PENGARUH FIRM SIZE, BOOK TO MARKET EQUITY RATIO, PRICE EARNING RATIO, DAN DEBT EQUITY RATIO TERHADAP RETURN SAHAM

EARNING RATIO, DAN DEBT EQUITY RATIO TERHADAP RETURN SAHAM

SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh: HARIS ADHI RAHMANTO NIM. F0304063 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

v “…Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat.

Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.”

(QS. Al Baqarah: 153)

v “Kepuasan terletak pada usaha bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan hakiki”

(Mahatma Gandhi)

v “Don't ever let someone tell you, you can't do something... You got a dream, you got to protect it...."

(Will Smith – The Pursuit of Happiness)

v "Champions aren't made in gyms. Champions are made from something deep inside them: a desire, a dream, a vision”

(Muhammad Ali)

v “A true knight will never leave his lady”

(Alessandro Del Piero)

Dengan setulus hati, karya ini kupersembahkan untuk:

v Bapak dan Ibu, terima kasih atas seluruh perhatiannya. v Saudara dan adik-adikku yang tersayang v Rekan seperjuangan dan adik-adikku di Akuntansi v Almamaterku v Sahabat dan teman-temanku

Bismillahirrahmaanirrahim

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur ucapkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Firm Size, Book To Market Equity Ratio, Price Earning Ratio, dan Debt Equity Ratio terhadap Return Saham”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya apa yang telah dicapai ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu dengan ketulusan dan kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Sri Murni, SE., MSi., Ak. selaku dosen pembimbing yang dengan kesabaran membimbing dan mengarahkan penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Akuntansi, yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan inspirasi.

5. Kedua orangtua dan keluargaku, atas segala cinta, kasih sayang dan dukungan serta doa restu yang senantiasa menyertaiku.

duka dalam menempuh ilmu di FE UNS, mudah-mudahan kita semua bisa menjadi manusia yang berguna dan berhasil semua.

7. Teman-teman Juventus Club Indonesia Chapter Solo, terima kasih atas kebersamaan dan persaudaraannya selama ini, banyak keceriaan saat bersama kalian.

8. Buat juvedonna, “piero” ku, terima kasih buat bantuan, support dan doanya selama ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surakarta, Desember 2011

Penulis

E.Pengujian Hipotesis ............................................................................. 47 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A.Hasil Pengumpulan Data ..................................................................... 51 B.Statistik Deskriptif ............................................................................... 52 C.Pengujian Asumsi Klasik .................................................................... 53 D.Pengujian Hipotesis ............................................................................. 58 E.Pembahasan ......................................................................................... 61

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan.......................................................................................... 65 B.Keterbatasan ........................................................................................ 66 C.Saran .................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Halaman

Tabel IV.1 Jumlah Sampel Penelitian ....................................................................... 52 Tabel IV.2 Statistik Deskriptif .................................................................................. 52 Tabel IV.3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ............................................................. 54 Tabel IV.4 Hasil Uji Multikolinieritas ...................................................................... 55 Tabel IV.5 Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................ 56 Tabel IV.6 Hasil Uji Statistik .................................................................................... 58

Halaman

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 39 Gambar IV.1 Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas ...................................... 57

PENGARUH FIRM SIZE, BOOK TO MARKET EQUITY RATIO, PRICE EARNING RATIO, DAN DEBT EQUITY RATIO TERHADAP RETURN SAHAM HARIS ADHI RAHMANTO F.0304063

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental perusahaan yang terdiri dari ukuran perusahaan (firm size), book to market equity ratio, price earning ratio (PER), dan debt equity ratio (DER) terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan populasi perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel atas dasar kriteria yang sesuai dengan penelitian, dan diperoleh sampel sejumlah 59 perusahaan.

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa faktor fundamental perusahaan yang terdiri dari ukuran perusahaan (firm size), book to market equity ratio, price earning ratio (PER), dan debt equity ratio (DER) berpengaruh secara serentak terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Eek Indonesia (BEI). Secara parsial variabel ukuran perusahaan (firm size) dan price earning ratio (PER) berpengaruh positif terhadap return saham. Sedangkan variabel book to market equity ratio dan debt equity ratio secara parsial berpengaruh negatif terhadap return saham.

