KONSTRUKSI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGA
KONSTRUKSI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGADU/ PELAPOR KERUGIAN KONSUMEN DARI TUNTUTAN PENCEMARAN NAMA BAIK OLEH PELAKU USAHA/PRODUSEN
Ahmad Zuhairi
Dosen Bisnis Fakultas Hukum Mataram NTB E-mail: [email protected]
Naskah diterima : 02/03/2015; direvisi : 30/03/2015; disetujui : 05/04/2015 Abstract
Now, many consumer who report bed business practices that lost consumer are sued back by businessman. hese we can see in the case Dewi Prita Mulyasari, Fery Kuntoro, Fii Tanang and so on. he accident made a traumatic to consumer who report. It is the problem in consumer protection in Indonesia. hat why, this writing try to study implication of law because there is no macanism of law protection to reporter consumer and how to make a rule which give guaranty protection of law to reporter consumer. Purpose of this research is to give a solution in dilemma revenge action from businessman and to encourage honest and responsible business practice atmosfer. his research is normative research with statute approach, conceptual approach and comapartive approach. Implication of nothing rule in national act concerning to protection of law for reporter consumer is businessman can sue consumer with aspersion, inconsistent protection of law for consumer and created much cosumer crime. hus, construction of law which give protection of law for reporte consumer from aspersion is nomativly there is rule which give imunity for reporter lost consumer from aspersion until there is judgment decision. In application, there is rule which give a policemen reject sue aspersion before judgment decision.
Key word; Protection of law, reporter consumer, aspersion
Abstrak
Sekarang ini, banyak konsumen yang mengadukan keluhan atau melaporkan praktek bisnis yang merugikan konsumen dituntut balik oleh pelaku usaha. Hal ini bisa kita lihat dalam kasus Dewi Prita Mulyasari, Fery Kuntoro, Fii Tanang dan banyak lagi kasus lainnya. Preseden tersebut membuat traumatik sendiri terhadap konsumen pengadu atau pelapor. Hal tersebut merupakan problematika perlindungan hukum yang terjadi di Indonesia. Oleh karena, tulisan ini mencoba mengkaji implikasi yuridis belum diaturnya mekanisme perlindungan hukum bagi pelapor kerugian konsumen dan bagaimana pengaturan yang memberikan jaminan perlindungan hukum bagi pelapor kerugian konsumen dari tuntutan pencemaran nama baik. Tujuan tulisan ini adalah untuk memberikan jalan keluar terhadap dilematika tindakan pembalasan dari pelaku usaha/ produsen dan mendorong terciptanya praktek bisnis yang jujur dan bertanggung jawab. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan (statuta approach), pendekatan konseptual (conceptual approach) dan pendekatan perbandingan (comparative approach). Implikasi belum adanya aturan yang eksplisit dalam perundang-undangan nasional yang mengatur tentang perlindungan hukum bagi pelapor kerugian konsumen dari tuntutan pencemaran yaitu kebebasan pelaku usaha untuk menuntut konsumen dengan pencemaran nama baik, inkonsistensi perlindungan hukum bagi konsumen dan melahirkan kesuburan kejahatan konsumen. Oleh karena itu, konstruksi hukum yang memberikan perlindungan hukum bagi pelapor kerugian konsumen dari tuntutan pencemaran nama baik adalah dalam tataran normatif adanya aturan yang memberikan imunitas pelapor kerugian konsumen dari tuntutan pencemaran nama baik sampai adanya putusan hakim dan adanya aturan dalam tataran aplikatif yang memberikan
Kajian Hukum dan Keadilan 54 IUS
Ahmad Zuhairi | Konstruksi Perlindungan Hukum Bagi Pengadu/Pelapor Kerugian Konsumen ...........
dasar penolakan bagi kepolisian untuk menolak tuntutan pencemaran nama baik sebelum adanya putusan hakim.
Kata kunci : Perlindungan Hukum, Konsumen Pelapor, Pencemaran Nama Bai
PENDAHULUAN
Perkembangan kondisi pasar yang demikian, di satu sisi memberikan
p erkembangan ilmU pengetahuan dan keuntungan bagi konsumen karena teknologi telah membawa sejarah manusia kebutuhannya akan barang dan/atau jasa
pada apa yang disebut oleh Alvin Tofler yang diinginkan dapat terpenuhi serta sebagi periode gelombang ketiga (third semakin terbuka lebar kebebasan untuk
wave) 1 . Ciri dari periode ini selain dari memilih aneka jenis kualitas barang dan/ penggunaan energi yang dapat diperbaharui atau jasa sesuai dengan kemampuannya. (renewable energy) karena bahan bakar fosil Di sisi lain, kondisi dan fenomena tersebut semakin berkurang, proses produksi massal juga membuat kedudukan antara pelaku cenderung menjauhi pemusatan produksi, usaha/produsen dan konsumen semakin kemajuan teknologi komunikasi dan tidak seimbang. Konsumen dapat menjadi transportasi yang mendorong deurbanisasi obyek aktivitas bisnis dari pelaku usaha juga kecenderungan pertukaran posisi melalui kiat iklan, promosi, cara penjualan, produsen dan konsumen secara sirkuler, di serta penerapan perjanjian-perjanjian mana produsen pada suatu waktu menjadi standar yang merugikan konsumen. Hal ini konsumen dan sebaliknya, konsumen disebabkan karena kurangnya pendidikan
menjadi produsen 2 . Sehingga dapat di- konsumen dan rendahnya kesadaran akan simpul kan bahwa era sekarang ini semua hak-hak dan kewajibannya. Kedudukan
orang tanpa terkecuali adalah konsumen 3 .
konsumen pada umumnya masih lemah
Untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan tersebut, perdagangan dan jasa yang daya tawar, karena itu sangatlah dibutuhkan dulunya hanya bersifat lokal dan antar adanya undang-undang yang melindungi pulau sekarang sudah pada transaksi kepentingan-kepentingan konsumen yang internasional tanpa mengenal batas negara selama ini terabaikan. 4 (borderless). Dengan perkembangan sosial
Konsep perlindungan konsumen ini yang didukung oleh kemajuan teknologi lahir dari konsep perlindungan hukum.
membuat produksi barang dan jasa semakin Menurut Hold Field dalam diagramtic right mudah dan dalam jumlah yang tidak lagi dikatakan bahwa orang yang mendapat hitungan kecil tapi sudah sampai jumlah perlindungan adalah orang yang disability yang masiv dengan hitungan income (cacat). Karena ketidakmampuannya itulah miliaran sampai triliunan per-hari.
maka dia membutuhkan perlindungan hukum, sebaliknya orang punya power
atau kekuasaan dia tidak boleh diberikan
Alvin Tofler (1980) membagi periode penting dalam sejarah umat manusia menjadi tiga bagian, yaitu:
perlindungan, karena kalau dia diberikan
Gelombang Pertama (8000 tahun SM – 1700 SM), Gel-
perlindungan maka akan terjadi absolutisme.
ombang Kedua (1700 SM – 1970), dan Gelombang Ke- tiga (1979-2000).
