dari masyarakat yang digunakan sebagai sumber pembiyaan pembangunan. Dorongan dari pemerintah terhadap pertumbuhan pasar modal Indonesia untuk memperoleh dana menjadi lebih mudah dan murah. Hal ini terjadi karena pinjaman yang diberikan oleh bank konvensional pada umumnya mempunyai tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi. Sedangkan perusahaan yang memperdagangkan obligasi ke pasar uang akan memperoleh dana dengan biaya bunga yang
d. Jenis-jenis Pasar Modal
Dalam hal menjual saham, obligasi atau sekuritas lainnya kepada masyarakat, emiten dapat melakukan berbagai cara dalam pasar modal.
Oleh karena itu, kegiatan jual beli saham biasanya dilakukan sesuai dengan jenis sekuritas dan bentuk dari pasar modal itu sendiri. Jenis-jenis pasar modal yang perlu diketahui menurut Sunariyah (2011:12) adalah sebagai berikut :
1. Pasar Perdana (Primary Market) Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham ataupun sekuritas lain yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi perusahaan yang akan go
public, berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.
2. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder merupakan perdagangan saham, dimana saham yang diperdagangkan telah melewati masa penawaran pada pasar perdana.
Jadi, pasar sekunder ini memperjualbelikan saham dan sekuritas lain permintaan dan penawaran yang dilakukan oleh penjual dan pembeli dapat mempengaruhi harga saham di pasar sekunder. Faktor internal dan eksternal perusahaan mampu mempengaruhi besarnya permintaan dan penawaran.
3. Pasar Ketiga (Third Market) Pasar ketiga merupakan sarana perdagangan saham atau sekuritas lain yang dilakukan di luar bursa antara pelaku pasar (market maker) dan investor serta harga saham tersebut dibentuk oleh market maker. Para
market maker akan melakukan persaingan dalam menentukan harga
saham, karena setiap satu jenis saham dipasarkan oleh lebih dari satu
market maker . Pasar ketiga atau OTCM (Over The Counter Market) merupakan bursa efek yang memiliki skala besar.
4. Pasar Keempat (Fourth Market) Pasar keempat ini merupakan sarana transaksi jual-beli antar investor tanpa melalui perantara efek. Transaksi ini dapat dilakukan secara langsung oleh penjual saham dan pembeli saham. Metode ini dipergunakan pada abad 17 yang merupakan permulaan perdagangan efek. Dengan kemajuan teknologi, metode ini dapat dilakukan melalui apabila para pelaku pasar
electronic communication network (ECN)
mampu memenuhi syarat, yaitu telah memiliki efek dan dana yang berada di central custodian dan central clearing.
2. Investasi
Sunariyah (2011:4) mendefinisikan investasi sebagai suatu penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Menurut Tandelilin (2010:7), Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang.
Taswan dan Soliha (2002:168) menyatakan bahwa keputusan untuk melakukan investasi dapat dilakukan oleh individu maupun badan usaha (termasuk lembaga perbankan) yang memiliki kelebihan dana. Investasi dapat dilakukan baik di pasar uang, pasar modal ataupun ditempatkan sebagai kredit pada masyarakat yang membutuhkan. Pihak-pihak yang melakukan investasi biasanya disebut sebagai investor. Pada umumnya, investor dibagi menjadi dua, yaitu investor individual (individual investors) dan investor institusional (institusional investors). Investor individual terdiri dari individu-individu yang melakukan aktivitas investasi. Sedangkan investor institusional biasanya terdiri dari perusahaan- perusahaan asuransi, lembaga penyimpanan dana (bank dan lembaga simpan pinjam), lembaga dana pensiun, maupun perusahaan investasi.
Dalam menjalankan aktivitasnya, investor akan dihadapkan pada dua macam resiko, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Kedua risiko ini mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor. yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal yang bersangkutan. Risiko ini tidak mungkin dapat dihindari oleh pemodal melalui diversifikasi manapun. Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang terkait dengan suatu saham tertentu yang umumnya dapat dihindari atau diperkecil melalui diversifikasi. Menurut Jogiyanto (2008), Risiko sistematis ini disebabkan karena adanya perubahan ekonomi secara makro atau politik seperti kebijakan fiskal pemerintah, pergerakan tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang dan inflasi. Hal ini dapat menyebabkan reaksi pasar modal yang dapat dilihat dari indeks pasar. Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang bersumber pada pengaruh-pengaruh yang mengakibatkan penyimpangan pada tingkat pengembalian yang mungkin dapat dikontrol oleh perusahaan. Risiko ini umumnya merupakan masalah khusus perusahaan seperti adanya kerusakan peralatan, pemogokan kerja, bencana alam dan sebagainya. Risiko ini adalah risiko unik karena berasal dari kenyataan bahwa banyak risiko yang dihadapi perusahaan mempunyai sifat khusus yang sesuai dengan perusahaan. Risiko ini dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi.
