Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogy

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah
di Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman
Heru Hendrayana, 2011
heruha@ugm.ac.id

I. LATAR BELAKANG
Airtanah merupakan sumberdaya yang mempunyai peranan penting pada masalah
penyediaan kebutuhan air bagi berbagai keperluan. Mengingat peranan airtanah yang
semakin vital dan strategis, maka pemanfaatan airtanah harus juga memperhatikan
keseimbangan dan pelestarian sumberdaya itu sendiri, atau dengan kata lain : pemanfaatan
airtanah harus berwawasan lingkungan.
Pengelolaan airtanah dalam arti luas adalah segala upaya yang mencakup
inventarisasi, pengaturan pemanfaatan, perijinan, pengendalian serta pengawasan dalam
rangka konservasi airtanah. Pengelolaan airtanah pada hakekatnya melibatkan banyak pihak,
dan harus dilakukan secara bijaksana dengan mendasarkan aspek hukum dan aspek teknis.
Pengelolaan airtanah harus didasarkan pada konsep Pengelolaan Cekungan Airtanah
(Groundwater Basin Management ). Cekungan airtanah adalah suatu wilayah yang dibatasi
oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan,
pengaliran, dan pelepasan airtanah berlangsung. Secara umum pengelolaan airtanah yang
berwawasan lingkungan mencakup kegiatan untuk pelaksanaan konservasi airtanah dan
pengendalian pemanfaatan dan pencemaran airtanah.

Tujuan pengelolaan airtanah secara normatif adalah seperti diamanatkan dalam Pasal
33 ayat 3, yakni air dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Undang Undang
Sumberdaya Air tahun 2004 merumuskan tujuan pengelolaan sumberdaya air adalah untuk
mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, dan
berwawasan lingkungan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Secara lebih spesifik tujuan
pengelolaan airtanah dapat dirumuskan untuk menjamin ketersediaan airtanah secara
berkelanjutan (sustainanble) baik kuantitas maupun kualitasnya, untuk pemanfaatannya bagi
semua pengguna sesuai peruntukannya, dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan.
Dalam rangka menjaga kelangsungan ketersediaan sumberdaya airtanah, maka
diperlukan langkah-langkah sistematis untuk pelaksanaan pengelolaan airtanah, baik dari sisi
kuantitas maupun kualitas dalam suatu cekungan airtanah. Pengelolaan cekungan airtanah

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

1

harus dilaksanakan dengan mendasarkan pada efektifitas pemanfaatan airtanah untuk
meminimalkan dampak negatif, seperti penurunan muka airtanah, degradasi kualitas airtanah
maupun terjadinya penurunan muka tanah/amblesan.
Sampai saat ini upaya pengelolaan airtanah untuk menjamin keberlanjutan

pemanfaatan dan pelestarian airtanah terus menerus diterapkan di lapangan, baik yang
mencakup aspek teknis maupun aspek hukum. Tetapi pada kenyataannya, meskipun upaya
pengelolaan airtanah telah dilakukan oleh semua unsur terkait, di lapangan masih
menunjukkan adanya degradasi sumberdaya airtanah, baik kuantitas maupun kualitasnya, di
samping terhadap lingkungan di sekitarnya. Hal ini menunjukkan, bahwa pelaksanaan
pengelolaan airtanah dalam rangka konservasi airtanah belum berhasil secara optimal.
Airtanah yang ada di wilayah-wilayah Kab. Sleman, Kota Yogyakarta dan Kab.
Bantul dikontrol oleh sistem hidrologi, geologi dan hidrogeologi yang berhulu pada lereng
selatan bagian atas G. Merapi. Keberadaan hutan dan daerah-daerah tangkapan air hujan di
kawasan ini merupakan suatu sistem penyedia airtanah (Groundwater Recharge Area ) bagi
daerah-daerah yang berada di bawahnya (Groundwater Discharge Area ), yang secara
hidrogeologis daerah tersebut termasuk di dalam sistem Cekungan Airtanah YogyakartaSleman. Kawasan lereng selatan G. Merapi yang meliputi wilayah Kab. Sleman, Kota
Yogyakarta dan Kab. Bantul tersebut saat ini telah berkembang menjadi daerah permukiman
yang padat. Banyaknya sumur-sumur dangkal maupun sumur dalam yang menembus lapisan
akuifer, baik untuk keperluan rumah tangga, pertanian maupun industri akan menimbulkan
degradasi kuantitas dan kualitas airtanah. Degradasi sumberdaya airtanah tersebut akan
bertambah besar apabila penggunaannya tidak terkendali dan tidak dikelola dengan baik.
Penataan kawasan dan perancangan tata guna lahan yang tidak tepat akan mengakibatkan
terjadinya gangguan pada sistem hidrologi di daerah hilir, yang pada akhirnya akan
menimbulkan permasalahan penyediaan sumberdaya air bersih.

Untuk mengurangi dan meminimalisir dapak negatif dari pemanfaatan airtanah yang
tidak terkendali tersebut perlu dilaksanakan Pengelolaan Airtanah secara bijaksana dan nyata,
yaitu dengan melaksanakan pekerjaan Penyusunan dan Penetapan Pengelolaan Airtanah di
Cekungan Airtanah (CAT) Yogyakarta-Sleman, yang dapat dipakai sebagai acuan dan dasar
pelaksanaan program-program maupun kebijakan pengelolaan airtanah di CAT Yogyakarta –
Sleman, sehingga dapat dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan dan perundangan yang ada.

