Laporan Tugas Membaca Buku Fiksi

Laporan Tugas Membaca Buku Fiksi

Ulasan Novel
Kelas XI MIPA sebagai Tugas Menyusun Ulasan Novel yang berjudul
Tegar Bengawan karya Dwi Budiyanto

Nama : Muhammad Ridho Z
NISN : 0009834656
Guru Mata Pelajaran Rojaki, M. Pd.

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
SMA NEGERI 2 UNGGUL SEKAYU
Jl. Kolonel Wahid Udin Lk. 1 Kayuara, Sekayu Musi Banyuasin 30711. Telp
(0714) 322209
Website www.sman2sekayu.sch.id Email smanda_sekayu@yahoo.com

A. Sinopsis Cerita
Tegar


Bengawan

merupakan

sebuah

novel

hasil

karya

Dwi

Budiyanto. Novel ini menceritakan tentang sebuah arti kehidupan yang
membutuhkan sebuah perjuangan. Dia bernama Tegar Prakoso yang
memiliki arti Sabar. Seorang anak laki-laki remaja berusia 19 tahun
yang hidupnya serba pas-pasan. Dia terbiasa hidup seadanya sejak
kecil. Dia selalu diajarkan agar tidak mudah putus asa dan teguh
pendirian.

Tegar Bengawan mengisahkan seorang siswa yang tumbuh dalam
suatu lingkungan kumuh, yang dituntut untuk menghadapi tantangan
dan perubahan zaman, dengan tarian jalanan bersama orang tuanya.
Pada pertengahan jalan, ia kehilangan kedua orang tuanya.
Setelah itu, dia lah yang menjadi kepala keluarga serta mengurus
Kukuh,

satu-satunya

anggota

keluarga

yang

tersisa.

Dalam

perjuangannya yang ingin bangkit dari keterpurukan, ia memlih

menjadi penjual arang sebagai pekerjaan sampingan. Kemudian,
hidupnya berubah setelah menemuka formula briket jagung. Sejak
peristiwa itu, memicu Tegar untuk terus berkarya.
B. Tema
Tema

yang

diambil

dari

novel

ini

cukup

mudah,


yaitu

kesederhanaan. Disini, penulis novel ini, Naskah Juara 1 Sayembara
PUSBUK tahun 2009, mengisahkan seorang anak yang terlahir dari
keluarga miskin dengan tuntan perubahan zaman sekarang, yang
kurangya rasa peduli terhadap budaya sendiri.
C. Latar/Setting
Cerpen ini mengisahkan perjuangan seorang pemuda agar bisa
terus sekolah. Latar yang tempat yang dipakai adalah sekolah karena
disinilah ia mendapatkan pengalaman dihina oleh satpam, mengetahui
banyak ilmu baru melalui guru dan perpustakaan, sampai akhirnya ia
berhasil memenangkan sebuah lomba karya ilmiah. Selain itu, rumah
yang

ia

tinggal

bersama


orang

tuanya

dan

kuku

ikut

serta

menceritakan perjalanan Tegar. Setelah ayahnya meninggal ibunya

menjadi penambang pasir ditepi kali Bengawan Solo, dan disinilah
pekerjaan ibunya setelah berhenti menjadi seorang penari.
Suasana haru mengiringi Tegar ketika berziarah kemakam ibunya,
seolah mengingatkan dia semua perjuangan kedua orangtuanya untuk
menyekolahkannya sehingga bisa menepis argument tetangga yang
mengejeknya takkan bisa menyelesaikan sekolah. Pagi hari ia sudah

siap untuk pergi kesekolah begitupun kedua orang tuanya siap untuk
bekerja. Malam hari, kadang ia tak bisa berkumpul dengan kedua
orang tuanya karena mereka masih bekerja diluar.
Penglamannya pertama kali masuk SMA dan diejek oleh seorang
satpam.
“Pak ini sekolah…. Dilarang mengamen di sekolah!” Katanya pada
Bapak yang menanggapinya dengan diam. ( halaman 11 )
Perpustakaan tempat Tegar menjelajahi buku buku
Padahal, semua itu ada di perpustakaan sekolah. (halaman 33 )
Latar waktu sore hari dan malam hari.
Waktu menunjuk pukul delapan malam. Kukuh, adikku satu-satunya
telah tertidur…….setelah sore tadi diguyur hujan. (halaman 18 )
Latar waktu pagi hari
Waktu menunjuk pukul 5.15. Terlalu pagi untuk berangkat sekolah
(halaman 43 )

D. Alur
Alur cerita dalam novel Tegar Bengawan adalah alur maju. Pada awal
cerita, Tegar diceritakan baru saja dinyatakan lulus SMP.
Dengan kabar tersebut membuat ayahnya ingin


ia

tetap

melanjutkan pendidikannya ke SMA. “Apapun yang terjadi. Aku ingin
kamu tetap sekolah. Bapak tidak punya sawah, tak punya modal untuk
usahamu, tak punya apa-apa.” Kebahagiaan sang Ayah tidak luntur
pada hari itu.

