ANALISIS UPAYA PENINGKATAN PERAN INSPEKT

ANALISIS UPAYA PENINGKATAN PERAN INSPEKTORAT DAN PENGUATAN
IMPLEMENTASI SPIP DALAM MENJAMIN PERBAIKAN KINERJA PEMERINTAH:
STUDI PADA INSPEKTORAT KABUPATEN ABC
Oleh: Sukis, Ak., CA., MM.
Abstrak
Penelitian ini menggunakan kerangka pikir bahwa apabila Fungsi Internal Auditor dapat
berjalan dengan baik, kinerja Pemerintah Pusat maupun Daerah dapat semakin meningkat.
Internal Auditor tugas utamanya menguji kehandalan SPIP, apabila sistem pengendaliannya
memadai atau dengan kata lain tujuan pengendalian dapat tercapai, sasaran dan kinerja
organisasi yang sedang diuji juga tercapai.
Peran dan Fungsi Inspektorat Kabupaten ABC sebagai Internal Auditor, diperlukan upayaupaya peningkatan perannya agar program-program pemerintah daerah dapat tercapai secara
efektif dan efisien dengan cara yang transparan, partisipatif, akuntabel dan bebas Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Aspek Kepemimpinan dengan gaya kepemimpinan situasional merupakan hal yang sangat
penting dalam merubah peran Inspektorat Kabupaten ABC dengan kondisi SDM yang sangat
rendah baik kualitas maupun kuantitasnya.
Penguatan peran Inspektorat Kabupaten ABC dilakukan dengan restrukturisasi Inspektorat
secara total yang sudah dimulai tahun 2008, menempatkan SDM yang mempunyai kompetensi
secara bertahap, mengikutsertakan SDM dalam diklat sertifikasi auditor, diklat substantif, dan
pendidikan profesi berkelanjutan.
Learning secara berkelanjutan tentang pemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan

syarat dalam perbaikan kinerja Pemerintah Kabupaten ABC, terkait fungsi penjaminan dan
pembinaan Inspetorat telah melakukan reviu, evaluasi laporan keuangan, laporan kinerja
instansi pemerintah, program atau kegiatan, dan sosialisasi program/kegiatan dengan the best
practices dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan keuangan dan pelayanan
kemasyarakatan.
Dalam melakukan perbaikan diperlukan penerapan metode evaluasi kinerja atas perencanaan
yang telah dilakukan dengan menerapkan Balanced Scorecard sebagai sarana untuk mengukur
dan mengevaluasi kinerja Inspektorat maupun Pemerintah Kabupaten ABC dalam rangka
perbaikan kinerja kebijakan dan program yang akan datang.
Kata Kunci:Peran Inspektorat Kabupaten ABC, Gaya Kepemimpinan Situasional, Good
Governance, Kinerja

1

PENDAHULUAN
Dinamika perubahan dalam tata kepemerintahan dan paradigma ilmu pengetahuan
serta teknologi pengawasan, telah mendudukkan pengawasan intern pemerintah menjadi sangat
strategis dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik dan bersih di setiap daerah.
Mengacu pada pencapaian kinerja pemerintahan khususnya pencapaian Opini Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah sebagai indikator telah diimplementasikannya Sistem

Pengendalian Intern yang tidak tercapai sebagaimana ditargetkan yaitu 60%, menggugah
keinginan untuk memberikan tulisan yang mungkin dapat dimanfaatkan dengan peningkatan
peran Inspektorat Kabupaten ABC sebagai pengawal terimplementasikannya SPIP.
Salah satu indikator keberhasilan Reformasi Birokrasi Nasional adalah capaian opini Wajar Tanpa
Penyecualian (WTP) dari BPK terhadap pemeriksaan laporan keuangan. Pemerintah mengharapkan pada
tahun 2014 semua laporan keuangan Kementerian/Lembaga Pusat sudah WTP dan untuk pemerintah daerah
60%. Indikasi tidak akan tercapainya sasaran tersebut terlihat sampai dengan akhir tahun 2012 pada Provinsi
Papua dan Provinsi Kalimantan Selatan belum ada satu pemerintah daerah yang mampu meraih Opini WTP.

Posisi strategis APIP dapat menjadi kenyataan apabila didukung dengan sumberdaya
pengawasan yang kompeten dan profesional yang dibangun sesuai dengan tugas dan fungsinya
dalam strata sistem pengawasan intern nasional, sehingga secara bersama-sama saling
menopang dalam memberikan jaminan tercapainya visi yang telah ditetapkan.
Berpijak pada pengawasan sebagai salah satu fungsi organisasi, dianggap perlu
dilakukan pembenahan-pembenahan dalam organisasi pengawasan antara lain dengan
melakukan evaluasi yang meliputi kelembagaan, sumberdaya manusia, kebijakan pengawasan,
tindak lanjut hasil audit, pembinaan yang merupakan upaya preventif, dan melakukan
koordinasi dengan aparat pengawasan lainnya. Pembinaan dilakukan dengan melakukan
pembinaan internal Inspektorat Kabupaten ABC maupun pembinaan instansi (implementasi
SPIP, Tatakelola dan Sosialisasi tentang fungsi pengawasan lainnya), baik di lingkungan intern

