Kelaparan di Amerika mura di
Politik dan Pemerintahan Amerika Serikat
Kelaparan di Amerika
Disusun Oleh:
Gigih Unggul Halim W. D0412018
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
Kelaparan di Amerika
Selama lebih dari dua abad sejak berdiri hingga sekarang, Amerika
Serikat telah menjelma menjadi negara serba hebat di hampir segala
bidang; sistem politik yang stabil, ekonomi yang masih kuat walau
diserang berbagai macam krisis, kemajuan di bidang teknologi dan ilmu
pengetahuan dan tentu saja kekuatan militer yang sangat megah dan
kuat. Tapi tak ada gading yang tak retak. Amerika tetap saja sebuah
negara,
yang
perilakunya
seperti
manusia;
memiliki
kelemahan.
Kelaparan yang sebelumnya hanya menjadi bagian dari fenomena
kemiskinan, yang sudah lebih dulu ada sejak bahkan sebelum bangsa
Amerika terbentuk, kini menjadi masalah dan fenomena terpisah yang
harus diselesaikan oleh pemerintah pusat dan federal secara serius.
Berbagai usaha telah dilakukan, mulai dari usaha yang menjadi bagian
penyelesaian
depresi
ekonomi
di
masa
pemerintahan
Roosevelt,
program-program seperti Food Stamp, National School Lunch Program,
hingga usaha yang dirintis oleh masyarakat secara mandiri seperti Dapur
Amal, Soup Kitchen dan usaha lainnya. Tulisan ini akan berusaha
menjelaskan secara singkat bagaimana fenomena, masalah dan paradoks
kelaparan yang terjadi Amerika Serikat.
Sejarah Singkat
Kemiskinan adalah bagian yang selalu ada dalam sejarah umat manusia.
Begitu juga di Amerika Serikat. Koloni-koloni yang dibentuk oleh orangorang
Eropa
di
tanah
baru
ternyata
tidak
mampu
membangun
penghidupan yang lebih baik. Kemiskinan tetap menjadi fenomena,
bahkan tetap berlangsung jauh setelah bangsa Amerika merdeka dan
telah mapan sebagai sebuah negara. Amerika yang kemudian terkenal
mampu mencukupi segala kebutuhannya secara mandiri, termasuk
supply bahan makanan, ternyata tidak cukup memberi makan warga
negaranya.
Kemiskinan
yang
dibarengi
dengan
resesi
ekonomi,
membawa masalah sendiri; kelaparan. Di era The Great Depression ini,
kelaparan menjadi masalah terpisah yang mulai ditangani secara serius
oleh masyarakat, lembaga amal dan pemerintah federal.1
Pemerintahan Hoover ternyata belum mampu menyelesaikan gabungan
masalah yang kompleks ini. Kemudian, pada pemerintahan Roosevelt,
1
Doug O’Brien, Halley Torres Aldeen, Stephanie Uchima, and Erinn Staley, “Hunger in America” (Makalah
dipresentasikan dalam pertemuan National Hunger Forum, Washington D.C, Amerika Serikat, 2004)
dibuatlah Federal Emergency Relief Administration (FERA) dan Federal
Surplus Relief Corporation (FSRC) yang dibuat satu paket dalam The
New Deal-nya yang terkenal itu. Berangsur-angsur, banyak programprogram turunan yang khusus dibuat untuk menyelesaikan masalah ini di
tingkat yang lebih kecil, seperti Food Stamp Program di tahun 1939,
memberi kemudahan bagi warga Amerika untuk mendapat produk
pertanian seperti jeruk, susu dan produk lain. Program ini sempat
terhenti ketika Amerika mulai “melibatkan diri” dalam Perang Dunia II.
Kebutuhan akan alutsista dan angkatan bersenjata membuat fokus
pemerintah pusat bergeser, dan supply anggaran untuk programprogram bantuan makanan domestik menjadi merosot dan kelaparan
tetap menjadi masalah besar. Buktinya, 40 % dari seluruh pendaftar
tentara untuk angkatan bersenjata Amerika, ditolak atas dasar kondisi
kesehatan yang buruk.2
Pasca perang, pemerintah pusat justru tidak menolehkan kepala pada
usaha menyelesaikan masalah kelaparan, kecuali dalam satu kebijakan,
yaitu National School Lunch Program yang dimulai tahun 1946.
