Pengukuran Produktivitas Berbasis Metode. docx

BAB 3
PENYELESAIAN KASUS
Bab ini merupakan penjelasan mengenai langkah-langkah penyelesaian
masalah produktivitas di lini produksi Continuous Pickling Line Pabrik Cold Rolling
Mill

PT Krakatau Steel. Berisi

latar belakang permasalahan yang diangkat,

perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, landasan teori yang menjadi
referensi dalam pengolahan data, metodologi penelitian, pengumpulan dan
pengolahan data, analisis, serta kesimpulan dan saran.

3.1

Pendahuluan
Pedahuluan terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dan

batasan masalah penelitian.
3.1.1


Latar Belakang
Produktivitas secara umum dinyatakan sebagai suatu konsep yang

mempelajari kaitan antara hasil yang diperoleh terhadap sumber daya utama yang
dipakai atau disebut juga sebagai faktor-faktor produksi antara lain tenaga kerja,
modal, bahan dan energi. Produktivitas menggambarkan tingkat efisiensi, efektivitas
dan mempresentasikan perkembangan kinerja serta performansi suatu perusahaan
.

Produktivitas merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan
oleh perusahaan jika ingin terus berkompetisi dalam dunia industri yang cenderung
semain ketat. Dimana peningkatan produktivitas di lantai produksi berarti
peningkatkan kesejahteraan karyawan dan keberhasilan mencapai tujuan perusahaan
secara keseluruhan. Dengan adanya analisis terhadap produktivitas, perusahaan akan
mampu menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapat meningkatkan
produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber daya. Hal yang dapat
dipergunakan sebagai pertimbangan untuk mengeluarkan kebijakan yang tepat
sasaran.
PT Krakatau Steel sebagai salah satu perusahaan pengolahan baja terpadu

terbesar di Asia Tenggara juga dirasa perlu untuk melakukan evaluasi perkembangan

peningkatan produksi sebagai langkah untuk tetap bisa memenuhi permintaan pasar.
Oleh sebab itu, dilakukan suatu pengukuran produktivitas di perusahaan yang
bertujuan untuk mengetahui kondisi produktivitas di salah satu lini produksi PT
krakatau steel yaitu divisi Continuous Pickling Line pabrik Cold Rolling Mill PT
Krakatau Steel satu tahun terakhir sebagai dasar untuk perencanaan bagi strategi
peningkatan produktivitas periode selanjutnya.
3.1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perumusan masalah yang dihadapi

adalah sebagai berikut :
1.
Berapakah produktivitas di lini produksi Continuous Pickling Line CRM PT

2.

Krakatau Steel periode Januari – Desember 2014.

Bagaimanakah strategi peningkatan produktivitas untuk periode selanjutnya
di lini produksi Continuous Pickling Line CRM PT Krakatau Steel.

3.1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas di
lantai produksi.

2.

Mengetahui produktivitas di lini produksi Continuous Pickling Line CRM PT
Krakatau Steel yang akan menggambarkan perkembangan perusahaan satu
tahun terakhir.


3.

Memberikan strategi peningkatan produktivitas sebagai langkah-langkah
perbaikan.

45

3.1.4

Batasan Masalah

1.

Batasan masalah yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Penelitian dilakukan pada lini produksi Continuous Pickling Line (CPL) yang

2.

terdapat pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT Krakatau Steel.
Data yang diolah merupakan data produksi, data konsumsi, dan data utilisasi


3.

waktu PT Krakatau Steel periode Januari 2014 – Desember 2014.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Objective Matrix
(OMAX). Didukung meode Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk
mengurutkan prioritas kriteria rasio produktivitas.

3.2

Landasan Teori
Landasan teori berisi referensi pendukung mengenai teori-teori yang relevan

dengan permasalahan dalam penelitian.
3.2.1

Definisi Produktivitas
Produktivitas pertama kali digunakan tahun 1776 dalam suatu makalah yang

disusun oleh Sarjana Ekonomi Perancis bernama Quesney (pendiri aliran phisiokrat).

Namun menurut Walter Aigner dalam karyanya “Motivation and Awarness”
berpendapat filosofi tentang produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia
karena makna produktivitas adalah keinginan (the will) dan upaya (effort) manusia
untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan disegala bidang.
Sedangkan produktivitas menurut David Ricardo (1810) produktivitas adalah
bagaimana keluaran akan berubah apabila besaran masukan berubah. Pada tahun
1833,

Littre

mendefenisikan

produktivitas

sebagai

“kemampuan

untuk


memproduksi”. Kemudian di awal abad kesembilan belas dikenal defenisi yang lebih
spesifik, yang menyatakan bahwa produktivitas merupakan hubungan antara
keluaran dan sumber yang digunakan untuk menghasilkan keluaran tersebut. Adapun
definisi tentang produktivitas menurut beberapa ahli, diantaranya:

46

1.

Organization for European Economic Cooperation (1950)
Produktivitas adalah hasil bagi yang diperoleh dengan membagi keluaran
dengan salah satu dari faktor-faktor produk, yaitu modal, investasi dan bahan
mentah. Hasil yang didapat berhubungan dengan efektivitas (hasil guna)
dalam mencapai hasil atau prestasi. Sedangkan sumber yang digunakan
berhubungan dengan efisiensi (daya guna) dalam mendapatkan hasil dengan
penggunaan sumber daya yang minimal.

2.

Dewan Produktivitas Nasional

Produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan
keseluruhan sumber daya yang digunakan.

3.

Paul Mali
Produktivitas adalah pengukuran seberapa baik sumber daya digunakan
bersama didalam organisasi untuk menyelesaikan suatu kumpulan hasil. Paul
Mali juga menyatakan bahwa produktivitas tidak sama dengan produksi,
tetapi produksi, performansi kualitas, hasil-hasil, merupakan komponen dari
usaha pruduktivitas. Dengan demikian, produktivitas merupakan suatu
kombinasi dari efektivitas dan efisiensi, sehingga produktivitas dapat diukur
berdasarkan pengukuran berikut :

Produktivitas =

output yang dihasilkan
input yang digunakan

¿


efektivitas
efisiensi

…(1)
Dari defenisi di atas dapat diartikan bahwa produktivitas adalah perbandingan
antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan.
3.2.2

Konsep Produktivitas
Secara umum produktivitas adalah perbandingan dari beberapa keluaran

dengan beberapa masukan, yang dimaksud dengan keluaran adalah hasil yang
bermanfaat bagi manusia yang diperoleh melalui suatu kegiatan yang bentuknya
47

dapat berupa barang atau jasa. Sedangkan yang dimaksud dengan masukan adalah
sumber-sumber yang digunakan untuk memperoleh hasil tersebut yang berupa faktor
tenaga kerja, bahan, modal, energi, dan lain-lain.