Konsumen dalam menghadapi pelaku Komunikasi Dalam Perspektif Latar Belakang dan usaha atau produsen posisinya lemah
2 Alvin Tofler dalam Zulkarimein Nasution,Teknologi
Perkembangannya, (Jakarta:Penerbit UI, 1989)hlm. 4 3 A. Sony Kerap, Etika Bisnis; Tuntutan Dan Relevan-
karena dia lemah atau tidak berdaya sacara
sinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hlm. 181. Sahoo at all, Consumer Protection; Problem and Prospect, SSRN
4 Penjelasan Umum Undang-UndangNomor 8 Ta- Working Paper Series,2009, hlm. 2
hun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Kajian Hukum dan Keadilan IUS 55
J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m,
56 IUS Kajian Hukum dan Keadilan
kemampuan maupun secara kapital ini membuat mereka harus dilindungi dalam menghadapi kesewenang-wenangan pelaku usaha. Karena oleh orang yang punya ke- kuasaan atau power lebih cenderung untuk memanfaatkan posisinya untuk melakukan kesewenang-wenangan (abuse of power). Dalam istilah anti korupsi yaitu “power tend to corrupt” atau kekuasaan cenderung pada korupsi. Oleh karena itu fungsi dari perlindungan hukum terhadap konsumen itu adalah sebagai proses penyetaraan atau perimbangan kekuatan antara pelaku usaha dengan konsumen (equality before the law).
Secara teoretik bahwa konsep per- lindungan konsumen bertujuan untuk mewujudkan masyarakat madani (civil
society) yang kuat 5 yaitu dalam rangka
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik materiil maupun spiritual dalam era demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Untuk melaksanakan itu semua, peran negara untuk mengatur mekanisme pasar sangat diperlukan, karena hanya dengan berfungsinya mekanisme pasar yang tepat kegiatan prekonomian dalam masyarakat bisa menghasilkan ke- sejahteraan bagi orang-orang yang ter- dapat di dalamnya. Mekanisme pasar yang tepat harus diselenggarakan dengan menggunakan sistem apa yang disebut oleh Jimly Asshidiqi sebagai trias politika baru, dimana terdapat negara sebagai pembuat regulasi dan masyarakat harus berperan dalam menyalurkan aspirasi rakyat yang berdaulat, memberi arah bagi penyelenggaraan negara, dan mengontrol jalannya pemerintahan secara partisipatoris dan pasar sebagai perantara kebutuhan
5 Lihat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang berisi tu-
juan perlindungan konsumen.
hidup masyarakat dari produsen ke konsumen. 6
Dengan mekanisme check and balances tiga elemen tersebut akan tercapai apa yang diistilahkan dengan Walvaart-Rechsstaat atau negara hukum kesejahteraan. Kuat lemahnya kondisi pasar akan menentukan kuat-lemahnya kondisi masyarakat madani dalam menghadapi negara. Sebaliknya, jika pasar terlalu kuat, berhadapan dengan masyarakat yang lemah dan pemerintahan yang juga lemah dan tidak efektif, maka semua aspek kehidupan akan ditentukan hanya oleh materi, uang dan modal. Dengan keadaan demikian, negara dan kehidupan akan dikendalikan hanya oleh segelintir orang yang menguasai modal atau capital, jika hal demikian yang berkembang bukan lagi demokrasi atau nomokrasi (negara hukum), tetapi korporatokrasi (corpora- tocracy) atau korpokrasi (corporacy) atau kekuasaan negara yang dikendalikan oleh para pengusaha dan pemilik modal. 7
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya korpokrasi diperlukan sebuah perlindungan terhadap masyarakat kon- sumen agar mampu memperjuangkan hak- haknya apabila dirugikan oleh pelaku usaha dalam hubungan dengan transaksinya. Melihat kondisi tersebut untuk menjamin adanya suatu penyelenggaraan perlindungan konsumen, maka pemerintah menuangkan Perlindungan Konsumen dalam suatu produk hukum. Hal ini penting karena hanya hukum yang memiliki kekuatan untuk memaksa pelaku usaha untuk menaatinya, dan juga hukum memiliki sanksi yang tegas. Mengingat dampak penting yang dapat ditimbulkan akibat tindakan pelaku usaha yang sewenang-wenang dan hanya mengutamakan keuntungan dari bisnisnya sendiri, maka pemerintah memiliki
6 Jimly Ashiddiqe, Konstitusi Ekonomi, (Jakarta: Kompas, 2010), hlm. 374
7 Ibid, hal. 375-376
Ahmad Zuhairi | Konstruksi Perlindungan Hukum Bagi Pengadu/Pelapor Kerugian Konsumen ........... kewajiban untuk melindungi konsumen koran Warta Kota dengan judul “Hati-
yang posisinya memang lemah, disamping hati Modus Operandi Penipuan PT Duta ketentuan hukum yang melindungi Pertiwi”. Namun tidak lama berselang,
kepentingan konsumen belum memadai. 8 keluhan tersebut mendapat tuntutan dari PT Duta Pertiwi atas dasar pencemaran
Bahwa salah satu kekurangan yang
nama baik. 11
belum diatur oleh Undang-Undang Per- lindungan Konsumen adalah Perlindungan
Nasib yang sama juga dialami oleh Khoe terhadap konsumen yang melaporkan Seng Seng, Pan Esther, Kwee Meng Luan kerugiannya. Banyak konsumen yang me- alias Winny. Ketiganya mengirim surat laporkan kerugiannya, namun mendapat pembaca, mengeluhkan penipuan yang tuntutan balik dari pelaku usaha atas dilakukan oleh PT Duta Pertiwi, karena dasar pencemaran nama baik. Kasus kecewa kios yang dibeli berada di atas baru-baru ini terkait dengan pelaporan hak pengelolaan lahan (HPL), bukan Hak kerugian konsumen telepon selular yang Guna Bangunan sebagaimana pada waktu
dilaporkan oleh Muhammad Ferry Kuntoro transaksi dulu. 12 Di jalur perdata, kasus ini ke Markas Besar Polisi Republik Indo- sudah diputus. Pan Esther dan Khoe Seng nesia (POLRI) dengan Nomer laporan Seng dihukum membayar Rp 1 milyar dari 3409 /x/2011/Ditreskrimsus. Dengan pro- tuntutan Rp. 11 dan Rp. 17 miliar. duk telekomunikasi, yaitu Telkomsel
Kasus yang juga menjadi preseden buruk dengan provider PT Colibri Network,
bagi konsumen yaitu kasus Dewi Prita yang digunakan telah banyak memberikan Mulyasari. Kasus penyebaran informasi kerugian kepadanya. Dalam penanganan
kepada temannya melalui e-mail berkenaan yang dilakukan oleh polisi dan laporannya dengan pelayanan yang tidak wajar sudah di Berkas Acara Perkara (BAP)
dan informasi yang tidak benar terkait kemudian korban pelapor mendapat dengan penyakit yang diderita. Dengan tuntutan balik atas dasar pencemaran nama
peristiwa tersebut, dia dituntut atas dasar baik, Penistaan, dan fitnah oleh penyedia pencemaran nama baik oleh Rumah Sakit
konten yaitu PT Colibri Networks. 9
Omni Internasional, tempat dia pernah Tuntutan balik tersebut dilakukan atas dirawat. Kasus tersebut memberikan dasar bahwa setiap orang punya kedudukan
trauma tersendiri bagi konsumen. yang sama di depan hukum (equality before
the law). 10 Fokus dalam tulisannya ini adalah ingin
Fifi Tanang juga menderita kasus yang mengkaji pengaturan perlindungan hukum mirip dengan Feri Kuntoro, terkait dengan bagi konsumen pelapor sehingga terhindar Real Estate yang dibeli 16 tahun yang lalu. tuntuntan balik dari pelaku usaha/produsen. Dia merasa ditipu oleh PT Duta Pertiwi, di Karena selama ini yang menjadi polemik mana apartemen yang ditempati tersebut dalam perlindungan hukum bagi konsumen ternyata bukan di bawah hak guna bangunan adalah masih rentannya konsumen pelapor (HGB) tapi hak pengelolaan lahan (HPL) dituntut balik oleh pelaku usaha/produsen. milik DKI Jakarta. Keluhannya ditulis di Sehingga dalam problematika ini perlu
adanya klausul dalam undang-undang
Penjelasan Undang-Undang Nomer 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
yang secara eksplisit menyebutkan bahwa
9 Skalanews.com,Tribunnews.comdiakses tanggal 20 Februari 2012,
11 tionghoa-net.Forum Komunitas Tionghoa Indone- 10 Metanews.com Edisi 23 Oktober 2011, diakses