Pemerintah Eisenhower lebih fokus pada usaha “mengamankan” dunia di
situasi Perang Dingin tersebut. Baru pada thaun 1960-an kelaparan
kembali isu yang menyeruak di permukaan ketika dilakukan serangkain
investigasi
di Amerika Serikat bagian selatan yang menunjukkan
kelaparan yang menyebarluas.3 Warga Amerika baru menyadari bahwa
terselip sejumlah orang kurang beruntung yang harus kelaparan di
negara mereka yang memiliki cadangan makanan yang melimpah. Tahun
1966, program School Breakfast Program diluncurkan untuk memberi
manfaat lebih banyak dan melanjutkan program makan siang
yang
sudah dimulai sebelumnya. Setelah itu pemerintah federal baru terlihat
benar-benar serius menerapkan langkah-langkah penyelesaian masalah
ini.
Meskipun begitu, banyak ahli berpendapat bahwa langkah-langkah yang
diambil oleh pemerintah tidak benar-benar mencabut akar masalah yang
2
3
Ibid.
Ibid.
menyebabkan masalah ini. Langkah pemerintah lebih bersifat responsif
dan tidak preventif. Terbukti langkah-langkah yang diterapkan tidak
memberi solusi yang final, walaupun memiliki sisi positif yaitu bersifat
sustainable.
Masalah kelaparan tetap menjadi masalah yang belum selesai sampai
sekarang di era pemerintahan Obama. Banyak ahli menilai kunci masalah
ini ada di level pembuatan kebijakan.
Penyebab
Akar
masalah
kelaparan
ini
adalah
perpaduan
rumit
antara
pengangguran, tingkat pendidikan, pendapatan, status pernikahan,
kehadiran anak, dan terutama akses terhadap bantuan makanan, entah
itu dari sektor swasta maupun sektor publik. 4 Ketika krisis perbankan
muncul di tahun 1920-an, mulai muncul ketidakseimbangan sosial di
masyarakat.
Banyak
pengangguran,
perkelahian,
demonstrasi
dan
bahkan kejahatan. Di tahun 1932 sampai 1933, cadangan produk
makanan yang tadinya melimpah dibajak oleh oknum-oknum tertentu,
akibat jatuhnya harga dan kurangnya pasar. Ketidaktersediaan bahan
pertanian ini lah yang menjadi penyebab kelaparan di Amerika pada
periode itu.
Kemudian, ketika perekonomian mulai membaik pasca perang, dan
ketersediaan bahan makanan sudah mulai terjamin, penyebab kelaparan
di
sebagian
menunjukkan
wilayah
ada
di
Amerika
hubungan
bergeser.
antara
tingkat
Beberapa
penelitian
pendapatan
dengan
kelaparan. Tapi pendapatan bukan satu-satunya penyebab kelaparan.
Penelitian menunjukkan, 45% dari rumahtangga dengan pendapatan
terbawah, 23% dari rumahtangga dengan pendapatanan di sekitar
tingkat kemiskinan dan kurang dari 10% dari rumahtangga dengan
pendapatan diatas kemiskinan, berada pada status food insecure5.
4
Ibid.
Mark Nord, Margaret Andrews, and Steven Carlson, “Household Food Security in the United States”, 2002,
United States Department of Agriculture, Economic Research Service, October 2003
5
Artinya ada faktor lain kenapa orang-orang Amerika tidak punya akses
terhadap makanan.
Dalam
sebuah
film
dokumenter
berjudul
A
Place
at
the
Table,
digambarkan bagaimana kelaparan benar-benar telah melanda Amerika,
mulai dari wilayah pinggiran seperti Appalachia yang sudah terkenal
sebagai daerah miskin, hingga di kota besar seperti New York.
Masalahnya bukan terletak pada sanggup atau tidaknya orang-orang
Amerika membeli makanan yang baik, tapi karena bahan-bahan makanan
tersebut sangat jarang ditemui. Jikapun ada, pasti mahal. Kemudian
akibatnya, yang mampu mereka beli adalah makanan olahan dalam
kemasan atau makanan cepat saji, yang tentu sudah umum diketahui,
miskin nutrisi. Lalu muncullah masalah baru; obesitas. Muncul paradoks
yang mungkin aneh dan membingungkan bagi sebagian orang di belahan
bumi bagian lain; penduduk Amerika mengalami kelaparan dan obesitas
di saat yang bersamaan.
