PENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN

  

PENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN

KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN

Oktavia Altika Dewi, Antariksa, Kartika Eka Sari

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

  Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145

  • – Telp (0341) 567886

    Email : oktavia.altika@gmail.com

  

ABSTRAK

Tujuan dari studi ini adalah menganalisis dan menentukan rekomendasi berupa zonasi kawasan yang sesuai

untuk pelestarian kawasan dan pengelompokan jenis pelestarian bangunan kuno di Kota Pasuruan. Metode yang

digunakan adalah metode kualitatif berupa analisis Visual Absorption Capability (VAC). Analisis VAC

dilakukan dengan cara menilai bangunan kuno sesuai dengan karakter fisik yang ditentukan. Penilaian tersebut

berupa skoring yang dibagi menjadi empat penilaian dengan dasar pemilihannya disesuaikan dengan karakter

bangunan kuno di Kota Pasuruan dan menghasilkan golongan zona. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona

kawasan bangunan kuno yang dapat diterapkan di Kota Pasuruan adalah zona inti dengan jumlah 4 kawasan,

zona penyangga dengan jumlah 2 kawasan, zona pengembanganan dengan jumlah 2 kawasan dan zona

penunjang dengan jumlah 4 kawasan. Untuk jenis pelestarian yang dapat diterapkan adalah preservasi (5

bangunan), restorasi (12 bangunan), rehabilitasi (2 bangunan)/ rekonstruksi (3 bangunan), revitalisasi (12

bangunan) /adaptasi (2 bangunan) dan demolisi (2 bangunan). Kata Kunci : Zonasi, pelestarian bangunan, kawasan, Pasuruan.

  

ABSTRACT

The purpose of this study is analyzing and determining the zoning recommendations in which it is appropriate

for preserving area and grouping the preservation of old buildings types in Pasuruan. The method used is

qualitative method form Visual Absorption Capability (VAC) analysis. VAC analysis resolved by assessing the

old buildings in accordance with the prescribed physical character. The assessment in the form of scoring is

divided into four basic election assessment adapted to the character of old buildings in Pasuruan City and

resulting in a zone group. The results show the factors that affect the preservation concept of old building are

incredibility, the role of history, rarity, strengthen regional, cultural and physical factors. While the regional

zone of old buildings which can be applied in Pasuruan City are; the core zone with 4 areas, the buffer zones

with 2 area, developing zones with 2 areas and supporting zone with 4 areas. For those types of conservation

that can be applied are preservation (5 buildings), restoration (12 buildings), rehabilitation (2 buildings)/

reconstruction (3 buildings), revitalization (12 buildings)/ adaptation (2 buildings) and demolition (2 buildings) .

Keywords : Zonation, preservation buildings, region, Pasuruan

  penguat pentingnya pelestarian kawasan

  PENDAHULUAN

  bersejarah yang ada di Indonesia, karena bangunan

  • – bangunan kuno tersebut menjadi Berdasarkan pada Undang – Undang No.

  bukti adanya peristiwa penting dan menjadi

  11 Tahun 2010 Pasal 1 angka 1 tentang Cagar penguat identitas suatu kota. Budaya, dijelaskan bahwa cagar budaya

  Kota Pasuruan merupakan salah satu kota merupakan warisan budaya yang perlu yang memiliki warisan bangunan dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai – bangunan kuno. Terdapatnya bangunan kuno yang masih penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan maupun berdiri namun terdapat juga bangunan yang kebudayaan melalui proses penetapan. sudah dihancurkan. Beberapa permasalahan yang

  Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perlu dan menghambat pelestarian kawasan bangunan kuno pentingnya melakukan pelestarian kawasan di Kota Pasuruan, diantaranya: bangunan kuno. Terdapatnya bangunan kuno 1. yang membentuk suatu kawasan bersejarah Peraturan Daerah tentang Bangunan Cagar

  Budaya tidak menyebutkan jumlah memberikan keunikan tersendiri yang berbeda bangunan yang dilestarikan, nama atau dibandingkan kota

  • – kota lainnya. Peranan identitas bangunannya. Selain itu juga tidak penting dilestarikannya bangunan tersebut dapat disebutkan jenis
  • – jenis pelestarian yang memberikan banyak dampak positif pada suatu dapat diterapkan di Kota Pasuruan.

  kota. Beberapa faktor tersebut yang menjadi

PENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN

4. Belum terdapat zonasi cagar budaya di

  • – permasalahan yang menghambat pelestarian kawasan bangunan kuno di Kota Pasuruan maka diperlukan penelitian tentang pelestarian kawasan dan bangunan kuno di Kota Pasuruan melalui “Pendekatan Visual Absorption Capability Untuk Pelestarian Kawasan Bangunan Kuno di Kota Pasuruan” dengan tujuan untuk memberikan rekomendasi berupa zonasi kawasan dan pengelompokan jenis pelestarian bangunan kuno di Kota Pasuruan.