Kata kunci: ukuran perusahaan, book to market equity ratio, price earning ratio, debt equity ratio, return saham

ABSTRACT THE EFFECT OF FIRM SIZE, BOOK TO MARKET EQUITY RATIO, PRICE EARNING RATIO, AND DEBT EQUITY RATIO TO STOCK RETURN HARIS ADHI RAHMANTO

F.0304063

The purpose of this research is to examine the effect of fundamental factors of firm size, book to market equity ratio, price earning ratio (PER), and debt equity ratio (DER) to stock return of manufacture companies listed in the Indonesian Stock Exchange (IDX).

Data of this research is secondary data with the population of listed in the Indonesian Stock Exchange years 2004-2006. Sampling conducted with purposively sampling method that is based on the sample selection criteria in accordance with the objectives of the research, and acquired 59 companies.

Based on the analysis result indicate that fundamental factors of firm size, book to market equity ratio, price earning ratio (PER), and debt equity ratio (DER) simultaneously affect the stock returns of manufacture companies listed in the Indonesian Stock Exchange (IDX). Partially, firm size and price earning ratio have positive effect to stock return. And book to market ratio and debt equity ratio have negative effect to stock return.

Key words: firm size, book to market equity ratio, price earning ratio (PER), debt equity ratio (DER), stock return

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Tripathi (2008) yang berjudul “Company Fundamentals and Equity Returns in India”. Peneliti tertarik untuk mereplikasi penelitian tersebut karena selain untuk membandingkan hasilnya dengan di Indonesia, hasil yang diperoleh juga masih menunjukkan adanya inkonsistensi. Adanya inkonsistensi inilah yang mendorong penelitian di pasar modal terus dilakukan karena faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal sangat beragam. Pengaruh dari faktor-faktor tersebut juga bisa berubah sewaktu-waktu sehingga menarik untuk diteliti kembali.

Keberadaan pasar modal sangat dibutuhkan dalam membangun perekonomian suatu negara. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi (Jogiyanto, 2003). Pasar modal berperan penting dalam membangun perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai dana. Selain itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal, pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling optimal

(Tandelilin, 2001). Hal inilah yang memotivasi investor untuk menanamkan dananya di pasar modal. Keuntungan bagi pihak penerbit (emiten) dengan adanya pasar modal yaitu kemudahan dalam mengatasi masalah dana dengan cara menarik dana dari masyarakat dengan menjual saham.

Perkembangan pasar modal tidak terlepas dari peran serta investor yang melakukan transaksi di pasar modal, baik di pasar perdana (primary market ) maupun di pasar sekunder (secondary market). Menurut Caroko (2003) dalam Artatik (2007), tujuan investor menginvestasikan dananya di pasar modal adalah selain untuk dapat turut memiliki suatu perusahaan juga untuk dapat menikmati dividen yang dibagikan. Selain itu juga terdapat kemungkinan untuk mendapat capital gain di kemudian hari apabila terjadi kenaikan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Namun harus diperhatikan juga bahwa investasi dipasar modal juga mengandung risiko. Semakin besar return yang diharapkan, semakin besar pula risiko yang dihadapi. Investor cenderung lebih memilih untuk berinvestasi pada investasi yang akan memberikan tingkat keuntungan yang lebih besar dengan tingkat risiko yang sama, atau dengan tingkat keuntungan yang sama tetapi tingkat risiko yang ditanggung lebih kecil.

Semakin efisien perusahaan dalam menggunakan aktivanya, return yang diperoleh akan semakin tinggi. Investor yang akan berinvestasi di pasar modal akan terlebih dahulu melihat saham yang paling menguntungkan dengan menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan serta kemakmuran pemegang Semakin efisien perusahaan dalam menggunakan aktivanya, return yang diperoleh akan semakin tinggi. Investor yang akan berinvestasi di pasar modal akan terlebih dahulu melihat saham yang paling menguntungkan dengan menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan serta kemakmuran pemegang

Informasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh para investor. Laporan keuangan adalah sumber informasi bagi investor yang mempunyai tingkat kebenaran yang tinggi. Publikasi laporan keuangan merupakan saat-saat yang ditunggu oleh para investor, karena dalam laporan keuangan dapat dilihat perkembangan perusahaan, yang dapat digunakan sebagai pertimbangan investasi (Fatkul, 2008).

Menurut Rina dan Sholihah (2003), salah satu kegunaan laporan keuangan adalah menyediakan informasi kinerja keuangan perusahaan terutama profitabilitas yang diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan. Informasi kinerja yang ada dalam perusahaan bermanfaat untuk memprediksi perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada.

