Model Pengembangan Kurikulum id. pdf

MAKALAH
PENGEMBANGAN DAN TELAAH KURIKULUM
“MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM”

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III
Nama

: ISRA SAIFUDIN SALAN
SOMIAWA
FEBRIYANTI

Jurusan : PAI A
Semester : IV

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) AMBON
2018

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Dengan ridha dan magfirah-Nya
kami dapat menyelesaikan menyusun sebuah makalah yang berjudul MODEL
PENGEMBANGAN KURIKULUM, dan dapat kami selesaiakan dengan baik. makalah
ini kami susun untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh dosen mata kuliah
PENGEMBANGAN DAN TELAAH KURIKULUM.

Dalam makalah ini tercantum pokok-pokok pembahasan antara lain,
pengertian model pengembangan kurikulum, dan model-model pengembangan kurikulum.
Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan, dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karene itu, penulis membutuhkan saran dan kritik
yang dapat membangun agar mkalah ini lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat kami semua terutama bagi kami sebagai
penulis. AMIN....wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.....

Rabu , 21 maret 2018

penulis

2


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................

2

DAFTAR ISI ........................................................................................................

3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................

5

A. Latar Belakang..........................................................................................

5

B. Rumusan Masalah ....................................................................................


5

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................

6

A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum ..........................................

6

B. Model-Model Pengembangan Kurikulum ................................................

6

BAB III PENUTUP ..............................................................................................

18

Kesimpulan ...........................................................................................................


18

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................

19

3

4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas

dari berbagai aspek yang

mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik,
budaya, dan sosial) proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat
maupun arah prigram pendidikan. Dewasa ini telah banyak dikembangkan model-model

pengembangan kurikulum. Setiap model pengembangan kurikulum tersebut memiliki
karakteristik pada pola desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dalam
pembelajaran. Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasi berdasarkan basis apa
yang akan di capai dalam kurikulumtersebut, seperti alternatif yang menekankan pada
kebutuhan mata pelajaran, peserta didik, penguasaan kompetensi suatu pekerjaan,
kebutuhan masyarakat atau permasalahan sosial. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum
perlu dilakukan dengan berlandaskan pada teori yang tepat agar kurikulum yang dihasilkan
bisa efektif, sehubungan dengan hal tersebut, dalam makalah ini akan di uraikan beberapa
model pengembangan kurikulum.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu model pengembangan kurikulum?
2. Apa saja model-model pengembangankurikulum?

5

BAB II
PEMBAHASAN


A.

Pengertian Model Pengembangan Kurikulum

Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar.
Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis tentang suatu
proses kurikulum secarah menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan tentang salah satu
ulasan kurikulum. Disamping itu, ada model yang mempersoalkan keseluruhan proses dan
ada pula yang hanya menitikberatkan pandangannya pada mekanisme penyusunan
kurikulumnya. Ulasan teoritis demikian dapat pula hanya mengutamakan uraianya pada
segi organisasi kurikulum dan ada pula yang menitikberatkan ulasannya hanya pada
hubungan antar pribadi orang-orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulum.
Aplikasi model-model sebaiknya didasarkan pada faktor-faktor konstan, sehingga ulasan
tentang model yang dibahas dapat terungkapkan secara konsisten. Dasar pemikiran ini
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menganalisis model kurikulum.1

B. Model-Model Pengembangan Kurikulum

1. Model Ralph Tyler


Model pengembangan kurikulum yang dikembangkan Tyler (1949) diajukan
berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam
pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertannyaan tersebut adalah:
a) Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?
b) Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk
mencapai tujuan pedidikan?
1

Zainal Arifin,konsep dan model pengembangan kurikulum,(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya:2017),c.5,hlm.137

6

c) Bangaimanakah

pengalama-pengalaman

pendidikan

sebaiknya


diorganisasikan?
d) Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah dicapai?

Oleh karena itu, menurut tyler ada empat tahap yang harus dilakukan dalam
pengembangan kurikulum yang meliputi:
a) Menentukan tujuan pendiddikan.
b) Mnentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan.
c) Menentukan organisasi pengalaman belajar.
d) Meneentukan evaluasi pembelajaran.
Berikut ini penjelasan setiap tahap model pengembangan kurikulum tyler.

a) Menentukan tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam
program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendiddikan harus menggambarkan perilaku
akhir setelah peserta didik mengikuti proses pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus
dirumuskan secara jelas sampai pada rumusan tujuan khusus guna mempermudah
pencapaian tujuan tersebut.
Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan

tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu: 1) hakikat peserta didik 2) kehidupan masyarakat
masa kini dan 3) pandangn para ahli bidangstudi. Ketiga aspek tersebut harus
dipertimbangkan dalam penentuan tujuan pendidikan umum. Penentuan tujuan pendidikan
dengan berdasarkan masukan dari ketiga aspek tersebut, selanjutnya difilter oleh nilai-nilai
filosofis masyarakat dan filosofis pendidikan serta psikologi belajar.
Ada llima faktor yang menjadi arah penentuan tujuan pendidikan, yaitu:
pengeembangan kemampuan berpikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan
sikap kemasyarakatan, pengembangan minat peserta didik dan pengeembangan sikap
sosial.
7

b) Menentukan proses pembelajaran

Setelah penetapan tujuan, selanjutnya adalah menentukan proses pembelajaran apa
yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang harus
diperhatikan dalam penentuan proses penbelajaran adalah persepsi dan latar belakag
kemampuan peserta didik . artinya, pengalaman yang sudah dimiliki siswa harus menjadi
bahan pertimbangan dalam menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam proses
pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan atau sumber
belajar yang tujuannya untuk membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan sehinggah

menjadi perilaku yang utuh.
c) Meneentukan organisasi pengalaman belajar

Setelah proses penbelajaran ditentukan, selanjutnya meneentukan organisasi
pengalaman belajar. Pengalaman belajar di dalamnya mencangkup tahapan-tahapan belajar
dan isi atau materi belajar.bahan yang harus dipelajari peseta didik dan pengalaman belajar
apa yang harus dilakukan, diorganisasi sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan
dalam pencapaian tujuan. Kejeelasan tujuan, materi belajar dan proses pembelajaran serta
urutan-urutan, akan lebih mempermuda untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi
pembelajaran apa yang sebaiknya digunakan.

d) Menentukan evaluasi pembelajaran

Menentukan jenis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan kegiatan akhir
dalaam model tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis
dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran dan proses belajar
yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para
pengembang kurikulum disamping harus memperhatikan komponen-komponen kurikulum
lainnya, juga harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.
8


2. Model administratif
Pengembangan kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas ke bawah
(top down) atau staf lini (line-staff prosedure), artinya pengembangan kurikulum ini ide
awal dan pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan dan
kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Tim ini sekaligus sebagai tim
pengarah dalam pengembangan kurikulum. Lankah kedua adalah membentuk suatu tim
panitia pelaksana

atau komisi untuk mengembangkan kurikulum yang didukung oleh

beberapa anggota yang terdiri dari para ahli, yaitu: ahli pendidikan, kurikulum disiplin
ilmu, tokoh masyarakat, tim pelaksana pendidikan dan pihak dunia kerja.
Tim ini bertugas untuk mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan
maupun strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun kurikulum secara
operasional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan tujuan pendidikan maupun
pembelajaran, pemilihan dan penyusunan rambu-rambu dan substansi materi pelajaran,
menyusun alternatif proses pembelajaran, dan menentukan penilaian pembelajaran.
Selanjutnya, kurikulum yang suda selesai disusun kemudian diajukan untuk
diperiksa dan diperbaiki oleh tim pengarah. Tim ini melakukan penyesuaian antara aspekaspek kurikulum secara koordinasi dan menyiapkan secara sistem dalam rangka uji coba
maupun dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan (desiminasi). Setelah perbaikan atau
penyempurnaan, kurikulum tersebut perlu diujicobakan secara nyata dibeberapa sekolah
yang dianggap representatif. Pelaksana uji coba adalah tenaga profesional sebagai
pelaksana lapagan, yaitu kepala sekolah dan guru-guru yang tidak dilibatkan dalam
penyusunan kurikulum.
Supaya uji coba tersebut menghasilkan masukan yang efektif, maka dipergunakan
kegiatan

monitoring

dan

evaluasi

yang

fungsinya

untuk

memperbaiki

atau

menyempurnakan berdasarkan pelaksanaan di lapangan. Kurikulum ini merupakan
kurikulum yang bentuknya seragam dan bersifat secntralistik, sehingga kurang sesuai jika
diterapkan dalam dunia pendidikan yang menganut asas desentralisasi. Selain daripada itu,
kurikulum ini kurang tanggap terhadap perubahan nyata yang dihadapi para pelaksana