sia. diakses tanggal 20 Januari 2012. tanggal 30 Januari 2012
12 Ibid.
Kajian Hukum dan Keadilan IUS 57
J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m, 54~73
konsumen pelapor tidak boleh dituntut Di satu sisi konsep persamaan dihadapan balik oleh pelaku usaha/produsen.
hukum sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai hak
PEMBAHASAN
asasi setiap warga negara. Namun dalam
A. Implikasi Yuridis Belum Diaturnya konteks perlindungan konsumen asas ini Mekanisme Perlindungan Hukum Bagi perlu mendapat pembatasan, karena kalau Pelapor Kerugian Konsumen
tidak, pelaku usaha yang melakukan tindak pidana yang merugikan konsumen akan
Ada tiga implikasi yuridis belum sangat sulit untuk diungkap dan kasus
diaturnya mekanisme perlindungan hukum perlindungan terhadap konsumen tidak bagi pelapor konsumen yaitu; akan pernah terwujud. Padahal konsep
1. Kebebasan Pelaku Usaha Menuntut perlindungan hukum didasarkan pada Balik Konsumen Dengan Pencemaran hak untuk didengar (right to be heard) Nama Baik
dan hak untuk mendapatkan informasi (access to information). Selain itu konsep
Setiap warga negara bersamaan ke- perlindungan hukum adalah untuk
dudukannya dihadapan hukum tanpa ter- memberikan perlindungan kepada pihak
kecuali, setidaknya itulah yang dinyatakan yang lemah agar terhindar dari bahaya yang
oleh Pasal 27 ayat 1 UUD 1945. Artinya
akan menimpa.
bahwa setiap orang di hadapan hukum tidak ada diskriminasi, dalam istilah hukum
Pelaku usaha dalam UUPK telah ini disebut dengan equality before the law. diberikan hak dan kewajibannya se-
Di sini tidak ada konsep orang lemah dan bagaimana dinyatakan dalam Pasal 6 dan orang kuat, orang berkuasa atau rakyat Pasal 7. Hak produsen meliputi hak untuk jelata kalau sudah melanggar hukum, menerima pembayaran, hak untuk men- maka harus dihukum. Begitu juga halnya dapat perlindungan hukum, hak untuk dengan hak untuk menuntut ke pengadilan, melakukan pembelaan diri, hak rehabilitasi siapapun yang merasa dirugikan, maka dia nama baik, dan hak-hak lain yang telah diatur berhak untuk menuntut, dan pengadilan dalam ketentuan peraturan perundang- tidak boleh menolak.
undangan yang berlaku. Menurut Sudaryatmo 13 bahwa Hak-hak tersebut
Asas equality before the law inilah yang dapat dipakai oleh pelaku usaha apabila ke-
sering digunakan oleh pelaku usaha untuk wajiban-kewajibannya dilaksankan dengan menuntut konsumen apabila ada konsumen baik. Jika belum maka pelaku usaha tidak yang melaporkan kerugian atau menulis layak menerima hak tersebut tetapi justeru kerugiannya di media massa. Sehingga harus berhadapan dengan hukum untuk dengan alasan tidak ada larangan bagi mem pertanggungjawabkan kewajiban- ke- pelaku usaha/produsen untuk melakukan wajiban sebagai pelaku usaha seperti diatur tuntutan kepada konsumen apabila
dalam Pasal 7.
melanggar hukum dan pengadilan tidak boleh menolak. Tindakan pelaporan balik
Oleh karena itu, pelaku usaha tidak dapat merupakan tindakan pembalasan dari menggunakan hak untuk mendapatkan
pelaku usaha sebagai terlapor dalam kasus perlindungan hukum dan hak untuk perlindungan konsumen yang ditempuh membela diri dengan cara menuntut balik melalui jalur pidana.
konsumen yang melaporkan kerugiannya
13 Kata Sambutan dalam Jurnal Hukum Bisnis Vol. 30 No. 1 Tahun 2011, hlm.1
58 IUS Kajian Hukum dan Keadilan
Kajian Hukum dan Keadilan 59 IUS
Ahmad Zuhairi | Konstruksi Perlindungan Hukum Bagi Pengadu/Pelapor Kerugian Konsumen ........... atau mengeluhkan melalui media massa
apabila pelaku usaha tidak melakukan kewajibannya dengan baik. Sehingga di sini perlu adanya perlindungan hukum bagi konsumen dalam bentuk pengaturan yang memberikan perlindungan bagi konsumen yang melaporkan kerugiannya, agar pelaku usaha tidak bebas melakukan tuntutan balik kepada konsumen. Apabila tidak dilakukan maka tujuan perlindungan konsumen yang dihajatkan akan menjadi utopis.
Tuntutan pencemaran nama baik kepada konsumen pelapor membawa konsekuensi kepada konsumen sebagai tersangka dalam tindak pidana kesopanan yaitu pencemaran nama baik. Namun pertanyaan yang muncul apakah konsumen pelapor bisa dikatakan sebagai pelaku tindak pidana dalam pidana pencemaran nama baik yang diatur dalam pasal 310 KUHP ? Konsumen pelapor adalah orang yang memperjuangkan hak- haknya yang telah dirugikan oleh pelaku usaha/produsen yang curang dalam praktek transaksi bisnisnya. Dalam pengaturan delik pencemaran nama baik terdapat dasar penghapusan pidana yang bersifat khusus (bijzondere strafuitslutingronden) yang di- nyata kan dalam ayat (3) Pasal 310 KUHP yaitu “Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa membela diri”.