Selain itu, tujuan laporan keuangan adalah memberikan bantuan kepada investor, kreditor, dan investor potensial untuk mengambil keputusan investasi. Jadi informasi yang ada di laporan keuangan dapat berguna untuk investor dalam mempertimbangkan suatu keputusan apakah melakukan investasi atau tidak. Di pasar modal Indonesia, laporan keuangan dapat berguna bagi investor dalam mengambil keputusan apakah membeli, menahan atau menjual saham tertentu dan untuk membentuk portofolio.

Dalam melakukan investasi di pasar modal, para investor mengharapkan untuk memperoleh return yang maksimal. Ditinjau dari segi kompensasi, return merupakan imbalan atas kesediaan investor untuk menanggung resiko atas investasi yang dilakukan. Harapan untuk memperoleh return yang maksimal diusahakan dengan mengadakan analisis dan upaya- upaya yang berkaitan dengan investasi dalam sahamnya. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi return saham sehingga harapan untuk memperoleh return yang maksimal bisa dicapai (Hidayati, 2009).

Tingkat keuntungan saham (stock return) dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan yang terkandung dalam laporan keuangan digunakan untuk memprediksi return saham yang akan diperoleh investor (Ambarno, 2009).

Menurut Purnomo (2003), return saham pada dasarnya ditentukan oleh harga saham, sedangkan tinggi rendahnya harga saham di bursa pada dasarnya dipengaruhi oleh preferensi dan persepsi investor terhadap faktor- faktor yang dapat mempengaruhinya. Jadi tinggi rendahnya harga saham yang juga berarti tinggi rendahnya return saham, tergantung pada bagaimana investor mempersepsikan prospek perusahaan. Dari sudut pandang perusahaan, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu faktor yang bersifat fundamental (kondisi keuangan perusahaan tersebut, dimana harga sahamnya akan semakin baik seiring dengan kondisi keuangan perusahaan yang semakin sehat), faktor yang bersifat teknis

(kebijakan-kebijakan internal yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, misalnya kebijakan stock split, pengumuman dividen, right issue, dan sebagainya), serta faktor sosial ekonomi dan politik. Sedangkan menurut Ernawati (2003), faktor penentu harga saham yang benar adalah kekuatan permintaan dan penawaran, tetapi faktor yang lebih fundamental adalah estimasi investor terhadap pendapatan dan dividen perusahaan.

Pada umumnya, saham perusahaan yang lebih kecil cenderung memiliki return yang lebih besar dibandingkan dengan saham perusahaan yang lebih besar, fenomena ini biasa disebut dengan size effect. Perusahaan kecil mempunyai tingkat pertumbuhan (growth) yang relatif lebih tinggi, sehingga lebih berpengaruh pada perubahan fundamental. Hal ini dikarenakan laba yang diperoleh pada perusahaan kecil cenderung lebih rendah sehingga peningkatan laba pada tahun berikutnya lebih mudah dilakukan. Sedangkan pada perusahaan besar dengan laba yang besar, pertumbuhan relatif lebih rendah karena laba periode sebelumnya cenderung sudah tinggi (Fitriati, 2010). Hal ini didukung dengan penelitian Tripathi (2008) yang menemukan adanya hubungan negatif antara return dan size perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kapitalisasi pasar kecil mempunyai tingkat pengembalian yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan berkapitalisasi pasar besar.

Perusahaan dengan book to market ratio tinggi mengindikasikan bahwa pasar menghargai perusahaan relatif lebih rendah daripada nilai buku perusahaan. Secara teoritis rasio book to market memiliki pengaruh negatif Perusahaan dengan book to market ratio tinggi mengindikasikan bahwa pasar menghargai perusahaan relatif lebih rendah daripada nilai buku perusahaan. Secara teoritis rasio book to market memiliki pengaruh negatif

Price Earning Ratio (PER) berguna bagi investor untuk menunjukkan kinerja perusahaan dimasa lalu dan prospeknya dimasa yang akan datang. Semakin tinggi PER suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi harga per lembar saham tersebut dibandingkan laba per lembar sahamnya. Hal ini menunjukkan semakin tinggi minat para investor untuk membeli saham tersebut (Prasetya, 2008). PER juga menunjukkan hubungan antara harga pasar saham biasa dan earning per share. Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat tergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya memiliki PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki PER yang rendah pula (Hartati, 2010). Sehingga terdapat hubungan positif antara PER dengan return saham.