Inspektorat maupun di seluruh SKPD, guna menuju Good Governance. Sedangkan dalam hal
upaya represif dilakukan dengan pengawasan secara reguler dan

pengawasan atas dasar

perintah khusus dari pimpinan organisasi pemerintahan baik pusat maupun daerah. Upaya
tersebut akan bermuara pada peningkatan kinerja pemerintah daerah baik di tingkat pelayanan
masyarakat, penyelenggaraan pemerintahan dan semakin mengecilnya temuan hasil audit dari
tahun ke tahun (yang tercermin dari tercapainya target kinerja yang ditetapkan dalam RPJMD
2

sebagai penjabaran RPJMN. Disinilah peranan hakiki dari Inspektorat dalam memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kinerja pemerintah baik pusat maupun daerah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan dapat diidentifikasi 4 (empat) masalah yang
perlu diselesaikan yaitu: Kinerja pemerintah daerah masih rendah dikarenakan kurang
berfungsinya Inspektorat Kabupaten ABC. Ini dapat dilihat hasil audit selama 5 tahun terakhir
belum optimal dan hasil audit BPK RI belum ditindaklanjuti. Diyakini belum berperannya
fungsi pengawasan sangat dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan yang tidak optimal. Selain
permasalahan kepemimpinan perlu dilakukan pencarian permasalahan hakiki yang merupakan
penyebab tidak optimalnya fungsi pengawasan. Peningkatan kinerja pemerintah daerah tidak

dapat dilepaskan dengan kepemerintahan yang baik (good governance). Dengan peran barunya
yaitu konsultasi (Consulting) di bidang proses tata kelola, pengendalian dan manajemen
risiko, Inspektorat Kabupaten ABC dapat melakukan upaya melalui sosialisasi, bimbingan
teknis, dan melakukan evaluasi serta reviu pada SKPD maupun pemerintah daerah untuk
peningkatan pelayanan publik, transparansi, partisipasi masyarakat, akuntablitas kinerja.Untuk
mengetahui efektifitas kebijakan yang telah dilakukan, perlu diimplementasikan suatu
instrumen untuk mengevaluasi atau menilai kebijakan tersebut.
Tujuan dapat memberikan sumbangan dalam upaya ”Peningkatan Fungsi Pengawasan
untuk Menjamin Perbaikan Kinerja Pemerintah Pemerintah Daerah”.
Sedangkan manfaatnya adalah dapat dimanfaatkan sebagai acuan/dasar pemikiran dalam
menerbitkan kebijakan di bidang pengawasan dengan mempertimbangkan kondisi riil di
pemerintah Daerah pada umumnya dan Inspektorat pada khususnya. Perlu meningkatkan
kompetensi Aparatur Pengawasan Inspektorat melalui Diklat Sertifikasi dan Diklat Substansi,
perlunya upaya peningkatan kinerja dengan strategi tertentu, sehingga kebijakan pemerintah
daerah tetap dapat dijalankan, sebagai dasar melakukan evaluasi kebijakan di bidang
pengawasan dan pengembangan pengawasan di masa yang akan datang, yang pada akhirnya
Inspektorat Kabupaten ABC dapat berfungsi sebagai assurance, consulting dan pemberi early
warning system, sehingga sebelum terjadi permasalahan, upaya preventif dapat dilaksanakan
untuk menghindari adanya kerugian yang lebih besar atau permasalahan yang lebih besar.


3

TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan Artikel berjudul Tata Kelola dan Administrasi Publik di Singapura oleh Arief Tri
Hadiyanto yang dimuat dalam Majalah Warta Pengawasan Vol.XVI No.4/Desember 2009
bahwa prinsip tata kelola yang dianut pemerintah Singapura meliputi elemen yang bersifat
umum maupun yang bersifat khusus, yaitu:
1.

2.

3.

4.

Leadership is Key artinya menekankan pentingnya kepemimpinan dalam mengelola negara
baik di area politik maupun administrasi publik. Pemimpin harus memiliki visi dan arahan,
memiliki keberanian moral dan integritas untuk mengungkapkan dan mengoreksi
kesalahan-kesalahan sebelumnya dan mengakui kapan suatu kebijakan telah melewati
masa kegunaannya sehingga harus dibuang atau diganti. Pemimpin yang harus dapat

