PENGENDALIAN KAWASAN TERBANGUN PERKOTAAN DENGAN OPTIMALISASI FUNGSI HIJAU DI KOTA DEPOK
PENGENDALIAN KAWASAN TERBANGUN PERKOTAAN DENGAN
OPTIMALISASI FUNGSI HIJAU DI KOTA DEPOK
Boghie Nara, Mustika Anggraeni, Adipandang Yudono
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Telp 0341-567886
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Sistem tatanan perencanaan pembangunan di perkotaan khususnya di Indonesia, aspek lingkungan terutama
unsur iklimmasih dianggap sebagai elemen statis, hampir tidak pernah ada pertimbangan bahwa perubahan
tutupan lahan akanbersumbangsih yang sangat besar terhadap sistem iklim dan perubahannya. Permasalahan
iklim Depok adalah adanyapergeseran lahan kawasan terbangun, dan berkurangnya nilai kerapatan vegetasi
dan skala adaptasi masyarakat. Tujuanpenelitian meliputi: 1) Mengidentifikasi karakteristik perubahan tutupan
lahan, kawasan terbangun, kerapatan vegetasi dan perubahan suhu. 2) Mengidentifikasi, menganalisa pola
perubahan kawasan terbangun, suhu , kerapatan vegetasi dan presepsi masyarakat terhadap kenaikan suhu
akibat perubahan tutupan lahan dari masyarakat, serta 3) Menyusun arahan pengendalian peningkatan Suhu.
Metode analisis terdiri analisis spatial Penginderaan jauh melihat perkembangan lahan,suhu dan kerapatan
vegetasi, analisis pola perkembangan lahan, analisis tumpang susun/overlay wilayah yang mengalami
peningkatan suhu, analisis presepsi masyarakat dan arahan pengendalian dalam menurunkan peningkatan suhu.
Hasil menunjukkan peningkatan suhu terjadi dimulai dalam pada tahun 1990- –2011, pergeseran perubahan
kawasan terbangun dan penurunan kerapatan vegetasi menyebabkan adanya gejala Urban Heat Island (UHI).
Berdasarkan analisis wilayah yang mengalami peningkatan suhu dan pola perkembangan kawasan terbangun,
kerapatan vegetasi dan sebaran suhu memperlihatkan peningkatan luasan yang semakin besar dan cepat.
Arahan perencanaanya yaitu perencanaan kebijakan untuk menguatkan perencanaan zona reboisasi fungsi
hijau dan arahan perencanaan vegetasi lindung untuk menurunkan suhu dan mengintegrasi dengan aspek
masyarakat dengan mempertahankan atau menambah fungsi hijau Ruang terbuka hijau, koridor hijau, atap
bangunan hijau. Kata Kunci : Iklim, Tutupan Lahan,Vegetasi, Presepsi Masyarakat
ABSTRACT
In Indonesia, order sytems in urban development planning, particularly for the environmental aspects of climate
system, is still a static element. There are nearly no considerations to the fact that land cover changes will
contribute greatly to the climate systems and its amendments. The Depok climate problem resulted from the land
shifts caused by land developments, reduced vegetation density, and the scale of community adaptions. Thus, our
research goals include the following:1)Identify the characteristics of land cover changes, land developments,
vegetation density and temperature change. 2) Analyze the changing patterns of waking, temperature, density of
vegetation and the local community perception of the temperature rise, due to the changes in the land cover.