Ini bermula dari kebijakan pemerintah pusat yang di masa lampau
digunakan sebagai cara agar perekonomian menguat. Dimulai pada
tahun
1960-an,
pemerintah
pusat
memberi
subsidi
bahan
pokok
pertanian dan pertenakan, bagi MNC yang bergerak di bidang makanan
olahan, terutama restoran cepat saji, agar mampu menjualnya ke seluruh
dunia. Sebenarnya ini membawa berkah tersendiri bagi para petani di
wilayah suburban Amerika karena produk pertaniannya dibeli secara
massal sehingga meningkatkan pendapatannya. Tapi keadaan ini tidak
bertahan lama karena kemudian yang terjadi adalah para petani dan
pengusaha peternakan ini “dipaksa” untuk hanya bekerja pada satu
perusahaan saja. Akibatnya harganya produknya sangat mahal dan tidak
terdistribusi
pada
pihak
lain
selain
pada
perusahaan-perusahaan
pengolah makanan dan retailer-retailer besar. Pada akhirnya petani dan
peternak sendiri yang kemudian berada pada posisi dilematis; ingin
untung dengan terus menyediakan produk pertanian dan peternakan
bagi perusahaan multi-nasional atau menurunkan harga agar masyarakat
Amerika mampu membeli produk mereka sehingga terbebas dari
kelaparan. Pada level ini, dilema juga berada di pundak pemerintah;
apakah
tetap
membiarkan
mekanisme
pasar,
yang
diwakili
oleh
perusahaan multi-nasional, untuk bekerja menghasilkan keuntungan bagi
semua pihak (perusahaan, negara dan petani) atau melakukan intervensi
pada kebijakan ini agar masyarakat Amerika segera terbebas dari
kelaparan, dengan konsekuensi akan kehilangan banyak devisa negara
yang dihasilkan dari ekspor produk perusahaan-perusahaan ini. Sebuah
hubungan yang rumit antara pemerintah, perusahaan, petani, dan
masyarakat luas. Kemampuan seorang pemimpin yang bijak benar–benar
diuji dalam masalah ini. Dan tampaknya, Amerika belum memiliki
pemimpin tersebut sampai saat ini. Atau mungkin, ada sebuah hubungan
yang lebih rumit yang bersifat politis antara aktor-aktor dibalik sulitnya
menemukan solusi menyelesaikan kelaparan di Amerika ini.
Solusi
Untuk mengatasi masalah ini, ada tiga program besar yang dilakukan
oleh pemerintah pusat melalui Departemen Pertanian Amerika Serikat
yang diamanatkan pada Food and Nutrition Service. Yang pertama
adalah The Supplemental Nutrition Assistance Program (SNAP). Program
ini adalah kelanjutan dari program Food Stamp yang diinisiasi oleh
pemerintah Presiden Roosevelt di tahun 1939. Program ini menyediakan
bantuan bagi rumah tangga berpenghasilan rendah agar bisa membeli
makanan yang diperbolehkan di toko-toko resmi. Rata-rata perolehan
bagi tiap orang per bulan adalah $134, dan ini pemerintah federal telah
menghabiskan 75 juta dollar untuk program ini.6
Program kedua adalah National School Lunch Program yang berusaha
memberikan solusi bagi pelajar-pelajar di Amerika kurang mampu yang
kekurangan asupan makanan bergizi. Program ini telah berjalan di lebih
dari 100.000 sekolah negeri dan swasta maupun institusi-institusi serupa.
Kita dapat melihat di film-film Hollywood bahwa anak-anak sekolah
mengantri untuk mendapat makanan gratis. Itulah bukti dari program
6
Ibid.
ini. 58 % dari makan siang yang disajikan di tahun 2011 adalah gratis
dan 8% tambahan disajikan dengan potongan harga.7
Ketiga adalah program The Special Supplemental Nutrition Program for
Women, Infants, and Children (WIC). Program ini didanai pemerintah
federal sebagai bentuk preventive nutrition prgoram yang membantu
mendistribusikan makanan suplemen, fasilitas kesehatan dan edukasi
nutrisi bagi ibu-ibu hamil dengan pendapatan rendah, ibu menyusui dan
wanita
tidak
menyusui
postpartum,
bagi
bayi-bayi
dari
keluarga
berpenghasilan rendah dan bagi anak-anak dari keluarga berpenghasilan
rendah yang lebih muda dari 5 tahun dan teridentifikasi miskin nutrisi. 8
Ketiga program ini, dan banyak program lain, adalah langkah nyata
pemerintah
Amerika
Serikat
untuk
menyelesaikan
kelaparan
di
negaranya. Meskipun begitu, masalah ini tidak kunjung selesai dan
masyarakat tetap direpotkan dengan kelaparan.