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

2

II. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari pekerjaan ini adalah agar dokumen hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan dan dasar pada pengambilan langkah–langkah pada pelaksanaan program
pengelolaan airtanah yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi penyelenggaraan
konservasi airtanah, pendayagunaan airtanah dan pengendalian daya rusak airtanah di CAT
Yogyakarta-Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk jangka pendek (5 tahunan),
jangka menengah (15 tahunan ) dan jangka panjang (25 tahunan), dengan mendasarkan pada
kaidah-kaidah geologi dan hidrogeologi. Sedangkan tujuannya adalah untuk menyusun dan
merencanakan penyelenggaraan pengelolaan airtanah (termasuk di dalamnya adalah

kebijakan, strategi dan program-program) yang akan dilaksanakan dalam lingkup wilayah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta didasarkan hasil-hasil kajian yang menyeluruh dari
kondisi airtanah yang ada di CAT Yogyakarta-Sleman dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
rencana program pengelolaan airtanah, baik airtanah dangkal maupun airtanah dalam.

III. LOKASI KEGIATAN
Lokasi pekerjaan ini berada di Wilayah Cekungan Airtanah Yogyakarta–Sleman, yang
secara administrasi termasuk dalam wilayah Kab. Sleman, Kota Yogyakarta dan Kab. Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

IV. KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan dari pekerjaan Penyusunan dan Penetapan Pengelolaan
Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman ini adalah berupa 1 (satu) set dokumen yang berisi
uraian pengelolaan airtanah di DIY dalam jangka pendek (5 tahun), jangka menengah (15
tahun) dan jangka

panjang (25 tahun), yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan, pengevaluasian penyelenggaraan konservasi, pendayagunaan airtanah dan
pengendalian daya rusak airtanah serta rekomendasi yang diperlukan dan hal-hal lain yang

mendukung pelaksanaan pengelolaan.

V. PENGELOLAAN AIRTANAH DI CAT YOGYAKARTA-SLEMAN
V.A. Asas dan Arah Pengelolaan Airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman
Asas Pengelolaan Airtanah sesuai dengan amanat peraturan perundangan tentang
pengelolaan airtanah yang ada, maka didasarkan pada asas-asas sebagai berikut :
Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

3



Asas kelestarian



Asas keseimbangan




Asas kemanfaatan umum



Asas keterpaduan dan keserasian



Asas keadilan



Asas kemandirian



Asas transparansi dan akuntabilitas

Asas kelestarian : Pendayagunaan air tanah diselenggarakan dengan menjaga
kelestarian fungsi airtanah secara berkelanjutan. Asas keseimbangan : Pengelolaan airtanah

dilaksanakan dengan memperhatikan keseimbangan antara fungsi sosial, fungsi lingkungan
hidup dan fungsi ekonomi. Asas kemanfaatan umum : Pengelolaan airtanah dilaksanakan
untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan umum secara efektif dan
efisien. Asas keterpaduan dan keserasian : Pengelolaan airtanah dilakukan secara terpadu
guna mewujudkan keserasian berbagai kepentingan dengan memperhatikan sifat alami air
yang dinamis. Asas keadilan : Pengelolaan airtanah dilakukan untuk seluruh lapisan
masyarakat, artinya setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk
berperan dan menikmati hasilnya secara nyata. Asas kemandirian : Pengelolaan airtanah
dilakukan dengan memperhatikan kemampuan dan keunggulan sumber daya setempat. Asas
transparansi dan akuntabilitas : Pengelolaan airtanah dilakukan secara transparan dan
dapat dipertanggungjawabkan
Arah Pengelolaan sumberdaya airtanah dalam 25 tahun ke depan diarahkan untuk
menjaga keseimbangan antara pelaksanaan konservasi sumberdaya airtanah, pendayagunaan
sumberdaya airtanah, dan pengendalian daya rusak airtanah. Sumberdaya airtanah yang
tersedia dalam berbagai bentuk harus didayagunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat,

tanpa

mengancam


kelestariannya.

Dengan

demikian,

pendayagunaan

sumberdaya airtanah perlu diimbangi dengan berbagai upaya konservasi. Dalam

penerapan

dan pelaksanaan UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air maupun PP. No. 43 tahun
2008 tetang Airtanah, diperlukan kesamaan persepsi dan komitmen para pemilik kepentingan.
Kerjasama antar daerah pada proses pengelolaan sumberdaya airtanah perlu dibangun, tata
kelembagaan dan pembagian peran untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya airtanah
terpadu, dan perlu dirumuskan bersama melalui wadah koordinasi pengelolaan sumberdaya
airtanah di wilayah cekungan airtanah.


Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

4

V.B. Visi dan Misi Pengelolaan Airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman
Dari uraian asas dan arah pengelolaan airtanah di Cekungan Airtanah YogyakartaSleman di atas, maka Visi Pengelolaan Airtanah untuk jangka waktu 25 tahun mendatang
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Terwujudnya pengelolaan sumberdaya airtanah secara adil, menyeluruh, terpadu dan
berwawasan lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pengelolaan airtanah secara menyeluruh mencakup semua bidang pengelolaan yang
meliputi konservasi airtanah, pendayagunaan airtanah dan pengendalian daya rusak airtanah,
serta meliputi semua proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
Pengelolaan sumberdaya airtanah harus dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan
semua pemilik kepentingan, antarsektor dan antarwilayah. Segala upaya dalam pengelolaan
airtanah dimaksudkan agar sumberdaya airtanah yang ada dapat mewujudkan keadilan dan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas dapat dilaksanakan melalui Misi utama
pengelolaan airtanah yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Meningkatkan konservasi sumberdaya airtanah secara terus menerus
2. Mendayagunakan sumberdaya airtanah untuk keadilan dan kesejahteraan
masyarakat
3. Mengendalikan dan mengurangi daya rusak airtanah
4. Meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan sumberdaya
airtanah
5. Membangun jaringan sistem informasi sumberdaya airtanah provinsi yang terpadu
antarsektor dan antarwilayah

V.C. Sasaran Pengelolaan Airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman
Berdasarkan uraian visi dan misi pengelolaan airtanah tersebut di atas, maka Sasaran
Pengelolaan Airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman dapat dijabarkan sebagai
berikut :