9

kurikulum di lapangan. Perubahan leb cenderung dilakukan berdasarkan pola pikir pihak
atasan (birokrat) pendidikan.
3. Model grass roots
Pengembangan kurikulum model ini kebalikan dari model administratif. Model
grass roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah.
Dalam prosesnya pengembangan kurikulum ini diawali atau dimulai dari gagasan guruguru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. model grass roots lebih demokratis karena
pengembangan dilakukan oleh para pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan dan
peningkatan dapat dimulai dari unit-unit terkecildan spesifik menuju pada bagian-bagian
yang lebih besar. Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum
model grass roots, diantaranya: 1) guru harus memiliki kemampuan yang profesional; 2)
guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyelesaian permasalahan
kurikulum: 3) guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan
penentuan evaluasi; 4) seringnya pertemuan kelompok dalam pembahasan kurikulum
yanng akan berdampak terhadap pemahaman guru dan akan menghasilkan konsesus tujuan,
prinsip maupun rencana-rencana.
Model pengembangan kurikulum ini dapat dikembangkan pada lingkup luas
maupun dalam lingkup yang sempit. Dapat berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah
tertentu, tetapi dapat pula digunakan untuk beberapa bidang studi maupun pada beberapa
sekolah yang lebih luas. Dalam prosesnya, guru-guru harus mampu melakukan kerja
operasional

dalam

pengembangan kurukulum

secara kooperatif

sehingga dapat

menghailkaan suatu kurikulum yang sistematik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya,
pengembangan kurikulum model ini sangat membutuhkan dukungan moril maupun materiil
yang bersifat kondusif dari pihak pimpinan. Ada beberapa hal yang harus diantisipasi
dalam model ini, diantaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena
menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis. Sehingga apabila tidak

10

terkontrol (tidak ada kendali mutu), maka cenderung banyak mengabaikan kebijakan dari
pusat.2
Beauchamp’s system
Model kurikulum ini, dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum.
Beauchamp mengemukakan lima hal didalam pengembangan kurikulum.
Pertama, menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh
kurikulum tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan kabupaten, provinsi ataupun seluruh
negara.
4. Model taba

Berbeda dengan model tyler, model taba lebih menitikberatkan kepada bagaimana
mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan. Oleh
karena itu, dalam model ini dikembangkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh para
pengembang kurikulum.
Pengembang kurikulum biasanya dilakukan secara deduktif yang dimulai dari
langkah penentuan prinsip-prinsip dan kebijakan dasar, merumuskan desain kurikulum,
menyusun unit-unit kurikulum, dan mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas.
Hilda taba tidak sependapat dengan langkah tersebut. Alasannya, pengembangan
kurikulum secara dedutif tidak dapat menciptakan pembaruan kurikulum. Oleh karena itu,
menurut hilda Taba, sebaiknya kurikulum dikembangkan secara terbalik yaitu dengan
pendekatan induktif.
Ada lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari Taba yaitu :
a. Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-langkah:

 Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembang kurikilum memulai
dengan menentukan kebutuhan-kebutuhan siswa. Melalui diagnosis tentang
”gaps” , berbagai kekurangan (defeciencies),dan perbedaan latar belakang
siswa.

2

Tim pengembang mkdp,kurikulum dan pembelajaran,(Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada:2013),ed.3,c.3,hlm.79-82

11

 Meformulasikan

tujuan.

Setelah

kebutuhan-kebutuhan

siswa

didignosis,selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan.

 Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan merupakan langkah
berkutnya. Pemilihan isi bukan didasarkan kepada tujuan yang harus dicapai
sesuai dengan langkah kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi
validitas dan kebermaknaannya untuk siswa.

 Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksian isi, selanjutnya isi kurikulum yang
telah ditentukan itu disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas
berapa sebaiknya kurikulum itu diberikan.

 Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini ditentukan pengalamanpengalaman belajar yang harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan
kurikilum.

 Mengorganisasi pengalaman belajar.guru selanjutnya menentukan bagaimana
mengemas pengalaman-pengalaman belajar yang telah ditentukan itu ke dalam
paket-paket kegiatan. Sebaiknya dalam menentukan paket-paket kegiatan itu,
siswa diajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan
kegiatan belajar.

 Menentukan alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa. Pada
penentuan alat evaluasi ini guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat
dilakukan untuk menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah dapat mencapai
tujuan atau belum.

 Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini dilakukan untuk melihat
kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan tipe-tipe belajar siswa.
b. Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan
validitas dan kelayakan penggunaannya.
c. Merevisi dan mengonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang
diperoleh dalam uji coba.
d. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum.

12

e. Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji. Peda tahap terakhir ini
perlu dipersiapkan guru-guru melalui penataran-penataran, lokakarya dan lain
sebagainya serta mempersiapkan fasilitas dan alat-alat sesuai tuntutan kurikulum.
5. Model Oliva
Menurut oliva suatu model kurikulum harus bersifat simpel, komprensif dan
sistematik. Oliva menggambarkan model pengembangan kurikulum seperti gambar
dibawah ini. Gambar dibawah ini menurut Oliva adalah komponen pokok saja. Sebab
dalam pernyataannya dalam pengembangan suatu kurikulum ada 12 komponen yang satu
sama lain saling berkaitan.

rumusan
filsafat

Evaluasi

rumusan
tujuan umum

Implementasi

rumusan
tujuan khusus

Desain
perencanaan

Komponen dari bagan diatas, tampak model pengembangan kurikulum yang
dikemukakan oleh Oliva.
Komponen pertama adalah perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga

pendidikan, yang kesemuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa, dan analisis
kebutuhan masyarakat.

13

Komponen kedua adalah analisis kebutuhan masyarakat dimana sekolah itu berada,

kebutuhan siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
komponen satu berisi pernyataan-pernyataan yag bersifat umum dan sangat ideal;
sedangkan kompunen ke II sudah mengarah kepada tujuan yang lebih khusus.
Komponen ketiga dan keempat, berisi tentang tujuan umum dan tujuan khusus

kurikulum. Yang didasarkan kepada kebutuhan seperti yang tercantum dalam komponen I
dan II. Sedangkan komponen V adalah bagaimana mengorganisasikan rancangan dan
mengimlementasikan kurikulum.
Komponen kelima dan keenam

mulai menjabarkan kurikulum dalam bentuk

perumusan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran.
Dari bagan diatas, tampak model kurikulm yang harus dikembangkan ini dapat
digunakan dalam beberapa dimensi. Pertama, untuk penyempurnaan kurikulum sekolah
dalam bidang-bidang khusus, misalkan penyempurnaan kurikulum bidang studi tertentu di
sekolah,

baik

dalam

tatanan

perencanaan

kurikulum

maupun

dalam

proses

pembelajarannya. Kedua, model ini juga dapat digunakan untuk membuat keputusan dalam
merancang suatu program kurikulum. Ketiga,

model ini dapat digunakan dalam

mengembangkan program pembelajaran secara khusus.
6. Model Beauchamp
Model ini dinamakan sistem Beauchamp, karena memang diciptakan dan
dikembangkan oleh Beauchamp, seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan ada
lima langkah dalam proses pengembangan kurikulum:
a. Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu
kurikulum. Wilayah itu bisa terjadi pada hanya satu sekolah, satu kecamatan,
kabupaten, atau mungkin tingkat provinsi dan nasional.
b. Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembangan
kurikulum. Beauchamp, menyarankan untuk melibatkan seluas-luasnya para

14

tokoh di masyarakat. Orang-orang yang harus dilibatkan itu terdiri dari para
ahli/spesialis kurikulum, para ahli pendidikan termasuk didalamnya para guru
yang dianggap berpengalaman, para profesional lain dalam bidang pendidikan
(seperti pustkawan, laporan, konsultan pendidikan dan lain sebagainya).
c. Menetapkan prosedur yang akan ditempuh, yaitu dalam hal merumuskan
tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar serta
menetapkan evaluasi.
d. Implmentasi kurikulum. Pada tahap ini perlu dipersiapkan secara matang
berbagai hal yang dapat berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung
terhadap efektivitas penggunaan kurikulum. Seperti pemahaman guru tentang
kurikulum itu, sarana atau fasilitas yang tersedia, manajemen sekolah, dan lain
sebagainya.
e. Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut:
1) Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru di sekolah
2) Evaluasi terhadap desain kurikulum
3) Evaluasi keberhasilan anak didik
4) Evaluasi sistem kurikulum 3
7. Demonstrasi model
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roote, datang dari bawah model
ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang
bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil, hanya
mencakup suatu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum atau mencakup
keseluruhan komponen kurikulum. Karena sifatnya ingin merubah atau mengganti
kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum sering mendapat tantangan dari pihak-pihak
tertentu.

