Pengembangan Ekonomi Lokal Kabupaten Asa

Evaluasi I Ekonomi Wilayah

Latar Belakang Masalah
Ekonomi wilayah merupakan suatu sub disiplin ilmu yang membahas dan
menganalisis suatu wilayah secara keseluruhan atau melihat berbagai wilayah
dengan potensinya yang beragam beserta cara mengatur suatu kebijakan yang
dapat mempercapat pertumbuhan ekonomi seluruh wilayah (Eko Budi Santoso,
2013). Salah satu kebijakan yang diharapkan mampu meningkatkan ekonomi
seluruh wilayah di Indonesia adalah otonomi daerah yang memberikan peluang
secara mandiri bagi tiap wilayah untuk mengembangkan perekonomiannya
berdasarkan potensi yang ada di wilayah tersebut.
Akan tetapi adanya era otonomi daerah yang dipersiapkan menjadi
katalisator peningkatan ekonomi wilayah di Indonesia, justru menimbulkan
masalah baru yaitu diparitas pertumbuhan ekonomi antar wilayah akibat tidak
mampunya pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya asli daerah. Untuk
itu perlu adanya suatu kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal berbasis potensi
ekonomi daerah. Potensi ekonomi daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada
di daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus
berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat
mendorong perekonomian


daerah

secara keseluruhan

untuk berkembang

dengan sendirinya dan berkesinambungan (Suparmoko, 2002).
Menurut Arsyad dalam Sadau (2002), untuk dapat menentukan sektor
potensi ekonomi lokal maka dapat digunakan teori basis ekonomi. Inti dari teori
ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah berhubungan dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah.
Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Wilayah ini memiliki potensi sumberdaya
yang sangat besar mulai dari perkebunan, peternakan, perikanan, hidroenergi,
wisata alam, hingga industri. Namun kurangnya fokus kerja pemerintah dalam
pengembangan

sektor unggulan

mengakibatkan


perekonomian

Kabupaten

Asahan semakin tahun semakin menurun (Hutasoit, 2013).
Untuk

itu

perlu

adanya

pengembangan

potensi

ekonomi


lokal

di

Kabupaten Asahan terutama pada sektor – sektor yang dapat memberikan
pengaruh besar bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dengan metode yang tepat
guna yaitu model basis ekonomi. Tugas ini disusun untuk memberikan jawaban
mengenai permasalahan tersebut. Dengan adanya kajian ini maka diharapkan
dapat merumuskan strategi pengembangan sektor potensial di Kabupaten

Perencanaan Wilayah dan Kota

1

Evaluasi I Ekonomi Wilayah
Asahan melalui kondisi faktual yang dihubungkan dengan literatur terkait serta
perbandingan penerapan pengembangan ekonomi lokal di contoh wilayah studi
kasus lain.

Gambaran Umum Studi Kasus

Pertumbuhan Ekonomi dan Pengembangan Sektor Potensial di
Kabupaten Asahan
Konsentrasi pembangunan perekonomian Kabupaten Asahan pada tahun
2010 masih tetap mengarah kepada pembangunan pertanian, infrastruktur,
pendidikan, kesehatan dan bidang perekonomian lainnya. Jika dibandingkan
dengan kondisi tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Asahan pada
tahun 2009 mengalami penurunan. Penurunan ini diakibatkan oleh adanya
penurunan potensi produk komoditi unggulan pada beberapa sektor. Hal ini
terjadi akibat adanya beberapa pergeseran alih fungsi lahan pertanian serta
kurangnya penanganan khusus pada sektor basis berdasarkan partisipasi
masyarakat . Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Asahan pada tahun 2009 adalah
sebesar 4,67% mengalami penurunan sebesar 0,29% dari kondisi tahun 2008
sebesar 4,96%. Terjadinya penurunan ini bukan hanya semata-mata diakibatkan
oleh kebijakan pemerintah daerah. Namun juga dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian

nasional

dan


regional

bahkan

internasional

(pemkab-

asahan.go.id).
Melihat kondisi tersebut, Taufik Zainal Abidin melalui jurnalnya yang
berjudul “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Pengembangan Sektor Potensial di
Kabupaten Asahan”, telah mengkaji tiga rumusan permasalahan pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Asahan yaitu mencari sektor – sektor ekonomi yang paling
strategis dan potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan
ekonomi wilayah, meneliti keterkaitan wilayah studi dengan daerah – daerah di
sekitarnya yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi, dan merumuskan
strategi sektoral yang tepat untuk mendukung ketercapaian pertumbuhan
ekonomi guna mengembangkan sektor – sektor potensial yang ada.
Setelah melakukan analisis maka didapatkan ketiga hasil penelitian.
Pertama, untuk mengetahui sektor basis ekonomi maka dilakukan analisis

Location Quotient (LQ) dengan ketentuan sektor yang memiliki kecenderungan
nilai LQ > 1 secara konsisten tiap tahun merupakan sektor yang bisa dianggap
sebagai basis utama ekonomi. Dari analisis tersebut maka dihasilkan ketiga
Perencanaan Wilayah dan Kota

2

Evaluasi I Ekonomi Wilayah
sektor yaitu pertanian, industri, serta listrik, gas , dan air minum sebagai sektor
yang paling potensial untuk mendorong perekonomian Kabupaten Asahan.
Kedua, untuk mengetahui kemajuan sektor unggulan dan keterkaitan
secara ekonomi dengan wilayah di sekitarnya maka dilakukan analisis ShiffShare. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa sektor unggulan memiliki
pertumbuhan yang cepat dengan daya saing yang baik terhadap wilayah lain.
Selain itu Kabupaten Simalungun dan Kota Tanjung Balai mempunyai keterkaitan
ekonomi yang sangat kuat dengan Kabupaten Asahan karena nilai elastisitasnya
lebih besar dari 1.
Ketiga, untuk dapat menetapkan strategi sektoral yang tepat maka
digunakan analisis SWOT. Hasil dari analisis ini adalah berupa rekomendasi
strategi Stregths – Opportunities yang menggunakan kekuatan internal untuk
memanfaatkan


peluang

eksternal.

Strategi

tersebut

diantaranya

adalah

meningkatkan potensi sumber daya alam terutama pada sektor yang menjadi
basis utama, memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki untuk menarik
investor

dan

bekerjasama


dengan

pihak

swasta,

serta

mengoptimalkan

koordinasi antara dalam peningkatan produksi dan pemanfaatan perkembangan
teknologi.

Tinjauan Pustaka
Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL)
Menurut Kementrian PU dalam Acuan Penerapan Pengembangan Ekonomi
Lokal (2012), definisi Pengembangan Ekonomi Lokal adalah terjalinnya kerja
sama kolektif antara pemerintah, dunia usaha serta sektor non pemerintah dan
masyarakat untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan secara optimal sumber

daya yang dimiliki dalam upaya merangsang dan menciptakan perekonomian
lokal yang kuat, mandiri dan berkelanjutan. Konsep pengembangan ekonomi ini
memiliki beberapa sasaran dan tujuan, yaitu :
-

Mengembangkan dan membangun kerja sama yang positif antar
daerah

-

Meningkatkan daya saing ekonomi daerah terhadap daerah lain

-

Meningkakan pendapatan dan memperbaiki distribusi pendapatan
masyarakat

-

Memeratakan dan menciptakan lapangan kerja


-

Mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan nilai tambah

Perencanaan Wilayah dan Kota

3

Evaluasi I Ekonomi Wilayah
Teori Basis Ekonomi
Menurut Tarigan (2007, h.28), teori basis ekonomi merupakan suatu
pandangan yang beranggapan bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
ditentukan

oleh

besarnya

peningkatan


ekspor

dari

wilayah

tersebut.

Perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor, yaitu kegiatan basis dan
non basis. Kegiatan basis mengekspor barang dan jasa ke luar batas
perekonomian masyarakat setempat, sedangkan kegiatan non basis tidak
mengekspor melainkan hanya kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan di dalam wilayah itu sendiri. Triyuwono dan Yustika (2003, h.93)
menguatkan pendapat tersebut dan menambahkan untuk dapat mengetahui
sektor basis dan non basis maka dapat digunakan beberapa

metode analisis

Location Quantient (LQ).

Gambar 1 Skema Komponen Utama Basis Ekonomi
Sumber : Disperindag, 2007

Studi Kasus Pembanding
Pengembangan Sektor Potensial Pertanian Jagung di Gorontalo
Gorontalo mencatat pembangunan pesat di bidang ekonomi berbasis
agropolitan tanaman jagung. Perekonomian masyarakat Gorontalo sebelum
tahun 2001 boleh dibilang tertinggal dibandingkan dengan wilayah lain di
Sulawesi. Namun pada akhirnya perekonomian daerah mengalami kemajuan
seiring dengan pencanangan program agropolitan dengan komoditi jagung
sebagai andalan daerah. Data statistik BPS menunjukkan, pertumbuhan ekonomi
meningkat dari 6,7 persen pada 2002 menjadi 7,3 persen pada 2005 sebagai
dampak dari meningkatnya areal dan produksi tanaman jagung. Tahun 2000,
areal tanaman hanya 34.412 Ha kini sudah 105.258 Ha. Tahun 2000, produksi
Perencanaan Wilayah dan Kota

4

Evaluasi I Ekonomi Wilayah
jagung hanya 76.573 ton meningkat menjadi 451.094 ton pada tahun 2005.
Selain itu, pendapatan perkapita meningkat dari Rp1,2 juta pertahun tahun 2001
kini sudah meningkat hingga Rp3,5 juta pertahun.
Keberhasilan budidaya jagung, juga didukung oleh kebijakan pemerintah
daerah di bidang perlindungan harga dasar jagung sehingga masyarakat
memiliki kepercayaan yang kuat untuk menanam jagung. Perlindungan harga di
tingkat petani dituangkan dalam bentuk perda sehingga memiliki kekuatan
hukum yang cukup untuk mengatur harga komoditi tersebut. Mutu, jagung
Gorontalo dikenal tak hanya di Asia tapi juga Afrika. Ekspor jagung Gorontalo
antara lain ke Malaysia dan Singapura dengan total 275.000 ton pertahun yang
tadinya hanya 70-80 ribu ton pertahun (Andi Malaipadi, 2009).
Menurut Iwan Setiajie (Pembangunan Perekonomian Pedesaan Berbasis
Agribisnis Jagung di Gorontalo, 2010), keberhasilan Gorontalo menjadikan
komoditi jagung sebagai sektor potensial pembangunan perekonomian wilayah
tidak terlepas dari peran aktif pimpinan daerah dalam mengatur sistem tata
kelola pemerintahan melalui prioritas pembangunan yang berbasis pada potensi
sumberdaya unggulan yang dimiliki wilayahnya. Selain itu juga dibutuhkan
proses

pemberdayaan

masyarakat

secara

partisipatif

sehingga

mampu

memberikan manfaat bagi pembangunan wilayah baik dari segi fisik, ekonomi,
maupun sosial. Konsep ini telah terbukti berhasil mendorong pembangunan di
Gorontalo menuju suatu prestasi fenomenal melalui pengembangan agropolitan
pertanian jagung sebagai subyek utama dalam program pengembangan
ekonomi lokal.

Kajian Kritis Masalah
Hal pertama yang harus dikritisi dari jurnal yang berjudul “Analisis
Pertumbuhan Ekonomi dan Pengembangan Sektor Potensial di Kabupaten
Asahan” adalah tidak adanya perumusan masalah yang secara jelas dituliskan di
dalam

jurnal.

Penulis

hanya

memberikan

tinjauan

pustaka

mengenai

pertumbuhan ekonomi dan pengembangan sektor potensial untuk kemudian
langsung dilakukan 3 tahap analisis tanpa memberikan gambaran umum yang
jelas terkait kondisi faktual di Kabupaten Asahan. Jadi diperlukan eksplorasi
masalah ekonomi yang terjadi, meskipun akhirnya berhasil ditemukan beberapa
masalah pokok penyebab penurunan tingkat perekonomian di wilayah studi
melalui sumber literatur lain.
Perencanaan Wilayah dan Kota

5

Evaluasi I Ekonomi Wilayah
Kemudian berdasarkan gambaran studi kasus di atas jika dihubungkan
dengan tinjauan pustaka, maka dapat dilihat jika pengembangan ekonomi di
Kabupaten Asahan masih belum berkonsepkan pengembangan ekonomi lokal
(PEL). Hal ini jelas menjadi masalah karena jika dilihat pertumbuhan ekonomi
sejak tahun 2008 hingga sekarang mengalami penurunan yang cukup konstan
akibat belum adanya fokusan pengembangan sektor potensial pada suatu
produk tertentu. Padahal adanya konsep PEL justru akan membawa beberapa
keuntungan perekonomian seperti meningkatkan daya saing ekonomi lokal,
meningkatkan pendapatan masyarakat, dan menciptangan lapangan kerja,
seperti yang telah diterapkan oleh Pemerintah Gorontalo.
Melalui konsep PEL Pemerintah Gorontalo telah berhasil mengembangkan
perekonomian

lokalnya

dengan

komiditi

pertanian

jagung

sebagai

basis

unggulan, bahkan telah terbukti mampu menumbuhkan perekonomian wiayah
hingga 10 persen tiap tahun. Keberhasilan ini tentu berkat kerja keras
pemerintah setempat dalam menetapkan prioritas pembangunan berbasis
potensi lokal dengan peran masyarakat secara aktif di dalamnya. Hal ini perlu
dicontoh Pemerintah Kabupaten Asahan jika ingin meningkatkan perekonomian
wilayah dengan mengembangkan sektor potensial yang ada.
Untuk dapat menentukan sektor potensial di Kabupaten Asahan, penulis
jurnal menggunakan Analisis LQ, Analisis Shiff-Share dan Analisis SWOT dalam
melakukan pendekatan model basis ekonomi. Namun penulis tidak dapat
menyajikan keterkaitan output dari ketiga hasil analisis tersebut sehingga masih
bersifat

parsial

dan

tidak

membentuk

suatu

kesimpulan

yang

bersifat

komprehensif. Selain itu, Analisis LQ juga memiliki beberapa kelemahan dalam
menentukan sektor basis, diantaranya
-

Analisis LQ berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik
dengan pola permintaan negara serta produktivitas tiap pekerja di
setiap sektor regional sama dengan produktivitas pekerja dalam
industri-industri nasional.

-

Analisis LQ berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat
disagregasi.

Berdasarkan fakta kelemahan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
analisis LQ terlalu berpandangan secara generalisasi terhadap faktor – faktor
yang mempengaruhi pengembangan ekonomi, hal ini akan mengakibatkan hasil
data yang kurang spesifik sesuai dengan karakter wilayah. Padahal tiap wilayah
memiliki faktor pembentuk preferensi yang berbeda – beda. Untuk itu diperlukan
Perencanaan Wilayah dan Kota

6

Evaluasi I Ekonomi Wilayah
suatu metode analisis lain yang melihat permasalahan secara lebih detail dan
terperinci, seperti Model Basis Ekonomi Tiebout.

Model Basis Ekonomi Tiebout
Charles M. Tiebout menggunakan perbandingan dalam bentuk pendapatan
(income) dan membuat rincian yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang
terkait dalam pengganda basis. Pengganda basis dalam satuan pendapatan yang
ditinjau oleh Tiebout adalah perbandingan antara pendapatan total dengan
pendapatan basis. Di mana pendapatan total adalah penjumlahan dari sektor
ekspor, investasi, dan konsumsi dengan catatan apabila seluruh kegiatan
menggunakan bahan baku lokal. Sedangkan pendapatan basis terdiri atas
penjumlahan dari pendapatan kegiatan ekspor dan kegiatan investasi tetapi dari
bagian yang menjadi pendapatan lokal. Tiebout juga memerinci sektor-sektor
yang ditinjau secara lebih detail. Sektor ekspor dibagi menjadi dua yaitu
penerimaan dari ekspor kepada pihak swasta/ luar negeri dan penerimaan dari
ekspor kepada pemerintah pusat. Sedangkan sektor investasi dibagi menjadi
empat yaitu penerimaan dari investasi di bidang usaha, di bidang perumahan,
pemerintah, dan penerimaan dari kegiatan rutin pemerintahan. Untuk dapat
membandingkan beberapa aspek antara Analisis LQ dengan Model Tiebout,
maka dapat dilihat secara jelas pada tabel di bawah ini (Lihat tabel 1).

Perencanaan Wilayah dan Kota

7

Evaluasi I Ekonomi Wilayah

Tabel 1. Perbandingan Analisis LQ dengan Tiebout dalam Menentukan Basis Ekonomi
Aspek

Tiebout

Location Quotient

Alat Ukur

Meninjau dari sisi produksi

Meninjau dari sisi value added

Sektor yang
Ditinjau

Sektor ekspor, investasi, dan konsumsi

Peran sektor kabupaten terhadap propinsi

Rumus
Pengganda
Basis

K=

1
1−( c ) .(cr )

c = proporsi untuk konsumsi
cr = proporsi konsumsi yang menggunakan produk lokal

Kelebihan
Kelemahan

- Detail dan terperinci.
- Dapat melihat faktor-faktor yang dapat mendorong pertumbuhan
wilayah secara cermat.
- Hanya bisa diterapkan di wilayah kecil dengan kegiatan ekonomi
yang belum terlalu bervariasi dan agak terisolasi.
- Analisis yang terperinci membutuhkan data yang sulit didapatkan.
- Tidak semua sektor investasi ditinjau oleh Tiebout (investasi yang
tidak masuk dalam kategori bisnis murni dan investasi di bidang
sosial)
- Meninjau secara detail yang mana produk lokal dan impor serta
proporsinya dalam menghitung total pendapatan. Masalahnya dalam
produk lokal pun sering kali ada unsur impor di dalamnya.

Sumber : Hasil Analisis, 2014

Perencanaan Wilayah dan Kota

8

Si
S
LQ=
¿
N
Si = PDRB sektor kabupaten
S = PDRB total kabupaten
Ni = PDRB sektor propinsi
N = PDRB total propinsi
- Memperhitungkan ekspor langsung dan tidak langsung
- Sederhana dan dapat diterapkan pada data historis untuk
mengetahui trend
- Berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik
dengan pola permintaan negara
- Produktivitas tiap pekerja di setiap sektor regional sama
dengan produktivitas pekerja dalam industri-industri nasional.
- Berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat
disagregasi.
- Diperlukan akurasi data untuk mendapatkan hasil yang valid.
karena tidak memiiki acuan yang jelas dalam penentuan ruang
lingkup deliniasi wilayah sehingga perlu adanya klarifikasi
ulang agar mendapatkan hasil yang akurat.

Evaluasi I Ekonomi Wilayah
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat jika kedua metode memiliki
kelebihan dan kekurangan masing – masing, namun untuk lebih melihat sektor
wilayah secara terperinci sehingga dapat diketahui faktor – faktor yang
mempengaruhi tumbuhnya basis ekonomi di Kabupaten Asahan perlu dilakukan
metode Tibout mekipun metode tersebut memiliki proses yang sedikit lebih rumit
daripada analisi LQ.
Setelah melakukan analisis untuk menentukan sektor yang paling
berpotensial, masih ada satu hal lagi yang perlu dilakukan dalam pengembangan
sektor potensial melalui pendekatan model basis ekonomi, yaitu dengan
menggunakan alat analisis tipologi Klassen. Analisis ini memiliki tujuan untuk
mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah
dengan membagi wilayah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan
ekonomi wilayah dan pendapatan per kapita wilayah (Imelia, 2011). Dalam jurnal
tersebut, penulis tidak menggunakan analisis tipologi Klassen sehingga tidak
dapat diketahui indikator mana yang lebih berpengaruh signifikan. Selain itu
hasil dari analisis ini juga dapat menjadi masukan bagi penulis untuk
merumuskan strategi pengembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Asahan,
sehingga strategi yang ditetapkan tidak hanya melalui hasil analisis SWOT yang
bersifat subyektif seperti pada jurnal tersebut.

Strategi Pengembangan Sektor Potensial Wilayah
Berdasarkan kajian kritis yang telah dilakukan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa permasalahan utama yang menyebabkan perlambatan
ekonomi di Kabupaten Asahan adalah kurangnya usaha pemerintah dalam
melakukan pengembangan khusus pada sektor – sektor basis tertentu yang
memiliki potensi keunggulan tinggi secara kualitas dan kuantitas produksi.
Padahal jika pemerintah melalui program – programnya mampu melakukan hal
tersebut

maka

sektor

potensi

yang

dikembangkan

dapat

meningkatkan

pertumbuhan ekonomi secara spasial serta mendorong sektor – sektor yang lain
untuk ikut tumbuh akibat adanya keterkaitan antar sektor ekonomi. Untuk itu
diperlukan suatu konsep Pengembangan Ekonomi Lokal yang memberikan
arahan secara jelas agar pemerintah daerah mampu mengelola potensi
sumberdayanya secara intensif dan berkelanjutan. Berikut merupakan diagram
strategi pelaksanaan PEL hasil kajian krisis terhadap kasus yang telah

Perencanaan Wilayah dan Kota

9

Evaluasi I Ekonomi Wilayah
disesuaikan dengan acuan penerapan PEL untuk kota dan kabupaten dari Kemen
PU Dirjen Cipta Karya.

Membentuk &
Mengesahkan
organisasi PEL

Sosialisasi PEL

Analisis terhadap
kondisi sekarang

TAHAP PERSIAPAN
Menyusun strategi,
program dan
rencana aksi PEL

Memastikan
keberhasilan PEL

Menentukan kluster
ekonomi sebagai
fokus PEL

Membentuk forum
kemitraan PEL

TAHAP PERENCANAAN
Menciptakan
lingkungan usaha
yang kondusif

Memperkuat
kapasitas daerah

Pengembangan dan
promosi kluster
ekonomi

Pemberdayaan
pelaku usaha

Kerja sama antar
daerah

Penguatan forum
kemitraan PEL

TAHAP PELAKSANAAN

Monev

TAHAP MONEV
Gambar 2 Diagram Strategi Pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Lokal
Sumber : Kemen PU Dirjen Cipta Karya

Berdasarkan

diagram

di

atas

maka

dapat

dilihat

bahwa

strategi

pelaksanaan pengembangan ekonomi lokal terdiri dari empat tahapan utama,
yaitu tahap persiapan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap
monev. Tahap persiapan merupakan tahap awal yang perlu dilakukan sebelum
melaksanakan PEL, sedangkan tahap perencanaan lebih ke arah pembentukan
Perencanaan Wilayah dan Kota

10

Evaluasi I Ekonomi Wilayah
pondasi – pondasi dasar ketika akan melaksanakan PEL. Setelah itu ada tahap
pelaksanaan yang merupakan tahapan inti dan membutuhkan proses yang
cukup panjang untuk menyelenggarakan suatu konsep pengembangan mulai
dari memperkuat kapasitas daerah hingga kerja sama antar daerah. Setelah
ketiga tahapan tersebut selesai, maka tahap yang terakhir adalah monev, yaitu
monitoring dan evaluasi. Pada tahap ini seluruh hasil proses kegiatan dari
persiapan sampai pelaksanaan akan ditinjau serta dievaluasi terkait hal – hal
yang perlu diperbaiki sebelum melakukan pelaksanaan kegiatan berikutnya. Jika
strategi ini berhasil diterapkan, maka dapat dipastikan sektor potensial yang ada
pada wilayah tersebut akan berkembang secara ekonomi dan sangat berpotensi
untuk menjadi rapid growth region yaitu kabupaten dengan pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan per kapita lebih tinggi dari rata – rata propinsi (Elvis,
2007).

Kesimpulan
Kabupaten Asahan merupakan salah satu wilayah dengan potensi ekonomi
cukup tinggi. Akan tetapi, potensi tersebut belum dapat dikembangkan secara
komprehensif akibat tidak adanya program dari pemerintah daerah terkait
pengembangan sektor potensial. Hal ini menyebabkan perlambatan ekonomi
yang terjadi dari tahun ke tahun, sehingga perlu adanya suatu sistem baru yang
mampu membangun perekonomian Kabupaten Asahan berbasis sektor unggulan
yang diharapkan dapat memiliki daya saing tinggi.
Melihat kondisi tersebut, maka dilakukanlah pendekatan model basis
ekonomi berupa analisis LQ, analisis Shiff-Share, dan analisis SWOT untuk
menetapkan strategi pengembangan ekonomi. Namun hasil dari ketiga analisis
tersebut belum mampu mengintrepasikan strategi yang sesuai karena masih ada
beberapa faktor yang belum diperhatikan. Untuk itu perlu dilakukan perumusan
masalah

secara

lebih

tajam

yang

kemudian

disempurnakan

dengan

penghitungan analisis Tiebout dan tipologi Klassen.
Selain itu untuk menjawab tantangan pengembangan sektor potensial,
maka perlu diberlakukan konsep pengembangan ekonomi lokal (PEL) dengan
melibatkan seluruh stakeholder beserta pemerintah daerah sebagai penetap
kebijakan.

Konsep

ini

secara

teoritis

mampu

meningkatkan

pendapatan

masyarakat dan menumbuhkan perekonomian daerah. Hal ini telah dibuktikan
secara empiris oleh Pemerintah Gorontalo yang telah berhasil menjadikan
Perencanaan Wilayah dan Kota

11

Evaluasi I Ekonomi Wilayah
komoditi jagung sebagai salah satu penggerak utama perekonomian masyarakat
dan wilayah secara spasial.
Tentu saja untuk dapat menerapkan konsep PEL tersebut diperlukan suatu
arahan pelaksanaan hasil dari identifikasi masalah dan kajian masalah yang
dapat

dijadikan

acuan

kerja

bagi

pemerintah

untuk

mempersiapkan,

merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pengembangan ekonomi lokal
khususnya di Kabupaten Asahan. Arahan tersebut selanjutnya juga dapat
digunakan

sebagai

strategi

pengembangan

sektor

wilayah

yang

dapat

diterapkan di wilayah – wilayah lain di Indonesia.

Lesson Learned
Di dalam tugas ini telah didapatkan beberapa hal yang bisa dijadikan
sebagai pembelajaran baru guna mendukung kompetensi perencanaan wilayah
dan kota, antara lain
-

Untuk dapat mengetahui sektor basis ekonomi di suatu wilayah maka
dapat digunakan analisis LQ ataupun analisis Tiebout. Keduanya memiliki
kelebihan dan kekurangan masing – masing. Analisis LQ lebih sederhana
namun cenderung mengeneralisasi beberapa faktor, sedangkan analisis
Tiebout lebih rumit namun sangat detail karena melihat seluruh faktor
secara cermat.

-

Untuk dapat menerapkan pengembangan ekonomi lokal secara optimal
maka diperlukan suatu sistem tata pemerintah yang mengintegrasikan
seluruh komponen penting ekonomi yang didukung penuh oleh partisipasi
masyarakat setempat sebagai sasaran utama serta suatu mekanisme
kerja yang menjadi acuan bagi pemerintah maupun masyarakat untuk
mensukseskan pembangunan sektor basis bersama demi mewujudkan
rapid growth region yaitu kabupaten/kota yang memiliki pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan per kapita lebih tinggi dibandingkan rata – rata
propinsi.

Daftar Pustaka
Eko Budi Santoso. 2013.Pengantar Ekonomi Wilayah. Bahan Ajar Mata
Kuliah Ekonomi Wilayah.

Perencanaan Wilayah dan Kota

12

Evaluasi I Ekonomi Wilayah
Munir, Risfan., dan Fitanto, Bahtiar. 2007. Pengembangan Ekonomi Lokal
Partisipatif : Masalah, Kebijakan, dan Panduan Pelaksanaan Kegiatan. Local
Governance Support Program.
Husna, Nailatul dkk. Analisis Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal untuk
Menguatkan Daya Saing Daerah di Kabupaten Gresik. Jurnal Administrasi Publik
Vol 1 No.1. Universitas Brawijaya Malang.
Tarigan, Robinson. 2004. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara
Bab 3. Jakarta
Setiajie, Iwan. 2010. Pembangunan Perekonomian Pedesaan Berbasis
Agribisnis jagung di Propinsi Gorontalo. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian
Volume 8 No. 4. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor.
Rachmawati, Rini. 2010. Pokok – Pokok Pikiran Menuju Kesuksesan
Pengembangan Sumberdaya Ekonomi Lokal Kabupaten Purworejo. Simposium
Nasional Universitas Gadjah Mada Jogjakarta.
Rizal, Jose. Location Quotient Versus Shift-Share. www.scribd.com. Diakses
pada tanggal 11 Maret 2014 pukul 11.36 BBWI.
Imelia. 2011. Analisis Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jambi. Jurnal
Paradigma Ekonomika Vol. 1 No.4.

Lampiran
Zainal, Taufik. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Pengembangan Sektor
Potensial di Kabupaten Asahan (Pendekatan Model Basis dan SWOT). QE Journal
Vol.22 – No.01. Medan.

Perencanaan Wilayah dan Kota

13

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121