Apabila suatu kejahatan konsumen dibiarkan tentu akan merugikan masya- rakat konsumen yang semakin luas, sehingga perbuatan melaporkan pelaku usaha yang melakukan praktek curang dalam bisnisnya dan merugikan konsumen merupakan tindakan untuk kepentingan umum. Menurut Adami Chazawi syarat dari kepentingan umum bukan saja secara obyektif, bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan juga berguna bagi kepentingan
umum sebagai preventif untuk menghindari
kerugian orang banyak 14 . Oleh karena itu, pelapor atau pe-
ngungkap kejahatan di bidang kon sumen telah memenuhi unsur-unsur peng- hapusan pidana khusus (bijzondere stra- fuitslutingronden) yang dinyatakan dalam Pasal 310 ayat (3). Dengan kata lain bahwa sifat dari perbuatan pencemaran tersebut hapus/lenyap. Tentu saja apabila sifat melawan hukum dari perbuatan tersebut telah lenyap, maka perbuatan tersebut tidak lagi disebut perbuatan melawan hukum, tetapi menjadi perbuatan hukum. Sudah barang tentu pada si pembuatnya tidak dapat dipidana. Rasio dari kata “untuk kepentingan untuk umum” yang terdapat dalam Pasal 310 ayat (3) merupakan bentuk perlindungan hukum untuk kepentingan umum jauh lebih penting dari pada
perlindungan hukum pribadi 15 .
2. Inkonsistensi Perlindungan Hukum Bagi Konsumen
Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen dirumuskan dengan mengacu pada filosofi pembangunan nasional bahwa pembangunan nasional termasuk pembangunan hukum yang memberikan perlindungan tehadap konsumen adalah dalam rangka membangun manusia Indo- nesia seutuhnya yang berlandaskan falsafah kenegaraan Republik Indonesia, yaitu negara Pancasila dan konstitusi negara Undang-Undang Dasar 1945.
Keberadaan UUPK juga diharapkan dapat melindungi kepentingan konsumen secara integratif dan komprehensif serta dapat diterapkan secara efektif di masyarakat. Sehingga dalam UUPK terdapat terobosan- terobosan baru dalam dimensi hukum, salah satunya adalah pembebanan pembuktian. Tidak sebagaimana biasanya seperti yang
14 Adami Chazawi, Hukum Pidana Positif Penghi- naan, (Surabaya: ITS Press, 2009) hlm. 107
15 Ibid
J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m, 54~73
diatur dalam KUHAP menggunakan dalam penyelesaian sengketa melalui pembuktian biasa di mana dibebankan
jalur pidana sebaiknya tidak dilakukan kepada pihak penggugat, tapi dalam UUPK
karena bertentangan dengan asas dalam terdapat prinsip pembuktian terbalik
hukum pidana yaitu asas praduga tak sebagaimana diatur dalam Pasal 22 dan 28
bersalah (presumption of innocence), yang UUPK. Hal demikian mengikuti perinsip
diatur dalam Pasal 8 UU No. 4 tahun yang diatur dalam Undang-Undang No.
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan
7 drt tahun 1955 tentang Tindak Pidana Pasal 18 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Ekonomi.
Hak Asasi Manusia”.
Pembebanan pembuktian terbalik Kekhawatiran penerapan pembuktian merupakan langkah maju dalam sistem terbalik dalam kasus perlindungan hukum di Indonesia dan merupakan konsumen memberikan konsekuensi pada salah satu ketentuan yang menyimpangi pengabaian hak konsumen untuk mendapat- hukum acara dalam KUHAP. Namun kan penyelesaian sengketa perlindungan ketentuan pembuktian terbalik ini banyak konsumen secara patut, sebagaimana diatur mengundang persoalan diantara para pakar. dalam Pasal 4 huruf e, sehingga banyak Perubahan doktrin hukum acara pidana ini pelapor kerugian konsumen ternyata apakah tidak melanggar asas praduga tidak berhadapan dengan tuntutan/gugatan bersalah, atau lebih jauh lagi melanggar hak pencemaran nama baik dari pelaku usaha/ asasi manusia (hak asasi terdakwa).
produsen. Keinginan untuk memproleh
Secara umum sering dikatakan bahwa keadilan, dalam benak dan pengalaman fungsi undang-undang acara pidana adalah konsumen ini, harus dibayar mahal oleh membatasi kekuasaan negara dalam konsumen dengan menghadapi konsekuensi bertindak terhadap warga negara yang hukum tuntutan pencemaran nama baik. terlibat dalam proses peradilan pidana, Hal tersebut terjadi karena disebabkan oleh di samping itu juga merupakan sumber belum diaturnya mekanisme perlindungan kewenangan dan kekuasaan bagi pihak- hukum bagi konsumen yang melaporkan pihak yang terlibat dalam proses ini. kerugiannya. Penerapan sistem pembuktian terbalik dalam
Pelaku usaha/produsen dengan ke- kasus kejahatan perlindungan konsumen kuatan yang dimiliki mempunyai banyak dikhawatirkan menjadi alat untuk memeras macam cara untuk membela diri dari pelaku usaha atau menyebabkan aparat tuduhan konsumen. Memang Pelaku penegak hukum bertindak sewenang- usaha mempunyai hak untuk melakukan wenang dan akan terjadi arbitrary process pembelaan diri dalam sengketa konsumen
(proses sewenang-wenang). 16 Salah satu sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 6 pihak yang kontra untuk menerapkan huruf c, karena memang konsep UUPK pembuktian terbalik adalah Susanti Adi bukan untuk mematikan usaha para
Nugroho yang mengatakan bahwa: 17 pelaku usaha, tapi sebaliknya perlidungan
“Pembuktian terbalik hanya dapat konsumen mendorong iklim berusaha yang dilakukan pada penyelesaian sengketa sehat yang mendorong lahirnya perusahaan konsumen melalui jalur perdata, yang tangguh dalam menghadapi persaingan sementara konsep pembuktian terbalik melalui penyediaan barang dan/atau jasa
yang berkualitas.
16 Edi Setiadi dan Rena Yulia, Hukum Pidana Eko- nomi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) hlm. 57
17 Susanti Adi Nugroho, Ibid hlm. 185
60 IUS Kajian Hukum dan Keadilan
Ahmad Zuhairi | Konstruksi Perlindungan Hukum Bagi Pengadu/Pelapor Kerugian Konsumen ...........
Namun pelaku usaha dengan sering ada pengaturan secara eksplisit terhadap menyalahgunakan kekuatannya (abuse of mekanisme perlindungan hukum terhadap power), di mana pelaku usaha tidak me- konsumen yang melaporkan kerugiannya laksanakan tanggung jawabnya untuk mem- menyebabkan aturan perlindungan kon- buktikan dirinya tidak bersalah terhadap sumen sebagaimana diatur oleh UUPK tuduhan konsumen yang di hadap kan terjadi inkonsistensi. padanya, tapi pelaku usaha sering menuntut
Akibat dari itu semua, berdampak balik konsumen dengan pencemaran nama terhadap efektifitas perlindungan kon-
baik sebagai reaksi pembalasan terhadap sumen di lapangan. Sejak diberlakukan konsumen. Contoh kasus terbaru adalah secara efektif UUPK pada tanggal 20 April kasus Muhammad Ferry Kuntoro vs PT. tahun 2000 tidak ada satupun korporasi Colibri.Tbk dalam kasus pelaporan sedot yang melakukan kejahatan atau pelanggaran pulsa, di mana Muhammad Ferry Kuntoro terhadap konsumen dapat dihukum. Hal melaporkan kerugian yang dialami, namun demikian diungkapkan oleh Yusuf Shofie
PT. Colibri. Tbk. melalui kuasa hukumnya sebagai berikut: 18 “Meskipun UUPK No. 8 Indra W. Kusuma melaporkan Muhammad Tahun 1999 telah mengantisipasi pasal-pasal Ferry Kuntoro dengan tuduhan pencemaran kemungkinan korporasi, tetapi dari hasil nama baik.
