POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA MATARAM

  

POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN

PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA MATARAM

Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

  

Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Telp 0341-567886

e-mail: dinirizka2906@gmail.com

ABSTRAK

  

Perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia, khususnya daerah perkotaan mendorong berkembangnya

sarana pendukung telekomunikasi. Salah satu diantaranya adalah menara telekomunikasi yang biasa disebut

Base Transceiver Station (BTS). Kota Mataram merupakan salah satu kota yang belum memiliki peraturan

daerah mengenai peletakan bangunan BTS. Sehingga, beberapa BTS yang ada di Kota Mataram berada lokasi

yang seharusnya tidak diperbolehkan. Hal tersebut diperparah karena belum adanya kesamaan persepsi serta

kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat dalam penentuan lokasi yang sesuai untuk pendirian BTS di

Kota Mataram. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan kajian tentang Potensi Lokasi Base Transceiver Station

(BTS) berdasarkan pemerintah dan mayarakat di Kota Mataram. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Analytic Hierarchy Process (AHP) berdasarkan persepsi dari perwakilan informan pemerintah dan

masyarakat. Penelitian ini menggunakan empat belas variabel penentuan lokasi BTS yaitu Variabel Guna Lahan

(Ruang Terbuka Hijau (RTH), Jaringan Jalan, Perdagangan dan Jasa, Pendidikan, Peribadatan, Kesehatan,

dan Perkantoran), Topografi (Kelerengan Lahan), Jumlah Penduduk (Kepadatan Penduduk), Estetika

Lingkungan (Menara Bersama dan Lokasi BTS Eksisiting), dan Keselamatan (Ketinggian Menara, Kawasan

Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dan Cagar Budaya, dan Kepadatan Bangunan). Setelah

melalui AHP kemudian akan diperoleh beberapa variabel khusus yang kemudian dilakukan Analisis Tumpang

Susun (Overlay) menggunakan GIS dari masing-masing hasil AHP berdasarkan persepsi dari perwakilan

informan pemerintah dan masyarakat secara terpisah dan terakhir menggabungkan kedua hasil overlay dari

kedua persepsi tersebut sehingga menghasilkan lokasi-lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram.

  Kata Kunci : Base Transceiver Station (BTS), Pemerintah, Masyarakat, Lokasi

ABSTRACT

  

Base Transceiver Station (BTS) is one of telecommunication facilities which had built for supporting

communication technology development. However, the placement of Base Transceiver Station (BTS) often

located at inappropriate location so it needs more specific regulation for placement BTS. Mataram city is one of

the cities that doesn’t have local regulations regarding the placement of BTS which caused some BTS located at

inappropriate place. Based on those conditions, it needs to match the perception from both the government and

the society for determining the appropriate location for BTS in Mataram city. The method used in this study is

the Analytic Hierarchy Process (HAP) which used government and society representatives as informants. This

study uses 14 variables determining the location of BTS that are Land Use Variables (Green Open Space, The

Road Network, Commerce and Service, Education, Worship, Health, and Office), Topology (Land Slope), The

Population (Population Density), Environmental Aesthetics (Joint Tower and The location of BTS Eksisiting),

Safety (The Height of The Tower, The Safety of Flight Operations and cultural heritage, and Density of

Buildings). The result of AHP method is priority variables from both of government and society perceptions that

would be represent in spatial using overlay method (GIS approach). Then, the result of overlay method which

combined perceptions of government and society informants was potential locations for placement of BTS in

Mataram city. Keywords: Base Transceiver Station (BTS), Government, Society, Location.

  untuk berkembangnya sarana pendukung

  PENDAHULUAN

  telekomunikasi yang salah satu diantaranya adalah menara telekomunikasi yang biasa disebut Perkembangan teknologi telekomunikasi di Base Transceiver Station (BTS). Indonesia semakin meluas disertai dengan

  Base Transceiver Station (BTS) adalah

  bertambahnya jumlah penduduk dan salah satu bagian dari sistem telekomunikasi bertambahnya permintaan masyarakat sebagai bergerak yang bisa mempermudah para pemakai pengguna telekomunikasi, sehingga mendorong

  

POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA

MATARAM

  Penentuan peletakan bangunan BTS diperlukan untuk terciptanya estetika lingkungan yang selaras dengan lingkungan. Penentuan peletakan bangunan BTS tidak hanya dapat ditentukan dengan variabel teknis saja, tetapi bias dari persepsi pemerintah dan masyarakat.

  merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem (Saaty,1994). Metode ini dilakukan dengan kuisioner ke pemerintah dan masyarakat yang memahami tentang variable peletakan BTS. Variabel-variabel yang digunakan dalam metode AHP yaitu Variabel Guna Lahan (Ruang Terbuka Hijau (RTH), Jaringan Jalan, Perdagangan dan Jasa, Pendidikan, Peribadatan, Kesehatan, dan Perkantoran), Topografi (Kelerengan Lahan), Jumlah Penduduk (Kepadatan Penduduk), Estetika Lingkungan (Menara Bersama dan Lokasi BTS Eksisiting), dan Keselamatan (Ketinggian Menara, Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dan Cagar

  Analytic Hierarchy Process (AHP)

  Analisis Evaluatif dengan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk Mengetahui Variable Terpilih yang Mempengaruhi Lokasi Peletakan BTS di Kota Mataram

  Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil survey primer yang mencakup persebaran BTS berdasarkan variabel-variabel penentuan lokasi peletakan BTS serta karakteristik fisik yang ada di Kota Mataram. Analisis ini dilakukan untuk memperjelas data yang diperoleh dari hasil survey primer tersebut dan bisa digunakan untuk analisis selanjutnya.

  Analisis Deskriptif Karakteristik Fisik dan Persebaran BTS Berdasarkan Variabel Penentuan Lokasi BTS di Kota Mataram

  Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui variabel-variabel yang menentukan lokasi potensial untuk peletakan BTS sehingga bisa mengetahui lokasi-lokasi yang potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

  mayarakat di Kota Mataram”, yang nantinya dari penelitian ini dapat diketahui variabel apa saja yang lebih utama dari masing-masing pihak pemerintah dan masyarakat yang lebih utama dalam penentuan lokasi BTS yang kemudian akan dilakukan beberapa análisis sehingga diperoleh lokasi-lokasi yang dapat dijadikan sebagai tempat peletakan BTS di Kota Mataram.

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  Station (BTS) berdasarkan pemerintah dan

  Penggunaan pemerintah dan masyarakat dalam penelitian ini sebagai informan dikarenakan sering terjadinya ketidaksamaan antara keinginan dari pihak pemerintah dan masyarakat dalam hal penentuan peletakan lokasi BTS. Sehingga dilakukan suatu penelitian yang berjudul “Potensi Lokasi Base Transceiver

  Peletakan BTS di Kota Mataram harus disesuaikan dengan faktor-faktor penentu yang sesuai untuk peletakan BTS, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui faktor khusus dalam penentuan lokasi yang berpotensi untuk peletakan BTS. Penelitian ini diawali dengan mengetahui terlebih dahulu semua faktor peletakan bangunan BTS, setelah memperoleh beberapa faktor atau variabel yang akan digunakan kemudian mengambil beberapa perwakilan dari pemerintah dan masyarakat untuk memberikan persepsi terhadap beberapa factor yang telah disajikan agar dapat mengetahui faktor yang lebih berpengaruh dari beberapa faktor yang ada dalam hal penentuan lokasi untuk peletakan suatu BTS di Kota Mataram.

  Peraturan Menkominfo No.2/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi, berdasarkan penompang dasarnya, menara telekomunikasi dibedakan menjadi Menara yang peletakannya diatas tanah (Greenfield) dan Menara yang peletakkannya di atas/menempel gedung atau bangunan (rooftop). yang belum memiliki peraturan daerah mengenai peletakan bangunan BTS, sehingga beberapa BTS yang ada di Kota Mataram juga berada di beberapa lokasi yang seharusnya tidak diperbolehkan untuk didirikan BTS di tempat tersebut, selain itu juga belum adanya pemikiran yang sama atau kesamaan persepsi serta kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat dalam kesepakatan untuk lokasi- lokasi yang sesuai atau tidak sesuai untuk pendirian BTS di Kota Mataram.

  Peletakan Base Transceiver Station (BTS) yang berada langsung di sekitar permukiman masyarakat dengan radius keamanan, menim- bulkan wacana terganggunya kenyamanan dan kekhawatiran bagi masyarakat setempat, selain itu peletakan BTS juga tidak memperhatikan penataan ruang dan estetika lingkungan disekitarnya.

  system ) kedudukan sebagai penghubung antara mobile station (ponsel) dengan MSC.

  ponsel untuk tetap bisa begerak berpindah-pindah tempat tanpa terjadi pemutusan hubungan. Secara garis besar dalam sebuah sistem selular (cellular

METODE PENELITIAN

  Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  39 Budaya, dan Kepadatan Bangunan). Dari emmpat

  belas variabel tersebut akan diperoleh peringkat tertinggi yang kemudian akan diambil lima variabel dengan nilai tertinggi untuk digunakan pada analisis selanjutnya.

  Analisis Evaluatif dengan Overlay dengan Bantuan Peta Pada Sistem Informasi Geografi (SIG)

  Pada analisis ini digunakan variabel- variabel pada analisis sebelumnya yaitu analisis AHP. Analisis Tumpang Susun (Overlay) (Purwadhi,2008) ini dilakukan terlebih dahulu untuk masing-masing variabel yaitu dari perwakilan informan pemerintah dan dari perwakilan informan masyarakat. Setelah masing-masing memperoleh lokasi potensial masing-masing dari hasil persepsi tersebut kemudian dilakukan overlay gabungan dari kedua persepsi informan pemerintah dan informan masyarakat yang kemudian akan menghasilkan tujuan akhir dari penelitian ini yaitu lokasi potensial peletakan BTS berdasarkan persepsi pemerintah dan masyarakat Kota Mataram. Lokasi potensial yang dihasilkan untuk penggabungan kedua persepsi ini merupakan lokasi hanya untuk menara Green Field saja atau menara yang langsung berada di atas tanah, karena untuk penelitian ini memiliki batas penelitian hanya untuk menara Green Field tanpa membahas peraturan lokasi untuk menara Rooftop atau menara yang berada di atas gedung.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Wilayah Studi

  Lokasi penelitian yang diambil dalam studi ini berada di 6 kecamatan di Kota Mataram. Yaitu Kecamatan Ampenan, Kecamatan Cakranegara, Kecamatan Mataram, Kecamatan Sandubaya, Kecamatan Sekarbela dan Kecamatan Selaparang. Luas wilayah keseluruhan sebesar 6.130 Ha atau 61,30 Km².

  Gambar 1. Peta administrasi Kota Mataram Analisis Deskriptif Karakteristik Fisik dan Persebaran BTS Berdasarkan Empat Belas Variabel Penentuan Peletakan Base Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram

  Jumlah Base Transceiver Station (BTS) ekisting yang ada di Kota Mataram adalah 87 BTS dengan persebarannya berada di setiap Kecamatan berbeda-beda yaitu di Kecamatan Selaparang sebanyak 15 BTS, Kecamatan Sandu- baya sebanyak 14 BTS , Kecamatan Mataram sebanyak 12 BTS , Kecamatan Sekarbela se- banyak 11 BTS, Kecamatan Ampenan sebanyak

  19 BTS, dan Kecamatan Cakranegara sebanyak

  16 BTS. Dari persebaran BTS yang ada di Kota Mataram terlihat persebaran terbanyak berada di Kecamatan Ampenan yaitu 19 BTS, Dari jumlah BTS di Kota Mataram yaitu 87 BTS, 45 BTS berada di area permukiman masyarakat. Selain itu, 40 BTS merupakan BTS triangular tower dan 47 merupakan BTS rectangular tower.

  BTS yang peletakannya diatas tanah (Green Field) sejumlah 6 buah, sedangkan BTS yang peletakannya di atas/menempel di gedung atau bangunan (Rooftop) sejumlah 1 buah berada di Kecamatan Sandubaya.

  Gambar 2. Persebaran BTS berdasarkan

  penopang dasarnya di Kota Mataram Persebaran BTS eksisting berdasarkan variabel penetuan lokasi potensial BTS di Kota

  Mataram yaitu, untuk variabel RTH, 11 BTS berada di kawasan pertanian dan 5 BTS berada di area vegetasi; Variabel Jaringan Jalan, Jalan Arteri Primer sebanyak 6 BTS, di Jalan Kolektor sebanyak 23 BTS, Jalan Lokal dan Lingkungan sebanyak 37 BTS; Variabel Perdagangan dan Jasa, 4 BTS yang berada disekitar area Perdagangan dan Jasa; variabel Pendidikan, 4 BTS berada disekitar area pendidikan; variabel Peribadatan, 1 BTS berada disekitar area peribadatan; variabel Kesehatan, 2 BTS eksisting berada disekitar area kesehatan; 6 BTS berada disekitar area perkantoran; variabel Kelerengan

  

POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA

MATARAM

  V Peribadatan 0.83 0.05947

  informan pemerintah ini diambil 2 variabel yang menjadi urutan paling penting atau paling tinggi berdasarkan Priority Vector yang merupakan urutan perioritas dari gabungan pendapat informan pemerintah, pengambilan 2 variabel ini dilakukan dengan mengambil variabel yang memiliki nilai prioritas tinggi

  II Hasil dari analisis AHP untuk persepsi dari

  1.61 0.11533

  III Penerbangan dan Cagar Budaya 1.32 0.08796 Kepadatan Bangunan

  VII Kawasan Keselamatan Operasional

  XI Ketinggian Menara 0.85 0.06100

  XIII Lokasi BTS Eksisting 0.82 0.05862

  I Menara Bersama 0.74 0.04938

  XIV Kepadatan Penduduk 1.97 0.14037

  XII Kelerengan Lahan 0.67 0.04441

  X Perkantoran 0.81 0.05821

  VIII Kesehatan 0.88 0.05863

  IV Pendidikan 0.87 0.06179

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  IX Perdagangan dan Jasa 0.93 0.06224

  VI Jaringan Jalan 0.83 0.05930

  Variabel Total Normalisasi Gabungan Pendapat Priority Vector (VP) Rating Prioritas RTH 0.86 0.06169

  Tabel 1. Priority Vector, Eigen Value & Consistency Index hasil gabungan pendapat perwakilan Pemerintah terhadap variabel penentu lokasi peletakan Base Tranceiver Station (BTS) di kota Mataram

  (Dosen Arsitek Universitas Mataram), Suthami Ariessaputra, ST., M.Eng. (Dosen Elektro Universitas Mataram), Paniran,ST.,MT. (Dosen Elektro Universitas Mataram), Irfan Akbar,ST.,M.Eng (Dosen Sipil Universitas Mataram), Ardi Firmanto Nugroho (Vendor BTS), Rana Yulistia (Mahasiswa Jurusan Elektro Universitas Mataram),dan Mizar Febrian (Mahasiswa Jurusan Elektro Universitas Mataram).

  Perwakilan dari informan Masyarakat yaitu Ir. Rini Serilina Saptaningtyas (Dosen Arsitek Universitas Mataram), Tety Handayani,ST.,MA.

  Perwakilan dari pemerintah Kota Mataram antara lain ahli Bappeda Kota Mataram (Bpk. H. Amir Wisuda,ST.,MT.), Dinas Tata Kota Mataram bagian Perizinan (Bpk. L. Agus Supriyandi,ST.,MT.), Dinas Perhubungan Kota Mataram (Bpk. Sumarno,ST), Balai Monitoring Frekuensi Radio dan Menara (BALMON) Kota Mataram (Bpk. Kasno,ST.), dan Operator Jaringan Telekomunikasi Seluler (Bpk. Agung Tri Wibowo).

  Pada tahap pertama menggunakan metode AHP ini dilakukan dengan pengisian kuisioner AHP oleh informan. Informan tersebut dibagi menjadi dua yaitu informan dari perwakilan Pemerintah dan Perwakilan Masyarakat di Kota Mataram yang telah ditentukan sebelumnya.

  Analisis Evaluatif Variabel Peletakan Base Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram

  penggunaan sebagai menara bersama di Kota Mataram

  Gambar 3. Persebaran BTS berdasarkan

  41 BTS dan pada kepadatan sangat rendah terdapat 42 BTS.

  Lahan, di kelerengan 0-8% sebanyak 64 BTS, sedangkan 22 BTS berada pada ketinggian 9- 15% dan hanya 1 BTS saja yang berada pada kelerengan 16-25%; variabel Jumlah Penduduk, berkepadatan sedang sebanyak 30 BTS, kepa- datan penduduk rendah sebanyak 25 BTS dan kepadatan penduduk sangat rendah sebanyak 32 BTS; variabel Menara Bersama, 11 BTS yang digunakan sebagai menara Bersama; variabel Ketinggian Menara BTS dengan ketinggian ≤40m sebanyak 52 BTS , BTS dengan ketinggian >40-50 m sebanyak 22 BTS, dan BTS dengan ketinggian >50 m sebanyak 13 BTS; variabel KKOP, 3 BTS eksistingnya berada pada area Bandar Udara Selaparang; dan untuk variabel Kepadatan Bangunan berkepadatan sedang sebanyak 4 BTS, berkepadatan rendah terdapat

  ≥0,1. Berdasarkan urutan yang telah dihasilkan maka untuk analisis selanjutnya digunakan 2 variabel menurut persepsi dari informan perwakilan pemerintah yaitu variabel Kepadatan Penduduk dan variabel Kepadatan Bangunan. Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  41 Tabel 2. Priority Vector, Eigen Value & Consistency Index Hasil Gabungan Pendapat Perwakilan Masyarakat terhadap Variabel Penentu Lokasi Peletakan Base Tranceiver Station (BTS) di Kota Mataram

  I Hasil dari analisis AHP ini diambil 4

  Gambar 5. Peta Overlay Lima Variabel

  berdasarkan persepsi informan dari Pemerintah di kota Mataram

  Gambar 4. Peta Overlay lima variabel

  Berdasarkan hasil overlay yang telah dilakukan sebelumnya yaitu overlay dari hasil persepsi informan dari pemerintah dan overlay persepsi informan dari masyarakat yang memper- oleh masing-masing lokasi potensial berdasarkan variabelnya, setelah itu dilakukan overlay gabungan dari kedua hasil overlay tersebut sehingga memperoleh lokasi yang potensial untuk peletakan BTS berdasarkan kedua persepsi tersebut yang digunakan sebagai lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram. Berdasarkan hasil overlay gabungan dari variabel Informan Pemerintah dan Masyarakat menghasilkan lokasi-lokasi Potensial untuk

  Kepadatan Penduduk dan variabel Kepadatan Bangunan (Gambar 4). Overlay dari hasil AHP persepsi informan masyarakat yang juga menggunakan 4 variabel yaitu variabel Kepadatan Bangunan, variabel Kepadatan Penduduk, variabel Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP), dan variabel Perdagangan dan Jasa (Gambar 5).

  Proses overlay yang dilakukan untuk tahap analisis kedua ini, langkah pertama yaitu overlay dengan menggabungkan 2 variabel hasil AHP dari Informan Pemerintah yaitu variabel

  data dari hasil analisis AHP yaitu menggunakan variabel-variabel khusus berdasarkan informan perwakilan dari pemerintah dan masyarakat. Adapun kriteria potensial dan tidak potensial dalam peletakan BTS di Kota Mataram dapat dilihat pada tabel 3.

  Overlay dilakukan dengan menggunakan input

  Pada tahap ini dilakukan dengan menggunakan analisis overlay dengan GIS.

  Analisis Lokasi Potensial Peletakan Base Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram

  variabel yang menjadi urutan paling penting atau paling tinggi berdasarkan Priority Vector yang merupakan urutan perioritas dari gabungan pendapat informan masyarakat, pengambilan 4 variabel ini dilakukan dengan mengambil variabel yang memiliki nilai prioritas tinggi ≥0,1. Berdasarkan urutan yang telah dihasilkan maka untuk analisis selanjutnya menggunakan 4 variabel berdasarkan persepsi informan dari masyarakat yaitu variabel Kepadatan Bangunan, variabel Jumlah Penduduk, variabel Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dan Cagar Budaya, dan variabel Perdagangan dan Jasa.

  III Keselamatan Operasional Penerbangan dan Cagar Budaya Kepadatan Bangunan 2.58 0.18434

  Variabel Total Normalisasi Gabungan Pendapat Priority Vector (VP) Rating Prioritas RTH 0.75 0.05329

  IX Kawasan 1.70 0.12161

  VII Ketinggian Menara 0.88 0.06273

  VIII Lokasi BTS Eksisting 0.90 0.06419

  II Menara Bersama 0.90 0.06418

  VI Kepadatan Penduduk 1.78 0.12716

  XIV Kelerengan Lahan 1.16 0.08303

  V Perkantoran 0.62 0.04413

  XII Kesehatan 1.27 0.09053

  XIII Peribadatan 0.63 0.04530

  IV Pendidikan 0.63 0.04523

  XI Perdagangan dan Jasa 1.41 0.10040

  X Jaringan Jalan 0.66 0.04711

  Berdasarkan Persepsi Informan dari Masyarakat di Kota Mataram

  

POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA

MATARAM

  11 Lokasi BTS Eksisting I :

  8 Kelerengan Lahan I :

  II : Tidak Potensial, jika kelerengan lahan 8-25% di kelurahan tertentu Potensial, jika kelerengan lahan 0-8 % di kelurahan tertentu.

  9 Kepadatan Penduduk I :

  II : Tidak Potensial, jika BTS berada di kepadatan penduduk rendah dan sangat rendah di kelurahan tertentu.

  Potensial, jika BTS berada di kepadatan penduduk sedang dan tinggi di kelurahan tertentu.

  10 Menara Bersama I :

  II : Tidak Potensial, jika suatu BTS berada pada ketinggian ≤ 40 m, maka tidak berpotensi sebagai lokasi penambahan operator pada BTS tersebut.

  Potensial, jika kondisi pada eksisting BTS berada pada ketinggian >40-50 m tetapi hanya terdapat satu operator saja pada BTS tersebut, maka berpotensi sebagai lokasi penambahan operator pada BTS tersebut. Selain itu, apabila ketinggian suatu BTS >50m, maka berpotensi untuk penambahan operator pada BTS tersebut.

  II : Tidak Potensial, jika jarak antara BTS eksisting dengan lokasi peletakan BTS baru adalah <500 m.

  II : Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada Perkantoran.

  Potensial, jika jarak antara BTS eksisting dengan lokasi peletakan BTS baru adalah ≥500 m.

  12 Ketinggian Menara I :

  II : Tidak Potensial, jika jarak BTS eksisting dengan BTS baru tidak sesuai dengan ketinggiannya yang juga merupakan area/lingkup perizinan yang diperbolehkan untuk mendirikan BTS (jika tinggi BTS 30 m, 50 m, atau 72 m dst., maka area buffer juga < 30m, < 50m, atau < 72 m dst. Sesuai dengan ketinggian menara eksisting.

  Potensial, jika jarak BTS eksisting dengan BTS baru sesuai dengan ketinggiannya yang juga merupakan area/lingkup perizinan yang diperbolehkan untuk mendirikan BTS (jika tinggi BTS 30 m, 50 m, atau 72 m dst.,maka area buffer juga ≥ 30m, ≥ 50m, atau ≥72m dst. sesuai dengan ketinggian menara eksisting.

  13 Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan dan Cagar Budaya I :

  II : Tidak Potensial, jika berada pada Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) serta di sekitar kawasan bandara dengan jarak 1.100 meter, berada di kawasan bahaya kecelakaan dan kawasan lepas landas, serta jika berada di kawasan cagar budaya.

  Potensial, jika berada diluar Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) dengan jarak 1.100 meter, berada diluar kawasan bahaya kecelakaan dan kawasan lepas landas, serta jika berada diluar kawasan cagar budaya.

  14 Kepadatan Bangunan I :

  II :

Tidak Potensial, jika kepadatan bangunan sedang dan tinggi di kelurahan tertentu.

  Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Perkantoran.

  7 Perkantoran I :

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  II : Tidak Potensial, jika berada pada badan jalan dan ruwas jalan utama yaitu jalan arteri dan jalan kolektor.

  Lokasi yang memiliki area paling luas untuk potensial peletakan BTS adalah di Kecamatan Cakranegara yaitu seluas 421,4 Ha atau 21% dari luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri dari 70% Kawasan pertanian, dan 30% permukiman, lokasi potensial yang berada di Kecamatan Cakranegara tersebar di Kelurahan Sayang-sayang, Kelurahan Cilinaya, Kelurahan Sapta Marga, Kelurahan Cakranegara Selatan, Kelurahan Cakranegara Selatan Baru.

  Lokasi potensial terendah berada di Kecamatan Ampenan yaitu seluas 104,7 Ha atau

  10% dari luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri dari 70% permukiman dan 30% kawasan pertanian, lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kelurahan Ampenan Tengah, Kelurahan Pejeruk dan Kelurahan Kebon Sari. Keseluruhan lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram sebagian besar merupakan wilayah permukiman dan kawasan pertanian yang ada di masing-masing berada di setiap Kecamatan di Kota Mataram.

  

Tabel 3. Kriteria potensial dan tidak potensial untuk lokasi peletakan Base Transceiver Station

(BTS) di kota Mataram No Variabel Kriteria

  1 Ruang Terbuka Hijau (RTH) I :

  II : Tidak Potensial, jika berada pada Lapangan Olahraga dan vegetasi esuai dengan Juknis Kriteria Lokasi Menara Telekomunikasi, 2011.

  Potensial, jika berada pada Lahan Kosong, Pemakaman Umum dan Kawasan Pertanian sesuai dengan Juknis Kriteria Lokasi Menara Telekomunikasi, 2011.

  2 Jaringan Jalan I :

  Potensial, jika berada diluar badan jalan dan diluar ruwas jalan utama yaitu jalan arteri dan jalan kolektor, dengan jarak dari sisi tepi badan jalan dengan ruwas disesuaikan dengan jenis jaringan jalan, dan jika berada pada jalan lokal dan jalan lingkungan

  Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Kesehatan.

  3 Perdagangan I :

Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada bangunan perdagangan dan jasa.

  4 Pendidikan I :

  II : Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada bangunan Pendidikan.

  Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Pendidikan.

  5 Peribadatan I :

  II : Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada Peribadatan.

  Potensial, jika BTS berada >15 meter dari bangunan Peribadatan.

  6 Kesehatan I :

  II : Tidak Potensial, jika BTS berada langsung pada Kesehatan.

  

Potensial, jika kepadatan bangunan sangat rendah dan rendah di kelurahan tertentu.

  Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti

Gambar 6. Peta Overlay berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan

  Masyarakat di kota Mataram

  Gambar 9. Peta Overlay kecamatan Mataram Gambar 7. Peta Overlay kecamatan Ampenan

  berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di kota Mataram persepsi informan Masyarakat di kota Mataram

  

Gambar 8. Peta Overlay kecamatan Sekarbela Gambar 10. Peta Overlay kecamatan Selaparang

  berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan persepsi informan masyarakat di Kota Mataram persepsi informan Masyarakat di kota Mataram

  Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  43

  

POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA

MATARAM

  Kota Mataram secara keseluruhan memiliki luas 6.130 Ha, dari total luas Kota Mataram tersebut 1.251,1 Ha adalah lokasi po- tensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram.

  SIMPULAN

  Variabel untuk penentuan lokasi potensial peletakan BTS di Kota Mataram menggunakan empat belas variabel yang kemudian dianalisis terlebih dahulu menggunakan Analytical

  Hierarchy Proces (AHP) untuk memperoleh

  variabel khusus yang akan digunakan untuk

  Gambar 11. Peta Overlay kecamatan

  analisis overlay penentuan lokasi potensial Cakranegara berdasarkan persepsi informan peletakan BTS. Variabel berdasarkan hasil

  Pemerintah dan persepsi informan Masyarakat di

  Analytical Hierarchy Proces (AHP) dari masing-

  kota Mataram masing pemerintah dan masyarakat adalah untuk perwakilan informan pemerintah menggunakan variabel Kepadatan Penduduk dan variabel Kepadatan Bangunan. Sedangkan untuk perwakilan informan masyarakat menggunakan variabel Kepadatan Bangunan, variabel Kepadatan Penduduk, variabel Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP), dan variabel Perdagangan dan Jasa.

  Lokasi potensial peletakan bangunan Base

  Transceiver Station (BTS) di Kota Mataram

  berdasarkan hasil overlay gabungan dari variabel Informan Pemerintah dan Masyarakat menghasilkan lokasi-lokasi Potensial untuk

  Gambar 12. Peta Overlay kecamatan Sandubaya

  peletakan BTS di Kota Mataram sebagai berikut: berdasarkan persepsi informan Pemerintah dan  Kecamatan Ampenan seluas 104,7 Ha. persepsi informan Masyarakat di kota Mataram  Kecamatan Sekarbela seluas 267,9 Ha.

   Kecamatan Mataram seluas 168,1 Ha.

  Tabel 4. Luas lokasi potensial peletakan Base  Kecamatan Selaparang seluas 124,8 Ha.

  Transceiver Station (BTS) di setiap kecamatan  Kecamatan Cakranegara seluas 421,4 Ha. kota Mataram No Kecamatan Luas Lokasi Potensial  Kecamatan Sandubaya seluas 164,2 Ha. (Ha)

  Kota Mataram secara keseluruhan

  1 Ampenan 104,7

  memiliki luas 6.130 Ha, dari total luas Kota

  2 Sekarbela 267,9

  3 Mataram 168,1

  Mataram tersebut 1.251,1 Ha adalah lokasi

  4 Selaparang 124,8 potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram.

  5 Cakranegara 421,4

  

6 Sandubaya 164,2 Lokasi yang memiliki area paling luas untuk

Jumlah 1.251,1

  potensial peletakan BTS adalah di Kecamatan Cakranegara yaitu seluas 421,4 Ha atau 21% dari luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri dari 70% Kawasan pertanian, dan 30% permukiman, lokasi potensial yang berada di Kecamatan Cakranegara tersebar di Kelurahan Sayang-sayang, Kelurahan Cilinaya, Kelurahan Sapta Marga, Kelurahan Cakranegara Selatan, Kelurahan Cakranegara Selatan Baru. Lokasi potensial terendah berada di Kecamatan Ampenan yaitu seluas 104,7 Ha atau 10% dari luas keseluruhan lokasi potensial, yang terdiri dari 70% permukiman dan 30% kawasan

  Gambar 13. Persentase Luas Lokasi Potensial

  pertanian, lokasi potensial untuk peletakan BTS Peletakan BTS di setiapKecamatan Kota di Kelurahan Ampenan Tengah, Kelurahan

  Mataram

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  Dini Rizka Yunidiya, Fauzul Rizal Sutikno, Dian Dinanti Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013

  45 Pejeruk dan Kelurahan Kebon Sari. Keseluruhan

  lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram sebagian besar merupakan wilayah permukiman dan kawasan pertanian yang ada di masing-masing berada di setiap Kecamatan di Kota Mataram.

  Saran

  Guna menyempurnakan penelitian ini terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan, antara lain: 1.

  Pemerintah dapat menjadikan sedikit acuan kepada pemerintah Kota Mataram dalam peletakan BTS di setiap kecamatan di Kota Mataram dan bisa di jadikan refrensi dalam pembuatan peraturan BTS tentang penetapan dan pengendaliannya di Kota Mataram yang sampai saat ini masih belum memiliki peraturan yang jelas dalam penentuan lokasi untuk BTS.

DAFTAR PUSTAKA

  2. Masyarakat di Kota Mataram ikut membantu dan berpartisipasi untuk member masukan dan membantu pemerintah dalam perizinan untuk lokasi yang sesuai atau tidak dalam peletakan BTS yang sesuai agar masyarakat juga bisa tetap merasa aman dan tidak terganggu dengan lokasi peletakan BTS tersebut.

  3. Penelitian ini hanya membahas mengenai lokasi potensial untuk peletakan BTS di Kota Mataram berdasarkan persepsi dari perwakilan informan pemerintah dan masyarakat. Penelitian ini masih belum mengacu pada peraturan pemerintah Kota Mataram mengenai BTS yang dikarenakan belum tersusunya peraturan pemerintah tersebut. Penelitian ini hanya membahas lokasi yang tidak memperhatikan aturan mengenai peletakan BTS Rooftop, hanya khusus untuk BTS Green Field. Oleh karena itu, peneliti menyarankan untuk perlunya dilakukan penelitian lanjutan yang memperhatikan peraturan pemerintah jika telah dibuat nantinya serta melakukan penelitian yang lebih mendetail mengenai lokasi yang spesifik untuk peletakannya sebagai menara Rooftop dan Green Field serta jumlah BTS yang boleh diletakkan pada lokasi yang telah diperoleh agar untuk pendirian BTS memiliki batasan jumlah yang diperbolehkan sesuai variabel-variabel dalam penentuan peletakan BTS. Selain itu, untuk penelitian selanjutkan harus disertakan dengan data jenis-jenis RTH untuk sekala RT atau RW untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya.

  Komalawati, Ayu . 2009. Pengendalian Dan

  Penataan Bangunan BTS di Kota Malang . Skripsi. Malang: Jurusan

  Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya. Tidak Diterbitkan Purwadhi, hardiyanti Prof.dr.f.sri, dkk. 2008.

  Pengantar Interpretasi Citra Pengindraan Jauh . Semarang:

  Lembaga penerbangan dan antariksa nasional dan universitas negeri semarang. Saaty, Thomas. 1994. Pengembangan Keputusan

  Bagi Para Pemimpin . Jakarta: PT

  Pustaka Binaman Pressindo

  

POTENSI LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) BERDASARKAN PEMERINTAH DAN MAYARAKAT DI KOTA

MATARAM

  

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 5, Nomor 1, Juli 2013