Bijak Menggunakan Kemasan Plastik Untuk
Bijak Menggunakan Kemasan Plastik Untuk Pangan*
Akhir-akhir ini muncul “heboh” masalah kemasan plastik di berbagai media cetak
maupun elektronik.
Bahkan wawancara penulis dengan Radio Elshinta sampai
dilakukan dua kali, karena begitu banyaknya pendengar yang ingin mengetahui
secara gamblang permasalahan kemasan plastik. Selesai sampai di situ? Ternyata
tidak. Setelah wawancara, masih banyak pendengar yang menelepon penulis secara
langsung melalui HP. Oleh karena itu untuk memberikan penjelasan lebih gamblang,
penulis mencoba membuat tulisan tentang kemasan plastik ini. Semoga bermanfaat.
Plastik sebagai kemasan
Plastik dibuat dengan cara polimerisasi yaitu menyusun dan membentuk secara
sambung menyambung bahan-bahan dasar plastik yang disebut monomer. Misalnya,
plastik jenis PVC (Polivinil Chlorida), sesungguhnya adalah monomer dari vinil
klorida. Disamping bahan dasar berupa monomer, di dalam plastik juga terdapat
bahan nonplastik yang disebut aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat
plastik itu sendiri. Bahan aditif tersebut berupa zat-zat dengan berat molekul rendah,
yang dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar ultraviolet, anti
lekat, dan masih banyak lagi.
Mengapa plastik begitu banyak dipakai? Plastik memang mempunyai beberapa
keunggulan sifat antara lain : ia kuat tetapi ringan, tidak berkarat, bersifat
termoplastis,yaitu dapat direkat menggunakan panas, serta dapat diberi label atau
cetakan dengan berbagai kreasi. Selain itu plastik juga mudah untuk diubah bentuk.
Sesudah Perang Dunia II, berbagai jenis kemasan plastik fleksibel muncul dengan
pesat. Sebagai bahan pembungkus, plastik dapat digunakan dalam bentuk tunggal,
komposit atau berupa lapisan multilapis dengan bahan lain, (pakah itu antara plastik
dengan plastik yang beda jenis, plastik dengan kertas atau lainnya). Kombinasi
tersebut dinamakan aminasi. Dengan demikian, kombinasi dari berbagai janis plastik
dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan.
Bagaimana Mengenali Kemasan Plastik dengan Baik?
Perlu kita ketahui bersama bahwa secara internasional telah diatur kode untuk
kemasan plastik, yang mungkin bagi kita yang awam sangat perlu untuk diketahui,
karena tanda tersebut berkaitan dengan jenis bahan serta cara dan dampak
pemanfaatannya bagi manusia. Kode ini dikeluarkan oleh The Society of Plastic
Industry pada tahun 1988 di Amerika Serikat dan diadopsi pula oleh lembagalembaga yang mengembangkan sistem kode, seperti ISO (International Organization
for Standardization).
Secara umum tanda tersebut berada di dasar, berbentuk segi tiga, di dalam segitiga
akan terdapat angka, serta nama jenis plastik di bawah segitiga, dengan contoh dan
penjelasan sebagai berikut:
1. PET — Polyethylene Terephthalate
Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan
angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET (polyethylene terephthalate) di
bawah segitiga. Biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus
pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman
lainnya.
Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis (sekitar 60 %), dalam
pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester (bahan dasar botol kemasan 30 %)
Botol Jenis PET/PETE ini direkomendasikan HANYA SEKALI PAKAI, kenapa?
Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi
panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan bermigrasi.
2. HDPE — High Density Polyethylene
Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan
angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density polyethylene) di bawah
segitiga. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon
air minum, kursi lipat, dan lain-lain.
HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena
kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE
dengan makanan/minuman yang dikemasnya. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih
kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Sama seperti PET, HDPE
juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian, karena pelepasan senyawa
antimoni trioksida terus meningkat seiring dengan waktu
3. V — Polyvinyl Chloride
Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya,
serta tulisan V — V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang
paling sulit didaur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling
wrap), dan botol-botol. PVC mengandung DEHA (di-2-etil-heksil-adipat) yang dapat
bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat
bersentuhan langsung dengan makanan tersebut karena DEHA ini lumer pada suhu
-15oC.
4. LDPE — Low Density Polyethylene
Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE
– LDPE (low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat
dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botolbotol yang lembek.
Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan
permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60oC sangat resisten terhadap
senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik
bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk
barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi
yang baik terhadap reaksi kimia. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi
tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan
makanan yang dikemas dengan bahan ini.
5. PP — Polypropylene
Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP
– PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk yang
berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan,
botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi.
Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan.
Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan
yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.
6 . PS — Polystyrene
Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS
– PS (polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari
Jerman, secara tidak sengaja.
PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai,
dan lain-lain. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan
bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Selain tempat
makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan
konstruksi gedung.
Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak,
mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi,
dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang. Pun bila
didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat panjang dan lama.
Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka
tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara
terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api
berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.
7. OTHER
Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER
Platik yang termasuk Other antara lain SAN styrene acrylonitrile, ABS - acrylonitrile
butadiene styrene, PC - polycarbonate,dan Nylon.
Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga,
suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik
kemasan.
PC - Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita (sippy
cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan minuman,
termasuk kaleng susu formula. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu
Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem
hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi
imunitas. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun
minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika
suhunya dinaikkan karena pemanasan. Ironisnya botol susu sangat mungkin
mengalami proses pemanasan, entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan cara merebus,
dipanaskan dengan microwave, atau dituangi air mendidih atau air panas.
SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu,
kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya terdapat
pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan
sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa.
SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan.
Ada jenis yang berbahaya
Selain mempunyai banyak keunggulan, ternyata kemasan atau wadah plastik
menyimpan kelemahan, yaitu kemungkinan terjadinya migrasi atau berpindahnya zatzat monomer dari bahan plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut
tak cocok dengan kemasan atau wadah penyimpannya.
Pada makanan yang dikemas dalam kemasan plastik, adanya migrasi ini tidak
mungkin dapat dicegah 100% (terutama jika plastik yang digunakan tak cocok
dengan jenis makanannya). Migrasi monomer terjadi karena dipengaruhi oleh suhu
makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya. Semakin tinggi suhu tersebut,
semakin banyak makanan yang dapat bermigrasi ke dalam makanan. Demikian pula
dengan lamanya makanan tersebut disimpan. Karena, semakin lama kontak antara
makanan tersebut dengan kemasan plastik, maka jumlah monomer yang bermigrasi
dapat makin tinggi jumlahnya.
Monomer atau aditif plastik apa saja yang perlu diwaspadai? Tidak semua memang,
hanya beberapa saja seperti vinil klorida, akrilonitril, metacrylonitril, vinylidene
klorida serta styrene. Monomer vinil klorida dan akrilonitril cukup tinggi potensinya
untuk menimbulkan kanker pada manusia. Vinil klorida dapat bereaksi dengan guanin
dan sitosin pada DNA. Sedangkan akrilonitril bereaksi dengan adenin.
Vinil asetat telah terbukti menimbulkan kanker tiroid, uterus dan liver pada hewan.
Akrilonitril menimbulkan cacat lahir pada tikus-tikus yang memakannya. Monomermonomer lain seperti akrilat, stirena, dan metakrilat serta senyawa-senyawa
turunannya, seperti vinil asetat, polivinil klorida, kaprolaktam, formaldehida, kresol,
isosianat organik, heksa metilendiamin, melamin, epodilokkloridrin, bispenol, dan
akrilonitril dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan terutama mulut,
tenggorokan dan lambung. Aditif plastik jenis plasticizer, stabilizer dan antioksidan
dapat menjadi sumber pencemaran organoleptik yang membuat makanan berubah
rasa serta aroma, dan bisa menimbulkan keracunan.
Pada suhu kamar, dengan waktu kontak yang cukup lama, senyawa berberat molekul
kecil dapat masuk ke dalam makanan secara bebas, baik yang berasal dari aditif
maupun plasticizer. Migrasi monomer maupun zat-zat pembantu polimerisasi, dalam
kadar tertentu dapat larut ke dalam makanan padat atau cair berminyak maupun
cairan tak berminyak. Semakin panas makanan yang dikemas, semakin tinggi peluang
terjadinya migrasi (perpindahan) ke dalam bahan makanan
Aditif plastik dibutil ptalat (DBP) dan dioktil ptalat (DOP) pada PVC termigrasi
cukup banyak ke dalam minyak zaitun, minyak jagung, minyak biji kapas, dan
minyak kedelai pada suhu 3oC selama 60 hari kontak. Jumlah aditif DBP dan DOP
yang termigrasi tersebut berkisar dari 155 – 189 mg. DEHA (di-2-etil-heksil-adipat)
pada PVC termigrasi ke dalam daging yang dibungkusnya, pada daging yang
berkadar lemak antara 20–30%, DEHA yang termigrasi 14,5-23,5 mg tiap dm 2
(desimeter persegi) pada suhu 4oC selama 72 jam.
Tips Menghindari Bahaya Kemasan Plastik
Kemasan plastik yang food grade (untuk pangan) sebenarnya relatif aman digunakan,
asal digunakan dengan tepat. Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan untuk
menghindari bahaya kemasan plastik.
1. Hindari menggunakan kemasan plastik untuk makanan atau minuman yang
panas.Termasuk memanaskan makanan dengan microwave Meski ada yang
relatif resiten terhadap panas, tetap akan terjadi migrasi monomer plastik
sekecil apapun.
2. Kalau terpaksa menggunakan menggunakan wadah plastik untuk pangan yg
panas, segera pindahkan ke wadah yg lebih aman yang terbuat dari gelas atau
stainlestil.
3. Ibu-ibu yang memberikan minuman susu dengan botol dari plastik, sebaiknya
membuat susu dalam gelas, kemudian setelah dingin baru dipindahkan ke
dalam botol.
4. Bila tersedia, lebih baik menggunakan kemasan yang lebih aman misalnya
daun pisang, daun jati, dan sejenisnya atau wadah jenis gelas dan stainlestil.
5. Bila menggunakan plastik pilih dengan kode 4 atau 5, yang relatif lebih aman.
*Dari berbagai sumber.
Arif Hartoyo
Dosen dan Peneliti Ilmu dan Teknologi Pangan
Institut Pertanian Bogor
Akhir-akhir ini muncul “heboh” masalah kemasan plastik di berbagai media cetak
maupun elektronik.
Bahkan wawancara penulis dengan Radio Elshinta sampai
dilakukan dua kali, karena begitu banyaknya pendengar yang ingin mengetahui
secara gamblang permasalahan kemasan plastik. Selesai sampai di situ? Ternyata
tidak. Setelah wawancara, masih banyak pendengar yang menelepon penulis secara
langsung melalui HP. Oleh karena itu untuk memberikan penjelasan lebih gamblang,
penulis mencoba membuat tulisan tentang kemasan plastik ini. Semoga bermanfaat.
Plastik sebagai kemasan
Plastik dibuat dengan cara polimerisasi yaitu menyusun dan membentuk secara
sambung menyambung bahan-bahan dasar plastik yang disebut monomer. Misalnya,
plastik jenis PVC (Polivinil Chlorida), sesungguhnya adalah monomer dari vinil
klorida. Disamping bahan dasar berupa monomer, di dalam plastik juga terdapat
bahan nonplastik yang disebut aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat
plastik itu sendiri. Bahan aditif tersebut berupa zat-zat dengan berat molekul rendah,
yang dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar ultraviolet, anti
lekat, dan masih banyak lagi.
Mengapa plastik begitu banyak dipakai? Plastik memang mempunyai beberapa
keunggulan sifat antara lain : ia kuat tetapi ringan, tidak berkarat, bersifat
termoplastis,yaitu dapat direkat menggunakan panas, serta dapat diberi label atau
cetakan dengan berbagai kreasi. Selain itu plastik juga mudah untuk diubah bentuk.
Sesudah Perang Dunia II, berbagai jenis kemasan plastik fleksibel muncul dengan
pesat. Sebagai bahan pembungkus, plastik dapat digunakan dalam bentuk tunggal,
komposit atau berupa lapisan multilapis dengan bahan lain, (pakah itu antara plastik
dengan plastik yang beda jenis, plastik dengan kertas atau lainnya). Kombinasi
tersebut dinamakan aminasi. Dengan demikian, kombinasi dari berbagai janis plastik
dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan.