melakukan sesuatu yang benar meskipun tidak populer dimata rakyat.
Anticipate Change and Stay Relevant, prinsip ini berkaitan dengan kemampuan untuk
menerima dan melakukan perubahan. Dalam menghadapi perubahan yang sangat cepat dan
besar, sektor pelayanan publik tidak bisa bersikap pasif dan reaktif mengikuti aturan yang
telah ditetapkan dan sistem administrasi yang ada. Dengan prinsip ini pegawai pemerintah
harus terbuka atas ide-ide baru, harus mempertanyakan asumsi-asumsi lama dan tidak
pernah terperangkap dimasa lalu. Pegawai publik harus berani mengambil risiko, lebih
memahami masalah bisnis dan pasar, dan lebih dekat ke pelanggan dengan menjadi
fasilitator bisnis tidak hanya sebagai regulator. Dan harus meningkatkan fungsi jejaring
kerja untuk menghadapi permasalahan baru yang komplek dan multi dimensi.
Reward for Work and Work for Reward, prinsip ini mencerminkan nilai politik yang dianut
dan menjadi dasar bagi pemerintah dalam menghargai warganya. Pemerintah sangat
mendorong rakyat untuk bertanggung jawab secara individual dalam memenuhi hidupnya
dengan bekerja. Namun pemerintah tetap memperhatikan pihak-pihak yang lemah dengan
memberikan jaring pengaman secukupnya.
A Stake for Everyone, Opportunities for All, prinsip ini memberikan kesempatan kepada
semua rakyat, menciptakan lingkungan yang kundusif untuk tumbuh dan memberikan
setiap orang suatu kepemilikan atas negara. Tujuan akhir dari sistem tata kelola bukan
penguatan institusi atau kemapanan ekonomi, tetapi membangun negara. Tata kelola
berbicara tentang menciptakan negara dimana penduduknya tidak hanya menikmati

kesejahteraan ekonomi, namun juga mempunyai rasa memiliki dan menjadi bagian dari
negara.

Keberhasilan pemerintah dalam membangun negara di Singapura karena pemerintah dengan
jelas memfokuskan pada beberapa (sedikit) prinsip tata kelola yang penting. Singapura telah
mengoptimalkan seluruh keunggulan strategis yang dimiliki sebagai negara kecil tetapi menarik
semua orang dan mampu bereaksi secara tepat terhadap perubahan lingkungan serta dapat
membalik tangan menjadi kesempatan.
Bagaimana dengan negara kita? Pasti banyak yang meragukan tata kelola publik yang
dijalankan di Singapura tersebut dapat diterapkan di Indonesia karena kondisi Indonesia (luas
wilayah, jumlah penduduk, sistem pemerintahan/negara) sangat berbeda dengan Singapura.
4

Tetapi kita dapat mengadopsi dan mengadaptasi beberapa praktik tata kelola publik untuk
diterapkan di kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Hal ini mungkin sangat relevan karena kita
sudah menerapkan Otonomi Daerah.
TINJAUAN TEORITIS
PENGAWASAN
Sejalan dengan tuntutan reformasi, pemerintah baik pusat maupun daerah berusaha
mewujudkan kepemerintahan yang baik, terutama melalui penerapan prinsip akuntabilitas,

transparansi dan partisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Penerapan prinsip tersebut
antara lain diwujudkan melalui penetapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN),
Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan
Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat
Dalam Penyelenggaraan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah serta Pelaksanaan Peraturan perundang-undangan lain yang
berkaitan dengan pengawasan dan pemeriksaan.

KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan (leadership) telah menjadi isu penting selama berabad-abad, tidak hanya pada sektor
swasta (bisnis), tetapi juga sektor publik (pemerintah). Diyakini bahwa gaya kepemimpinan
ditentukan

oleh kondisi aktual. Hal ini mengindikasikan bahwa paradigma kepemimpinan

merupakan suatu yang dinamis (LAN, 2009).
Paradigma kepemimpinan masa kini menurut Natakusumah, 2009 yang dikutip dari Peter M.
Senge, menuntut karakteristik pemimpin yang dapat bertindak sebagai perancang (designer),
pengajar/guru (teacher) dan pelayan (steward). Sebagai pelayan, pemimpin birokrasi harus

mengutamakan pada kepuasan masyarakat/pihak yang dilayani (termasuk pegawai di
lingkungan Inspektorat Kabupaten ABC pemerintah daerah). Oleh karena itu, pemimpin
birokrasi senantiasa berusaha memberikan pelayanan terbaik yang dapat dilakukannya.
Sedangkan menurut Adi Suryanto dalam bukunya Manajemen Pemerintah Deerah, 2008, ”Para
pemimpin dalam menerapkan gaya kepemimpinannya, akan menjumpai kesamaan dalam
mempertemukan tipe-tipe orang yang berbeda-beda untuk suatu tujuan bersama, untuk
5