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

5




Keseimbangan antara pelaksanaan konservasi airtanah, pendayagunaan airtanah
dan pengendalian daya rusak airtanah




Peningkatan kesinambungan pelaksanaan konservasi airtanah



masyarakat



airtanah

Tercapainya

pendayagunaan

airtanah untuk keadilan dan kesejahteraan

Terkendalinya daya rusak airtanah dan bekurangnya dampak negatif daya rusak

Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha pada pengelolaan airtanah



Terciptanya jaringan sistem informasi airtanah tingkat provinsi yang terpadu
antarsektor dan antarwilayah

V.D. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman
Sesuai dengan amanat PP No. 43/2008 tentang Airtanah, maka Kebijakan Pengelolaan
Airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman dapat dirumuskan sebagai berikut :


Merupakan keputusan yang bersifat mendasar untuk mencapai tujuan, melakukan
kegiatan atau mengatasi masalah tertentu dalam rangka penyelenggaraan



pengelolaan airtanah.
Ditujukan

sebagai

arahan

dalam

penyelenggaraan

konservasi

airtanah,

pendayagunaan airtanah, pengendalian daya rusak airtanah dan sistem informasi
airtanah.
Sedangkan Strategi Pengelolaan Airtanah di Provinsi DIY sesuai dengan amanat PP
No. 43/2008 tentang Airtanah dapat dirumuskan sebagai berikut :


Merupakan kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi kegiatan konservasi airtanah, pendayagunaan airtanah, dan



pengendalian daya rusak air tanah pada cekungan airtanah.
Merupakan pemikiran-pemikiran yang konseptual tentang skenario dan langkahlangkah untuk mencapai atau mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan dalam pengelolaan airtanah.

Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumberdaya Air yang dituangkan pada PP No.
33/2011 mempunyai arti strategis dalam pengelolaan sumberdaya air di Indonesia. Sebagai
amanat dari UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, yang diatur lebih lanjut,

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

6

khususnya sumberdaya airtanah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang
Airtanah.
Kebijakan pengelolaan airtanah sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 PP No. 43/2008
ditujukan sebagai arahan dalam penyelenggaraan konservasi airtanah, pendayagunaan
airtanah, pengendalian daya rusak airtanah dan sistem informasi airtanah yang disusun
dengan memperhatikan kondisi airtanah setempat. Kebijakan pengelolaan airtanah disusun
dan ditetapkan secara terintegrasi dalam kebijakan pengelolaan sumberdaya air. Kebijakan
pengelolaan sumberdaya airtanah dijabarkan lebih lanjut dalam kebijakan teknis pengelolaan
airtanah. Kebijakan teknis pengelolaan airtanah terdiri atas : a). kebijakan teknis pengelolaan
airtanah nasional; b). kebijakan teknis pengelolaan airtanah provinsi; dan c). kebijakan teknis
pengelolaan airtanah kabupaten/kota.
Kebijakan dan Strategi pengelolaan airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman sesuai
dengan PP No. 43/2008, dirumuskan dan disusun menjadi beberapa kebijakan yang meliputi :
 kebijakan umum,

 kebijakan peningkatan konservasi airtanah secara terus menerus,

 kebijakan pendayagunaan airtanah untuk keadilan dan kesejahteraan
masyarakat,

 kebijakan pengendalian daya rusak airtanah dan pengurangan dampak,

 kebijakan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan
airtanah,

 kebijakan

pengembangan

jaringan

sistem

informasi

airtanah

dalam

pengelolaan sumberdaya airtanah provinsi terpadu antarsektor.

V.D.1. Kebijakan Umum
Kebijakan Umum pengelolaan airtanah terdiri dari :
1. Peningkatan Koordinasi dan Keterpaduan Pengelolaan Sumberdaya Airtanah.
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. menata ulang tugas pokok dan fungsi lembaga terkait dengan pengelolaan airtanah
untuk meningkatkan efektifitas koordinasi dan keterpaduan program lintas sektor
di wilayah Provinsi DIY;
b. meningkatkan fungsi dan peran koordinasi Dewan Sumberdaya Air Provinsi
dalam rangka membangun sinergi dan keselarasan program antarsektor,
antarwilayah, dan antarpemilik kepentingan di wilayah Provinsi DIY;
Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

7

c. memberikan dukungan teknis kepada Dewan Sumberdaya Air tingkat provinsi dan
daerah agar berfungsi optimal dalam keterpaduan pengelolaan sumberdaya
airtanah dan air permukaan;
d. mempercepat pembentukan dan berfungsinya wadah koordinasi pengelolaan
airtanah di wilayah cekungan airtanah Yogyakarta-Sleman;
e. mempercepat pembentukan dan berfungsinya wadah koordinasi pengelolaan
airtanah di wilayah di Provinsi DIY lintas provinsi dan atau lintas kabupaten/kota
oleh pemerintah provinsi.
2. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta Budaya Terkait Airtanah
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. menghidupkan kembali dan membangun etika dan budaya masyarakat di wilayah
Provinsi DIY yang menjunjung tinggi nilai dan manfaat air, khususnya
keberadaan airtanah melalui pendidikan formal dan nonformal oleh pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha;
b. mendorong penelitian dan pengembangan teknologi dalam bidang sumberdaya
airtanah serta menerapkan hasil-hasilnya dengan meningkatkan alokasi pendanaan
melalui APBD maupun APBN;
c. membangun kerjasama penelitian dan pengembangan sumberdaya airtanah antar
lembaga pemerintah, lembaga non-pemerintah, perguruan tinggi, lembaga
penelitian tingkat provinsi, nasional maupun internasional;
d. memberikan kemudahan dalam pengurusan Hak Atas Kekayaan Intelektual
(HAKI) bagi penemuan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi terkait bidang
sumberdaya airtanah.
3. Pembiayaan Pengelolaan Airtanah
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. mengembangkan sistem, instrumen dan kelembagaan pembiayaan pengelolaan
airtanah yang berasal dari anggaran pemerintah;
b. meningkatkan kontribusi dunia usaha dan masyarakat dalam pengelolaan
airtanah; dan
c. meningkatkan

hasil

penerimaan

biaya

jasa

pengelolaan

airtanah

dan

memanfaatkan secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkesinambungan.
4. Peningkatan Pengawasan dan Penegakan Hukum
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