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang memuat informasi mengenai perbandingan antara total utang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan. Apabila DER semakin rendah maka kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya akan semakin baik dan begitu juga sebaliknya bagi pemegang saham artinya sebagian keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan akan digunakan untuk melunasi Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang memuat informasi mengenai perbandingan antara total utang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan. Apabila DER semakin rendah maka kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya akan semakin baik dan begitu juga sebaliknya bagi pemegang saham artinya sebagian keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan akan digunakan untuk melunasi

Telah cukup banyak penelitian yang mengkaji tentang hubungan dan pengaruh berbagai variabel fundamental perusahaan terhadap return saham, namun sejauh ini pada sebagian hasil yang diperoleh masih menunjukkan adanya inkonsistensi.

Nugroho (2003) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi return saham pada perusahaan yang terdaftar di BEJ. Adapun faktor-faktor yang diteliti meliputi beta, size, book value to market equity dan earning yields. Hasil penelitiannya menemukan bukti empiris bahwa beta dan firm size tidak memberikan pengaruh dengan arah yang konsisten terhadap return. Fitriati (2010) meneliti hubungan antara distress risk, firm size, dan book to market ratio dengan return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2005-2008. Hasil penelitiannya menemukan bukti empiris bahwa firm size mempunyai pengaruh negatif terhadap return saham.

Tripathi (2008) meneliti faktor fundamental yang mempengaruhi return saham pada perusahaan di India periode 1997-2007. Adapun faktor- Tripathi (2008) meneliti faktor fundamental yang mempengaruhi return saham pada perusahaan di India periode 1997-2007. Adapun faktor-

Lewellen (2004) melakukan penelitian di Amerika mengenai prediksi return dengan menggunakan rasio keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dividend yield, book to market ratio, dan price earning ratio secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Imronudin (2005) melakukan penelitian tentang pengaruh kebijakan terhadap hubungan model tiga faktor dengan return saham. Variabel yang digunakan adalah beta, size dan book to market. Hasil penelitian menunjukkan bahwa book to market tidak mempunyai pengaruh terhadap return saham. Yuningsih dan Yudaruddin (2007) meneliti pengaruh beta, firm size, dan book to market ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2002- 2006. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beta, firm size, dan book to market ratio secara simultan berpengaruh terhadap return saham. Secara parsial, beta dan book to market ratio berpengaruh positif terhadap return saham.

Penelitian yang dilakukan Priunika (2004) meneliti 31 perusahaan property yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa PER tidak berpengaruh terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Sapoetra (2004) pada perusahaan manufaktur yang menyatakan bahwa PER Penelitian yang dilakukan Priunika (2004) meneliti 31 perusahaan property yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa PER tidak berpengaruh terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Sapoetra (2004) pada perusahaan manufaktur yang menyatakan bahwa PER

Suharli (2005) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi return saham pada perusahaan industri food and beverages di Bursa Efek Jakarta. Adapun faktor-faktor yang diteliti meliputi leverage (DER) dan beta. Hasil penelitiannya menemukan bukti empiris bahwa leverage dan beta saham tidak mempengaruhi return saham secara signifikan. Anastasia (2003) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi return saham pada perusahaan yang terdaftar di BEJ. Adapun faktor-faktor yang diteliti adalah analisis faktor fundamental dan risiko sistematis terhadap harga saham properti di BEI. Hasil penelitiannya menemukan bukti empiris bahwa faktor fundamental (ROA, ROE, BV, DER) dan risiko sistematik (beta) mempunyai pengaruh yang signifikan.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Tripathi (2008) yang berjudul “Company Fundamentals and Equity Returns in India”. Beberapa perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Populasi dalam penelitian sebelumnya adalah perusahaan yang terdaftar di Indian Stock Market , sedangkan pada penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Data yang digunakan dalam penelitian sebelumnya dari periode Juni 1997- Juni 2007, penelitian ini menggunakan data dari periode Januari 2007- Desember 2009.

3. Variabel firm size dalam penelitian Tripathi diukur dengan kapitalisasi pasar, sedangkan dalam penelitian ini variabel firm size diukur dari logaritma total aset.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor/variabel fundamental yang mempengaruhi return saham dengan judul: “PENGARUH FIRM SIZE,

BOOK TO MARKET EQUITY RATIO, PRICE EARNING RATIO, DAN DEBT EQUITY RATIO TERHADAP RETURN SAHAM.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Firm Size berpengaruh terhadap return saham?

2. Apakah Book to Market Equity Ratio berpengaruh terhadap return saham?

3. Apakah Price Earning Ratio berpengaruh terhadap return saham?

4. Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap return saham?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris apakah firm size, book to market equity ratio, price earning ratio dan debt to equity ratio berpengaruh terhadap return saham.

