Sistem Politik-Birokrasi di Negara Berkembang

  BUREAUCRATIC-PROMINENT POLITICAL REGIMES Lina Miftahul Jannah Sistem Politik-Birokrasi di Negara Berkembang 

  

Birokrasi militer-sipil memegang posisi kunci

dalam penentuan kebijakan 

  Elit (tradisional) dalam struktur masyarakat

secara aktif menggunakan kekuasaan untuk

memberikan pengaruh politik

   Sistem parpol yang kompetitif belum terbangun

   Tidak ada partai massa dominan untuk memobilisasi dukungan bagi rezim

  

Tipe dalam Bureaucratic Prominent

Political Regimes

Traditional Elite Systems

  

Personalist

Bureaucratic Elite

Systems

Collegial

  Bureaucratic Elite Systems Pendulum Systems

TRADITIONAL ELITE SYSTEMS

   Elit politik dominan memiliki kekuasaan yang mapan dalam sistem sosialmonarki atau status aristokratik

   Negara/Bangsa yang menerapkan sistem ini

jumlahnya menurundiganti melalui kudeta

militer atau komunis (Afganistan, Libya, Kamboja dan Laos)

   Traditional Elite System : (1)Ortho-traditional regimes dan (2) neo-traditional regimes

  Ortho-traditional Regimes

  Umum terbentuk di negara berkembang, memiliki sejarah panjang, statis, tidak bertahan lama

  Elit politik : keluarga yang berkuasa dengan legitimasi kemonarkian

  

Mendukung moderninsasi dengan batas tertentu

untuk mempertahankan status quo

  

Menekankan pada industrialisasi dan pelayanan

publik, terutama karena memiliki sumber daya minyak bumi

   Politik kompetitif tidak diijinkan dan parpol-

kelompok kepentingan dengan berbagai program

sangat lemah

  Ortho…

  

Kelompok keluarga yang berkuasa mengandalkan

kekuatan militer dan birokrasi sipil

  

Birokrasi sebagai penggerak namun efektifitasnya

berdasarkan karakteristik tradisional

  Contoh negara : Saudi Arabia 

  

Keluarga Kerajaan mengelola masyarakat dengan solidaritas

internal berdasar nilai tradisional

  Keluarga kerajaan menguasai posisi penting dan elit tradisional masyarakat menguasai eselon teratas

  Birokrasi Saudi yang terus berkembang menerapkan aturan baru dalam formulasi dan administrasi program pembangunan namun tidak mampu memenuhi tuntutan publik

  Reformasi administrasi hanya bersifat formalitas

  Neo-Traditional Regimes : Iran

  Tradisi monarki menjadi kekuatan dan pemersatu institusi dan masyarakat menjadi bagian dari sistem monarki

  

  Shah Reza Pahlevi : “White Revolution” investasi infrastruktur untuk meningkatkan produksi dan fasilitas komunikasi serta memperkuat militer

  

  Minimal “trickle down” efek

  

  Kekuasaan politik dan birokrasi tersentralisasi dibawah Shah Iran

  

  New Class : professional-bureaucratic intelligentia direkrut oleh Shah untuk menempati posisi pemerintahanmeningkatkan level kompetensi, mengurangi ketergantungan atas elit tradisional dan memperkuat posisi politik Shah

  Neo… 

  Pengganti Rezim Shah : tidak di dominasi militer dan birokrasielit tradisional rezim dengan orientasi berbeda yang diinsiprasikan dan didominasi pemimpin Islam, Ayatollah Ruhollah Khomeini

  

  Konsolidasi kekuasaan berhasil dilakukan oleh elit baru namun membentuk faksionalisasi elit

  

  Hashemi Rafsanjani (1989) pengganti Ayatullah elit yang moderat, transisi masih menerapkan kekuasaan rezim

  

  Peran birokrasi (sipil-militer) berperan penting dalam menentukan kelangsungan kekuasaan Shahberperan dalam revolusi Iran

  Neo… 

  Periode 1979-1982 : repolitisasi untuk mengembangkan nilai Islam dan ideologi rezim baru

  Pemimpin institusi pemerintahan ditentukan oleh pusat

  Aktivitas pemerintahan diperluas untuk

nasionalisasi bank swasta, perusahaan asuransi,

industri besar dan perdagangan LN

   Institusi berbasis revolusi dibuat untuk memperkuat rezim baruGarda Revolusi yang terpisah dari struktur konvensional militer