8

a. membangun sistem pengawasan dalam pelaksanaan ketentuan dan peraturan
perundangan pengelolaan airtanah; dan
b. mempercepat pembentukan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam
penegakan hukum bidang sumberdaya airtanah pada setiap cekungan airtanah di
di wilayah Provinsi DIY.
V.D.2. Kebijakan Peningkatan Konservasi Airtanah Secara Menerus
Kebijakan peningkatan konservasi airtanah secara terus menerus terdiri dari :
1. Peningkatan Upaya Perlindungan dan Pelestarian Sumber Airtanah
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a.

memelihara daerah imbuhan airtanah dan menjaga kelangsungan fungsi resapan
air berdasarkan rencana pengelolaan sumberdaya airtanah di cekungan airtanah
oleh semua pemilik kepentingan, antara lain dengan:

 mengendalikan budi daya pertanian ataupun hutan rakyat di daerah imbuhan
airtanah sesuai dengan kemiringan lahan dan kaidah konservasi tanah dan air;

 meningkatkan tampungan air permukaan dengan memperbanyak waduk,

embung, sumur resapan, ruang terbuka hijau, serta mengendalikan alih fungsi
lahan untuk pembangunan permukiman, perkotaan maupun industri;

 melakukan pengawasan dan kajian komprehensif secara menerus pada zona
imbuhan yang hasilnya dapat diakses oleh masyarakat;

 melaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan pada wilayah cekungan airtanah
prioritas yang dilakukan secara partisipatif dan terpadu;

 menetapkan dan mempertahankan luas kawasan hutan di wilayah cekungan
airtanah dengan sebaran yang proporsional untuk menjamin keseimbangan
tata air dan lingkungan; dan

 melaksanakan moratorium penebangan hutan dan menambah luas kawasan
hutan pada wilayah cekungan airtanah.
b.

meningkatkan upaya perlindungan sumber air/mata air, pengaturan daerah
sempadan sumber air, dan imbuhan airtanah pada sumber air oleh para pemilik
kepentingan, antara lain dengan :

 melindungi dan melestarikan sumber air terutama di dekat
permukiman

melalui

kegiatan

fisik

dan/atau

non-fisik,

kawasan
dengan

mengutamakan kegiatan non-fisik;

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

9

 mengendalikan ijin penambangan pada kawasan lindung sumber air dan
hutan lindung;

 menata ulang daerah sempadan sumber air, terutama pada kawasan
perkotaan;

 meningkatkan kapasitas resapan air melalui pengaturan pengembangan
kawasan, berupa penerapan persyaratan pembuatan kolam penampungan,
sumur resapan, atau berbagai teknologi resapan air;

 melindungi sumber air melalui pencegahan, pengaturan, dan pengendalian
terhadap pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik pada sumber air,
pemanfaatan sumber air dan pemanfaatan lahan di sekitarnya, serta
mengendalikan usaha pertambangan dan kegiatan lain yang merusak
kelestarian sumber air; dan

 menetapkan daerah sempadan sumber air dan mengatur penggunaannya
untuk mengamankan dan mempertahankan fungsi sumber air, serta prasarana
sumber air melalui peraturan perundang-undangan.
c. meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan sumber air/mata air, dan
pengaturan prasarana dan sarana sanitasi, dengan cara:

 mengendalikan pemanfaatan sumber air sesuai dengan ketentuan zona
pemanfaatan sumber air yang bersangkutan; dan/atau

 mewajibkan

semua

pengembang kawasan

untuk menyediakan

dan

mengoperasikan prasarana dan sarana sanitasi melalui peraturan perundangundangan agar tidak menambah beban pencemaran airtanah.
2. Peningkatan Upaya Pengawetan Airtanah
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. meningkatkan upaya penyimpanan air permukaan sebagai airtanah yang berlebih
di musim hujan, oleh para pemilik kepentingan dengan cara:

 meningkatkan dan memelihara keberadaan sumber air dan ketersediaan
airtanah sesuai dengan fungsi dan manfaatnya, melalui pemeliharaan dan
pembangunan waduk dan embung serta mata air;

 menjaga dan melindungi keberadaan dan fungsi serta merehabilitasi
penampung air, baik alami maupun buatan, yaitu danau, rawa, waduk, mata
air dan embung serta cekungan airtanah;

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

10

 meningkatkan pemanenan air hujan melalui pembangunan dan pemeliharaan
penampung air hujan;

 menerapkan peraturan tentang keikutsertaan para penerima manfaat air dan
sumber airtanah dalam pembiayaan pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan sumberdaya air pada umumnya dan khususnya airtanah; dan

 melaksanakan sosialisasi mengenai pengawetan air kepada masyarakat dan
dunia usaha.
b. Meningkatkan upaya penghematan air serta pengendalian penggunaan airtanah
oleh para pemilik kepentingan, dengan cara:

 menciptakan sistem insentif kepada pengguna airtanah yang hemat dengan
menerapkan prinsip 3-R (Reduce ‘mengurangi’, Reuse ‘menggunakan
kembali’, dan Recycling ‘mendaur ulang’) serta disinsentif kepada pengguna
airtanah yang boros;