penelitian terhadap 36 kasus pelanggaran
Melihat potret rancunya perlindungan korporasi terhadap konsumen belum ada konsumen tersebut, di mana pelaku usaha korporasi yang dapat dipidana dalam kasus tidak melaksanakan kewajibannya untuk pelanggaran terhadap konsumen”. membuktikan dirinya tidak bersalah
Melihat data tersebut bahwa namun sudah dapat melakukan tuntutan perlindungan hukum terhadap konsumen
balik dengan dasar pencemaran nama baik masih jauh dari harapan. Oleh karena kepada konsumen. Secara substansi hukum itu, penting untuk disingkronisasikan tidak salah karena memang kalau sengketa substansi perlindungan konsumen, dengan perlindungan konsumen masuk pada ranah mencantumkan pasal yang secara eksplisit pidana, maka yang digunakan adalah mengatur tentang perlindungan hukum hukum acara sebagaimana diatur dalam bagi pelapor kerugian konsumen. KUHAP. Oleh karena itu, dengan tidak
Tabel 1Pasal dalam UUPK yang inkonsisten
Pasal yang mengatur pembuktian Pasal yang mengatur ke proses acara
terbalik
pada umumnya (KUHAP)
Pasal 23
Pasal 48,
Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur Penyelesaian sengketa konsumen melalui kesalahan dalam kasus pidana sebagaimana pengadilan mengacu pada ketentuan ten- dimaksud dalam Pasal 19, ayat (4), Pasal 20, tang peradian umum yang berlaku dengan dan Pasal 21 merupakan beban dan tanggung memperhatikan ketentuan Pasal 45. jawab pelaku usaha tanpa menutup kemungki- nan bagi jaksa untuk melakukan pembuktian.
18 Yusuf Shofie, Aspek Hukum Perlindungan Kon- sumen Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Ta-
hun 1999 antara Norma dan Fakta Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 30 No. 1 Tahun 2011, hlm. 5
Kajian Hukum dan Keadilan IUS 61
J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m, 54~73
Pasal 28 Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kes- alahan dalam gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 22, dan Pasal 23 merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha.
Pembuktian terbalik sebenarnya ter- Pembuktian terbalik dalam kasus tampung dengan baik dalam pasal 22 dan perlindungan konsumen tidak bisa
pasal 28 UUPK. Akan tetapi dalam Pasal diberlakukan tanpa ada pembatasan-pem-
48 pernyataan penyelesaian sengketa batasan, artinya tidak dikenakan kepada konsumen melalui pengadilan mengacu setiap kasus perlindungan konsumen. pada ketentuan tentang peradilan umum Pembatasan-pembatasan itu bisa diperinci yang berlaku. Secara tidak langsung artinya sebagai berikut: proses di peradilan umum menggunakan sistem acara biasa di mana pembuktian
1. Penetapan tersangka harus benar-benar tetap berada pada konsumen. Di sini
dikenakan kepada pelaku usaha/produsen terlihat kontras ketidak konsistenan
yang melakukan kejahatan bisnis yang UUPK untuk memberikan perlindungan
merugikan konsumen.
kepada konsumen, di satu sisi memberikan
2. Walaupun beban pembuktian ada beban pembuktian terbalik, di sisi lain
pada pelaku usaha/produsen untuk menyerahkan mekanisme seperti biasa
membuktikan bahwa dirinya tidak dalam peradilan umum.
melakukan kerugian konsumen, faktor Kekhawatiran dengan diberlakukannya
keyakinan hakim dan bukti-bukti tetap sistem pembuktian terbalik dalam kasus
merupakan bahan pertimbangan bagi kejahatan perlindungan konsumen hakim dalam menjatuhkan vonis. sebenarnya tidak perlu terjadi, karena
3. Jaksa Penunutut umum sama sekali hukum acara pidana Indonesia menjalankan
tidak dibebaskan dari beban pembuktian, proses hukum adil (due process of law).
karena dengan fungsinya sebagai penuntut Tobias and Peterson mengatakan bahwa
dia berkewajiban menyerahkan bukti- due process of law merupakan constitutional
bukti pelanggaran dari terdakwa (pelaku guaranty….that no person will be deprived
usaha/produsen).
of life, liberty or property for reasons that are arbitrary…protect the citizen against
Kebijakan peraturan perundang-un- arbitrary action of the government. Oleh dangan tentang perlindungan konsumen karena itu unsur- unsur proses hukum harus pula diarahkan kepada pengembangan yang adil adalah menurut mereka adalah program perlindungan konsumen yang
hearing, councel, defence, evidence and a fair komperhensif termasuk peraturan hukum and impartial court (mendengar, tersangka/ administrasi, hukum perdata, hukum acara, terdakwa, penasehat hukum, pembelaan, dan hukum pidana, dan mengefektifkan pembuktian dan pengadilan yang adil dan bermacam-macam ketentuan lainnya,
tidak memihak). 19 bukan tidak berani menerapkan hukum pembuktian terbalik.
19 Edi Setiadi dan Rena Yulia,Op. Cit, hlm 108
62 IUS Kajian Hukum dan Keadilan
Ahmad Zuhairi | Konstruksi Perlindungan Hukum Bagi Pengadu/Pelapor Kerugian Konsumen ........... Dalam tindak pidana ekonomi banyak
Lihat saja bagaimana kekuatan ekonomi terjadi terobosan-terobosan atau pe- pelaku usaha yang sangat dominan sehingga nyimpangan baru guna untuk mem- sejak dikeluarkannya undang-undang permudah untuk memberikan dalam No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan proses perkaranya karena dalam tindak Konsumen sampai sekarang tidak ada pidana ekonomi seperti yang dikatakan pelaku usaha korporasi yang dapat dipidana oleh Sutherland bahwa yang melakukan padahal telah melakukan suatu tindak kejahatan ekonomi biasanya adalah orang kejahatan atau pelanggaran terhadap
yang punya status ekonomi yang tinggi, konsumen. 22 Selain itu, Edi Setiadi dan terhormat dan melakukan kejahatan tersebut
Rena Yulia mengatakan bahwa kejahatan ada kaitannya dengan pekerjaannya. 20 konsumen (consumer fraud) lebih banyak
Apalagi kaitannya dengan per lindungan terjadi dibandingkan dengan kejahatan konsumen biasanya yang melakukan adalah jalanan sehingga menimbulkan frustasi bagi korporasi yang mempunyai kekuatan konsumen. Lebih dari 800 jenis kejahatan ekonomi yang kuat. Sehingga sering dalam konsumen yang terjadi dan terus menerus proses penegakan hukumnya sangat sulit. bertambah seiring dengan munculnya
Kesulitan itu terletak pada status pelaku kejahatan konsumen 23 .
usaha/produsen itu sendiri yang mempunyai Catatan kasus perlindungan konsumen kemampuan untuk lobby yang luas dan
sesudah UUPK.