3.)Develop controls to reduce the rising temperatures. The method of analysis consists of spatial analysis, with
remote sensing, to see the development of land, analysis of temperature and density of vegetation, land
development pattern analysis, the analysis of overlay areas experiencing an increase in temperature, and
analysis of public perception of local climate change and patterns. Analysis is then followed by attempts to
control in the direction of lowering the temperature increase.Based on the results of analysis of the land cover,
temperature distribution, and vegetation density, it is revealed that the rising temperatures began in the 1990s,
and still persists today. Furthermore, our analysis also revealed that the region not only experienced an increase
temperature but also an increase in the area of rising temperature since the 1990s. The resulted shift from land
waking, along with decreased vegetation density, caused the symptoms of the so called Urban Heat Island
(UHI). Our direction is to increase participation in maintaining or adding Green Open Spaces (GOS), which
may include green functions, green corridors, and green roofs or canopies. Keywords: Climate, Land Cover, Vegetation, Public Perceptionpertimbangan dalam suatu perencanaan
PENDAHULUAN
pembangunan perkotaan (Susanti, 2006). Dalam sistem tatanan perencanaan pembangunan di Perubahan tatanan perkotaan yang terjadi perkotaan khususnya di Indonesia, aspek di suatu wilayah/daerah merupakan dasar dari
PENGENDALIAN KAWASAN TERBANGUN PERKOTAAN DENGAN OPTIMALISASI FUNGSI HIJAU DI KOTA DEPOK
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
Analisis Pola Perubahan Pemanfaatan Lahan Kawasan Terbangun, Kerapatan Vegetasi Dan Suhu (UHI)
Gambar 1. Peta administrasi Kota Depok
Wilayah penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah Kota Depok. Luas wilayah keseluruhan sebesar 20058,21, Ha.
HASIL DAN PEMBAHASAN Wilayah Studi
Arahan kebijakan Pengendalian Perubahan Suhu Konsep Pengendalian Perubahan Suhu dengan perencanaan zona reboisasi Arahan Teknis dan Mayarakat Untuk Zona Perencanaan dengan sebaran vegetasi lindung untuk menurunkan
Metode Analisis Preskriptif
Importance Performance Analysis (IPA)
Analisis Presepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Suhu
Vegetation Index ) Metode Analisis Deskriptif-Evaluatif
lingkungan terutama unsur iklim dan peningkatan suhu masih dianggap sebagai elemen statis.
Analisis karakteristik dan perkembangan pemanfaatan lahan Analisis karakteristik dan perkembangan perubahan Suhu Analisis NDVI (Normalized Difference
Kajian Kebijakan Perubahan Iklim Urban Heat Island (UHI) di Indonesia Metode Analisis Spatial Penginderaan Jauh Deskriptif
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian adalah Kota Depok.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis Sistem Informasi Geografi (SIG) dan penginderaan jauh (INDRAJA) deskriptif dan preskriptif yang didasarkan dari data yang dikumpulkan baik secara kuisioner maupun observasi lapangan.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi karakteristik perubahan tutupan lahan, kawasan terbangun dan kerapatan vegetasi dan perubahan suhu di Kota Depok. (2) Mengidentifikasi dan menganalisa pola perubahan kawasan terbangun, suhu dan kerapatan vegetasi dan presepsi masyarakat terhadap kenaikan suhu akibat perubahan tutupan lahan dari masyarakat kota Depok, serta (3) Menyusun arahan pengendalian peningkatan Suhu di Kota Depok.
Pada akhirnya studi ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap penyusunan dokumen arahan untuk pengendalian dalam pembatasan pembangunan maupun perubahan iklim terutama unsur suhu yang terjadi khususnya di wilayah Kota Depok. Judul penelitian ini adalah “Pengendalian Kawasan Terbangun Perkotaan Dengan Optimalisasi Fungsi Hijau Di Kota Depok”.
2009). Gejala ini telah menambah daftar masalah lingkungan Kota Depok. Pembahasan perubahan iklim sebenarnya terdiri dari beberapa unsur seperti suhu, temperatur, curah hujan dan radiasi surya pada penelitian ini hanya dibatasi atau difokuskan kearah unsur suhu saja adaptasi dari isu yang berkembang di Kota Depok seperti terpapar dari penjelasan sebelumnya(Mas’at, 2009). Dalam permasalahan lingkungan yang terjadi khususnya perubahan iklim yang terjadi di kota tidak lepas dari adanya permasalahan aktifitas manusia, Aktifitas masyarakat sejak era industri merubah alam ini, seperti perubahan tutupan lahan, khusunya merubah lahan pertanian, padang rumput, dan hutan selain itu juga merubah kondisi es dan salju. Secara keseluruhan, hampir semua energi radiasi yang dipantulkan kembali oleh bumi menghasilkan efek yang negatif dan menyebabkan terjadinya perubahan iklim di wilayah Kota Depok (Aldrian, 2007).