Berdasarkan jangka waktu perputaran dananya, investasi dibedakan menjadi dua (Warsono, 2001:2) yaitu:
1. Investasi Jangka Pendek
Investasi yang perputaran dananya kurang dari atau sama dengan satu tahun. Bentuk investasi jangka pendek, seperti sertifikat deposito dan
2. Investasi Jangka Panjang Investasi yang perputaran dananya lebih dari satu tahun. Bentuk investasi jangka panjang ini misalnya investasi pada aktiva tetap dan surat berharga jangka panjang, seperti saham dan obligasi.
Namun menurut Sunariyah (2011:4), investasi terdiri dari 2 bagian utama yaitu :
1. Investasi dalam bentuk aktiva riil merupakan aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, dan real estate atau dengan kata lain barang-barang modal yang dapat diolah, dimanfaatkan serta digunakan untuk memperoleh hasil pengembalian atau laba.
2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (financial
assets ) adalah aktiva seperti surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu entitas.
Tandelilin (2010) mengungkapkan bahwa ada beberapa alasan khusus mengapa seseorang ingin melakukan investasi, antara lain:
1. Untuk mendapatkan suatu kehidupan yang lebih baik di masa depan Seseorang membutuhkan perjuangan keras untuk tetap bertahan hidup dan mengupayakan taraf hidup yang layak. Dengan berinvestasi, mungkin akan adanya pengorbanan berupa modal, pikiran dan tenaga pada saat ini, namun itu semua akan dinikmati hasilnya di masa mendatang.
2. Untuk mengurangi tekanan inflasi
Dengan melaksanakan investasi, maka orang tersebut akan mengurangi dampak inflasi yang akan mempengaruhi hasil dana dan kekayaan yang dimilikinya.
3. Dorongan untuk penghematan pajak
Banyak negara di dunia yang melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat. Semakin banyak orang melakukan investasi maka pajak ditanggung setiap tahunnya semakin sedikit karena sudah dikategorikan investor dari usaha yang mereka jalankan.
3. Saham a. Pengertian Saham
Salah satu instrumen pasar modal di Indonesia adalah saham. Saham menjadi salah satu instrumen surat berharga (sekuritas) yang terdapat di pasar modal serta paling banyak diminati oleh investor. Saham merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan serta berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan dalam memutuskan pendanaan perusahaannya (Tandelilin, 2010:31).
Darmadji dan Fakhruddin (2011), saham didefinisikan sebagai tanda perusahaan atau perseroan terbatas (PT). Saham adalah bukti kepemilikan sebagian modal perseroan yang memberikan berbagai hak menurut ketentuan undang-undang. Saham juga merupakan surat berharga (efek) yang berbentuk sertifikat, guna menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahan yang menerbitkan kertas tersebut (Robert Ang, 2007). Pemilik saham merupakan pemilik sebagian dari perusahaan tersebut.
b. Jenis-jenis Saham
Saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan dalam transaksi jual beli di bursa efek. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:6), ada beberapa sudut pandang yang membedakan jenis-jenis saham, antara lain:
1. Ditinjau dari cara peralihannya
a) Saham Atas Unjuk (Bearer Stock) adalah saham yang tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindah tangankan dari satu investor ke investor yang lain. Secara hukum, siapapun yang memegang saham ini maka akan diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
b) Saham Atas Nama (Registered Stock) adalah saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya. Dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan yang khusus membuat daftar nama pemegang saham. Namun apabila terjadi kehilangan, pemegang saham tersebut dengan mudah mendapat penggantinya.
2. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim
a) Saham Biasa (Common Stock), merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang paling populer di pasar modal.
b) Saham Preferen (Preferred Stock), adalah bentuk gabungan antara obligasi dan saham biasa. Jenis saham ini sering disebut dengan sekuritas campuran. Saham preferen sama dengan saham biasa karena tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan juga mewakili kepemilikan dari modal.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan
a) Blue Chip Stock (Saham Unggulan), saham ini merupakan saham unggulan, karena diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki kinerja yang bagus, sanggup memberikan dividen secara stabil dan konsisten. Perusahaan yang menerbitkan blue chip stock biasanya perusahaan besar yang telah memiliki pangsa pasar tetap.
b) Income Stock (Saham Pendapatan), saham ini merupakan saham yang memiliki dividen yang progresif atau besarya dividen yang dibagikan lebih tinggi dari rata-rata dividen tahun sebelumnya. lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi.
c) Growth Stock (Saham Pertumbuhan), merupakan jenis saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industry sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.
d) Speculative Stock (Saham Spekulatif), saham jenis ini menghasilkan dividen yag tidak tetap, karena perusahaan yang menerbitkan memiliki pendapatan yang berubah-ubah namun memiliki prospek yang bagus di masa yang akan datang.
e) Counter Sylical Stock (Saham Sklikal), perusahaan yang menerbitkan jenis saham ini adalah jenis perusahaan yang operasionalnya tidak banyak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Perusahaan tersebut biasanya bergerak dalam bidang produksi atau layanan jasa vital.
c. Keuntungan Berinvestasi Saham
Saat berinvestasi dalam bentuk saham, ada dua kemungkinan yang akan diperoleh oleh investor yaitu keuntungan dan risiko. Menurut Musdalifah, Minarti dan Nadir (2015), pada dasarnya terdapat dua keuntungan dengan membeli saham, yaitu:
1. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapat dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham dalam kurun waktu yang relative lama yaitu sampai kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapat dividen.
Dividen yang dibagikan perusahaan berupa deviden tunai, artinya setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
2. Capital Gain
Merupakan selisih antara harga beli dan harga jual saham. Capital
gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
d. Penilaian Saham
Menurut Jogiyanto (2003) secara umum ada 3 jenis penilaian saham yaitu: 1)
Nilai Buku Nilai buku ialah nilai asset yang tersisa setelah dikurangi kewajiban jaminan atau seberapa besar aktiva bersih untuk saham yang dimiliki investor.
2) Nilai Pasar Nilai pasar merupakan harga yang dibentuk oleh permintaan dan penawaran saham di pasar modal atau disebut juga dengan harga pasar sekunder. Nilai pasar tidak lagi dipengaruhi oleh emiten atau pihak pinjaman emisi, sehingga boleh jadi harga inilah yang sebenarnya mewakili nilai suatu perusahaan. 3)
Nilai Intrinsik Nilai intrinsik atau disebut juga fundamental value adalah nilai saham yang menentukan harga wajar suatu saham agar saham tersebut mencerminkan nilai saham yang sebenarnya sehingga tidak terlalu mahal. Perhitungan nilai intrinsik ini adalah mencari nilai sekarang dari semua aliran kas di masa mendatang baik yang berasal dari dividen maupun capital gain (Sulistyastuti, 2002).
4. Harga Saham a. Pengertian Harga Saham
Selembar saham memiliki nilai atau harga. Harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham tersebut ditentukan oleh pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di jangka pendek tidak dapat diterka secara pasti karena harga saham ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran atau kekuatan tawar-menawar. Semakin banyak orang yang ingin membeli saham, maka harga saham tersebut cenderung bergerak naik. Sebaliknya, semakin banyak orang yang menjual saham, maka saham tersebut akan bergerak turun.
b. Jenis-jenis Harga Saham
Menurut Sawidji Widoatmojo (2005:54), harga saham dapat dibedakan menjadi tiga adalah sebagai berikut : 1)
Harga Nominal Harga nominal merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. 2)
Harga Perdana Harga perdana merupakan harga saham pada saat tercatat di bursa efek.
Harga saham pada pasar ini biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian, akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.
3) Harga Pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lama. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa.
Transaksi disini tidak lagi melibatkan emitendari penjamin emisi. Harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang bebar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negoisasi harga antar investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari dumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.
5. Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) (2015:2), laporan keuangan meliputi bagian dari proses laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, sebagai contoh, sebagai laporan arus kas/laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Sedangkan menurut Munawir (2014:2), pengertian laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Kasmir (2016:11) mengungkapkan beberapa tujuan dari pembuatan atau penyusunan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
2. Untuk memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
3. Untuk memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.
4. Untuk memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5. Untuk memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan.
