Strategi Pengembangan Usaha Agroindustri Keripik Cakar di Kabupaten Klaten

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Sektor pertanian dalam pembangunan negara mempunyai peranan yang penting karena sektor pertanian dapat memecahkan permasalahan nasional yaitu penyediaan bahan baku industri, peningkatan devisa, peningkatan pendapatan masyarakat dan perluasan lapangan kerja. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kehidupan petani, meningkatkan pendapatan petani sehingga kehidupannya lebih sejahtera dan memperluas lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling berperan dalam mengembangkan pembangunan Indonesia yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor yang lain (Setyo,2011).

Dalam arti luas, pertanian terdiri dari lima subsektor, diantaranya adalah tanaman pangan, perikanan, perkebunan, peternakan dan kehutanan menurut Soekartawi (1999). Subsektor peternakan juga mempunyai peranan penting dalam usaha menyejahterakan rakyat. Dalam pembangunan pertanian, agroindustri merupakan penggerak perkembangan sektor pertanian. Agroindustri merupakan pengolahan hasil pertanian yang merubah bentuk produk pertanian segar dan asli menjadi bentuk yang berbeda. Contoh kegiatan agroindustri adalah pengolahan produk peternakan. Salah satu strategi pengembangan untuk meningkatkan nilai tambah dari subsektor peternakan adalah dengan mengolah terlebih dahulu sebelum melalui proses pemasaran. Tindak lanjut nyata dari strategi tersebut adalah dengan menciptakan produk olahan dalam bentuk setengah jadi atau barang jadi yang bahan bakunya berasal dari hasil pertanian.

Agribisnis merupakan kegiatan usaha yang meliputi keseluruhan atau salah satu dari mata rantai penyediaan hasil, produksi, pengolahan hasil,

commit to user

pemasaran dan lembaga penunjang yang ada hubungannya dengan pertanian. Untuk mengembangkan sektor pertanian yang berdaya saing, agroindustri pengolahan diharapkan mampu menjadi lokomotif dan dapat menjadi salah satu pilihan strategis dalam menghadapi masalah perekonomian masyarakat. Selain itu dengan adanya agroindustri pengolahan ini diharapkan mampu meningkatkan nilai jual produk tersebut yang secara langsung akan berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha agroindustri serta lebih banyak

menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat (Anonim a , 2012). Subsistem agroindustri merupakan subsistem yang sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena sektor industri memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB. Dengan mengembangkan sektor industri pengolahan ini merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian, menciptakan nilai tambah, meningkatkan penerimaan devisa dan menciptakan lapangan kerja. Sektor industri pengolahan merupakan salah satu penyumbang dalam memantapkan perekonomian di Indonesia. Keberadaan sektor industri pengolahan merupakan salah satu motor penggerak yang penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia (Soekartawi, 2001).

Kabupaten Klaten merupakan daerah yang memiliki berbagai industri pengolahan pangan skala rumah tangga. Berdasarkan data Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten (2011), industri pengolahan pangan yang berada di Kabupaten Klaten memiliki potensi yang menjanjikan untuk menambah sumber pendapatan di Kabupaten Klaten dan menyerap tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

commit to user

Tabel 1. Jenis, Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Pengolahan

Pangan/ Minuman di Kabupaten Klaten

No.

Jenis Industri Pengolahan Pangan/

Minuman

Jumlah Usaha

(Unit)

Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

1. Karak Beras

86 150

2. Telur Asin

62 161

3. Keripik Cakar

92 283

4. Roti/Kue Kering

38 110

5. Mie Basah

7. Kacang Asin/Oven

21 30

8. Sirup

14 22 Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten

Klaten Tahun 2011 Berdasarkan data pada Tabel 1 diketahui bahwa ada beberapa jenis industry pengolahan pangan/ minuman yang terdapat di Kabupaten Klaten. Agroindustri keripik cakar merupakan agroindustri dengan jumlah unit usaha sebanyak 92 unit dengan tenaga kerja sebanyak 283 orang. Hal ini menunjukkan bahwa agroindustri keripik cakar merupakan salah satu agroindustri yang mempunyai prospek dan ini perlu untuk dikembangkan. Maka dari itu dibutuhkan suatu strategi bisnis yang baik agar menjadikan industri ini berkembang dan dapat memberikan pendapatan daerah.

Salah satu makanan yang banyak diminati masyarakat di Kabupaten Klaten adalah keripik cakar. Makanan ini terbuat dari cakar ayam yang diproses sehingga menjadi keripik. Cakar merupakan sisa pemotongan ayam setelah diambil karkasnya. Cakar ayam dijual murah di pasar-pasar yang dihasilkan dari Rumah Potong Ayam (RPA). Dengan nilai jual cakar ayam yang tidak terlalu tinggi maka perlu adanya alternatif pengolahan cakar ayam yang lebih memiliki nilai jual, salah satunya adalah dengan cara pengolahan menjadi keripik cakar ayam.

commit to user

Tabel 2. Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Agroindustri Keripik Cakar di Kabupaten Klaten Tahun 2007-2011

No.