 memberikan insentif kepada pihak yang telah mengembangkan dan
menerapkan teknologi hemat sumberdaya airtanah di bidang pertanian,
rumah tangga, perkotaan dan industri;

 mengendalikan pengambilan airtanah pada cekungan airtanah yang
kondisinya rawan atau kritis, dengan membatasi pengambilan sesuai
kapasitas spesifik (specific yield);

 merehabilitasi dan meningkatkan fungsi lahan sebagai kawasan imbuhan
airtanah; dan

 membatasi penggunaan airtanah dengan mengatur ulang alokasi penggunaan
sumber-sumber air untuk meningkatkan manfaat air baku yang berasal dari
air permukaan.
3. Peningkatan Upaya Pengelolaan Kualitas Airtanah dan Pengendalian Pencemarannya
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. mempertahankan dan memulihkan kualitas airtanah pada sumber-sumber air sesuai
jenis kebutuhan air, dengan melibatkan masyarakat dan dunia usaha;
b. menetapkan beban maksimum limbah yang boleh dibuang yang dapat
mempengaruhi kualitas sumber airtanah dan badan air permukaan;
c. membangun sistem pengelolaan limbah cair komunal atau terpusat di kawasan
permukiman, serta kawasan industri dan industri di luar kawasan yang diprakarsai
oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha;

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

11

d. mengembangkan dan menerapkan teknologi perbaikan kualitas air;
e. membangun sistem pemantauan limbah sebelum masuk atau dimasukkan ke dalam
sumber-sumber air dan sistem pemantauan kualitas air pada sumber-sumber air;
f. memfasilitasi penyediaan sarana sanitasi umum untuk kawasan permukiman yang
berada di dekat dan/atau di atas sumber-sumber airtanah.

V.D.3. Kebijakan Pendayagunaan Airtanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan
Masyarakat
Kebijakan pendayagunaan airtanah untuk keadilan dan kesejahteraan masyarakat,
terdiri dari :
1. Peningkatan Upaya Penatagunaan Airtanah
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. mempercepat penetapan zona pemanfaatan airtanah untuk dijadikan acuan bagi
penyusunan atau perubahan rencana tata ruang wilayah dan rencana pengelolaan
airtanah pada cekungan airtanah;
b. mempercepat penetapan peruntukan air pada sumber-sumber airtanah untuk
memenuhi berbagai kebutuhan sesuai dengan daya dukung sumber air yang
bersangkutan;
c. melibatkan para pemilik kepentingan untuk menyusun rencana tindak lanjut
pengelolaan airtanah untuk meningkatkan kemampuan adaptasi dan mitigasi
dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim; dan
d. menetapkan pembangunan kawasan permukiman, kawasan industri dan industri di
luar kawasan guna mengurangi terjadinya alih fungsi lahan dan perlunya dibuat
peraturan tentang kawasan ramah lingkungan.
2. Peningkatan Upaya Penyediaan Airtanah
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. menetapkan rencana alokasi dan hak guna air bagi pengguna airtanah yang sudah
ada dan yang baru sesuai dengan rencana pengelolaan airtanah pada setiap
cekungan airtanah;
b. memastikan pengelolaan airtanah terpadu untuk mencapai sasaran pengelolaan
airtanah 25 tahun mendatang dalam rangka memenuhi kebutuhan air bersih dan
sanitasi dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

12

c. mewujudkan pemenuhan kebutuhan air untuk sehari-hari serta kebutuhan air
irigasi dan kebutuhan lainnya sesuai prioritas yang telah diundangkan;
d. menetapkan standar pelayanan minimal kebutuhan pokok airbaku dari airtanah
sehari-hari pada tingkat provinsi ataupun kabupaten/kota untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan memberi alokasi pemenuhan kebutuhan airbaku
bagi penduduk dalam rencana penyediaan air.
3. Peningkatan Upaya Efisiensi Penggunaan Airtanah
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. mengembangkan perangkat kelembagaan untuk pengendalian dan pengawasan
penggunaan airtanah;
b. meningkatkan penegakan hukum terhadap pelaku penggunaan airtanah yang
berlebihan di kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam; daerah imbuhan
airtanah, zona-zona konservasi : zona rawan dan zona kritis; dan
c. meningkatkan efisiensi penggunaan airtanah oleh para pengguna air irigasi dalam
rangka peningkatan produktivitas pertanian dan keberlanjutan ketahanan pangan
nasional.
4. Peningkatan Upaya Pengembangan Airtanah
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. menyusun rencana pengembangan airtanah yang didasarkan pada rencana
pengelolaan airtanah pada setiap cekungan airtanah;
b. melaksanakan rencana pengembangan airtanah dengan memadukan kepentingan
antarsektor,

antarwilayah,

dan

antarpemilik-kepentingan

dengan

tetap

memperhatikan daya dukung lingkungan;
c. mengembangkan sistem penyediaan air baku untuk memenuhi kebutuhan air
rumah tangga, perkotaan, dan industri dengan mengutamakan pemanfaatan air
permukaan;
d. meningkatkan pengembangan airtanah untuk mendukung pengembangan daerah
irigasi baru dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan produksi pangan
nasional dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan;
e. memberikan insentif kepada perseorangan atau kelompok masyarakat yang
berhasil mengembangkan teknologi pemenuhan kebutuhan air bersih dari sumber
air permukaan dalam upaya mengurangi penggunaan airtanah; dan
5. Pengendalian Pengusahaan Sumberdaya Airtanah

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

13

Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. mengatur

pengusahaan

airtanah

berdasarkan

prinsip

keselarasan

antara

kepentingan sosial, lingkungan hidup dan ekonomi, dengan tetap memperhatikan
asas keadilan dan kelestarian untuk kesejahteraan masyarakat;
b. menerapkan norma, standar, pedoman dan kriteria dalam pengusahaan airtanah
yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan memperhatikan kearifan lokal;
c. meningkatkan peran serta perseorangan, badan usaha dan lembaga swadaya
masyarakat dalam pengusahaan airtanah dengan izin pengusahaan;
d. menyusun peraturan perundang-undangan untuk mengendalikan penambangan
bahan galian di sekitar sumber-sumber air guna menjaga kelestarian sumberdaya
airtanah dan lingkungan sekitar;
e. mempercepat penetapan alokasi pemanfaatan airbaku pada sumber airtanah untuk
pengusahaan airtanah sesuai dengan rencana alokasi airbaku yang ditetapkan; dan
f. mengembangkan dan menerapkan sistem pemantauan dan pengawasan terhadap
pengusahaan sumberdaya airtanah.