mengubah persaingan menjadi pemecahan persoalan berdasarkan yang menuju konsensus.
Selain kondisi tersebut, individu-individu dalam porganisasi juga memiliki perbedaan dalam
bakat, perangai, dan sifat yang melengkapi mereka untuk bekerja pada tingkat yang berbedabeda dalam perusahaan/pemerintahan.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka setiap pimpinan mempunyai gaya kepemimpinan yang
barangkali berbeda dengan yang lain.
Menurut Rensis Likert (2003), yang merupakan pakar perilaku kepemimpinan, membagi
gaya/perilaku kepemimpinan dalam empat sistem, yaitu Sistem Exploitative authoritaritative
(Otokratis Pemerasan), Sistem Benevolent authoritative (otokratis bijak), Sistem Consultative
leadership (kepemimpinan konsultatif), Sistem Participative group leadership (kepemimpinan
partisipatif kelompok). Walaupun terdapat empat gaya kepemimpinan sebagaimana disebut di
atas, namun pada praktiknya, tidak ada satu model/gaya kepemimpinan yang berhasil dan
cocok untuk semua lembaga dalam tingkatannya. Untuk itu diperlukan seorang pemimpin yang

memiliki

kemampuan

untuk

menerapkan

Gaya

Kepemimpinan

Situasional

yaitu

Kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi riil di lapangan termasuk kondisi orang yang
dipimpin.
SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH
Undang-undang di bidang keuangan negara membawa implikasi perlunya sistem pengelolaan

keuangan negara yang lebih akuntabel dan transparan. Hal ini baru dapat dicapai jika seluruh
tingkat pimpinan menyelenggarakan kegiatan pengendalian atas keseluruhan kegiatan
penyelenggaran

pemerintahan

di

instansi

masing-masing.

Dengan

demikian

maka

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan pada suatu Instansi Pemerintah baik pusat maupun
daerah,

mulai

dari

perencanaan,

pelaksanaan,

pengawasan,

sampai

dengan

pertanggungjawaban, harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efisien dan efektif.
Pengertian Sistem Pengendalian Intern dalam PP SPIP ini adalah:
“proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.”
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP ini telah memberikan arah yang jelas
mengenai tujuan penerapan SPIP, yaitu:
6

“Sistem Pengendalian Intern dalam dilandasi pada pemikiran bahwa Sistem Pengendalian
Intern melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya
memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak. Berdasarkan pemikiran
tersebut, dikembangkan tolok ukur pengujian efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern yaitu perlu mempertimbangkan aspek biaya-manfaat (cost and benefit), sumber daya
manusia, kejelasan kriteria pengukuran efektivitas, dan perkembangan teknologi informasi
serta dilakukan secara komprehensif”.
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
sebagaimana diatur dalam pasal 47 ayat 2 dapat dilakukan pengawasan intern dan pembinaan
penyelenggaraan SPIP.
Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari unsur monitoring, berfungsi melakukan
penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Lingkup
pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi sumber
daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, dan telaahan sejawat. Pembinaan
penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan, sosialisasi,
pendidikan dan pelatihan, dan pembimbingan dan konsultansi SPIP, serta peningkatan
kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah.
SDM PENGAWASAN
Tantangan dalam kesiapan SDM pengawasan pada kementerian/lembaga dan pemerintah
daerah adalah mutasi/promosi lintas fungsi yang berpotensi terhadap penurunan kapasitas
kelembagaan APIP. Di samping itu, penguatan SDM pengawasan yang berlatar belakang
pendidikan akuntansi perlu ditingkatkan kuantitasnya. Tantangan lainnya adalah pengembangan
jenjang karir professional yang diimbangi dengan tingkat kesejahteraan yang memadai.
Tantangan ini merupakan hal-hal yang menjadi variabel bagi kesiapan SDM pengawasan.
Berdasarkan hasil Rakorwasnas di Makasar tahun 2008 dan terakhir yang diikuti tahun 2012 di
Jakarta dapat di identifikasi terdapat masalah yang dihadapi dalam peningkatan efektivitas
peran pengawasan internal pemerintah yang sangat menonjol adalah SDM APIP terutama
auditor belum memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk menciptakan pengawasan internal
pemerintah yang profesional. Hal ini terutama disebabkan proses rekrutmen yang tidak selektif
dan pembinaan SDM yang tidak mendukung profesionalisme APIP, antara lain terlihat dari
kurangnya

pelatihan

dan

pendidikan

profesional

di

bidang

pengawasan

yang

berkesinambungan; dan posisi kelembagaan APIP merupakan bagian dari instansi pemerintah
yang menjadi obyek pengawasan. APIP secara struktural independen terhadap obyek
7

pengawasannya, namun fungsi APIP sebagai alat kontrol pimpinan menjadikan APIP masih di
bawah kendali pimpinan instansi pemerintah.
Kondisi ini menyulitkan APIP dalam melakukan evaluasi secara obyektif terhadap kebijakan
instansi pemerintah dan masalah-masalah dalam pelaksanaan kebijakan/program instansi
pemerintah yang berhubungan dengan kredibilitas dan nama baik pimpinan instansi
pemerintah. Terlebih lagi apabila masalah tersebut terkait dengan tindak pidana korupsi yang
menjadi tanggung jawab pimpinan instansi pemerintah akibatnya sulit sekali diharapkan APIP
melaporkan kasus tindak pidana korupsi yang menjadi tanggung jawab pimpinan instansi
pemerintah.
KINERJA
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Bab I pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa:
“kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur, sedangkan
pasal 1 angka 3 dinyatakan Laporan Kinerja adalah ikhtisar yang menjelaskan secara ringkas
dan lengkap tentang capaian Kinerja yang disusun berdasarkan rencana kerja yang ditetapkan
dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.”
Kinerja mengandung arti hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika.
Hersey dan Blanchard (1998) mendefinisikan:
“kinerja adalah hasil-hasil yang telah dicapai seseorang dengan menggunakan media tertentu.
Definisi ini menekankan bahwa sebuah organisasi tidak dapat sukses dalam mencapai
kinerjanya tanpa bantuan suatu media berupa sarana lainnya yang saling berpengaruh, baik
ekstrinsik maupun instrinsik”.
Atas dasar pendapat diatas, terdapat beberapa kata kunci sebagai berikut: hasil kerja, pekerja,
proses atau organisasi terbukti secara konkrit dapat diukur, dibandingkan dengan standar yang
telah ditentukan, namun perlu dipahami bahwa tidak semua kinerja mudah diukur, mudah
dibandingkan dengan standar atau dibuktikan secara kongkrit, misalnya kreativitas pekerja
semakin meningkat, dan manajemen perkantoran semakin rapi.
Kinerja dibagi atas 3 (tiga) macam, yaitu 1) Kinerja organisasi, 2) Kinerja proses (proses
manajemen administrasi), dan 3) Kinerja pegawai.
THEORI GUNUNG ES (ICE BERG THEORY)
8

Dinamika kebijakan publik dapat dipahami dengan baik manakala kita paham Teori gunung es
(Iceberg Theory) yang sangat sering digunakan dalam berpikir system. Bertolak dari pemikiran
system, model David Easton dapat terjadi pada intra dan ekstra lingkungan sosial. Berdasarkan
dari pemikiran Kees Van Der Heijden, maka perubahan dapat diamati melalui Peristiwa
(event), Kecenderyngan (trends) dan Pola (patterns), Struktur (structures).
KONSEPSI KEBIJAKAN PUBLIK
Kebijakan Publik merupakan fenomena yang kompleks dan dinamis yang dapat dikaji dari
berbagai disiplin ilmu. Kompleksitas dan dinamika tersebut akan lebih terasa apabila
pengamatan kita tujukan pada proses kebijakan publik. Korelasi proses formulasi kebijakan
dapat dipandang sebagai rangkaian kegiatan yang meliputi paling tidak lima kelompok, yaitu :
Rumusan Masalah, Kebijakan, Aksi Kebijakan, Evaluasi, Kinerja Kebijakan.
Mustopadidjaja mengusulkan 7 (tujuh) tahap atau langkah-langkah yang perlu dilakukan sejak
dari perumusan masalah sampai perumusan rekomendasi kebijakan. Langkah-langkah tersebut
adalah Pengkajian persoalan, penentuan tujuan, perumusan alternatif, penyusunan model,
penentuan kriteria, penilaian alternatif dan perumusan rekomendasi.
KERANGKA PIKIR DAN TEKNIK ANALISIS DATA
1.
KERANGKA PIKIR
Penelitian ini menggunakan kerangka pikir bahwa apabila Fungsi Pengawasan Intern dapat
berjalan dengan baik, diharapkan kinerja Pemerintah Pusat maupun Daerah dapat semakin
meningkat. Kerangka pikir ini diambil dari kerangka pikir penerapan SPIP. Hal ini
dilakukan karena Pengawasan Intern tugas utamanya menguji penerapan SPIP, sehingga
tujuan pengendalian dapat tercapai, sasaran dan kinerja juga dapat dicapai.
2.

TEKNIK ANALISIS DATA
Instrumen yang digunakan untuk menganalisis permasalahan maupun kebijakan dalam
penelitian adalah System Thinking, Iceberg Theory dan teknik analisis dengan
implementasi Balanced Scorecard.

ANALISIS
A. ANALISIS UPAYA PENINGKATAN FUNGSI PENGAWASAN DENGAN GAYA
KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
Sebelum membahas tahapan analisis yang pertama berikut diuraikan tentang Gambaran
tentang Inspektorat Kabupaten ABC.
1.

Variabel Utama:
9

Gaya kepemimpinan situasional, Kualitas SDM, Disiplin Kerja, Budaya Kerja,
Kesejahteraan, Kerjasama dengan APIP dan Kejaksaan/Kepolisian, Kinerja Inspektorat
Kabupaten ABC, Kinerja Pemerintah Daerah, Struktur Organinisasi.
Leverage Variable (veriabel pengungkit): Gaya Kepemimpinan Situasional
GAMBAR 2
CAUSAL LOOP DIAGRAM (CLD)
R6
S

Kinerja
Inspektorat
S
S
S

Budaya
Kerja/Disiplin
S
R1

Kualitas
SDM

R2

S

S

S
Kinerja
Pemda

R3

S
Gaya
Kepemimpinan
Situasional
S

Kerjasama/
Tupoksi

S
Tata Kerja/
Metode KErja

S

R4

Nilai-nilai
Kepemimpinan

S

S
R5

Kesejahreraan
S

S

Penentuan Urutan Alternatif Variabel Gaya Kepemimpinan Situasional dapat dilihat pada
Lampiran III
Gambar 3
Pengujian dengan Archetype:
PEN GALIHAN BEBAN

Sinergi audit dg
APIP lain

S

B1
O
O
O

Kinerja
Inspektorat

Dana Audit dan
Peningkatan SDM

R1

B2
S

SDM kompeten
sesuai Standar
Audit APIP

S
O

Penyiapan Kompetensi
SDM (Dipersyaratkan
Standar Umum Audit
APIP) berupa Diklat
Sertifikasi dan PPL

Penjelasan CLD:
R1
Dengan penerapan Gaya kepemimpinan situasional, yaitu tegas namun bijak
akan meningkatkan disiplin dan sekaligus membudayakan kerja, dan sekaligus
akan meningkatkan kualitas SDM dan feed back ini akan digunakan untuk
mengevaluasi gaya kepemimpinan baru yang akan diterapkan.
10

R2

R3

R4

R5
R6

Dengan memberikan kesempatan untuk mengikuti diklat/permintaan
rekruitmen pegawai sesuai kualifikasi akan meningkatkan kualitas SDM dan
akan meningkatkan penerapan tata kerja yang baik sehingga feed back ini akan
digunakan untuk mengevaluasi gaya kepemimpinan yang tepat dalam kondisi
SDM dan tata kerja yang semakin baik.
Dengan menerapkan tata kerja yang baik dan memberikan pemahaman kepada
SDM diharapkan terjadi proses perbaikan implementasi tata kerja, penerapan
tata kerja sebagai feed back digunakan untuk mengevaluasi gaya
kepemimpinan situasional yang lebih tepat.
Dengan memanfaatkan Sumber daya yang ada (apa adanya) diusahakan untuk
mengerjakan yang dapat dikerjakan untuk dapat meningkatkan kinerja
Inspektorat Kabupaten ABC (misalnya menata arsip, membenahi sarana kerja
membenahi surat-menyurat dll), diharapkan akan dapat meningkatkan kinerja
pemerintah daerah, sehingga terjadi kesejahteraan pegawai, menopang
pelaksanaan rupoksi yang pada akhitnya dapat meningkatkan kinerja
Inspektorat Kabupaten ABC.
Dengan melakukan kerjasama dengan APIP, Kepolisian dan kejaksaan akan
meningkatkan kinerja Inspektorat Kabupaten ABC dan akan meningkatkan
kinerja pemerintah daerah, kesejahteraan pegawai.
Dengan memberikan kesejahteraan/rangsangan berupa lembur, penerapan
merit system, siapa bekerja rajin akan diberikan insentif karena kerajinannya,
akan meningkatkan tupoksi dan sekaligus akan meningkatkan kinerja
Inspektorat Kabupaten ABC dan akan memberikan kontribusi atas kinerja
pemerintah daerah.

Untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan aparatur, peran-peran kepemimpinan yang ada
meliputi peran sebagai perancang, guru dan pelayan/pengasuh perlu dierapkan secara konsisten
dan konsekuen dalam meningkatkan kinerja SDM.
Gaya kepemimpinan situasional harus diterapkan dalam setiap organisasi, mengingat keadaan
riil/aktual membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang mungkin
dilakukan.
Dengan menerapkan gaya kepemimpinan situasional, diharapkan kinerja pemerintah daerah
akan membaik terutama di bidang pengawasan dan pada akhirnya akan memberikan kontribusi
peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat.
Penerpan gaya kepemimpinan, sebaiknya dievaluasi apabila hasil dari suatu gaya kepemimpinan
situasional tertentu yang telah diterapkan telah memberikan feed back positif. Namun apabila
feed back negatif yang timbul, maka perlu dicarikan gaya kepemimpinan situasional yang lebih
cocok yang memberikan dampak/feed back positif.

11

B. ANALISIS
IDENTIFIKASI
PERMASALAHAN
PADA
INSPEKTORAT
KABUPATEN ABC DENGAN ICEBERG THEORY
DAN IDENTIFIKASI
ELEMEN SISTEM KEBIJAKAN
Analisis ini merupakan analisis tahap kedua yang bertujuan untuk mendapatkan
permasalahan yang hakiki yang ada pada Inspektorat Kabupaten ABC.
Iceberg Theory hanyalah sarana untuk mengetahui fenomena yang tampak atas suatu
permasalahan, namun yang tampak tersebut sebenarnya bukanlah permasalahan yang
sebenarnya. Pemahaman atas theory ini untuk memberikan arahan dalam melihat suatu
permasalahan janganlah terlalu cepat memberikan reaksi atas masalah tersebut. Langkah
yang harus ditempuh adalah mengamati dan memahami atas permasalahan yang hakiki,
sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan penyelesainnya juga akan lebih mendasar.
Gambar 4
ICEBERG THEORY