Tahun

Jumlah Usaha

(Unit)

Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

92 283 Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten

Klaten Tahun 2011 Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa usaha agroindustri keripik cakar di Kabupaten Klaten dari tahun 2007 hingga 2011 jumlah pengusaha tidak mengalami perkembangan. Dengan melihat potensi agroindustri pangan khususnya agroindustri keripik cakar di Kabupaten Klaten terhadap penyediaan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat perlu dioptimalkan. Agroindustri ini dapat dijadikan sebagai penopang perekonomian daerah. Dalam pengembangan agroindustri tidak selalu berjalan lancar dan banyak menghadapi faktor-faktor kendala yang menjadi permasalahan dalam mengembangkan agroindustri keripik cakar. Dalam usaha agroindustri keripik cakar diperlukan strategi-strategi yang dapat diterapkan untuk dapat mengembangkan usaha tersebut.

B. Rumusan Masalah

Di Kabupaten Klaten berkembang agroindustri keripik cakar yang berskala industri kecil. Usaha ini dilakukan dengan mempertimbangkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan, pendapatan yang akan diterima dan penerimaan dari usaha yang dijalankan. Usaha pengembangan industri keripik cakar di Kabupaten Klaten memiliki kekuatan dan peluang serta juga dihadapkan pada kendala-kendala yang dapat berupa kelemahan dan ancaman. Faktor-faktor tersebut sangat penting di identifikasikan sebagai pertimbangan alternatif dan strategi pengembangan bisnis pada agroindustri keripik cakar. Sehingga dalam hal ini, perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan peluang

commit to user

untuk meningkatkan kekuatan serta dapat mengurangi kelemahan dan mampu mengantisipasi ancaman yang muncul.

Sehubungan dengan hal diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa besar penerimaan, biaya dan pendapatan yang diterima pengusaha keripik cakar di Kabupaten Klaten?

2. Apa saja faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan agroindustri keripik cakar di Kabupaten Klaten?

3. Prioritas strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agroindustri keripik cakar di Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang strategi pengembangan agroindustri keripik cakar ini mempunyai tujuan untuk :

1. Mengetahui besarnya penerimaan, biaya dan pendapatan pengusaha keripik cakar di Kabupaten Klaten.

2. Mengetahui faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi pengembangan agroindustri keripik cakar di Kabupaten Klaten.

3. Mengetahui prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agroindustri keripik cakar di Kabupaten Klaten.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan terhadap penelitian yang dilakukan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakulatas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah Kabupaten Klaten, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran atau pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan pengembangan di sektor industri khususnya subsektor industri bahan pangan, terutama agroindustri keripik cakar.

commit to user

3. Bagi para pengusaha keripik cakar, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan usaha pengembangan dan peningkatan usaha.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan pertimbangan dalam melakukan penelitian pada permasalahan yang sama.

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Menurut Fatmawati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pengembangan Agroindustri Tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten diperoleh hasil bahwa kekuatan utama adalah kualitas dan kuantitas tempe di Kabupaten Klaten yang bagus, usaha modal dan resiko usaha yang kecil. Kelemahan utama dalam mengembangkan agroindustri tempe adalah kecilnya modal dan sumber daya manusia yang lemah. Peluang utama dalam mengembangkan agroindustri tempe adalah diversifikasi dan perkembangan teknologi pengolahan pangan. Ancaman utama dalam mengembangkan agroindustri tempe adalah kenaikan harga sembako dan adanya tempe dari daerah lain. Alternatif strategi dalam mengembangkan agroindustri tempe adalah perbaikan sarana dan prasarana produksi dan sumber daya manusia serta penanaman modal swasta dengan dukungan dari pemerintah, seperti meningkatkan dan mempertahankan kualitas dan kuantitas tempe dan efisiensi penggunaan sarana dan prasarana produksi. Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan agroindustri tempe adalah perbaikan sarana dan prasarana produksi.

Menurut Anwar Syafrudin (2007) dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Bisnis Kue Mochi Kacang di Kota Sukabumi diperoleh hasil bahwa kekuatan internal utama yang dimiliki oleh perusahaan Mochi Kaswari Lampion adalah kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan pasar cukup tinggi dan harga jual yang relatif terjangkau. Kelemahan utama adalah sistem akuntansi yang masih sederhana dan promosi produk yang masih kurang. Peluang utama adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi, perhatian pemerintah terhadap pengembangan produk mochi sebagai produk unggulan dan dikenalnya merk produk. Ancaman utama adalah jaringan distribusi pemasaran pesaing yang lebih luas. Berdasarkan matriks IE posisi perusahaan mochi berada pada sel V yaitu pertahankan

commit to user

dan pelihara. Berdasarkan posisi tersebut strategi yang dapat diterapkan adalah strategi pertumbuhan atau stabilitas. Strategi tingkat perusahaan yang dapat dilakukan adalah dengan cara penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasar analisis matriks QSP prioritas strategi yang dapat diterapakan perusahaan mochi adalah meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kepada konsumen untuk dapat meningkatkan penjualan, memperluas jaringan, perbaikan sistem manajemen dan kualitas sumber daya manusia untuk meningkatkan profesionalisme dan kemampuan manajerial melalui pelatihan.

Berdasarkan hasil penelitian Widayatno (2006) dengan judul Analisis Pengembangan Agroindustri Emping Garut Ditinjau Dari Aspek Sosial Ekonomi di Kabupaten Sragen menunjukkan bahwa kekuatan utama yang dimiliki pengrajin emping garut adalah produk yang dihasilkan berkualitas dan memiliki ciri yang khas. Sedangkan ancaman utama dalam menjalankan emping garut adalah dalam modal yang digunakan. Peluang utama adalah keadaan lahan pertanian di daerah yang masih luas. Sedangkan ancaman utama dalam menjalankan usaha emping garut adalah kondisi cuaca waktu memproduksi emping garut. Matriks Internal-Eksternal memperlihatkan posisi agroindustri emping garut saat ini berada di kolom 2 yaitu posisi pertumbuhan. Berdasarkan posisi tersebut pengrajin emping garut perlu mendukung strategi pertumbuhan dengan konsentrasi melalui integrasi horizontal. Berdasarkan analisis matriks QSP pengrajin emping garut dapat meningkatkan produksi dengan menambah tenaga kerja serta mempertahankan kualitas produk dengan menggunakan bahan baku lokal.

Menurut hasil penelitian terdahulu terdapat suatu kesamaan dengan penelitian ini yaitu dalam memutuskan prioritas strategi agroindustri dengan menggunakan Quantitative Strategis Planning Matrix (QSPM). Obyek yang dikembangkan dalam penelitian terdahulu memiliki kesamaan yaitu agroindustri. Sehingga penelitian terdahulu dapat dijadikan peneliti sebagai acuan agar dapat mempermudah peneliti dalam memutuskan

commit to user

prioritas strategi yang tepat untuk mengembangkan agroindustri keripik cakar.

B. Tinjauan Pustaka

1. Agroindustri Menurut pendapat Suprapto (2012), dalam kerangka pembangunan pertanian, agroindustri merupakan penggerak utama perkembangan sektor pertanian, terlebih dalam masa yang akan datang posisi pertanian merupakan sektor andalan dalam pembangunan nasional sehingga peranan agroindustri akan semakin besar. Dengan kata lain, dalam upaya mewujudkan sektor pertanian yang tangguh, maju dan efisien sehingga mampu menjadi leading sector dalam pembangunan nasional, harus ditunjang melalui pengembangan agroindustri, menuju agroindustri yang tangguh, maju serta efisien.

Agroindustri pengolahan hasil pertanian merupakan aktivitas yang merubah bentuk produk pertanian segar dan asli menjadi bentuk yang berbeda sama sekali. Beberapa contoh aktivitas pengolahan adalah penggilingan (milling), penepungan (powdering), ekstraksi dan penyulingan (extraction), penggorengan (roasting), pemintalan (spinning), pengalengan (canning) dan proses pabrikasi lainnya. Pada umumnya proses pengolahan ini menggunakan instalasi mesin atau pabrik yang terintegrasi mulai dari penanganan input atau produk pertanian mentah hingga bentuk siap konsumsi berupa barang yang telah dikemas (Anonim, 2012).

Agroindustri adalah industri yang berbasis pertanian yang kegiatannya saling berhubungan mulai proses produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan distribusi produk pertanian. Menurut pendapat Soeharjo dan Badan Agribisnis DEPTAN dalam Soekartawi (2001) bahwa agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan kerena itu agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yang disepakati selama ini yaitu

commit to user

subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usahatani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan pembinaan.

Dominguez dan Andriano dalam Soekartawi (2001) mendefinisikan agroindustri sebagai involving the interrelated activities of production, processing, transport, storage, financing, marketing and distribution of spesific agricultural product.

Manfaat agroindustri adalah merubah bentuk dari satu jenis produk menjadi bentuk yang lain sesuai dengan keinginan konsumen, terjadinya perubahan fungsi waktu, yang tadinya komoditas pertanian yang perishable menjadi tahan disimpan lebih lama, dan meningkatkan kualitas dari produk itu sendiri, sehingga meningkatkan harga dan nilai tambah. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Soekartawi (2001), bahwa agroindustri dapat meningkatkan nilai tambah, meningkatkan kualitas hasil, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan ketrampilan produsen, dan meningkatkan pendapatan. Yang perlu diperhatikan adalah penyebaran marjin dari meningkatnya nilai tambah tersebut antar mata rantai pemasaran. Untuk itu, diperlukan kebijaksanaan yang dapat mendistribusikan manfaat dari terjadinya peningkatan nilai tambah tersebut.

2. Keripik Cakar Cakar merupakan sisa pemotongan ayam setelah diambil karkasnya. Masyarakat mengkonsumsi cakar ayam sejauh ini terbatas untuk sop, semur, bacem dan lain sebagainya, tetapi masih sangat jarang masyarakat mengkonsumsi keripik cakar, selain karena sulit didapat di pasar juga karena sulit dalam pengolahannya. Cakar ayam dijual murah di pasar-pasar yang dihasilkan dari Rumah Potong Ayam (RPA). Dengan nilai jual cakar ayam yang tidak terlalu tinggi maka perlu adanya alternatif pengolahan cakar ayam yang lebih memiliki nilai jual, salah satunya adalah dengan cara pengolahan menjadi rambak cakar ayam. Sebagai bahan baku rambak cakar sebenarnya merupakan daging dan kulit yang ada di bagian kaki.

commit to user

Telah banyak dimanfaatkan hasil samping dari produksi ternak menjadi produksi yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Misalnya saja pemanfaatan cakar ayam diolah menjadi keripik cakar.

Rambak cakar ayam tergolong makanan ringan yang memiliki sifat renyah (keras tapi mudah patah). Kerenyahan inilah sebenarnya yang membuat rambak cakar ayam banyak disukai konsumen. Apalagi selain renyah, rasanya juga enak, tahan lama, praktis, dan dapat dinikmati kapan saja (Sutejo dkk, 2000).

Menurut Flead (2011), kandungan dan manfaat cakar ayam antara lain :

a) Kandungan zat kolagen pada cakar ayam dapat menurunkan kadar rennin dalam plasma, sehingga tidak mengungkit tekanan darah menjadi lebih tinggi.

b) Kandungan zat kapur dan sejumlah mineral, sehingga orang yang

menderita rematik dianjurkan makan cakar ayam.

c) Kandungan hydroxyapatite yaitu salah satu makanan untuk tulang. Mengkomsumsi cakar ayam selain dapat memelihara kekuatan tulang, mencegah osteoporosis juga menjaga elastisitas kulit.

d) Kandungan protein kolagen dalam cakar ayam juga sangat baik bagi pertumbuhan balita, karena protein kolagen ayam memiliki antigen yang bersifat imunogenik yang mampu menghasilkan antibodi.

Berbagai macam produk yang memliki nilai jual tinggi tentunya didapatkan dari kualitas produk tersebut. Dengan memanfaatkan bahan semaksimal mungkin akan menjadikannya sebuah produk yang bernilai. Agroindustri pengolahan memiliki peluang usaha yang menjanjikan dengan melihat peluang-peluang yang ada di sekitarnya dan mengolahnya menjadi sistem produksi yang baik.

Usaha keripik cakar jika dibandingkan dengan usaha pengolahan yang lain, misalnya keripik belut sama-sama menguntungkan. Hal ini disebabkan produk tersebut memilik rasa yang gurih dan renyah. Produk tersebut tidak hanya menjadi lauk akan tetapi dapat menjadi

commit to user

salah satu makanan ringan yang praktis (dapat dinikmati kapan saja) dan tahan lama. Tabel 3. Perbandingan Rata-rata Permintaan Produk Keripik Cakar dan

Keripik Belut yang Terjual Dalam Bulan Mei-Juli 2012 di Kabupaten Klaten

No.

Bulan

Keripik Cakar

(Kg)

Keripik Belut (Kg)

735 Sumber : Data Primer

Apabila dilihat dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa dalam mengkonsumsi produk olahan tersebut, minat konsumen lebih condong pada produk keripik cakar. Tingginya permintaan dan konsumsi masyarakat, menjadikan peluang usaha pengolahan produk keripik cakar sebagai ladang untuk menghasilkan keuntungan. Cakar ayam pada umumnya menjadi bahan sisa, akan tetapi dapat dimanfaatkan nilai rasa dan nilai ekonominya. Untuk itulah usaha pemanfaatan cakar ayam mempunyai pangsa pasar prospektif dan peluang usaha yang cukup menjanjikan.

3. Analisis Usaha Menurut Soekartawi (2006), penerimaan merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan.

Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Contohnya, biaya penyusutan peralatan, pajak tanah. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya sesuai dengan besarnya produksi. Tergolong dalam kelompok biaya ini adalah biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja (Hernanto, 1993).

Menurut Downey dan Erickson (1992) Biaya tetap merupakan biaya yang tidak berubah karena volume bisnis. Biaya variabel merupakan biaya yang berubah secara langsung sesuai dengan volume

commit to user

penjualan. Pertanyaan kunci dalam menentukan pembagian biaya ini adalah apakah biaya dipengaruhi langsung oleh produk yang dijual. Dengan kata lain, biaya tetap selalu ada tanpa menghiraukan jumlah bisnis yang dilakukan. Segera setelah bisnis menghasilkan produk untuk dijual, maka akan muncul sejumlah biaya tertentu, tanpa memperdulikan ada tidaknya penjualan. Hal ini disebut biaya tetap atau biaya tertanam (sunk cost). Sebaliknya, ada beberapa beban tambahan yang dikeluarkan ketika produk dijual. Beban ini tidak dibebankan pada perhitungan rugiā€“laba apabila penjualan belum diselesaikan. Hal ini merupakan biaya variabel.

Pendapat Djuwari dalam Wulandari (2006) bahwa analisis dalam produksi untuk menghitung pendapatan produksi dapat dilakukan dengan pendekatan pendapatan, digunakan jika produksi yang dikelola tidak berorientasi keuntungan. Pendapatan merupakan pengurangan penerimaan dengan total biaya luar yang secara nyata dibayarkan untuk masukan dari luar.

Menurut pendapat Soekartawi (2006) pendapatan merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dari usaha produksi dengan semua biaya yang dikeluarkan dalam usaha produksi.

4. Strategi Pengembangan Usaha Strategi merupakan proses penentuan rencana pengusaha atau pemimpin yang berfokus pada tujuan jangka panjang perusahaan, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Menurut Damanik (2011), Strategi pengembangan sistem agribisnis adalah suatu proses fungsi produksi yang akan menghasilkan produktivitas secara optimal dan efisien, maka strategi itu merupakan keterpaduan dan keberkanjutan kerjasama dari masing-masing subsistem agribisnis sedangkan menurut pendapat Husein Umar (2001) Strategi merupakan seni dan ilmu untuk pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi

commit to user

(evaluating) keputusan-keputusan strategis antar fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan di masa datang.

Menurut terjemahan Hamel dan Prahalad dalam Umar (2001) Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan dimasa depan. Dengan demikian strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan dari inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti didalam bisnis yang dilakukan.

Menurut pendapat Pearce and Robinson dalam Umar (2001) bahwa strategi adalah rencana berskala besar dengan orientasi ke masa depan untuk berinteraksi dengan kondisi persaingan demi mencapai tujuan perusahaan. Strategi mencerminkan pengetahuan perusahaan mengenai bagaimana, kapan dan dimana perusahaan akan bersaing, dengan siapa sebaiknya bersaing dan untuk tujuan apa perusahaan harus bersaing.

5. Analisis Perumusan Strategi Menurut Hariadi (2005) ada beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi, yaitu:

a) Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa depan dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut.

b) Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan misinya.

c) Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors ) dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.

commit to user

d) Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.

e) Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang.

Menurut Hunger dan Wheelen dalam Umar (2001), perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Perumusan strategi meliputi menentukan misi perusahaan, menentukan tujuan-tujuan yang dapat dicapai, pengembangan strategi dan penetapan pedoman kebijakan.

commit to user

Tahap 1 (The Inp ut Stage )

External Factor Evaluation

(EFE) Matrix

Internal Factor

(IFE) Matrix

Competitive Profile (CP) Matrix

Tahap 2 (The Matching Stage)

Matrix Strengths Weaknesses Opportunities

Theasts (SWOT)

Matrix Boston Consulting Group

(BCG)

Matrix Internal Eksternal (IE)

Matrix Grand Strategy

Tahap 3 (The Decisions Stage) Quantitative Strategy Planning Matrix (QSPM)

Untuk menentukan strategi utama berdasarkan konsep Fred R. David dalam Umar (2001) dilakukan melalui pemakaian beberapa matriks dan 3 tahap pelaksanaan. Ketiga tahapan tersebut antara lain :

1. Tahap 1 meringkas informasi masukan dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.

2. Tahap 2 disebut Tahap Pencocokan (Matching Stage), fokus pada upaya menghasilkan strategi alternatif yang dapat dijalankan dengan memadukan faktor-faktor esternal dan internal. Teknik-teknik tahap

2 terdiri dari Matriks Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT), Matriks Boston Consulting Group (BCG), Matriks Internal Eksternal (IE) dan Matriks Grand Strategy (Strategi Induk).

3. Tahap 3 disebut Tahap Keputusan (Decision Stage) menggunakan satu macam teknik yaitu Quantitative Strategis Planning Matrix (QSPM). QSPM menggunakan informasi masukan dari Tahap 1 untuk secara obyektif mengevaluasi strategi alternatif dapat dijalankan yang diidentifikasi dalam tahap 2. QSPM menunjukkan strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih.

commit to user

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Dalam perekonomian nasional maupun daerah, sektor agroindustri mempunyai peranan yang penting. Di Kabupaten Klaten berkembang agroindustri yang mengolah hasil pertanian. Salah satu hasil olahan tersebut adalah keripik cakar. Dijalankannya usaha ini dengan mempertimbangkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan selama proses pembuatan sampai pemasaran, pendapatan yang akan diterima dan penerimaan dari usaha yang dijalankan. Dalam mengembangkan usaha ini terdapat kekuatan dan peluang dan juga terdapat kendala-kendala yang dapat berupa kelemahan dan ancaman. Faktor-faktor tersebut sangat penting diidentifikasikan sebagai pertimbangan alternatif dan strategi pengembangan bisnis pada agroindustri keripik cakar. Sehingga dalam hal ini, perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan peluang untuk meningkatkan kekuatan serta dapat mengurangi kelemahan dan mampu mengantisipasi ancaman yang muncul.

Tahap-tahap dalam merumuskan strategi pengembangan usaha keripik cakar di Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut :

1. Analisis Usaha Analisis Usaha yang dilakukan meliputi besarnya penerimaan, biaya dan pendapatan usaha keripik cakar. Biaya yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan dalam usaha produksi keripik cakar. Biaya usaha dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Adapun biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari biaya penyusutan peralatan. Sedangkan biaya tidak tetap meliputi biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya transportasi, biaya tenaga kerja dan biaya lainnya. Penerimaan merupakan hasil produksi berupa keripik cakar yang keseluruhannya dijual. Penerimaan usaha produksi keripik cakar merupakan hasil kali antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pendapatan usaha produksi keripik cakar merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dari usaha

commit to user

produksi keripik cakar dengan semua biaya yang benar-benar dikeluarkan dalam usaha produksi keripik cakar.

2. Analisis Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Realisasi misi perusahaan akan menjadi sulit dilakukan jika perusahaan tidak berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya. Oleh sebab itu tindakan untuk mengetahui dan menganalisis lingkungan eksternal menjadi sangat penting. Faktor internal merupakan faktor- faktor yang terdapat pada agroindustri keripik cakar itu sendiri, seperti sumber daya manusia, kondisi keuangan, produksi dan pemasaran. Tujuan analisis faktor internal adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam mengembangkan industri keripik cakar. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor- faktor yang terdapat di luar industri, seperti kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi, sosial dan budaya, teknologi, persaingan bisnis, keadaan alam dan kelembagaan. Analisis faktor ekternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman dalam mengembangkan industri keripik cakar.

Dalam mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal digunakan Matriks Internal-Eksternal (IE) dikarenakan untuk memposisikan agroindustri ke dalam matriks yang terdiri dari sembilan sel. Matriks Internal Eksternal (IE) dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategis berbeda. Pertama divisi yang masuk dalam sel I, II atau IV dapat disebut tumbuh dan membangun. Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar atau pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horisontal) mungkin paling tepat untuk divisi-divisi tersebut. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V atau VII paling baik dikelola dengan strategi pertahanan dan pelihara ; startegi penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang umum digunakan untuk jenis-jenis divisi ini. Ketiga, divisi yang masuk ke dalam sel VI,

VIII atau IX paling baik dikelola dengan strategi pangan. Organisasi-

commit to user

organisasi yang sukses adalah yang berhasil mencapai portofolio bisnis di sekitar sel I dalam matriks IE (David, 2009).

3. Prioritas Strategi Dari beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan pada industri keripik cakar, perlu adanya penilaian untuk memutuskan prioritas strategi yang harus diterapkan pada industri keripik cakar tersebut. Pada tahap pemilihan strategi ini alat analisis yang digunakan adalah Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM). QSPM digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang sesuai dengan lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah terpilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan (Umar, 2001). Tabel 4. Matriks QSP

Alternatif Strategi

Strategi 1

Strategi 2 Strategi 3 AS TAS AS TAS AS TAS Faktor-Faktor

Kunci Internal

Total Bobot Faktor-Faktor Kunci Eksternal

Total Bobot Jumlah Total Nilai Daya Tarik

commit to user

Dari uraian tersebut dapat disusun bagan alur penelitian sebagai teori pendekatan masalah sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Strategi Pengembangan Usaha

Agroindustri Keripik Cakar di Kabupaten Klaten.

Agroindustri Keripik Cakar

Strategi Pengembangan Industri yang Efektif

Matriks QSP

Faktor Internal

1. Sumber Daya Manusia

2. Kondisi Keuangan

3. Produksi

4. Pemasaran

Faktor Eksternal

1. Kebijakan Pemerintah

2. Keadaan Ekonomi

3. Sosial Budaya

4. Teknologi

5. Persaingan Bisnis

6. Pelanggan

7. Pemasok

8. Keadaan Alam

Matriks IE

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Analisis Usaha

Penerimaan Biaya

Pendapatan

commit to user

D. Asumsi

1. Pengusaha keripik cakar dalam melakukan kegiatan produksi bertindak rasional, yaitu ingin memperoleh keuntungan yang maksimal.

2. Harga sarana produksi dan hasil produksi diperhitungkan sesuai dengan harga saat penelitian.

3. Keseluruhan hasil produksi dijual.

4. Keseluruhan input atau sarana produksi diperoleh dari pembelian.

E. Pembatasan Masalah

1. Analisis Usaha agroindustri keripik cakar pada bulan Mei 2012.

2. Analisis faktor internal dan eksternal menggunakan analisis kualitatif yang disajikan dari hasil wawancara dengan responden dan hasil pengamatan selama penelitian.

3. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Analisis Usaha, Matriks Internal-Eksternal (IE) dan QSPM (Quantitative Strength Planning Matriks ).

4. Lingkungan eksternal yang dibahas meliputi kebijakan pemerintah, keadaan ekonomi, sosial budaya, teknologi, pelanggan, pemasok, keadaan alam dan persaingan bisnis.

5. Lingkungan Internal yang dibahas meliputi sumberdaya manusia, pemasaran, produksi serta kondisi keuangan.

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Keripik cakar merupakan makanan tradisional yang berasal dari Kabupaten Klaten dengan bahan baku cakar ayam.

2. Pengusaha keripik cakar adalah orang yang mengusahakan industri keripik cakar dari mulai proses produksi sampai pemasaran.

3. Agroindustri keripik cakar adalah produksi keripik cakar dari bentuk bahan baku yang berupa cakar sampai produk tersebut dipasarkan.

4. Biaya usaha adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan keripik cakar selama satu bulan. Biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

commit to user

5. Penerimaan usaha keripik cakar adalah nilai total dari produksi keripik cakar yang diterima oleh pengusaha. Penerimaan dihitung dengan mengalikan jumlah produk dengan harga jual yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

6. Pendapatan usaha keripik cakar adalah selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan.

7. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat di dalam agroindustri yang mempengaruhi kinerja agroindustri secara keseluruhan dan pada umumnya dapat dikendalikan. Meliputi kondisi keuangan (biaya, produksi, pendapatan), sumber daya manusia (ketersediaan dan kemampuan sumber daya manusia), pemasaran (distribusi dan penjualan), dan produksi (proses pembuatan keripik).

8. Kekuatan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam agroindustri keripik cakar dan merupakan keunggulan bagi pelaksanaan pengembangan suatu agroindustri keripik cakar.

9. Kelemahan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam agroindustri keripik cakar dan merupakan kekurangan bagi pelaksanaan pengembangan suatu agroindustri keripik cakar yang masih bisa dikendalikan pengusaha keripik cakar.

10. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar agroindustri yang mempengaruhi kinerja agroindustri dan pada umumnya belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Meliputi kondisi perekonomian (perekonomian global), sosial dan budaya (kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi keripik cakar), kebijakan pemerintah (kebijakan pemerintah yang terkait dengan agroindustri keripik cakar dan fasilitas dari pemerintah), teknologi, keadaan alam dan persaingan bisnis.

11. Peluang adalah faktor-faktor yang berasal dari luar agroindustri keripik cakar dan bersifat menguntungkan bagi pelaksanaan pengembangan agroindustri keripik cakar

12. Ancaman adalah faktor-faktor yang berasal dari luar agroindustri dan bersifat mengganggu keberlangsungan pelaksanaan pengembangan

commit to user

agroindustri keripik cakar yang tidak dapat dikendalikan pengusaha keripik cakar.

13. Matrik IE adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal serta untuk menentukan posisi agroindustri.

14. QSPM adalah alat yang digunakan untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif untuk menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agroindustri keripik cakar.

15. Strategi pengembangan merupakan respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman dari faktor eksternal serta kekuatan dan kelemahan dari faktor internal yang dapat mempengaruhi pengembangan usaha di masa yang akan datang.

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode menunjukkan pada proses, prinsip serta prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas permasalahan yang sedang terjadi. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi dan membuat penjelasan secara sistematis, faktual dan akurat yang terdapat dalam objek penelitian. Menurut Surakhmad (1994), metode deskriptif adalah metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah- masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah- masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian campuran. Penelitian campuran merupakan penggabungan antara penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif. Data kuantitatif maupun data kualitatif saling dihubungkan satu sama lain selama tahap-tahap penelitian. Keterhubungan ini tergambar dari penelitian kuantitatif dan kualitatif yang terhubung selama analisis data pada tahap pertama dan pengumpulan data pada tahap kedua (Creswell, 2010).

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive, yaitu penentuan daerah diambil secara sengaja berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini terdapat suatu agroindustri yang mengolah cakar ayam menjadi keripik cakar (Singarimbun dan Effendi, 1989). Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Klaten karena Kabupaten Klaten memiliki 361 unit agroindustri pengolahan pangan/minuman (Data dapat dilihat pada Tabel 1), salah satunya adalah agroindustri keripik cakar.

commit to user

C. Metode Penentuan Responden

1. Penentuan Responden Untuk Analisis Usaha

Data yang dianalisis menurut Singarimbun dan Effendi (1989), jumlah sampelnya harus besar karena nilai-nilai yang diperoleh distribusinya harus mengikuti distribusi normal. Jumlah sampel yang harus diambil minimal 30 mengikuti distribusi normal. Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik Proportional Random Sampling. Penelitian ini tidak dilakukan pada seluruh populasi, jumlah sampel dan responden yang akan diambil pada 8 kecamatan sesuai dengan jumlah produsen di masing-masing kecamatan di Kabupaten Klaten. Teknik pengambilan sampel ini dipakai peneliti dengan tujuan lebih memenuhi keterwakilan sampel yang diambil dari produsen keripik cakar. Responden penelitian ini adalah pengusaha keripik cakar. Dalam perhitungan Proportional Random Sampling menggunakan rumus proporsi random sampling dengan cara diundi (Sugiyono,2007).

x N1

Dimana : n 1 = Banyaknya responden di setiap kecamatan n = Banyaknya produsen keripik cakar di setiap kecamatan N = Banyaknya produsen keripik cakar di seluruh kecamatan

N 1 = Banyaknya sampel penelitian Dengan menggunakan metode Proportional Random Sampling maka diperoleh beberapa produsen yang dijadikan responden. Pelaku usaha keripik cakar di Kabupaten Klaten yang terpilih sebagai responden disajikan pada Tabel 5 sebagai berikut :

commit to user

Tabel 5. Pelaku Usaha Keripik Cakar di Kabupaten Klaten

No Kecamatan

Desa

Jumlah Produsen Sampel

1. Klaten Tengah Bareng

9 Orang

Merbung

10 Orang 8 Orang

Tegal Sepur

4 Orang

2. Klaten Selatan Methuk

7 Orang 2 Orang

3. Klaten Utara

Sekar Suli

6 Orang 2 Orang

4. Wedi

Kalitengah

12 Orang 4 Orang

5. Jatinom

Jemawan

16 Orang 5 Orang

Delanggu Pedan Gantiwarno

Wadunggetas Jetis Wetan Ceporan

Jumlah

7 Orang 2 Orang

9 Orang 3 Orang

12 Orang 4 Orang

92 Orang 30 Orang Sumber : Data sekunder diolah

2. Penentuan Responden Untuk Perumusan Strategi

a. Penentuan Responden Tahap I (Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal)

Untuk menentukan sampel pada tahap ini terlebih dahulu menentukan informasi kunci. Untuk memilih informan kunci secara purposive sampling yaitu dalam pemilihan sampel secara sengaja berdasarkan kesesuaian karakteristik yang dimiliki responden dengan kriteria orang yang berpengalaman dan mengetahui secara detail tentang agroindustri keripik cakar. Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini antara lain:

1. Informan utama : Pengusaha agroindustri keripik cakar merupakan sumber informasi yang utama dalam penelitian ini. Jumlah sampel yang diteliti antara lain 2 pengusaha agroindustri keripik cakar yang terdapat di Kabupaten Klaten, dengan kriteria orang yang mengetahui seluk beluk mengenai agroindustri keripik cakar dan yang berpengalaman.

commit to user

Pengambilan sampel ini diharapkan dapat mewakili pengusaha agroindustri keripik cakar di Kabupaten Klaten.

2. Informan Pendukung:

a. Pemasok bahan baku Pihak yang menyuplai bahan baku cakar ayam yang dibutuhkan sebagai informan pendukung sebanyak 2 orang.

b. Konsumen keripik cakar Pihak yang mengkonsumsi keripik cakar yang dibutuhkan sebagai informan pendukung sebanyak 2 orang. Sampel yang dipilih berdasarkan kesesuaian karakteristik yang dimiliki responden dengan kriteria orang yang telah lama mengkonsumsi keripik cakar.

c. Instansi pemerintah Instansi pemerintah yang ikut berperan dalam pengembangan agroindustri keripik cakar sehingga diperlukan sebagai informasi pendukung. Instansi pemerintah yang terkait adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten yang diambil sebanyak 1 orang.

b. Penentuan Responden Tahap II (Skor Strategi Matrik IE)

Responden pada tahap ini merupakan responden yang berpengalaman dan mengetahui secara detail tentang agroindustri keripik cakar. Penentuan responden secara purposive sampling dengan kriteria tertentu. Responden Matrik IE yaitu pengusaha agroindustri keripik cakar di Kabupaten Klaten.

c. Penentuean Responden Tahap III (Bobot dan Nilai Daya Tarik dalam QSPM)

Dalam menentukan bobot dan Attractiveness Score (AS) dengan menggunakan daftar pertanyaan yang berisi faktor-faktor internal dan eksternal serta alternatif strategi yang akan dirumuskan untuk menjadi prioritas strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan usaha kripik cakar di Kabupaten Klaten. Pengambilan responden dalam

commit to user

menentukan bobot dan nilai daya tarik dilakukan secara sengaja atau purposive sampling , yaitu penentuan sampel yang dalam pemilihannya melalui pilihan-pilihan berdasarkan kesesuaian karakteristik yang dimiliki oleh pelaku usaha dengan kriteria tertentu yang ditetapkan atau dikehendaki oleh peneliti (Mardikanto, 2010). Responden yang digunakan dalam menentukan bobot dan nilai daya tarik yaitu pengusaha keripik cakar yang berpengalaman cukup lama dan Pemerintah daerah Kabupaten Klaten dari Disperindagkop dan UKM. Responden dalam penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa responden tersebut lebih mengetahui kondisi usaha keripik cakar di Kabupaten Klaten.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten. Data sekunder tersebut meliputi keadaan umum daerah penelitian, keadaan perekonomian, keadaan penduduk serta data-data lain yang berhubungan dengan kajian dalam penelitian ini.

2. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yaitu sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut (Tatang, 1990). Pada penelitian ini, data diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner. Narasumber dari penelitian ini adalah pengusaha keripik cakar, instansi pemerintah yaitu Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten dan pihak lain yang menunjang penelitian.

commit to user

E. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Wawancara Wawancara merupakan metode pengambilan data yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan melakukan wawancara langsung kepada responden melaui tanya jawab yang didasarkan pada daftar pertanyaan atau kuisioner.

2. Metode Observasi Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti.

3. Metode Pencatatan Pencatatan ini dilakukan dengan mencatat hasil wawancara pada kuisioner dan mencatat data sekunder dari instansi atau lembaga yang mempunyai keterkaitan dengan daerah penelitian.

F. Metode Analisis Data

1. Analisis Usaha

a. Biaya Produksi Biaya yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan dalam usaha produksi keripik cakar. Nilai total biaya pada usaha agroindustri keripik cakar adalah penjumlahan dari nilai total biaya tetap (TFC) dan nilai total biaya variabel (TVC) yang digunakan dalam kegiatan produksi keripik cakar.

TC = TFC + TVC Dimana : TC = Biaya total usaha agroindustri keripik cakar (Rp) TFC = Total biaya tetap usaha agroindustri keripik cakar (Rp) TVC = Total biaya variabel usaha agroindustri keripik cakar (Rp)

commit to user

b. Penerimaan Usaha Hasil produksi berupa keripik cakar yang keseluruhannya dijual. Penerimaan usaha agroindustri keripik cakar (TR) merupakan hasil kali antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py).

TR = Y . Py

Dimana : TR = Penerimaan usaha agroindustri keripik cakar Y = Produksi yang diperoleh (kg)

Py = Harga jual (Rp)

c. Pendapatan Usaha Pendapatan usaha agroindustri keripik cakar (Pd) adalah selisih antara penerimaan yang diperoleh dari usaha agroindustri keripik cakar dengan semua biaya yang benar-benar dikeluarkan dalam usaha produksi keripik cakar.

I = TR-TC Dimana:

I = Pendapatan usaha agroindustri keripik cakar (Rp) TR = Penerimaan total usaha agroindustri keripik cakar (Rp) TC = Biaya produksi total usaha agroindustri keripik cakar (Rp)

2. Analisis Perumusan Strategi

a. Matriks Internal- External (IE) Menurut David (2009), Matriks IE (Internal- External) bermanfaat untuk memposisikan suatu SBU (Strategic Business Unit) perusahaan ke dalam matriks yang terdiri atas 9 sel.

commit to user

Tabel 6. Matriks Internal- External (IE)

Pada sumbu X dari IE Matriks skornya ada tiga, yaitu: skor mulai dari 1,00 sampai 1,99 menyatakan bahwa posisi internal adalah lemah, skor dari 2,00 sampai 2,99 menyatakan bahwa posisi rata-rata dan skor 3,00 sampai 4,00 adalah kuat. Pada sumbu Y dari IE Matriks skor 1,00 sampai 1,99 adalah rendah, skor antara 2,00 sampai 2,99 adalah sedang dan skor 3,00 sampai 4, 00 adalah tinggi.

IE Matriks memiliki tiga implikasi strategi yang berbeda, yaitu:

1. Usaha Keripik Cakar yang berada pada sel I, II atau IV dapat digambarkan sebagai Growth and Build. Strategi-strategi yang cocok bagi Usaha Keripik Cakar ini adalah Strategi Intensif seperti Market Penetration, Market Development dan Product Development atau strategi terintegrasi seperti Backward Integration, Forward Integration dan Horizontal Integration.

2. Usaha Keripik Cakar yang berada pada sel-sel III, V atau VII paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi Hold dan Maintain.

I Tumbuh dan

bina

II Tumbuh dan

bina

III Pertahankan dan pelihara

IV Tumbuh dan

bina

V Pertahankan dan pelihara

VI Panen atau

divestasi

VII Pertahankan