Bagaimana Mengenali Kemasan Plastik dengan Baik?
Perlu kita ketahui bersama bahwa secara internasional telah diatur kode untuk
kemasan plastik, yang mungkin bagi kita yang awam sangat perlu untuk diketahui,
karena tanda tersebut berkaitan dengan jenis bahan serta cara dan dampak
pemanfaatannya bagi manusia. Kode ini dikeluarkan oleh The Society of Plastic
Industry pada tahun 1988 di Amerika Serikat dan diadopsi pula oleh lembagalembaga yang mengembangkan sistem kode, seperti ISO (International Organization
for Standardization).
Secara umum tanda tersebut berada di dasar, berbentuk segi tiga, di dalam segitiga
akan terdapat angka, serta nama jenis plastik di bawah segitiga, dengan contoh dan
penjelasan sebagai berikut:
1. PET — Polyethylene Terephthalate
Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan
angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET (polyethylene terephthalate) di
bawah segitiga. Biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus
pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman
lainnya.
Mayoritas bahan plastik PET di dunia untuk serat sintetis (sekitar 60 %), dalam
pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester (bahan dasar botol kemasan 30 %)
Botol Jenis PET/PETE ini direkomendasikan HANYA SEKALI PAKAI, kenapa?
Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi
panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan bermigrasi.
2. HDPE — High Density Polyethylene
Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan
angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density polyethylene) di bawah
segitiga. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon
air minum, kursi lipat, dan lain-lain.
HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena
kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE
dengan makanan/minuman yang dikemasnya. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih
kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Sama seperti PET, HDPE
juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian, karena pelepasan senyawa
antimoni trioksida terus meningkat seiring dengan waktu
3. V — Polyvinyl Chloride
Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya,
serta tulisan V — V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang
paling sulit didaur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling
wrap), dan botol-botol. PVC mengandung DEHA (di-2-etil-heksil-adipat) yang dapat
bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat
bersentuhan langsung dengan makanan tersebut karena DEHA ini lumer pada suhu
-15oC.
4. LDPE — Low Density Polyethylene
Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE
– LDPE (low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat
dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botolbotol yang lembek.
Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan
permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60oC sangat resisten terhadap
senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik
bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk
barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi
yang baik terhadap reaksi kimia. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi
tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan
makanan yang dikemas dengan bahan ini.
5. PP — Polypropylene
Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP
– PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk yang
berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan,
botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi.
Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan.
Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan
yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.
6 . PS — Polystyrene
Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS
– PS (polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari
Jerman, secara tidak sengaja.
PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai,
dan lain-lain. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan
bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Selain tempat
makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan
konstruksi gedung.
Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak,
mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi,
dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang. Pun bila
didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat panjang dan lama.
Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka
tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara
terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api
berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga.
7. OTHER
Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER
Platik yang termasuk Other antara lain SAN styrene acrylonitrile, ABS - acrylonitrile
butadiene styrene, PC - polycarbonate,dan Nylon.
Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga,
suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik
kemasan.
PC - Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita (sippy
cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan minuman,
termasuk kaleng susu formula. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu
Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem
hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi
imunitas. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun
minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika
suhunya dinaikkan karena pemanasan. Ironisnya botol susu sangat mungkin
mengalami proses pemanasan, entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan cara merebus,
dipanaskan dengan microwave, atau dituangi air mendidih atau air panas.
SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu,
kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya terdapat
pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan
sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa.
SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan.
Ada jenis yang berbahaya
Selain mempunyai banyak keunggulan, ternyata kemasan atau wadah plastik
menyimpan kelemahan, yaitu kemungkinan terjadinya migrasi atau berpindahnya zatzat monomer dari bahan plastik ke dalam makanan, terutama jika makanan tersebut
tak cocok dengan kemasan atau wadah penyimpannya.