V.D.4. Kebijakan Pengendalian Daya Rusak Airtanah
Kebijakan pengendalian daya rusak airtanah dan pengurangan dampak terdiri dari :
1. Peningkatan Upaya Pencegahan
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. memetakan dan menetapkan kawasan kerentanan airtanah terhadap pencemaran
dan pemompaan airtanah sebagai acuan dalam penyusunan rencana tata ruang
wilayah dan pengendalian pemanfaatan ruang pada setiap cekungan airtanah;
b. memetakan dan menetapkan kawasan konservasi airtanah (daerah rawan, daerah
kritis dan seterusnya) pada cekungan airtanah sebagai acuan dalam penyusunan
rencana tata ruang wilayah dan pengendalian pemanfaatan ruang;
c. meningkatkan kemampuan adaptasi masyarakat yang tinggal di daerah imbuhan
airtanah, kawasan rawan dan kritis airtanah, serta kawasan kekeringan;
d. memprakarsai pembentukan pola kerjasama yang efektif antara daerah imbuhan
airtanah, daerah transisi dan daerah lepasan airtanah pada setiap cekungan
airtanah dalam pengendalian daya rusak airtanah;

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

14

e. meningkatkan dan menjaga kelestarian fungsi hutan dan fungsi daerah imbuhan
airtanah oleh para pemilik kepentingan;
f. meningkatkan kesadaran masyarakat dengan cara :

 mencegah dan membebaskan sumber-sumber airtanah dari hunian dan
bangunan liar, serta mengatur pemanfaatan daerah sekitar sumber airtanah;

 menertibkan penggunaan daerah sekitar sumber-sumber airtanah sesuai dengan
rencana yang ditetapkan;

 meningkatkan penyebarluasan informasi mengenai kawasan kerentanan
airtanah terhadap pencemaran dan pemompaan airtanah;

 meningkatkan penyebarluasan informasi mengenai daerah imbuhan airtanah,
daerah transisi dan daerah lepasan airtanah;

 meningkatkan

kesiap-siagaan

masyarakat

dalam

menghadapi

dampak

perubahan iklim global dan daya rusak air;
g.

melakukan pengendalian aliran air permukaan di sumber airtanah, dengan cara :

 meningkatkan resapan air permukaan ke dalam tanah untuk mengurangi aliran
permukaan oleh para pemilik kepentingan;

 menetapkan kawasan yang memiliki fungsi resapan dan retensi banjir sebagai
prasarana pengendali banjir;

 menyediakan prasarana peresapan air permukaan dan pengendalian banjir
untuk melindungi prasarana umum, kawasan permukiman dan kawasan
produktif.
2. Peningkatan Upaya Penanggulangan
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. menetapkan dan melaksanakan sosialisasi mekanisme penanggulangan kerusakan
dan/atau bencana akibat daya rusak airtanah;
b. mengembangkan dan mempublikasikan hasil prakiraan dampak pemanfaatan dan
pengembangan airtanah secara dini untuk mengurangi dampak daya rusak
airtanah;
c. meningkatkan pengetahuan, kesiap-siagaan dan kemampuan masyarakat dalam
menghadapi bencana akibat daya rusak airtanah;
d. memperbaiki sistem dan meningkatkan kinerja penanggulangan bencana akibat
daya rusak airtanah;
3. Peningkatan Upaya Pemulihan

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

15

Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. merehabilitasi dan merekonstruksi kerusakan prasarana sumberdaya airtanah dan
memulihkan fungsi lingkungan hidup dengan mengalokasikan dana yang cukup
dalam APBN/APBD, dan sumber dana lainnya;
b. mengembangkan peranserta masyarakat dan dunia usaha dalam kegiatan yang
terkoordinasi untuk pemulihan akibat bencana daya rusak airtanah; dan
c. memulihkan dampak sosial dan psikologis akibat bencana airtanah oleh para
pemilik kepentingan.

V.D.5. Kebijakan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha
Dalam Pengelolaan Airtanah
Kebijakan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan
sumberdaya airtanah terdiri dari :
1. Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Perencanaan

Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. meningkatkan pemahaman serta kepedulian masyarakat dan dunia usaha
mengenai pentingnya keselarasan fungsi sosial, ekonomi dan lingkungan hidup
dari sumberdaya airtanah;
b. meningkatkan keterlibatan masyarakat dan dunia usaha dalam sosialisasi
kebijakan pengelolaan airtanah;
c. meningkatkan keterlibatan masyarakat dan dunia usaha dalam sosialisasi rencana
pengelolaan airtanah di tingkat wilayah cekungan airtanah; dan
d. meningkatkan pendidikan dan pelatihan, serta pendampingan kepada masyarakat
agar mampu berperan dalam pelaksanaan pengelolaan airtanah oleh para pemilik
kepentingan.
2. Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Pelaksanaan

Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. membuka kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat dan dunia usaha
untuk menyampaikan masukan dalam pelaksanaan pengelolaan airtanah;
b. memberi kesempatan kepada masyarakat dan dunia usaha untuk berperan dalam
proses pelaksanaan yang mencakup pelaksanaan konstruksi, serta operasi dan
pemeliharaan;