  33. Rumah Dinas No. 41

  22. Rumah Dinas No. 55 C

  23. Rumah Dinas No. 53

  24. Rumah Dinas No. 45

  25. Rumah Dinas No. 51

  26. Rumah Dinas No. 39

  27. Rumah Dinas No. 43

  28. Rumah Dinas No. 55 B

  29. Rumah Dinas No. 49

  30. Rumah Dinas No. 37

  31. Rumah Dinas No. 47

  32. Rumah Dinas No. 55 A

  35. Rumah Dinas No. 59

  34. Rumah Dinas No. 57

  20. Museum P3GI

  36. Rumah Dinas No. 55

  37. Rumah No. 5

  38. Rumah No. 7

  Tabel tersebut menunjukkan jumlah dan nama bangunan

  Tabel 2. Variabel Penilaian Bangunan No Variabel Sub Variabel 1.

  Faktor Kelangkaan (X3) Usia bangunan Ciri Khas bangunan Keunikan bangunan 2.

  Faktor Keluarbiasaan (X4) Keistimewaan bentuk Makna simbolis

  3. Faktor Peran Sejarah (X5) Sejarah perkembangan arsitektur Nilai perjuangan Arti Sejarah bangunan 4.

  Faktor Memperkuat kawasan (X6) Fungsi bangunan Kualitas bangunan

  5. Faktor Nilai Budaya (X7) Identitas budaya Pergeseran identitas budaya

  6. Faktor Fisik (X8) Pergeseran fungsi bangunan Status kepemilikan bangunan

  21. Klenteng Tjoe Tik Kiong

  19. Kantor P3GI

  4. Meubel Quick

  7. GPIB PNIEL

  Banyaknya bangunan kuno yang dihancurkan dan didirikannya bangunan dengan gaya arsitektur modern di kawasan bangunan kuno.

  Tabel 1. Bangunan Kuno di Kota Pasuruan No. Bangunan Kuno

  1. Tempat Parkir SMAN 1 Pasuruan

  2. Wisma Tamu P3GI 1

  3. Gedung Kompi BantuanYon Zipur 10

  18. Rumah Wakil Walikota

  5. Gereja Katolik St. Antonius Padova

  6. Rumah Darussalam

  8. Rumah Singa

  Kota Paduruan sehingga mempersulit kegiatan pelestarian bangunan kuno. Berdasarkan pada permasalahan

  9. Gedung Pancasila

  10. Markas Yon Zipur 10 Divisi II Kostrad

  11. Stasiun Kota Pasuruan

  12. Wisma Tamu P3GI 2

  13. Rumah Dinas No. 33

  14. Rumah Dinas No. 35

  15. SMP Negeri 2 Pasuruan

  16. SD Negeri Pekuncen 1

  17. Yayasan Kejuruan Untung Surapati

  3. Beberapa bangunan – bangunan kuno yang terdapat di Kota Pasuruan mengalami perubahan fungsi yang tidak sesuai dengan fungsi awal.

METODE PENELITIAN

  Secara umum dapat dijelaskan bahwa penelitian Visual Absorption Capability Untuk Pelestarian Kawasan Bangunan Kuno Kota Pasuruan menggunakan analisis evaluatif- development untuk menjawab rumusan masalah. Analisis VAC (Visual Absorption Capability) adalah suatu daya dukung fisik suatu lahan/ lansekap untuk menampung berbagai pengembangan maupun pengelolaan kegiatan yang harus tetap memperhatikan terpeliharanya kualitas dan karakter visual. Penentuan zonasi kawasan dapat dilakukan dengan melakukan pengelompokan kelas lahan ditentukan sesuai dengan distribusi nilai VAC.

  • – bangunan kuno yang menjadi lokasi penelitian. Berdasarkan pada jumlah bangunan kuno yang ada di Kota Pasuruan kemudian dilakukan survey penilaian secara objektif yang dapat dilakukan oleh peneliti menggunakan beberapa variabel
  • – variabel penilaian (Tabel 2) dengan hasil digunakan sebagai pengelompokan jenis pelestarian bangunan kuno:

  Metode pengambilan sampel menggunakan populasi jumlah kawasan bangunan kuno yang disebutkan dalam RTRW Kota Pasuruan Tahun 2011 yaitu sebanyak 9 koridor jalan yang terdiri atas 38 bangunan kuno, sehingga dapat dilihat pada (Tabel 1).