Pada makanan yang dikemas dalam kemasan plastik, adanya migrasi ini tidak
mungkin dapat dicegah 100% (terutama jika plastik yang digunakan tak cocok
dengan jenis makanannya). Migrasi monomer terjadi karena dipengaruhi oleh suhu
makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya. Semakin tinggi suhu tersebut,
semakin banyak makanan yang dapat bermigrasi ke dalam makanan. Demikian pula
dengan lamanya makanan tersebut disimpan. Karena, semakin lama kontak antara
makanan tersebut dengan kemasan plastik, maka jumlah monomer yang bermigrasi
dapat makin tinggi jumlahnya.
Monomer atau aditif plastik apa saja yang perlu diwaspadai? Tidak semua memang,
hanya beberapa saja seperti vinil klorida, akrilonitril, metacrylonitril, vinylidene
klorida serta styrene. Monomer vinil klorida dan akrilonitril cukup tinggi potensinya
untuk menimbulkan kanker pada manusia. Vinil klorida dapat bereaksi dengan guanin
dan sitosin pada DNA. Sedangkan akrilonitril bereaksi dengan adenin.
Vinil asetat telah terbukti menimbulkan kanker tiroid, uterus dan liver pada hewan.
Akrilonitril menimbulkan cacat lahir pada tikus-tikus yang memakannya. Monomermonomer lain seperti akrilat, stirena, dan metakrilat serta senyawa-senyawa
turunannya, seperti vinil asetat, polivinil klorida, kaprolaktam, formaldehida, kresol,
isosianat organik, heksa metilendiamin, melamin, epodilokkloridrin, bispenol, dan
akrilonitril dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan terutama mulut,
tenggorokan dan lambung. Aditif plastik jenis plasticizer, stabilizer dan antioksidan
dapat menjadi sumber pencemaran organoleptik yang membuat makanan berubah
rasa serta aroma, dan bisa menimbulkan keracunan.
Pada suhu kamar, dengan waktu kontak yang cukup lama, senyawa berberat molekul
kecil dapat masuk ke dalam makanan secara bebas, baik yang berasal dari aditif
maupun plasticizer. Migrasi monomer maupun zat-zat pembantu polimerisasi, dalam
kadar tertentu dapat larut ke dalam makanan padat atau cair berminyak maupun
cairan tak berminyak. Semakin panas makanan yang dikemas, semakin tinggi peluang
terjadinya migrasi (perpindahan) ke dalam bahan makanan
Aditif plastik dibutil ptalat (DBP) dan dioktil ptalat (DOP) pada PVC termigrasi
cukup banyak ke dalam minyak zaitun, minyak jagung, minyak biji kapas, dan
minyak kedelai pada suhu 3oC selama 60 hari kontak. Jumlah aditif DBP dan DOP
yang termigrasi tersebut berkisar dari 155 – 189 mg. DEHA (di-2-etil-heksil-adipat)
pada PVC termigrasi ke dalam daging yang dibungkusnya, pada daging yang
berkadar lemak antara 20–30%, DEHA yang termigrasi 14,5-23,5 mg tiap dm 2
(desimeter persegi) pada suhu 4oC selama 72 jam.
Tips Menghindari Bahaya Kemasan Plastik
Kemasan plastik yang food grade (untuk pangan) sebenarnya relatif aman digunakan,
asal digunakan dengan tepat. Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan untuk
menghindari bahaya kemasan plastik.
1. Hindari menggunakan kemasan plastik untuk makanan atau minuman yang
panas.Termasuk memanaskan makanan dengan microwave Meski ada yang
relatif resiten terhadap panas, tetap akan terjadi migrasi monomer plastik
sekecil apapun.
2. Kalau terpaksa menggunakan menggunakan wadah plastik untuk pangan yg
panas, segera pindahkan ke wadah yg lebih aman yang terbuat dari gelas atau
stainlestil.
3. Ibu-ibu yang memberikan minuman susu dengan botol dari plastik, sebaiknya
membuat susu dalam gelas, kemudian setelah dingin baru dipindahkan ke
dalam botol.
4. Bila tersedia, lebih baik menggunakan kemasan yang lebih aman misalnya
daun pisang, daun jati, dan sejenisnya atau wadah jenis gelas dan stainlestil.
5. Bila menggunakan plastik pilih dengan kode 4 atau 5, yang relatif lebih aman.
*Dari berbagai sumber.
Arif Hartoyo
Dosen dan Peneliti Ilmu dan Teknologi Pangan
Institut Pertanian Bogor