Artikel Penelitian Sepsis pada Anak Pola (1)
Artikel Penelitian
Sepsis pada Anak:
Pola Kuman dan Uji Kepekaan
Rismala Dewi
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr Cipto Mangunkusumo,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Abstrak: Sepsis merupakan penyakit yang sering dijumpai di unit perawatan intensif anak.
Diagnosis sepsis ditegakkan berdasarkan atas manifestasi klinis yang menunjukkan kegagalan
multiorgan serta diduga atau terbukti ditemukan mikroorganisme di dalam darah. Sepsis pada
anak memerlukan tata laksana yang komprehensif sehingga prognosis menjadi lebih baik.
Pemberian antibiotik yang sesuai merupakan salah satu kriteria dalam tata laksana sepsis.
Kesulitan mendapatkan hasil kultur berupa jenis bakteri dan uji kepekaan antibiotik dengan
segera menyebabkan masalah pada pemilihan jenis, waktu, dan lama pemberian antibiotik.,
sehingga pemberian antibiotik hanya berdasarkan empiris yang berpotensi menimbulkan
resistensi di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis bakteri penyebab
sepsis dan uji kepekaan antibiotik, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman pengobatan
sepsis. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada anak usia lebih dari 1 bulan
sampai kurang dari 18 tahun yang dirawat di unit perawatan intensif anak RSCM, Jakarta
sejak Januari sampai dengan Oktober 2010. Sebanyak 42 subjek dengan diagnosis sepsis
memenuhi kriteria inklusi, tetapi hanya 39 sampel yang dianalisis terkait kelengkapan data.
Sebanyak 21 sampel didapatkan kultur dengan hasil positif dengan bakteri terbanyak adalah
Klebsiella pneumoniae (24%), Serratia marcescens (14%), dan Burkholderia cepacia (14%),
sedangkan antibiotik yang masih sensitif terhadap bakteri tersebut adalah sefepim dan
levofloksasin. Kuman penyebab sepsis pada anak yang terbanyak adalah Klebsiella pneumoniae,
Serratia marcescens, dan Burkholderia cepacia dengan antibiotik yang masih sensitif adalah
sefepim dan levofloksasin.
Kata kunci: Sepsis, anak, kuman, uji kepekaan.
Maj Kedokt Indon, Volum: 61, Nomor: 3, Maret 2011
101
Sepsis pada Anak: Pola Kuman dan Uji Kepekaan
Sepsis in Children: Microbial Pattern and Susceptibility Test
Rismala Dewi
Department of Child Health, Cipto Mangunkusumo General Hospital,
Faculty of Medicine University of Indonesia, Jakarta
Abstract: Sepsis is a disease commonly found in pediatric intensive care unit. Diagnosis of sepsis
is established based on clinical manifestation that presents multiple organ failure with the suspicion or confirmation of microorganism finding in blood. Sepsis in children requires comprehensive treatment to improve the prognosis, with antibiotics considered as essential sepsis management. The antimicrobial selection, length and duration of treatment become a challenge because of
difficulties in obtaining quick blood culture and susceptibility test results. Thus, antimicrobial
treatment should be given merely based on empirical application to prevent drug resistency. The
aim of the study is to obtain data on type of pathogenic bacteria responsible for sepsis andits
susceptibility to antibacterial agents available. The result would be beneficial as guidance for
sepsis management within our unit. The design of the study was cross-sectional. Samples were
retrieved between January and October 2010 in pediatric intensive unit at Ciptomangunkusumo
Hospital, Jakarta. The subjects were children aged between 1 month to 18 years old. There were
42 subjects fulfilled inclusion criteria, but only 39 samples were analyzed due to the completeness
of the data. The most common pathogen is Klebsiella pneumoniae (21%), followed by Serratia
marcescens (14%), and Burkolderia cepacia (14%). Antibiotics which are found to be responsive
to above pathogens are Cefepime and Levofloxacin.