D. Manfaat Penelitian

Dapat memberikan informasi kepada para pelaku pasar modal dan perusahaan mengenai pengaruh variabel yang diteliti terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam ruang lingkup pasar modal.

Bagi emiten maupun calon emiten, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan perusahaan dalam usaha untuk meningkatkan return saham perusahaan.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan referensi untuk penelitian berikutnya terutama penelitian terkait dengan faktor yang mempengaruhi return saham di Bursa Efek Indonesia

E. Sistematika Penulisan

Penulisan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I

PENDAHULUAN Bab pertama merupakan pendahuluan yang membahas tentang latar belakang penulisan penelitian. Selain itu PENDAHULUAN Bab pertama merupakan pendahuluan yang membahas tentang latar belakang penulisan penelitian. Selain itu

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas telaah literatur yang mendukung hipotesis dalam penelitian ini. Meliputi berbagai review penelitian terdahulu dan teori yang digunakan dalam menyusun hipotesis penelitian.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi desain penelitian, populasi, sampel, dan metode pengambilan sampel, variabel yang diteliti dan pengukurannya, sumber data, metode pengambilan data, dan metode analisis data.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi pengujian hipotesis, hasil, dan pembahasan.

BAB V

PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan yang diambil dari seluruh pembahasan sebelumnya, keterbatasan dan implikasi penelitian yang diajukan sebagai bahan pertimbangan.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Investasi

Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada waktu sekarang dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Pihak yang menanamkan dana disebut dengan investor. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Investasi juga mempelajari bagaimana mengelola kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam investasi berarti kesejahteraan yang sifatnya moneter, bisa ditunjukkan dari jumlah pendapatan yang dimiliki saat ini dan nilai saat ini untuk pendapatan yang akan datang.

1. Tipe-Tipe Investasi

Investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada financial assets dan investasi pada real assets. Investasi pada financial assets dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi pada financial assets dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, dan lainnya. Investasi pada real assets dapat dilakukan dalam bentuk pembelian aset produktif, seperti pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, dan lainnya.

Investasi pada financial assets dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu investasi langsung (direct investing) dan investasi tidak langsung (indirect investing ). Menurut Jogiyanto (2003), investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya, investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain.

2. Hubungan Informasi Dengan Keputusan Investasi

Keputusan investasi memiliki keterkaitan yang erat dengan informasi keuangan perusahaan. Hasil keputusan investasi sangat ditentukan oleh informasi yang memiliki fungsi sebagai decision maker. Keputusan investasi menjadi sangat vital, terutama dalam instrumen pasar modal. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena instrumen pasar modal yang diperdagangkan bersifat abstrak.

Menurut Rosyadi dalam Alfiani (2009), sebelum seorang investor memutuskan akan menginvestasikan dananya di pasar modal, ada kegiatan terpenting yang perlu untuk dilakukan, yaitu penilaian yang cermat terhadap emiten. Seorang investor harus percaya bahwa informasi yang diterimanya adalah informasi yang benar, sistem perdagangan di bursa dapat dipercaya, serta tidak ada pihak lain yang memanipulasi informasi dan perdagangan tersebut. Syarat utama yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia Menurut Rosyadi dalam Alfiani (2009), sebelum seorang investor memutuskan akan menginvestasikan dananya di pasar modal, ada kegiatan terpenting yang perlu untuk dilakukan, yaitu penilaian yang cermat terhadap emiten. Seorang investor harus percaya bahwa informasi yang diterimanya adalah informasi yang benar, sistem perdagangan di bursa dapat dipercaya, serta tidak ada pihak lain yang memanipulasi informasi dan perdagangan tersebut. Syarat utama yang diinginkan oleh para investor untuk bersedia

Laporan keuangan memberikan informasi yang berhubungan dengan profitabilitas, risiko, aliran kas, yang seluruhnya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan tersebut.

Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan teknik analisis pada laporan keuangan dan data keuangan dalam rangka untuk memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang berarti dan berguna dalam rangka pengambilan keputusan.

Bagi para investor yang akan melakukan analisis perusahaan, informasi laporan yang dikeluarkan perusahaan merupakan salah satu jenis informasi yang mudah didapatkan dibandingkan alternatif informasi yang lainnya. Selain itu informasi laporan keuangan sudah cukup menggambarkan kepada kita sejauh mana perkembangan kondisi perusahaan selama ini dan apa saja yang telah dicapainya. Selain itu kita juga bisa melihat prospectus perusahaan selama operasinya hanya dengan membaca dan melihat laporan keuangan.