Dengan visual di atas, dapat diperoleh gambaran yang lebih mendekati kondisi yang
riil, diharapkan dengan pemahaman tersebut keputusan penyelesaiannya juga lebih
baik.
Analsis Kebijakan Publik
Untuk melakukan analisis atas kebijakan publik perlu dipahami alur kebijakan public
sebagai berikut: Manajemen proses kebijakan publik; Dinamika lingkungan kebijakan;
Formulasi kebijakan; Pelaksanaan dan pengendalian; Evaluasi kebijakan.
Dalam analisis ini tidak seluruh langkah dilakukan, namun tanpa mengurangi makna
analisis. Dari hasil pengamatan atas permasalahan yang diangkat, dihasilkan kondisi
sebagaimana dapat dilihat pada gambar Elemen Sistem Kebijakan Pengawasan di
Kabupaten ABC, sebagai berikut:
Gambar 5
Elemen Sistem Kebijakan
12

Dari gambar di atas dapat diperoleh pemahaman atas kondisi masing-masing elemen
dan permasalahan lingkungan kebijakan.
Untuk mendapatkan gambaran lebih jelas lagi, mari kita amati formulasi kebijakan
sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Tabel I
Teknik Perumusan Masalah

Dari gambar di atas langkah selanjutnya adalah dengan melakukan perubahan berupa
perubahan struktur organisasi, melakukan reposisi pejabatnya, melakukan evaluasi atas
kemampuan/kualitas SDM yang ada, melakukan identifikasi teknis lain yang dianggap
perlu.
C. ANALISIS IMPLEMENTASI BALANCED SCORECARD DALAM MANAJEMEN
STRATEJIK
13

Bertolak dari Visi Pemerintah Kabupaten ABC yaitu : “Di Tahun 2010, Terwujud
semakin kokohnya kemandirian dan kebersamaan masyarakat dalam membangun
daerah untuk mempertahankan harkat dan martabat manusia ABC”
tersebut, maka visi Inspektorat Kabupaten ABC Tahun 2005-2010, adalah sebagai berikut:
“Terwujudnya Pemerintahan yang baik dan bersihdalam menunjang visi Pemerintah
Kabupaten ABC”.
Dengan pendekatan ini, tiga misi pertama merupakan misi utama, sedangkan misi keempat
merupakan misi pendukung bagi peningkatan koordinasi dan partisipasi stakholders, dan
pendukung peningkatan kualitas kerja dan kapasitas sumber daya manusia dan sarana dan
prasarana.
Pencapaian kinerja Inspektorat Kabupaten ABC tahun 2008 mendapatkan score 88,29 atau
sangat baik, namun khsusnya sasaran perlu mendapatkan perhatian yaitu:
1) Peningkatan pelaksanaan audit secara berkala guna peningkatan kinerja pemerintah daerah
terutama dalam dalam hal Audit Reguler mendapatkan score 16,67% dari 21% yang
seharusnya dicapai tahun 2008.
2) Tersedia dan terimplementasikannya prosedur kerja yang mendukung peningkatan mutu
audit mendapatkan score 7,50% dari 10% yang seharusnya dicapai, hal ini menunjukan
bahwa pengujian atas ptosedur kerja telah dilaksanakan dengan benar sebagai pernyataan
penjaminan kualitas audit yang telah dilakukan.
3) Tersedianya SDM pengawasan yang berkompeten dan berintegritas, hanya mencapai
score 14,12% dari 15% yang seharusnya dicapai.
Perlu peningkatan SDM termasuk pejabatnya, Melakukan Tindak lanjut Hasil Audit BPK
dan APIP, melakukan audit regular (dengan melibatkan APIP lain sepanjang SDM belum
memenuhi syarat sebagai auditor), Melakukan Reviu dan Evaluasi SKPD, Melakukan
Sosialisasi dan Bimtek bila SDM memungkinkan.
Atas dasar pencapaian kinerja sasaran tahun 2008 yang belum optimal, perlu
direkomendasikan kepada Inspektur Kabupaten ABC agar:
1)

Upaya peningkatan kinerja dengan beberapa langkah kerjasama dengan APIP lainnya

2)

untuk menambah coverage audit.
Upaya peningkatan kinerja dengan pengujian atas prosedur kerja telah dilaksanakan

dengan benar sebagai pernyataan penjaminan kualitas audit yang telah dilakukan.
3)
Kebijakan peningkatan kompetensi SDM harus dilanjutkan untuk menghasilkan
SDM siap melakukan tugas-tugas audit, reviu dan evaluasi serta pembinaan lainnya.
14