Permasalahan yang cukup penting penurunan kualitas lingkungan akibat perubahan penggunaan lahan terjadi di perkotaan seperti DKI Jakarta dan daerah pinggirannya yaitu Kota Depok. Di Kota Depok Tampak bahwa dalam 25 tahun terakhir ada beberapa unsur mengalami perubahan, Kota Depok mengalami kenaikan rata-rata 0,170C, suhu di daerah Depok cenderung lebih tinggi 0,7 o C – 0,9 o C dibandingkan dengan daerah pinggiran (Mas’at,
METODE PENELITIAN
Boghie Nara, Mustika Anggraeni, Adipandang Yudono
Meningkatnya suhu di wilayah studi bangun dan berkurangnya kawasan vegetasi dimulai tahun 1990 ditandai dengan munculnya (gambar 10) inilah yang menyebabkan perluasan kawasan pendidikan universitas indonesia, UHI. Didasarkan atas perubahan sebaran suhu menjadi salah satu faktor penentu perkembangan pada dekade tahun 1990
- – 2011 yang mengalami pesat kota depok, dalam dekade 1990 – 2000 perubahan dengan peningkatan suhu (gambar 11 hingga 2011 prosentase luasan peningkatan suhu dan 12) seluas peningkatan luasan 5577,19 Ha bergerak secara cepat, dikarenakan adanya atau sekitar 37% (gambar 13). perubahan kawasan terbangun, dan berkurangnya nilai kerapatan vegetasi. Gejala ini disebut dengan Urban Heat Island (UHI), UHI dicirikan seperti ìpulauî udara permukaan panas yang terpusat di area urban dan akan akan semakin turun.
Urban Heat Island dan Perubahan Kawasan Terbangun, Suhu dan Kerapatan Vegetasi
Gambar 2 dan 3 memperlihatkan Urban Heat Island atau peningkatan suhu di Depok pada tahun 1990 dan 2011. Dari pengamatan secara spasial terlihat bahwa ada perluasan UHI peningkatan suhu. Secara analisa kuantiatif dengan statistik terhitung adanya perluasan UHI o o o Gambar 3. Peta UHI tahun 2011
(daerah dengan suhu tinggi 26 C-30 o
C, 31
C-
35 C yang terletak pada kawasan terbangun yang terdiri dari pemukiman dan jarangnya nilai indeks vegetasi dengan kategori rapat di pusat kota Depok dalam dekade 20 tahun mengalami perubahan seluas peningkatan luasan 5577,19 Ha atau sekitar 37% (gambar 4).
Gambar 4. Grafik wilayah terpanas/wilayah
yang mengalami peningkatan suhu Tahun 1990- 2010
Gambar 2. Peta UHI Tahun 1990
Gambar 5 dan 6 menunjukkan peta spasial klasifikasi penutup lahan Depok tahun 1990 dan 2011 yang diklasifikasikan dari data satelit Landsat. Dari kenampakan spasial terlihat adanya perluasan wilayah terbangun. Analisis statistik pada gambar 7 menunjukkan adanya pertum- buhan kawasan terbangun di Depok 5155,09 Ha atau sekitar 29%, sedangkan nilai kerapatan vegetasi atau kawasan vegetasi (hutan) mengalami peningkatan nilai indeks vegetasi
Gambar 5. Peta kawasan terbangun
jarang seluas 5035,36 Ha atau sebesar 35% Tahun 1990
(gambar 8 dan 9). Pertumbuhan kawasan ter-
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
11
PENGENDALIAN KAWASAN TERBANGUN PERKOTAAN DENGAN OPTIMALISASI FUNGSI HIJAU DI KOTA DEPOK
Gambar 6. Peta kawasan terbangun Gambar 9. Peta kerapatan vegetasi
Tahun 2011 Tahun 2011
- – Gambar 10. Grafik kerapatan vegetasi Tahun Gambar 7. Grafik kawasan terbangun 1990
2011 1990-2010
