Mahasiswa FKM Ajak Warga Arisan Sampah P (1)
Mahasiswa FKM Ajak Warga Arisan Sampah Plastik
news.unair.ac.id/2016/06/11/mahasiswa-fkm-ajak-warga-arisan-sampah-plastik/
UNAIR News
6/11/2016
Kegiatan penyetoran sampah oleh warga di kawasan Sidotopo untuk kegiatan ASPAL (Foto:
Istimewa)
UNAIR NEWS – Masalah besar akan selalu diawali oleh hal-hal yang seringkali disepelekan. Salah satu
contohnya adalah menumpuknya sampah dan terjadinya banjir dibeberapa kota saat memasuki musim hujan. Hal
tersebut merupakan akibat dari sikap acuh tak acuh masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya,
khususnya sampah plastik yang dihasilkan dari sampah konsumsi masyarakat sehari-hari.
Keprihatinan itulah yang membuat lima mahasiswa UNAIR dari Fakultas Kesehatan Mayarakat (FKM) bergerak
untuk melakukan suatu perubahan, kelima mahasiswa tersebut yakni Muafa Mahdi Ramadhan (2015),
Muhammad Faris Rasyid (2015), Fenti Nur Aini Amallia (2015), Annisa Dwinda Shafira (2013) dan Miftahol
Hudhah (2013). Salah satu perubahan yang mereka wujudkan untuk menanggulangi sampah plastik ialah
membuat sebuah terobosan baru yang dinamakan Arisan Sampah Plastik (ASPAL). Inovasi dari kelompok yang
tergabung dalam PKM-M tersebut telah disetujui dan akan di danai oleh Dikti.
“Sama kaya arisan pada umumnya, hanya saja ada inovasi lain, kalau biasanya arisan itu ngumpulin uang, kita
ngumpulinnya pakai sampah,” ujar Muafa.
Kelima mahasiswa tersebut memilih Kawasan Sidotopo sebagai tempat pengaplikasian inovasi ASPAL, karena di
kawasan tersebut terdapat gunungan sampah yang menumpuk dan juga sungai yang tergenang oleh sampah
yang sebagian besar merupakan sampah plastik.
Untuk mekanisme pelaksanaan program ASPAL, kelompok PKM tersebut menganjurkan para warga sekitar untuk
mengumpulkan sampah plastik di sekitar kawasan tersebut, kemudian Muafa dan timnya akan datang untuk
mengumpulkan setoran sampah plastik warga setiap dua minggu sekali.
Di akhir bulan setelah sampah plastik terkumpul, Muafa dan kawan-kawan menjual sampah plastik yang terkumpul
kepada pengepul, lalu hasil jual per orang dari sampah plastik tersebut akan disisihkan 3000 rupiah setiap
bulannya untuk iuran arisan. Oleh karena itu, Muafa dan kelompok mengharuskan warga agar setiap bulannya
1/2
bisa mengumpulkan sampah plastik yang nilai jualnya 3000 rupiah atau setara dengan 1,5 kilogram sampah
plastik. Dengan demikian, selain bisa mendapatkan hasil jual sampah plastik, warga juga mendapatkan jatah uang
dari arisan bulanan.
Launching kegiatan ASPAL dengan Ketua RW setempat. (Foto: Istimewa)
Inovasi tersebut mendapat respon positif dari warga sekitar, terbukti dengan banyaknya warga yang bepartisipasi
dalam kegiatan program ASPAL ini. Bahkan antusias warga sekitar terlihat dari beragam saran yang diterima oleh
kelompok PKM dari UNAIR tersebut, salah satunya adalah usulan agar sampah kardus maupun besi yang tak
terpakai juga ikut dikategorikan dalam sampah kegiatan ASPAL.
“Awalnya kita diskusikan dulu, pada akhirnya kita terima tapi tetep memprioritaskan sampah plastik,” tegas Muafa.
Mereka berharap dengan adanya kegiatan ASPAL ini, kesadaran warga terhadap pemanfaatan sampah plastik
meningkat dan dapat memberi pandangan kepada warga tentang sampah plastik yang dapat dijadikan kegiatan
bernilai ekonomi.
“Kami juga berharap, kegiatan ini tetap berlanjut karena program ini baik untuk masyarakat sendiri, juga untuk
mengurangi sampah lingkungan, dan yang kedua, kegiatan ini bisa jadi contoh di kawasan lain dan sebagai
percontohan dalam pengelolaan sampah plastik,” pungkas Muafa saat diwawancarai di Radio UNAIR. (*)
Penulis : Faridah Hari
Editor : Dilan Salsabila
2/2
news.unair.ac.id/2016/06/11/mahasiswa-fkm-ajak-warga-arisan-sampah-plastik/
UNAIR News
6/11/2016
Kegiatan penyetoran sampah oleh warga di kawasan Sidotopo untuk kegiatan ASPAL (Foto:
Istimewa)
UNAIR NEWS – Masalah besar akan selalu diawali oleh hal-hal yang seringkali disepelekan. Salah satu
contohnya adalah menumpuknya sampah dan terjadinya banjir dibeberapa kota saat memasuki musim hujan. Hal
tersebut merupakan akibat dari sikap acuh tak acuh masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya,
khususnya sampah plastik yang dihasilkan dari sampah konsumsi masyarakat sehari-hari.
Keprihatinan itulah yang membuat lima mahasiswa UNAIR dari Fakultas Kesehatan Mayarakat (FKM) bergerak
untuk melakukan suatu perubahan, kelima mahasiswa tersebut yakni Muafa Mahdi Ramadhan (2015),
Muhammad Faris Rasyid (2015), Fenti Nur Aini Amallia (2015), Annisa Dwinda Shafira (2013) dan Miftahol
Hudhah (2013). Salah satu perubahan yang mereka wujudkan untuk menanggulangi sampah plastik ialah
membuat sebuah terobosan baru yang dinamakan Arisan Sampah Plastik (ASPAL). Inovasi dari kelompok yang
tergabung dalam PKM-M tersebut telah disetujui dan akan di danai oleh Dikti.
“Sama kaya arisan pada umumnya, hanya saja ada inovasi lain, kalau biasanya arisan itu ngumpulin uang, kita
ngumpulinnya pakai sampah,” ujar Muafa.
Kelima mahasiswa tersebut memilih Kawasan Sidotopo sebagai tempat pengaplikasian inovasi ASPAL, karena di
kawasan tersebut terdapat gunungan sampah yang menumpuk dan juga sungai yang tergenang oleh sampah
yang sebagian besar merupakan sampah plastik.
Untuk mekanisme pelaksanaan program ASPAL, kelompok PKM tersebut menganjurkan para warga sekitar untuk
mengumpulkan sampah plastik di sekitar kawasan tersebut, kemudian Muafa dan timnya akan datang untuk
mengumpulkan setoran sampah plastik warga setiap dua minggu sekali.
Di akhir bulan setelah sampah plastik terkumpul, Muafa dan kawan-kawan menjual sampah plastik yang terkumpul
kepada pengepul, lalu hasil jual per orang dari sampah plastik tersebut akan disisihkan 3000 rupiah setiap
bulannya untuk iuran arisan. Oleh karena itu, Muafa dan kelompok mengharuskan warga agar setiap bulannya
1/2
bisa mengumpulkan sampah plastik yang nilai jualnya 3000 rupiah atau setara dengan 1,5 kilogram sampah
plastik. Dengan demikian, selain bisa mendapatkan hasil jual sampah plastik, warga juga mendapatkan jatah uang
dari arisan bulanan.
Launching kegiatan ASPAL dengan Ketua RW setempat. (Foto: Istimewa)
Inovasi tersebut mendapat respon positif dari warga sekitar, terbukti dengan banyaknya warga yang bepartisipasi
dalam kegiatan program ASPAL ini. Bahkan antusias warga sekitar terlihat dari beragam saran yang diterima oleh
kelompok PKM dari UNAIR tersebut, salah satunya adalah usulan agar sampah kardus maupun besi yang tak
terpakai juga ikut dikategorikan dalam sampah kegiatan ASPAL.
“Awalnya kita diskusikan dulu, pada akhirnya kita terima tapi tetep memprioritaskan sampah plastik,” tegas Muafa.
Mereka berharap dengan adanya kegiatan ASPAL ini, kesadaran warga terhadap pemanfaatan sampah plastik
meningkat dan dapat memberi pandangan kepada warga tentang sampah plastik yang dapat dijadikan kegiatan
bernilai ekonomi.
“Kami juga berharap, kegiatan ini tetap berlanjut karena program ini baik untuk masyarakat sendiri, juga untuk
mengurangi sampah lingkungan, dan yang kedua, kegiatan ini bisa jadi contoh di kawasan lain dan sebagai
percontohan dalam pengelolaan sampah plastik,” pungkas Muafa saat diwawancarai di Radio UNAIR. (*)
Penulis : Faridah Hari
Editor : Dilan Salsabila
2/2