6. Untuk memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.
7. Untuk memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
8. Untuk memberikan informasi keuangan lainnya.
Setiap laporan keuangan yang disusun memiliki keterbatasan tertentu. Kasmir (2016:16) mengemukakan bahwa ada beberapa keterbatasn laporan keuangan yang dimiliki perusahaan, yaitu: 1)
Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), dimana data-data diambil dari data masa lalu.
2) Laporan keuangan dibuat untuk umum, artinya untuk semua orang bukan hanya untuk pihak tertentu saja.
3) Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
4) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi ketidakpastian. Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh: harta dan pendapatan, nilainya dihitung dari yang paling rendah.
5) Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya.
6. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan meliht hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat (Harahap, 2015:190). Analisis laporan keuangan diperlukan agar laporan keuangan perusahaan menjadi lebih berarti sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak yang membutuhkan. Hasil analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang diiliki, akan tergambar kinerja manajemen selama ini (Kasmir, 2016:66).
Analisis laporan keuangan mempunyai beberapa tujuan penting agar dapat dipahami oleh pemakai laporan keuangan. Menurut Harahap (2015:195), tujuan dilakukannya analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1)
Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
2) Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit).
3) Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4) Dapat membongkar hal-hal yang tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5) Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (ratting).
6) Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan kata lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisa laporan keuangan juga antara lain: a.
Dapat menilai prestasi perusahaan b. Dapat memproyeksi keuangan perusahaan c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu, yaitu: posisi keuangan (asset, neraca dan modal), hasil usaha perusahaan (hasil dan biaya), likuiditas, solvabilitas, aktivits, rentabilitas dan profitabilitas, dan indicator pasar modal.
d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu e.
Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana 7)
Dapat menentukan peringkat (ratting) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
8) Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.
10) Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.
Dalam melakukan analisis laporan keuangan, tentunya membutuhkan metode dan teknik analisis yang tepat untuk memaksimalkan hasil dari laporan keuangan. Terdapat metode dalam analisis laporan keuangan (Harahap, 2015:217), antara lain: 1)
Metode Komparatif Metode ini digunakan dengan memanfaatkan angka-angka laporan keuangan dan membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan lainnya. 2) Trend Analysis
Rasio adalah gambaran situasi perusahaan pada suatu waktu tertentu dan dari gambaran ini sebenarnya dapat kita bayangkan kecenderungan (trend) situasi perusahaan dimasa yang akan datang melalui gerakan pada masa lalu sampai masa kini. Analisis ini harus menggunkan Teknik perbandingan laporan keuangan beberapa tahun dan dari sini digambarkan trendnya. Tren analisis ini biasanya dibuat melalui grafik.
3) Common Size Financial Statement
Metode ini merupakan metode analisis yang menyajikan laporan keuangan dalam bentuk prestasi. Prestasi itu biasa dikaitkan dengan suatu jumlah yang dinilai penting misalnya asset untuk neraca, penjualan untuk laba rugi.
4) Metode Index Time Series
Metode ini dihitung index dan digunakan untuk mengkonfersikan angka-angka laporan keuangan. Biasanya ditetapkan tahun dasar yang diberi index 100. Beranjak dari tahun dasar ini, dibuat index tahun-tahun lainnya sehingga dapat dibaca dengan mudah perkembangan angka- angka laporan keuangan perusahaan tersebut pada periode lain. 5)
Rasio Laporan Keuangan Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara post
- –post tertentu dengan post lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan hubungan antara post tertentu dengan post yang lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai hubungan antar post dan dapat membandingkannya dengan rasio sehingga dapat diberikan penilaian.
6) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas dan Dana Analisis sumber dan penggunaan kas dan dana dilakukan dengan menggunakan laporan keuangan dua periode. Laporan ini dibandingkan dan dilihat mutasinya. Setiap mutasi mempengaruhi post lainnya.
7. Rasio Keuangan
Menurut Kasmir (2016:104), Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat keuangan atau antar komponen yang ada diantara laporan keuangan. Adapun menurut Harahap (2015:297), Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keungan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Menurut Kasmir (2016:106), bentuk-bentuk rasio keuangan perusahaan dibagi menjadi enam kelompok yaitu :
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) 2.
Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) 4.