efektif, penentuan pertanggungjawaban dan penentuan kesalahan yang sulit. 21 1. Tahun 1999-2000, kasus Kosmetik,
Penggunaan domain Name PT Mustika
3. Suburnya Kejahatan Konsumen Ratu oleh PT Martina Bertho dengan
Bentuk perlindungan hukum sangat mengelirukan orang banyak. Pelaku usaha diperlukan oleh konsumen, berupa pen-
PT Martina Bertho.
cantuman dalam undang-undang mengenai
2. Tahun 2000, kasus Makanan, Penggantian perlindungan hukum bagi pelapor kerugian bahan nutrisi untuk mengembangkan konsumen. Karena kalau tidak maka per-
kultur bakteri, dari polypeptone menjadi lindungan konsumen sebagaimana di- bacotosoytone yang mengandung hajat kan untuk mengangkat daya tawar
porcine (enzim dari pancreas babi) tanpa konsumen terhadap pelaku usaha dan memberitahukan perubahan tersebut. mendorong pelaku usaha untuk berlaku
Pelaku usaha PT Ajinomoto Indonesia. jujur dan bertanggung jawab hanya akan
menjadi utopis. Karena meskipun terdapat
3. Tahun 2003, kasus Makanan, Perkara perlindungan hukum bagi konsumen akan
pembelian roti “Tiger Bread” oleh Farid tetapi belum bisa dipakai oleh konsumen
Muadz (konsumen). Pelaku usaha PT Hero untuk melindungi hak-haknya. Dampak
Supermarket Cabang Bogor Pajajaran, dari itu semua, seperti yang dikatakan
Bogor.
oleh Yusuf Shofie, bahwa lemahnya perlindungan hukum bagi konsumen akan menyuburkan kejahatan konsumen.
22 Baca Artikel Yusuf Shofie dalam Jurnal yang ber- judul, Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam
Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 an- tara Norma dan Fakta Pertanggungjawaban Pidana Kor- porasi, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 30 No. 1 Tahun 2011,
20 Ibid
hlm. 5
21 Ibid 23 Edi Setiadi dan Rena Yulia, Op. Cit. hlm. 179
Kajian Hukum dan Keadilan IUS 63
J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m, 54~73
4. Tahun 2004, kasus Resep, Penjualan obat hitungan ukuran yang sebenarnya di tetes mata merek efrizel tanpa resep oleh
Desa Jatireja, Kecamatan Cikaran Timur, Instalasi Farmasi Pelayan Obat kepada
Kabupaten Bekasi. Pelaku usaha Usaha Abdul Basar (pembeli). Sifat berbahya
Perdagangan Perorangan. obat yang termasuk dalam obat keras,
10.Tahun 2004, kasus Tambang emas, yang seharusnya dibeli dengan resep, Tidak melaksanakan uapaya seharusnya tidak disampaikan kepada pembeli. Pelaku
dilakukan dan/atau melakukan usaha RSUD USD Gambiran, Kediri. pengelolaan limbah hasil usaha untuk
5. Tahun 2006, kasus makanan, Tidak menjamin pelestarian lingkungan hidup. ditanggapinya komplain Nasi Hoka-hoka
Pelaku usaha PT Newmont Minahasa Bento tercemar kotoran tikus di Restoran
Raya.
Hoka-hoka bento, Menteng, Jakarta oleh 11.Tahun 1993-2003, kasus Sumplemen
manajemen membuat Wirawan marah makanan, Bersama-sama mengedarkan dan kecewa sehingga terjadi insiden botol pangan yang sudah kadalwarsa dan pecah. Pelaku usaha PT Eka Boga Inti. mengganti atau melabel kembali pangan
6. Tahun 2004-2005, kasus Pembelian sepeda yang sudah kadalwarsa. Pelaku usaha PT motor melalui penjualan berjenjang,
Bina Dinamika Raga.
Kegiatan usaha perdagangan barang/jasa 12.Tahun 2009, kasus Penjualan perumahan, dengan nama “Bermitra Sejahtera Semua” Penipuan yang dilakukan oleh PT Duta (BSS), berupa memfasilitasi pengadaan Pertiwi Tbk yang menjual perumahan kepemilikan sepeda motor Supra X tanpa memberitahukan kepada pembeli kepada anggota-anggota BSS dengan biaya bahwa permahan tersebut berdiri tidak di murah dan waktu yang cepat, berjumlah atas Hak Guna Bangunan (HGB) tapi di 11.000 orang @Rp 3.000.000,=Rp atas Hak Pengelolaan Lahan (HPL). Pelaku 33.000.000.000. pelaku usaha CV Mitra usaha PT Duta Pertiwi Tbk. Sejahtera dan PT Sumampamir Mitra
Sejahtera. 13.Tahun 2009, kasus Pelayanan Kesehatan, Dokter rumah sakit Omni Internasional
7. Tahun 2006, kasus Angkutan barang/ salah mendiagnosa penyakit yang diderita
orang, Tenggelamnya KM Senopati di oleh pasien yang bernama Dewi Prita Perairan Masalembo, Jawa Timur. Pelak Mulyasari. Pelaku usaha adalah Rumah usaha PT Samudra Pratama (pemilik) dan Sakit Omni Internasional. PT Prima Vista (operator).
14.Tahun 2011, kasus Susu Formula, Susu
8. Tahun 2007, kasus Elpiji, formula yang mengandung bakteri
Memperdagangkan elpiji tidak sesuai Entrobakterishakazaki, yang diputus ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah oleh MA, tapi tidak dilaksanakan oleh dalam hitungan ukuran yang sebenarnya di IPB. Pihak IPB tidak mau melaksanakan Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta putusan MA untuk mengungkap merek Selatan. Pelaku usaha PT Berkat Mulio susu formula yang mengandung bakteri Sejati.
Entrobakterishakazaki.
9. Tahun 2008, kasus Elpiji, Memper- 15.Tahun 2011, kasus Pulsa telepon seluler,
dagangkan elpiji tidak sesuai ukuran, Maraknya pencurian pulsa yang dilakukan takaran, timbangan, dan jumlah dalam oleh operator selaler yang banyak
64 IUS Kajian Hukum dan Keadilan
Ahmad Zuhairi | Konstruksi Perlindungan Hukum Bagi Pengadu/Pelapor Kerugian Konsumen ........... merugikan konsumen. Pelaku usaha PT
Ketertinggalan hukum dalam me- Duta Pertiwi Tbk.
ngimbangi kemajuan pembangunan di bidang ekonomi menempatkan para
B. Pengaturan Yang Memberikan Jaminan korban kejahatan dari pelaku usaha/
Perlindungan Hukum Bagi Pelapor Kerugian Konsumen Dari Tuntutan pro dusen atau korporasi pada kondisi Pencemaran Nama Baik
ketidakadilan. 25 Korban mengalami ke- sulitan mengartikulasikan kepentingan-
Terdapat dua pengaturan yang dapat ke pentingannya yang seharusnya dilindu- memberikan jaminan perlindungan hukum ngi oleh hukum. Mardjono menem pat - bagi pelapor/pengadu kerugian konsumen kan konsumen sebagai korban kejahatan dari tuntutan pencemaran nama baik yaitu; korporasi dalam ruang lingkup pe-
1. Pengaturan Dalam Tataran Normatif nyalahgunaan kekuasaan secara melawan hukum kekuasan ekonomi, misalnya pe-
Pelapor kerugian konsumen adalah nipuan terhadap konsumen, peredaran korban dari kejahatan atau praktek prilaku barang-barang produksi yang berbahya dan bisnis yang tidak jujur dan bertanggung lain-lain. 26 jawab dari pelaku usaha. Sehingga Yusuf Shofie menyebutkan hal ini dengan
Oleh karena itu, untuk memberikan konsumen sebagai korban kejahatan. 24
perlindungan hukum terhadap pelapor
Oleh
karena itu, sebagai korban kejahatan kerugian konsumen perlu ditambahkan (victim) maka konsumen perlu mendapat dalam pasal dalam UUPK khususnya dalam perlindungan untuk mendapatkan hak- Bab X yang mengatur tentang penyelesaian
sengketa, pada Pasal 45 ditambahkan haknya karena selama ini korban kejahatan
kurang begitu mendapat perhatian oleh satu ayat lagi yang menyatakan “Setiap konsumen yang memperjuangkan hak atas
hukum. Berbeda halnya dengan pelaku kejahatan yang mendapat berbagai kerugian yang diderita dari praktek bisnis
yang curang dari pelaku usaha tidak dapat perlindungan seiring dengan adanya
tekanan-tekanan perlindungan Hak Asasi dituntut secara pidana maupun digugat secara perdata, sebelum pelaku usaha
Manusia (HAM). mendapat putusan hakim bahwa setelah
Selain itu perlunya perlindungan melakukan pembuktian terbalik ternyata konsumen juga untuk meminimalisir dirinya tidak bersalah”. praktek kejahatan bisnis yang sering merugikan konsumen. Sehingga pengaturan
Ada tiga alasan kenapa pentingnya perlindungan konsumen melalui imunitas
perlindungan konsumen bukan mematikan usaha produsen akan tetapi sebaliknya konsumen pelapor dari tuntutan perdata
dan pidana dari pelaku usaha/produsen. mendorong prilaku bisnis yang jujur,
bertanggung jawab dan taat terhadap Pertama, ketentuan tersebut dimaksudkan untuk melindungi korban dan/atau pelapor
peraturan hukum yang berlaku sehingga pelaku usaha dapat menghasilkan barang dan/atau jasa yang lebih berkualitas. 25 Ketidak adilan, dimana konsumen sudah menjadi
korban ditambah dengan ancaman pelaku usaha untuk melakukan tuntutan balik apabila konsumen melakukan upaya hukum untuk melaporkan kerugian yang diderita. Akhirnya pihak konsumen sudah menjadi korban tidak jarang pula ditambah dengan hukuman oleh pengadilan.
24 Baca Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan in- Hal ini dibuktikan dengan kasus Fifi Tanang, Khoe Seng strument-instrumen hukumnya, (Bandung: Citra Aditya
Seng, Dewi Prita Mulyasari.
Bhakti, 2003), hlm. 264
26 Ibid
Kajian Hukum dan Keadilan IUS 65
J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m, 54~73
yang menempuh cara hukum akibat dari informasi serta akses untuk mendapatkan praktek bisnis yang curang dan tidak informasi (Pasal 3 UUPK). bertanggung jawab atau kejahatan dari
2. Pengaturan Dalam Tataran Aplikatif pelaku usaha/produsen. Perlindungan
ini dimaksudkan untuk mencegah Pengaturan dalam tataran aplikatif tindakan pembalasan dari terlapor melalui diarahkan pada dua lembaga yang me- pemidanaan dan/atau gugatan perdata rupakan garda terdepan dalam pelaporan dengan tetap memperhatikan kemandirian dan penyelesaian sengketa kasus konsumen pengadilan. Kedua, adanya ketentuan yaitu Kepolisian dan Lembaga Perlindungan tersebut agar UUPK menjadi konsisten Konsumen seperti Badan Perlindungan dengan pernyataan dalam Pasal 22 dan Konsumen Nasional (BPKN) dan Badan
28 yang mengatur tentang pembuktian Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). terbalik. Ketiga, lebih memberikan
a. Penolakan Terhadap Tuntutan Pen- keberanian kepada konsumen untuk
cemaran Nama Baik Dari Pelaku Usaha melaporkan tindakan pelaku usaha yang
Sebelum Adanya Putusan Hakim sering melakukan kejahatan dalam praktek
bisnisnya yang merugikan konsumen. Konsumen pelapor merupakan korban dari praktek kejahatan bisnis.
Aturan ekplisit yang mengatur tentang Namun dalam penegakan hukum pidana
perlindungan hukum terhadap konsumen (baik KUHP maupun KUHAP) seringkali
secara yuridis penting artinya mengingat tidak memperhatikan kedudukan dan
apa yang dimaksud dengan perlindungan kepentingan korban 27 . Berbeda halnya
konsumen dalam Pasal 1 angka 1 yang me- dengan pelaku kejahatan (offender) di
nyatakan bahwa “Perlindungan konsumen mana pelaku kejahatan yang mendapat
adalah segala upaya yang menjamin adanya berbagai perlindungan seiring dengan
kepastian hukum untuk memberikan adanya tekanan-tekanan perlindungan
perlindungan hukum bagi konsumen”. Hak Asasi Manusia (HAM).
Terlihat bahwa dalam isi kandungan Pentingnya pelapor atau korban
pasal tersebut dinyatakan bahwa adanya memperoleh perhatian utama dalam
kepastian hukum. Kepastian hukum membahas kejahatan disebabkan karena
artinya adanya aturan tertulis yang terdapat korban seringkali memiliki peranan yang
dalam undang-undang. Hal ini menyangkut sangat penting bagi terjadinya suatu
dengan apakah suatu perbuatan tersebut kejahatan. Diperolehnya pemahaman
dilarang atau dibolehkan. Karena tidak yang luas dan mendalam tentang pelapor
ada suatu perbuatan pun yang dipidana atau korban kejahatan diharapkan
jika tidak ada aturan undang-undang yang dapat memudahkan dalam menemukan
mengaturnya (asas legalitas). Dengan upaya penanggulangan kejahatan yang
adanya aturan yang mengatur mekanisme pada akhirnya akan bermuara pada
tersebut merupakan wujud dari tujuan awal menurunnya kuantitas dan kualitas
dibuatnya Undang-Undang Perlindungan
kejahatan 28 .
Konsumen, yaitu pemberdayaan konsumen, menentukan dan menuntut hak-haknya
27 sebagai konsumen, dan menciptakan sistem Didik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Ur-
gensi Perlindungan Korban Kejahatan; Antara Realita
perlindungan konsumen yang mengandung dan Fakta, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007). unsur kepastian hukum dan keterbukaan hlm. 38
28 Ibid
66 IUS Kajian Hukum dan Keadilan
Kajian Hukum dan Keadilan 67 IUS
Ahmad Zuhairi | Konstruksi Perlindungan Hukum Bagi Pengadu/Pelapor Kerugian Konsumen ........... Dalam proses penyelesaian perkara
perlindungan konsumen seringkali pelapor tidak mendapat perlindungan hukum yang memadai, baik perlindungan hukum yang sifatnya materiil maupun immateriil. Padahal pelapor dalam perkara konsumen biasanya sekaligus sebagai korban. Dalam posisinya sebagai korban pada dasarnya konsumen merupakan pihak yang paling menderita oleh perbuatan pelaku usaha, akan tetapi perlindungan hukumnya tidak sebanyak yang diberikan oleh undang-undang kepada pelaku kejahatan. Padahal masalah keadilan dan penghormatan hak asasi manusia tidak hanya berlaku terhadap pelaku kejahatan saja, tetapi juga korban
kejahatan. 29 Karena perlindungan hukum pada hakikatnya adalah melindungi hak setiap orang yaitu hak untuk didengar (right to be heard).