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

16

c. mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha untuk berkontribusi dalam
pembiayaan pelaksanaan pengelolaan airtanah;
d. meningkatkan motivasi masyarakat dan dunia usaha untuk berperan dalam
konservasi airtanah dan pengendalian daya rusak airtanah dengan cara
memberikan insentif kepada yang telah berprestasi;
e. menyiapkan instrumen kebijakan dan/atau peraturan yang kondusif bagi
masyarakat dan dunia usaha untuk berperan dalam pelaksanaan pengelolaan
sumberdaya airtanah;
f. mengembangkan dan mewujudkan keterpaduan pemberdayaan, serta peran
masyarakat dan dunia usaha dalam pelaksanaan pengelolaan airtanah; dan
g. meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan, serta
pendampingan dalam pelaksanaan pengelolaan airtanah oleh para pemilik
kepentingan.
3. Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Pengawasan
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a.

membuka kesempatan kepada masyarakat dan dunia usaha untuk berperan dalam
pengawasan pengelolaan airtanah dalam bentuk pelaporan dan pengaduan;

b.

menetapkan prosedur penyampaian laporan dan pengaduan masyarakat dan dunia
usaha dalam pengawasan pengelolaan airtanah;

c.

menindaklanjuti laporan dan pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat dan
dunia usaha; dan

d.

meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan, serta
pendampingan dalam pengawasan pengelolaan airtanah oleh para pemilik
kepentingan.

V.D.6. Kebijakan Pengembangan Sistem Informasi Sumberdaya Airtanah pada
Pengelolaan Airtanah Terpadu
Kebijakan pengembangan jaringan Sistem Informasi Terpadu, terdiri dari :
1. Peningkatan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Pengelola Sistem Informasi
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. membentuk dan/atau mengembangkan instansi pengelola data dan informasi
sumberdaya airtanah terpadu di tingkat provinsi, kabupaten/kota di cekungan
airtanah;

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

17

b. meningkatkan ketersediaan dana untuk membentuk dan/atau mengembangkan SI,
khususnya sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi dan hidrogeologi;
c. menata ulang pengaturan dan pembagian tugas di berbagai instansi dan lembaga
pengelola data dan informasi sumberdaya airtanah;
d. meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam lembaga pengelola SI
oleh para pemilik kepentingan; dan
e. meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan data
dan informasi sumberdaya airtanah.
2. Pengembangan Jejaring Sistem Informasi
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. menetapkan lembaga yang mengkoordinasikan pengelolaan SI;
b. membangun jejaring SI antara instansi dan lembaga pusat dan daerah, serta
antarsektor dan antarwilayah; dan
c. meningkatkan kerjasama dengan masyarakat dan dunia usaha pada pengelolaan SI
3. Pengembangan Teknologi Informasi
Strategi untuk mewujudkan kebijakan ini adalah sebagai berikut :
a. mengembangkan SI berbasis teknologi informasi hasil rancang bangun oleh para
pemilik kepentingan;
b. meningkatkan ketersediaan perangkat keras, perangkat lunak dalam SI, serta
memfasilitasi pengoperasiannya; dan
c. memfasilitasi para pemilik kepentingan dalam mengakses data dan informasi
sumberdaya airtanah.

Kebijakan Provinsi dalam Pengelolaan Airtanah merupakan arahan strategis
pengelolaan airtanah dalam jangka waktu 25 tahun ke depan. Pemerintah Provinsi dan
lembaga terkait menindak-lanjuti dalam dokumen rencana strategis di bidang tugas masingmasing sebagai bagian dari Kebijakan Pengelolaan Airtanah Provinsi.

V.E. Program Pengelolaan Airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta- Sleman
Sesuai arahan peraturan perundangan yang telah ada, maka program pengelolaan
airtanah dikelompokan ke dalam lima kegiatan utama, yaitu (1) Konservasi Airtanah; (2)
Pendayagunaan Airtanah, (3) Pengendalian Daya Rusak Airtanah, (4) Pemantauan
Airtanah dan (5) Pengawasan Konservasi Airtanah. Kelima kegiatan tersebut masing-

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

18

masing dijabarkan pada Program Jangka Pendek (5 tahun), Jangka Menengah (15 tahun) dan
Jangka Panjang (25 tahun). Masing-masing kelompok kegiatan pada setiap jenjang program
Pengelolaan Airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta- Sleman diuraikan di bawah ini.

V.E.1. Program Kegiatan Konservasi Airtanah
Konservasi

airtanah

ditujukan

untuk

menjaga

kelestarian,

kesinambungan

ketersediaan, daya dukung dan fungsi airtanah, serta keberlanjutan pemanfaatan airtanah.
Konservasi airtanah dilaksanakan dengan melalui kelompok kegiatan utama :
a. Penentuan zona konservasi airtanah
b. Perlindungan dan pelestarian airtanah;
c. Pengawetan airtanah;
Semua kegiatan yang berpotensi mengubah dan merusak kondisi dan lingkungan
airtanah wajib disertai dengan upaya konservasi airtanah. Untuk menghindari terjadinya
kerusakan kondisi dan lingkungan airtanah diperlukan upaya konservasi airtanah pada setiap
kegiatan pengelolaan airtanah. Konservasi airtanah dilakukan secara menyeluruh pada satuan
cekungan airtanah yang mencakup daerah imbuhan dan daerah lepasan airtanah. Konservasi
airtanah harus menjadi salah satu unsur dalam perencanaan pendayagunaan airtanah dan
perencanaan tata ruang, sehingga Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, serta
semua pihak yang berkepentingan dengan airtanah wajib melaksanakan konservasi airtanah.
Program dan Kegiatan KONSERVASI AIRTANAH di Cekungan Airtanah
Yogyakarta-Sleman dituangkan secara teknis operasional pada kegiatan jangka pendekjangka menengah dan jangka panjang seperti pada tabel V.1.