Produktivitas =

keluaran
masukan

…(2)
Selain itu, produktivitas merupakan komposisi dari efektivitas dan efisiensi.
Efektivitas sendiri adalah tingkat pencapaian hasil optimal yang direncanakan,
sedangkan efisiensi adalah tingkat pemanfaatan penggunaan sumber yang seminimal
mungkin. Jadi produktivitas merupakan gabungan dari efektivitas dan efisiensi yang
dapat di tulis sebagai berikut :

Produktivitas=

efektivitas
efisiensi

…(3)
Peningkatan produktivitas mempunyai pengertian menghasilkan barang atau
jasa yang lebih baik dengan biaya per unit yang lebih rendah jika proses atau

kejadian sama seperti semula dengan menggunakan masukan tertentu. Seperti
diketahui bahwa produktivitas adalah ratio output dan input.
Variasi perubahan output dan input tersebut akan mempengaruhi tingkat
produktivitas apabila:
1.

Input turun, output tetap maka produktivitas naik.

2.

Input turun,output naik maka produktivitas naik.

3.

Input tetap, output naik maka produktivitas naik.

4.

Input naik,output naik maka produktivitas naik, (yang jumlah kenaikannya
lebih besar dari kenaikan input)

5.

Input turun,output turun (yang jumlah penurunannya lebih kecil daripada
turunnya output),maka produktivitas naik.

3.2.3

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
48

Peningkatan produktivitas tidak bisa terjadi begitu saja, tetapi menuntut
pengabdian dan kecakapan untuk menentukan sasaran peningkatan yang ingin
dicapai dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi atau menghambat dalam
peningkatan tersebut. Beberapa sebab yang menyebabkan penurunan produktivitas
[Gaspersz, 1998; hal 70] :
1.

Penghamburan sumber yang disebabkan karena ketidakmampuan kita untuk
mengukur, mengevaluasi, mengatur produktivitas dari para pekerja.

2.

Adanya penundaan dan keterlambatan pengambilan keputusan karena
ketidakjelasan wewenang, serta ketidakefisienan suatu organisasi yang amat
besar.

3.

Motivasi kerja rendah.

4.

Adanya pembengkakan biaya dari organisasi perusahaan pemerintah sehingga
rendahnya pertumbuhan.

5.

Pengiriman bahan baku yang terlambat, karena kacaunya jadwal produksi
karena kurangnya persediaan bahan baku.

6.

Adanya konflik dan kesulitan manusia dalam bekerja sama.

7.

Adanya

undang-undang

yang

usang

maupun

yang

baru

sehingga

menghambat keinginan manajemen untuk meningkatkan produktivitas.
8.

Perubahan teknologi dengan kecepatan yang tinggi dan biaya-biaya yang
tinggi, hasilnya adalah penurunan dalam peluang-peluang dan pembaharuanpembaharuan.

3.2.4

Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas dapat dilakukan pada berbagai skala unit kegiatan.

Berikut diurutkan skala unit kegiatan dimulai dari skala yang terkecil sampai terbesar
[Sumanth, 1985], yaitu :
a.

Stasiun kerja

b.

Seksi atau unit perusahaan

c.

Tingkat perusahaan

d.

Industri

e.

Nasional

f.

Internasional
49

Pendekatan dalam pengukuran produktivitas, yang sering dilakukan dalam
membandingkan tingkat hasil dapat dibedakan dengan beberapa cara yaitu:
1.

Membandingkan unjuk kerja periode yang diukur dengan unjuk kerja periode
dasar.

2.

Membandingkan unjuk kerja suatu unit organisasi dengan unit organisasi
yang lain.

3.

Membandingkan unit kerja yang sebenarnya dengan target yang telah
ditetapkan.
Dalam pengukuran produktivitas ini pendekatan yang digunakan adalah

membandingkan unjuk kerja periode yang diukur dengan unjuk kerja pada periode
dasar.
3.2.5

Manfaat Pengukuran Produktivitas
Pengukuran

produktivitas

perlu

dilakukan

suatu

perusahaan

untuk

mengetahui tingkat produktivitas organisasi tersebut dalam hal operasinalnya. Hal ini
digunakan untuk membandingkan tingkat produktivitas standar yang telah ditetapkan
dengan hasil yang telah dicapai selama ini dan menganalisis perkembangan
perusahaan.
Terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi
perusahaan, antara lain [Sumanth, 1981; hal 98] :
1.

Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapat
meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber
daya itu.

2.

Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien
melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek
maupun jangka panjang.

3.

Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan
kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut
produktivitas.

50

4.

Perencanaan

target

tingkat

produktivitas

dimasa

mendatang

dapat

dimodifikasi kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas
sekarang.
5.

Strategi untuk meningkatakan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan
berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas (productivity gap) yang ada
diantara tingkat produktivitas yang direncanakan (produktivitas ekspektasi)
dan tingkat produktivitas yang diukur (produktivitas aktual). Dalam hal ini
pengukuran

produktivitas

akan

memberikan

informasi

dalam

mengidentifikasi masalah-masalah atau perubahan-perubahan yang terjadi,
sehingga tindakan korektif dapat diambil.
6.

Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang
bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas di antara organisasi
perusahaan dalam industri sejenis serta bermanfaat pula unutk informasi
produktivitas industri dalam skala nasional maupun global.

7.

Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi
informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari
perusahaan itu.

8.

Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif
berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas terus-menerus (continuous
productivity improvment).

9.

Pengukuran produktivitas terus-menerus akan memberikan informasi yang
bermanfaat

untuk

menentukan

dan

mengevaluasi

kecenderungan

perkembangan produktivitas perusahaan dari waktu ke waktu.
10.

Aktivitas perundingan bisnis (kegiatan tawar–menawar secara kolektif dapat
diselesaikan

secara

rasional,

apabila

telah

tersedia

ukuran-ukuran

produktivitas.
3.2.6

Model-model Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas memiliki dua macam pendekatan, yaitu model

pengukuran produktivitas dengan pendekatan rasio output/input dan model
pengukuran produktivitas dengan pendekatan indeks.
3.2.6.1 Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Pendekatan Rasio Output/input
51

Pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan rasio output/input
menghasilkan tiga jenis ukuran produktivitas [Gaspersz, 1998; hal 32], yaitu :

52

1.

Produktivitas parsial
Merupakan perbandingan antara keluaran dengan salah satu faktor masukan.
Misalnya, produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara keluaran
dengan masukan tenaga kerja.

2.

Produktivitas Total Faktor
Merupakan perbandingan antara keluaran bersih dengan masukan tenaga
kerja dan masukan modal, dimana keluaran bersih adalah keluaran total
dikurangi jumlah nilai barang dan jasa yang dibeli.

3.