  Penentuan pemilihan responden penelitian adalah pemilik atau pengelola bangunan kuno. Hal tersebut didasari pada isu permasalahan yang menjelaskan bahwa Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 24 Tahun 2012 terlalu umum seperti Undang

  • – Undang Cagar Budaya Nomor 11 Tahun 2010.

  Selain itu responden dianggap lebih mengetahui kondisi bangunan kuno dibandingkan masyarakat non pemilik bangunan kuno.

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 7, Nomor 1, Juli 2015

2.

  Single building Struktur dan gaya Ketepatan fungsi bangunan Usia dan kelayakan bangunan

  Beberapa bangunan yang mengalami pergeseran fungsi, hasil prosentasenya dapat dilihat pada Gambar 1.

  Oktavia Altika Dewi, Antariksa, Kartika Eka Sari

  Sedangkan untuk penilaian kawasan dapat menggunakan beberapa variabel penilaian yang dapat dilihat pada (Tabel 3):

  Tabel 3. Variabel Penilaian Zonasi Kawasan No Variabel Sub Variabel 1.

  Langgam arsitektur Gaya bangunan Karakter bangunan bangunan Jumlah lantai bangunan 2.

  Fasade Bangunan Kesesuaian reklame Kesesuaian peletakan pohon Pertahanan dinding muka ubangunan

  3. Peruntukan Guna Lahan Tipe penggunaan lahan Hubungan fungsional

  Keterkaitan fungsi lahan 4. Sirkulasi dan Parkir

  Kesesuaian struktur Landmark Elemen lansekap Kualitas lingkungan kawasan

  5. Ruang Terbuka Ruang Terbuka Pasif/ Aktif Peranan publik/ private domain Lansekap keras/ lunak

  6. Area Pedestrian Kecocokan area Pengurangan keterikatan kendaraan Atraksi pencipta kegiatan Perancangan area

  7. Signages Refleksi karakter kawasan Kesesuaian Jarak dan ukuran Kesesuaian terhadap bangunan

  8. Activity Support Kesesuaian fungsi kegiatan Kesesuaian aspek konseptual Koordinasi kegiatan

  Bangunan Kuno Berdasarkan pada gambar tersebut menunjukkan bahwa bangunan yang tidak mengalami pergeseran fungsi bangunan lebih sedikit dibandingkan bangunan yang mengalami pergeseran fungsi bangunan. Hal tersebt menunjukkan salah satu penyebab menurunnya kualitas dan identitas bangunan. Untuk prosentase status kepemilikan bangunan dapat dilihat pada (Gambar 2).

  Gambar 1. Prosentase Pergeseran Fungsi

9. Konservasi

  • – zona pelestarian kawasan dan golongan pelestarian bangunan kuno yang ditentukan sesuai dengan distribusi nilai VAC. Jumlah kelas dan interval (i) dihitung menggunakan rumus: k = 1 + 3,3 log n Interval = Nilai VAC tertinggi
  • – Nilai VAC terendah / Jumlah Kelas

  k = jumlah kelas n = jumlah keseluruhan petak penelitian

  HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bangunan Kuno di Kota Pasuruan

  Bangunan

  Keterangan:

  Penentuan zonasi kawasan dan pengelompokan bangunan kuno di Kota Pasuruan dilakukan dengan metode Visual Absorption Capability (VAC). Penentuan tersebut menghasilkan zona

  Gambar 2. Prosentase Status Kepemilikan

  Bangunan Kuno Berbedanya status kepemilikan bangunan kuno tersebut menyebabkan tidak mendapatkannya perhatian dari Pemerintah Kota dalam memberikan bantuan dana untuk pelestarian seluruh bangunan kuno, berikut merupakan prosentase sumber dana yang digunakan dalam pelestarian bangunan di Kota Pasuruan dapat dilihat pada (Gambar 3).

  • – bangunan kuno di Kota Pasuruan terletak pada persebaran 9 koridor jalan yang berbeda
  • – beda. Terdapat bangunan yang letaknya mengelompok namun terdapat juga bangunan yang letaknya tidak mengelompok menjadi salah satu peluang pemanfaatan kawasan.

  Gambar 3. Prosentase Sumber Pendanaan

  Perawatan Bangunan Kuno

PENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN

  Usia bangunan

  Menentukan pembagian jarak interval kelas dengan cara mencari selisih antara total nilai tertinggi dan total nilai terendah untuk kemudian dibagi dengan jumlah kelas, seperti rumus berikut ini: i = jarak / k i = (24

  • – bangunan kuno memiliki rentan yang beragam namun secara umum memiliki usia bangunan > 100 tahun, untuk rentan usia bangunan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu usia bangunan 50
  • – 80 tahun, usia bangunan
  • – 6) / 2,987 i = 6,02 i = 6 Setelah melakukan penentuan jarak interval kelas kemudian mendistribusikan setiap total nilai ke dalam klasifikasi sesuai jarak interval yang dapat dilihat pada Tabel 4.
  • >– bangunan kuno memiliki peran sejarah yang berbeda
  • – beda, namun secara umum memiliki peranan sejarah difungsikannya bangunan oleh o
  • – 17 Potensi Rendah C

  • – 11 Potensi Sangat Rendah D
  • – 23 Potensi Sedang B 4.
  • – orang Belanda yang datang untuk bekerja di Kota Pasuruan. Kedatangan Belanda dan masyarakat Tionghoa tersebut juga menyebabkan dibangunnya fasilitas
  • – fasilitas yang diinginkan dan hingga saat ini bangunan tersebut tetap dipertahankan dengan baik walaupun mengalami pergeseran fungsi. Untuk hasil prosentase fungsi bangunan dapat dilihat pada (Gambar 5).

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 7, Nomor 1, Juli 2015

  Nilai ≥ 24 Potensi Tinggi A

  Untuk potensi sedang dapat ditandai dengan masih banyak dipertahankannya tampilan bangunan menggunakan ciri khas bangunan kuno meskipun ciri tersebut memiliki kesamaan dengan bangunan kuno yang lain.

  Untuk klasifikasi potensial bangunan tergolong potensi tinggi dapat ditandai dengan banyaknya khas atau keunikan yang dimiliki suatu bangunan. Keunikan tersebut melihat pada tetap dipertahankannya ornamen atau bahan bangunan kuno yang tidak dimiliki bangunan kuno lain yang ada di Kota Pasuruan.

  Potensi Sangat Rendah Demolisi Besar

  3. Potensi Rendah Revitalisasi/ Adaptasi Sedang

  Rekonstruksi Kecil

  Potensi Sedang Rehabilitasi/ Rehabilitasi/

  1. Potensi Tinggi Preservasi Sangat Kecil 2.

  Tabel 5. Penjabaran Peringkat Kawasan Cagar Budaya No. Klasifikasi Elemen Bangunan Potensial Arahan Pelestarian Fisik Tingkat Perubahan Fisik yang Diperbolehkan

  Klasifikasi elemen potensial tersebut selanjutnya digolongkan atau disesuaikan dengan arahan pelestarian fisik yang dapat dilakukan di Kota Pasuruan. Penggolongan disesuaikan pada golongan pelestarian yang terbagi menjadi empat golongan. Penggolongan tersebut terdiri atas empat tingkatan potensi, arahan pelestarian dan tingkat perubahan yang diperbolehkan dilakukan pada bangunan

  3. Nilai 18

  ≤ 100 tahun dan > 100 tahun, dapat dilihat pada (Gambar 4).

  2. Nilai 12

  Tabel 4. Penjabaran Peringkat Kawasan Cagar Budaya No Interval Kelas Keterangan Golongan Pelestarian

  • – bangunan kuno. dapat dilihat pada Tabel 5.
  • – Sedang
  • – Besar 4.
  • – variabel yang dijelaskan di Tabel 2 kemudian dilakukan penentuan jumlah kelas dengan menggunakan rumus: k = 1 + 3,3 log n k = 1 + 3,3 log 4 k = 2,987

  Hasil akhir dari penilaiannya secara objektif pada variabel

  Pengelompokan Jenis Pelestarian Bangunan Kuno

  Pada hasil prosentase dapat dilihat bahwa dominasi fungsi bangunan kuno digunakan sebagai rumah dinas, dan yang tidak mendominasi adalah penggunaan bangunan sebagai gedung pertemuan.

