Diplomasi di Era Yunani Kuno
SEPLO_Skolastika L. K._071411231051_Week 3
Diplomasi di Era Yunani Kuno
Setelah sebelumnya penulis menjabarkan sedikit tentang sejarah serta perkembangan
diplomasi pada era Mesopotamia, kali ini penulis akan membahas bab selanjutnya mengenai
sejarah dan perkembangan diplomasi pada era Yunani. Berbeda dengan era Mesopotamia
yang pada era tersebut kegiatan-kegiatan diplomatik dilakukan pihak-pihak kerajaan, pada
era Yunani ini kegiatan-kegiatan diplomatik melibatkan para dewa dari bangsa di Yunani
yaitu, dewa dari bangsa Olympia, Hermes, serta juga melibatkan dewa Zeus yang bertindak
sebagai raja para dewa Yunani (Roy, 1995). Dalam mitologi Yunani, terdapat orang yang
bertugas sebagai utusan atau pembawa berita, pembawa berita ini biasa disebut dengan
heralds. Heralds dalam sejarah diplomasi era Yunani dianggap sebagai orang kepercayaan
yang berasal dari ras suci yaitu ras Hermes (Karavites, 1987).
Hermes dalam era Yunani kuno ini melambangkan sifat-sifat yang memesona, penuh dengan
tipu-daya, serta melambangkan sifat cerdik. Heralds atau para pembawa pesan akan menjadi
juru bicara yang sekaligus akan melakukan negosiasi di antara suku-suku bangsa yang
berbeda. Walaupun heralds merupakan orang kepercayaan Hermes, namun setiap kegiatan
diplomatik yang dilakukan oleh pembawa pesan akan tetap mendapat pengawasan dari
Hermes (Roy, 1995). Jika pada era sebelumnya para pembawa pesan atau pembawa berita
tidak mendapat hak kekebalan, pada era Yunani ini, para pembawa pesan akan mendapat hak
istimewa kekebalan. Kegiatan diplomatik pada era Yunani kuno ini lebih banyak ditemukan
bukti-bukti kegiatan diplomatik seperti banyak kata-kata Yunani yang berarti perdamaian,
konvensi, serta perjanjian seremonial (Roy, 1995).
Diplomasi era Yunani kuno juga sering disebut sebagai praktik untuk menjalankan city-states.
Hal ini dikarenakan pada era ini, masyarakat saling menyadari bahwa keselamatan
merupakan bagian dari warga negara mereka sendiri di luar dari lingkup pengaruh mereka
(Kurizaki, 2011). Mengingat kembali arti kata diplomasi yang berasal dari bahasa Yunani
yakni diploun yang berarti ‘melipat’ juga memiliki sejarahnya tersendiri (Roy, 1995). Pada
era Yunani, diplomasi sangat erat kaitannya dengan dokumen. Pada zaman itu, surat-surat
penting seperti dokumen perjalanan dan tagihan kereta, disegel pada pelat logam, kemudian
dilipat dan dijahit secara bersama-sama dengan cara yang aneh. Dokumen yang dikemas
dengan cara yang aneh ini disebut dengan diplomas, yang kemudian dari waktu ke waktu
istilah ini dianggap sebagai dokumen resmi (Kurizaki, 2011).
SEPLO_Skolastika L. K._071411231051_Week 3
Orang Yunani lebih sering bertukar pesan secara lisan daripada secara tulisan, karena hal ini
juga dianggap sebagai praktik yang mencerminkan norma-norma dan tradisi (Kurizaki,
2011). Sejak abad keenam SM dan selanjutnya, para warga Yunani melakukan praktik
memilih ahli pidato yang terbaik sebagai utusan mereka. Menurut Nicholson, bangsa Yunani
menerapkan sistem perjanjian terbuka yang dilakukan secara terbuka pula (Roy, 1995).
Orang-orang Yunani menekankan pentingnya publisitas dan transparansi dalam pelaksanaan
diplomasi (Kurizaki, 2011). Masyarakat Yunani pada era tersebut menolak bentuk kekerasan
dan kekejaman. Mereka menganggap bukanlah jalan yang baik untuk menyelesaikan
masalah. Hal ini selaras dengan pendapat yang dikemukakan Thucydides, bahwa perang
sebagai upaya penyelesaian perselisihan internasional “tidak baik dan tidak aman” (Roy,
1995).