3

Ismail Dp, kurikulum dan pembelajaran konsep teori dan praktek, (yogyakarta. Grha guru
printika:2009), c.1, hlm. 109-114

15

Ada beberapa kebaikan dari pengembangan kurikulum dengan model demonstrasi
ini. Pertama, karena kurikulum disusun dan dilaksanakan dalam situasi tertentu yang nyata,
maka akan dihasilkan suatu kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih
praktis. Kedua, perubahan atau penyempurnaan kurikulum dalam skala kecil atau aspek
tertentu yang khusus, sedikit sekali untuk ditolak oleh aministrator, dibandingkan dengan
perubahan dan penyempurnaan yang menyeluruh. Ketiga, pengembangan kurikulum dalam
skala kecil dengan model demonstrasi dapat menembus hambatan yang sering dialami yaitu
dokumentasinya bagu tetapi pelaksanaanya tidak ada. Keempat, model sifatnya yang grass
roots menempatkan guru sebagai pengambil inisiatif dan narasumber yang dapat menjadi
pendorong bagi para administratif untuk mengembangkan program baru. Keseluruhan
model ini adalah bagi guru-guru yang tidak turut berpartisipasi.4
8. Model wheeler
Menurut Wheeler, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang
membentuk lingkaran. Proses pengembangan kurikulum terjadi secara terus menerus.
Wheeler berpendapat proses pengembangan kurikulum terdiri dari lima fase ( tahap). Setiap
tahap merupakan pekerjaan yang berlangsung secara sistematis secara berurut. Artinya, kita
tidak mungkin menyelesaikan tahap kedua, manakala tahap pertama belum diselesaikan.
Namun demikian, manakala setiap tahap sudah selesai dikerjakan, kita akan kembali pada
tahap awal. Demikian proses pengembangan sebuah kurikulum berlangsung tanpa ujung.
Wheeler berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas 5 tahap yakni:
a. Menentukan tujuan umum dan khusus. Tujuan umum bisa merupakan tujuan
yang bersifat normatif yang mengandung tujuan filosofis (aim) atau tujuan
pembelajaran umum yang bersifat praktis(goals). Sedangkan tujuan khusus
adalah tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objektive) yakni tujuan
yang mudah diukur tercapainya.

4

Nana Syaodi Sukma Dinata, pengembangan kurikulum teori dan praktek, ( Bandung. PT Remaja
Rosdakarya:2015), c.8, hlm. 165-166

16

b. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa
untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama.
c. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar.
d. Mengorganisasi atau menyauhkan pengalaman belajar dengan isi atau materi
belajar.
e. Melakukan evaluasi setiap fase pengembang dan pencapaian tujuan.
Dari langkah-langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan Wheeler,
maka tampak bahwa pengembangan kurikulum membentuk sebuah siklus( lingkaran). Pada
hakikatnya setiap tahapan pada siklus membentuk sebuah sistem yang terdiri dari
komponen-komponen pengembangan yang saling bergantung satu sama lainnya.
9. Model Nicholls
Dalam bukunya Developing a curriculum: A Practical Guide (1978), Howard
Nicholls menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemenelemen kurikulum yang membentuk siklus.
Model pengembangan kurikulum Nicholls menggunakan pendekatan siklus
seperti model Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru
yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi.5
Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls, yaitu:
a. Analisis situasi
b. Menentukan tujuan khusus
c. Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran
d. Menentukan dan mengorganisasi metode
e. Evaluasi.

5

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,2018) hlm. 94-95

17

BAB III
KESIMPULAN

Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis tentang
suatu proses kurikulum secarah menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan tentang
salah satu ulasan kurikulum. Disamping itu, ada model yang mempersoalkan keseluruhan
proses dan ada pula yang hanya menitikberatkan pandangannya pada mekanisme
penyusunan kurikulumnya. Ulasan teoritis demikian dapat pula hanya mengutamakan
uraianya pada segi organisasi kurikulum dan ada pula yang menitikberatkan ulasannya
hanya pada hubungan antar pribadi orang-orang yang terlibat dalam pengembangan
kurikulum. Aplikasi model-model sebaiknya didasarkan pada faktor-faktor konstan,
sehingga ulasan tentang model yang dibahas dapat terungkapkan secara konsisten.

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Arifin Zainal,konsep dan model pengembangan kurikulum,(Bandung,pt remaja
rosdaarya), 2007
2. Dp Ismail,kurikulum dan pembelajaran,(Yogyakarta, grha guru printika),2009
3. Sanjaya Wina,kurikulum dan pembelajaran,(Jakarta, kencana prenada media
group),2008
4. Sukmadinata,pengembangan kurikulumteori dan praktik,(Bandug,pt remaja
rosdakarya),2015
5. Tim pengembang mkdp,kurikulum dan pembelajaran,(Jakarta,pt rajagrafindo
persada),2013

19