  Gambar 5. Prosentase Fungsi Bangunan Kuno

  Bangunan

  Gambar 4. Prosentase Usia Bangunan Kuno

  1. Nilai 6

  Oktavia Altika Dewi, Antariksa, Kartika Eka Sari

  Untuk bangunan dengan potensi rendah dapat ditandai dengan masih terdapatnya beberapa ornamen atau bagian bangunan kuno yang dipertahankan keutuhannya. Untuk potensi dangat rendah dapat ditandai dengan masih terlihat sedikit tampilan bangunan menggunakan

  Gambar 6. Bangunan dengan golongan

  bahan atau bentuk bangunan kuno meskipun pelestarian A (kiri) dan B (kanan) memiliki kesamaan dengan bangunan kuno lainnya.

  Untuk bangunan yang masuk dalam jenis pelestarian preservasi, rehabilitasi, revitalisasi, demolisi, berikut merupakan contoh bangunannya (Gambar 6 dan Gambar 7). Namun untuk letak keseluruhan golongan bangunan

  Gambar 7. Bangunan dengan golongan dapat dilihat pada (Gambar 8).

  pelestarian C (kiri) dan D (kanan.

  Gambar 8. Golongan Pelestarian Bangunan Kuno

Pembentukan Zonasi Kawasan Bangunan penilaiannya dilakukan penentuan jumlah kelas

Kuno

  dengan menggunakan rumus analisis VAC: k = 1 + 3,3 log n Dalam melakukan pembentukan zona, k = 1 + 3,3 log 4 melakukan penilaian bangunan secara objektif k = 2,987 menggunakan variabel pada Tabel 3 tersebut. Kemudian menentukan pembagian jarak interval Selanjutnya menentukan titik lokasi (grid) pada kelas dengan cara mencari selisih antara total peta dengan jarak 300 meter, sehingga diperoleh nilai tertinggi dan total nilai terendah untuk sebanyak 12 grid sesuai (Gambar 9). kemudian dibagi dengan jumlah kelas:

  Melakukan penilaian menggunakan i = jarak / k analisis VAC menggunakan rumus sama seperti i = (32

  • – 8) / 2,987 penentuan golongan pelestarian bangunan kuno i = 8,03 yang dibahas sebelumnya. Hasil akhir dari i = 8

PENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN

  Diperoleh penjabaran interval kelas (Tabel Untuk zona penunjang memiliki penamaan 6) untuk melihat hasil nilai VAC kawasan zona sarana

  • – prasarana heritage sesuai pada bangunan kuno dapat dilihat pada (Gambar 10). fungsinya bahwa zona ini memiliki peran sebagai Selanjutnya melakukan pembentukan blok zonasi pelengkap atau pemenuhan yang menunjang kawasan bangunan kuno, dapat dilihat pada kegiatan zona lainnya. (Gambar 11).

  Zona Inti (prioritas utama) merupakan zona prioritas utama yang harus dilindungi dan

  Tabel 6. Penjabaran Peringkat Kawasan

  tidak diperbolehkan melakukan pengembangan

  Cagar Budaya

  baru karena merupakan zona yang harus

  No. Interval Kelas Peringkat Zona

  IV Zona Sarana dilindungi. Zona pengembangan identitas dapat

  • 1.

  8

  • – 15

  Prasarana Heritage

  dilakukan pelestarian dengan fungsi utama 2.

  III Zona Pemanfaatan 16 – 23

  melindungi zona inti dan meningkatkan identitas

  heritage 3.

  24

  • – 31

  II Zona Pengembangan kota.

  heritage

  Zona pemanfaatan heritage hanya 4.

  I Zona Inti

  32

  diperbolehkan melakukan pemanfaatan yang dapat menunjang zona inti dan tidak menurunkan Zonasi kawasan dibagi menjadi empat nilai kawasan pada zona inti maupun zona zona. Zona inti memiliki penamaan zona sebagai pengembangan identitas, seperti kegiatan prioritas utama karena pada zona tersebut rekreasi, daerah konservasi alam, kehidupan memiliki keragaman gaya dan fungsi bangunan budaya tradisional, keagamaan dan yang menjadi pusat ramai kegiatan. Zona kepariwisataan. penyangga memiliki penamaan zona

  Zona sarana pengembangan identitas karena zona ini memiliki – prasarana heritage dapat dilakukan pelestarian dengan peruntukan peranan untuk memperkuat identitas pada zona kegiatan komersial maupun rekreasi umum utama. Untuk zona pengembangan memiliki penamaan zona pemanfaatan heritage karena namun tetap memperhatikan fungsi utama kawasan pada zona lainnya agar tidak terjadi sesuai pada kondisi wilayah studi bahwa kegiatan yang dapat merusak bangunan yang beberapa bangunan kuno dimanfaatkan untuk dilestarikan. kegiatan agama dan sarana pendidikan.

  

Gambar 9. Penentuan Titik Lokasi Berdasarkan Grid

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 7, Nomor 1, Juli 2015

  Oktavia Altika Dewi, Antariksa, Kartika Eka Sari Tabel 7. Hasil Nilai VAC Penentuan Zona Kawasan No. Grid Nama Bangunan Nilai VAC Zona 1.

  31. GPIB PNIEL 32.

  24. Rumah Dinas No. 41 25.

  9 Rumah Dinas Wakil Walikota

  24

  26. Meubel Quick 27.

  5 Rumah Pribadi No. 5

  20 Pemanfaatan Heritage

  28. Rumah Pribadi No. 7

  29. Yayasan Kejuruan Untung Surapati 30.

  11 Gereja Katolik St. Antonius Padova

  23

  1 Markas Yon Zipur 10 Divisi II Kostrad

  22. Rumah Dinas No. 37

  15 Sarana - Prasarana Heritage 33.

  2 Gedung Pancasila

  15

  34. Rumah Singa 35.

  3 Tempat Parkir SMAN 1 Pasuruan

  15

  36. Rumah Darussalam

  37. SMP Negeri 2 Pasuruan

  38

  12 Gedung Kompi Bantuan Yon Zipur

  23. Rumah Dinas No. 39

  21. Rumah Dinas No. 35

  4 Klenteng Tjoe Tik Kiong

  10. Rumah Dinas No. 55B

  32 Inti 2.

  7 Rumah Dinas No. 43

  32

  3. Rumah Dinas No. 45

  4. Rumah Dinas No. 47

  5. Rumah Dinas No. 49

  6. Rumah Dinas No. 51

  7. Rumah Dinas No. 53

  8. Rumah Dinas No. 55

  9. Rumah Dinas No. 55A

  11. Rumah Dinas No. 55C

  25 Pengembangan Identitas

  12. Rumah Dinas No. 57

  13. Rumah Dinas No. 59 14.

  8 Stasiun Kota Pasuruan

  32 15.

  10 Kantor P3GI

  32

  16. Museum P3GI

  17. SDN Pekuncen I

  18. Wisma Tamu P3GI I

  19. Wisma Tamu P3GI II 20.

  6 Rumah Dinas No. 33

  15 Gambar 10. Hasil Nilai VAC Zonasi Kawasan Bangunan Kuno

PENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN

  

Gambar 11. Zonasi Kawasan

  Selain itu perlunya mengacu pada

  SIMPULAN

  peraturan daerah yang sudah dibuat untuk Hasil analisis Visual Absorption Capability dijadikan acuan pelestarian bangunan kuno . (VAC) menunjukkan bahwa sebanyak empat zona yang dapat diterapkan di kawasan bangunan

DAFTAR PUSTAKA

  kuno di Kota Pasuruan yaitu zona inti, zona Antariksa. Metode Pelestarian Arsitektur . pengembangan heritage, zona pemanfaatan

  heritage dan zona sarana – prasarana heritage.

   Selain itu untuk jenis pelestarian bangunan

  (diakses 2 Mei 2015) yang dapat diterapkan untuk pelestarian Heryanto, B. 2011. Roh dan Citra Kota. bangunan kuno yaitu jenis preservasi sebanyak 5

  Surabaya: Brilian Internasional bangunan, restorasi sebanyak 12 bangunan, Karolina V.W., Antariksa, dan Ismu Rini D.A. rehabilitasi sebanyak 2 bangunan atau

  2007. Pelestarian Kawasan Pusat Kota rekonstruksi sebanyak 3 bangunan, revitalisasi

  Pasuruan . Journal Ilmiah Arsitektur

  sebanyak 12 bangunan atau adaptasi sebanyak 2 UPH, Vol. 4 No. 1, 2007: 48-69 bangunan dan demolisi sebanyak 2 bangunan.

  Marno, 2013. Metode Analisis VAC. Berdasarkan pada hasil tersebut maka diperlukan

  

  penelitian lanjutan yang membahas tentang citra

   (diakses 25

  kawasan bangunan kuno, persepsi stakeholder April 2015) dan pola pergerakan kawasan. Masyarakat

  Shirvani, H. 1985. The Urban Design Process. diharapkan tidak melakukan pemasangan New York: Van Nostrand Reinhold Co. reklame tanpa memperhatikan estetika bangunan.

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 7, Nomor 1, Juli 2015