Gambar 11. Peta sebaran suhu Tahun 1990 Gambar 8. Peta kerapatan vegetasi 1990
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
Boghie Nara, Mustika Anggraeni, Adipandang Yudono Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
13 Gambar 12. Peta sebaran suhu Tahun 2011 Gambar 13. Grafik sebaran suhu Tahun 1990-
2010
Tabel 1. Analisis komponen-komponen adaptasi perubahan suhu Kota Depok pada kuadran 4 Variabel Komponen Sub Variabel Komponen Persepsi Fungsi Hijau Menjaga kelestarian RTH, antara lain dengan Peningkatan fungsi hutan kota Menjaga Kebersihan lingkungan RTH dan penambahan fungsi hijau contoh hutan kota di Kota Depok merupakan variabel yang penting tetapi belum memuaskan. Kebersihan lingkungan yang minim dapat menyebabkan Masyarakat enggan untuk disiplin dalam menjaga kelestarian wilayah mereka dikarenakan kurangnya pemerhati khususnya pemerintah dalam merumuskan solusi ini Penyedia Fungsi hijau tersebar, menjalur dan mengelompok, yang terintegrasi dalam jalur hijau jalan, taman, parkir Persepsi masyarakat penyediaan fungsi hijau tersebar, menjalur dan mengelompok, yang teritegrasi dalam jalur hijau jalan, taman dan parkir di Kota Depok dinilai penting tetapi belum memuaskan. Hal ini penyebabkan masyarakat juga enggan untuk menjaga kelestarian lingkungannya, karena dengan terjaminnya keamanan lingkungan maka dapat memberikan kenyamanan bagi Masyarakat terhadap gejala peningkatan suhu dengan menjaga kelestarian dan ikut bersumbangsi dalam hal pembangunan fungsi hijau sendiri yang harusnya diasilitasi pemerintah terlebih dahulu. Hubungan suhu, lahan dan vegetasi (tanaman pepohonan) Pengetahuan tanda tentang perkembangan meningkatnya suhu udara dengan adanya kawasan terbangun yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir
Pengetahuan tanda tentang perkembangan meningkatnya suhu udara dengan adanya kawasan terbangun yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir di Kota Depok termasuk variabel yang penting tetapi belum memadai sehingga untuk adaptasi Masyarakat, terhadap gejala peningkatan suhu terhambat. Hal yang dapat mempengaruhi kelancaran dalam adaptasi perubahan iklim dengan kurang taunya pengetahuan sehingga menimbulkan ketidakpedulian juga terhadap perubahan suhu. Singkronisasi program Menuju Indonesia Hijau (Program nasional MIH, dalam pembangunan kedepan seperti pembangunan atap gedung dengan fungsi hijau,pepohonan dan tumbuhan-tumbuhan)
Singkronisasi program Menuju Indonesia Hijau (Program nasional MIH, dalam pembangunan kedepan seperti pembangunan atap gedung dengan fungsi hijau,pepohonan dan tumbuhan-tumbuhan) di Kota Depok merupakan variabel yang penting tetapi belum memuaskan. Walaupun program ini berasal dari UU 26 tahun 2007 yang dirumuskan pemerintah pusat tetapi di Kota Depok belum terlaksana hanya sebagai wacana saja, masyarakat merasa hal itu perlu dilakukan karena dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi Masyarakat untuk menjaga dan bertempat tinggal di kota depok dan ikut andil dalam pelaksanaan dan pembangunannya.