Akibat lemahnya perlindungan hukum tersebut, konsumen yang me- mperjuangkan hak-haknya dengan me- laporkan kepada polisi harus berhadapan dengan tuntutan pencemaran nama baik dari pelaku usaha, sehingga konsumen pelapor konsumen menjadi tersangka dalam kasus pencemaran nama baik tersebut. Dalam hal ini, konsumen me mpunyai kerugian ganda, sudah dirugikan secara materiil oleh prilaku pelaku usaha yang nakal juga dituntut pencemaran nama baik. Efek dari hal tersebut sangat berbahaya ke depan karena akan menjadi faktor kriminogen baru, di mana konsumen yang dirugikan oleh pelaku usaha tidak berani melaporkan kerugiannya. Akibatnya pelaku usaha dapat bebas melakukan praktek bisnis yang curang dan membahayakan konsumen demi untuk mendapatkan untung yang sebanyak-banyaknya. Tentunya hal
29 Ibid.
ini akan mengancam perekonomian nasional, karena ketika konsumen lemah dan sakit akan berdampak pada tingkat perkembangan ekonomi secara mikro maupun makro.
Oleh karena itu, penting artinya kebijakan dalam tahapan aplikatif yang memberikan perlindungan hukum bagi pelapor kerugian konsumen, sebagai perlindungan kepada masyarakat kon- sumen yang menempuh jalur hukum dalam perkara kejahatan konsumen. Sebagai contoh kebijakan perlindungan konsumen yang sangat terkenal yaitu pada kasus pelaporan perusahaan skandal “the Big Tobacco” yang dilaporkan oleh Jeffery Wigand di Amerika. Perusahaan The Big Tobacco telah mencampur produksi rokoknya dengan “carcinogen”, di mana bahan tersebut diketahui dapat menyebabkan kanker apabila dikonsumsi oleh manusia. Dalam hal ini, Jeffery Wigand mendapat perlindungan hukum, yaitu tidak dapat dituntut oleh pelaku usaha atau produsen karena laporan
tersebut. 30 Kebijakan aplikatif dalam perkara
perlindungan konsumen tentunya sengaja diarahkan pada aparat yang menangani pelaporan, yaitu istitusi kepolisian. Tentunya dalam tataran aplikatif ada peraturan Kapolri yang harus menyatakan secara eksplisit terkait dengan pelaporan kasus konsumen yang menyatakan bahwa “setiap pelaku usaha yang melakukan tuntutan pencemaran baik yang ditujukan kepada konsumen yang melaporkan kerugiannya, harus menunggu keputusan hakim bahwa dirinya tidak terbukti bersalah dan bebas dari tuntutan hukum”.
Dengan adanya ketentuan yang secara eksplisit seperti di atas maka tuntutan
30 www.kpk.org. komunitas perlindugan konsumen.
J Urnal IUS | Vol III | Nomor 7 | April 2015 | hl m,
68 IUS Kajian Hukum dan Keadilan
yang dilakukan pelaku usaha/produsen kepada konsumen ketika belum ada putusan hakim, maka tuntutan tersebut tidak dapat di terima atau dilanjutkan ke proses penyidikan. Dengan kata lain, apabila putusan hakim bahwa pelaku usaha terbukti bersalah maka tuntutan pencemaran nama baik yang ditujukan kepada konsumen tidak dapat dilanjutkan karena tidak memenuhi unsur-unsur pencemaran nama baik. Sebaliknya, jika putusan hakim bahwa pelaku usaha tidak bersalah dan bebas dari tuntutan hukum, maka tuntutan pencemaran nama baik dapat dilakukan kepada konsumen pelapor. Hal tersebut akan lebih memberikan keadilan bagi konsumen pelapor atau yang menempuh jalur hukum, serta ketentuan tersebut dapat mencegah terjadinya tindakan pembalasan dari pelaku usaha/produsen terhadap konsumen yang menempuh jalur hukum.
Selama ini, polisi sebagai garda terdepan dalam proses penyelesaian perkara pidana belum ada pijakan hukum untuk melakukan penolakan atau menunda melanjutkan proses laporan pelaku usaha yang menuntut pencemaran nama baik kepada konsumen. Sehingga terkesan bahwa tindakan pembalasan melalui tuntutan balik dibenarkan atas nama kesamaan di hadapan hukum (equality before the law). Hal inilah yang memberikan kerancuan dalam penanganan perkara konsumen yang menempuh jalur pidana.
Indonesia sebagai bangsa yang menganut sistem hukum civil law, di mana harus ada aturan terlebih dahulu baru sebuah tindakan tersebut dibolehkan
atau dilarang (asas legalitas) 31 . Oleh karena
31 Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
itu, jika tidak ada aturan yang melandasi tindakan penolakan terhadap tuntutan pelaku usaha tentu aparat kepolisian dalam hal ini tidak punya hak untuk melakukan penolakan terhadap tuntutan pelaku usaha dengan pencemaran nama baik kepada pelaku konsumen. Oleh karena itulah kebijakan aplikatif untuk memberikan perlindungan hukum bagi pelapor kerugian konsumen sangat penting artinya. Karena kalau tidak, hal tersebut akan menjadi faktor kriminogen. Artinya, ketika konsumen tidak berani melaporkan tindakan pelaku usaha yang merugikan masyarakat konsumen, maka hal ini akan memberikan lahan subur bagi tumbuhnya kejahatan konsumen dalam kehidupan bermasyarakat. Kalau demikian yang terjadi maka tujuan demokrasi ekonomi, yaitu untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tidak akan pernah terwujud. Karena pada dasarnya demokrasi ekonomi menginginkan negara dan masyarakat yang kuat serta mekanisme pasar yang tepat. Karena hanya dengan mekanisme pasar yang tepat, kesejahteraan akan bisa terwujud.
b. Penguatan Lembaga Perlindungan Kon- sumen
Untuk melaksanakan perlindungan konsumen, UUPK membuat dua lem- baga yang bertugas untuk melindungi konsumen yaitu Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) dan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BP- SK). Adapun kewenangan BPKN yang diberikan oleh UUPK sebagaimana di- nyatakan dalam Pasal 34 yaitu:
a. memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka penyusunan kebijaksanaan di bidang perlindungan konsumen;
Ahmad Zuhairi | Konstruksi Perlindungan Hukum Bagi Pengadu/Pelapor Kerugian Konsumen ...........
f. Melakukan penelitian dan pe- terhadap peraturan perundang-un-
b. melakukan penelitian dan pengkajian
meriksaan sengketa perlindungan dangan yang berlaku di bidang per-
konsumen;
lindungan konsumen;
g. Memanggil pelaku usaha yang diduga