Tapi
masyarakat
Amerika
tidak
menyerah
untuk
masalahnya sendiri. Ada sebuah gerakan berwujud
menyelesaikan
food security
movement di masyarakat yang mencoba menawarkan cara baru untuk
menyelesaikan masalah kelaparan ini. Mereka mencoba pendekatan baru
yang mungkin selama ini dilupakan pemerintah yang fokus pada sistem
yang berlaku di masyarakat. Daripada merespon food insecurity dengan
intervensi yang bersifat lokal, gerakan ini mencoba memahami hubungan
antara para petani, distributor makanan, para retailer, masyarakat,
oeneliti, lembaga non-profit, pengambil kebijakan dan pelaku lain dalam
sistem makanan yang ada.9
Banyak pelaku-pelaku gerakan ini yang mencoba mendekatkan petani
dan masyarakat. Mereka mencoba memberikan akses yang lebih baik
bagi masyarakat untuk mendapatkan makanan bernutrisi tinggi seperti
buah-buahan dan sayur-sayuran, dan di waktu yang sama memberikan
transparansi tentang bagaimana makanan mereka dibuat, diproses dan
7
Ibid.
Ibid.
9
A Project of The Johns Hopkins Center for a Livable Future, Teaching The Food System, John Hopkins
Bloomberg School of Public Health, dilihat pada 22 Oktober 2015, http://www.jhsph.edu/research/centersand-institutes/teaching-the-food-system/curriculum/_pdf/Hunger_and_Food_Security-Lesson.pdf
8
didistribusikan.10 Kemudian bedirilah pusat-pusat bantuan seperti Dapur
Amal dan Soup Kitchen yang disediakan bagi masyarakat luas.
Kesimpulan
Penulis, dan mungkin juga banyak masyarakat awam di Indonesia atau di
negara lain, berpikir bahwa Amerika sebagai negara pemenang Perang
Dunia II, pemenang Perang Dingin, dengan tingkat PDB yang $ 17 triliun
(di tahun 2014)11 dan gambaran luar biasa dalam film-film Hollywood,
adalah negara yang hampir sempurna. Kenyataannya tidak juga. Ada
masalah yang seharusnya sudah diselesaikan jauh hari sebelum citracitra tersebut sampai di mata dunia; kelaparan. Dan sepertinya,
pemerintah pusat dan federal Amerika Serikat belum menemukan solusi
yang tepat bagi masalah ini. Banyak ahli menilai bahwa kuncinya ada di
pengambilan kebijakan. Apakah pemerintah sanggup menarik subsidi
bagi bahan pertanian untuk MNC-MNC besar dan restoran scepat saji
yang sudah menyumbang devisa berkali-kali lipat dari petani di pinggiran
Kentucky
atau
mengurangi
di
Tennessee?
anggaran
bagi
Apakah
alutsista
para
dan
anggota
militer
dan
dewan
mau
menambah
anggaran bagi penyelesaian masalah kelaparan ini? Apakah Barack
Obama mampu membuktikan diri sebagai seorang demokrat sejati yang
lebih berpihak pada rakyat ketimbang melulu mengurusi bagaimana cara
agar
perdamaian
dunia
dan
demokrasi
harus
terus
ditegakkan?
Jawabannya ada di political will dari politisi-politisi White House atau
malah mereka yang ada di Gedung Capitol.
10
Allen P. Agriculture and Human Values. 1999. 117-129.
“GDP (current US$),” The World Bank, dilihat pada 27 Oktober 2015,
http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD
11
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Mink, Gwendolyn dan Alice O’Connor, ed. “Poverty in the United states;
An Encyclopedia of History, Politics, and Policy.” California: ABCCLIO, Inc, 2004.
Artikel dan Makalah
Nestle, Marion. “Hunger in Americ: A Matter of Policy”. Social Research
Vol. 66 (1999). Dilihat pada 22 Oktober 2015,
http://www.unc.edu/courses/2008spring/geog/804/001/Nestle.pdf
Nord, Mark, Margaret Andrews, dan Steven Carlson. “Household Food
Security in the United States.” United States Department of
Agriculture, Economic Research Service, 2003.
O’Brien, Doug, Halley Torres Aldeen, Stephanie Uchima, and Erinn
Staley. “Hunger in America.” Makalah dipresentasikan dalam
pertemuan National Hunger Forum, Washington D.C, Amerika
Serikat, 2004.
A Project of The Johns Hopkins Center for a Livable Future. Teaching The
Food System. John Hopkins Bloomberg School of Public Health.