Koesno dalam Resmi (2002) mengatakan bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi pengharapan investor adalah kinerja keuangan dari tahun ke tahun. Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya harga saham suatu perusahaan. Selain itu analisis Koesno dalam Resmi (2002) mengatakan bahwa salah satu faktor penting yang mempengaruhi pengharapan investor adalah kinerja keuangan dari tahun ke tahun. Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya harga saham suatu perusahaan. Selain itu analisis

B. Pasar Modal

1. Pengertian Pasar Modal

Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun (Samsul, 2006). Menurut Eakins (2006), pasar modal adalah tempat dimana sekuritas atau surat berharga diperdagangkan dengan jangka waktu jatuh tempo lebih dari satu tahun. Pasar modal utama terdiri dari surat-surat berharga antara lain adalah obligasi pemerintah, obligasi pasif, obligasi perusahaan, saham perusahaan, dan hipotik.

Menurut Tandelilin (2001), pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan Bursa Efek. Secara fisik pasar modal dapat juga berfungsi sebagai lembaga perantara

(intermediaries). Fungsi ini menunjukkan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana.

Menurut Sunariyah (2004), pasar modal didefinisikan sebagai tempat pertemuan antara penawaran dan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu pula perusahaan yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten.

2. Jenis-Jenis Pasar Modal

Menurut Samsul (2006) pasar modal di Indonesia terbagi dalam empat jenis, yaitu:

a. Pasar Perdana Pasar perdana merupakan tempat atau sarana bagi perusahaan untuk

pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakan umum. Penawaran dalam pasar perdana ini disebut Initial Public Offering (IPO). Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya.

b. Pasar Sekunder Pasar sekunder merupakan tempat atau sarana transaksi jual-beli antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek.

Setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana, selanjutnya sekuritas emiten tersebut, bisa diperjualbelikan oleh dan antar investor dipasar sekunder. Dengan adanya pasar sekunder, investor dapat melakukan perdagangan sekuritas untuk mendapatkan keuntungan. Di pasar sekunder terbentuklah harga pasar karena harga ditentukan oleh tawaran jual dan tawaran beli dari pasar investor yang disebut order driven market .

c. Pasar Ketiga Pasar ketiga adalah sarana jual-beli efek antara market maker dan investor. Harga saham atau sekuritas di pasar ketiga dibentuk oleh market maker . Investor dapat memilih market maker (anggota bursa) yang memberikan harga tertinggi karena satu jenis saham dapat dipasarkan lebih dari satu market maker.

d. Pasar Keempat Sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa perantara efek. Transaksi dilakukan secara tatap muka antara investor beli dan investor jual untuk saham atas pembawa. Pasar keempat ini hanya dilaksanakan oleh investor besar karena dapat menghemat biaya transaksi daripada dilakukan di pasar sekunder.

3. Instrumen Pasar Modal

Menurut Tandelilin (2001), ada beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar modal, antara lain : Menurut Tandelilin (2001), ada beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar modal, antara lain :

b. Obligasi Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor sudah dapat mengetahui dengan pasti berapa pembayaran bunga yang akan diperolehnya secara periodik dan berapa pembayaran kembali nilai par (par value) pada saat jatuh tempo. Meskipun demikian, obligasi bukan tanpa risiko, karena bisa saja obligasi tersebut tidak terbayar kembali akibat kegagalan penerbitnya dalam memenuhi kewajibannya. Oleh karena itu, investor perlu memperhatikan peringkat obligasi yang menunjukkan tingkat risiko dan kualitas obligasi dilihat dari kinerja perusahaan yang menerbitkannya.

c. Reksa Dana Reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksa dana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal c. Reksa Dana Reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksa dana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal

d. Insrumen Derivatif Instrumen derivatif merupakan sekuritas yang nilainya merupakan turunan dari sekuritas lain, sehingga nilai instrumen derivatif sangat tergantung dari harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan. Ada beberapa jenis instrumen derivatif, antara lain: warrant, bukti right, opsi dan futures.

C. Saham

1. Pengertian Saham

Modal atau dana atau efek yang diperjualbelikan di pasar modal pada umumnya berbentuk saham dan obligasi. Menurut Madichah (2005), saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud dari saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik saham dari perusahaan yang menerbitkan saham perusahaan tersebut.