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) 5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) 6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)
Analisis rasio keuangan akan menggambarkan atau menghasilkan suatu pertimbangan terhadap baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan perusahaan, serta bertujuan untuk menentukan seberapa efektif dan efisien dalam kebijaksanaan manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan setiap tahunnya.
Berdasarkan rasio-rasio di atas, peneliti akan menjelaskan lebih lanjut mengenai beberapa rasio, antara lain sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas atau sering disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuid perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passive lancar (utang jangka pendek) (Kasmir, 2016:130). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu. Jenis-jenis rasio likuiditas adalah:
1) Current Ratio Current ratio atau rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo (Kamir, 2016:134). Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
CR x 100%
=
2) Quick Ratio Quick Ratio atau rasio sangat lancar merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang lancar (utang jangka panjang) dengan aktiva lancar yang lebih likuid tanpa memperhitungkn nilai sediaan (inventory) (Kasmir, 2016:138).
Quick ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: −
QR = x 100%
3) Cash Ratio Cash ratio atau rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya (Kasmir, 2016:138). Cash
ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
- ℎ
CashR = x 100% 2.
Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila peusahaan dibubarkan (dilikuidasi) (Kasmir, 2016:150). Jenis-jenis rasio solvabilitas adalah:
1) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva (Kasmir, 2016:156). Debt to asset ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
DAR 100%
= x
2) Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan (Kasmir, 2016:157). Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Rasio ini menunjukkan resiko perusahaan, dimana semakin rendah DER mencerminkan semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan menggunakan perusahaan yang diperoleh dari utang dibandingkan dengan sumber- sumber modal yang lain seperti saham preferen, saham biasa atau laba yang ditahan. Debt to equity ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
DER = x 100%
3) Long Term Debt to Equity Ratio
Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara utang jangka
panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Semakin besar long term debt to equity ratio, maka semakin baik kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban utang jangka panjangnya. Long term debt to equity ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
Long term debt to equity ratio = 3.
Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.
Rasio ini digunakan untuk menunjukkan tingkat efektifitas pemanfaatan sumber daya perusahaan (Kasmir. 2016:172).
Jenis-jenis rasio aktivitas adalah: 1)
Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)
Total assets turn over atau rasio perputaran aktiva termasuk bagian
dari rasio aktivitas yang merupakan rasio perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputaran total aktiva dalam satu periode tertentu. Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009:19). Total assets turnover dapat dirumuskan sebagai berikut:
( ) TATO =
2) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over Ratio)
Inventory turnover adalah rasio manajemen aset atau rasio aktivitas
yang menunjukan tingkat perputaran persediaan perusahaan selama satu tahun. Menurut Wild (2005:200) “ITO adalah rasio yang mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari perusahaan”. ITO akan memberi informasi kepada investor tentang seberapa baik perusahaan mengelola asset perusahaan berupa persediaan. Inventory turnover ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
3) Rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Receivable Turn Over merupakan rasio yangdigunakan untuk
mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode (Kasmir, 2016:176). Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (dibandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Receivable Turn Over dapat dirumuskan sebagai berikut:
Perputaran Piutang
= − 4.
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan (Kasmir, 2016:196). Jenis-jenis rasio profitabilitas adalah : 1)
Gross Profit Margin (GPM)
Gross Profit Margin merupakan rasio yang menunjukkan laba yang
relative terhadap perusahaan, dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini merupakan cara untuk menunjukkan seberapa besar keuntungan kotor yang diperoleh perusahaan dalam penjualan produk. Gross Profit Margin dapat dirumuskan sebagai berikut :
GPM
=
2) Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
keuntungan dengan memabndingkan antara laba setelah bunga dan pajak dengan penjualan . Rasio ini menunjukkn pendapatan bersih perusahaan atas penjualan (Kasmir, 2016:200). Net Profit Margin dapat dirumuskan sebagai berikut :
ℎ ℎ
NPM 100%
= x
3) Operating Profit Margin (OPM) Operating Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untukmengukur besarnya presentase laba operasional atas penjualan bersih (Hery, 2015). Operating Income Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
ℎ OPM = x 100%
4) Return On Assets (ROA)
Return On Assets adalah rasio digunakan untuk mengukur aktivitas investasi (Mardiyanto, 2009). Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas asset berarti semakin rendah pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset (Hery, 2015). dapat dirumuskan sebagai berikut:
Return On Assets ℎ
ROA = x 100%
5) Return On Investment (ROI)
Return On Investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil dari
jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya (Kasmir, 2016:201). Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikan dengan mengabaikan sumber pendanaan. Return dapat dirumuskan sebagai berikut :
On Investment −
ROI = x 100% 6)
Return On Equity (ROE)
Return On Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi kuat, demikian pula sebaliknya (Kasmir, 2016:201). ROE dianggap sebagai representasi dari kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan (Mardiyanto,2009). Return On Equity dapat dirumuskan sebagai berikut:
ℎ ROE 100%
= x 5.