Dilihat pada 22 Oktober 2015,
http://www.jhsph.edu/research/centers-and-institutes/teachingthe-food-system/curriculum/_pdf/Hunger_and_Food_SecurityLesson.pdf
Website
The World bank. “GDP (current US$).” Dilihat 27 Oktober 2015.
http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD
Kelaparan di Amerika
Disusun Oleh:
Gigih Unggul Halim W. D0412018
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
Kelaparan di Amerika
Selama lebih dari dua abad sejak berdiri hingga sekarang, Amerika
Serikat telah menjelma menjadi negara serba hebat di hampir segala
bidang; sistem politik yang stabil, ekonomi yang masih kuat walau
diserang berbagai macam krisis, kemajuan di bidang teknologi dan ilmu
pengetahuan dan tentu saja kekuatan militer yang sangat megah dan
kuat. Tapi tak ada gading yang tak retak. Amerika tetap saja sebuah
negara,
yang
perilakunya
seperti
manusia;
memiliki
kelemahan.
Kelaparan yang sebelumnya hanya menjadi bagian dari fenomena
kemiskinan, yang sudah lebih dulu ada sejak bahkan sebelum bangsa
Amerika terbentuk, kini menjadi masalah dan fenomena terpisah yang
harus diselesaikan oleh pemerintah pusat dan federal secara serius.
Berbagai usaha telah dilakukan, mulai dari usaha yang menjadi bagian
penyelesaian
depresi
ekonomi
di
masa
pemerintahan
Roosevelt,
program-program seperti Food Stamp, National School Lunch Program,
hingga usaha yang dirintis oleh masyarakat secara mandiri seperti Dapur
Amal, Soup Kitchen dan usaha lainnya. Tulisan ini akan berusaha
menjelaskan secara singkat bagaimana fenomena, masalah dan paradoks
kelaparan yang terjadi Amerika Serikat.
Sejarah Singkat
Kemiskinan adalah bagian yang selalu ada dalam sejarah umat manusia.
Begitu juga di Amerika Serikat. Koloni-koloni yang dibentuk oleh orangorang
Eropa
di
tanah
baru
ternyata
tidak
mampu
membangun
penghidupan yang lebih baik. Kemiskinan tetap menjadi fenomena,
bahkan tetap berlangsung jauh setelah bangsa Amerika merdeka dan
telah mapan sebagai sebuah negara. Amerika yang kemudian terkenal
mampu mencukupi segala kebutuhannya secara mandiri, termasuk
supply bahan makanan, ternyata tidak cukup memberi makan warga
negaranya.
Kemiskinan
yang
dibarengi
dengan
resesi
ekonomi,
membawa masalah sendiri; kelaparan. Di era The Great Depression ini,
kelaparan menjadi masalah terpisah yang mulai ditangani secara serius
oleh masyarakat, lembaga amal dan pemerintah federal.1
Pemerintahan Hoover ternyata belum mampu menyelesaikan gabungan
masalah yang kompleks ini. Kemudian, pada pemerintahan Roosevelt,
1
Doug O’Brien, Halley Torres Aldeen, Stephanie Uchima, and Erinn Staley, “Hunger in America” (Makalah
dipresentasikan dalam pertemuan National Hunger Forum, Washington D.C, Amerika Serikat, 2004)
dibuatlah Federal Emergency Relief Administration (FERA) dan Federal
Surplus Relief Corporation (FSRC) yang dibuat satu paket dalam The
New Deal-nya yang terkenal itu. Berangsur-angsur, banyak programprogram turunan yang khusus dibuat untuk menyelesaikan masalah ini di
tingkat yang lebih kecil, seperti Food Stamp Program di tahun 1939,
memberi kemudahan bagi warga Amerika untuk mendapat produk
pertanian seperti jeruk, susu dan produk lain. Program ini sempat
terhenti ketika Amerika mulai “melibatkan diri” dalam Perang Dunia II.
Kebutuhan akan alutsista dan angkatan bersenjata membuat fokus
pemerintah pusat bergeser, dan supply anggaran untuk programprogram bantuan makanan domestik menjadi merosot dan kelaparan
tetap menjadi masalah besar. Buktinya, 40 % dari seluruh pendaftar
tentara untuk angkatan bersenjata Amerika, ditolak atas dasar kondisi
kesehatan yang buruk.2
Pasca perang, pemerintah pusat justru tidak menolehkan kepala pada
usaha menyelesaikan masalah kelaparan, kecuali dalam satu kebijakan,
yaitu National School Lunch Program yang dimulai tahun 1946.
Pemerintah Eisenhower lebih fokus pada usaha “mengamankan” dunia di
situasi Perang Dingin tersebut. Baru pada thaun 1960-an kelaparan
kembali isu yang menyeruak di permukaan ketika dilakukan serangkain
investigasi
di Amerika Serikat bagian selatan yang menunjukkan
kelaparan yang menyebarluas.3 Warga Amerika baru menyadari bahwa
terselip sejumlah orang kurang beruntung yang harus kelaparan di
negara mereka yang memiliki cadangan makanan yang melimpah. Tahun
1966, program School Breakfast Program diluncurkan untuk memberi
manfaat lebih banyak dan melanjutkan program makan siang
yang
sudah dimulai sebelumnya. Setelah itu pemerintah federal baru terlihat
benar-benar serius menerapkan langkah-langkah penyelesaian masalah
ini.
Meskipun begitu, banyak ahli berpendapat bahwa langkah-langkah yang
diambil oleh pemerintah tidak benar-benar mencabut akar masalah yang
2
3
Ibid.
Ibid.
menyebabkan masalah ini. Langkah pemerintah lebih bersifat responsif
dan tidak preventif. Terbukti langkah-langkah yang diterapkan tidak
memberi solusi yang final, walaupun memiliki sisi positif yaitu bersifat
sustainable.
Masalah kelaparan tetap menjadi masalah yang belum selesai sampai
sekarang di era pemerintahan Obama. Banyak ahli menilai kunci masalah
ini ada di level pembuatan kebijakan.
Penyebab
Akar
masalah
kelaparan
ini
adalah
perpaduan
rumit
antara
pengangguran, tingkat pendidikan, pendapatan, status pernikahan,
kehadiran anak, dan terutama akses terhadap bantuan makanan, entah
itu dari sektor swasta maupun sektor publik. 4 Ketika krisis perbankan
muncul di tahun 1920-an, mulai muncul ketidakseimbangan sosial di
masyarakat.
Banyak
pengangguran,
perkelahian,
demonstrasi
dan
bahkan kejahatan. Di tahun 1932 sampai 1933, cadangan produk
makanan yang tadinya melimpah dibajak oleh oknum-oknum tertentu,
akibat jatuhnya harga dan kurangnya pasar. Ketidaktersediaan bahan
pertanian ini lah yang menjadi penyebab kelaparan di Amerika pada
periode itu.
Kemudian, ketika perekonomian mulai membaik pasca perang, dan
ketersediaan bahan makanan sudah mulai terjamin, penyebab kelaparan
di
sebagian
menunjukkan
wilayah
ada
di
Amerika
hubungan
bergeser.
antara
tingkat
Beberapa
penelitian
pendapatan
dengan
kelaparan. Tapi pendapatan bukan satu-satunya penyebab kelaparan.
Penelitian menunjukkan, 45% dari rumahtangga dengan pendapatan
terbawah, 23% dari rumahtangga dengan pendapatanan di sekitar
tingkat kemiskinan dan kurang dari 10% dari rumahtangga dengan
pendapatan diatas kemiskinan, berada pada status food insecure5.
4
Ibid.
Mark Nord, Margaret Andrews, and Steven Carlson, “Household Food Security in the United States”, 2002,
United States Department of Agriculture, Economic Research Service, October 2003
5
Artinya ada faktor lain kenapa orang-orang Amerika tidak punya akses
terhadap makanan.
Dalam
sebuah
film
dokumenter
berjudul
A
Place
at
the
Table,
digambarkan bagaimana kelaparan benar-benar telah melanda Amerika,
mulai dari wilayah pinggiran seperti Appalachia yang sudah terkenal
sebagai daerah miskin, hingga di kota besar seperti New York.
Masalahnya bukan terletak pada sanggup atau tidaknya orang-orang
Amerika membeli makanan yang baik, tapi karena bahan-bahan makanan
tersebut sangat jarang ditemui. Jikapun ada, pasti mahal. Kemudian
akibatnya, yang mampu mereka beli adalah makanan olahan dalam
kemasan atau makanan cepat saji, yang tentu sudah umum diketahui,
miskin nutrisi. Lalu muncullah masalah baru; obesitas. Muncul paradoks
yang mungkin aneh dan membingungkan bagi sebagian orang di belahan
bumi bagian lain; penduduk Amerika mengalami kelaparan dan obesitas
di saat yang bersamaan.