Saham memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan, sehingga para pemegang saham berhak menentukan arah kebijaksanaan perusahaan lewat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Para pemegang saham juga berhak memperoleh dividen yang dibagikan oleh perusahaan. Sebaliknya, pemegang saham pun turut menanggung risiko sebesar saham yang dimiliki apabila perusahaan tersebut bangkrut.

Menurut Ratih (2005), dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham antara lain:

a. Dividen Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan

dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, artinya kepada pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

b. Capital Gain Capital gain merupakan selisih lebih antara harga jual saham dengan harga beli saham. Capital gain merupakan keuntungan yang diharapkan oleh pemegang saham untuk investasi jangka pendek.

2. Jenis-Jenis Saham

Pada umumnya dari berbagai jenis saham yang diklasifikasikan atas kriteria tertentu, ada dua jenis saham yang dikenal dan diperdagangkan di pasar modal, yaitu saham biasa dan saham preferen (Jogyanto, 2003).

a. Saham Biasa Saham biasa menunjukkan kepemilikan dalam perusahaan. Pemegang obligasi dapat dikatakan sebagai kreditur, sedangkan pemegang saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan. Saham biasa tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo, tetapi sebagai pemilik selama sebuah perusahaan berdiri. Pemegang saham biasa akan mendapatkan dividen pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan. Apabila perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan atau mendapat kerugian, maka pemegang saham tidak akan mendapat dividen dan mengenai ini ada ketentuan hukumnya, yaitu bahwa suatu perusahaan yang menderita kerugian selama kerugian tersebut belum dapat ditutup, maka perusahaan tersebut tidak diperbolehkan membayar dividen.

b. Saham Preferen Pemegang saham preferen mempunyai beberapa preferensi tertentu di atas pemegang saham biasa, yaitu dalam hal :

1) Pembagian dividen dari saham preferen diambil lebih dahulu, kemudian sisanya barulah disediakan untuk saham biasa. Dividen 1) Pembagian dividen dari saham preferen diambil lebih dahulu, kemudian sisanya barulah disediakan untuk saham biasa. Dividen

2) Pembagian kekayaan, apabila perusahaan dilikuidasi, maka dalam pembagian kekayaan saham preferen didahulukan dari pada saham biasa. Tetapi didalam RUPS pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara.

3. Analisis Saham

Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar, yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar. Sedangkan nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya (Alfiani, 2009).

Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik suatu saham dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saham tersebut pada saat ini. Menurut Sudomo (2001) dalam Alfiani (2009), nilai intrinsik saham menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari suatu saham. Pedoman yang digunakan adalah :

a. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah) dan karenanya layak dibeli / ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.

b. Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal) karenanya saham tersebut layak dijual.

c. Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.

D. Return Saham

Tujuan investor dalam melakukan investasi adalah untuk memaksimalkan return tanpa melupakan faktor resiko dari investasi yang dilakukannya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor untuk berinvestasi disamping merupakan imbalan atas keberanian investor dalam menanggung resiko atas investasi yang dilakukan (Tandelilin, 2001).

Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham maupun surat utang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Dengan kata lain, capital gain (loss) bisa juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas (Tandelilin, 2001).

Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan terjadi di masa mendatang. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan terjadi di masa mendatang. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return

Menurut Brigham (2001) dalam Prasetya (2008), return dapat berupa:

1. Required Rate of Return / tingkat pengembalian yang diperlukan. Merupakan tingkat pengembalian minimal yang dapat diterima atas saham dengan mempertimbangkan baik risiko maupun pengembalian yang dapat tersedia atas investasi lainnya.

2. Expected Rate of Return / tingkat pengembalian yang diharapkan. Merupakan tingkat pengembalian minimal atas saham yang diharapkan akan diterima pemegang saham.

3. Actual/Realized Rate of Return atau tingkat tingkat pengembalian aktual yang direalisasi. Merupakan tingkat pengembalian atas saham yang benar-benar diterima oleh pemegang saham. Pengembalian aktual biasanya berbeda dari pengembalian yang diharapkan.