Rasio Penilaian Pasar (Valuation Ratio) Rasio penilaian pasar merupakan rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi (Kasmir, 2011:115). Rasio ini juga digunakan untuk mengestimasi nilai intrinsik perusahaan (nilai saham) (Hery, 2016:23).
Jenis-jenis rasio penilaian pasar adalah : 1)
Price Earning Ratio
Price Earning Ratio merupakan rasio pasar yang membandingkan
antara harga pasar suatu saham dengan Earning Per Share dari sahamyang bersangkutan. Data mengenai Price To Earning Ratio (PER) ini diukur dengan satuan kali (Jogiyanto, 2000). Price
Earning Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut : ℎ
PER = ℎ ℎ
2) Earning Per Share
Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar per lembar saham (Tjipto dan Hendry, 2001:139). Earning Per
Share dapat dirumuskan sebagai berikut :
ℎ ℎ
EPS =
x 100%
ℎ ℎ
3) Price to Book Value Faktor teknikal seperti rasio pasar juga sering kali digunakan oleh investor dalam menganalisis suatu saham. Price to Book Value adalah perhitungan atau perbandingan antara market value dengan
book value suatu saham. Dengan rasio PBV ini, investor dapat
mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book value-nya. Rasio ini dapat memberikan gambaran potensi pergerakan harga suatu saham sehingga dari gambaran tersebut, secara tidak langsung rasio PBV ini juga memberikan pengaruh terhadap harga saham (Tryfino, 2009:11). Sihombing (2008:95) berpendapat bahwa Price to Boook Value merupakan suatu nilai yang dapat digunakan untuk membandingkan apakah sebuah saham lebih mahal atau lebih murah dibandingkan dengan saham lainnya. Untuk membandingkannya, kedua perusahaan harus dari satu kelompok usaha yang memiliki sifat bisnis yang sama. Sawir (2000:22) berpendapat bahwa Rasio Price to Book Value menggambarkan nilai pasar keuangan terhadap manajemen dan organisasi dari perusahaan yang sedang berjalan (going concern). kuat dan organisasi yang berfungsi kurangnya sama dengan nilai buku aktiva fisiknya. Price to Book Value dapat dirumuskan sebagai berikut:
ℎ PBV =
ℎ
4) Dividend Yield Ratio
Rasio keuangan yang membandingkan jumlah dividen tunai yang dibagikan kepada pemegang saham dengan harga saham. Dividen
Yield digunakan oleh investor untuk menunjukkan bagaimana
investasi mereka menghasilkan arus kas dalam bentuk dividen atau kenaikan nilai asset oleh apresiasi saham. Dividen Yield dapat dirumuskan sebagai berikut :
ℎ DYR = x 100%
ℎ
5) Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio merupakan persentase tertentu dari laba
perusahaan yang dibayarkan sebagai deviden kas kepada pemegang saham. DPR merupakan keputusan mengenai kebijakan deviden, apakah earning dibagi dalam bentuk deviden atau sebagian diinvestasikan kembali. DPR menunjukkan besarnya laba yang akan dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden.
Dividend Payout Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
8. Market Value Added (MVA) a. Pangertian Market Value Added (MVA)
Husnan & Pudjiastuti (2006:65) berpendapat bahwa Market Value
Added merupakan perbedaan nilai pasar saham dengan ekuitas (modal sendiri) yang diserahkan ke perusahaan oleh para pemegang saham.
Menurut Brigham & Houston (2010:111), Market Value Added adalah selisih antara nilai pasar atas sebuah modal suatu perusahaan dengan nilai buku seperti disajikan dalam neraca. Selain itu, menurut Keown dkk (2010:35), MVA merupakan alat untuk mengukur berapa banyak kekayaan suatu perusahaan yang telah diciptakan untuk saat tertentu.