Produktivitas Total
Merupakan perbandingan antara keluaran dengan jumlah seluruh faktor
masukan.
Ketiga pengukuran produktivitas ini, faktor keluaran dan masukan harus

dinyatakan dalam bentuk ukuran nyata atau secara fisik yang direduksi berdasarkan
harga konstan dari periode dasar. Pengukuran produktivitas secara parsial kadangkadang memiliki hasil yang berlawanan dengan hasil perhitungan produktivitas total.
Hal ini dapat mengaburkan arah tindakan yang harus dilakukan. Sebaliknya dengan
hanya mengetahui produktivitas total akan sulit mendeteksi faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan produktivitas untuk tindakan perbaikan.
3.2.6.2 Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Pendekatan Indeks
Angka indeks yang digunakan dalam pengukuan produktivitas ini merupakan
suatu besaran yang menunjukkan variasi perubahan dalam waktu atau ruang
mengenai suatu hal tertentu. Penggunaan angka indeks yang dilakukan biasanya
digunakan untuk mengukur perubahan nilai atau perubahan sepanjang waktu
tertentu. Agar dapat mengukur perubahan nilai tersebut, nilai-nilai yang diperoleh
dibakukan berdasarkan periode tahun dasar atau periode dasar tertentu. Dengan
demikian angka indeks yang diperoleh dapat diperbandingkan terhadap keadaan
periode dasar itu. Dari sini dapat terlihat perubahan bersifat naik,turun atau tetap.
Berdasarkan pendekatan angka indeks, kita dapat mengukur produktivitas
pada periode waktu dasar, kemudian pengukuran produktivitas pada periode-periode

53

selanjutnya dapat dibandingkan dengan keadaan produktivitas pada tahun dasar,
untuk mengetahui kecenderungan peningkatan produktivitas dari waktu ke waktu.
Beberapa model pengukuran produktivitas yang mrnggunakan pendekatan
angka indeks adalah :
1.

Model Craig-Harris
Craig-Harris mendefenisikan pengukuran produktivitas adalah :
Pt =

Qt
L-C-R+Q

…(4)
Keterangan :
Pt

=

Produktivitas total

L

=

Faktor masukan tenaga kerja

C

=

Faktor masukan modal

R

=

Faktor masukan bahan

Q

=

Faktor masukan lain pada barang dan jasa

Qt

=

Keluaran total

Dengan pengertian;
a.

Keluaran
(jumlah unit produksi x harga jual) + deviden dari saham + bunga

b.

Masukan tenaga kerja
Jumlah jam kerja setiap klasifikasi pekerja x upah rata- rata pada tahun dasar
untuk setiap pekerja.

c.

Masukan modal
Penjumlahan dari modal berwujud peralatan, uang kas, piutang, persediaan
dan modal lancar lain, kemudian deflator digunakan untuk tiap tipe modal.

d.

Masukan bahan mentah dan pembelian alat
Jumlah unit dibeli x nilai material pada periode dasar

e.

Masukan lain dari kelompok barang dan jasa didapat dari penjumlahan nilai
pengguna energi, asuransi, pajak, iklan dan kerusakan material.

54

2.

Model Mundel
Marvin E. Mundel (1978) memperkenalkan penggunaan angka indeks

produktivitas pada tingkat perusahaan berdasarkan dua bentuk pengukuran, yaitu :
IP=\{(AOMP / RIMP) / (AOBP / RIBP)\} x 100

a.
…(5)

IP=\{(AOMP / AOBP) / (RIMP / RIBP)\} x 100

b.
…(6)
Dimana :
IP

= indeks produktivitas

AOMP

=

AOBP

= output agregat untuk periode dasar

RIMP

= input-input untuk periode yang diukur

RIBP

= input-input untuk periode dasar

output agregat untuk periode yang diukur

Bentuk pengukuran pertama merupakan rasio antara indeks performansi pada
periode pengukuran dan indeks performansi pada periode dasar, sedangkan bentuk
pengukuran kedua merupakan rasio antara indeks output dan indeks input. Dengan
demikian kedua bentuk pengukuran di atasdapat pula dinyatakan sebagai :
a.

IP=\{(AOMP / RIMP) / (AOBP / RIBP)\} x 100

=

(Indeks

Performansi Periode Pengukuran / Indeks Performansi Periode Dasar) x 100
b.

IP=\{(AOMP / AOBP) / (RIMP / RIBP)\} x 100 = (Indeks Output

/ Indeks Input) x 100
Model ini haruslah memiliki waktu-waktu standar untuk bekerja. Kelebihan
model ini adalah cocok untuk diterapkan pada perusahaan yang proses produksinya
langsung dapat diamati.
3.

Model POSPAC / Model Habberstad
Model ini merupakan gabungan dari beberapa ukuran produktivitas parsial

yang masing-masing akan menggambarkan produktivitas sebagai kelompok aktivitas
di dalam perusahaan. Model ini berisi beberapa tindakan perbaikan produktivitas

55

yang diklasifikasikan ke dalam enam kelompok. Ada enam jenis produktivitas yang
dinaikkan oleh perusahaan meliputi antara lain :
a.

Production productuvity

(P)

b.

Organization Productivity

(O)

c.

Sales Productivity

(S)

d.

Product Productivity

(P)

e.

Work Force Productivity

(A)

f.

Capital Productivity

(C)

Peningkatan produktivitas pada jenis pertama yaitu produktivitas produksi,
dapat dimulai dengan perencanaan produksi untuk memenuhi permintaan produksi,
diperlukan penyusunan pabrik yang baik sehingga tidak saling menggangu antar
mesin, kecelakaan kerja dapat diturunkan. Disamping itu pengaturan ini diperlukan
untuk meningkatkan penggunaan luas lantai dan ruang gedung serta memperlancar
arus barang-barang produksi.
Peningkatan produktivitas pada jenis kedua yaitu produktivitas organisasi,
meliputi usaha untuk menjaga efisiensi perusahaan jangka panjang, strategi
perusahaan,

penyesuaian

kemampuan

manajemen

beserta

sistemnya

serta

penyesuaian sistem lainnya. Perusahaan perlu memperhatikan kekuatan yang dimiliki
serta kelemahan yang ada dalam organisasi.
Peningkatan produktivitas yang ketiga yaitu produktivitas penjualan, dimulai
dengan analisa pasar secara umum, bagaimana arah perkembangan pasar dan
bagaimana kualitas pasar di masa yang akan datang. Informasi yang didapatkan akan
memberikan dasar untuk dapat mengidentifikasi pasar yang akan dijadikan sasaran di
waktu yang akan datang.
Peningkatan produktivitas yang keempat yaitu produktivitas produk, dimulai
dari perencanaan atau desain produk yang dapat memenuhi permintaan pasar dengan
baik. Desain produk ini dapat melalui brainstorming ide-ide, seleksi ide yang dapat
memenuhi kebutuhan dengan baik kemudian dilanjutkan dengan pembuatan
protoype, tes pasar, penyempurnaan prototype, pengembangan sistem produksi
56

komersial. Informasi mengenai kebutuhan pembeli diperoleh dari bagian pemasaran,
dari komentar-komentar yang dilontarkan maka akan terbentuklah gambaran
kebutuhan pemakai akan spesifikasi produk yang dibutuhkan.
Peningkatan

produktivitas

kelima

yaitu

produktivitas

tenaga

kerja,

peningkatannya dapat melalui penambahan kemampuan dari pekerja. Hal ini dapat
dilakukan lewat pendidikan dan latihan dan hal lainnya juga dapat dilakukan melalui
perbaikan metode-metode kerja dan proses produksi, untuk itu diperlukan kreatuvitas
dari seluruh level manajemen.
Peningkatan produktivitas yang keenam yatu produktivitas modal, tindakan
perbaikannya dapat dilakukan dengan mengendalikan persediaan perusahaan
sehingga akan lebih banyak tersedia untuk membiayai keperluan yang lainnya.
Penggunaan uang dalam perputaran kegiatan perusahaan perlu diatur sesuai dengan
kebutuhan, selebihnya dapat diproduktifkan dengan cara lain seperti deposito dan
lain sebagainya. Untuk mengoptimalkan penggunaan modal dalam perusahaan
diperlukan perencanaan dan pengendalian ekonomi perusahaan baik yang
menyangkut

struktur

permodalan

maupun

kecepatan

gerak

modal

dalam

perputarannya.
Dalam model ini, produktivitas parsial yang akan diukur adalah :
Produktivitas Produksi

a.

=

Jumlah Penjualan
Biaya Produksi

…(7)

Produktivitas Organisasi

b.

=

Pertambahan Nilai
Biaya Administrasi/umum

…(8)

c.

Produktivitas Penjualan

=

Laba Kotor
Total Ongkos Penjualan



Produktivitas Produk

=

Laba Kotor
Biaya Produksi Langsung



(9)

d.
(10)

57

e.

Produktivitas Modal

f.

Produktivitas Tenaga Kerja

Jumlah Penjualan
Total Modal

…(11)

Laba Kotor
Biaya Tenaga Kerja

…(12)

=

=

Kelebihan dan kekurangan model Habberstad ini jika dibandingkan dengan
model David J. sumanth dalam pengukuran produktivitas adalah model Habberstad
hanya khusus untuk menghitung produktivitas parsial saja serta perhitungan
produktivitas tidak berdasarkan antara ratio total keluaran dengan input parsialnya,
tetapi berdasarkan elemen-elemen yang terkait dalam kegiatan input parsialnya.
3.

Model Produktivitas David J. Sumanth
Model produktivitas Total dan Parsial ini dikembangkan oleh David J.

Sumanth untuk ruang lingkup perusahaan dengan mempertimbangkan seluruh faktor
masukan dalam menghasilkan keluaran.
Model produktivitas Total David J. Sumanth :
Produktivitas Total =

Total Keluaran (nyata)
Total Masukan (nyata)

…(13)

Dimana total keluaran meliputi:
a.

Nilai unit produk jadi

b.

Nilai produk setengah jadi

Sedangkan total masukan meliputi :
a.

Nilai tenaga kerja

b.

Nilai bahan

c.

Nilai kapital atau modal

d.

Nilai energi
58

e.

Biaya lainnya

Produktivitas parsial dalam Model Produktivitas ini dikaitkan dengan salah
satu faktor masukan dan ditunjukkan oleh rasio nilai total pengeluaran dengan salah
satu faktor masukan. Kelima ukuran produktivitas parsial tersebut adalah:
1.

Produktivitas parsial faktor masukan tenaga kerja
P1 =

Nilai total keluaran
nilai masukan tenaga kerja
…(14)

2.

Produktivitas parsial faktor masukan modal
P2

=

Nilai total keluaran
nilai masukan modal

…(15)
3.

Produktivitas parsial faktor masukan bahan
P3

=

Nilai total keluaran
nilai masukan bahan

…(16)
4.

Produktivitas parsial faktor masukan energi
P4

=

Nilaitotal keluaran
nilai masukan energi

…(17)
5.

Produktivitas parsial faktor masukan lain- lain
P5

=

Nilai total keluaran
nilai masukan lain−lain

…(18)
Yang merupakan elemen-elemen masukan nyata antara lain :
a.

Masukan tenaga kerja

59

Kategori tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan menjadi empat yaitu
karakteristik, tingkat, koordinasi, dan kemampuan dalam hal membuat
kebijakan dan prestasi kerja produksi, yaitu :
1. Manajer adalah orang-orang yang paling banyak menangani koordinasi
proses dan mempunyai kekuasaan untuk menentukan kebijaksanaan.
2. Birokrat adalah orang-orang yang terlibat dalam kordinasi proses tapi
perannya kurang menentukan kebijaksanaan karena prosedur kerjanya
umum dan ditentukan oleh manajer, seperti staf tata usaha.
3. Profesional adalah para produser yang punya kuasa untuk menentukan
kebijaksanaan dalam kegiatannya seperti seorang sarjana teknik rancang
bangun.
4. Buruh adalah pekerja langsung di pabrik yang kegiatannya telah
ditentukan.
b.

Masukan material
Material terdiri atas material mentah dan bagian-bagian yang dibeli dan
perhitungannya adalah :

NBt = JBt x Hbo

…(19)

Keterangan:
Nbt

= Nilai bahan baku selama periode berjalan

JBt

= Jumlah bahan baku selama periode berjalan

Hbo

= Harga bahan baku pada periode dasar

Nilai total bahan selama periode berjalan adalah penjumlahan dari nilai total
bahan baku dan nilai total bagian-bagian yang dibeli.
c.

Masukan modal
Modal terdiri atas modal tetap dan modal kerja. Cara yang lazim digunakan
untuk perhitungan masukan modal tetap adalah metode depresiasi dan metode
ekivalensi masukan tenaga kerja.

d.

Masukan energi
Masukan energi adalah ongkos-ongkos untuk membayar sumber-sumber
tenaga seperti minyak, gas, batu bara, listrik, dan air.

e.

Pengeluaran lain-lain
60

Yang termasuk dalam pengeluaran lain-lain adalah setiap pengeluaran yang
tidak termasuk pada keempat faktor masukan yang telah dijelaskan diatas.
Yang merupakan elemen keluaran nyata antara lain :
a.

Unit produk jadi
Yaitu semua produk yang dihasilkan dalam proses produksi bukan jumlah
produk yang terjual.

b.

Unit produk setengah jadi
Yaitu produk yang masih dalam tahap penyelesaian atau work in process.

4

Model Produktivitas Objective Matrix
Objectives matrix atau OMAX adalah suatu sistem pengukuran produktivitas

yang dilakukan secara parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas
setiap

bagian

dari

organisasi

dengan

mempertimbangkan

kriteria-kriteria

produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut. Kegunaan dari metode
OMAX ini adalah:
a.

Sebagai sarana pengukuran produktivitas

b.

Sebagai alat memecahkan masalah produktivitas

c.

Alat pemantau pertumbuhan produktivitas

[Arman,2006,hal 449]
Gambar 3.1 Matriks Struktur OMAX
61

Keterangan:
A. Blok Pendefinisian, terdiri atas:
1. Kriteria produktivitas yaitu kriteria yang menjadi ukuran produktivitas
pada bagian yang akan diukur produktivitasnya.
2. Performansi sekarang yaitu nilai tiap produktivitas berdasarkan
pengukuran terakhir.
B. Blok Kuantitatif terdiri atas :
1.

Skala yaitu angka-angka yang menunjukkan tingkat performansi
dari pengukuran tiap kriteria produktivitas. Terdiri atas sebelas
bagian dari 0 sampai 10. kesebelas skala tersebut dibagi menjadi
tiga bagian yaitu :
a.

level 0, yaitu nilai produktivitas yang terburuk yang mungkin
terjadi

b.

level 3 yaitu nilai produktivitas performansi sekarang

c.

level 10 yaitu nilai produktivitas yang diharapkan sampai
periode tertentu.

Kenaikan nilai produktivitas disesuaikan dengan cara interpolasi.
2.

Skor nilai level dimana nilai pengukuran produktivitas berada.

3.

Bobot yaitu besarnya bobot dari tiap kriteria produktivitas terhadap
total produktivitas

4.

Nilai, merupakan perkalian tiap skor dengan bobotnya

5.

Indikator produktivitas merupakan jumlah dari tiap nilai indeks
produktivitas

(IP)

sehingga

dihitung

sebagai

persentase

kenaikan/penurunan terhadap performansi sekarang.
3.2.7

Siklus Produktivitas
Sumanth (1985) memperkenalkan suatu konsep formal yang disebut sebagai

siklus produktivitas ( productivity cycle ) untuk dipergunakan dalam peningkatan
produktivitas terus-menerus. Pada dasarnya konsep siklus produktivitas terdiri dari
empat tahap utama, yaitu : (1) pengukuran produktivitas, (2) evaluasi produktivitas,
(3) perencanaan produktivitas, dan (4) peningkatan produktivitas.
62

Konsep siklus produktivitas ini ditunjukkan pada gambar berikut :
TAHAP 1
PENGUKURAN
PRODUKTIVITAS

TAHAP 4
PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS

TAHAP 2
EVALUASI
PRODUKTIVITAS

TAHAP 3
PERENCANAAN
PRODUKTIVITAS
[Monasari, 2004]

Gambar 3.2 Siklus Produktivitas
Perusahaan yang memulai program produktivitas untuk pertama kalinya
dapat mengawalinya dengan pengukuran produktivitas. Setelah tingkat-tingkat
produktivitas diukur perlu dilakukan evaluasi atau perbandingan terhadap nilai-nilai
yang direncanakan.
Berdasarkan evaluasi ini,tingkat-tingkat produktivitas target direncanakan
untuk jangka pendek maupun panjang. Untuk mencapai target-target yang
direncanakan, perbaikan produktivitas dilakukan secara formal.Untuk menaksir
sejauh mana tingkat perbaikan terjadi, tingkat-tingkat produktivitas harus diukur lagi.
Siklus ini berlangsung terus selama program produktivitas berjalan di perusahaan
tersebut.
3.2.8

Konsep Analytical Hierarchy Proses
Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode MCDM

yang mulamula dikembangkan saaty (1990), Salah satu kehadalan AHP adalah dapat
melakukan analisis secara simultan dan terintegrasi antara parameter-parameter yang
kualitatif anatu bahkan yang “intangible” dan yang kuantitatif [Informatika
pertanian,2002]. Tujuan dari AHP adalah melengkapi sebuah kerangka kerja dan
63

teknik merangking alternatif-alternatif yang layak berdasarkan preferensi pengambil
keputusan.
3.2.8.1 Penerapan Analytical Hierarchy Proses
Langkah pertama dari metode ini diawali dengan membentuk struktur kondisi
yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang tersusun secara hirarki. Hirarki
adalah sebuah tipe atau hal yang khas dari suatu sistem yang didasarkan pada asumsi
yang menyatu yang telah diidentifikasikan. Setiap hirarki terdiri dari beberapa
komponen yang kemudian diuraikan lagi ke dalam hirarki yang lebih rendah
sehingga diperoleh hirarki yang paling rendah dimana komponen-komponennya
dapat dikendalikan. Jadi setiap komponen dapat mempengaruhi komponen yang lain
atau bisa juga dipengaruhi oleh komponen yang lainnya.
Tahap tepenting dalam penerapan metode ini adalah penilaian perbandingan
berpasangan. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan sejumlah kombinasi
dari elemen-elemen yang ada pada setiap hirarki. Untuk memberikan bobot verbal
atau numerik pada variabel yang dianggap penting diadakan penjajagan nilai-nilai
prioritas antar komponen yang dilakukan oleh para partisipan menggunakan skala
penilaian. Skala penilaian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1

Nilai Perbandingan Berpasangan Antar Variabel

64

[Saaty, 1988, hal 12]

Tahapan proses penerapan metode ini secara umum adalah :[saaty, 1988, hal
16]
1.

Menyusun struktur hirarki dari permasalahan agar dapat diselesaikan dengan
mudah, sebab telah terbagi menjadi beberapa sub masalah yang lebih
sederhana.

2.

Memasukkan pendapat dari pihak – pihak yang terlibat sebagai gambaran
logika, intuisi, emosi, ide, rasa, dan alasan. Dengan metode ini proses
penyaringan ide dan pendapat dilakukan melalui penilaian perbandingan
berpasangan tentang tingkat kepentingan atau preferensi terhadap faktor –
faktor pada sub tingkat hirarki.

3.

Menerjemahkan pendapat sebagai suatu bilangan yang mengandung makna.
Pemberian angka numerik pada pertimbangan subjektif adalah patokan untuk
mengkuantifikasi pertimbangan itu. Saaty telah menyusun skala penilaian
untuk perbandingan berpasangan antar aktivitas tersebut.

4.

Pendapat – pendapat yang telah diberi angka numerik menjadi masukan untuk
diolah melalui suatu prosedur tertentu menjadi bobot antar faktor. Kemudian
dapat dilakukan apakah pendapat yang menjadi masukan proses tersebut telah
konsisten atau belum. Ini adalah salah satu keunggulan dari metode ini.
65

5.

Melakukan analisis kepekaan hasil terhadap perubahan pertimbangan.

3.2.8.2 Formulasi Matematis
Formulasi matematis yang digunakan pada proses hirarki analitik ini
dilakukan dengan menggunakan matriks. Misalkan dalam sub sistem operasi terdapat
n elemen operasi yaitu elemen – elemen operasi A1, A2, …, An. Hasil perbandingan
secara berpasangan elemen – elemen operasi tersebut akan membentuk matriks
perbandingan yang dinyatakan sebagai berikut :
Tabel 3.2

Formulasi Matematis

[Annesa,2009]

Unsur – unsurnya adalah aij dengan ij = 1,2, …, n. Unsur – unsur matriks
tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen
operasi lainnya untuk tingkat hirarki yang sama. Misalnya unsur a 11 adalah
perbandingan kepentingan elemen operasi A1 dengan elemen operasi A1 sendiri,
sehingga nilai a11 sama dengan 1. Nilai unsur a12 adalah perbandingan tingkat
kepentingan elemen operasi A1 terhadap elemen operasi A2. Besarnya nilai a21 adalah
1/a12 yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan elemen operasi A2
dibandingkan terhadap elemen operasi A1.
Pemasukan nilai aij menurut aturan berikut :
1.

Jika aij = a, maka aij = 1/a, a = 0

2.

Jika Ai mempunyai tingkat kepentingan relatif yang sama dengan A j, maka aij
= aij = 1

3.

Hal khusus, aii = 1 untuk semua I
Dengan demikian bentuk matriks A adalah sebagai berikut :

A=

1
a12
1/a12 1




a1n
a2n
66




1/a1n 1/a2n …


1

Selanjutnya akan ditentukan bobot yang mencerminkan hasil dari
perbandingan di atas. Bobot masing – masing komponen dinyatakan dengan W1, W2,
…,Wn. Persoalannya adalah bagaimana mendapatkan bobot Wi untuk setiap
perbandingan aij tersebut. Untuk memecahkan masalah tersebut dapat dilakukan
pengerjaan melalui 3 tahap.
Tahap pertama, asumsikan bahwa perbandingan didasarkan atas pengukuran
nyata yang diteliti. Untuk membandingkan A1 dengan A2, diambil patokan dari berat
bobot setiap komponen. Misalkan A1 ditimbang mempunyai berat W1 = 305 gram.
Lalu A2 diukur menghailkan W2 = 224 gram. Kemudian dilakukan perhitungan W1
dibagi W2 yang menghasilkan 1,25, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil
perbandingan A1 adalah 1,25 kali lebih berat dari A2, dan dituliskan sebagi anggota
matriks a12 = 1,25. Jadi, dalam kasus ideal (yang didasarkan pada pengukuran eksak),
hubungan antara bobot W1 dengan hasil perbandingan aij adalah sebagai berikut :
W1/W2 = aij ( untuk i, j = 1,2,3…n )

…(20)

Nilai W1/W2 dengan i,j = 1,2,3…,n dijajagi dari partisipan, yaitu orang-orang
yang berkepentingan dengan permasalahan yang dianalisa. Bila vektor pembobotan
elemen operasi A1, A2, A3,…, An tersebut dinyatakan sebagai vektor W dengan W =
(W1, W2, W3, …Wn), maka nilai intensitas kepentingan elemen operasi A1
dibandingkan dengan A2 dapat dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen
operasi A1 terhadap A2, yaitu W1/W2 sama dengan A12. Sehingga matriks
perbandingan semula dapat dinyatakan sebagai berikut :

Tabel 3.3
A1
A1 W1/W1
A2 W2/W1
… …

Matriks Perbandingan semula
A2

An
W1/W2

W1/Wn
W2/W2

W2/Wn



67

An

Wn/W1

Wn/W2



Wn/Wn

Tahap kedua, perlu dilihat seberapa besar kelonggaran yang pantas diberikan
untuk penyimpangan, perhatikan baris ke-i dari matriks A. Elemen baris tersebut
adalah ai1,ai2,…,ain. Pada kasus eksak nilai – nilai ini sama dengan perbandingan :
Wi/W2,Wi/W2,…,Wi/Wj,…Wi/Wn. Jika kita kalikan elemen pertama baris tersebut
dengan W1, elemen kedua dengan W2 dan seterusnya akan diperoleh :
Wi/W1.W1 = Wi, Wi/W2.W2 = Wi,…, Wi/Wj.Wj = Wi,…,Wi/Wn.Wn = Wi

...(21)

Hasilnya adalah baris dengan elemen yang identik yaitu Wi, Wi, Wi, …Wi.
Pada kasus umum akan diperoleh elemen baris yang besarnya berkisar sekitar nilai
Wi, sehingga beralasan jika dikatakan Wi adalah harga rata-rata dari nilai-nilai
tersebut.
Wi = rata-rata dari (ai1.W1, ai2.W2,…,ain.Wn)
n

Wi = 1/n (

∑ a ij . w j
j=1

) dimana i = 1,2,3,…,n

…(22)
Tahap ketiga, bila diperhatikan dalam kasus nyata maka nilai aij tidak selalu
sama dengan Wi/Wj sehingga akan mempengaruhi solusi persamaan diatas.
Berdasarkan hal tersebut maka nilai n diganti dengan Imax menjadi persamaan berikut
n

Wi = 1/Imax (

∑ a ij . w j
j=1

) dimana i = 1,2,3,…,n

…(23)

Persamaan diatas mempunyai solusi yang unik yang disebut dengan eigen
value () yang bernilai maksimum dari matriks A.

Dari tahap pertama dapat diturunkan hubungan :

68

1.

aij.ajk = (Wi/Wj) .(Wj/Wk) = Wi/Wk = aik, dimana bentuk ini menyatakan
harus terpenuhinya konsistensi dari elemen matriks tersebut.
Aji = Wj/Wi = a/(Wi/Wj) = 1/aij, menunjukkan ciri resiprokalitas dari matriks
AHP.
W1/W1 W1/W2 … W1/Wn

W1

W1

W2/W1 W2/W2 … W2/Wn

W2

= W2







Wn

Wn





Wn/W1 Wn/W2 … Wn/Wn

…(24)

Bila matriks ini dikaitkan dengan vektor kolom W = (W 1, W2,…, Wn) maka
akan diperoleh hubungan :
AW = nW

…(25)

Bila mtriks A diketahui dan kita ingin mendapatkan W maka kita dapat
menyelesaikan persamaan :
( a - nI ) = 0

…(26)

Dimana I adalah matriks identitas.
Persamaan (26) ini dapat menghasilkan solusi yang tidak nol jika dan
hanya jika n merupakan eigen value dari A dan w adalah eigen vektor dari A.
Setelah eigen value matriks perbandingan A tersebut diperoleh, misalnya I 1,
I2,…, n maka
n

∑ λi= n
i=1

…(27)

Di sini semua eigen value bisa nol kecuali satu yang tidak nol yaitu
eigen value maksimum. Jika penilaian yang dilakukan konsisten maka akan
diperoleh eigen value maksimum dari A yang bernilai n, dimana nilai n ini
hampir mendekati orde matriks. Untuk mendapatkan W dapat dilakukan
dengan mensubstitusi harga eigen value pada persamaan ( 25 ) :
69

A.W = Imaks.W

…(28)

Selanjutnya persamaan (28) dapat dirubah menjadi :
( A – Imaks.I ) W = 0

…(29)

Untuk memperoleh harga nol maka yang perlu diset adalah :
A – Imaks.I = 0

…(30)

Sehingga dari persamaan (30) dapat diperoleh harga Imaks. Dengan
memasukkan harga Imaks ke dalam persamaan (30) dan dari persamaan:
n

∑ λi= n
i=1

…(31)

Maka akan diperoleh bobot masing-masing elemen operasi W i dengan I =
1,2,3,…,n yang merupakan eigen value maksimum.
3.2.8.3 Bobot/Prioritas dalam Hierarki
Untuk dapat menentukan bobot atau prioritas dari suatu elemen pada suatu
level dengan elemen pada level lainnya, maka hal pertama yang harus dilakukan
adalah memasukkan hasil penilaian ke dalam matriks. Sebuah matriks adalah
susunan segi empat siku – siku dari bilangan – bilangan. Bilangan – bilangan dalam
susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks. Angka – angka yang diurutkan
secara horizontal disebut baris, dan yang diurutkan vertikal diebut kolom. Ukuran
matriks dijelaskan dengan menyatakan banyaknya baris dan banyaknya kolom.
Apabila sebuah mariks mempunyai n baris dan n kolom maka matriks tersebut
disebut matriks kuadrat (bujur sangkar) berorde n.
Misalkan ada tiga kriteria penilaian, yaitu A, B, dan C, maka matriks yang
digunakan terdiri dari 3 baris dan 3 kolom, seperti berikut ini :
70

[Annesa,2009]

Gambar 3.3 Matriks 3x3
Perbandingan dilakukan antara kriteria pada kolom sebelah kiri dengan
kriteria pada baris sebelah atas. Adapun penilaian yang dilakukan mengikuti
ketentuan seperti berikut ini :
a.

Jika A sama penting dengan B, masukkan nilai 1.

b.

Jika A sedikit lebih penting daripada B, masukkan nilai 3.

c.

Jika A lebih penting daripada B, masukkan nilai 5.

d.

Jika A jauh lebih penting daripada B, masukkan nilai 7.

e.

Jika A mutlak lebih penting daripada B, masukkan nilai 9.
Sebuah elemen mempunyai derajat kepentingan yang sama jika dibandingkan

dengan dirinya sendiri, sehingga apabila baris dari A bertemu dengan kolom dari A
pada posisi (A,A), maka nilai yang dimasukkan adalah 1. Berdasarkan hal ini, maka
semua angka yang berada pada diagonal utama matriks adalah 1. Jika kolom A
bertemu dengan baris B, dimana A lebih penting daripada B maka dimasukkan angka
5 pada posisi (A,B). Sebaliknya pada posisi (B,A) dimasukkan nilai 1/5, begitu
seterusnya.
3.2.8.4 Perhitungan Konsistensi
Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan
tersebut mempunyai hubungan kardinal yaitu a i,j . aj,k = ai,k dan ordinal yaitu Ai>Aj,
Aj>Ak maka Ai>Ak. Hubungan di atas dapat dilihat dari dua hal yaitu :
1. Dengan melihat preferensi yang multiplikatif, misalnya bila jeruk lebih enak
empat kali dari jambu dan jambu lebih enak dua kali dari pisang maka jeruk
lebih enak delapan kali dari pisang.
2. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya jeruk lebih enak dari jambu dan
jambu lebih enak dari pisang maka jeruk lebih enak dari pisang.
Pada keadaan sebenarnya akan terjadi penyimpangan dari hubungan tersebut
sehingga matriks tidak konsisten sempurna, karena ketidakkonsistenan dalam
71

preferensi seseorang. Teori matriks menyatakan bahwa kesalahan kecil pada
koefisien akan menyebabkan penyimpangan kecil pula pada eigen value. Dari
pernyataan yang telah diuraikan sebelumnya maka diketahui bahwa jika diagonal
utama dari matriks A semuanya maka diketahui bahwa jika diagonal utama dari
matriks A semuanya bernilai 1 dan jika A konsisten maka penyimpangan kecil dari a i,j
akan tetap menunjukkan eigen value terbesar yaitu Imaks. Nilai Imaks ini akan mendekati
n dan eigen value sisanya akan mendekati nol. Penyimpangan dari konsistensi
dinyatakan dengan Indeks Konsistensi ( CI ) yang dirumuskan :

λmaks−n
n−1
CI =
,

…(32)

Keterangan:
 maks =

eigen value maksimum

N

orde matriks

=

Indeks konsistensi matriks dengan skala penilaian 1 sampai 9 beserta
kebalikannya disebut Indeks Random ( RI ). Saaty telah melakukan perhitungan
dengan menggunakan 500 sampel, jika penilaian numerik diambil secara acak dari
skala 1/9, 1/8,… , 1, 2, …, 9 maka akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks
dengan ukuran yang berbeda seperti terdapat pada tabel berikut :
Tabel 3.4

Indeks Random untuk Orde Matriks

[Saaty,1988, hal 9]

Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai
Rasio Konsistensi ( CR ).

CI
CR = RI

…(33)

72

Menurut Saaty hasil penilaian yang diterima adalah matriks yang mempunyai
0,1. Jika lebih besar dari angka 0,1 berarti penilaian yang telah dilakukan bersifat
random dan perlu diperbaiki.
Keuntungan yang diperoleh memecahkan masalah dan mengambil keputusan
dengan menggunakan AHP antara lain:
1.

Kesatuan; AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes
untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur.

2.

Kompleksitas;

AHP

memadukan

ancangan

deduktif

dan

ancangan

berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.
3.

Saling ketergantungan; AHP dapat menangani saling ketergantungan elemenelemen dalam suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linier.

4.

Penyusunan hirarki; AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk
memilah-milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan
dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

5.

Pengukuran; AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal-hal dan
mewujudkan metode penetapan prioritas.

6.

Konsistensi; AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan
yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

7.

Sintesis; AHP menurun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap
alternatif.

8.

Tawar-menawar; AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari
berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif
terbaik berdasarkan tujuan mereka

9.

Penilaian dan konsensus; AHP tidak memaksakan konsensus tetapi
mensintesiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaiaan.

10.

Pengulangan proses; AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi
mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan serta pengertian
mereka melalui pengulangan.

Secara khusus AHP dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan
keputusan, antara lain:
1.

Menetapkan prioritas.
73

2.

Menghasilkan seperangkat alternatif.

3.

Memilih alternatif kebijakan yang terbaik.

4.

Menetapkan berbagai persyaratan.

5.

Mengalokasikan sumber daya.

6.

Meramalkan hasil dan menaksir resiko.

7.

Mengukur prestasi.

8.

Merancang sistem.

9.

Menjamin kemantapan sistem.

10.

Mengoptimumkan, merencanakan dan memecahkan konflik.

Dipahami bahwa secara prinsip AHP mendasarkan penilaian sangat
bergantung pada tingkat pengetahuan, penguasaan informasi, dan pengalaman
penilaiannya.

Masalah

subjektivitas

dalam

penilaian

dikhawatirkan

dapat

mengurangi ketidakkonsistenan, namun pendekatan AHP telah mengantisipasinya
dengan ada uji konsistensi dalam bentuk rasio konsistensi yang mempunyai batas
yang diizinkan. Penilaian subjektivitas tidak harus mengurangi kegunaan dari suatu
metoda, karena ada hal-hal tertentu yang mendorong subjektivitas ini dilakukan
yaitu:
1.

Kasus pertama adalah saat penilaian subjektif dalam kenyataannya harus
dilakukan. Hal ini terjadi saat tahap penetapan sasaran-sasaran global yang
mengharuskan seseorang membuat prioritas terhadap operasional perusahaan.

2.

Kasus kedua, apabila tidak ekonomis menggunakan pengukuran objektif,
karena adakalanya biaya pengumpulan data atau informasi yang relevan lebih
besar dari manfaatnya sehingga pendapat sederhana lebih disukai.

3.

Kasus ketiga terjadi saat informasi subjektif yang lebih luas diperlukan
daripada pertanyaan–pertanyaan sederhana terhadap fakta yang ada.
Maksudnya adalah terhadap fakta tertentu dianggap cukup berupa pertanyaan
tetapi barangkali bagi orang lain masih berupa isu. Dengan kata lain
pertanyaan yang muncul harus didekati dengan mendapat subjektif yang
barangkali menjadi ukuran yang lebih adil.

3.3

Metodologi Penelitian

74

Metodologi penelitian berisi langkah-langkah sistematis yang dilakukan
selama penelitian. Dimulai dari Survei Pendahuluan, Studi Literatur, Identifikasi
Masalah, Prumusan Masalah, Pengumpulan Data, Pengolahan Data , Analisis, dan
Penutup.
3.3.1

Survei Pendahuluan
Survei lapangan dilakukan di bagian produksi pabrik Cold Rolling Mill PT.

Krakatau Steel untuk mengetahui dan mempelajari sistem yang ada pada perusahaan
tersebut. Survei ini diarahkan kepada permasalahan yang terjadi pada perusahaan
tersebut berupa pangamatan terhadap produk yang dihasilkan, kondisi fisik
lingkungan kerja, proses operasi dan data-data yang tersedia.
3.3.2

Studi Literatur
Setelah survei lapangan dilakukan, maka dipelajari literatur-literatur yang

relevan dengan permasalahan yang ditemukan. Dari literatur-literatur tersebut
diperoleh

teori-teori

pendukung

dan konsep-konsep

sebagai

dasar

dalam

penyelesaian masalah. Terutama yang berhubungan dengan pengukuran produktivitas
dengan metode Objective Matrix (OMAX) serta Analytical Hierarchy Process (AHP)
untuk penyelesaian masalah dalam penelitian.
3.3.3

Identifikasi Masalah
Dari pengamatan pendahuluan yang dilakukan kemudian dilakukan

identifikasi untuk mengetahui masalah produktivitas yang terjadi di lantai produksi
perusahaan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan pihak perusahaan
dapat diketahui permasalahan yang dialami perusahaan pada saat ini. Survei
menunjukan produksi belum mencapai target produktivitas yang dinginkan
perusahaan sehingga dapat dibuat suatu perumusan masalah dan penentuan tujuan
serta batasan-batasan masalah dari penelitian ini.
3.3.4

Perumusan Masalah

75

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan berdasarkan survei
pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya, maka ditentukanlah permasalahan
yang berkaitan dengan penelitian ini. Permasalahan tersebut dijadikan sebagai suatu
acuan dalam penysunan rumusan permasalahan yang didukung dari teori-teori dasar
yang diperoleh dari studi literatur serta konsep-konsep yang terkait serta batasanbatasan yang ada sehingga dapat memberikan kerangka dan kemudahan dalam
melakukan langkah-langkah penyelesaian.
3.3.5

Pengumpulan Data
Tahapan ini dilakukan pengumpulan data yang relevan dengan penelitian

yang dilaksanakan. Data-data yang dikumpulkan adalah data RKAP 2014, data
produksi, data konsumsi, dan data utilisasi waktu perusahaan.
3.3.6

Pengolahan Data
Data-data yang telah dikumpulkan diolah berdasarkan referensi yang relevan

kemudian diolah dengan menggunakan metode Objective Matrix (OMAX) dan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam menentukan prioritas kriteria
rasio terpilih.

3.3.7

Analisis
Analisis dilakukan terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan

sebelumnya. Analisis mengacu pada hasil yang diperoleh dari penggunaan metode
pengukuran produktivitas Objective Matrix.
Usulan perbaikan juga berdasarkan penggunaan penggunaan metode
pengukuran produktivitas Objective Matrix yang telah dilakukan.

3.3.8

Penutup

76

Setelah dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap hasil pengolahan
data ditarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan diberikan saransaran untuk perbaikan dan pengembangan dimasa yang akan datang.
Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada gambar flowchart berikut:

Gambar 3.4 Flowchart Metodologi Penelitian

77

3.4

Penyelesaian Kasus
Penyelesaian kasus ini merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam

menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini.
3.4.1

Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data RKAP, Data produksi, data trend

konsumsi, dan data utilisasi waktu pada proses CPL periode Januari 2014 –
Desember 2014 di pabrik CRM PT Krakatau Steel. Berikut ini merupakan tabel hasil
pengumpulan data yang telah dilakukan.
Tabel 3.5

3.4.2

Data Produksi, Konsumsi, dan Utilisasi Waktu

Pengolahan Data
Data-data yang telah didapatkan kemudian dilakukan pengolahan data untuk

mengukur produktivitasnya.
3.4.2.1 Perhitungan Rasio
Langkah yang pertama kali dilakukan adalah menetapkan kriteria dan rasio
yang akan digunakan dalam perhitugan. Kriteria produktivitas yang diukur meliputi:
1.

Kriteria efisiensi, menunjukkan bagaimana penggunaan sumber daya
perusahaan, seperti material, tenaga kerja, energi, serta modal yang sehemat
mungkin (Rasio 1, 2, dan 3).
78

2.

Kriteria efektivitas, menunjukkan bagaimana perusahaan mencapai hasil bila
dilihat dari sudut akurasi dan kualitasnya (Rasio 4 dan 5).

3.

Kriteria inferensial, menunjukkan suatu kriteria yang tidak secara langsung
mempengaruhi produktivitas tetapi bila diikutsertakan dalam matrik dapat
membantu memperhitungkan variabel yang mempengaruhi faktor-faktor
penting (Rasio 6 dan 7).
Formulasi untuk rasio-rasio tersebut adalah:

Total produk yang dihasilkan
input

(34)

Rasio 2=

Total produk yang dihasilkan
Gas Alam

(35)

Rasio 3=

Total Produk yang dihasilkan
Listrik

(36)

Rasio 4=

Total produk reject
x100%
Total produk yang dihasilkan

(37)

Total produk reject
x100%
Total produk baik (prime)

(38)

Rasio 6=

Total breakdown time
x100%
Total operating time

(39)

Rasio 7=

Total breakdown time
x100%
Total calender time

(40)

Rasio 1=

Rasio 5=

Berikut merupakan hasil perhitungan rasio masing-masing kriteria yang
ditunjukkan dalam tabel

79

Tabel 3.6

Hasil perhitungan rasio masin-masing kriteria

Contoh perhitungan rasio untuk bulan Januari 2014 adalah :
1.

Rasio 1=
=

2.