E. Firm Size

Firm size atau ukuran perusahaan merupakan variabel karakteristik perusahaan yang dapat menjelaskan return saham. Suatu perusahaan besar Firm size atau ukuran perusahaan merupakan variabel karakteristik perusahaan yang dapat menjelaskan return saham. Suatu perusahaan besar

Ukuran suatu perusahaan dapat dinilai dari beberapa aspek seperti total aktiva dan kapitalisasi pasar (market capitalization). Kapitalisasi pasar mencerminkan nilai kekayaan perusahaan saat ini. Kapitalisasi pasar merupakan suatu pengukuran terhadap perusahaan yang didasarkan atas jumlah saham yang beredar dan harga per lembar saham tersebut. Selain melalui kapitalisasi pasar, ukuran (size) perusahaan juga bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, atau modal dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan. Dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total aktiva yang kecil (Alfiani, 2009).

F. Book to Market Equity Ratio

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi saham pada suatu perusahaan, sering kali para investor juga memperhatikan book to market ratio . Book to market ratio adalah perbandingan antara nilai buku per lembar saham dengan nilai pasar saham. Analisis book to market ratio diperlukan Sebelum memutuskan untuk berinvestasi saham pada suatu perusahaan, sering kali para investor juga memperhatikan book to market ratio . Book to market ratio adalah perbandingan antara nilai buku per lembar saham dengan nilai pasar saham. Analisis book to market ratio diperlukan

Menurut Robert Ang (1997) dalam Fitriati (2010), book to market ratio merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga pasarnya. Perusahaan dengan book to market ratio tinggi mengindikasikan bahwa pasar menghargai perusahaan relatif lebih rendah daripada nilai buku perusahaan. Secara teoritis rasio book to market memiliki pengaruh negatif terhadap return saham dengan kata lain semakin tinggi rasio book to market suatu perusahaan maka semakin rendah return saham yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya dimana perusahaan dengan rasio book to market rendah memiliki tingkat return saham yang relatif lebih tinggi.

G. Price Earning Ratio

Menurut Brigham dan Houston (2006) dalam Hartati (2010), price earning ratio menunjukkan berapa banyak jumlah uang yang rela dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dollar laba yang dilaporkan. Dengan demikian, dapat juga dikatakan bahwa rasio ini merupakan suatu indikator mengenai besarnya harga yang harus dibayarkan oleh investor untuk setiap perolehan laba perusahaan. Sedangkan menurut Hanafi & Halim

(2003), PER merupakan bagian dari rasio pasar, dimana sudut pandang rasio pasar ini lebih banyak berdasarkan pada sudut investor atau calon investor. Keinginan investor melakukan analisis kesehatan suatu saham melalui rasio- rasio keuangan seperti PER, dikarenakan adanya keinginan investor atau calon investor akan hasil (return) yang layak atas suatu investasi saham.

Menurut Elyzabet Indrawati Marpaung (2003) dalam Hartati (2010), PER menggambarkan harga saham di bursa pada tanggal neraca atau tanggal yang lain dibandingkan laba perlembar saham selama satu periode. Jika PER tinggi, berarti harga saham itu terlalu mahal atau dengan harga tertentu hanya memperoleh laba yang kecil. Dengan demikian, calon pembeli saham akan memperoleh keuntungan lebih besar jika pembeliannya pada saat PER rendah karena saham cenderung akan mengalami kenaikan harga. sementara jika PER menunjukkan nilai yang tinggi maka hal ini menunjukkan saat yang tepat untuk menjual saham. Pengetahuan tentang PER bagi investor berguna untuk mengetahui kapan harus membeli dan menjual sahamnya sehingga memperoleh keuntungan yang maksimal dari selisih harga (capital gain).

PER menunjukkan hubungan antara pasar saham biasa dengan EPS. Kegunaan PER adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPS nya. Makin besar PER suatu saham maka harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang (Prastowo, 2002).

Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai PER yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai PER yang rendah pula. Semakin rendah harga PER suatu saham maka semakin baik atau murah harganya untuk diinvestasikan. PER menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Jadi semakin kecil nilai PER maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut (Artatik, 2007).

Semakin tinggi PER maka semakin nampak rendah nilai EPS apabila dibandingkan dengan harga sahamnya. Kalau suatu saham mempunyai PER sebesar 10x, berarti apabila saham tersebut memberikan EPS sebesar Rp 1.000,- saham tersebut dapat terjual dengan harga Rp 10.000,-. Hal itu berarti bahwa jika nilai PER naik maka harga saham mengalami kenaikan dan return saham juga mengalami kenaikan. Begitupun sebaliknya jika nilai PER mengalami penurunan maka harga saham dan return sahamnya mengalami penurunan.

Secara sistematis PER dirumuskan sebagai berikut:

H. Debt Equity Ratio