Bagi Thucydides, kaum Yunani telah membawa kegiatan diplomasi ke tingkat tinggi dengan
seni negosiasi halus. Namun pendapat ini disanggah oleh Nicholson yang memaparkan
beberapa kekurangan dari diplomasi era Yunani. Tanggapan yang pertama yaitu, kaum Yunani
dianggap memiliki penyakit kuno yaitu cinta akan perselisihan. Kemudian yang kedua,
mereka menganggap bahwa nilai negatif berasal dari tipu muslihat yang merusak efektifitas
negosiasi. Kemudian, kaum Yunani kurang memiliki efisiensi pemerintah autokratik sehingga
menghancurkan masyarakat mereka sendiri (Roy, 1995).
Dari semua tulisan di atas, penulis menyimpulkan bahwa diplomasi era Yunani sedikit
berbeda dengan diplomasi era Mesopotamia karena pada era ini lebih banyak melibatkan
dewa-dewa antar suku dalam Yunani. Pembawa pesan dalam era Yunani disebut dengan
heralds di bawah pengawasan Hermes. Dokumen penting dalam era Yunani akan dilipat pada
pelat logam dengan cara yang aneh; ini disebut dengan diplomas. Seiring berkembangnya
waktu, kaum Yunani melakukan praktik untuk memilih ahli pidato. Mereka lebih sering
bertukar pesan secara lisan daripada tulisan. Dalam era Yunani, Thucydides menganggap
bahwa diplomasi pada era ini memasuki level yang tinggi; namun disanggah oleh Nicholson
tentang kekurangan-kekurangan diplomas era Yunani. Penulis menyimpulkan, walau ada
kelebihan dalam diplomasi era Yunani ini, tetapi juga terdapat kekurangan karena penulis
beranggapan bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk perkembangan
diplomasi.
SEPLO_Skolastika L. K._071411231051_Week 3
Referensi :
Kravites, Peter. 1987. Diplomatic Envoys in the Homeric World [Online]. Tersedia dalam:
http://local.droit.ulg.ac.be/sa/rida/file/1987/04.%20Karavites.pdf. [Diakses pada, 12
September 2015].
Kurizaki, Shuhei. 2011. A Natural History of Diplomacy. Texas: A&M University Press.
Roy, Samendra Lal. 1995. Diplomasi. Jakarta: PT. Grafindo Raja Perkasa.
Diplomasi di Era Yunani Kuno
Setelah sebelumnya penulis menjabarkan sedikit tentang sejarah serta perkembangan
diplomasi pada era Mesopotamia, kali ini penulis akan membahas bab selanjutnya mengenai
sejarah dan perkembangan diplomasi pada era Yunani. Berbeda dengan era Mesopotamia
yang pada era tersebut kegiatan-kegiatan diplomatik dilakukan pihak-pihak kerajaan, pada
era Yunani ini kegiatan-kegiatan diplomatik melibatkan para dewa dari bangsa di Yunani
yaitu, dewa dari bangsa Olympia, Hermes, serta juga melibatkan dewa Zeus yang bertindak
sebagai raja para dewa Yunani (Roy, 1995). Dalam mitologi Yunani, terdapat orang yang
bertugas sebagai utusan atau pembawa berita, pembawa berita ini biasa disebut dengan
heralds. Heralds dalam sejarah diplomasi era Yunani dianggap sebagai orang kepercayaan
yang berasal dari ras suci yaitu ras Hermes (Karavites, 1987).
Hermes dalam era Yunani kuno ini melambangkan sifat-sifat yang memesona, penuh dengan
tipu-daya, serta melambangkan sifat cerdik. Heralds atau para pembawa pesan akan menjadi
juru bicara yang sekaligus akan melakukan negosiasi di antara suku-suku bangsa yang
berbeda. Walaupun heralds merupakan orang kepercayaan Hermes, namun setiap kegiatan
diplomatik yang dilakukan oleh pembawa pesan akan tetap mendapat pengawasan dari
Hermes (Roy, 1995). Jika pada era sebelumnya para pembawa pesan atau pembawa berita
tidak mendapat hak kekebalan, pada era Yunani ini, para pembawa pesan akan mendapat hak
istimewa kekebalan. Kegiatan diplomatik pada era Yunani kuno ini lebih banyak ditemukan
bukti-bukti kegiatan diplomatik seperti banyak kata-kata Yunani yang berarti perdamaian,
konvensi, serta perjanjian seremonial (Roy, 1995).
Diplomasi era Yunani kuno juga sering disebut sebagai praktik untuk menjalankan city-states.
Hal ini dikarenakan pada era ini, masyarakat saling menyadari bahwa keselamatan
merupakan bagian dari warga negara mereka sendiri di luar dari lingkup pengaruh mereka
(Kurizaki, 2011). Mengingat kembali arti kata diplomasi yang berasal dari bahasa Yunani
yakni diploun yang berarti ‘melipat’ juga memiliki sejarahnya tersendiri (Roy, 1995). Pada
era Yunani, diplomasi sangat erat kaitannya dengan dokumen. Pada zaman itu, surat-surat
penting seperti dokumen perjalanan dan tagihan kereta, disegel pada pelat logam, kemudian
dilipat dan dijahit secara bersama-sama dengan cara yang aneh. Dokumen yang dikemas
dengan cara yang aneh ini disebut dengan diplomas, yang kemudian dari waktu ke waktu
istilah ini dianggap sebagai dokumen resmi (Kurizaki, 2011).
SEPLO_Skolastika L. K._071411231051_Week 3
Orang Yunani lebih sering bertukar pesan secara lisan daripada secara tulisan, karena hal ini
juga dianggap sebagai praktik yang mencerminkan norma-norma dan tradisi (Kurizaki,
2011). Sejak abad keenam SM dan selanjutnya, para warga Yunani melakukan praktik
memilih ahli pidato yang terbaik sebagai utusan mereka. Menurut Nicholson, bangsa Yunani
menerapkan sistem perjanjian terbuka yang dilakukan secara terbuka pula (Roy, 1995).
Orang-orang Yunani menekankan pentingnya publisitas dan transparansi dalam pelaksanaan
diplomasi (Kurizaki, 2011). Masyarakat Yunani pada era tersebut menolak bentuk kekerasan
dan kekejaman. Mereka menganggap bukanlah jalan yang baik untuk menyelesaikan
masalah. Hal ini selaras dengan pendapat yang dikemukakan Thucydides, bahwa perang
sebagai upaya penyelesaian perselisihan internasional “tidak baik dan tidak aman” (Roy,
1995).
Bagi Thucydides, kaum Yunani telah membawa kegiatan diplomasi ke tingkat tinggi dengan
seni negosiasi halus. Namun pendapat ini disanggah oleh Nicholson yang memaparkan
beberapa kekurangan dari diplomasi era Yunani. Tanggapan yang pertama yaitu, kaum Yunani
dianggap memiliki penyakit kuno yaitu cinta akan perselisihan. Kemudian yang kedua,
mereka menganggap bahwa nilai negatif berasal dari tipu muslihat yang merusak efektifitas
negosiasi. Kemudian, kaum Yunani kurang memiliki efisiensi pemerintah autokratik sehingga
menghancurkan masyarakat mereka sendiri (Roy, 1995).
Dari semua tulisan di atas, penulis menyimpulkan bahwa diplomasi era Yunani sedikit
berbeda dengan diplomasi era Mesopotamia karena pada era ini lebih banyak melibatkan
dewa-dewa antar suku dalam Yunani. Pembawa pesan dalam era Yunani disebut dengan
heralds di bawah pengawasan Hermes. Dokumen penting dalam era Yunani akan dilipat pada
pelat logam dengan cara yang aneh; ini disebut dengan diplomas. Seiring berkembangnya
waktu, kaum Yunani melakukan praktik untuk memilih ahli pidato. Mereka lebih sering
bertukar pesan secara lisan daripada tulisan. Dalam era Yunani, Thucydides menganggap
bahwa diplomasi pada era ini memasuki level yang tinggi; namun disanggah oleh Nicholson
tentang kekurangan-kekurangan diplomas era Yunani. Penulis menyimpulkan, walau ada
kelebihan dalam diplomasi era Yunani ini, tetapi juga terdapat kekurangan karena penulis
beranggapan bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk perkembangan
diplomasi.
SEPLO_Skolastika L. K._071411231051_Week 3
Referensi :
Kravites, Peter. 1987. Diplomatic Envoys in the Homeric World [Online]. Tersedia dalam:
http://local.droit.ulg.ac.be/sa/rida/file/1987/04.%20Karavites.pdf. [Diakses pada, 12
September 2015].
Kurizaki, Shuhei. 2011. A Natural History of Diplomacy. Texas: A&M University Press.
Roy, Samendra Lal. 1995. Diplomasi. Jakarta: PT. Grafindo Raja Perkasa.