DESTINATION BRANDING WISATA BELANJA KABU
DESTINATION BRANDING WISATA BELANJA
KABUPATEN SIDOARJO
(Studi Deskriptif Kualitatif pada Sentra Industri Tas dan Koper
atau Intako Tanggulangin dan Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo)
JURNAL
Oleh:
Rafika Putri Amaliah
NIM 0911220027
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai usaha Dinas Pariwisata Kabupaten Sidoarjo dalam
membentuk destination branding wisata belanja Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini mengambil
studi pada INTAKO (Industri Tas dan Koper) dan Kampoeng Batik Jetis. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan tahap pembentukan dan elemen pembentuk destination branding wisata
belanja INTAKO Tanggulangin dan Kampoeng Batik Jetis Kabupaten Sidoarjo.
Teori dan konsep dipaparkan oleh peneliti dipergunakan sebagai bahan analisis data
temuan peneliti di lapangan. Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori message
production serta goals-plans-action models dari Dillard. Beberapa konsep yang gunakan oleh
peneliti adalah konsep mengenai identitas korporat, branding, destination branding meliputi
tahapan dan elemen pembentukan destination branding. Jenis dan tipe yang digunakan pada
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan tahapan pembentukan Intako dan Kampoeng Batik Jetis
sebagai destination branding Kabupaten Sidoarjo. Elemen pembentuk Intako dan Kampoeng
Batik Jetis sebagai destination branding Kabupaten Sidoarjo adalah brand identity dan brand
essence serta brand culture pada destination branding Kabupaten Sidoarjo.
Masa Depan”. Menurut Badan Perencanaan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian
ini
dilatarbelakangi
oleh
Daerah
Pemerintah
Kabupaten
Sidoarjo
(2010),
pencanagan
“Sidoarjo
Bangkit
ketertarikan peneliti pada bencana semburan
Membangun Masa Depan” yang dilakukan
Lumpur Lapindo yang berlangsung dari tahun
oleh Bupati Sidoarjo pada peringatan Hari
2006 hingga kini tahun 2013 di Kabupaten
Ulang Tahun Pemerintah Kabupaten Sidoarjo
Sidoarjo.
Lumpur
ke 148, pada selasa 31 Januari 2007. Sejak saat
bagaikan
dua
Lapindo
di
Sidoarjo
sisi
itulah mulai tampak kegiatan-kegiatan dengan
munculnya Lumpur Lapindo di Sidoarjo
tema “Sidoarjo Bangkit” terlihat di Kabupaten
membawa banyak kerugian bagi Kabupaten
Sidoarjo.
Sidoarjo,
bidang
Perencanaan Daerah Pemerintah Kabupaten
www.tempointeractive.com
Sidoarjo (2010), pada tahun 2008 Pemerintah
(Bintariadi, 2007) yang menunjukan hasil
Kabupaten Sidoarjo membuat wacana, salah
analisa internal para pengusaha, penyebab
satunya
penurunan pelanggan karena adanya luberan
Sidoarjo sebagai tujuan wisata belanja dan
Lumpur Lapindo di Sidoarjo. Namun di sisi
pengembangan pasar.
mata
terutama
kepariwisataan.
koin,
di
dalam
satu
Lebih
adalah
lanjut
menurut
menjadikan
Badan
Kabupaten
lain kondisi ini membuat nama Kabupaten
Salah satu tujuan wisata belanja yang
Sidoarjo lebih dikenal, meski melalui Lumpur
dibuka dan diresmikan pada tahun 2008 adalah
Lapindo.
Kampoeng Batik Jetis. Menurut artikel dalam
Pemerintah
Kabupaten
Sidoarjo
bisnisukm.com
(Sidoarjo
Bangkit
dengan
dengan
Potensi Batik Jetis, 2009) menunjukan bahwa
mencanangkan “Sidoarjo Bangkit Membangun
Sidoarjo bangkit dengan potensi batik jetisnya.
menyikapi
kondisi
demikian
1
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo
demikian sesuai dengan pendefinisian yang
juga menjadikan Intako Tanggulangin sebagai
diungkapkan Murfianti (2012, h. 75) mengenai
sasaran „Sidoarjo Maju Membangun Masa
destination branding dalam proceeding NCCB
Depan‟. Menurut Badan Perencanaan Daerah
2012
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo (2010), hal
memasarkan potensi sebuah daerah. Konsep
ini
destination branding didasari oleh passion dan
diwujudkan
dalam
bentuk
kegiatan
sebagai
identitas
Tanggulangi Expo pada tahun 2008.
“Strategi
yang
bagaimana
menarik
yang
saling
Kegiatan membuka tujuan wisata belanja
berhubungan dengan berbagai hal yang akan
yang dilakukan oleh Kabupaten Sidoarjo
memudahkan orang memiliki asosiasi dengan
dilandasi
tempat tersebut”.
oleh
Sidoarjo
Bangkit
yang
Destination branding menurut Alifahmi
dilakukan untuk merubah cara pandang publik
terhadap
Kabupaten
Sidoarjo.
Kondisi
bentuk upaya branding, yang mana
destination branding merupakan salah satu
dan Idris (2012, h. 9) merupakan salah satu
Manfaat Penelitian
1.
komponen yang ikut serta membentuk country
Manfaat akademis
a. Penelitian
branding.
berguna
memperkaya
Istilah branding didefinisikan oleh Joe
penelitian
Marconi sebagai berikut. “Kombinasi image,
branding.
reputasi
ini
dan
performance,
proses
b. Penelitian
referensi
dengan
ini
tema
untuk
mengenai
destination
diharapkan
dapat
berkembangnya reaksi rasional, emosional dan
mengembangkan bahasan dan konsep
psikologis
destination branding yang sudah ada
pada
suatu
merek.”
(dalam
Murfianti, 2012).
Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahap pembentukan Intako dan
sebelumnya.
2.
Manfaat praktis
a. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
Kampoeng Batik Jetis sebagai destination
memberi pengetahuan yang lebih luas
branding bagi Kabupaten Sidoarjo?
kepada
2. Bagaimana elemen pembentuk Intako dan
Kampoeng Batik Jetis sebagai destination
branding?
masyarakat
mengenai
destination branding di Kabupaten
Sidoarjo.
b. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
Tujuan Penelitian
dijadikan sebagai bahan pertimbangan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
dan
tahap pembentukan serta elemen pembentuk
Kabupaten Sidoarjo khususnya Dinas
Intako dan Kampoeng Batik Jetis sebagai
Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan
destination branding Kabupaten Sidoarjo.
Olah
referensi
Raga
bagi
untuk
pemerintah
menyelesaikan
2
permasalahan–permasalahan
yang
membutuhkan komunikasi, orang secara
terkait dengan destination branding
spontan membentuk tujuan komunikasi,
Kabupaten Sidoarjo.
yang mana dalam kondisi tersebut ada
perencanaan pesan dan pesan tersebut
TINJAUAN PUSTAKA
melibatkan aksi untuk melakukan rencana
Teori Message Production
Salah satu kajian ilmu komunikasi yang
akhir.
Berikut
berkaitan dengan pesan adalah teori message
sebagai berikut:
production. Greene (2009) menyatakan terjadi
1. Situation
beberapa
sub
bahasan
pergeseran pada penelitian dan teori “second
Hample menjelaskan bahwa pesan
generation” message production, dari bahasan
akan diproduksi pada situasi yang terkait
mengenai karakteristik pengaruh pesan dan
dengan tujuannya. Hal ini seperti yang
pemilihan strategi, menuju ke arah yang lebih
diungkapakan
menekankan pada tujuan serta perencanaan
Donsbach, 2008) sebagai berikut “message
dan pelaksanaan tujuan.
will
Lebih lanjut Dillard dalam Donsbach
(2008) menjelaskan bahwa: “The object of
oleh
produced
in
Hample
respect
(dalam
to
these
situational elements, as well as to goals”.
2. Goals
reserch on message production to answer the
Donsbach (2008, 3098) Dua jenis tujuan
question. “why do people say what they do?”.
dalam model goal, plan dan message adalah
Berdasarkan
tersebut
peneliti
primary goals dan secondary goals, jenis
kajian
message
pertama yakni tujuan utama atau primary
production objek peneliti bermaksud unutk
goals yang membingkai situasi. Jenis kedua
menjelaskan mengapa orang mengatakan hal
disebut
yang mereka lakukan.
secondary goals, yang
memahami
penjelasan
bahwa
pada
Salah satu model pada teori message
macam
dengan
motif
tujuan
sekunder
atau
membawa berbagai
permasalahan.
Keberadaan
production yang dihasilkan oleh Dillard adalah
tujuan sekunder dapat menjadi penting ketika
the goals-plans-action model. Pokok bahasan
tujuan tersebut meliputi keberadaan tujuan
the goals-plans-action model dijelaskan oleh
utama.
Donsbach sebagai berikut:
3. Plans
“The idea is that, upon encountering a
situation that calls for communication, people
spontaneously, form communication goals,
which stimulate message plans, and the
message (or action) involves acting out the
final plan” (Donsbach, 2008).
Ide utama dari the goals-plans-action model
adalah saat menemui sebuah situasi yang
Bahasan selanjutnya pada GPA (the
goals-plans-actionl) model adalah plans, plans
merupakan bagian dari proses produksi pesan
yang mana konten berperan di dalamnya.
Rencana adalah proyeksi urutan tindakan yang
dimaksudkan
untuk
mencapai
tujuan.
3
Keberadaan pesan adalah untuk muncul pada
pembentukan
rencana, yang dilakukan secara sengaja dan
korporat. Keberadaan identitas dan brand pada
bertujuan.
Lebih
lanjut
dalam
suatu perusahaan dijelaskan oleh Abrat &
Donsbach
(2008,
h.
menjelaskan
Klyen (2011, h. 1053) Identitas korporat yang
Berger
3099)
identitas
adalah
branding
keberadaan plan yang memiliki hirarki, “plan
disampaikan
exists simultaneously at several hierarchically
diwujudkan dalam bentuk identitas visual,
organized levels of abstraction, ranging from
janji,
general intention
mengkomunikasikannya baik secara implisit
requirements
down
of
to
the
physical
pronunciation
and
melalui
serta
brand,
corporate
kepribadian
merek
dan
maupun eksplisit.
performance”. Proyeksi urutan tindakan dalam
Konsep branding yang diutarakan oleh
hirarki rencana dimulai dari abstraksi, niat
Hislop (2001) menjelaskan bahwa branding
hingga pada pengucapan serta pelaksanaan.
merupakan sebuah proses untuk membentuk
4. Message
serangkaian
Dillard dalam Donsbach (2008, h. 3100)
asosiasi
produk
atau
jasa
perusahaan yang menjadi pembeda. Malaval
menjelaskan mengenai temuan utama yang
dalam
Robichaud,
dkk.
(2012,
h.
3)
terkait dengan bahasan message atau pesan
menjelaskan Proses branding dimulai dengan
sebagai berikut,“The main findings, which are
mengkonstruksi brand, yang melibatkan
robust, are that situationally activated goals
perincian dan ketajaman atas keseluruhan
predict message apparent objectives, and that
identitas brand.
plan content predicts message content”.
Alifahmi (2012, h. 9) menjelaskan untuk
Tujuan situasional ada untuk memprediksikan
membangun citra bangsa, maka diperlukan
sasaran pesan, dan isi pada sebuah rencana
membangun merek (brand), dimulai dari
dapat memprediksikan isi dari pesan.
level merek personal (personal branding),
Identitas dan Branding
merek produk (product branding), merek
Definisi identitas perusahaan menurut
perusahaan
atau
institusi
Rekom (2005, h. 1) “the sum of all the ways a
(corporate/institutional branding ), hingga
company choosees to identify itself to all its
merek kawasan (destination branding).
public”. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
Destination Branding
dipahami bahwa iendtitas merupakan cara
yang
digunakan
perusahaan
untuk
memperkenalkan diri pada publiknya.
menjelaskan bahwa salah satu hal yang
kontribusi
positif
4)mendefinisikan destination branding sebagai
seperangkat
Lebih lanjut Argenti (2010, h. 79)
memberi
Goeldner dkk dalam Iliachenko 2005, h.
asosiasi
merek
yang
dapat
menjadi tanda pengenal atau pembeda suatu
lokasi
dengan
menawarkan
pengalaman
terhadap
4
berwisata yang mengesankan pada lokasi
identitas daerah yang bersifat intagible yang
tersebut.
diperkenalkan
Kaplanidou mendefinisikan (2003, h. 2).
Hakikat
destination
kombinasi
atribut
adalah
branding
sebuah
daerah
yang
kepada
publik,
untuk
menggambarkan daerah tersebut.
3.
Brand
launch
and
introduction:
communicating the vision .
Langkah selanjutnya setelah tagline
diwujudkan dalam satu konsep yang dapat
menyampaikan identitas unik dan kerakteristik
dibuat
lokasi yang berbeda dari kompetitornya.
menurut
Tahap
Murfianti, 2012, h. 75) menjelaskan bahwa
Pembentukan
Destination
adalah
brand
Branding
Morgan & Pritchard (dalam Murfianti,
memperkenalkan
Morgan
launch
berbagai
media
&
dapat
Pritchard
dilakukan
sebagai
brand,
(dalam
melalui
berikut, “media
2012, h. 75-76) menyarankan lima tahapan
relations seperti advertising, direct marketing,
untuk melakukan destination branding dalam
personal selling, website, brochures, atau
merubah image sebuah daerah, yakni sebagai
event
berikut:
marketing
1.
journalist” (Murfianti, 2012). Tahapan ini
Market investigation, analysis and
organizer,
film-makers,
destination
(DMOs)
organization
serta
merupakan tahap mengkomunikasikan brand
strategic recommendations.
Tahapan ini menurut Murfianti (2012, h.
75) dilakukan kegiatan riset pemetaan potensi
melalui berbagai media yang tersedia.
4.
Brand implementation.
dapat
Tahap selanjutnya Morgan & Pritchard
dikembangkan serta menyusun strategi. Hal
(dalam Murfianti, 2012, h. 76) menjelaskan
tersebut
dari
bahwa brand implementation merupakan sutau
kegiatan market investigation, analysis and
usaha untuk mengintegrasikan semua pihak
adalah untuk
yang terlibat dalam pembentukan merek,
pasar,
hal-hal
strategic
apa
menunjukan
saja
yang
bahwa
recommendation
fungsi
menemukan dan menyusun strategi apa saja
sehingga destination branding dapat berhasil.
yang dapat dikembangkan oleh destinasi.
5.
2.
Monitoring, evaluation and review.
Tahap ini dijelaskan oleh Morgan &
Brand identity development
Brand identity menurut Morgan &
Pritchard (dalam Murfianti, 2012, h. 76)
Pritchard (dalam Murfianti, 2012, h. 75),
sebagai sebuah usaha untuk monitoring apakah
“Brand
ada
identity
development
dibentuk
penyimpangan,
dan
berdasarkan visi, misi dan image yang ingin
sebagainya.
dibentuk daerah tersebut”. Konsep tersebut
kemudian dievaluasi dan di-review untuk
menunjukan bahwa tahap brand identity
perbaikan selanjutnya.
development
adalah
tahap
Hasil
kekurangan
monitoring
tersebut
menentukan
5
merek yang sifatnya sama dengan kondisi
Elemen Destination Branding
Kaplanidou 2003, h. 3) menjelaskan
bahwa branding bukan hanya merupakan
sentimentel yang dimiliki oleh manusia.
5. Brand culture
merek, brand menggabungkan banyak elemen
Menurut Kaplanidou (2003, h. 3) brand
yang kemudian diformulasi menjadi sebuah
culture menunjukan bhawa budaya pada
konsep destination brand. Elemen tersebut
merek merupakan serangkaian sistem nilai
terdiri atas brand identity, brand essence atau
yang saling terintegrasi satu sama lain,
soul,
brand
brand
character,
brand
sehingga dapat menggambarkan budaya pada
personality, brand culture dan brand image.
kawasan tersebut.
Berikut ini penjelasan masing-masing elemen:
6. Brand image
Menurut
1. Brand identity
(Kaplanidou, 2003, h. 3) identity
Brand
merupakan
serangkaian
strategi
yang
diwujudkan dalam bentuk asosiasi yang
merepresentasikan barang atau jasa tersebut.
Kaplanidou (dalam Octaviany, 2011, h. 25)
(2003,
h.
3)
merupakan komponen utama pembentukan
identitas merek yang mudah dikenali, sehingga
konsumen
dapat
mengapresiasi
merek
tersebut.
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian
lebih lanjut menjelaskan bahwa brand identity
dapat merefleksikan produk dan jasa yang
Kaplanidou
ini
menggunakan
tipe
kualitatif dan jenis penelitian deskriptif.
Penelitian ini Peneliti dalam penelitian ini
ditawarkan lokasi destinasi.
fokus pada keberadaan Intako dan Kampoeng
2. Brand essence atau brand soul
Kaplanidou (2003, h. 3) menjelaskan
mengenai konsep brand essence sebagai suatu
hal yang dapat mewakili elemen emosional
Batik Jetis sebagai destination branding
Kabupaten Sidoarjo, dan dikerucutkan pada
tahap pembentukan dan elemen pembentuk
Intako dan Kampoeng Batik Jetis sehingga
dan nilai brand tersebut.
dapat menjadi destination branding Kabupaten
3. Brand character
Sidoarjo. Sumber data yang dipergunakan
Menurut Kaplanidou (2003, h. 3)
menjelaskan
sebagai
berwisata
konsep
hubungan
para
brand
antara
character
pengalaman
wisatawan
dengan
terbentuknya karakter merek.
4. Brand personality
Brand personality menurut Kaplanidou
(2003, h. 3) adalah seperangkat kepribadian
adalah data primer berupa wawancara semi
terstruktur
observasi
non-partisipan,
data
sekunder yang dipergunakan peneliti adalah
berupa
dokumen dan dokumentasi. Teknik
analisis data kualitatif yang digunakan peneliti
adalah dari Bodgan dan Biklen. Peneliti
menggunakan
triangulasi
sumber
untuk
mengecek keabsahan data.
6
Intako sebagai sebuah destinasi wisata. Rekom
HASIL DAN PEMBAHASAN
Strategi
Pemetaan
Pasar
Intako
dan
(2005)
mendefinisikan
cara
identitas
sebagai
dipilih
untuk
Kampoeng Batik Jetis sebagai Destination
sejumlah
yang
Branding Kabupaten Sidoarjo.
mengidentifikasikan dirinya terhadap publik.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti
Kelebihan ini dapat disebut sebagai salah satu
menunjukan bahwa, produk Intako tidak
pilihan intako untuk membentuk identitas
membidik segmen pasar tertentu, produk yang
Intako.
Selanjutnya
ditawarkan di Intako beraneka macam jenis tas
berdasarkan
data
yang
serta dengan harga yang juga bervariasi.
diperoleh peneliti di lapangan menunjukan
Produk yang bervariasi tersebut berasal dari
bahwa
para pengrajin di Intako yang masing-masing
Kampoeng Batik Jetis adalah masyarakat
memiliki spesialisasi pada jenis tas tertentu.
Madura, namun setelah lokasi pembuatan batik
Data di lapangan juga menunjukan bahwa
Jetis
pihak
tidak
industri wisata belanja, maka segmen ini pun
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
semakin berkembang. Perubahan segmen yang
riset pasar, hal ini dikarenakan adanya nilai
terjadi pada Kampoeng Batik Jetis, maka
yang diyakini oleh penggurus Koperasi Intako,
perubahan tersebut merupakan salah satu
yakni “ketika mereka hadir, maka konsumen
upaya untuk mengidentifikasi segmen utama
akan datang dengan sendirinya”.
produk
pengurus
Koperasi
Intako
dulunya
peminat
diresmikan
menjadi
Kampoeng
Batik
utama
produk
sebuah
Jetis.
sentra
Strategi
Kondisi produk Intako, serta nilai yang
semacam ini jika dihubungkan dengan konsep
diyakini oleh para penggurus koperasi Intako
Morgan and Pritchard (dalam Murfianti, 2012)
dapat menjadi salah satu strategi pemetaan
mengenai tahap market investigation, analysis,
pasar. Dalam hal ini Morgan dan Pritchard
and
(dalam Murfianti, 2012) menyarankan untuk
dilakukan untuk mengetahui hal-hal apa saja
melakukan pemetaan pasar yang berguna
yang dapat dikembangkan serta menyusun
untuk menemukan dan menyusun strategi apa
strategi, maka dapat diketahui bahwa strategi
yang dapat dikembangkan. Nilai yang diyakini
tersebut
oleh penggurus koperasi Intako merupakan
implementasi pelaksanaan tahap ini.
salah satu bentuk hal yang dapat membedakan
Intako
dengan
lokasi
lain
yang
juga
strategic
recommendations
merupakan
Kelebihan
sebagian
Kampoeng
dari
Batik
yang
hasil
Jetis
membentuk diferensiasi produk Kampoeng
Batik Jetis, hal ini seperti yang diungkapkan
memproduksi barang sejenis.
Hal inilah yang dapat menjadi pembeda
oleh Hislop (2001) yang menyatakan bahwa
bagi Intako dan menjadi salah satu unsur
pada proses pembentukan branding, salah satu
berkontribusi
dalam
pembentuk
identitas
7
tujuannya adalah membentuk diferensiasi pada
hal visual
yang dapat diketahui secara
objek.
eksplisit, hal ini seperti yang diungkapkan oleh
Identity Development Intako dan Kampoeng
Abrat (2011) identitas korporat dapat juga
Batik Jetis sebagai Destination Branding
disampaikan salah satunya melalui identitas
Kabupaten Sidoarjo.
visual secara eksplisit. Bentuk-bentuk identitas
Wacana dibentuknya Intako menjadi
visual tersebut salah satunya seperti pada
sebuah destination branding berawal ketika
Kampoeng Batik Jetis pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo membentuk
Sidoarjo membuat garupa di depan jalan
wisata belanja dan Intako dilibatkan dalamnya.
masuk menuju lokasi dan membuat taman
Berawal dari wacana tersebut Kampoeng Batik
untuk men-setting lokasi tersebut.
Jetis dibentuk sebagai sebuah sentra industri
Menurut Morgan dan Pritchard (dalam
serta destination branding yang diharapkan
Murfianti, 2012) brand identity development
menjadi
adalah tahap menentukan identitas guna
salah satu potensi
yang dapat
membentuk identitas Kabupaten Sidoarjo.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo saling
diperkenalkan kepada khalayak. Tahap ini
adalah tahap penentuan identitas yang ingin
bersinergi untuk membentuk Kampoeng Batik
dibangun dan diperkenalkan kepada khalayak.
Jetis sebagai destination branding. Pihak-
Brand Launch Intako dan Kampoeng Batik
pihak tersebut diantaranya Dinas Pariwisata
Jetis
Kabupaten Sidoarjo, Dinas Koperasi serta
Kabupaten Sidoarjo.
sebagai
Destination
Branding
Keberadaan Intako dan Kampoeng Batik
Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo tidak
Jetis tidak hanya menjadi sebuah wacana, tapi
hanya saling bersinergi dalam pembentukan
juga diperkenalkan melalui berbagai media
Kampoeng Batik Jetis sebagai destination
dan cara yang ada. Morgan dan Pritchard
branding Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan
(Murfianti,
data yang diperoleh menunjukan bahwa
menggunakan berbagai media dan cara yang
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo bekerja sama
ada seperti advertising, direct marketing,
dengan penggurus
personal selling, website, brochures, atau
koperasi
Intako serta
pemerintah Provinsi Kabupaten Sidoarjo.
Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten
2012),
menyarankan
event orgenizer dan lain sebagainya. Berikut
ini media dan cara yang dipergunakan untuk
Sidoarjo membentuk Intako dan Kampoeng
memperkenalkan
Batik Jetis sebagai destination branding juga
Kampoeng Batik Jetis, sebagai berikut:
untuk membentuk identitas Sidoarjo. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk membentuk
identitas tersebut adalah dengan menampilkan
untuk
keberadaan
Intako
dan
a. Website
Website yang digunakan sebagai media
promosi
adalah
website
resmi
Dinas
8
Pariwisata Kabupaten Sidoarjo, dengan alamat
dilakukan
http://pariwisata.sidoarjokab.go.id/,
Kabupaten Sidoarjo ke-152, pada 4-6 Februari
http://pesonawisatasidoarjo.com/. Website lain
2011.
yang juga memuat mengenai destinasi wisata
belanja
adalah
http://www.intako-
memperingati
hari
jadi
Word of mouth
Data menunjukan bahwa cara ini juga
dipergunakan
tanggulangin.com/.
b.
e.
untuk
untuk
menarik
kedatangan
wisatawan.
Leaflet dan katalog
Leaflet dan kalatog ini mengulas secara
f. Personal selling
singkat dan foto-foto mengenai obyek-obyek
Merupakan suatu proses membantu dan
wisata unggulan yang berada di Kabupaten
membujuk satu atau lebih calon konsumen
Sidoarjo serta peta Kabupaten Sidoarjo, yang
untuk membeli barang atu jasa atau bertindak
didalamnya
sesuai ide tertentu dengan menggunakan
juga
menyebutkan
mengenai
presentasi oral (komunikasi tatap muka)
INTAKO dan Kampoeng Batik Jetis.
c.
(Boyd, Walker, Larrche;1997:65).
Baliho
Upaya
Baliho merupakan media promosi yang
pengkomunikasian
kedua
banyak digunakan oleh Dinas Pariwisata
destinasi tersebut merupakan suatu upaya
maupun
untuk
pihak
INTAKO,
untuk
meyakinkan
dan
menegaskan
mempromosikan keberadaan INTAKO dan
keberadaan Intako dan Kampoeng Batik Jetis
Kampoeng Batik Jetis. Baliho yang digunakan
di Sidoarjo. Kondisi demikian merupakan
untuk mempromosikan Kampoeng Batik Jetis
salah satu wujud plan dalam model goals-
terletak di sekitar kawasan tersebut.
plan-action pada teori massage production.
d.
Hal ini dikarenakan upaya pengkomunikasian
Event
Berdasarkan dokumen yang diperoleh,
merupakan bagian dari rencana yang disusun
menyebutkan salah satu event tersebut bertajuk
untuk
menjadikan
Pameran Sidoarjo Bangkit Fair pada tanggal
Kabupaten
24 Desember 2011. Pameran ini untuk
Kampoeng Batik Jetis.
Sidoarjo
destination
melalui
branding
Intako
dan
mengangkat nama Sidoarjo melalui produk-
Keberadaan rencana utama dan rencana
produk unggulan Kabupaten Sidoarjo. Event
sekunder dijelaskan dalam Donsbach (2008)
lain
untuk
yang menyatakan bahwa tujuan terdiri dari dua
INTAKO,
yakni tujuan utama atau primary goals dan
Kampoeng Batik Jetis serta destinasi-destinasi
tujuan sekunder atau secondary goal, yang
wisata belanja juga dilaksanakan melalui event
mana dijelaskan bahwa kedua tujuan ini saling
Festival Kampung-Kampung UMKM (Usaha
berhubungan satu sama lain. secondary goal
Mikro Kecil dan Menengah). Festival ini
mengelilingi primary goals serta secondary
yang
juga
mempromosikan
dipergunakan
keberadaan
9
Hal
goal tersebutlah yang menyebabkan banyak
lain
yang
dilakukan
strategi
untuk
motif. Pada tahap ini secondary goals, pada
mengimplementasikan
kondisi ini adalah untuk membuat sang
branding Kabupaten Sidoarjo adalah dengan
penerima pesan mengetahui dan bersedia
melakukan pembinaan. Berdasarkan data yang
untuk berkunjung dikedua destinasi tersebut.
diperoleh peneliti menunjukan bahwa ada
Keberadaan primary goals terletak pada tujuan
upaya-upaya pembinaan yang dilakukan oleh
besar Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk
Pemerintak Kabupaten Sidoarjo terkait dengan
membentuk destination branding Intako dan
pembinaan mengenai manajemen pelayanan.
Kampoeng Batik Jetis.
Tahap
destination
mengimplementasikan
kegiatan
dan
destination branding disebut dengan brand
Kampoeng Batik Jetis sebagai Destination
implementation oleh Morgan & Pritchard.
Branding Kabupaten Sidoarjo.
Brand implementation
Brand
Implementation
Intako
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan
Pritchard
(dalam
menurut Morgan &
Murfianti,
2012:76)
untuk mewujudkan misi dan tujuan tersebut
dibentuknya untuk mengintegrasikan semua
adalah dengan membentuk kelompok sadar
pihak
wisata
destination branding.
(pokdarwis), kelompok ini untuk
yang terlibat
dalam
pembentukan
destinasi-destinasi
Kondisi ini jika dalam goal-plan-action
wisata yang berada di Kabupaten Sidoarjo. Hal
model dapat disebut sebagai sebuah rencana
lain
untuk
atau goal yang merupakan urutan tindakan
mengimplementasikan misi adalah menjalin
untuk mencapai tujuan. Sehingga dengan kata
kerja sama dengan para pengusaha travel
lain pengimplementasian brand ini dilakukan
untuk menggunakan jasa pemandu wisata.
sebagai salah satu bentuk rencana untuk
mendukung
keberadaan
yang
dilakukan
Data menunjukan bahwa ada bentuk
mengkomunikasikan pesan-pesan keberadaan
kerja sama yang dilakukan antara pengelola
destination branding Intako dan Kampoeng
destinasi dengan pengusaha jasa travel untuk
Batik Jetis di Kabupaten Sidoarjo. Lebih lanjut
mengarahkan wisatawan untuk datang ke
dalam Donsbach (2008) dijelaskan bahwa
Intako dan Kampoeng Batik Jetis, serta
dalam sebuah plan terdapat beberapa hirarki,
bekerja sama dengan pihak travel untuk
yang diawali dengan abstraksi, niat hingga
menyediakan jasa pemandu wisata. Selain itu
pada pengucapan serta pelaksanaan. Hal yang
untuk menjamin kenyamanan wisatawan untuk
dilakukan
berwisata belanja, pembenahan dan pengadaan
Sidoarjo sebagai pencetus rencana untuk
infrastruktur dan fasilitas senantiasa dilakukan,
mengimplementasikan destination branding
hingga mematenkan merek.
ini adalah menjalin kerjasama dengan berbagai
oleh
Pemerintah
Kabupaten
pihak untuk mewujudkan tujuan tersebut.
10
Kondisi tersebut jika dikaitkan dengan hirarki
Analisis Elemen Pembentuk Intako dan
plans, maka dapat dipahami bahwa tahap ini
Kampoeng Batik Jetis sebagai Destination
merupakan tahap pelaksanaan.
Branding Kabupaten Sidoarjo.
Upaya
Mengikutsertakan
Sidoarjo
pada
Masyarakat
Bahasan mengenai destination branding
Destination
yang perlu dibahas adalah mengenai elemen
Kegiatan
destination branding Intako dan Kampoeng
Branding Sidoarjo
Upaya
mensosialisasikan
keberadaan
Batik Jetis yang ikut berkontribusi dalam
destinasi wisata di Kabupaten Sidoarjo kepada
terbentuknya elemen destination branding.
masyarakat Sidoarjo, jika dalam teori message
Ciri Khas dan Kelebihan Intako dan
production dapat disebut
Kampoeng Batik Jetis di Mata Wisatawan
oleh Donsbach
(2008) sebagai plan atau rencana. Plan
Bahasan ini dimulai dengan data yang
didefinisikan dalam Donsbach (2008) sebagai
diperoleh
proyeksi urutan tindakan yang dimaksudkan
wisatawan mendeskripsikan Intako menurut
untuk mencapai tujuan. Pada kegiatan yang
sudut pandang mereka. Berdasarkan hasil
bertajuk “Bangkitkan Pariwisata Sidoarjo”,
wawancara peneliti dengan para wisatawan
pihak
menunjukan bahwa
Pemerintah
Kabupaten
Sidoarjo
peneliti
mengenai
bagaimana
wisatawan mengenal
bertujuan untuk mengajak masyarakat Sidoarjo
keberadaan
untuk
dianggap sebagi pusat pembuatan kerajinan
memberikan
dukungan
terhadap
pariwisata di Kabupaten Sidoarjo.
Intako
sebagai
lokasi
yang
tangan tas berbahan dasar kulit. Berdasarkan
Keterlibatan masyarakat menjadi salah
data tersebut dapat diidentifikasikan sesuatu
satu hal yang fokuskan oleh Morgan &
yang dikenal oleh wisatawan dari Intako,
Pritchard (dalam Murfianti, 2012, h. 75), yang
yakni produknya.
menyebutkan bahwa masyarakat setempat
Data selanjutnya menyebutkan salah satu
merupakan salah satu pihak yang seharusnya
melalui ciri khas produk Intako. Data di
terlibat
destination
lapangan menunjukan bahwa, para informan
branding. Keberadaan kegiatan tersebut dapat
melihat ciri khas Intako ada pada produknya
juga mengindikasikan keinginan Pemerintah
yang merupakan kerajinan tangan masyarakat
Kabupaten Sidoarjo untuk terlibat dalam
Tanggulangin sendiri, dan keberadaannya
kegiatan
diturunkan dari generasi ke generasi. Data
dalam
yang
pembentukan
berkaitan
kepariwisataan di Kabupaten Sidoarjo.
dengan
tersebut
jika
dihubungkan
dengan
data
sebelumnya, maka dapat ditemukan gambaran
produk Intako. Gambaran produk menurut
Argenti (2010, h. 78) merupakan salah satu
manifestasi aktual dari realita perusahaan yang
11
dapat menunjukan identitas suatu korporat.
terhadap Intako. Hal ini dikarenakan data yang
Jika produk merupakan dapat menjadi salah
diungkapkan oleh wisatawan menunjukan
satu unsur pembentuk identitas, maka dalam
produk yang dijual oleh Intako, manfaat
kondisi ini dapat dikatakan bahwa gambaran
emosional yang diperoleh dengan adanya
produk
pada
Intako dan gambaran visual Intako di mata
pembentukan identitas. Sehingga hal tersebut
mereka. Terkait dengan kondisi ini Kaplanidou
juga dapat menunjukan bahwa wisatawan
(2003, h. 3) menyebutnya dengan brand
mengenal
identity. Brand identity merupakan salah satu
Intako
dapat
Intako
berkontribusi
melalui
identitas
yang
elemen pembentuk destination branding, yang
dimunculkan dari ciri khas Intako.
Data yang diperoleh peneliti selanjutnya
merupakan identitas dari produk itu sendiri,
menunjukan bahwa, wisata menilai Intako
serta
seperangkat
asosiasi
yang
dapat menjadi pilihan wisata belanja, serta
merepresentasikan barang atau jasa.
dapat
pihaknya dapat memperoleh kerajinan tangan
Analisa peneliti mengenai hal-hal yang
berupa tas dan koper. Data tersebut merupakan
disebut dengan brand identity di Intako, maka
data yang diperoleh peneliti ketika menanyaka
dapat
mengenai
keuntungan
diperoleh
identity Intako terbentuk melalui ciri khas
wisatawan
ketika
Intako.
produk Intako sebagai destinasi wisata belanja
yang
berbelanja
di
diambil
kesimpulan
yang
menjelaskan bahwa identitas yang kuat dapat
masyarakat Keden sari, gambaran Intako
tercipta melalui manfaat emosional, data yang
dibenak
diperoleh peneliti tersebut mengindikasikan
diperoleh wisatawan dengan adanya Intako
adanya manfaat yang diperoleh wisatawan
sebagai destination brand Kabupaten Sidoarjo.
dengana adanya Intako. Hal tersebut dapat
Wisatawan tidak hanya mengenal Intako
membangun
bahwa
manfaat
identitas
berkontribusi
Intako
sebagai
hasil
wisatawan
kerajinan
brand
Menurut Kaplanidou (dalam Murfianti, 2010)
dikatakan
merupakan
bahwa
serta
manfaat
tangan
yang
melalui ciri khas yang dimilikinya, tapi juga
melalui
kelebihan
produknya.
Data
menunjukan bahwa Intako memiliki beberapa
destination brand Kabupaten Sidoarjo.
yang
kelebihan, yakni penyediaan barang yang
yang
variatif di showroom-nya serta harga produk
meyebutkan mengenai gambaran Intako di
yang relatif terjangkau. Pada penelitian ini,
mata wisatawan, ciri khas Intako, dan manfaat
peneliti melihat bahwa kelebihan yang dimiliki
yang diperoleh wisatawan dengan adanya
oleh produk Intako menjadi salah satu bentuk
Intako sebagai destination brand, maka dapat
nilai brand, karena melalui nilai tersebutlah
analisa bahwa hal-hal yang diungkapkan
brand essence dapat terbentuk. Brand essence
tersebut merupakan wujud asosiasi wisatawan
sendiri menurut Kaplanidou (2003, h. 3)
Jika
diperoleh
kembali
peneliti
pada
data-data
sebelumnya
12
merupakan suatu hal yang dapat mewakili
Batik Jetis. Brand identity sendiri menurut
elemen emosional dan nilai pada merek.
Kaplanidou (2003) merupakan salah satu
Sehingga
elemen pembentuk destination branding.
dapat
dipahami
bahwa
brand
Selain elemen brand identity, terdapat
essence Intako yang mampu mewakili nilai
merek berupa kelebihan yang dimiliki produk
juga
elemen
lain
yang
terdapat
Intako.
Kampoeng Batik Jetis. Berdasarkan data yang
diperoleh
peneliti
Batik Jetis dikenal melalui kondisi demografis
Kampoeng
Batik
dan produk yang dimilikinya. Data yang
eksistensi produk Kampoeng Batik Jetis
diperoleh terkait ciri khas Kampoeng Batik
dengan
Jetis, data menunjukan bahwa ciri khas itu
menggunakan teknologi printing, hal ini
berasal dari produknya, yakni batik Jetis. Ciri
menjadi kelebihan tersendiri bagi Kampoeng
khas tersebut dibangun melalui motif khas
Batik Jetis sebagai sebuah destinasi. Selain itu
batik jetis yang berupa kembang tebu,
kelebihan destinasi tersebut terdapat pada
kembang bayem dan berasa utah, pewarnaan
keberadaan pengrajin yang dekat dengan
batik yang cenderung cerah. Selain itu
lokasi destinasi.
identitas Kampoeng Batik Jetis sebagai sebuah
Budaya sebagai Daya Tarik Intako dan
destinasi dikenal melalui kondisi demografis
Kampoeng Batik Jetis
Data menunjukan bahwa Kampoeng
membuat
menyebutkan
pada
Jetis
batik
bahwa
mempertahankan
tulis
dan
tidak
masyarakat kampung tersebut yang mayoritas
Data menunjukan bahwa pemerintah
merupakan pengrajin. Ciri khas tersebut
Kabupaten Sidoarjo berharap Intako dapat ciri
merupakan
dapat
khas Sidoarjo melalui produk-produk yang
membentuk identitas Kampoeng Batik Jetis,
merupakan hasil karya masyarakatnya. Selain
yang mana keberadaan identitas tersebut dapat
itu data yang diperoleh peneliti melalui
membentuk branding Kampoeng Batik Jetis,
wisatawan yang menilai bahwa Intako dapat
hal
pernyataan
membuktikan bahwa Sidoarjo memiliki hasil
Robichaud (2012) yang menyatakan bahwa
karya kebudayaan berupa kerajinan kulit, yang
identitas merupakan salah satu aspek yang
ditujukan melalui produk-produk yang dimiliki
disepakati
oleh Intako.
ini
salah
satu
berdasarkan
dalam
hal
yang
pada
membentuk
strategi
branding. Identitas yang terbentuk melalui ciri
Intako merupakan salah satu warisan
khas produk dan lokasi Kampoeng Batik Jetis
nenek moyang, yang merupakan salah satu
tersebut,
identity.
wujud produk budaya, yang merupakan karya
Pemahaman ciri khas Kampoeng Batik Jetis
dari masyarakat Sidoarjo yang diwariskan
tersebutlah yang membentuk pemahaman
secara turun temurun. Keberadaan Intako
wisatawan mengenai
sebagai salah satu produk budaya yang juga
disebut
dengan
brand
identitas Kampoeng
13
merupakan warisan nenek moyang, membuat
merepresentasikan
keberadaan produk Intako sebagai sebuah
Kabupaten Sidoarjo melalui lambang pada
produk
Sidoarjo.
motif batik klasik yang diangkat dalam batik
Kaplanidou (2003) menjelaskan keberadaan
tersebut. Motif batik Jetis tersebut dapat
aspek budaya pada sebuah brand, yang
menggambarkan
disebutnya sebagai brand culture. Lebih lanjut
kekayaan sumber daya alam Sidoarjo.
budaya
Kabupaten
Kaplanidou menjelaskan definisi brand culture
Terdapat
nilai-nilai
ciri
khas
suatu
budaya
budaya
gagasan
pada
dan
data
sebagai suatu kumpulan sistem nilai yang yang
tersebut bahwa produk batik Jetis merupakan
dapat menggambarkan aspek budaya pada
sebuah
suatu daerah. Jika kembali pada data yang
memperkenalkan nilai-nilai budaya Kabupaten
menunjukan
Sidoarjo,
bahwa
keberadaan
Intako
produk
yang
melalui
digunakan
untuk
lambang-lambang
yang
merupakan salah satu wujud dari hasil sistem
digunakan dan tetap terpelihara pada produk
nilai budaya yang ada di Sidoarjo yang
tersebut.
keahliannya dilestarikan secara turun temurun
dalam
terutama kepada masyarakat Keden Sari di
menanamkan
sekitar Intako. Sehingga dapat diketahui
masyarakatnya melalui himbauan dan pekan
bahwa keberadaan elemen brand culture
swadesi. Selain itu jika ditinjau kembali
terdapat pada Intako melalui produknya yang
pembentukan Kampoeng Batik Jetis, maka
dianggap sebagai salah satu wujud produk
ditemukan adanya sebuah rencana untuk
budaya masyarakat Keden Sari.
menjaga warisan budaya Sidoarjo, dengan
Elemen yang sama juga terdapat di
Pemerintah
hal
menjaga
ini
Kabupaten
juga
nilai
Sidoarjo
berusaha
budaya
keberlangsungan
ini
untuk
kepada
hidup
para
Kampoeng Batik Jetis. Berdasarkan data yang
pengrajin batik di Jetis dengan menjadikan
diperoleh peneliti dapat diketahui bahwa
sebuah
pemerintahan
Sidoarjo.
Kabupaten
menghimbauan
kepada
para
Sidoarjo
pengawai
destination
Keberadaan
branding
Kampoeng
Kabupaten
Batik
Jetis
Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo untuk
sebagai destination branding bagi Kabupaten
menggunakan batik Sidoarjo, terutama ketika
Sidoarjo dapat menjadi sebuah cara yang
pekan swadesi yang jatuh pada 16 hingga 22
digunakan
Mei. Data menyebutkan bahwa pengrajin batik
menunjukan nilai-nilai budaya yang ada pada
Jetis menilai eksistensi elemen budaya produk
Sidoarjo. Kaplanidou (2003) menyebut bahwa
Kampoeng
pada
elemen budaya ada untuk menggambarkan
dipeliharanya motif klasik khas batik Jetis.
keberadaan kebudayaan pada kawasan atau
Data
juga
wilayah tersebut. Jika meninjau penjelasan
menyebutkan bahwa motif pada batik Jetis
dari Kaplanidou mengenai brand culture,
yang
Batik
Jetis
diperoleh
terletak
peneliti
untuk
memperkenalkan
dan
14
maka dapat diketahui bahwa elemen brand
tersebut bekerja sebagai pembeda sekaligus
culture Kampoeng Batik Jetis terletak ada
berkontribusi dalam membentuk identitas
pada produknya yang dapat menjadi sebuah
destination branding Kabupaten Sidoarjo.
pesan yang mengandung nilai-nilai budaya
Saran
untuk dikomunikasi kepada khalayak.
1. Saran akademis
1) Penelitian selanjutnya yang mengangakat
PENUTUP
tema destination branding pada suatu
KESIMPULAN
1. Tahap pembentukan Intako dan Kampoeng
kawasan
di
Batik Jetis sebagai destination branding
diharapkan
Kabupaten
kembali
Sidoarjo
ranah
dapat
ilmu
komunikasi,
mempertimbangkan
penggunaan
konsep-konsep
diawali
dengan
pasar.
Tahap
destination branding yang relevan dengan
selanjutnya adalah membangun identitas
kajian ilmu komunikasi, sehingga nantinya
melalui visualisasi karakter dan elemen-
akan diperoleh batasan yang jelas antara
elemen yang dimiliki Intako dan Kampoeng
bahasan destination branding pada kajian
Batik Jetis, untuk mengkomunikasikan
ilmu komunikasi dengan bidang ilmu yang
keberadaan kedua destinasi tersebut. Tahap
lain.
menentukan
segmen
adalah
2) Perlunya kegiatan pra-penelitian dan data
mengimplementasikan keberadaan Intako
yang konkret yang dapat menunjukan
dan
bahwa kawasan atau daerah yang dijadikan
akhir
yang
Kampoeng
dilakukan
Batik
Jetis
sebagai
destination branding dengan bekerja sama
sasaran
dengan pengusaha travel serta melibatkan
memiliki potensi yang dapat dieksplorasi.
masyarakat Sidoarjo.
Hal ini dilakukan agar peneliti selanjutnya
destination
branding
tersebut
2. Elemen pembentuk Intako dan Kampoeng
tidak hanya mendeskripsikan keberadaan
Batik Jetis sebagai destination branding
destination branding saja, namun juga
Kabupaten Sidoarjo ada pada produk yang
dapat menunjukan potensi mana yang dapat
dimiliki kedua destinasi tersebut. Ciri khas
digali lagi untuk mendukung keberadaan
dan kelebihan produk yang dimiliki Intako
destination branding tersebut.
dan Kampoeng Batik Jetis membentuk 1. Saran praktis
elemen brand identity dan brand essence
kedua
destinasi
tersebut.
Selain
itu
1) Pemerintah Kabupaten Sidoarjo perlu
melakukan
perencanaan
yang
lebih
keberadaan produk Intako dan Kampoeng
matang dalam pembentukan destination
Batik Jetis membentuk elemen brand
branding di Kabupaten Sidoarjo serta
culture
Kabupaten
pada
branding
perlu lebih banyak mengeksplorasi aspek
Elemen-elemen
budaya yang terdapat pada kawasan
destination
Sidoarjo.
15
destination branding Kabupaten Sidoarjo.
Hal
ini
dilakukan
berdasarkan
peneliti
analisa
yang
yang
menunjukan
bahwa terdapat elemen budaya pada
produk Intako dan Kampoeng Batik Jetis
yang masih berpotensi untuk digali dan
dikembangkan lebih lanjut.
2) Pemerintah Kabupaten Sidoarjo perlu
membentuk strategi yang berkelanjutan,
nyata
dan
terencana
untuk
terus
membangun brand Kabupaten Sidoarjo
dan membentuk spesifikasi
destination
branding Kabupaten Sidoarjo.
DAFTAR PUSTAKA
Karya Buku
Alifahmi,
Hifni.
(2008).
Marketing
Communication Orchestra. Harmonisasi
Iklan, Promosi dan Marketing Public
Relations.
Bandung:
Examedia
Publishing (Group Sygma).
Anholt, Simon. (2007). Competitive Identity:
The New Brand Management for
Nations, Cities and Regions. Diakses
melalui:
http://books.google.co.id/.
Diakses pada 19 November 2012.
Anshori, Y., dan Satrya, D, G. (2008).
Sparkling Surabaya: Pariwisata dengan
Huruf
L.
Malang:
Banyumedia
Publishing.
Ardianto, Elvonaro. (2010). Metodologi
Penelitian untuk Public Relations
Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Argenti, Paul. A. (2010). Komunikasi
Korporat (Edisi 5). (Idris, Terjemahan)
Jakarta: Salemba Humanika.
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
Jawa Timur. (2013). Batik Jawa Timur
Legenda dan Kemegahan.
Jawa
Timur.
BAPEDA Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.
(2010). Sidoarjo Bangkit Menuju Masa
Depan. Kabupaten Sidoarjo.
Boyd, Walker, Larreche. (1997). Manajemen
Pemasaran,
Suatu
Pendekatan
Strategis dengan Orientasi Global
(Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
Donsbach, Wolfgang. (2008). The Internation
Encyclopedia of Communication. UK:
Blackwell Publishing Ltd.
Greene, John O. (2009). Message Production:
Advances in Communication Theory
(Rountledge Commnucation Series).
Diakses
melalui
http://www.amazon.com/MessageProduction-Advances-CommunicationRoutledge/dp/0805823247/ref=sr_1_5/
179-10238470805865?s=books&ie=UTF8&qid=138
6690151&sr=1-5.
Kriyantono, Rachmat. (2008). Public Relations
Writing. Teknik Produksi Media Public
Relations dan Publikasi Korporat. Jakarta:
Kencana.
_________________. (2010). Teknik Praktis
Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising,
Komunikasi
Organisasi,
Komunikasi
Pemasaran. Jakarta: Kencana.
Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian
Kualitatif
Edisi
Revisi.
Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Sugiyono. (2008).
Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung
: Rosda Karya.
Artikel Jurnal
16
Abrat, Russell. & Kleyn, Nicola. (2012).
Corporate Identity, Corporate Branding
and
Corporate
Reputation:
Reconciliation and Integration. Europen
Journal of Marketing. 46 (7/8). 10481063.
Doi:http://dx.doi.org/10.1108/03090561
211230197.
Hassan, Suzan Bakri & Hamid, Mohamed
Soliman
Abdel.
Perception
of
Destination Branding Measures: A Case
Study
of Alexandria
Destination
Marketing Organizations. 3. 270-285.
Diakses pada 19 November 2012,
diperoleh
dari
www.emuni.si/press/ISSN/1855.../3_269288.pdf.
Rekom, Johan Van. (2005). Revealing the
Corporat: Pesrpective on Identity,
Image, Reputation, Corporate Branding
and Corporate Branding and Corporate–
Level Marketing. Corporate Reputation
Review, 7 (4), 388-391. Diperoleh dari
http://search.proquest.com/docview/231
578712?accountid=46437.
Robichaud, François., Richelieu, André., &
Kozak, Robert. (2012). Branding as A
Communications Strategy: A Framework
for Desired Brand Identity. Journal of
Brand Management, 19 (8), 712-734.
Doi:http://dx.doi.org/10.1057/bm.2011.6
1.
Conference Paper
Alifahmi,
Hifni.
(2012).
Integrated
Communications
Branding
dari
Personal/ Corporate Branding Menuju
Country Reputation. Proceeding Strategi
Communications Branding Di Era
Industri
Kreatif.
Proceeding
Dipresentasikan di Nation Conference on
Communication
Branding
Ilmu
Komunikasi, Universitas Brawijaya:
Malang.
Murfianti, Fitri. (2012). Pencitraan Solo
Melalui Event Karnaval Sebagai Upaya
Destinations Branding Wisata Budaya .
Proceeding Strategi Communications
Branding Di Era Industri Kreatif.
Proceeding Dipresentasikan di Nation
Conference on Communication Branding
Ilmu Komunikasi,Universitas Brawijaya:
Malang.
Laporan Penelitian Ilmiah
Widhiastuti,
Safitri.
(2012).
Strategi
Destination Branding Teluk Penyu
sebagai Tujuan Wisata Pesisir di Kota
Cilacap.
Skripsi
Jurusan
Ilmu
Komunikasi Universitas Brawijaya.
Yulyana,
Vita.
(2011).
Strategi
Pengembangan
Wisata
Belanja
Cihampelas sebagai Daya Tarik Wisata
di Kota Bandung. Skripsi Universitas
Pendidikan Indonesia. Diakses pada 19
November
2012,
dari
http://repository.upi.edu/skripsiview.
Sumber Internet Lain
Tim Liputan bisnisUKM. Sidoarjo Bangkit
dengan Potensi Batik Jetis. (2009).
Diakses pada 5 November 2013, dari
http://bisnisukm.com/sidoarjo-bangkitdengan-potensi-batik-jetis.html.
Admin Bisnis & UKM Sidoarjo. Kampung
Batik Jetis Sidoarjo. Diakses pada 3 Mei
2013,
dari
http://www.infosda.com/?p=2701.
Bintariadi, Bibin. (2007). Jasa Pariwisata
Bangkrut Akibat Lumpur Lapindo .
Diakses pada 11 Oktober 2012, dari
http://www.tempo.co/read/news/2007/05
/09/05899740/Jasa-Pariwisata-BangkrutAkibat-Lumpur-Lapindo.
Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Sidoarjo. (2010).
Wisata . Diakses pada 11 Oktober 2012,
dari www.pariwisata.sidoarjokab.go.id.
17
Hislop, Moly. (2001). Dynamic Logic’s
Branding 101: An Overview of Branding
and Brand Measurement for Online
Marketers. Newyork: John Wiley.
Diakses pada 20 Agustus 2013, dari
http://www.scribd.com/49692435?access
_key=keylcyf1juj2488ompieh&allow_share=true.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Republik Indonesia. (2012). Museum
Tsunami
Aceh:
Mengenang
dan
Meresapi Bencana Sarat Hikmah.
Diakses pada diakses pada 29 Oktober
2012,
dari
http://www.indonesia.travel/id/destinatio
n/659/museum-tsunami-aceh.
Kaplanidou, Kiki. (2003). Destination
Branding: Concept and measurement.
Department of Park, Recreation and
Tourism Resource. Machigan State
University. Diakses pada 3 Juli 2013,
dari
http://www.travelmichigannews.org/mtr/
pdf/Whitepaper_branding_final.
Brosur
Setda
Kabupaten
Sidoarjo,
Bagian
Perekonomian. Kampoeng Batik Jetis
Sejak 1675 Kabupaten Sidoarjo [Brosur].
Sidoarjo: Dewan Kerajinan Nasional
Kabupaten Sidoarjo.
18
KABUPATEN SIDOARJO
(Studi Deskriptif Kualitatif pada Sentra Industri Tas dan Koper
atau Intako Tanggulangin dan Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo)
JURNAL
Oleh:
Rafika Putri Amaliah
NIM 0911220027
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai usaha Dinas Pariwisata Kabupaten Sidoarjo dalam
membentuk destination branding wisata belanja Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini mengambil
studi pada INTAKO (Industri Tas dan Koper) dan Kampoeng Batik Jetis. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan tahap pembentukan dan elemen pembentuk destination branding wisata
belanja INTAKO Tanggulangin dan Kampoeng Batik Jetis Kabupaten Sidoarjo.
Teori dan konsep dipaparkan oleh peneliti dipergunakan sebagai bahan analisis data
temuan peneliti di lapangan. Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori message
production serta goals-plans-action models dari Dillard. Beberapa konsep yang gunakan oleh
peneliti adalah konsep mengenai identitas korporat, branding, destination branding meliputi
tahapan dan elemen pembentukan destination branding. Jenis dan tipe yang digunakan pada
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan tahapan pembentukan Intako dan Kampoeng Batik Jetis
sebagai destination branding Kabupaten Sidoarjo. Elemen pembentuk Intako dan Kampoeng
Batik Jetis sebagai destination branding Kabupaten Sidoarjo adalah brand identity dan brand
essence serta brand culture pada destination branding Kabupaten Sidoarjo.
Masa Depan”. Menurut Badan Perencanaan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian
ini
dilatarbelakangi
oleh
Daerah
Pemerintah
Kabupaten
Sidoarjo
(2010),
pencanagan
“Sidoarjo
Bangkit
ketertarikan peneliti pada bencana semburan
Membangun Masa Depan” yang dilakukan
Lumpur Lapindo yang berlangsung dari tahun
oleh Bupati Sidoarjo pada peringatan Hari
2006 hingga kini tahun 2013 di Kabupaten
Ulang Tahun Pemerintah Kabupaten Sidoarjo
Sidoarjo.
Lumpur
ke 148, pada selasa 31 Januari 2007. Sejak saat
bagaikan
dua
Lapindo
di
Sidoarjo
sisi
itulah mulai tampak kegiatan-kegiatan dengan
munculnya Lumpur Lapindo di Sidoarjo
tema “Sidoarjo Bangkit” terlihat di Kabupaten
membawa banyak kerugian bagi Kabupaten
Sidoarjo.
Sidoarjo,
bidang
Perencanaan Daerah Pemerintah Kabupaten
www.tempointeractive.com
Sidoarjo (2010), pada tahun 2008 Pemerintah
(Bintariadi, 2007) yang menunjukan hasil
Kabupaten Sidoarjo membuat wacana, salah
analisa internal para pengusaha, penyebab
satunya
penurunan pelanggan karena adanya luberan
Sidoarjo sebagai tujuan wisata belanja dan
Lumpur Lapindo di Sidoarjo. Namun di sisi
pengembangan pasar.
mata
terutama
kepariwisataan.
koin,
di
dalam
satu
Lebih
adalah
lanjut
menurut
menjadikan
Badan
Kabupaten
lain kondisi ini membuat nama Kabupaten
Salah satu tujuan wisata belanja yang
Sidoarjo lebih dikenal, meski melalui Lumpur
dibuka dan diresmikan pada tahun 2008 adalah
Lapindo.
Kampoeng Batik Jetis. Menurut artikel dalam
Pemerintah
Kabupaten
Sidoarjo
bisnisukm.com
(Sidoarjo
Bangkit
dengan
dengan
Potensi Batik Jetis, 2009) menunjukan bahwa
mencanangkan “Sidoarjo Bangkit Membangun
Sidoarjo bangkit dengan potensi batik jetisnya.
menyikapi
kondisi
demikian
1
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo
demikian sesuai dengan pendefinisian yang
juga menjadikan Intako Tanggulangin sebagai
diungkapkan Murfianti (2012, h. 75) mengenai
sasaran „Sidoarjo Maju Membangun Masa
destination branding dalam proceeding NCCB
Depan‟. Menurut Badan Perencanaan Daerah
2012
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo (2010), hal
memasarkan potensi sebuah daerah. Konsep
ini
destination branding didasari oleh passion dan
diwujudkan
dalam
bentuk
kegiatan
sebagai
identitas
Tanggulangi Expo pada tahun 2008.
“Strategi
yang
bagaimana
menarik
yang
saling
Kegiatan membuka tujuan wisata belanja
berhubungan dengan berbagai hal yang akan
yang dilakukan oleh Kabupaten Sidoarjo
memudahkan orang memiliki asosiasi dengan
dilandasi
tempat tersebut”.
oleh
Sidoarjo
Bangkit
yang
Destination branding menurut Alifahmi
dilakukan untuk merubah cara pandang publik
terhadap
Kabupaten
Sidoarjo.
Kondisi
bentuk upaya branding, yang mana
destination branding merupakan salah satu
dan Idris (2012, h. 9) merupakan salah satu
Manfaat Penelitian
1.
komponen yang ikut serta membentuk country
Manfaat akademis
a. Penelitian
branding.
berguna
memperkaya
Istilah branding didefinisikan oleh Joe
penelitian
Marconi sebagai berikut. “Kombinasi image,
branding.
reputasi
ini
dan
performance,
proses
b. Penelitian
referensi
dengan
ini
tema
untuk
mengenai
destination
diharapkan
dapat
berkembangnya reaksi rasional, emosional dan
mengembangkan bahasan dan konsep
psikologis
destination branding yang sudah ada
pada
suatu
merek.”
(dalam
Murfianti, 2012).
Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahap pembentukan Intako dan
sebelumnya.
2.
Manfaat praktis
a. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
Kampoeng Batik Jetis sebagai destination
memberi pengetahuan yang lebih luas
branding bagi Kabupaten Sidoarjo?
kepada
2. Bagaimana elemen pembentuk Intako dan
Kampoeng Batik Jetis sebagai destination
branding?
masyarakat
mengenai
destination branding di Kabupaten
Sidoarjo.
b. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
Tujuan Penelitian
dijadikan sebagai bahan pertimbangan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
dan
tahap pembentukan serta elemen pembentuk
Kabupaten Sidoarjo khususnya Dinas
Intako dan Kampoeng Batik Jetis sebagai
Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan
destination branding Kabupaten Sidoarjo.
Olah
referensi
Raga
bagi
untuk
pemerintah
menyelesaikan
2
permasalahan–permasalahan
yang
membutuhkan komunikasi, orang secara
terkait dengan destination branding
spontan membentuk tujuan komunikasi,
Kabupaten Sidoarjo.
yang mana dalam kondisi tersebut ada
perencanaan pesan dan pesan tersebut
TINJAUAN PUSTAKA
melibatkan aksi untuk melakukan rencana
Teori Message Production
Salah satu kajian ilmu komunikasi yang
akhir.
Berikut
berkaitan dengan pesan adalah teori message
sebagai berikut:
production. Greene (2009) menyatakan terjadi
1. Situation
beberapa
sub
bahasan
pergeseran pada penelitian dan teori “second
Hample menjelaskan bahwa pesan
generation” message production, dari bahasan
akan diproduksi pada situasi yang terkait
mengenai karakteristik pengaruh pesan dan
dengan tujuannya. Hal ini seperti yang
pemilihan strategi, menuju ke arah yang lebih
diungkapakan
menekankan pada tujuan serta perencanaan
Donsbach, 2008) sebagai berikut “message
dan pelaksanaan tujuan.
will
Lebih lanjut Dillard dalam Donsbach
(2008) menjelaskan bahwa: “The object of
oleh
produced
in
Hample
respect
(dalam
to
these
situational elements, as well as to goals”.
2. Goals
reserch on message production to answer the
Donsbach (2008, 3098) Dua jenis tujuan
question. “why do people say what they do?”.
dalam model goal, plan dan message adalah
Berdasarkan
tersebut
peneliti
primary goals dan secondary goals, jenis
kajian
message
pertama yakni tujuan utama atau primary
production objek peneliti bermaksud unutk
goals yang membingkai situasi. Jenis kedua
menjelaskan mengapa orang mengatakan hal
disebut
yang mereka lakukan.
secondary goals, yang
memahami
penjelasan
bahwa
pada
Salah satu model pada teori message
macam
dengan
motif
tujuan
sekunder
atau
membawa berbagai
permasalahan.
Keberadaan
production yang dihasilkan oleh Dillard adalah
tujuan sekunder dapat menjadi penting ketika
the goals-plans-action model. Pokok bahasan
tujuan tersebut meliputi keberadaan tujuan
the goals-plans-action model dijelaskan oleh
utama.
Donsbach sebagai berikut:
3. Plans
“The idea is that, upon encountering a
situation that calls for communication, people
spontaneously, form communication goals,
which stimulate message plans, and the
message (or action) involves acting out the
final plan” (Donsbach, 2008).
Ide utama dari the goals-plans-action model
adalah saat menemui sebuah situasi yang
Bahasan selanjutnya pada GPA (the
goals-plans-actionl) model adalah plans, plans
merupakan bagian dari proses produksi pesan
yang mana konten berperan di dalamnya.
Rencana adalah proyeksi urutan tindakan yang
dimaksudkan
untuk
mencapai
tujuan.
3
Keberadaan pesan adalah untuk muncul pada
pembentukan
rencana, yang dilakukan secara sengaja dan
korporat. Keberadaan identitas dan brand pada
bertujuan.
Lebih
lanjut
dalam
suatu perusahaan dijelaskan oleh Abrat &
Donsbach
(2008,
h.
menjelaskan
Klyen (2011, h. 1053) Identitas korporat yang
Berger
3099)
identitas
adalah
branding
keberadaan plan yang memiliki hirarki, “plan
disampaikan
exists simultaneously at several hierarchically
diwujudkan dalam bentuk identitas visual,
organized levels of abstraction, ranging from
janji,
general intention
mengkomunikasikannya baik secara implisit
requirements
down
of
to
the
physical
pronunciation
and
melalui
serta
brand,
corporate
kepribadian
merek
dan
maupun eksplisit.
performance”. Proyeksi urutan tindakan dalam
Konsep branding yang diutarakan oleh
hirarki rencana dimulai dari abstraksi, niat
Hislop (2001) menjelaskan bahwa branding
hingga pada pengucapan serta pelaksanaan.
merupakan sebuah proses untuk membentuk
4. Message
serangkaian
Dillard dalam Donsbach (2008, h. 3100)
asosiasi
produk
atau
jasa
perusahaan yang menjadi pembeda. Malaval
menjelaskan mengenai temuan utama yang
dalam
Robichaud,
dkk.
(2012,
h.
3)
terkait dengan bahasan message atau pesan
menjelaskan Proses branding dimulai dengan
sebagai berikut,“The main findings, which are
mengkonstruksi brand, yang melibatkan
robust, are that situationally activated goals
perincian dan ketajaman atas keseluruhan
predict message apparent objectives, and that
identitas brand.
plan content predicts message content”.
Alifahmi (2012, h. 9) menjelaskan untuk
Tujuan situasional ada untuk memprediksikan
membangun citra bangsa, maka diperlukan
sasaran pesan, dan isi pada sebuah rencana
membangun merek (brand), dimulai dari
dapat memprediksikan isi dari pesan.
level merek personal (personal branding),
Identitas dan Branding
merek produk (product branding), merek
Definisi identitas perusahaan menurut
perusahaan
atau
institusi
Rekom (2005, h. 1) “the sum of all the ways a
(corporate/institutional branding ), hingga
company choosees to identify itself to all its
merek kawasan (destination branding).
public”. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
Destination Branding
dipahami bahwa iendtitas merupakan cara
yang
digunakan
perusahaan
untuk
memperkenalkan diri pada publiknya.
menjelaskan bahwa salah satu hal yang
kontribusi
positif
4)mendefinisikan destination branding sebagai
seperangkat
Lebih lanjut Argenti (2010, h. 79)
memberi
Goeldner dkk dalam Iliachenko 2005, h.
asosiasi
merek
yang
dapat
menjadi tanda pengenal atau pembeda suatu
lokasi
dengan
menawarkan
pengalaman
terhadap
4
berwisata yang mengesankan pada lokasi
identitas daerah yang bersifat intagible yang
tersebut.
diperkenalkan
Kaplanidou mendefinisikan (2003, h. 2).
Hakikat
destination
kombinasi
atribut
adalah
branding
sebuah
daerah
yang
kepada
publik,
untuk
menggambarkan daerah tersebut.
3.
Brand
launch
and
introduction:
communicating the vision .
Langkah selanjutnya setelah tagline
diwujudkan dalam satu konsep yang dapat
menyampaikan identitas unik dan kerakteristik
dibuat
lokasi yang berbeda dari kompetitornya.
menurut
Tahap
Murfianti, 2012, h. 75) menjelaskan bahwa
Pembentukan
Destination
adalah
brand
Branding
Morgan & Pritchard (dalam Murfianti,
memperkenalkan
Morgan
launch
berbagai
media
&
dapat
Pritchard
dilakukan
sebagai
brand,
(dalam
melalui
berikut, “media
2012, h. 75-76) menyarankan lima tahapan
relations seperti advertising, direct marketing,
untuk melakukan destination branding dalam
personal selling, website, brochures, atau
merubah image sebuah daerah, yakni sebagai
event
berikut:
marketing
1.
journalist” (Murfianti, 2012). Tahapan ini
Market investigation, analysis and
organizer,
film-makers,
destination
(DMOs)
organization
serta
merupakan tahap mengkomunikasikan brand
strategic recommendations.
Tahapan ini menurut Murfianti (2012, h.
75) dilakukan kegiatan riset pemetaan potensi
melalui berbagai media yang tersedia.
4.
Brand implementation.
dapat
Tahap selanjutnya Morgan & Pritchard
dikembangkan serta menyusun strategi. Hal
(dalam Murfianti, 2012, h. 76) menjelaskan
tersebut
dari
bahwa brand implementation merupakan sutau
kegiatan market investigation, analysis and
usaha untuk mengintegrasikan semua pihak
adalah untuk
yang terlibat dalam pembentukan merek,
pasar,
hal-hal
strategic
apa
menunjukan
saja
yang
bahwa
recommendation
fungsi
menemukan dan menyusun strategi apa saja
sehingga destination branding dapat berhasil.
yang dapat dikembangkan oleh destinasi.
5.
2.
Monitoring, evaluation and review.
Tahap ini dijelaskan oleh Morgan &
Brand identity development
Brand identity menurut Morgan &
Pritchard (dalam Murfianti, 2012, h. 76)
Pritchard (dalam Murfianti, 2012, h. 75),
sebagai sebuah usaha untuk monitoring apakah
“Brand
ada
identity
development
dibentuk
penyimpangan,
dan
berdasarkan visi, misi dan image yang ingin
sebagainya.
dibentuk daerah tersebut”. Konsep tersebut
kemudian dievaluasi dan di-review untuk
menunjukan bahwa tahap brand identity
perbaikan selanjutnya.
development
adalah
tahap
Hasil
kekurangan
monitoring
tersebut
menentukan
5
merek yang sifatnya sama dengan kondisi
Elemen Destination Branding
Kaplanidou 2003, h. 3) menjelaskan
bahwa branding bukan hanya merupakan
sentimentel yang dimiliki oleh manusia.
5. Brand culture
merek, brand menggabungkan banyak elemen
Menurut Kaplanidou (2003, h. 3) brand
yang kemudian diformulasi menjadi sebuah
culture menunjukan bhawa budaya pada
konsep destination brand. Elemen tersebut
merek merupakan serangkaian sistem nilai
terdiri atas brand identity, brand essence atau
yang saling terintegrasi satu sama lain,
soul,
brand
brand
character,
brand
sehingga dapat menggambarkan budaya pada
personality, brand culture dan brand image.
kawasan tersebut.
Berikut ini penjelasan masing-masing elemen:
6. Brand image
Menurut
1. Brand identity
(Kaplanidou, 2003, h. 3) identity
Brand
merupakan
serangkaian
strategi
yang
diwujudkan dalam bentuk asosiasi yang
merepresentasikan barang atau jasa tersebut.
Kaplanidou (dalam Octaviany, 2011, h. 25)
(2003,
h.
3)
merupakan komponen utama pembentukan
identitas merek yang mudah dikenali, sehingga
konsumen
dapat
mengapresiasi
merek
tersebut.
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian
lebih lanjut menjelaskan bahwa brand identity
dapat merefleksikan produk dan jasa yang
Kaplanidou
ini
menggunakan
tipe
kualitatif dan jenis penelitian deskriptif.
Penelitian ini Peneliti dalam penelitian ini
ditawarkan lokasi destinasi.
fokus pada keberadaan Intako dan Kampoeng
2. Brand essence atau brand soul
Kaplanidou (2003, h. 3) menjelaskan
mengenai konsep brand essence sebagai suatu
hal yang dapat mewakili elemen emosional
Batik Jetis sebagai destination branding
Kabupaten Sidoarjo, dan dikerucutkan pada
tahap pembentukan dan elemen pembentuk
Intako dan Kampoeng Batik Jetis sehingga
dan nilai brand tersebut.
dapat menjadi destination branding Kabupaten
3. Brand character
Sidoarjo. Sumber data yang dipergunakan
Menurut Kaplanidou (2003, h. 3)
menjelaskan
sebagai
berwisata
konsep
hubungan
para
brand
antara
character
pengalaman
wisatawan
dengan
terbentuknya karakter merek.
4. Brand personality
Brand personality menurut Kaplanidou
(2003, h. 3) adalah seperangkat kepribadian
adalah data primer berupa wawancara semi
terstruktur
observasi
non-partisipan,
data
sekunder yang dipergunakan peneliti adalah
berupa
dokumen dan dokumentasi. Teknik
analisis data kualitatif yang digunakan peneliti
adalah dari Bodgan dan Biklen. Peneliti
menggunakan
triangulasi
sumber
untuk
mengecek keabsahan data.
6
Intako sebagai sebuah destinasi wisata. Rekom
HASIL DAN PEMBAHASAN
Strategi
Pemetaan
Pasar
Intako
dan
(2005)
mendefinisikan
cara
identitas
sebagai
dipilih
untuk
Kampoeng Batik Jetis sebagai Destination
sejumlah
yang
Branding Kabupaten Sidoarjo.
mengidentifikasikan dirinya terhadap publik.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti
Kelebihan ini dapat disebut sebagai salah satu
menunjukan bahwa, produk Intako tidak
pilihan intako untuk membentuk identitas
membidik segmen pasar tertentu, produk yang
Intako.
Selanjutnya
ditawarkan di Intako beraneka macam jenis tas
berdasarkan
data
yang
serta dengan harga yang juga bervariasi.
diperoleh peneliti di lapangan menunjukan
Produk yang bervariasi tersebut berasal dari
bahwa
para pengrajin di Intako yang masing-masing
Kampoeng Batik Jetis adalah masyarakat
memiliki spesialisasi pada jenis tas tertentu.
Madura, namun setelah lokasi pembuatan batik
Data di lapangan juga menunjukan bahwa
Jetis
pihak
tidak
industri wisata belanja, maka segmen ini pun
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
semakin berkembang. Perubahan segmen yang
riset pasar, hal ini dikarenakan adanya nilai
terjadi pada Kampoeng Batik Jetis, maka
yang diyakini oleh penggurus Koperasi Intako,
perubahan tersebut merupakan salah satu
yakni “ketika mereka hadir, maka konsumen
upaya untuk mengidentifikasi segmen utama
akan datang dengan sendirinya”.
produk
pengurus
Koperasi
Intako
dulunya
peminat
diresmikan
menjadi
Kampoeng
Batik
utama
produk
sebuah
Jetis.
sentra
Strategi
Kondisi produk Intako, serta nilai yang
semacam ini jika dihubungkan dengan konsep
diyakini oleh para penggurus koperasi Intako
Morgan and Pritchard (dalam Murfianti, 2012)
dapat menjadi salah satu strategi pemetaan
mengenai tahap market investigation, analysis,
pasar. Dalam hal ini Morgan dan Pritchard
and
(dalam Murfianti, 2012) menyarankan untuk
dilakukan untuk mengetahui hal-hal apa saja
melakukan pemetaan pasar yang berguna
yang dapat dikembangkan serta menyusun
untuk menemukan dan menyusun strategi apa
strategi, maka dapat diketahui bahwa strategi
yang dapat dikembangkan. Nilai yang diyakini
tersebut
oleh penggurus koperasi Intako merupakan
implementasi pelaksanaan tahap ini.
salah satu bentuk hal yang dapat membedakan
Intako
dengan
lokasi
lain
yang
juga
strategic
recommendations
merupakan
Kelebihan
sebagian
Kampoeng
dari
Batik
yang
hasil
Jetis
membentuk diferensiasi produk Kampoeng
Batik Jetis, hal ini seperti yang diungkapkan
memproduksi barang sejenis.
Hal inilah yang dapat menjadi pembeda
oleh Hislop (2001) yang menyatakan bahwa
bagi Intako dan menjadi salah satu unsur
pada proses pembentukan branding, salah satu
berkontribusi
dalam
pembentuk
identitas
7
tujuannya adalah membentuk diferensiasi pada
hal visual
yang dapat diketahui secara
objek.
eksplisit, hal ini seperti yang diungkapkan oleh
Identity Development Intako dan Kampoeng
Abrat (2011) identitas korporat dapat juga
Batik Jetis sebagai Destination Branding
disampaikan salah satunya melalui identitas
Kabupaten Sidoarjo.
visual secara eksplisit. Bentuk-bentuk identitas
Wacana dibentuknya Intako menjadi
visual tersebut salah satunya seperti pada
sebuah destination branding berawal ketika
Kampoeng Batik Jetis pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo membentuk
Sidoarjo membuat garupa di depan jalan
wisata belanja dan Intako dilibatkan dalamnya.
masuk menuju lokasi dan membuat taman
Berawal dari wacana tersebut Kampoeng Batik
untuk men-setting lokasi tersebut.
Jetis dibentuk sebagai sebuah sentra industri
Menurut Morgan dan Pritchard (dalam
serta destination branding yang diharapkan
Murfianti, 2012) brand identity development
menjadi
adalah tahap menentukan identitas guna
salah satu potensi
yang dapat
membentuk identitas Kabupaten Sidoarjo.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo saling
diperkenalkan kepada khalayak. Tahap ini
adalah tahap penentuan identitas yang ingin
bersinergi untuk membentuk Kampoeng Batik
dibangun dan diperkenalkan kepada khalayak.
Jetis sebagai destination branding. Pihak-
Brand Launch Intako dan Kampoeng Batik
pihak tersebut diantaranya Dinas Pariwisata
Jetis
Kabupaten Sidoarjo, Dinas Koperasi serta
Kabupaten Sidoarjo.
sebagai
Destination
Branding
Keberadaan Intako dan Kampoeng Batik
Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo tidak
Jetis tidak hanya menjadi sebuah wacana, tapi
hanya saling bersinergi dalam pembentukan
juga diperkenalkan melalui berbagai media
Kampoeng Batik Jetis sebagai destination
dan cara yang ada. Morgan dan Pritchard
branding Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan
(Murfianti,
data yang diperoleh menunjukan bahwa
menggunakan berbagai media dan cara yang
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo bekerja sama
ada seperti advertising, direct marketing,
dengan penggurus
personal selling, website, brochures, atau
koperasi
Intako serta
pemerintah Provinsi Kabupaten Sidoarjo.
Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten
2012),
menyarankan
event orgenizer dan lain sebagainya. Berikut
ini media dan cara yang dipergunakan untuk
Sidoarjo membentuk Intako dan Kampoeng
memperkenalkan
Batik Jetis sebagai destination branding juga
Kampoeng Batik Jetis, sebagai berikut:
untuk membentuk identitas Sidoarjo. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk membentuk
identitas tersebut adalah dengan menampilkan
untuk
keberadaan
Intako
dan
a. Website
Website yang digunakan sebagai media
promosi
adalah
website
resmi
Dinas
8
Pariwisata Kabupaten Sidoarjo, dengan alamat
dilakukan
http://pariwisata.sidoarjokab.go.id/,
Kabupaten Sidoarjo ke-152, pada 4-6 Februari
http://pesonawisatasidoarjo.com/. Website lain
2011.
yang juga memuat mengenai destinasi wisata
belanja
adalah
http://www.intako-
memperingati
hari
jadi
Word of mouth
Data menunjukan bahwa cara ini juga
dipergunakan
tanggulangin.com/.
b.
e.
untuk
untuk
menarik
kedatangan
wisatawan.
Leaflet dan katalog
Leaflet dan kalatog ini mengulas secara
f. Personal selling
singkat dan foto-foto mengenai obyek-obyek
Merupakan suatu proses membantu dan
wisata unggulan yang berada di Kabupaten
membujuk satu atau lebih calon konsumen
Sidoarjo serta peta Kabupaten Sidoarjo, yang
untuk membeli barang atu jasa atau bertindak
didalamnya
sesuai ide tertentu dengan menggunakan
juga
menyebutkan
mengenai
presentasi oral (komunikasi tatap muka)
INTAKO dan Kampoeng Batik Jetis.
c.
(Boyd, Walker, Larrche;1997:65).
Baliho
Upaya
Baliho merupakan media promosi yang
pengkomunikasian
kedua
banyak digunakan oleh Dinas Pariwisata
destinasi tersebut merupakan suatu upaya
maupun
untuk
pihak
INTAKO,
untuk
meyakinkan
dan
menegaskan
mempromosikan keberadaan INTAKO dan
keberadaan Intako dan Kampoeng Batik Jetis
Kampoeng Batik Jetis. Baliho yang digunakan
di Sidoarjo. Kondisi demikian merupakan
untuk mempromosikan Kampoeng Batik Jetis
salah satu wujud plan dalam model goals-
terletak di sekitar kawasan tersebut.
plan-action pada teori massage production.
d.
Hal ini dikarenakan upaya pengkomunikasian
Event
Berdasarkan dokumen yang diperoleh,
merupakan bagian dari rencana yang disusun
menyebutkan salah satu event tersebut bertajuk
untuk
menjadikan
Pameran Sidoarjo Bangkit Fair pada tanggal
Kabupaten
24 Desember 2011. Pameran ini untuk
Kampoeng Batik Jetis.
Sidoarjo
destination
melalui
branding
Intako
dan
mengangkat nama Sidoarjo melalui produk-
Keberadaan rencana utama dan rencana
produk unggulan Kabupaten Sidoarjo. Event
sekunder dijelaskan dalam Donsbach (2008)
lain
untuk
yang menyatakan bahwa tujuan terdiri dari dua
INTAKO,
yakni tujuan utama atau primary goals dan
Kampoeng Batik Jetis serta destinasi-destinasi
tujuan sekunder atau secondary goal, yang
wisata belanja juga dilaksanakan melalui event
mana dijelaskan bahwa kedua tujuan ini saling
Festival Kampung-Kampung UMKM (Usaha
berhubungan satu sama lain. secondary goal
Mikro Kecil dan Menengah). Festival ini
mengelilingi primary goals serta secondary
yang
juga
mempromosikan
dipergunakan
keberadaan
9
Hal
goal tersebutlah yang menyebabkan banyak
lain
yang
dilakukan
strategi
untuk
motif. Pada tahap ini secondary goals, pada
mengimplementasikan
kondisi ini adalah untuk membuat sang
branding Kabupaten Sidoarjo adalah dengan
penerima pesan mengetahui dan bersedia
melakukan pembinaan. Berdasarkan data yang
untuk berkunjung dikedua destinasi tersebut.
diperoleh peneliti menunjukan bahwa ada
Keberadaan primary goals terletak pada tujuan
upaya-upaya pembinaan yang dilakukan oleh
besar Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk
Pemerintak Kabupaten Sidoarjo terkait dengan
membentuk destination branding Intako dan
pembinaan mengenai manajemen pelayanan.
Kampoeng Batik Jetis.
Tahap
destination
mengimplementasikan
kegiatan
dan
destination branding disebut dengan brand
Kampoeng Batik Jetis sebagai Destination
implementation oleh Morgan & Pritchard.
Branding Kabupaten Sidoarjo.
Brand implementation
Brand
Implementation
Intako
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan
Pritchard
(dalam
menurut Morgan &
Murfianti,
2012:76)
untuk mewujudkan misi dan tujuan tersebut
dibentuknya untuk mengintegrasikan semua
adalah dengan membentuk kelompok sadar
pihak
wisata
destination branding.
(pokdarwis), kelompok ini untuk
yang terlibat
dalam
pembentukan
destinasi-destinasi
Kondisi ini jika dalam goal-plan-action
wisata yang berada di Kabupaten Sidoarjo. Hal
model dapat disebut sebagai sebuah rencana
lain
untuk
atau goal yang merupakan urutan tindakan
mengimplementasikan misi adalah menjalin
untuk mencapai tujuan. Sehingga dengan kata
kerja sama dengan para pengusaha travel
lain pengimplementasian brand ini dilakukan
untuk menggunakan jasa pemandu wisata.
sebagai salah satu bentuk rencana untuk
mendukung
keberadaan
yang
dilakukan
Data menunjukan bahwa ada bentuk
mengkomunikasikan pesan-pesan keberadaan
kerja sama yang dilakukan antara pengelola
destination branding Intako dan Kampoeng
destinasi dengan pengusaha jasa travel untuk
Batik Jetis di Kabupaten Sidoarjo. Lebih lanjut
mengarahkan wisatawan untuk datang ke
dalam Donsbach (2008) dijelaskan bahwa
Intako dan Kampoeng Batik Jetis, serta
dalam sebuah plan terdapat beberapa hirarki,
bekerja sama dengan pihak travel untuk
yang diawali dengan abstraksi, niat hingga
menyediakan jasa pemandu wisata. Selain itu
pada pengucapan serta pelaksanaan. Hal yang
untuk menjamin kenyamanan wisatawan untuk
dilakukan
berwisata belanja, pembenahan dan pengadaan
Sidoarjo sebagai pencetus rencana untuk
infrastruktur dan fasilitas senantiasa dilakukan,
mengimplementasikan destination branding
hingga mematenkan merek.
ini adalah menjalin kerjasama dengan berbagai
oleh
Pemerintah
Kabupaten
pihak untuk mewujudkan tujuan tersebut.
10
Kondisi tersebut jika dikaitkan dengan hirarki
Analisis Elemen Pembentuk Intako dan
plans, maka dapat dipahami bahwa tahap ini
Kampoeng Batik Jetis sebagai Destination
merupakan tahap pelaksanaan.
Branding Kabupaten Sidoarjo.
Upaya
Mengikutsertakan
Sidoarjo
pada
Masyarakat
Bahasan mengenai destination branding
Destination
yang perlu dibahas adalah mengenai elemen
Kegiatan
destination branding Intako dan Kampoeng
Branding Sidoarjo
Upaya
mensosialisasikan
keberadaan
Batik Jetis yang ikut berkontribusi dalam
destinasi wisata di Kabupaten Sidoarjo kepada
terbentuknya elemen destination branding.
masyarakat Sidoarjo, jika dalam teori message
Ciri Khas dan Kelebihan Intako dan
production dapat disebut
Kampoeng Batik Jetis di Mata Wisatawan
oleh Donsbach
(2008) sebagai plan atau rencana. Plan
Bahasan ini dimulai dengan data yang
didefinisikan dalam Donsbach (2008) sebagai
diperoleh
proyeksi urutan tindakan yang dimaksudkan
wisatawan mendeskripsikan Intako menurut
untuk mencapai tujuan. Pada kegiatan yang
sudut pandang mereka. Berdasarkan hasil
bertajuk “Bangkitkan Pariwisata Sidoarjo”,
wawancara peneliti dengan para wisatawan
pihak
menunjukan bahwa
Pemerintah
Kabupaten
Sidoarjo
peneliti
mengenai
bagaimana
wisatawan mengenal
bertujuan untuk mengajak masyarakat Sidoarjo
keberadaan
untuk
dianggap sebagi pusat pembuatan kerajinan
memberikan
dukungan
terhadap
pariwisata di Kabupaten Sidoarjo.
Intako
sebagai
lokasi
yang
tangan tas berbahan dasar kulit. Berdasarkan
Keterlibatan masyarakat menjadi salah
data tersebut dapat diidentifikasikan sesuatu
satu hal yang fokuskan oleh Morgan &
yang dikenal oleh wisatawan dari Intako,
Pritchard (dalam Murfianti, 2012, h. 75), yang
yakni produknya.
menyebutkan bahwa masyarakat setempat
Data selanjutnya menyebutkan salah satu
merupakan salah satu pihak yang seharusnya
melalui ciri khas produk Intako. Data di
terlibat
destination
lapangan menunjukan bahwa, para informan
branding. Keberadaan kegiatan tersebut dapat
melihat ciri khas Intako ada pada produknya
juga mengindikasikan keinginan Pemerintah
yang merupakan kerajinan tangan masyarakat
Kabupaten Sidoarjo untuk terlibat dalam
Tanggulangin sendiri, dan keberadaannya
kegiatan
diturunkan dari generasi ke generasi. Data
dalam
yang
pembentukan
berkaitan
kepariwisataan di Kabupaten Sidoarjo.
dengan
tersebut
jika
dihubungkan
dengan
data
sebelumnya, maka dapat ditemukan gambaran
produk Intako. Gambaran produk menurut
Argenti (2010, h. 78) merupakan salah satu
manifestasi aktual dari realita perusahaan yang
11
dapat menunjukan identitas suatu korporat.
terhadap Intako. Hal ini dikarenakan data yang
Jika produk merupakan dapat menjadi salah
diungkapkan oleh wisatawan menunjukan
satu unsur pembentuk identitas, maka dalam
produk yang dijual oleh Intako, manfaat
kondisi ini dapat dikatakan bahwa gambaran
emosional yang diperoleh dengan adanya
produk
pada
Intako dan gambaran visual Intako di mata
pembentukan identitas. Sehingga hal tersebut
mereka. Terkait dengan kondisi ini Kaplanidou
juga dapat menunjukan bahwa wisatawan
(2003, h. 3) menyebutnya dengan brand
mengenal
identity. Brand identity merupakan salah satu
Intako
dapat
Intako
berkontribusi
melalui
identitas
yang
elemen pembentuk destination branding, yang
dimunculkan dari ciri khas Intako.
Data yang diperoleh peneliti selanjutnya
merupakan identitas dari produk itu sendiri,
menunjukan bahwa, wisata menilai Intako
serta
seperangkat
asosiasi
yang
dapat menjadi pilihan wisata belanja, serta
merepresentasikan barang atau jasa.
dapat
pihaknya dapat memperoleh kerajinan tangan
Analisa peneliti mengenai hal-hal yang
berupa tas dan koper. Data tersebut merupakan
disebut dengan brand identity di Intako, maka
data yang diperoleh peneliti ketika menanyaka
dapat
mengenai
keuntungan
diperoleh
identity Intako terbentuk melalui ciri khas
wisatawan
ketika
Intako.
produk Intako sebagai destinasi wisata belanja
yang
berbelanja
di
diambil
kesimpulan
yang
menjelaskan bahwa identitas yang kuat dapat
masyarakat Keden sari, gambaran Intako
tercipta melalui manfaat emosional, data yang
dibenak
diperoleh peneliti tersebut mengindikasikan
diperoleh wisatawan dengan adanya Intako
adanya manfaat yang diperoleh wisatawan
sebagai destination brand Kabupaten Sidoarjo.
dengana adanya Intako. Hal tersebut dapat
Wisatawan tidak hanya mengenal Intako
membangun
bahwa
manfaat
identitas
berkontribusi
Intako
sebagai
hasil
wisatawan
kerajinan
brand
Menurut Kaplanidou (dalam Murfianti, 2010)
dikatakan
merupakan
bahwa
serta
manfaat
tangan
yang
melalui ciri khas yang dimilikinya, tapi juga
melalui
kelebihan
produknya.
Data
menunjukan bahwa Intako memiliki beberapa
destination brand Kabupaten Sidoarjo.
yang
kelebihan, yakni penyediaan barang yang
yang
variatif di showroom-nya serta harga produk
meyebutkan mengenai gambaran Intako di
yang relatif terjangkau. Pada penelitian ini,
mata wisatawan, ciri khas Intako, dan manfaat
peneliti melihat bahwa kelebihan yang dimiliki
yang diperoleh wisatawan dengan adanya
oleh produk Intako menjadi salah satu bentuk
Intako sebagai destination brand, maka dapat
nilai brand, karena melalui nilai tersebutlah
analisa bahwa hal-hal yang diungkapkan
brand essence dapat terbentuk. Brand essence
tersebut merupakan wujud asosiasi wisatawan
sendiri menurut Kaplanidou (2003, h. 3)
Jika
diperoleh
kembali
peneliti
pada
data-data
sebelumnya
12
merupakan suatu hal yang dapat mewakili
Batik Jetis. Brand identity sendiri menurut
elemen emosional dan nilai pada merek.
Kaplanidou (2003) merupakan salah satu
Sehingga
elemen pembentuk destination branding.
dapat
dipahami
bahwa
brand
Selain elemen brand identity, terdapat
essence Intako yang mampu mewakili nilai
merek berupa kelebihan yang dimiliki produk
juga
elemen
lain
yang
terdapat
Intako.
Kampoeng Batik Jetis. Berdasarkan data yang
diperoleh
peneliti
Batik Jetis dikenal melalui kondisi demografis
Kampoeng
Batik
dan produk yang dimilikinya. Data yang
eksistensi produk Kampoeng Batik Jetis
diperoleh terkait ciri khas Kampoeng Batik
dengan
Jetis, data menunjukan bahwa ciri khas itu
menggunakan teknologi printing, hal ini
berasal dari produknya, yakni batik Jetis. Ciri
menjadi kelebihan tersendiri bagi Kampoeng
khas tersebut dibangun melalui motif khas
Batik Jetis sebagai sebuah destinasi. Selain itu
batik jetis yang berupa kembang tebu,
kelebihan destinasi tersebut terdapat pada
kembang bayem dan berasa utah, pewarnaan
keberadaan pengrajin yang dekat dengan
batik yang cenderung cerah. Selain itu
lokasi destinasi.
identitas Kampoeng Batik Jetis sebagai sebuah
Budaya sebagai Daya Tarik Intako dan
destinasi dikenal melalui kondisi demografis
Kampoeng Batik Jetis
Data menunjukan bahwa Kampoeng
membuat
menyebutkan
pada
Jetis
batik
bahwa
mempertahankan
tulis
dan
tidak
masyarakat kampung tersebut yang mayoritas
Data menunjukan bahwa pemerintah
merupakan pengrajin. Ciri khas tersebut
Kabupaten Sidoarjo berharap Intako dapat ciri
merupakan
dapat
khas Sidoarjo melalui produk-produk yang
membentuk identitas Kampoeng Batik Jetis,
merupakan hasil karya masyarakatnya. Selain
yang mana keberadaan identitas tersebut dapat
itu data yang diperoleh peneliti melalui
membentuk branding Kampoeng Batik Jetis,
wisatawan yang menilai bahwa Intako dapat
hal
pernyataan
membuktikan bahwa Sidoarjo memiliki hasil
Robichaud (2012) yang menyatakan bahwa
karya kebudayaan berupa kerajinan kulit, yang
identitas merupakan salah satu aspek yang
ditujukan melalui produk-produk yang dimiliki
disepakati
oleh Intako.
ini
salah
satu
berdasarkan
dalam
hal
yang
pada
membentuk
strategi
branding. Identitas yang terbentuk melalui ciri
Intako merupakan salah satu warisan
khas produk dan lokasi Kampoeng Batik Jetis
nenek moyang, yang merupakan salah satu
tersebut,
identity.
wujud produk budaya, yang merupakan karya
Pemahaman ciri khas Kampoeng Batik Jetis
dari masyarakat Sidoarjo yang diwariskan
tersebutlah yang membentuk pemahaman
secara turun temurun. Keberadaan Intako
wisatawan mengenai
sebagai salah satu produk budaya yang juga
disebut
dengan
brand
identitas Kampoeng
13
merupakan warisan nenek moyang, membuat
merepresentasikan
keberadaan produk Intako sebagai sebuah
Kabupaten Sidoarjo melalui lambang pada
produk
Sidoarjo.
motif batik klasik yang diangkat dalam batik
Kaplanidou (2003) menjelaskan keberadaan
tersebut. Motif batik Jetis tersebut dapat
aspek budaya pada sebuah brand, yang
menggambarkan
disebutnya sebagai brand culture. Lebih lanjut
kekayaan sumber daya alam Sidoarjo.
budaya
Kabupaten
Kaplanidou menjelaskan definisi brand culture
Terdapat
nilai-nilai
ciri
khas
suatu
budaya
budaya
gagasan
pada
dan
data
sebagai suatu kumpulan sistem nilai yang yang
tersebut bahwa produk batik Jetis merupakan
dapat menggambarkan aspek budaya pada
sebuah
suatu daerah. Jika kembali pada data yang
memperkenalkan nilai-nilai budaya Kabupaten
menunjukan
Sidoarjo,
bahwa
keberadaan
Intako
produk
yang
melalui
digunakan
untuk
lambang-lambang
yang
merupakan salah satu wujud dari hasil sistem
digunakan dan tetap terpelihara pada produk
nilai budaya yang ada di Sidoarjo yang
tersebut.
keahliannya dilestarikan secara turun temurun
dalam
terutama kepada masyarakat Keden Sari di
menanamkan
sekitar Intako. Sehingga dapat diketahui
masyarakatnya melalui himbauan dan pekan
bahwa keberadaan elemen brand culture
swadesi. Selain itu jika ditinjau kembali
terdapat pada Intako melalui produknya yang
pembentukan Kampoeng Batik Jetis, maka
dianggap sebagai salah satu wujud produk
ditemukan adanya sebuah rencana untuk
budaya masyarakat Keden Sari.
menjaga warisan budaya Sidoarjo, dengan
Elemen yang sama juga terdapat di
Pemerintah
hal
menjaga
ini
Kabupaten
juga
nilai
Sidoarjo
berusaha
budaya
keberlangsungan
ini
untuk
kepada
hidup
para
Kampoeng Batik Jetis. Berdasarkan data yang
pengrajin batik di Jetis dengan menjadikan
diperoleh peneliti dapat diketahui bahwa
sebuah
pemerintahan
Sidoarjo.
Kabupaten
menghimbauan
kepada
para
Sidoarjo
pengawai
destination
Keberadaan
branding
Kampoeng
Kabupaten
Batik
Jetis
Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo untuk
sebagai destination branding bagi Kabupaten
menggunakan batik Sidoarjo, terutama ketika
Sidoarjo dapat menjadi sebuah cara yang
pekan swadesi yang jatuh pada 16 hingga 22
digunakan
Mei. Data menyebutkan bahwa pengrajin batik
menunjukan nilai-nilai budaya yang ada pada
Jetis menilai eksistensi elemen budaya produk
Sidoarjo. Kaplanidou (2003) menyebut bahwa
Kampoeng
pada
elemen budaya ada untuk menggambarkan
dipeliharanya motif klasik khas batik Jetis.
keberadaan kebudayaan pada kawasan atau
Data
juga
wilayah tersebut. Jika meninjau penjelasan
menyebutkan bahwa motif pada batik Jetis
dari Kaplanidou mengenai brand culture,
yang
Batik
Jetis
diperoleh
terletak
peneliti
untuk
memperkenalkan
dan
14
maka dapat diketahui bahwa elemen brand
tersebut bekerja sebagai pembeda sekaligus
culture Kampoeng Batik Jetis terletak ada
berkontribusi dalam membentuk identitas
pada produknya yang dapat menjadi sebuah
destination branding Kabupaten Sidoarjo.
pesan yang mengandung nilai-nilai budaya
Saran
untuk dikomunikasi kepada khalayak.
1. Saran akademis
1) Penelitian selanjutnya yang mengangakat
PENUTUP
tema destination branding pada suatu
KESIMPULAN
1. Tahap pembentukan Intako dan Kampoeng
kawasan
di
Batik Jetis sebagai destination branding
diharapkan
Kabupaten
kembali
Sidoarjo
ranah
dapat
ilmu
komunikasi,
mempertimbangkan
penggunaan
konsep-konsep
diawali
dengan
pasar.
Tahap
destination branding yang relevan dengan
selanjutnya adalah membangun identitas
kajian ilmu komunikasi, sehingga nantinya
melalui visualisasi karakter dan elemen-
akan diperoleh batasan yang jelas antara
elemen yang dimiliki Intako dan Kampoeng
bahasan destination branding pada kajian
Batik Jetis, untuk mengkomunikasikan
ilmu komunikasi dengan bidang ilmu yang
keberadaan kedua destinasi tersebut. Tahap
lain.
menentukan
segmen
adalah
2) Perlunya kegiatan pra-penelitian dan data
mengimplementasikan keberadaan Intako
yang konkret yang dapat menunjukan
dan
bahwa kawasan atau daerah yang dijadikan
akhir
yang
Kampoeng
dilakukan
Batik
Jetis
sebagai
destination branding dengan bekerja sama
sasaran
dengan pengusaha travel serta melibatkan
memiliki potensi yang dapat dieksplorasi.
masyarakat Sidoarjo.
Hal ini dilakukan agar peneliti selanjutnya
destination
branding
tersebut
2. Elemen pembentuk Intako dan Kampoeng
tidak hanya mendeskripsikan keberadaan
Batik Jetis sebagai destination branding
destination branding saja, namun juga
Kabupaten Sidoarjo ada pada produk yang
dapat menunjukan potensi mana yang dapat
dimiliki kedua destinasi tersebut. Ciri khas
digali lagi untuk mendukung keberadaan
dan kelebihan produk yang dimiliki Intako
destination branding tersebut.
dan Kampoeng Batik Jetis membentuk 1. Saran praktis
elemen brand identity dan brand essence
kedua
destinasi
tersebut.
Selain
itu
1) Pemerintah Kabupaten Sidoarjo perlu
melakukan
perencanaan
yang
lebih
keberadaan produk Intako dan Kampoeng
matang dalam pembentukan destination
Batik Jetis membentuk elemen brand
branding di Kabupaten Sidoarjo serta
culture
Kabupaten
pada
branding
perlu lebih banyak mengeksplorasi aspek
Elemen-elemen
budaya yang terdapat pada kawasan
destination
Sidoarjo.
15
destination branding Kabupaten Sidoarjo.
Hal
ini
dilakukan
berdasarkan
peneliti
analisa
yang
yang
menunjukan
bahwa terdapat elemen budaya pada
produk Intako dan Kampoeng Batik Jetis
yang masih berpotensi untuk digali dan
dikembangkan lebih lanjut.
2) Pemerintah Kabupaten Sidoarjo perlu
membentuk strategi yang berkelanjutan,
nyata
dan
terencana
untuk
terus
membangun brand Kabupaten Sidoarjo
dan membentuk spesifikasi
destination
branding Kabupaten Sidoarjo.
DAFTAR PUSTAKA
Karya Buku
Alifahmi,
Hifni.
(2008).
Marketing
Communication Orchestra. Harmonisasi
Iklan, Promosi dan Marketing Public
Relations.
Bandung:
Examedia
Publishing (Group Sygma).
Anholt, Simon. (2007). Competitive Identity:
The New Brand Management for
Nations, Cities and Regions. Diakses
melalui:
http://books.google.co.id/.
Diakses pada 19 November 2012.
Anshori, Y., dan Satrya, D, G. (2008).
Sparkling Surabaya: Pariwisata dengan
Huruf
L.
Malang:
Banyumedia
Publishing.
Ardianto, Elvonaro. (2010). Metodologi
Penelitian untuk Public Relations
Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Argenti, Paul. A. (2010). Komunikasi
Korporat (Edisi 5). (Idris, Terjemahan)
Jakarta: Salemba Humanika.
Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
Jawa Timur. (2013). Batik Jawa Timur
Legenda dan Kemegahan.
Jawa
Timur.
BAPEDA Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.
(2010). Sidoarjo Bangkit Menuju Masa
Depan. Kabupaten Sidoarjo.
Boyd, Walker, Larreche. (1997). Manajemen
Pemasaran,
Suatu
Pendekatan
Strategis dengan Orientasi Global
(Jilid 2). Jakarta: Erlangga.
Donsbach, Wolfgang. (2008). The Internation
Encyclopedia of Communication. UK:
Blackwell Publishing Ltd.
Greene, John O. (2009). Message Production:
Advances in Communication Theory
(Rountledge Commnucation Series).
Diakses
melalui
http://www.amazon.com/MessageProduction-Advances-CommunicationRoutledge/dp/0805823247/ref=sr_1_5/
179-10238470805865?s=books&ie=UTF8&qid=138
6690151&sr=1-5.
Kriyantono, Rachmat. (2008). Public Relations
Writing. Teknik Produksi Media Public
Relations dan Publikasi Korporat. Jakarta:
Kencana.
_________________. (2010). Teknik Praktis
Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis
Riset Media, Public Relations, Advertising,
Komunikasi
Organisasi,
Komunikasi
Pemasaran. Jakarta: Kencana.
Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian
Kualitatif
Edisi
Revisi.
Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Sugiyono. (2008).
Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung
: Rosda Karya.
Artikel Jurnal
16
Abrat, Russell. & Kleyn, Nicola. (2012).
Corporate Identity, Corporate Branding
and
Corporate
Reputation:
Reconciliation and Integration. Europen
Journal of Marketing. 46 (7/8). 10481063.
Doi:http://dx.doi.org/10.1108/03090561
211230197.
Hassan, Suzan Bakri & Hamid, Mohamed
Soliman
Abdel.
Perception
of
Destination Branding Measures: A Case
Study
of Alexandria
Destination
Marketing Organizations. 3. 270-285.
Diakses pada 19 November 2012,
diperoleh
dari
www.emuni.si/press/ISSN/1855.../3_269288.pdf.
Rekom, Johan Van. (2005). Revealing the
Corporat: Pesrpective on Identity,
Image, Reputation, Corporate Branding
and Corporate Branding and Corporate–
Level Marketing. Corporate Reputation
Review, 7 (4), 388-391. Diperoleh dari
http://search.proquest.com/docview/231
578712?accountid=46437.
Robichaud, François., Richelieu, André., &
Kozak, Robert. (2012). Branding as A
Communications Strategy: A Framework
for Desired Brand Identity. Journal of
Brand Management, 19 (8), 712-734.
Doi:http://dx.doi.org/10.1057/bm.2011.6
1.
Conference Paper
Alifahmi,
Hifni.
(2012).
Integrated
Communications
Branding
dari
Personal/ Corporate Branding Menuju
Country Reputation. Proceeding Strategi
Communications Branding Di Era
Industri
Kreatif.
Proceeding
Dipresentasikan di Nation Conference on
Communication
Branding
Ilmu
Komunikasi, Universitas Brawijaya:
Malang.
Murfianti, Fitri. (2012). Pencitraan Solo
Melalui Event Karnaval Sebagai Upaya
Destinations Branding Wisata Budaya .
Proceeding Strategi Communications
Branding Di Era Industri Kreatif.
Proceeding Dipresentasikan di Nation
Conference on Communication Branding
Ilmu Komunikasi,Universitas Brawijaya:
Malang.
Laporan Penelitian Ilmiah
Widhiastuti,
Safitri.
(2012).
Strategi
Destination Branding Teluk Penyu
sebagai Tujuan Wisata Pesisir di Kota
Cilacap.
Skripsi
Jurusan
Ilmu
Komunikasi Universitas Brawijaya.
Yulyana,
Vita.
(2011).
Strategi
Pengembangan
Wisata
Belanja
Cihampelas sebagai Daya Tarik Wisata
di Kota Bandung. Skripsi Universitas
Pendidikan Indonesia. Diakses pada 19
November
2012,
dari
http://repository.upi.edu/skripsiview.
Sumber Internet Lain
Tim Liputan bisnisUKM. Sidoarjo Bangkit
dengan Potensi Batik Jetis. (2009).
Diakses pada 5 November 2013, dari
http://bisnisukm.com/sidoarjo-bangkitdengan-potensi-batik-jetis.html.
Admin Bisnis & UKM Sidoarjo. Kampung
Batik Jetis Sidoarjo. Diakses pada 3 Mei
2013,
dari
http://www.infosda.com/?p=2701.
Bintariadi, Bibin. (2007). Jasa Pariwisata
Bangkrut Akibat Lumpur Lapindo .
Diakses pada 11 Oktober 2012, dari
http://www.tempo.co/read/news/2007/05
/09/05899740/Jasa-Pariwisata-BangkrutAkibat-Lumpur-Lapindo.
Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Sidoarjo. (2010).
Wisata . Diakses pada 11 Oktober 2012,
dari www.pariwisata.sidoarjokab.go.id.
17
Hislop, Moly. (2001). Dynamic Logic’s
Branding 101: An Overview of Branding
and Brand Measurement for Online
Marketers. Newyork: John Wiley.
Diakses pada 20 Agustus 2013, dari
http://www.scribd.com/49692435?access
_key=keylcyf1juj2488ompieh&allow_share=true.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Republik Indonesia. (2012). Museum
Tsunami
Aceh:
Mengenang
dan
Meresapi Bencana Sarat Hikmah.
Diakses pada diakses pada 29 Oktober
2012,
dari
http://www.indonesia.travel/id/destinatio
n/659/museum-tsunami-aceh.
Kaplanidou, Kiki. (2003). Destination
Branding: Concept and measurement.
Department of Park, Recreation and
Tourism Resource. Machigan State
University. Diakses pada 3 Juli 2013,
dari
http://www.travelmichigannews.org/mtr/
pdf/Whitepaper_branding_final.
Brosur
Setda
Kabupaten
Sidoarjo,
Bagian
Perekonomian. Kampoeng Batik Jetis
Sejak 1675 Kabupaten Sidoarjo [Brosur].
Sidoarjo: Dewan Kerajinan Nasional
Kabupaten Sidoarjo.
18