KESIMPULAN
1. Peran dan Fungsi Inspektorat Kabupaten ABC sebagai Internal Auditor, diperlukan upayaupaya peningkatan peran Inspektorat Kabupaten ABC agar program-program pemerintah
daerah dapat tercapai secara efektif dan efisien dengan cara yang transparan, partisipatif,
akuntabel dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
2. Aspek Kepemimpinan dengan gaya kepemimpinan situasional merupakan hal yang sangat
penting dalam merubah peran Inspektorat Kabupaten ABC dengan kondisi SDM yang
sangat rendah baik kualitas maupun kuantitasnya.
3. Penguatan peran Inspektorat Kabupaten ABC dilakukan dengan restrukturisasi Inspektorat
Kabupaten ABC secara total yang sudah dimulai tahun 2008, menempatkan SDM yang
mempunyai kompetensi secara bertahap, mengikutsertakan SDM dalam diklat sertifikasi
auditor, diklat substantif, dan pendidikan profesi berkelanjutan.
4. Learning secara berkelanjutan tentang pemerintahan yang baik (Good Governance)
merupakan syarat dalam perbaikan kinerja Pemerintah Kabupaten ABC terkait fungsi
pembinaan dengan melakukan reviu, evaluasi laporan keuangan, laporan kinerja instansi
pemerintah, program atau kegiatan, dan

sosialisasi the best practices dalam

penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan keuangan dan pelayanan kemasyarakatan.
5. Dalam melakukan perbaikan diperlukan penerapan metode evaluasi kinerja atas
perencanaan yang telah dilakukan dengan menerapkan Balanced Scorecard sebagai sarana
untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja Inspektorat Kabupaten ABC maupun
Pemerintah Kabupaten ABC dalam rangka perbaikan kinerja kebijakan dan program yang
akan datang.

15

DAFTAR REFERENSI:
Adi Suryanto, (2009), “Manajemen Pemerintahan Daerah”, LAN, Diklat Kepemimpinan
Tingkat II.
Herbert G. Hicks dan G. Ray Gullet (1996), Kepemimpinan Efektif, Jakarta
Lembaga Administrasi Negara, 2003, Pedoman dan modul AKIP, Jakarta
LAN dan BPKP, Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ( AKIP ) :
“Akuntabilitas dan Good Governance, Jakarta.
Dunn Wiliam N., 1988, “Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Terjemahan)”, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Lembaga Administrasi Negara, LAN (2009), “Kajian Paradigma: Membangun Organisasi
Pembelajar (Building Learning Organozation) Modul 1.A.1”, Diklat Kepemimpinan
Tingkat II
Lembaga Administrasi Negara, LAN (2009), “Kajian Paradigma: Paradigma Kepemimpinan, Modul
1.B”, Diklat Kepemimpinan Tingkat II.
Sedarmayanti, Prof, Dr, MPd, APU, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi
dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil”, Refika Aditama, Bandung.
Lembaga Administrasi Negara, LAN (2009), “Kajian Kebijakan Publik, Modul 2”, Diklat
Kepemimpinan Tingkat II.
………………, Inspektorat Kabupaten ABC, (2009), “Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun
2008”.
Lembaga Administrasi Negara, LAN (2009), “Kajian Manajemen Stratejik, Modul 3”, Diklat
Kepemimpinan Tingkat II.
SANKRI BUKU I, Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Negara, Lembaga Administrasi Negara RI,
2003.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Yusuf, M,2011, Salemba Empat, “Delapan Langkah Kreatif Tata Kelola Pemerintah dan Pemerintah
Daerah”.
Bittel, Lester, R. PPM (2011), “Handbook For Supervisor, Pedoman Menjadi Supervisor Efektif”.
Peraturan Men PAN RI Nomor : Per/04/M.PAN/03/2008, (2008), “Kode Etik Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah”.
16

Peraturan Men PAN RI Nomor : Per/05/M.PAN/03/2008, (2008), “Standar audit Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah”.
Marno Kastowo, ME, AK,Warta Andalas.com, (2013)“Membangun SPIP: Mencari Model
Implementasi Komprehensif”.
setagu.net/opini-bpk-atas-laporan-keuangan-kl-tahun-2012 (2014), Opini BPK Atas Laporan
Keuangan Tahun 2012”.
Jenny Goodwin-Stewart, Department of Accounting, Finance and Economics, Griffith Business
School, Griffith University, Gold Coast MC, Queensland, Australia, and Pamela Kent,
UQ Business School, University of Queensland, Brisbane, Queensland, Australia, “The
use of internal audit by Australian companies”.
David Crowther, Sustainable Business and Governance. Copyright © www.iiste.org, Issues In
Social and Environmental Accounting (ISEA)
Angus Okechukwu Unegbu and 2Mohammed Isa Kida, Scholarlink Research Institute Journals,
2011, Effectiveness of Internal Audit as Instrument of Improving Public Sector
Management.
Richard Chambers and Paul McDonald, 2013 Robert Half International Inc. and The Institute
of Internal Auditors, Succeeding as a 21st Century Internal Auditor:7 Attributes of
Highly Effective Internal Auditors.

17