Keywords: sepsis, children, microbacterial, susceptibility test
Pendahuluan
Sepsis masih merupakan salah satu penyebab utama
mortalitas dan morbiditas pada anak di negara industri dan
negara berkembang. Data di Amerika Serikat menunjukkan
kejadian sepsis pada pasien yang dirawat di unit perawatan
intensif anak (pediatrics intensive care unit/PICU) mencapai
lebih dari 42 000 kasus dengan angka kematian sebesar
10,3%.1 Sepsis adalah systemic inflammation respons syndrome (SIRS) yang disertai dugaan atau bukti ditemukan
infeksi di dalam darah. Diagnosis SIRS dapat ditegakkan jika
ditemukan minimal 2 gejala seperti instabilitas suhu (suhu
lebih dari 38,5 0C atau kurang dari 36 0C), takikardia, takipnea,
dan/atau peningkatan maupun penurunan jumlah leukosit,
atau neutrofil imatur lebih dari 10%.2 Standard baku diagnosis sepsis adalah dengan ditemukannya bakteri dalam darah
ditambah dengan gejala klinis berupa gangguan multi organ. Jenis kuman penyebab sepsis beragam, tetapi bakteri
merupakan penyebab terbanyak termasuk bakteri Gram positif
dan Gram negatif, dengan profil sensitivitas yang bervariasi.
Dalam terapi, klinisi perlu memastikan bahwa antibiotik yang
digunakan efektif dalam mengatasi kuman penyebab sepsis.3 Sementara itu, golongan antibiotik yang digunakan
secara empiris, seperti golongan sefalosporin, karbapenem,
102
tampaknya mulai resisten dalam penggunaannya di PICU.4
Pemberian antibiotik yang tepat sejak dini pada pasien sepsis perlu dilakukan, dengan pilihan obat yang sesuai dengan
pola kuman di komunitas dan rumah sakit tersebut.3,5
Penyelidikan kuman secara berkala pada pasien sepsis di
PICU penting untuk mengetahui pola kuman dan kepekaan
antibiotik yang dapat dipakai secara empiris.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis bakteri
penyebab sepsis dan uji kepekaan antibiotik, sehingga dapat
digunakan sebagai pedoman pengobatan sepsis.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang.
Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FKUI-RSCM Jakarta sejak Januari sampai dengan Agustus
2010. Kriteria inklusi adalah anak usia 1 bulan atau lebih
sampai dengan kurang dari 18 tahun dengan diagnosis sepsis tanpa melihat penyakit primernya. Kriteria eksklusi adalah
data tidak lengkap.
Seluruh subjek yang didiagnosis sepsis berdasarkan
klinis dimasukkan dalam penelitian ini. Diagnosis SIRS
ditegakkan jika ditemukan minimal 2 gejala, yaitu instabilitas
suhu (suhu ketiak lebih dari 38,5 oC atau kurang dari 36 oC),
Maj Kedokt Indon, Volum: 61, Nomor: 3, Maret 2011
Sepsis pada Anak: Pola Kuman dan Uji Kepekaan
takikardia (rerata denyut nadi sesuai usia lebih dari 2 SD di
atas normal tanpa stimulus eksternal, penggunaan obatobatan kronis, atau stimulus nyeri), takipnea (rerata frekuensi
napas sesuai usia lebih dari 2 SD di atas normal), dan atau
peningkatan maupun penurunan jumlah leukosit sesuai usia
(bukan sekunder karena kemoterapi), atau neutrofil imatur
lebih dari 10%.2 Nilai untuk diagnosis SIRS sesuai usia dapat
dilihat pada tabel 1. Sepsis didefinisikan sebagai SIRS
ditambah dugaan atau bukti ditemukan infeksi. Definisi sepsis berat adalah sepsis disertai salah satu dari berikut:
disfungsi organ kardiovaskular ATAU sindrom distres
respiratorik akut ATAU disfungsi dua organ atau lebih.2
Setelah diagnosis sepsis ditegakkan, pasien menandatangani informed consent untuk dilakukan pemeriksaan
kultur darah. Spesimen untuk kultur darah diambil dari vena
brakialis, lalu dimasukkan ke dalam tabung BactT/Alert dan
dikirim ke laboratorium Patologi Klinik RSCM. Kultur positif
jika terdapat pertumbuhan kuman pada tabung tersebut
dalam 5 hari. Jika pada pemeriksaan kultur ditemukan jamur,
maka pemeriksaan dilanjutkan dengan media yang sesuai
untuk jamur dan dikirim ke laboratorium parasitologi.
Selanjutnya, dilakukan subkultur dengan bahan yang diambil
dari pertumbuhan di tabung BacT/Alert. Subkultur dilakukan
di media agar darah dan MacConkey selama 18-24 jam,
kemudian dilakukan tes biokimia untuk menentukan jenis
spesies. Pemeriksaan kepekaan antibiotik dilakukan dengan
melihat pertumbuhan kuman pada media yang diberikan
berbagai cakram antibiotik. Setelah didapatkan hasil pemeriksaan kultur darah dan kepekaan antibiotik, data dimasukkan
ke dalam formulir yang disediakan untuk selanjutnya diolah
menggunakan piranti lunak komputer dan disajikan dalam
bentuk tabel. Penelitian ini telah melalui kaji etik.
SEPSIS (n=42)
Subjek dengan kriteria inklusi (n:39)
Biakan (+) (n:21)
Eksklusi (n:3)
Biakan (-) (n:18)
Gambar 1. Alur Penelitian
Tabel 2. Karakteristik Subjek
Karakteristik
Jumlah (n=39)
Jenis kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
25 (64 %)
14 (36 %)
Usia
>12 bulan
>12 bulan
18 (46 %)
21 (54 %)
Penyakit primer* -
Sistem Respiratorik
Susunan saraf pusat
Traktus gastrointestinal
Traktus urinarius
16
10
21
14
(76%)
(48%)
(100%)
(67%)
Keterangan: *setiap pasien dapat memiliki lebih dari satu sistem
organ yang mengalami penyakit primer.
dan Burkholderia cepacia (14%) (Tabel 3). Selain itu, juga
ditemukan Fungi (19.0%), termasuk di dalamnya adalah Candida albicans dan Candida tropicana.
Dalam tabel 4 tercantum antibiotik yang masih sensitif
dan mulai resisten terhadap kuman yang ditemukan. Sefepim
dan levofloksasin adalah antibiotik yang masih sensitif
terhadap kedua kuman penyebab sepsis terbanyak, sedangkan sefotaksim dan meropenem mulai mengalami
resistensi.
Hasil
Sebanyak 42 subjek telah memenuhi kriteria inklusi,
tetapi 3 subjek dikeluarkan karena data yang tidak lengkap,
sehingga hanya 39 subjek yang dianalisis. Dari 39 subjek
sepsis berdasarkan kriteria inklusi, didapatkan 21 subjek
dengan hasil kultur positif dan 18 subjek dengan hasil kultur
negatif.
Dari 21 sampel dengan hasil kultur darah positif,
didapatkan jenis kuman terbanyak adalah Klebsiella
pneumoniae (24%) diikuti oleh Serratia marcescens (14%),
Diskusi
Studi ini terbatas pada pasien PICU yang dirawat karena
sepsis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kuman
penyebab sepsis terbanyak di PICU RSCM adalah Klebsiella
Tabel 1. Nilai Tanda Vital dan Variabel Laboratorium untuk Diagnosis SIRS Sesuai Usia2
Kelompok Usia
1 bulan- 1 tahun
2-5 tahun
6-12 tahun
13 hingga 180
>140
>130
>110
34
>22
>18
>14
Hitung Leukosit
(Leukositx10 3 /mm 3 )
>17,5 atau 15,5 atau 13,5 atau 11 atau
Sepsis pada Anak:
Pola Kuman dan Uji Kepekaan
Rismala Dewi
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr Cipto Mangunkusumo,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Abstrak: Sepsis merupakan penyakit yang sering dijumpai di unit perawatan intensif anak.
Diagnosis sepsis ditegakkan berdasarkan atas manifestasi klinis yang menunjukkan kegagalan
multiorgan serta diduga atau terbukti ditemukan mikroorganisme di dalam darah. Sepsis pada
anak memerlukan tata laksana yang komprehensif sehingga prognosis menjadi lebih baik.
Pemberian antibiotik yang sesuai merupakan salah satu kriteria dalam tata laksana sepsis.
Kesulitan mendapatkan hasil kultur berupa jenis bakteri dan uji kepekaan antibiotik dengan
segera menyebabkan masalah pada pemilihan jenis, waktu, dan lama pemberian antibiotik.,
sehingga pemberian antibiotik hanya berdasarkan empiris yang berpotensi menimbulkan
resistensi di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis bakteri penyebab
sepsis dan uji kepekaan antibiotik, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman pengobatan
sepsis. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada anak usia lebih dari 1 bulan
sampai kurang dari 18 tahun yang dirawat di unit perawatan intensif anak RSCM, Jakarta
sejak Januari sampai dengan Oktober 2010. Sebanyak 42 subjek dengan diagnosis sepsis
memenuhi kriteria inklusi, tetapi hanya 39 sampel yang dianalisis terkait kelengkapan data.
Sebanyak 21 sampel didapatkan kultur dengan hasil positif dengan bakteri terbanyak adalah
Klebsiella pneumoniae (24%), Serratia marcescens (14%), dan Burkholderia cepacia (14%),
sedangkan antibiotik yang masih sensitif terhadap bakteri tersebut adalah sefepim dan
levofloksasin. Kuman penyebab sepsis pada anak yang terbanyak adalah Klebsiella pneumoniae,
Serratia marcescens, dan Burkholderia cepacia dengan antibiotik yang masih sensitif adalah
sefepim dan levofloksasin.
Kata kunci: Sepsis, anak, kuman, uji kepekaan.
Maj Kedokt Indon, Volum: 61, Nomor: 3, Maret 2011
101
Sepsis pada Anak: Pola Kuman dan Uji Kepekaan
Sepsis in Children: Microbial Pattern and Susceptibility Test
Rismala Dewi
Department of Child Health, Cipto Mangunkusumo General Hospital,
Faculty of Medicine University of Indonesia, Jakarta
Abstract: Sepsis is a disease commonly found in pediatric intensive care unit. Diagnosis of sepsis
is established based on clinical manifestation that presents multiple organ failure with the suspicion or confirmation of microorganism finding in blood. Sepsis in children requires comprehensive treatment to improve the prognosis, with antibiotics considered as essential sepsis management. The antimicrobial selection, length and duration of treatment become a challenge because of
difficulties in obtaining quick blood culture and susceptibility test results. Thus, antimicrobial
treatment should be given merely based on empirical application to prevent drug resistency. The
aim of the study is to obtain data on type of pathogenic bacteria responsible for sepsis andits
susceptibility to antibacterial agents available. The result would be beneficial as guidance for
sepsis management within our unit. The design of the study was cross-sectional. Samples were
retrieved between January and October 2010 in pediatric intensive unit at Ciptomangunkusumo
Hospital, Jakarta. The subjects were children aged between 1 month to 18 years old. There were
42 subjects fulfilled inclusion criteria, but only 39 samples were analyzed due to the completeness
of the data. The most common pathogen is Klebsiella pneumoniae (21%), followed by Serratia
marcescens (14%), and Burkolderia cepacia (14%). Antibiotics which are found to be responsive
to above pathogens are Cefepime and Levofloxacin.
Keywords: sepsis, children, microbacterial, susceptibility test
Pendahuluan
Sepsis masih merupakan salah satu penyebab utama
mortalitas dan morbiditas pada anak di negara industri dan
negara berkembang. Data di Amerika Serikat menunjukkan
kejadian sepsis pada pasien yang dirawat di unit perawatan
intensif anak (pediatrics intensive care unit/PICU) mencapai
lebih dari 42 000 kasus dengan angka kematian sebesar
10,3%.1 Sepsis adalah systemic inflammation respons syndrome (SIRS) yang disertai dugaan atau bukti ditemukan
infeksi di dalam darah. Diagnosis SIRS dapat ditegakkan jika
ditemukan minimal 2 gejala seperti instabilitas suhu (suhu
lebih dari 38,5 0C atau kurang dari 36 0C), takikardia, takipnea,
dan/atau peningkatan maupun penurunan jumlah leukosit,
atau neutrofil imatur lebih dari 10%.2 Standard baku diagnosis sepsis adalah dengan ditemukannya bakteri dalam darah
ditambah dengan gejala klinis berupa gangguan multi organ. Jenis kuman penyebab sepsis beragam, tetapi bakteri
merupakan penyebab terbanyak termasuk bakteri Gram positif
dan Gram negatif, dengan profil sensitivitas yang bervariasi.
Dalam terapi, klinisi perlu memastikan bahwa antibiotik yang
digunakan efektif dalam mengatasi kuman penyebab sepsis.3 Sementara itu, golongan antibiotik yang digunakan
secara empiris, seperti golongan sefalosporin, karbapenem,
102
tampaknya mulai resisten dalam penggunaannya di PICU.4
Pemberian antibiotik yang tepat sejak dini pada pasien sepsis perlu dilakukan, dengan pilihan obat yang sesuai dengan
pola kuman di komunitas dan rumah sakit tersebut.3,5
Penyelidikan kuman secara berkala pada pasien sepsis di
PICU penting untuk mengetahui pola kuman dan kepekaan
antibiotik yang dapat dipakai secara empiris.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis bakteri
penyebab sepsis dan uji kepekaan antibiotik, sehingga dapat
digunakan sebagai pedoman pengobatan sepsis.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang.
Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak
FKUI-RSCM Jakarta sejak Januari sampai dengan Agustus
2010. Kriteria inklusi adalah anak usia 1 bulan atau lebih
sampai dengan kurang dari 18 tahun dengan diagnosis sepsis tanpa melihat penyakit primernya. Kriteria eksklusi adalah
data tidak lengkap.
Seluruh subjek yang didiagnosis sepsis berdasarkan
klinis dimasukkan dalam penelitian ini. Diagnosis SIRS
ditegakkan jika ditemukan minimal 2 gejala, yaitu instabilitas
suhu (suhu ketiak lebih dari 38,5 oC atau kurang dari 36 oC),
Maj Kedokt Indon, Volum: 61, Nomor: 3, Maret 2011
Sepsis pada Anak: Pola Kuman dan Uji Kepekaan
takikardia (rerata denyut nadi sesuai usia lebih dari 2 SD di
atas normal tanpa stimulus eksternal, penggunaan obatobatan kronis, atau stimulus nyeri), takipnea (rerata frekuensi
napas sesuai usia lebih dari 2 SD di atas normal), dan atau
peningkatan maupun penurunan jumlah leukosit sesuai usia
(bukan sekunder karena kemoterapi), atau neutrofil imatur
lebih dari 10%.2 Nilai untuk diagnosis SIRS sesuai usia dapat
dilihat pada tabel 1. Sepsis didefinisikan sebagai SIRS
ditambah dugaan atau bukti ditemukan infeksi. Definisi sepsis berat adalah sepsis disertai salah satu dari berikut:
disfungsi organ kardiovaskular ATAU sindrom distres
respiratorik akut ATAU disfungsi dua organ atau lebih.2
Setelah diagnosis sepsis ditegakkan, pasien menandatangani informed consent untuk dilakukan pemeriksaan
kultur darah. Spesimen untuk kultur darah diambil dari vena
brakialis, lalu dimasukkan ke dalam tabung BactT/Alert dan
dikirim ke laboratorium Patologi Klinik RSCM. Kultur positif
jika terdapat pertumbuhan kuman pada tabung tersebut
dalam 5 hari. Jika pada pemeriksaan kultur ditemukan jamur,
maka pemeriksaan dilanjutkan dengan media yang sesuai
untuk jamur dan dikirim ke laboratorium parasitologi.
Selanjutnya, dilakukan subkultur dengan bahan yang diambil
dari pertumbuhan di tabung BacT/Alert. Subkultur dilakukan
di media agar darah dan MacConkey selama 18-24 jam,
kemudian dilakukan tes biokimia untuk menentukan jenis
spesies. Pemeriksaan kepekaan antibiotik dilakukan dengan
melihat pertumbuhan kuman pada media yang diberikan
berbagai cakram antibiotik. Setelah didapatkan hasil pemeriksaan kultur darah dan kepekaan antibiotik, data dimasukkan
ke dalam formulir yang disediakan untuk selanjutnya diolah
menggunakan piranti lunak komputer dan disajikan dalam
bentuk tabel. Penelitian ini telah melalui kaji etik.
SEPSIS (n=42)
Subjek dengan kriteria inklusi (n:39)
Biakan (+) (n:21)
Eksklusi (n:3)
Biakan (-) (n:18)
Gambar 1. Alur Penelitian
Tabel 2. Karakteristik Subjek
Karakteristik
Jumlah (n=39)
Jenis kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
25 (64 %)
14 (36 %)
Usia
>12 bulan
>12 bulan
18 (46 %)
21 (54 %)
Penyakit primer* -
Sistem Respiratorik
Susunan saraf pusat
Traktus gastrointestinal
Traktus urinarius
16
10
21
14
(76%)
(48%)
(100%)
(67%)
Keterangan: *setiap pasien dapat memiliki lebih dari satu sistem
organ yang mengalami penyakit primer.
dan Burkholderia cepacia (14%) (Tabel 3). Selain itu, juga
ditemukan Fungi (19.0%), termasuk di dalamnya adalah Candida albicans dan Candida tropicana.
Dalam tabel 4 tercantum antibiotik yang masih sensitif
dan mulai resisten terhadap kuman yang ditemukan. Sefepim
dan levofloksasin adalah antibiotik yang masih sensitif
terhadap kedua kuman penyebab sepsis terbanyak, sedangkan sefotaksim dan meropenem mulai mengalami
resistensi.
Hasil
Sebanyak 42 subjek telah memenuhi kriteria inklusi,
tetapi 3 subjek dikeluarkan karena data yang tidak lengkap,
sehingga hanya 39 subjek yang dianalisis. Dari 39 subjek
sepsis berdasarkan kriteria inklusi, didapatkan 21 subjek
dengan hasil kultur positif dan 18 subjek dengan hasil kultur
negatif.
Dari 21 sampel dengan hasil kultur darah positif,
didapatkan jenis kuman terbanyak adalah Klebsiella
pneumoniae (24%) diikuti oleh Serratia marcescens (14%),
Diskusi
Studi ini terbatas pada pasien PICU yang dirawat karena
sepsis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kuman
penyebab sepsis terbanyak di PICU RSCM adalah Klebsiella
Tabel 1. Nilai Tanda Vital dan Variabel Laboratorium untuk Diagnosis SIRS Sesuai Usia2
Kelompok Usia
1 bulan- 1 tahun
2-5 tahun
6-12 tahun
13 hingga 180
>140
>130
>110
34
>22
>18
>14
Hitung Leukosit
(Leukositx10 3 /mm 3 )
>17,5 atau 15,5 atau 13,5 atau 11 atau