Skala penanganan Adaptasi perubahan iklim dalam kaitannya di sini dengan fungsi hijau yang ada (penyesuaian dalam peningkatan suhu yang terjadi beberapa tahun terakhir)
Skala penanganan Adaptasi perubahan iklim dalam kaitannya disini dengan fungsi hijau yang ada (penyesuaian dalam peningkatan suhu yang terjadi beberapa tahun terakhir) di Kota Depok dinilai penting dengan tingkat kepuasan yang baik. Adaptasi dalam perubahan iklim merupakan faktor penting dalam penanganan perubahan UHI di suatu wilayah perkotaan karena aspek adaptasi merupakan aspek yang krusial dari segi sosial masyarakat
PENGENDALIAN KAWASAN TERBANGUN PERKOTAAN DENGAN OPTIMALISASI FUNGSI HIJAU DI KOTA DEPOK
Importance Performance Analysis (IPA) memperlihatkan penanaman vegetasi lindung
/pepohonan di sekitar rumah tinggal akan Analisis tabulasi persepsi Masyarakat O menurunkan suhu udara sekitar 3
C, (gambar 14 terhadap gejala peningkatan suhu dihitung dan 15). berdasarkan analisis IPA terhadap komponen adaptasi dari perubahan iklim khususnya suhu Tabel 2. Arahan zona perencanaan hijau udara. Analisis dengan metode IPA ini nantinya
penanaman vegetasi lindung Ttknis dan
akan menghasilkan tingkat kepuasan dan masyarakat di Area Zona Reboisasi
Zona Luas Jumlah Jumlah Penuru-
kesesuaian terhadap faktor-faktor penanganan
Penambahan Area vegetasi nan suhu 2
adaptasi perubahan suhu udara. Pengambilan
Zona (900m ) lindung (1 per O Rebosasi vegetasi=3 C) area
sampel lokasi untuk presepsi masyarakat di
Ruang
wilayah studi dilakukan berdasarkan hasli dari
Terbuka 2
analisis wilayah yang mengalami peningkatan
Hijau (m ) o o
suhu/ wilayah terpanas, pada kaitannya disini
I 5.318.000 5.909 23.836
19 C-23 C o o
atau dengan teori yang ada pengambilan sampel
II 818.000 910 2.727
17 C-21 C o o
tidak didasarkan dengan batas administrasi secara Anomali 12.098.000 13.441 25.653
15 C-19 C
kecamatan tetapi dominasi sebaran di seluruh wilayah studi, adapun lokasi yang diambil di daerah sekitar kecamatan pancoran mas, sukmajaya, cimanggis dan cinere yang notabene luasan dengan wilayah terpanas cukup besar/tinggi.
Arahan Pengendalian Kawasan Terbangun Sebagai Upaya Untuk Peningkatan Wilayah dengan Suhu Terpanas/Urban Heat Island (UHI)
Perlu dirumuskan suatu arahan berdasarkan aspek kebijakan dengan pelibatan dari segala unsur yang terkait (pemerintah, peneliti, swasta dan masyarakat di Kota Depok)
Gambar 14. Zona reboisasi fungsi hijau Kota
diantaranya : Memasukan agenda adaptasi, Depok
Meninjau kembali dan menyesuaikan inisiatif perencanaan pembangunan yang ada sehingga menjadi tahan (resilience) terhadap perubahan iklim, khususnya dalam UHI , Melembagakan pemanfaatan informasi iklim , Memilih opsino- regrets (tanpa penyesalan), yakni mengambil tindakan adaptasi, meski misalnya perubahan iklim tidak terjadi,Mendorong terbentuknya dialog nasional dengan pejabat terkait khususnya mengenai Global Climate Change. Peningkatan kapasitas untuk mengintegrasikan perubahan iklim dengan pengarus-utamaan adaptasi perubahan iklim kedalam perencanaan, perancangan infrastruktur, Pengembangan isu perubahan iklim dalam kurikulum sekolah menengah dan perguruan tinggi;Pengembangan
Gambar 15. Zona perencanaan vegetasi lindung sistem pengamatan cuaca.
