BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Ex In Supervision untuk Meningkatkan Kemampuan Pengelolaan Pembelajaran Guru di Gugus Pergiwo Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Deskripsi Teoretik Ex-In Supervision

  Di dalam institusi pendidikan, pengawasan lebih ditekankan pada kegiatan akademik. Istilah yang lebih tepat digunakan adalah supervisi. Pengawasan atau supervisi merupakan dua istilah terjemahan dari “controling”. Terdapat dua pandangan yang berbeda terhadap makna kedua istilah ini. Di satu sisi ada yang berpendapat bahwa kedua istilah ini sama makna dan pendekatannya. Sedangkan di sisi lain ada yang mengatakan istilah pengawasan lebih bersifat otoriter atau direktif, sedangkan istilah supervisi lebih bersifat demokratis (Masaong, 2013:2).

  Penulis berpendapat bahwa pengawasan dan supervisi memang merupakan salah satu dari fungsi manajemen dalam suatu organisasi sekolah. Fungsi yang dimaksud adalah fungsi controling, dimana kepala sekolah sebagai supervisor, harus bisa memberikan pelayanan untuk membantu guru-guru atau personal agar mampu meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar di sekolah. Umoh (2013:84), mengatakan bahwa:

  

“Purposes of educational supervising schools include: 1)

to know the performance of the teachers recruited to

teach in the school system; 2) determine whether a

teacher sholud be transferred, promoted, retained or

dismissed; 3) improve the incompetent teachers; 4)

discover special abilitis or qualities possessed by

  

teachers in the school; 5) provide a guide for staff

development; 6) know the effectiveness of classroom

management of teacher; 7) know the direction of the

school; 8) to assess the tone of the school as well as

as certain the extent of achievement of the shool’s

objectives; and 9) indentifying some of its most urgent

needs”.

  Penulis dapat mengartikan bahwa alasan supervisi yang dilakukan pengawas sekolah memiliki alasan, sebagai berikut:

  1. Mengetahui kinerja guru dalam mengajar di sekolah.

  2. Menentukan apakah guru akan dipromosikan, dipertahankan atau dipecat.

  3. Meningkatkan kompetensi guru yang kurang berkompeten.

  4. Menemukan kemampuan khusus atau kualitas yang dimiliki guru di sekolah.

  5. Memberikan panduan, arahan untuk pengembangan staf.

  6. Mengetahui efektifitas managemen kelas.

  7. Mengetahui arah sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah.

  8. Memastikan sejauh mana pencapaian tujuan yang telah dicapai oleh sekolah.

  9. Mengidentifikasi beberapa kebutuhan yang paling mendesak.

  Ada beberapa pengertian tentang supervisi, diantaranya yaitu:

  1. Glatthorn (Mustaqim, 2012:31) supervisi adalah serangkaian layanan menyeluruh yang disediakan dan proses yang digunakan untuk membantu memudahkan para guru dalam pengembangan profesionalitas mereka sehingga tujuan-tujuan yang

dicapai di lingkungan sekolah menjadi lebih baik.

  2. Mc Nerney (Sahertian, 2008:17) menyatakan bahwa definisi dari supervisi adalah suatu prosedur, memberi arah dan mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.

  Definisi tentang supervisi yang dikemukakan Glatthorn, Mc Nerney masih bersifat umum, dan dalam perkembangannya supervisi pendidikan difokuskan dalam batasan yang lebih spesifik yaitu pada supervisi pembelajaran (Masaong, 2013:3). Definisi supervisi pembelajaran adalah usaha mendorong, mengkoordinir, dan menstimulir serta menuntun pertumbuhan guru- guru secara berkesinambungan di suatu sekolah baik secara individual maupun kelompok agar lebih efektif melaksanakan fungsi pembelajaran.

  Dalam kaitannya supervisi yang dilakukan kepala sekolah, Priansa (2014:830) mengatakan “supervisi merupakan usaha memberi pelayanan agar guru menjadi lebih profesional dalam menjalankan tugas melayani peserta didiknya”. Pelayanan profesional kepala sekolah terhadap guru-guru sangat esensial bagi peningkatan kualitas proses belajar mengajar (PBM). Menurut Jones dalam Mulyasa (2003:155) supervisi merupakan “bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas- tugas pendidikan”.

  Penulis dapat mengatakan bahwa supervisi kepala sekolah mempengaruhi kemampuan profesional guru dan kemampuan profesional guru mempengaruhi kualitas pengelolaan proses pembelajaran. Kegiatan pokok supervisi kepala sekolah adalah melakukan pembinaan guru pada khususnya dan kepada lembaga pada umumnya agar kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

  Kepala sekolah sebagai pelaksana supervisi harus mampu membimbing guru-guru secara efesien yang dapat menanamkan kepercayaan, menstimulir dan usaha kooperatif yang dapat menunjukkan kemampuan membantu guru dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dan pembinaan profesional dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran (Somad, 2014:84). Dengan demikian sudah tentu setiap kepala sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, model-model supervisi, prinsip, dan subtansi supervisi akademik.

  2.1.1 ex-in supervision

  Model supervisi dimaknai sebagai bentuk atau kerangka sebuah konsep atau pola supervisi yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan kegiatan supervisi. Sahertian ( 2008: 14) Model ex-in supervision sebenarnya merupakan hasil pengembangan dari model supervisi akademik itu sendiri. Desain model supervisi ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan yang diperoleh dari supervisor di luar sekolah dan di dalam sekolah.

  Menurut Suhari ( 2012: 9) mengatakan bahwa ex-

  in supervision adalah:

” supervisi yang dilakukan oleh pengawas/ kepala

sekolah yang berasal dari eksternal maupun internal

  

untuk memberi arah dalam pengembangan

profesionalitas guru sehingga tujuan-tujuan yang

dicapai di l ingkungan sekolah menjadi lebih baik”.

  Supervisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah supervisi akademik model ex-in supervision, dimana supervisi ini dilakukan oleh kepala sekolah internal dan kepala sekolah secara eksternal dalam satu gugus. Pelaksanaan supervisi yang berlangsung selama ini masih cenderung kepada inspeksi atau pengawasan saja. Supervisi yang dilakukan pengawas juga tidak rutin serta terkesan mencari kesalahan guru. Desain model supervisi ini dikembangkan berdasarkan kebutuhan di lapangan. Model ex-in Supervision merupakan gabungan dari supervisi yang dilakukan supervisor di luar sekolah dan supervisor di dalam sekolah. Jadi bantuan supervisi diperoleh guru dari dua sumber yaitu kepala sekolah dari sekolah lain dan kepala sekolah dari dalam sekolah tersebut.

  Supervisi model ini menjawab keterbatasan kemampuan supervisor dari dalam sekolah dan jumlah supervisor external atau pengawas sekolah. Pengawas sekolah karena jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah sekolah yang dibina, menyebabkan guru jarang mendapatkan kunjungan dari pengawas sekolah. Begitu juga dengan kehadiran kepala sekolah dari sekolah lain memberikan dampak positif kepada guru yang disupervisi karena ada keakuratan data yang dikumpulkan dari hasil temuan dalam pembelajaran. Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan beberapa aspek penting supervisi ex-

  in supervision, yaitu: 1.

  Bersifat bantuan dan pelayanan kepada kepala sekolah, guru, dan staf

2. Untuk pengembangan kualitas diri guru 3.

  Untuk pengembangan profesional guru 4. Untuk memotivasi guru.

  Aspek-aspek tersebut menuntut pengetahuan tentang konsep-konsep dan pendekatan supervisi yang ditunjang dengan kinerja serta akuntabilitas yang tinggi dari supervisor. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan supervisi sebagai layanan profesional dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran yang bermuara pula pada perwujudan hasil belajar peserta didik secara optimal (Priansa, 2014:108).

  Tujuan utama supervisi pembelajaran adalah: 1.

  membimbing dan memfasilitasi guru dalam mengembangkan kompetensi profesinya,

  2. memberi motivasi guru agar menjalankan tugasnya secara efektif,

  3. membantu guru mengelola kurikulum dan pembelajaran berbasis KTSP secara efektif,

  4. membantu guru membina peserta didik agar potensinya berkembang secara maksimal

  (Masaong, 2013:6-7).

  Sahertian (2009:19) mengatakan bahwa fungsi dari supervisi akademik adalah: sebagai sumber informasi bagi pengembangan

  “

  profesionalisme guru dan memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja pada memperbaiki kemampuan mengajar tetapi juga mengembangkan potensi kualitas guru

  ”. Berdasarkan tujuan dan fungsi supervisi tersebut di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa agar kegiatan supervisi dapat mencapai sasaranya, maka kompetensi pengawas harus dapat dioptimalkan dalam upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya dalam mencapai tujuan pembelajaran.Dengan demikian menurut Priansa (2014:107) menyatakan bahwa esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.

  Untuk mewujudkan tujuan dan fungsi supervisi ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh supervisor dalam rangka melaksanakan kegiatan supervisinya. Prinsip-prinsip supervisi menurut Dodd dalam Buku Panduan Supervisi Akademik Dirjen PMPTK (2010:15) adalah sebagai berikut: 1.

  Praktis Berkaitan dengan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan supervisi sesuai dengan kondisi sekolah.

2. Sistematis

  Berkaitan dengan perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran.

  3. Obyektif Berkaitan dengan masukan sesuai aspek-aspek instrumen yang akan digunakan dalam supervisi.

  4. Realistis Berkaitan dengan kenyataan sebenarnya dalam melakukan supervisi.

  5. Antisipatif Berkaitan dengan kemampuan dalam menghadapi

masalah-masalah yang mungkin akan terjadi.

  6. Konstruktif Berkaitan dengan pengembangan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran.

  7. Kooperatif Berkaitan dengan kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran

  8. Kekeluargaan Berkaitan dengan pertimbangan saling asah, asih, dan asuh delam mengembangkan pembelajaran.

  9. Demokratis Berkaitan dengan pemahaman bahwa supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik.

  10. Berkesinambungan Berkaitan dengan kesinambungan kegiatan supervisi akademik oleh kepala sekolah.

  Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan supervisi ini perlu untuk kepala sekolah ketahui, pahami, dan dijalankan untuk memberikan arah perbaikan yang seharusnya dilakukan guru dalam pengelolaan pembelajaran di kelas.

2.1.2 Ruang lingkup Supervisi Akademik

  Menurut Buku Panduan Supervisi Akademik Dirjen PMPTK (2010:16-17) ruang lingkup supervisi akademik meliputi:

  1. Pelaksanaan kurikulum 2.

  Persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran oleh guru

  3. Pencapaian standar kompetensi lulusan, standar

proses, standar isi, dan peraturan pelaksananaannya.

  4. Peningkatan akan mutu pembelajaran melalui: a.

  Model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada standar proses.

  b.

  Peran serta peserta didik dalam proses pembelajaran secara aktif ,kreatif,mendidik dan dialogis c. Peserta didik dapat membentuk karakter dan memiliki pols pikir sehingga dapat melaksanakan aktifitas intelektual yang kreatif dan inovatif serta dapat berargumentasi dan mempertanyakan, serta mengkaji, menemukan, dan memprediksi, d. Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang dilakukan secara sungguh- sungguh dan mendalam untuk mencapai pemahaman konsep,tidak terbatas pada materi yang diberikan guru.

  e.

  Bertanggung jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Meningkatkan rasa ingin tahunya; 2) Mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai tujuan pendidikan; 3) perkembangan pengetahuan

  Memahami dengan kemampuan mencari sumber informasi;

  4) pengetahuan untuk Menggunakan menyelesaikan masalah; 5)

  

Mengolah informasi menjadi pengetahuan;

6) Mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain;

  7) belajar mandiri dan Mengembangkan

kelompok dengan proposi yang wajar.

  Sasaran utama supervisi akademik adalah proses belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran. Variabel yang mempengaruhi proses pembelajaran antara lain guru, peserta didik, kurikulum, alat dan buku pelajaran serta kondisi lingkungan dan fisik. Oleh sebab itu fokus utama supervisi akademik adalah usaha-usaha yang sifatnya memberi kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional sehingga mampu melaksanakan tugas pokoknya, yaitu: memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran ( Buku Panduan Supervisi Akademik Dirjen PMPTK, 2010:10).

2.1.3 Model Ex In Supervision

  Model supervisi merupakan sebuah konsep pola supervisi yang digunakan sabagai acuan dalam melakukan suatu kegiatan supervisi. Penelitian ini menggunakan supervisi akademik model ex-in

  

supervision. Menurut Allan Glatthorn dalam Masaong

  (2013:49) mengajukan model supervisi kerjasama pengembangan profesi dalam mensupervisi guru. Model ini diperankan oleh guru secara kolegial yang bersepakat bekerja sama dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya. Dengan entry point utamanya adalah KKG.

  Model ex-in supervision merupakan gabungan dari supervisi yang dilaksanakan oleh supervisor di luar sekolah dan di dalam sekolah. Bantuan supervisi yang diperoleh guru berasal dari dua sumber yaitu dari supervisor di luar sekolah yakni kepala sekolah dari sekolah lain dan supervisor dari dalam yaitu kepala sekolah dari dalam itu sendiri.

  Supervisi model ini menjawab keterbatasan jumlah supervisor external atau pengawas sekolah dan saling melengkapi antara kepala sekolah yang satu dengan yang lain dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam meningkatkan profesionalnya.

  Menurut Suhari (2013:21) ciri-ciri khusus yang membedakan supervisi akademik model ex-in supervision dengan model supervisi yang telah ada, antara lain:

  1. Merupakan gabungan dari dua atau lebih supervisor

yaitu pengawas sekolah atau kepala sekolah dari luar

sebagai external supervisor dan kepala sekolah atau

guru pendamping sebagai internal supervisor.

  2. Ex-in supervision tidak melakukan penilaian,

melainkan membantu guru dalam menyelesaikan

kesulitan-kesulitan yang dihadapi di kelas.

  3. Ex-in Supervision melibatkan kepala sekolah sebagai

fasilitator supervisi sehingga guru-guru dapat dengan

mudah mengungkapkan masalah-masalah yang

dihadapi oleh guru tersebut.

  4. Frekuensi supervisi dapat lebih sering dilakukan dari

pada model supervisi yang lain, karena ketika guru

menghadapi masalah dalam pembelajaran dapat

langsung bertemu dengan kepala sekolah.

5. Ex-in supervision tidak bersifat inspeksi karena tidak ada proses penilaian.

  Unsur-unsur pelaksana supervisi akademik model ex-in supervision yaitu:

  1. Kepala Sekolah Gugus

Kepala sekolah dalam satu gugus bertindak sebagai

exsternal supervisor. Ketentuan dari external supervisor adalah kepala sekolah dari sekolah lain yang masih dalam satu wilayah gugus.Tugas pokok external supervisor yaitu: a.

  

Menjalin komunikasi efektif dan menyampaikan

data informasi hasil observasi.

  b.

  Melaksanakan supervisi akademik berupa

pemberian bantuan profesional kepada guru sesuai

kebutuhan atau sesuai dengan kesulitan yang

dihadapi guru ketika mengajar di kelas.

  c.

  

Menyampaikan data informasi guru kepada

internal supervisor berupa catatan-catatan dalam

mengatasi permasalahan yang dihadapi guru dalam

konteks pembelajaran.

  2. Kepala Sekolah Internal

Ketentuan dari internal supervisi adalah seorang

kepala sekolah pada sekolah masing-masing. Tugas pokok internal supervisor yaitu: a.

  

Melaksanakan observasi pembelajaran oleh guru

dan mencatat hasil observasi tersebut.

  b.

  

Menyampaikan data informasi hasil observasi

kepada external supervisi untuk mendapat

pemecahan bantuan supervisi sesuai kebutuhan

guru

3. Guru

  

Guru mendapat supervisi dari kepala sekolah

masing-masing dan kepala sekolah dari sekolah lain yang satu gugus atau pengawas sekolah juga selaku eksternal supervisi Suhari (2013:24).

  Menurut Heller dalam Masaong (2013:50) model kerja sama pengembangan profesional memiliki keutungan antara lain sebagai berikut: 1.

  Mengembangkan suatu mekanisme bagi tim untuk

saling berkomunikasi mengenai pembelajaran.

  2. Kegiatannya yang bersifat kontinyu sehingga

meningkatkan motivasi belajar bagi guru-guru.

  3. Interaksi intelektual dapat memberikan efek induksi, karena terjalin sikap saling menerima dan saling memberi informasi tentang

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

  4. Ada upaya perbaikan perilaku inovatif, disiplin, self control dalam pelaksanaan tugas-tugas mengajar.

  5. Menunjukkan bahwa kepala sekolah, guru-guru banyak belajar dari kepala sekolah lain dan saling percaya antara satu sama yang lain sebagai sumber ide-ide baru , membagi masalah yang mereka hadapi, sehingga merasa cocok dengan pengembangan profesinya.

  Penulis berpendapat di samping keutungannya

  

ex-in supervision juga memiliki berbagai kelemahan

  seperti berikut:

  1. Memerlukan kemampuan manajerial yang tinggi karena cukup menyita waktu dalam pelaksanaan kegiatan.

  2. Diperuntukkan bagi guru dengan kategori kemampuan profesioanal menengah keatas.

  3. Tanpa dukungan dari kepala sekolah dan pengawas sekolah, motivasi ekstrinsik sangat kecil, terutama yang berkaitan dengan pembiayaan dan reward (penghargaan).

  4. Timbul ketergantungan dan keterikatan, yang dapat berakibat negatif. Hal ini menuntut kesadaran yang tinggi bagi setiap guru tentang pentingnya belajar sepanjang hayat dan pentingnya pengembangan profesi sebagai guru.

2.1.4 Teknik Pelaksanaan Ex-In Supervision

  Ex-in supervisi merupakan salah satu model kerja sama dalam supervisi akademik yang merupakan kegiatan pembinaan dengan memberi bantuan teknis kepada guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

  Menurut Sullivan dan Glanz dalam Kemendiknas (2010:34) ada empat langkah pelaksanaan supervisi yaitu:

  a.

  Perencanaan pertemuan Pada tahap ini memutuskan fokus observasi (pendekatan umum, informasi langsung, koloboratif), menetapkan metode dan formulir observasi, mengatur observasi dan pertemuan berikutnya.

  b.

  Observasi Dalam tahap ini dilakukan langkah untuk memilih alat observasi, melaksanakan observasi, mengverifikasi hasil observasi dengan guru pada pertemuan berikutnya, menganalisis data hasil verivikasi dan mengiterprtasikan, memilih pendekatan interpersonal.

  c.

  Pertemuan berikutnya Tahap ini menentukan fokus dan waktu yang akan dilakukan berikutnya.

  d.

  Refleksi Koloboratif Tahap ini dilakukan menemukan nilai-nilai apa, mana yang kurang bernilai, apa saran saran yang akan diberikan.

  Pembinaan guru di Gugus Pergiwo adalah serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru,terutama bantuan berwujud pelayanan profesional yang dilakukan kepala sekolah atau supervisor untuk peningkatan pengelolaan pembelajaran. Kehadiran gugus sekolah sebagai prasrana pembinaan profesional Pengelolaan pembelajaran mempunyai tugas dan tanggung jawab bersama antara semua SD anggota gugus. Dalam hal ini pembentukan gugus sekolah akan sangat membantu efesiensi dan efektivitas dalam pembinaan dan pengawasan terhadap suatu sekolah (Dediknas; 2009:22).

  Menurut Glickman (dalam Banun Muslim, 2010:77-80) mengemukakan ada tiga pendekatan yang diterapkan supervisor di dalam melakukakn supervisi, yakni pendekatan direktif, pendekatan koloboratif, dan non direktif. Pertama, orientasi direktif diterapkan manakala supervisor menemukan guru yang dalam pengembangan dirinya sangat rendah, sehingga perlu banyak contoh-contoh kongkrit disertai tugas-tugas.

  

Kedua, orientasi koloboratif digunakan apabila tanggung jawab antara guru dengan supervisor seimbang. Ketiga Orientasi nondirektif digunakan apabila tanggung jawab guru dalam mengembangkan dan membina dirinya sendiri tinggi.

2.1.5 Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor

  Kemampuan menyusun dan melaksanakan program supervisi menjadi tugas kepala sekolah selaku supervisor. Bentuk penyusunan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan perpustakaan, dan ujian. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan diwujudkan untuk peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan mengembangkan potensi yang ada di sekolah.(majalah Pendidikan, 2011) yang di akses tanggal 4 Januari 2015.

  Peran kepala sekolah sebagai supervisor bila dilakukan dengan baik, siap membantu guru dalam memecahkan masalah pasti akan mendorong, merangsang, dan mengispirasi para guru untuk bekerja untuk mencapai keberhasilan dalam teknik mengajar. Umoh (Journal Educational Supervision for Effective Teaching In Akwa IBOM State Secondary School: Problems and Prospects, 2013:87), mengatakan bahwa:

  

“supervision undertaken by a good supervisor who

is firm, approachable, ready to help people solve

their problems and maintains a relaxing atmosphere,

certainly will encourage, stimulate and inspire

teachers to work harmoniously to achieve success in

teaching techniques used and improve the quality of

  

instruction which will provide a favourable success

and failure ratio for the students”

  Penulis dapat mengatakan bahwa tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa kepala sekolah memiliki peranan dalam memantau, membina, dan memperbaiki keadaan sekolah untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan. Jadi supervisi kepala sekolah merupakan upaya dalam pembinaan untuk menjamin agar guru bekerja dengan baik serta meningkatkan kualitas pengajaran atau hasil pendidikan di sekolah, maka kepala sekolah perlu melakukan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan, serta mengadakan perubahan dalam pengelolaan pembelajaran dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa dan menguranggi rasio kegagalan siswa.

  Supervisi diartikan sebagai layanan yang bersifat membimbing,memfasilitasi ,memotivasi serta menilai guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan profesinya secara efektif (Masaong, 2013:3). Dengan kata lain supervisi untuk memastikan efektifitas dan produktivitas program pembelajaran yang akan dilaksanakan. Alasan yang mendasari akan pentingnya supervisi pendidikan yaitu adanya paradigma dari perkembangan kurikulum,yang sanantiasa menjadi pedoman untuk kemajuan pendidikan. Upaya untuk mewujudkan tidak mengenal kata henti dalam organisasi (Asmani, 2013:28). Hal ini dapat penulis katakan bahwa pentingnya supervisi pendidikan berdasarkan dua alasan pokok tersebut sangat tepat menginggat sering berubah-ubahnya kurikulum di Indonesia. Perubahan ini sangat membutuhkan kesiapan guru sebagai agen pembelajaran.

2.2 Kemampuan Mengajar Guru

  Mengajar merupakan suatu sistem yang komplek dan integrative dari sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan terhadap seseorang Darmadi (2009:42). Mengajar tidak hanya sekedar memberi informasi secara lesan, tetapi dalam mengajar guru harus dapat menciptakan situasi lingkungan belajar yang memungkinkan anak aktif dalam belajar. Untuk itu dalam mengajar pendidik dapat mengunakan beberapa keterampilan mengajar atau teaching skill, yang meliputi:

  a) keterampilan bertanya,

  b) keterampilan memberi penguat, c) keterampilan memberi variasi, d) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, e) keterampilan menjelaskan, f) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, g) keterampilan mengelola kelas,

  h) keterampilan mengajar perorangan. Kemampuan mengajar guru tidak terlepas dari kemampuan akademis dan non akademis (Darmadi, 2009:42).

  2.2.1 Keterampilan bertanya Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan dengan proses pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, antar siswa menunjukkan adanya interaksi di kelas yang dinamis dan multi arah (Darmadi, 2009:1).

  Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan, penulis dapat mengatakan bahwa tujuan guru mengajukan pertanyaan (1) mengembangkan pendekatan CBSA (2) menimbulkan rasa ingin tahu (3) merangsang fungsi berpikir (5) menmfokuskan perhatian siswa (6) menstruktur tugas yang akan diberikan (7) mendiagnosis kesulitan belajar siswa (8) mengkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dan siswa (9) merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan dan terapan siswa sebagai subyek didik.

  2.2.2 Ketrampilan memberi penguat Teknik memberi penguat dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari penguat verbal dan penguat nonverbal. Penguat verbal adalah pemberian penguat yang berupa pujian yang dinyatakan dengan ucapan kata atau kalimat, sedangkan penguat nonverbal dinyatakan dengan bahasa tubuh. Darmadi (2009:3) mengatakan “Agar memberikan pengaruh yang efektif, semua bentuk penguat harus diberikan dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik pelaksanaannya. Disamping itu juga perlu diingat bahwa penguat harus diberikan dengan hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi siswa.

  2.2.3 Keterampilan memberi variasi Variasi mengandung makna perbedaan. Dalam kaitan pembelajaran pengertian variasi menurut

  Darmadi (2009:3) mengatakan “variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan untuk memacu dan mengikat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung. Tujuan utama guru mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mengurangi kebosanan siswa sehingga perhatian mereka terpusat pada pelajaran.

  2.2.4 Keterampilan menjelaskan Pengertian menjelaskan dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran mengacu kepada perbuatan mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana dan sistematis sehingga dalam penyajiannya siswa dengan mudah dapat memahaminya (Darmadi, 2009:4).

  Pentingnya penguasaan keterampilan menjelaskan bagi guru adalah dengan penguasaan ini memungkinkan guru dapat meningkatkan efektivitas penggunaan waktu dan penyajian penjelasannya, mengestimasi tingkat pemahaman siswa, membantu siswa memperluas cakrawala pengetahuannya, serta mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana dan sumber belajar.

  2.2.5 Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Membuka pelajaran merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk mengaitkan pengalaman siswa dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan prakondisi agar mental dan perhatian siswa tertuju pada materi pelajaran yang akan dipelajari mereka. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan pada awal pelajaran saja melainkan juga pada awal setiap penggal kegiatan, misalnya pada saat memulai kgiatan tanya jawab, mengenalkan konsep baru, memulai kegiatan diskusi, mengawali pengerjaan tugas, dan lain-lainnya.

  Menutup pelajaran merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk menyimpulkan atau mengakhiri kegiatan inti. Menutup pelajaran juga dapat dilakukan pada akhir setiap penggal kegiatan, misalnya mengakhiri kegiatan diskusi, tanya jawab, menindaklanjuti pekerjaan rumah yang telah dikerjakan siswa.

  2.2.6 Keterampilan membimbing dikusi kelompok kecil Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu format pembelajaran yang mempunyai ciri-ciri:

  1) melibatkan 3

  • – 9 orang siswa setiap kelompoknya, 2) mempunyai tujuan yang mengikat, 3) berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal, 4) mengembangkan sikap saling membantu, dan 5) meningkatkan pemahaman.

  2.2.7 Keterampilan mengelola kelas Mengelola kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diingikan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diingikan Daramdi ( 2009:6). Tujuan guru mengelola kelas adalah agar semua siswa yang ada di dalam kelas dapat belajar dengan optimal dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar.

  2.2.8 Keterampilan mengajar perorangan Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan bentuk mengajar klasikal biasa yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil yang belajar.

  Menurut Darmadi (2009:9) kaitannya dengan format mengajar ini ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang lebih akrap dan sehat antara guru dan siswa, adanya kesepakatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan dengan kemampuan, minat, cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran.

  Menurut Darmadi (2009:9) Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik, kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia. Dalam hal ini Hamalik (2013:186) mengemukakan bahwa berbagai cara dapat dilakukan guru untuk melayani perbedaan individual dalam proses belajar mengajar di sekolah. Cara-cara tersebut 1) akselerasi dan program tambahan, 2) pengajaran individual, 3) pengajaran unit, 4) kelas khusus bagi siswa yang cerdas, 5) kelas remidi bagi siswa yang lamban, 6) pengelompokan berdasar abilitas, 7) pengelompokan informal, 8) supervisi periode individualisasi, 9) memperkaya dan memperluas kurikulum, 10) pelajaran pilihan, 11) diferensiasi pemberian tugas dan pemberian tugas yang fleksibel, 12) sistem tutorial, 13) bimbingan individual, 14) modifikasi metod-metode mengajar.

  Penulis memiliki pendapat bahwa ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan perlu dikuasai guru karena penerapannya dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda. Selain itu, pembelajaran kelompok kecil dan perorangan memberi kemungkinan terjadi hubungan interpersonal yang sehat antara guru dengan siswa, terjadinya proses saling belajar antara siswa yang satu dengan lainnya.

2.3 Pengelolaan pembelajaran

  Upaya untuk melakukan peningkatan mutu pendidikan telah sering dilakukan terutama dalam pengembangan kurikulum Daryanto (2013:311). Namun kita sangat lemah dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar atau kegiatan pendidikan dan pelatihan.

  Penulis berpendapat lemahnya dalam pengelolaan belajar mengajar karena sering kali guru mengalami kesulitan dalam menyiapkan kegiatan belajar mengajar terutama sesuai dengan tuntutan kurikulum. Sehubungan dengan masalah pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam rangka peningkatan pencapaian tujuan pendidikan yang telah diformulasikan maka pengajar perlu memiliki gambaran nyata dalam melakukkan langkah-langkah yang diperlukan.

  Menurut Daryanto (2013:312), ”Pengelolaan kegiatan belajar mengajar merupakan proses pembelajaran utuh dan menyeluruh yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi pembelajaran, termasuk evaluasi programnya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan seperti yang telah ditentukan. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar atau pendidikan dalam kurikulum sangat ditentukan oleh mutu pengelolaan kegiatan belajar mengajar.

  Ketuntasan pengelolaan kegiatan , belajar , mengajar

  

, sangat , ditentukan , oleh kepedulian, kemauan,

kapabilitas, dan kerja keras semua unsur.

  Berikut alur untuk memahami pengelolaan kegiatan belajar mengajar secara umum .

BAGAN 2.1 ALUR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

  

(Daryanto, 2013:312)

Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi

  Pelaksanaan Eavaluasi Evaluasi Persiapan kegiatan Hasil Belajar Prorgram pembelajaran

  • Silabus pembelajaran ~ tujuan ~ Tujuan ~ ~ Ruang - Penyusunan ~ pendekatan ~ metode pengelolaan lingkup RPP ~ tahapan ~ sistem ~ pola laporan pelaksanaan

  Natawidjaya dan Sanusi (2000:81) mengemukakan secara konseptual dan umum, Pengelolaan pembelajaran mencapai tiga aspek kompetensi, yaitu kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi personal. Kinerja pendidik yang diharapkan dapat berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

  1. Senantiasa memegang komitmen dengan sungguh-

sungguh dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan

pendidikan.

2. Menjunjung tinggi martabat dan profesi guru 3.

  Melakukan yang terbaik dalam mengembangkan potensi peserta didik. 4. keras dengan penuh pengabdian Bekerja

  (M.Furqon:2009).

2.3.1 Perencanaan Pembelajaran

  Pengelolaan pembelajaran secara utuh diawali dengan perencanaan terlebih dahulu sedangkan dalam perencanaan ada beberapa kegiatan salah satu diantaranya adalah persiapan pembelajaran. Menurut Daryanto (2013:315) kaitannya dengan persiapan pengajar sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar meliputi analisis keterkaitan materi pembelajaran, penyusunan program, sistem penjadwalan, bahan ajar, dan media pembelajaran.

BAGAN 2.2 ALUR PERSIAPAN PEMBELAJARAN

  

(Daryanto, 2013:315)

Analisis Keterkaitan Penyusunan Sistem Penjadwalan Materi Pembelajaran Program

/Kompetensi

 Mendukung  Kelas  Didukung  Materi  Guru  Berdiri Sendiri  Waktu  Materi 

  

 Media

  Media Bahan Ajar

Pembelajaran

 Karakteristik  Macam  Persyaratan  Fungsi  Bentuk  

2.3.2 Pelaksanaan Pembelajaran

  Di dalam kegiatan belajar mengajar, pelaksanaan merupakan proses inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Guru melakukan segala aktivitas dalam pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusunya berupa rencana pelaksanaan pembelajaran. Menurut Daryanto (2013:315) pelaksanaan pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dan pengajar yang menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan sebelumnya dalam rangka mencapai tujuan. Jadi pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi guru dengan murid dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk mencapai tujuan pengajaran. (Suryosubroto, 2009:30)

  Jadi pelaksanaan pembelajaran dapat disimpulkan sebagai terjadinya interaksi guru dengan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran harus selalu mengingat prinsip pembelajaran yaitu mengalirkan kompetensi kunci dalam setiap kegiatan dan aktivitasnya yang selalu bersentral pada fokus peserta didik. Untuk itu hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembelajaran menurut Daryanto (2013:316) adalah sebagai berikut: 1.

  Pendekatan Pembelajaran

  Pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain a) pembelajaran tuntas, b)pembelajaran mandiri, c) pembelajaran berbasis kompetensi, d) pembelajaran berbasis normatif dan adaptif,

  e) pembelajaran sepanjang hari, f) pembelajaran berwawasan lingkungan.

  2. Metode Pembelajaran Banyak metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan yang paling sering digunakan pada umumnya metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab, diskusi, penugasan, kerja kelompok, dan sebagainya.

  3. Tahap pembelajaran Secara runtut proses pembelajaran harus diawali dengan mengkondisikan ruangan terlebih dahulu sebelum masuk subtansi inti. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan perhatian peserta didik kepada pokok permasalahan atau tema yang akan dibahas. Secara didaktik metodik, tahapan tersebut terdiri dari:

  a) motivasi, b) eksplorasi, c)elaborasi, d) konfirmasi, e) evaluasi.

  4. Pola pelaksanaan pembelajaran Pola pelaksanaan dapat dilakukan di dua tempat yaitu di sekolah dan di lapangan kerja. Program pelaksanaan pembelajaran harus sesuai dengan program yang disusun.

2.3.3 Evaluasi Hasil Belajar

  Evaluasi hasil belajar merupakan suatu proses untuk mengumpulkan informasi, mengadakan pertimbangan mengenai informasi tersebut, serta mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan yang telah dilakukan. Dalam proses kegiatan belajar mengajar diperlukan adanya evaluasi untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Daryanto (2013:317) hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan berbagai instrumen tergantung dari apa yang diukur. Dengan demikian untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran perlu dilakukan usaha dan tindakan atau kegiatan untuk menilai hasil belajar.

  Penulis memiliki pendapat bahwa penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pembelajaran yang telah ditetapkan dalam tujuan.

  Menurut Subroto (2009:44) penilaian dalam proses belajar mengajar meliputi:

  1. Evaluasi formatif

Evaluasi formatif adalah penilaian yang dilakukan

guru setelah pokok bahasan selesai dipelajari siswa.

Dalam buku Pedoman Penilaian Hasil Belajar di

Sekolah Dasar, penilaian formatif disebutkan dengan

istilah penilaian pada akhir satuan pelajaran.

Penilaian ini berfungsi untuk mengetahui sejauh

mana ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah

ditentukan.

  2. Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif adalah penilaian yang

diselenggarakan oleh guru setelah satu jangka waktu

tertentu. Untuk sekolah Dasar pada akhir semester.

(Arikunto, 2000:83). Penilaian sumatif berguna untuk

mempeoleh nformasi tentang keberhasilan belajar

siswa yang dipakai sebagai masukan utama untuk

menentukan nilai rapor atau nilai akhir semester.

  3. Pelaporan hasil penilaian

Dituangkan dalam buku rapor, yang merupakan

laporan hasil belajar. Buku rapor berfungsi untuk

laporan hasil kerja sekolah kepada orang tua murid.

4. Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan

  Menurut petunjuk teknis No. 166/113. VI/91 yang didalamnya ditetapkan tentang penilaian dan analisis hasil evaluasi belajar serta program perbaikan dan pengayaan dijabarkan sebagai berikut: Apabila seorang siswa dalam ulangan (tes formatif/tes sumatif) mencapai nilai kurang dari 7,5 atau daya serapnya kurang dari 75% maka yang bersangkutan harus mengikuti perbaikan. Bagi siswa yang sudah menguasai tujuan pembelajaran, sekurang-kurangnya 75%, dapat diberikan pengayaan sebelum beralih ke materi lain. (Daryanto, 2013:319)

2.3.4 Evaluasi Program

  Proses evaluasi program didasarkan pada pengalaman sekolah dalam program tersebut. Menurut Daryanto (2013:319) evaluasi program merupakan proses pengukuran dan penilaian semua program yang berkenaan dengan konteks lingkungan eksternal, input, process, output, dan outcome.

  Tujuan utama evaluasi program adalah: 1.

  Mengukur dan menilai tingkat keberhasilan dalam mengelola semua program pembelajaran.

2. penyimpangan penyelenggaraan

Mendeteksi program pembelajaran.

3. data yang akurat untuk

Memperoleh pengembangan program pembelajaran berikutnya (Daryanto, 2013:320)

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Penelitian yang dilakukan oleh Suhari (2013:11) dengan judul Ujicoba Supervisi Akademik Model Ex-In Supervision di SMK Kabupaten Wonogiri menunjukkan ada pengaruh positif signifikan dalam peningkatan Pengelolaan pembelajaran. Luh Amani (2013:10) Implementasi supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan guru mengelola preses pembelajaran pada guru se-gugus VII Kecamatan Sawan. Widodo (2007:7) dalam penelitiannya menemukan bahwa pelaksanaan supervisi oleh pengawas /kepala sekolah di Indonesia masih jauh dari teori supervisi. Pelaksanaan supervisi yang berlangsung selama ini masih cenderung kepada inspeksi atau pengawasan saja. Supervisi yang dilakukan berkesan mencari-cari kesalahan dari guru. Kegiatan supervisi tidak sesuai dengan harapan kebutuhan guru. Namun demikian Nurmudi (2011:8) dalam penelitiannya menyatakan bahwa secara signifikan supervisi berpengaruh terhadap pengelolaan pembelajaran. Oleh karena itu disarankan agar kepala sekolah untuk melakukan selalu meningkatkan kualitas supervisi, meningkatkan kunjungan kelas, meninjau RPP, kesesuaian metode mengajar yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Dalawi (2012:10) meneliti tentang pelaksanaan supervisi pengawas sekolah sebagai upaya peningkatan profesionalisme guru SMP N 1 Bengkayang Pontianak.

  Penelitian yang dilakukan peneliti sejalan dengan apa yang dikehendaki oleh penulis agar proses supervisi dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan suatu model supervisi yang merupakan koloboratif dari eksternal supervisor dan internal supervisor sehingga guru akan mendapatkan dua masukan supervisor diharapkan dapat saling mengisi kekurangan dan kelebihan supervisor eksternal lebih meningkatkan inovasi terhadap teknik supervisi agar guru dapat mengembangkan kemampuannya, pelaksanaan supervisi hendaknya dilaksanakan secara kontinyu setiap bulan sehingga apabila ada permasalahan yang dihadapi guru dapat segera dicarikan solusinya.

Dokumen yang terkait

BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru SD Negeri 2 Kalimanggis Kecamatan Kaloran

0 0 23

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru SD Negeri 2 Kalimanggis Kecamatan Kaloran

0 0 13

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru SD Negeri 2 Kalimanggis Kecamatan Kaloran

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru SD Negeri 2 Kalimanggis Kecamatan Kaloran

0 0 83

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelatihan Partisipatif untuk Meningkatkan Peran Komite Sekolah di SD Negeri 1 Wonokerso Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung

0 0 17

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelatihan Partisipatif untuk Meningkatkan Peran Komite Sekolah di SD Negeri 1 Wonokerso Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung

0 0 12

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelatihan Partisipatif untuk Meningkatkan Peran Komite Sekolah di SD Negeri 1 Wonokerso Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelatihan Partisipatif untuk Meningkatkan Peran Komite Sekolah di SD Negeri 1 Wonokerso Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelatihan Partisipatif untuk Meningkatkan Peran Komite Sekolah di SD Negeri 1 Wonokerso Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung

0 0 45

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Ex In Supervision untuk Meningkatkan Kemampuan Pengelolaan Pembelajaran Guru di Gugus Pergiwo Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung

0 0 10