Keesokan harinya, ditengah jalan mereka – Tegar dan kedua Orang
Tuanya – mendapatkan cemoohan bertubi-tubi dari para tetangga
hingga orang yang berada di tempat registrasi. Yang mengakibatkan
Tegar mendapatkan rasa malu yang sangat besar.
Tapi, tak lama kemudian malu itu pun sirna. Buku akhirnya menjadi
pelariannya dalam mencari sahabat. Tak banyak teman yang mau
menjadi pendengar yang baik seperti halnya buku. Tak ada sahabat
yang bersedia berbagi informasi sedermawan buku.
Sebagian besar buku di perpustakaan tersebut telah habis dibaca
oleh nya. Kehausannya dalam membaca buku makin menjadi ketika ia

dengar bahwa ada perpustakaan daerah yang lebih besar dan lebih
lengkap dari perpustakaan sekolah.
Ia percaya bahwa tuhan mempunyai rencana tersendiri. Dan
meyakini bahwa setiap kesusahan adalah ujian dari Allah dan punya
jalan keluar. Pada hari itu, Bapaknya jatuh sakit dan meninggal dunia.
Peristiwa itu merubah Ibunya menjadi wanita perkasa. Ia beralih profesi
dari penari menjadi penambang pasir.
Selang beberapa bulan, Ibunya meninggal akibat meluapnya sungai
Bengawan Solo. Hal tersebut membuatnya terkena shock berat.
Kurun waktu setengah bulan, semuanya kembali normal. Dia
kembali fokus terhadap pelajaran dan diselimuti pikiran untuk bekerja
sampingan.
Nah, buah hasil membaca, membantunya berkarya. Hal tersebut
dibuktikannya dengan merubah jagung menjadi ‘briket jagung’ dengan
kekuatan 3.080 kalori. Hal tersebut memicunya untuk terus berkarya.

E. Gaya Penulisan
Novel Tegar Bengawan dalam gaya penulisannya menggunakan
bahasa yang ringan dan mudah dipahami untuk semua kalangan, ia
menggunakan bahasa Indonesia dan sedikit kata bahasa inggris

sebagai pemanis novelnya.
F. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan cara atau pandangan penulis dalam
menyajikan tokoh, tindakan, latar dan peristiwa yang membentuk
cerita. Dalam novel ini, ia menggunakan sudut pandang orang pertama
yaitu “Tegar” sebagai pencerita. Ia menceritakan sendiri kehidupannya
untuk berjuang sekolah. Ia juga menceritakan teman temannya yang
semangat mendengarkan ceritanya, dan kedua orangtua nya yang
selalu menyertainya.
Aku menyambut dengan senyum ketika Bapak menepuk pundakku.
Langit berubah temaram. Sebentar lagi gelap tapi wajah Bapak tetap
terlihat terang. Senyum 7,5 sentinya masih terjaga……. (halaman 2 )
Aku membalas keluguan mereka dengan senyuman. Aku tak akan
membuat gerakan apapun yang bisa ditafsirkan sebagai penghinaan,
meskipun sebenarnya novel karya sastrawan besar Umar Kayam itu
bersemayam bersih tanpa sentuhan di perpustakaan sekolah kami.
(halaman 35 )

G. Tokoh Dan Penokohan

1. Tegar : orang yang selalu

bersyukur, malu karena pekerjaan

kedua orangtuanya, semangat mencari ilmu.
Ini dalil lainnya. Ketika kamu bersyukur dan tidak menganggap
sesuatu sebagai bagian dari kesialan, Tuhan akan kembali menambah
bantuannya, meskipun wujudnya hanya berupa dua buah arem-arem.
(halaman 46 ).
2. Sarpin ( ayah tegar ) : berwibawa, pendiam
Bapak akhirnya meninggal. Pria pendiam itu kalah oleh penyakit dan
selera zaman. (halaman 48 )
3. Ibu tegar : setia, penyayang
“Mana bisa aku menari tanpa Bapakmu?”
“Biarkan nanti aku yang menabuh kendhang.”
“Hus! Kau mesti sekolah.” (halaman 51 )

3. Kukuh ( adik tegar ) : manja
4. Mbak imah : baik
5. Tetangga : Tukang Gosip

6. Guru sejarah : semangat, menginspirasi
H. Nilai – Nilai
1. Budaya
Budaya orang di kampung memang ternbelakang, ia tak percaya jika
sekolah tinggi – tinggi akan berbuah manis kelak. Mereka pikir tamat
SMP saja sudah cukup dan segeralah bekerja. Tetapi kita harus
menghapus semua perkataan itu dalam benak kita, karena tak ada
yang sia sia dalam mencari ilmu.
2. Sosial
Masyarakat sekitar selalu menghinanya karena tak percaya bahwa ia
akan menamatkan sekolahnya. Teman temannya juga mengejeknya
dengan nama “ Tegar si bocah Kendhang “ tetapi tegar selalu sabar
menghadapi mereka.
3. Agama
Tegar taat beribadah dan senantiasa selalu bersyukur atas apa yang
telah ia terima, meskipun tak sesuai dengan ekspetasinya.
I. Amanat
Dalam hidup ini kita harus senantiasa selalu bersyuku meskipun
yang kita dapatka tak sesuai dengan keinginan kita, karena Tuhan tidak
pernah tidur dan ia akan membalas semua yang hambanya lakukan.
Jangan pernah menghina orang yang berada di bawah kita karena
mereka bisa bangkit dan menjadi orang di atas kita.

J. Simpulan

Cerita ini menapilkan sosok Tegar Prakoso pemuda dengan serba
kekurangan yang berjuang untuk tetap sekolah dan menjadi orang
yang sukses. Ejekan dari tetangga dan teman – temannya menjadi
makanan sehari – hari baginya, tetapi ia jadikan sebuah motivasi yang
akan mengangkat derajatnya. Kesedihannya bertambah ketika ia harus
kehilangan kedua orang tuanya, dan ia harus berjuang sendiri bekerja
dan merawat kukuh adiknya.

Keteguhannya untuk selalu membaca

membuatnya mendapat banyak ilmu dan bisa membalas semua ejekan
temannya, ia berhasil ikut lomba karya ilmiah mengalahkan teman
kelasnya yang tergolong mampu darinya.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, Dwi. 2009. Tegar Bengawan. Jakarta : Kemendikbud