Ini bermula dari kebijakan pemerintah pusat yang di masa lampau
digunakan sebagai cara agar perekonomian menguat. Dimulai pada
tahun
1960-an,
pemerintah
pusat
memberi
subsidi
bahan
pokok
pertanian dan pertenakan, bagi MNC yang bergerak di bidang makanan
olahan, terutama restoran cepat saji, agar mampu menjualnya ke seluruh
dunia. Sebenarnya ini membawa berkah tersendiri bagi para petani di
wilayah suburban Amerika karena produk pertaniannya dibeli secara
massal sehingga meningkatkan pendapatannya. Tapi keadaan ini tidak
bertahan lama karena kemudian yang terjadi adalah para petani dan
pengusaha peternakan ini “dipaksa” untuk hanya bekerja pada satu
perusahaan saja. Akibatnya harganya produknya sangat mahal dan tidak
terdistribusi
pada
pihak
lain
selain
pada
perusahaan-perusahaan
pengolah makanan dan retailer-retailer besar. Pada akhirnya petani dan
peternak sendiri yang kemudian berada pada posisi dilematis; ingin
untung dengan terus menyediakan produk pertanian dan peternakan
bagi perusahaan multi-nasional atau menurunkan harga agar masyarakat
Amerika mampu membeli produk mereka sehingga terbebas dari
kelaparan. Pada level ini, dilema juga berada di pundak pemerintah;
apakah
tetap
membiarkan
mekanisme
pasar,
yang
diwakili
oleh
perusahaan multi-nasional, untuk bekerja menghasilkan keuntungan bagi
semua pihak (perusahaan, negara dan petani) atau melakukan intervensi
pada kebijakan ini agar masyarakat Amerika segera terbebas dari
kelaparan, dengan konsekuensi akan kehilangan banyak devisa negara
yang dihasilkan dari ekspor produk perusahaan-perusahaan ini. Sebuah
hubungan yang rumit antara pemerintah, perusahaan, petani, dan
masyarakat luas. Kemampuan seorang pemimpin yang bijak benar–benar
diuji dalam masalah ini. Dan tampaknya, Amerika belum memiliki
pemimpin tersebut sampai saat ini. Atau mungkin, ada sebuah hubungan
yang lebih rumit yang bersifat politis antara aktor-aktor dibalik sulitnya
menemukan solusi menyelesaikan kelaparan di Amerika ini.
Solusi
Untuk mengatasi masalah ini, ada tiga program besar yang dilakukan
oleh pemerintah pusat melalui Departemen Pertanian Amerika Serikat
yang diamanatkan pada Food and Nutrition Service. Yang pertama
adalah The Supplemental Nutrition Assistance Program (SNAP). Program
ini adalah kelanjutan dari program Food Stamp yang diinisiasi oleh
pemerintah Presiden Roosevelt di tahun 1939. Program ini menyediakan
bantuan bagi rumah tangga berpenghasilan rendah agar bisa membeli
makanan yang diperbolehkan di toko-toko resmi. Rata-rata perolehan
bagi tiap orang per bulan adalah $134, dan ini pemerintah federal telah
menghabiskan 75 juta dollar untuk program ini.6
Program kedua adalah National School Lunch Program yang berusaha
memberikan solusi bagi pelajar-pelajar di Amerika kurang mampu yang
kekurangan asupan makanan bergizi. Program ini telah berjalan di lebih
dari 100.000 sekolah negeri dan swasta maupun institusi-institusi serupa.
Kita dapat melihat di film-film Hollywood bahwa anak-anak sekolah
mengantri untuk mendapat makanan gratis. Itulah bukti dari program
6
Ibid.
ini. 58 % dari makan siang yang disajikan di tahun 2011 adalah gratis
dan 8% tambahan disajikan dengan potongan harga.7
Ketiga adalah program The Special Supplemental Nutrition Program for
Women, Infants, and Children (WIC). Program ini didanai pemerintah
federal sebagai bentuk preventive nutrition prgoram yang membantu
mendistribusikan makanan suplemen, fasilitas kesehatan dan edukasi
nutrisi bagi ibu-ibu hamil dengan pendapatan rendah, ibu menyusui dan
wanita
tidak
menyusui
postpartum,
bagi
bayi-bayi
dari
keluarga
berpenghasilan rendah dan bagi anak-anak dari keluarga berpenghasilan
rendah yang lebih muda dari 5 tahun dan teridentifikasi miskin nutrisi. 8
Ketiga program ini, dan banyak program lain, adalah langkah nyata
pemerintah
Amerika
Serikat
untuk
menyelesaikan
kelaparan
di
negaranya. Meskipun begitu, masalah ini tidak kunjung selesai dan
masyarakat tetap direpotkan dengan kelaparan.
Tapi
masyarakat
Amerika
tidak
menyerah
untuk
masalahnya sendiri. Ada sebuah gerakan berwujud
menyelesaikan
food security
movement di masyarakat yang mencoba menawarkan cara baru untuk
menyelesaikan masalah kelaparan ini. Mereka mencoba pendekatan baru
yang mungkin selama ini dilupakan pemerintah yang fokus pada sistem
yang berlaku di masyarakat. Daripada merespon food insecurity dengan
intervensi yang bersifat lokal, gerakan ini mencoba memahami hubungan
antara para petani, distributor makanan, para retailer, masyarakat,
oeneliti, lembaga non-profit, pengambil kebijakan dan pelaku lain dalam
sistem makanan yang ada.9
Banyak pelaku-pelaku gerakan ini yang mencoba mendekatkan petani
dan masyarakat. Mereka mencoba memberikan akses yang lebih baik
bagi masyarakat untuk mendapatkan makanan bernutrisi tinggi seperti
buah-buahan dan sayur-sayuran, dan di waktu yang sama memberikan
transparansi tentang bagaimana makanan mereka dibuat, diproses dan
7
Ibid.
Ibid.
9
A Project of The Johns Hopkins Center for a Livable Future, Teaching The Food System, John Hopkins
Bloomberg School of Public Health, dilihat pada 22 Oktober 2015, http://www.jhsph.edu/research/centersand-institutes/teaching-the-food-system/curriculum/_pdf/Hunger_and_Food_Security-Lesson.pdf
8
didistribusikan.10 Kemudian bedirilah pusat-pusat bantuan seperti Dapur
Amal dan Soup Kitchen yang disediakan bagi masyarakat luas.
Kesimpulan
Penulis, dan mungkin juga banyak masyarakat awam di Indonesia atau di
negara lain, berpikir bahwa Amerika sebagai negara pemenang Perang
Dunia II, pemenang Perang Dingin, dengan tingkat PDB yang $ 17 triliun
(di tahun 2014)11 dan gambaran luar biasa dalam film-film Hollywood,
adalah negara yang hampir sempurna. Kenyataannya tidak juga. Ada
masalah yang seharusnya sudah diselesaikan jauh hari sebelum citracitra tersebut sampai di mata dunia; kelaparan. Dan sepertinya,
pemerintah pusat dan federal Amerika Serikat belum menemukan solusi
yang tepat bagi masalah ini. Banyak ahli menilai bahwa kuncinya ada di
pengambilan kebijakan. Apakah pemerintah sanggup menarik subsidi
bagi bahan pertanian untuk MNC-MNC besar dan restoran scepat saji
yang sudah menyumbang devisa berkali-kali lipat dari petani di pinggiran
Kentucky
atau
mengurangi
di
Tennessee?
anggaran
bagi
Apakah
alutsista
para
dan
anggota
militer
dan
dewan
mau
menambah
anggaran bagi penyelesaian masalah kelaparan ini? Apakah Barack
Obama mampu membuktikan diri sebagai seorang demokrat sejati yang
lebih berpihak pada rakyat ketimbang melulu mengurusi bagaimana cara
agar
perdamaian
dunia
dan
demokrasi
harus
terus
ditegakkan?
Jawabannya ada di political will dari politisi-politisi White House atau
malah mereka yang ada di Gedung Capitol.
10
Allen P. Agriculture and Human Values. 1999. 117-129.
“GDP (current US$),” The World Bank, dilihat pada 27 Oktober 2015,
http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD
11
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Mink, Gwendolyn dan Alice O’Connor, ed. “Poverty in the United states;
An Encyclopedia of History, Politics, and Policy.” California: ABCCLIO, Inc, 2004.
Artikel dan Makalah
Nestle, Marion. “Hunger in Americ: A Matter of Policy”. Social Research
Vol. 66 (1999). Dilihat pada 22 Oktober 2015,
http://www.unc.edu/courses/2008spring/geog/804/001/Nestle.pdf
Nord, Mark, Margaret Andrews, dan Steven Carlson. “Household Food
Security in the United States.” United States Department of
Agriculture, Economic Research Service, 2003.
O’Brien, Doug, Halley Torres Aldeen, Stephanie Uchima, and Erinn
Staley. “Hunger in America.” Makalah dipresentasikan dalam
pertemuan National Hunger Forum, Washington D.C, Amerika
Serikat, 2004.
A Project of The Johns Hopkins Center for a Livable Future. Teaching The
Food System. John Hopkins Bloomberg School of Public Health.
Dilihat pada 22 Oktober 2015,
http://www.jhsph.edu/research/centers-and-institutes/teachingthe-food-system/curriculum/_pdf/Hunger_and_Food_SecurityLesson.pdf
Website
The World bank. “GDP (current US$).” Dilihat 27 Oktober 2015.
http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD