Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman Dan Kebasaan Larutan

  Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman Dan Kebasaan Larutan I. Tujuan

  Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan sifat keasaman dan kebasaan larutan asam, basa, dan garam dengan menggunakan indikator asam- basa, menentukan harga pH larutan asam, basa dan garam dengan menggunakan indikator universal, menentukan pengaruh konsentrasi terhadap harga pH larutan.

II. Tinjauan Pustaka

  Pada tahun 1887 S. Arrhenius mengajukan suatu teori yang menyatakan bahwa apabila suatu elektrolit melarut, sebagian dari elektrolit ini terurai menjadi partikel negative yang disebut ion. Teori ini berhasil menjelaskan beberapa hal misalnya elektrolisis dan hantaran elektrolit.

  Menurut Arrhenius, asam merupakan zat yang dalam air melepaskan

  • ion H , sedangkan basa merupakan zat yang dalam air melepaskan ion OH .
    • Jadi, menurut Arrhenius, pembawa sifat asam adalah ion H , sedangkan

  • pembawa sifat basa adalah ion OH . Jika asam Arrhenius dirumuskan denga +

  H x A, di dalam air asam itu akan mengalami ionisasi sebagai berikut. X-

  H A(aq) xH (aq)+ A (aq) x

  Basa Arrhenius merupakan hidroksida logam, M(OH) , yang di dalam air

  x

  • membebaskan ion hidroksida (OH ) sesuai dengan persamaan reaksi berikut - x+

  M

  M

  (OH) x (aq) (aq) + x OH (aq)

  Deybe dan Huckel (1923) dan onsager (1927) merevisi teori ion yang telah disajikan Arrhenius. Menurut mereka elektrolit kuat selalu terurai sempurna menjadi ion. Sebelum W. Ostwald dan Arrhenius menjelaskan penguraian elektrolit, orang telah berusaha mendefenisikan asam dan basa.

  Rasa masam dan pengauh terhadap zat warna tumbuh-tumbuhan, merupakan

  Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan sifat asam. Sifat yang dimiliki sabun adalah alkali. Akhirnya orang menggunakan istilah basa sebagai pengganti alkali yang sifatnya berlawanan dengan asam. Basa didefenisikan sebagai zat yang dapat bereaksi dengan asam membentuk garam (Achmad, 1996, hal: 97).

  Asam dan basa didefenisikan oleh ahli kimia berabad-abad yang lalu dalam sifat-sifat larutan air mereka. Dalam pengertian ini suatu zat yang larutan airnya berasa asam, memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan logam aktif untuk membentuk hidrogen, dan menetralkan basa. Dengan mengikuti pola yang serupa, suatu basa didefenisikan sebagai zat yang larutan airnya berasa pahit, melarutkan lakmus merah trasa licin sabun, dan menetralkan (Achmad, 1996, hal: 97).

  Setiap zat atau senyawa mempunyai sifat asam, basa, atau netral. Kita dapat menentukan apakah zat atau senyawa tersebut asam, basa atau netral dengan menggunakan indikator. Indikator ini dapat berupa indikator universal atau lakmus biru, lakmus merah yang dimuat di laboratorium, atau juga dapat menggunakan indikator asam basa dengan bahan dari alam, seperti bunga kembang sepatu, bunga bogenuil, bunga mawar, kunyit dan sebagainya. Zat warna dari bahan – bahan tersebut memberi warna yang berbeda dalam larutan asam, basa, maupun netral.(Ripani.2009.Asam Basa)

  Teori asam basa menurut Archenius, ialah : Asam adalah senyawa

  • yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H . Dan basa adalah senyawa
    • yang dalam larutannya menghasilkan ion OH . Menurut Brousted-Lowry, asam adalah proton donor, sedangkan basa adalah proton acceptor. Contoh :

  2

  3

  1) HAc (aq) + H O (l) << H O (aq) + Ac (aq)

  Asam 1 Basa 2 Asam -2 Basa -1 HAc dengan Ac merupakan pasangan asam basa konjugasi.

  3

2 H O dengan H O merupakan pasangan asam basa konjugasi.

  2

  3

  4

  2) H O (l) + NH (aq) << NH (aq) + OH (aq)

  Asam -1 Basa -2 Asam -2 Basa -1 Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan

  2 H O dengan OH merupakan pasangan asam basa konyugasi.

  4

  3 NH dengan NH merupakan pasangan asam basa konyugasi.

  Pada kedua contoh diatas, terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton donor), dan zat/ion/spesi dapat bersifat amfiprotik (basa). Indikator alami hanya bisa menunjukkan apakah zat atau senyawa tersebut bersifat asam atau basa, tetapi tidak dapat menunjukkan nilai pH-nya. (Brandy, TE-Putjamaka & Sumina.1994.Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta)

  Indikator buatan untuk mengidentifikasi asam, basa, dan garam, antara lain kertas lakmus, kertas indikator, bahan indikator, dan pH meter. Bagaimana kertas lakmus dapat digunakan untuk menentukan sifat asam, basa, dan garam? Kertas lakmus ada dua jenis yaitu kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Kertas lakmus merah jika dicelupkan dalam larutan asam maka akan tetap berwarna merah begitu juga jika dicelupkan dalam larutan netral atau garam. Akan tetapi kertas lakmus merah akan berwarna biru jika dicelupkan dalam larutan basa. Adapun kertas lakmus biru akan berwarna merah jika celupkan dalam larutan asam, tetapi akan tetap berwarna biru jika dicelupkan dalam larutan basa atau netral.

  Jadi larutan asam memerahkan kertas lakmus biru dan larutan basa membirukan kertas lakmus merah. Kertas lakmus merah dan biru tidak akan berubah warna dalam larutan netral atau garam. Selain kertas lakmus kita juga dapat menggunakan indikator buatan yang lain seperti ditunjukkan pada Tabel

  2.1 berikut. Tabel 2.1 Indikator buatan beserta trayek pH.

  (Sumber:http://nawwafcom.blogspot.com/2013/04/indikator-asam-basa-alami- dan-buatan.html ) Indikator-indikator pada Tabel 2.1 tidak secara pasti menunjukkan nilai pH suatu larutan. Jika ingin menentukan pH suatu larutan secara pasti, maka gunakan pH meter. pH meter dapat menunjukkan skala pH dari larutan yang diuji. Indikator universal adalah indikator yang terdiri dari berbagai macam indikator yang memiliki warna berbeda untuk setiap nilai pH 1 – 14. Indikator universal ada yang berupa larutan dan ada yang berupa kertas.

  Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan Indikator universal selalu dilengkapi dengan warna standar untuk pH 1 – 14. Cara menggunakan indikator universal adalah:

  1) Mencelupkan kertas indikator universal dalam larutan yang akan diselidiki pH-nya atau menambahkan beberapa tetes indikator universal dalam larutan yang diselidiki pH-nya,

  2) Mengamati perubahan warna dan membandingkan dengan warna standar. Senyawa Amfoter adalah senyawa yang dapat bersifat asam atau basa, tergantung kondisi lingkungannya. Senyawa amfoter akan bersifat asam dalam suasana basa dan sebaliknya akan bersifat basa dalam suasana atau lingkungan asam kuat. Contoh: Alumunium hidroksida. pH adalah derajat atau tingkat keasaman larutan bergantung pada

  konsentrasi ion H dalam larutan.Semakin besar konsentrasi ion H ,semakin asam larutan tersebut.Nilai konsentrasi ion H+ tersebut sering kali sangat kecil. Untuk menyederhanakan penulisan,Sorensen mengusulkan konsep pH

  • untuk menyatakan konsentrasi ion H ,yaitu sama dengan negative logaritma
  • konsentrasi ion H .Secara matematika nilai pH diungkapkan dengan persamaan :
  • pH = -log [H ] a.

  Hubungan Tingkat keasaman dengan pH Tingkat keasaman suatu larutan berbanding terbalik dengan nilai pH.

  Artinya, semakin asam larutan, maka semakin kecil nilai pH nya, dan

  • sebaliknya. Hal itu terjadi karena pH dan konsentrasi ion H dihubungkan dengan tanda negative. Selanjutnya, karena bilangan dasar logaritma adalah 10, maka larutan yang nilai pH-nya berbeda
  • sebesar n mempunyai n perbedaan konsentrasi ion H sebesar 10
  • pangkat n. Semakin besar konsentrasi ion H , semakin kecil nilai pH. Larutan dengan pH = 1 adalah 10 kali lebih asam daripada larutan dengan pH=2.

  b. pOH

  Konsentrasi ion OH- dapat dinyatakan dengan cara yang sama,yaitu pOH. pOH = -log [OH-]

  Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan Meskipun nilai [OH-] dapat dinyatakan dengan pOH, tingkat kebasaan lazimnya juga dinyatakan dengan pH.Larutan basa mempunyai pH > 7. Semakin tinggi pH, semakin bertambah sifat basa. Larutan dengan pH = 13 ( pOH = 1 ) adalah 10 kali lebih basa dari larutan dengan pH = 12 ( pOH = 2 ). (Sumber : http://edsatrha.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum- kimia-asam-basa.html)

  

Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan

III. Cara Kerja

  3.1. Sifat Keasaman Kebasaan Larutan

  • Pengujian dengan Lakmus Merah Pengujian dengan Lakmus Biru -

  Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan

  • Pengujian dengan phnolphtalein
  • Penujian dengan Metil Merah (mm)

  Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan Pengujian dengan Indikator Universal

  • Pengujian dengan menggunakan pH meter

  Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan

  • Sifat Kebasaan dan Keasaman Larutan No Larutan Warna Indikator Asam, Basa,

  1. HCl 0,1M

  3 CONa

  6. CH

  7 Garam/netral

  5. NaCl 0,1M

  10 Lemah

  4 OH 0,1M

  4. NH

  13 Kuat

  3. NaOH 0,1M

  2 Lemah

  CH 3 COOH 0,1M

  3 Kuat 2.

  3 COONa Ungu Ungu Bening Kuning Netral

  6. CH

  5. NaCl 0,1M Ungu Ungu Bening Kuning Netral

  4 OH 0,1M Biru Biru Merah Kuning Basa

  4. NH

  3. NaOH 0,1M Biru Biru Merah Kuning Basa

  Merah Merah Bening Merah Asam

  CH 3 COOH 0,1M

  1. HCl 0,1M Merah Biru Bening Merah Asam 2.

  Netral L. Merah L. Biru pp mm

  4.1. Data Pengamatan

   Hasil Percobaan dan Pembahasan

  • pH Larutan No Larutan pH asam/basa/netral Kuat/Lemah

  Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan IV.

  7 Garam/netral

  • pH Larutan dengan Variasi Konsentrasi No. Larutan Konsentrasi pH

  3. CH3COONa 0,1M 7,4

  5. Aquadest - 6,0

  4. NH4Cl 0,1M 5,8

  1. HCl + NaOH 0,1M 12,5

  2. HCl + NaOH 0,01M 3,4

4.2. Persamaan Reaksi

  • Sifat Keasaman Kebasaan Larutan Reaksi dengan phenolphtalein: HCl + C

  Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan

  4NaCl + C

  4 OH + C

  20 H

  14 O 4 → 10C

  2 H

  

3

O +16NH

  4

  20 H

  2 O

  14 O 4 → 4NaOH + 4HCl + 10C

  2

  2 O

  CH3COONa + C

  20 H

  14 O

4 → NaOH + C

  2 H 2 + 10C 2 + 6H

  2 O

  16NH

  2 CO 2 + 10 H

  3 COOH

  3 COOH + C

  20 H

  14 O 4 →

  C

  20 H

  14 O

  4 HCl

  CH

  20 H

  14 O 4 → 46Na + 20 H

  14 O 4 →

  C

  20 H

  14 O

  4 CH

  46 NaOH + C

  20 H

  • 6H
  • pH larutan dengan variasi konsentrasi

  HCl + NaOH O → NaCl + H

  2

4.3. Pembahasan

  Pada praktikum penentuan sifat keasaman dan kebasaan larutan kami memakai beberapa senyawa untuk diketahui sifat keasaman dan kebasaan larutan, senyawa-senyawa tersebut adalah HCl 0,1M, CH3COOH 0,1M, NaOH 0,1M, NH

  4 OH 0,1M, CH3COONa 0,1M,

  NaCl 0,1M, NaCl 0,01M, dan HCl 0,01M. Adapun untuk indikatornya kami memakai indicator lakmus biru, lakmus merah, fenolphtalein, metal merah, indicator universal dan pH meter.

  Pada percobaan pertama kami mereaksikan HCl 0,1M, CH3COOH 0,1M, NaOH 0,1M, NH OH 0,1M, CH3COONa 0,1M, masing-masing

  4

  dengan kertas lakmus biru dan setelah diamati larutan yang masih tetap berwarna biru adalah HCl, NaOH, NH4OH. Disini terjadi kesalahan pada HCl, seharusnya larutan HCl memerahkan kertas lakmus biru, karma HCl termasuk asam kuat, namun pada praktikum kemarin HCl tidak berubah warna pada kertas lakmus biru, hal itu disebabkan karena larutan HCl tersebut telah terkontaminasi dengan larutan basa lainnya baik itu karena penggunaan pipet yang tidak steril maupun didalam larutannya sudah tercampur dengan larutan basa lainnya. Kemudian terjadi perubahan warna merah hanya pada larutan CH COOH, hal ini

  3

  jelas sekali sesuai fakta dan teori, karena CH COOH termasuk kedalam

  3

  golongan asam lemah. Terjadi perubahan warna ungu pada larutan CH3COONa dan NaCl, hal ini disebabkan karena larutan ini termasuk kedalam larutan garam yang memiliki pH 7 atau netral. Adapun perubahan warna menjadi ungu ini sebagai larutan garam dapat dijelaskan sebagai beriku.

  Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang sungguh rumit yang akan kita sederhanakan menjadi HLit. "H" adalah proton yang dapat diberikan kepada yang lain. "Lit" adalah molekul asam lemah. Tak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi kesetimbangan ketika

  Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan asam ini dilarutkan dalam air. Pengambilan versi yang disederhanakan kesetimbangan ini: Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru.

  Sekarang gunakan Prinsip Le Chatelier untuk menemukan apa yang terjadi jika anda menambahkan ion hidroksida atau beberapa ion hidrogen yang lebih banyak pada kesetimbangan ini.

  Penambahan ion hidroksida: Penambahan ion hidrogen:

  • - Jika konsentrasi Hlit dan Lit sebanding:

  Pada beberapa titik selama terjadi pergerakan posisi kesetimbangan, konsentrasi dari kedua warna akan menjadi sebanding. Warna yang anda lihat merupakan pencampuran dari keduanya.

  

Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan Alasan untuk membubuhkan tanda kutip disekitar kata "netral" adalah bahwa tidak terdapat alasan yang tepat kenapa kedua konsentrasi menjadi sebanding pada pH 7. Untuk lakmus, terjadi perbandingan warna mendekati 50 / 50 pada saat pH 7

  • – hal itulah yang menjadi alasan kenapa lakmus banyak digunakan untuk pengujian asam dan basa. Seperti yang akan anda lihat pada bagian berikutnya, hal itu tidak benar untuk indikator yang lain. (Sumber:http://www.chem-is- try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/kesetimbangan_asam_basa/indikator _asam_basa/)

  Pada percobaan kedua kami mereaksikan larutan HCl 0,1M, CH3COOH 0,1M, NaOH 0,1M, NH OH 0,1M, CH3COONa 0,1M

  4

  dengan lakmus merah. Dan setelah diamati larutan yang tetap berwarna merah adalah larutan HCl dan CH

  3 COOH terbukti bahwa kedua larutan

  ini adalah larutan asam. Kemudian yang terjadi perubahan warna menjadi biru adalah larutan NaOH dan NH

  4 OH, dapat disimpulkan

  kedua larutan ini adalah larutan basa. Dan terdapat perubahan warna menjadi ungu yaitu larutan NaCl dan CH COONa. Hal ini dikarenakan

  3

  larutan ini bersifat netral jadi warnanya ungu, sesuai dengan penjelasan diatas.

  Pada percobaan ketiga kami mereaksikan larutan HCl 0,1M, CH COOH 0,1M, NaOH 0,1M, NH OH 0,1M, CH COONa 0,1M.

  3

  4

  3

  dengan phenophtalein. Larutan yang berwarna bening adalah HCl, CH COOH, NaCl, dan CH COONa. Dapat disimpulkan bahwa pada

  3

  3

  larutan HCl dan CH COOH adalah larutan asam, tetapi pada larutan

  3 NaCl, dan CH

  3 COONa adalah larutan netral karena kedua larutan

  tersebut adalah larutan garam. Larutan yang berwarna kuning adalah NH4OH dan NaOH, dapat disimpulkan kedua larutan ini adalah larutan basa karena setelah diberi phenolptalein larutan ini berubah warna menjadi kuning, hal ini disebabkan karena Fenolftalein berwarna merah

  

Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan dalam kondisi basa akibat struktur ion resonansinya. Fenolftalein kembali menjadi tidak berwarna dalam penambahan basa pekat yang berlebih karena perubahan strukturnya menjadi karbinol. Perubahan struktur fenolftalein dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada pH < 8,3 adanya larutan alkali encer, menyebabkan cincin lakton pada struktur fenilftalein terbuka dengan menghasilkan struktur trifenilkarbinol, dan struktur trifenilkarbinol akan kehilangan air dengan menghasilkan ion beresonansi (struktur resonansi) yang memberikan warna merah. Dengan adanya penambahan basa alkali alkoholik pekat yang berlebih, maka

  • atom C sp2 yang mengikat tiga gugus fenil akan diserang oleh OH yang menyebabkan pemutusan ikatan rangkap konjugasi dan membentuk atom C sp3 dengan struktur karbinol. (Sumber:http://trianaput.blogspot.com/2012/10/fenolftalein-dalam- suasana-basa-berlebih.html)

  Pada percobaan keempat kami mereaksikan HCl 0,1M, CH COOH 0,1M, NaOH 0,1M, NH OH 0,1M, CH COONa 0,1M

  3

  4

  3

  dengan metil merah. Larutan yang berwarna merah adalah HCl dan CH

3 COOH. Larutan ini bersifat asam karena direaksikan dengan metil

  merah warnanya tetap merah. Dan larutan yang berwarna kuning adalah NaOH, NH OH, NaCl, CH COONa. Larutan NaOH, dan NH OH

  4

  3

  4

  bersifat basa karena berwarna kuning pada saat direaksikan dengan metil merah. Sedangkan pada larutan NaCl dan CH

  3 COONa termasuk larutan

  yang bersifat netral, hal ini karena metil merah jika ditirasi dengan asam pada saat titik ekivalen (keadaan netral) akan berwarna kuning.

  Pada percobaan kelima kami menguji sifat kebasaan larutan dengan menggunakan indicator universal, dan hasilnya adalah HCl memiliki pH 3, dapat disimpulkan larutan ini adalah larutan asam, dalam teori asam basa HCl adalah asam kuat, tapi dalam praktikum HCl memiliki pH yang lebih kecil dari CH

  3 COOH yang notabene CH

  3 COOH

  adalah larutan asam lemah, penyebab hal ini terjadi mungkin disebabkan karena larutan ini telah terkontaminasi zat lain, sehingga akan melemahkan larutan ini. Atau mungkin bisa saja terjadi kesalahan praktikan yang salah menamai HCl dengan CH COOH pada botolnya

  3

  maupun pada gelas ukurnya. Sementara itu CH COOH memiliki pH=2

  3 Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan hal ini terjadi kesalahan yang telah dijelaskan diatas. Larutan NaOH pada praktikum ini pHnya 13, dapat disimpulkan larutan NaOH ini termasuk basa kuat. Pada larutan NH OH diketahui pHnya 10, larutan ini

  

4

  termasuk larutan basa lemah. Sementara itu larutan NaCl dan CH

  3 COONa memiliki pH yang sama yaitu 7, yang artinya larutan ini bersifat netral atau garam.

  Pada percobaan keenam kami menguji larutan HCl + NaOH masing- masing 0,1M, HCl + NaOH masing-masing 0,01M, CH

  3 COONa dan

  NH

  4 Cl, dengan pH meter. Dan hasilnya pada larutan HCl + NaOH

  (0,1M) diperoleh pH 12,5. hal ini tidak seharusnya dihasilkan pH yang begitu basa, biasanya larutan ini pH nya berkisar antara 7-8, karena larutan kedua larutan ini jika direksikan akan menghasilkan garam, hal ini terjadi disebabkan karena volume NaOH terlalu banyak jadi pHnya terlampau besar. Pada larutan HCl + NaOH (0,01M) diperoleh pH 3,4, hal ini di karenakan HCl telah terkontaminasi. Pada larutan CH

  3 COONa diperoleh pH 7,4, dapat disimpulkan bahwa larutan ini adalah garam.

  Pada larutan NH Cl diperoleh pH 5,8, dan larutan ini juga termasuk

  4 garam.

  Adapun pengertian dan cara kerja pH meter adalah sebagai berikut: Pengertian dari pH meter adalah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH (keasaman atau alkalinitas) dari cairan (meskipun probe khusus terkadang digunakan untuk mengukur pH zat semi-padat). Pada prinsipnya, pengukuran suatu pH didasarkan pada potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya relative kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hydrogen atau diistilahkan dengan potential of hydrogen. Elektroda dapat mudah rusak sehingga perlu penggunaan yang benar dan hati-hati. Jika pH meter sedang tidak digunakan maka elektroda harus dalam keadaan terendam dalam larutan berpH 4 (McQuarrie & John 1997).

  

Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan Kini pH meter yang terdiri atas mikro prosesor yang diperlukan untuk koreksi temperatur dan kalibrasi. Meskipun demikian, pH meter modern masih mempunyai kekurangan, yaitu perubahan yang lambat, yang merupakan masalah penting dalam menentukan skala yang valid (Haqiqi 2008). Penggunaan alat maupun instrumen dalam melakukan pengukuran sebaiknya dilakukan kalibrasi alat terlebih dahulu, salah satunya adalah pH meter. Menurut Tahir (2008), kalibrasi alat harus diperhatikan sebelum dilakukan pengukuran pada pH meter. Kalibrasi adalah memastikan kebenaran nilai-nilai yang ditunjukan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran atau nilai-nilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan cara membandingkan dengan nilai konvensional yang diwakili oleh standar ukur yang memiliki kemampuan telusur ke standar Nasional atau Internasional. Larutan yang biasa digunakan untuk kalibrasi pH meter adalah larutan buffer.

  Kalibrasi terhadap pHmeter dilakukan dengan larutan buffer standar dengan ph 4.01,7, dan 10.01 dan dengan metode satu titik, dua titik, atau multi titik. Metode satu titik, dilakukan dengan menggunakan buffer standar sekitar pH yang akan diukur, ph 4,01 untuk sistem asam, buffer standar 7,00 untuk sistem netral, dan buffer standar 10,01 untuk system basa. Metode dua titik dilakukan jika bahan bersifat asam digunakan dua buffer standar berupa pH 4,01 dan 7,00. Jika bahan bersifat basa, digunakan dua buffer standar berupa pH 7,00 dan 10,00. Selain kalibrasi terhadap pH meter, juga terdapat kalibrasi temperatur berupa PT100 maupun thermocouple dapat menggunakan metode perbandingan maupun simulasi (Sulaiman 2011).

  

Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan

V. Kesimpulan

  Dari percobaan ini dapat disimpulkan yang termasuk kedalam larutan yang bersifat asam adalah HCl dan CH COOH, karena kedua larutan ini berwarna

  3

  merah pada kertas lakmus merah dan berwarna merah juga pada kertas lakmus biru, kemudian dibuktikan juga dengan pengujian dengan menggunakan indicator universal bahwa larutan ini mempunyai pH 3 dan 2. Yang termasuk kedalam larutan basa adalah larutan NaOH dan NH

  4 OH karena kedua larutan

  ini membirukan kertas lakmus dan tetap biru pada lakmus biru, dan pada uji indicator universal kedua larutan ini masing-masing mempunyai pH 13 dan

  10. Dan pada praktikum kemarin terdapat dua larutan yang bersifat netral, yaitu NaCl dan CH

3 COONa, kedua larutan ini berwarna ungu pada pengujian

  menggunakan kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru, kemudian dibuktikan lagi pada pengujian menggunakan indicator universal masing- masing larutan ini mempunyai pH 7, hal ini membuktikan kedua larutan tersebut bersifat netral.

VI. Daftar Pustaka

   Achmad, Hiskia. Kimia Larutan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996.

   Keenan, dkk. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga, 1977.  Pudjaatmaka, Aloysius Hadyana. Ilmu Kimia untuk Universitas.

  Jakarta: Erlangga, 1980.  http://yulianalecturechemistry.blogspot.com/2013/07/praktikum- kimdas-ii-reaksi-asam-basa.html diakses pada 29 Desember 2014  http://rahmanzein.blogspot.com/2013/01/laporan-kimia-asam- basa.html diakses pada 29 Desember 2014  Brandy, TE, Putjamaka & Sumiha.1994.Kimia Universitas Asas dan

  Struktur.Jakarta : Erlangga

  Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan

  Laporan Praktikum Penentuan Sifat Keasaman dan Kebasaan Larutan

   Khaerunisa.2013.Makalah Laporan Hasil Praktikum Asam-Basa  Raymond Chang.2004.Kimia Dasar.Jakarta : Erlangga  Utami, Budi Dkk. 2009. Kimia 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Program

  Ilmu Alam . Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan

  Nasional,  https://dannyramadhani.wordpress.com/tag/laporan-praktikum/ diakses pada 29 Desember 2014  http://www.chem-is- try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/kesetimbangan_asam_basa/indikat or_asam_basa/ diakses pada 29 Desember 2014 rlebih.html diakses pada 29 Desember 2014

  Cirebon, 23 Desember 2014 Asisten Praktikan Praktikan Tania Avianda Gusman M,Sc. Nurazizah Fitriyani Nahri