V.E.2. Program Kegiatan Pendayagunaan Airtanah
Pendayagunaan airtanah diarahkan untuk mendukung upaya efektivitas dan efisiensi
penggunaan airtanah secara menerus dan berkelanjutan, khususnya untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari, yang selanjutnya diikuti oleh penggunaan airtanah untuk
pertanian, sanitasi lingkungan, perindustrian, pertambangan, pariwisata dan sebagainya.
Pendayagunaan airtanah dilaksanakan dengan melalui kelompok kegiatan utama :
a.
b.
c.
d.

Penatagunaan airtanah;
Penyediaan airtanah;
Penggunaan airtanah;
Pengembangan dan pengusahaan airtanah.

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

19

Pendayagunaan airtanah direncanakan secara menyeluruh pada satuan cekungan
airtanah yang mencakup daerah transisi dan daerah lepasan airtanah. Pendayagunaan airtanah
harus menjadi salah satu unsur dalam perencanaan pengelolaan airtanah, sehingga
Pemerintah

Provinsi

dan

Pemerintah

Kabupaten/Kota,

serta

semua

pihak

yang

berkepentingan dengan airtanah wajib melaksanakan perencanaan pendayagunaan airtanah.
Penatagunaan airtanah ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan airtanah dan
peruntukan airtanah pada suatu cekungan airtanah yang disusun berdasarkan zona konservasi
airtanah.
Program dan Kegiatan PENDAYAGUNAAN AIRTANAH di Cekungan Airtanah
Yogyakarta-Sleman dituangkan secara teknis operasional pada kegiatan jangka pendekjangka menengah dan jangka panjang seperti pada tabel V.2.
V.E.3. Program Kegiatan Pengendalian Daya Rusak Airtanah
Pengendalian

daya

rusak

airtanah

ditujukan

untuk

menjaga,

mencegah,

menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kondisi dan lingkungan airtanah. Pengendalian
kerusakan airtanah dilakukan terhadap akuifer yang mengalami pengurasan, daerah resapan
yang mengalami perubahan fisik, lingkungan airtanah yang rusak akibat pengambilan
airtanah yang intensif. Upaya menjaga dan pencegahan tersebut di atas dilakukan atas dasar
perhitungan kemampuan akuifer dan lingkungannya untuk mengimbangi besarnya
pengambilan airtanah, serta memperhitungkan daya dukung daerah resapan setelah
mengalarni perubahan fisik. Kegiatan pengendalian daya rusak airtanah meliputi kegiatan (a).
Pengendalian akibat Pengambilan/Pemanfaatan Airtanah dan (b). Pengendalian akibat
Pencemaran Airtanah, yang selanjutnya dilaksanakan dengan melalui kelompok kegiatan
utama :
a. Pengendalian Pengambilan/Pemanfaatan Airtanah;
b. Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Airtanah;
c. Pemulihan Kerusakan Airtanah.
Pengendalian daya rusak airtanah meliputi upaya pencegahan, penanggulangan dan
pemulihan. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai wewenang dan
tanggung jawabnya melaksanakan pengendalian daya rusak airtanah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Masyarakat seharusnya juga berperan serta dalam upaya
pengendalian daya rusak airtanah sesuai peraturan yang ditentukan.

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

20

Program dan Kegiatan PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIRTANAH di Cekungan
Airtanah Yogyakarta-Sleman dituangkan secara teknis operasional pada kegiatan jangka
pendek-jangka menengah dan jangka panjang seperti pada tabel V.3.
V.E.4. Program Kegiatan Pemantauan Airtanah
Pemantauan airtanah ditujukan untuk mengetahui perubahan kuantitas, kualitas, dan
dampak lingkungan pengambilan dan pemanfaatan airtanah.
Pemerintah Provinsi dan atau Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya
merencanakan, menetapkan dan membangun jaringan sumur pantau, yang dalam
pelaksanaannya melibatkan peran serta masyarakat.
Informasi

hasil

pemantauan

airtanah

dipergunakan

sebagai

dasar

dalam

perubahan/penyempurnaan rencana program kegiatan pengelolaan airtanah. Pemantauan
airtanah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota atau pengguna
airtanah sesuai ketentuan yang ditetapkan sesuai masing-masing kewenangannya.
Program dan Kegiatan PEMANTAUAN AIRTANAH di Cekungan Airtanah
Yogyakarta-Sleman dituangkan secara teknis operasional pada kegiatan jangka pendekjangka menengah dan jangka panjang seperti pada tabel V.4.
V.E.5. Program Kegiatan Pengawasan Konservasi Airtanah
Pengawasan konservasi airtanah ditujukan untuk mengontrol/mengawasi pelaksanaan
kegiatan pengelolaan airtanah dalam rangka konservasi airtanah. Setiap penanggung jawab
usaha dan atau kegiatan yang melanggar peraturan perundangan yang berlaku dapat
dikenakan sanksi. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dengan melibatkan
peran serta masyarakat sesuai kewenangannya, melakukan pengawasan administratif dan
pengawasan teknis berdasarkan ketentuan teknis pengawasan konservasi airtanah yang telah
ditetapkan. Pemerintah Provinsi dan atau Pemerintah Kabupaten/Kota mengeluarkan
rekomendasi teknis kegiatan konservasi airtanah sesuai kewenangannya kepada penanggung
jawab usaha atau kegiatan.
Program dan Kegiatan PENGAWASAN KONSERVASI AIRTANAH di Cekungan
Airtanah Yogyakarta-Sleman dituangkan secara teknis operasional pada kegiatan jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang seperti pada tabel V.5.

Penetapan Program Pengelolaan Airtanah di CAT Yogyakarta-Sleman (Heru Hendrayana, 2011)

21