PERSONALIST BUREAUCRATIC ELITE SYSTEMS

   Kekuasaan ditangan satu orang (dominan) dan bergantung pada birokrat profesional untuk kelangsungan rezim umumnya berasal dari pemimpin militer (Caudillo/ Strongman)

   Pola umum berkuasanya Caudillo sebagai dampak dari political chaos

   The Personalist Leader menjaga agar posisi penting pemerintahan diberikan kepada indvidu yang menjadi sub- ordinat dan pendukungnya

   Pejabat negara dan kelompoknya tidak dapat menghindari bahwa kekuasaan yang dimilikinya berasal dari koersif

   Karakteristik sistem administrasi personalist: sentralistis, menentukan semua kebijakan, pejabat negara dipilih berdasarkan kriteria penguasa, birokrasi berdasarkan patriarchal community, pejabat negara yang loyal akan mendapatkan reward

  

General Jorge Ubico (1930-1944)

Guatemala

  Karakteristik elit politik (Amerika Latin) : pemilik tanah perkebunan, pejabat senior militer, keluarga bangsawan dan perwakilan kepentingan bisnis asing

  

  Birokrasi Guatemala : disiplin kaku dan loyalitas absolut, keputusan dan pemerintahan ditentukan oleh Ubico dalam setiap rapat yang dipimpinnya di the National Palace

  

  Pengaruh birokrasi ala Ubico : resistensi terhadap perubahan dan mengakarnya loyalitas absolut

  

General Idi Amin Dada (1971-1979) Uganda

  Kudeta militer menjatuhkan Presiden Milton Obote

  

  Military Ethnocracy : penggabungan tentara tradisional dengan faktor kekuasaan etnis sebagai basis organisasi politik dengan military technocracy

  

  Birokrasi pemerintahan berakar pada sistem kolonial Inggris

  

  Setelah kemerdekaan : pribumi mengambil alih jabatan yang dikuasai oleh non-pribumi

  

  Aktifitas pemerintahan berbasis pada pendidikan Barat karir sebagai birokrat menjadi posisi yang prestisius

  

  Terbentuknya military-bureaucratic elitist regime dengan kekuasaan berada di tangan individu dan akses mengontrol politik dimungkinkan karena latar belakang militer

COLLEGIAL BUREAUCRATIC ELITE SYSTEMS

  

  Penguasaan politik oleh suatu kelompok eksklusif dengan latar belakang profesional birokrat militerCollegial atau Junta

  

  Junta yang terbentuk tidak hanya beranggotakan militer tetapi juga kelompok sipilumumnya Junta yang membentuk rezim beranggotakan pejabat militery yang setingkat

  

  Pemimpin Junta adalah pemimpin kudeta militer yang dilakukan

  

  Pengukuhan pemerintahan militer memiliki kewajiban untuk melindungi kepentingan nasional menterjemahkan kepentingan nasional dan konstitusi dengan dasar ini terlibat langsung dalam kehidupan politik

  

  Kudeta militer melibatkan politisi sipil untuk memberikan

  

COLLEGIAL…

  Politisi sipil (swingman) akan ditunjuk untuk menduduki jabatan penting pasca kudeta atau sebagai gubernur

  

  Kehadiran politisi sipil moderat dapat menimbulkan konflik internal karena keinginannya untuk membentuk pemerintahan sipil dan normalisasi konstitusi perubahan koalisi terjadi menggantikan anggota junta lama

  

  Junta militer secara gradual akan menerapakan pemerintahan sipil untuk menutupi kontrol militer yang dilakukan

  

  Perkembangan : pemimipin militer (sipil) memilih instrumen parpol dominan sebagai motor penggerak pemerintahannya dengan tetap mengontrol pilihan politik

  Tipe Collegial… 

  Mesir penguasaan parpol dominan oleh pemimpin militer

  

  Korea Selatan : militer menempati jabatan politik dan pemerintahan (sipil) dengan melapaskan atribut miiliter

  

  Negara Barat : militer kembali ke barak

  

  Birokrasi : antara tipe pemimpin militer dan sipil- militer koalisi

  

  Rezim Koalisi : keseimbangan kerjasama memberikan kesempatan kepada birokrat sipil untuk terlibat dalam pengambilan keputusan politik dan melindungi kelompok kepentingan

  

  Junta militer menempatkan birokrat sipil secara sub- ordinat tetapi tidak dapat mengabaikan kerjasama yang dibangun untuk menjalankan rezim

PENDULUM SYSTEM

  

  Pergeseran kekuasaan politik dan birokrasi sipil- militer

  

  Brazil :

  

  Kolaborasi milier dan birokrat sipil yang secara bertahap memberikan kesempatan bagi kompetisi politik

  

  Memberikan jalan bagi kepemimpinan politik sipil : pemilu tidak langsung thn 1985 dan pemilu langsung 1989

  

  Awal kemerdekaan dari Portugal : periode Monarki

  

  Pembentukan konstitusi federal dan terpilih presiden baru tidak lepas dari intervensi militer

  Pendulum… 

  Presiden Getulio Vargas (1930) terpilih melalui kudeta dan memerintah secara ototiter

  

  Presiden Jao Goulart (1961) terpilih sebagai presiden setelah menggantikan Presiden Quadros

  

  Pemerintahan Goulart : korupsi merajalela, bersimpati pada komunis, ekonomi terpuruk di kudeta oleh militer

  POLITIK 

  Bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik yang menyangkut proses penentuan dan

pelaksanaan tujuan-tujuan dari sebuah sistem

PARTAI POLITIK

   Kelompok yang terorganisir, yang anggota- anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama

  

Tujuannya memperoleh kekuasaan politik dan

melalui kekuasaan tersebut, mereka melaksanakan kebijakan

FUNGSI PARTAI POLITIK

   Sarana komunikasi politik

   Sarana sosialisasi politik

   Sarana rekrutmen politik

   Sarana pengatur konflik

JENIS PARTAI POLITIK

   Partai massa: memiliki jumlah anggota yang besar. Kelemahannya masing-masing aliran berusaha memaksakan kepentingan

   Partai kader: memiliki keketatan organisasi dan

disiplin kerja dari anggota yang terpilih melalui

saringan

  

Partai patronase: memiliki organisasi nasional

yang tidak ketat, disiplin yang lemah, hanya bertujuan memenangkan pemilu

  

Hubungan kekuasaan partai

politik dan birokrasi Partai Politik Kuat Lemah Birokrasi Kuat Responsible Party Irresponsible Party/Bureaucratic State Lemah Political Machine Regime of Notables Corporatist State Machine of Incumbent

  Pemerintahan/Rezim partai politik 

  Polyarchal Competitive System 

  Dominant-Party Semicompetitive System 

  Dominant-Party Mobilization System 

  Communist Totalitarian System

  

Polyarchal Competitive System

  Elite dan politiknya sukar dipisahkan

  

  Adanya mobilitas sosial sehingga memicu persaingan

  

  Konsensus politik sukar tercapai

  

  Mobilisasi dukungan massa dan keikutsertaan pada program pembangunan sukar dilakukan

  

  Birokrasi memiliki masalah internal

  

  Adanya dukungan yang sifatnya tidak konsisten dari pembuat kebijakan politik

  

  Kelemahan: posisi pemerintah lemah, peraturan sukar diterapkan

  

  Negara yang menerapkan: PNG, Filipina, Kostarika, Kolombia, Venezuela, Siprus, Srilanka

  Dominant-Party Semicompetitive System 

  Adanya satu partai yang dominan dan memonopoli kekuasaan politik selama beberapa periode

  Keberadaan partai-partai lain selain partai dominan dianggap legal dan eksis

  Munculnya elit muda, urban, sekuler, dan berpendidikan

  Negara: Malaysia, Meksiko, India Dominant-Party Mobilization

System

  Kurang adanya kebebasan di dalam berpolitik

  Banyak terjadi tindak kekerasan

  Partai dominan merupakan satu-satunya partai yang diakui oleh negara

  Partai selain partai dominan dikontrol secara ketat

  Menitikberatkan pada peran seorang pemimpin

  Negara: Mesir, Tanzania, Senegal, Zambia, Bolivia

  

Communist Totalitarian System

  Terjadi monopoli kekuasaan oleh satu partai, model politik totalitarian, dan ideologi Marxist Leninist

  

  Tidak mengenal adanya legitimasi oposisi secara terbuka karena ideologi komunis yang mendominasi tiap segi kehidupan

  

  Terjadi mobilisasi massa karena adanya unsur paksaan

  

  Administrator berada di bawah pengaruh partai yang berkuasa

  

  Sistem partai tertutup dengan tujuan mempertahankan status-quo

  

  Negara: Kuba, RRC, Eropa Timur, Kamboja, Laos, Korea Utara