Kota Depok
Arahan Teknis dan Mayarakat Untuk Zona SIMPULAN Perencanaan dengan Sebaran Vegetasi Lindung untuk Menurunkan Suhu
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan : Dalam penelitian oleh karyono (2005) mengenai
Karakteristik perubahan tutupan lahan adanya vegetasi lindung dapat menurunkan suhu khususnya kawasan terbangun dan kerapatan vegetasi serta sebaran suhu untuk mengetahui
DAFTAR PUSTAKA
Tamin, O. 2009. Perencanaan Transportasi Kota
Boghie Nara, Mustika Anggraeni, Adipandang Yudono Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
peningkatan suhu Urban Heat Island (UHI) didapat dari hasil overlay peta hasil luasan kawasan terbangun, Nilai Indeks Kerapatan Vegetasi dan Sebaran suhu dengan hasil : Menunjukan bahwa klasifikasi perubahan lahan khususnya perubahan kawasan terbangun mengalami kenaikan dengan perubahan luasan sebesar 2.636,7 Ha atau sekitar 16 %, Menunjukan bahwa klasifikasi perubahan nilai indeks NDVI -0,99
April 2010 Danoedoro, P. 2004. Sains Informasi Geografis. Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografis UGM: Yogyakarta
Data Melalui Triangulasi pada Penelitian Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan . Vol.10 No. 1,
Bachri, Bachtiar S. 2010. Meyakinkan Validitas
dan Wilayah . Jakarta. Gramedia.
- – (-0,5) mengalami kenaikan dengan perubahan luasan sebesar 3691,14 Ha atau sekitar 28%, Sedangkan sebaran suhu nya mengalami peningkatan rentang suhu 26oC – 35oC mengalami peningkatan seluas 3.437,02 Ha atau sebesar 18%,
Adapun saran yang dapat diberikan oleh melakukan reboisasi di lokasi yang tepat dengan analisa citra satelit TERRA dan AQUA Dalam penelitian sejenis ada baiknya menggunakan citra yang sama sesuai dengan tahun dilaksanakan penelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam perolehan model pada sebaran suhu.
Aksi Nasional tentang Perubahan Iklim . Kementrian Lingkungan
Geografi Dan Penerapannya dalam
Purwadhi,S.H. 1999. Pembuatan Kunci Interpretasi Liputan Lahan Dari Citra Landsaat TM. Bab III Buku :
LAPAN dan UNS: Jakarta dan Semarang
Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh . PUSDATA
Geofisika: Jakarta Purwadhi, H.S dan Sanjoto, B.T. 2008.
Terhadap Perubahan Iklim di DKI Jakarta . Badan Meteorologi dan
Publishers: Doldrecht Mas’at, A.2009. Dampak Pembangunan
Remote Sensing . Martinus Nijhoff
Yogyakarta Lindgren, D. T. 1985. Land Use Planning and
Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra . Universitas Gadjah Mada:
Republik Indonesia. Lillesand, T. M dan Kiefer, R.W. 1990.
Kementrian Lingkungan Hidup, 2007: Rencana
Saran
Aksara: Jakarta Kartono, Kartini & Gulo, Dali. 1987. Kamus Psikologi . Bandung : Pionir Jaya.
Lansekap Hutan Kota . Penerbit Bumi
Irwan, Z. D. 2005. Tantangan Lingkungan dan
15
Yogyakarta
Sumber Daya Hutan Terori dan Aplikasi . Universitas Gadjah Mana:
Press: Semarang Howard, J. A. 1996. Penginderaan Jauh Untuk
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Pemukiman Kota. Jurnal Nasional Arsitektur . Universitas Diponegoro
Dwiyanto, A. 2009. Kuantitas dan Kualitas
Pola perubahan suhu terjadi akibat adanya factor perubahan fungsi lahan dari kawasan tidak terbangun menjadi kawasan terbangun yang tersebar merata dipusat wilayah studi, perkembangan/ pembangunan pada kawasan ini terjadi cukup cepat dan sulit terhambat dikarenakan adanya faktor pemicu perkembangan wilayah studi yaitu kawasan pendidikan, sehingga menimbulkan peningkatan suhu didukung dengan berkurangnya lahan resapan atau kawasan tidak terbangun sehingga menimbulkan pemanasan perkotaan atau yang disebut Urban Heat island (UHI). Presepsi dari masyarakat mengenai adanya peningkatan suhu terpanas di wilayah penelitian menggambarkan bahwa beberapa faktor yang dianggap penting menurut mereka masih belum terakomodir dalam pelaksanaan untuk kondisi wilayahnya yang mengalami peningkatan suhu atau semakin panas, seperti pada fungsi hijau dimana kelestarian manfaat RTH dan jalur hijau terutama di pusat perkotaan Kota Depok masih belum terlaksana, Adaptasi perubahan peningkatan suhu dan manfaat fungsi hijau yang dirasa belum tercukupi untuk masyarakat.
Arahan pengendalian kawasan terbangun dengan optimalisasi fungsi hijau khususunya UHI di wilayah penelitian diantaranya arahan berdasarkan kebijakan yang melatarbelakangi perencanaan teknis dan masyarakat, arahan zona reboisasi fungsi hijau, arahan penurunan suhu dan adaptasi masyarakat di perencanaan fungsi hijau Kota Depok.
IPCC, 2007: Perubahan Iklim 2007: Laporan Sintesis. Kontribusi Kelompok Kerja I, II dan III pada Laporan Penilaian Keempat dari Panel Antar Negara terhadap Perubahan Iklim. Tim Penulis Inti, Pachauri, R.K dan Reisinger, A. (eds.). IPCC, Geneva.
PENGENDALIAN KAWASAN TERBANGUN PERKOTAAN DENGAN OPTIMALISASI FUNGSI HIJAU DI KOTA DEPOK
Jakarta Sutanto. 1982. Penafsiran Foto Udara Untuk
World Climate Conference 12-23 February 1979: Geneva
Yogjakarta World Climate Conference, 1979. a conference of experts on climate. Proceedings
Winarso, P. A, 2007. Variabilitas/penyimpangan Iklim atau Musim Di Indonesia dan Pengembangannya. Makalah Seminar Nasional Ilmu Tanah. KMIT Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM.
17 Desember 2011 i-udara-sebagai-cermin- penataan-uang-kota)
Widyawati. Hafid, S. Farida R. 2006. Kondisi Udara Sebagai Cermin Penataan Ruang Kota. (Online), diakses pada tanggal
Angkutan Jalan . ITB: Bandung
Warpani, S. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan
Pengantar) . Yogyakarta : Andi
Walgito, Bimo. 2000. Psikologi Sosial (Suatu
Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. Penerbit ITB Press: Bandung
Sutanto. 1999. Penginderaan Jauh. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta
Disertasi Untuk Memperoleh Derajad Doktor dalam Ilmu Geografi pada Universitas Gajahmada: Yogyakarta
Penafsiran Jumlah Penduduk Dan Distribusinya, Studi Kasus di Kecamatan Kalianda dan Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan.
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013
Pembangunan Wilayah . JurusanGeorafi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Indonesia: Jakarta
Susanti. I. 2006. Aspek Iklim dan Perencanaan Tata Ruang. Jurnal PPI Edisi
Tenggelam Akibat Pemanasan Global . Penebar Swadaya: Jakarta
Susanta, G dan Hari S. 2008. Akankah Indonesia
Susandi, A. 2006. Bencana Perubahan Iklim Global dan Proyeksi Perubahan Iklim Indonesia. Kelompok Keahlian Sains Atmosfer Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral ITB: Bandung
Bidang Pengembangan Pemanfaat Inderaja: Pusbangja Lapan Subaryono. 2005. Pengantar Sistem Informasi Geografis. Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta
Perubahan Penutup Lahan Menggunakan Data Inderaja Untuk Aplikasi Perubahan Lahan Sawah .
Sitorus, et al. 2006. Kajian Model Deteksi
Sebagai Subsistem dari Penataan Ruang . Yogyakarta: Aditya Media
Sadyohutomo, M. 2006. Penatagunaan Tanah
Making for Leaders : The Analytical Hierarchy Process for Decisions in Complex Word. LPPM dan Pustaka Binaman Pressindo: Jakarta.
Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks . Terjemahan dari Decisions
Proses Hirarki
Para Pemimpin:
Saaty, T. L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi
Vol8/XVII/November 2006 . LAPAN: