Perencanaan Pembangunan kawasan wisata danau
CANANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN W
RAHMAT DARSONO SE, MM
STIEPAR YAPARI AKTRIPA BANDUNG
Pendahuluan
“The success of a tourist
destination depends upon
the interrelationship of three
factors: its attractions; its
amenities (or facilities); and
its accessibility for tourists”.
(Holloway, 1989)
Atraksi
Prinsip daya tarik disebuah
destinasi atau kawasan wisata
adalah adanya agregasi atraksi
yang dapat di tawarkan kepada
wisatawan. Semakin
agregasinya bervariasi, semakin
menarik tempat tersebut untuk
dikunjungi.
Amenitas (Fasilitas)
Semenarik apapun sebuah destinasi, apabila
fasilitas yang dimilikinya sangat terbatas bagi
wisatawan, maka akan mengurangi daya
tariknya.
Secara esensi ini berarti tempat menginap bagi
wisatawan (akomodasi), tempat makan (rumah
makan) dan lain-lain pendukung destinasi akan
sangat berbeda antara satu tempat dengan
tempat lainnya. Artinya bahwa fasilitas sangat
tergantung dari apa yang menjadi pembeda
(something different) di destinasi tersebut.
Aksesibilitas
Faktor ketiga yang harus
diperhatikan dalam menarik
wisatawan adalah kemudahan
dalam menuju destinasi.
Destinasi tidak akan mampu
menjadi mass tourism apabila
kemudahan aksesibilitas tidak
terpenuhi
Undang-undang Kepariwisataan
Kegiatan Usaha Kawasan Pariwisata
(berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
67 Tahun 1996 Tentang Penyelenggaraan
Kepariwisataan), meliputi:
Penyewaan lahan yang telah dilengkapi
dengan prasarana dan sarana sebagai
tempat untuk menyelenggarakan usaha
pariwisata;
Penyediaan fasilitas pendukung lainnya;
Penyediaan bangunan-bangunan untuk
menunjang kegiatan usaha pariwisata di
dalam kawasan pariwisata.
Paradigma baru pembangunan
Pariwisata
a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Pariwisata mampu memberikan perasaaan
bangga dan cinta terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia melaluikegiatan perjalanan
wisata yang dilakukan oleh penduduknya ke
seluruh penjuru negeri. Sehingga dengan
banyaknya warganegara yang melakukan
kunjungan wisata di wilayah-wilayah selain
tempat tinggalnya akan timbul rasa
persaudaraan dan pengertian terhadap sistem
dan filosofi kehidupan masyarakat yang
dikunjungi sehingga akan meningkatkan rasa
persatuan dan kesatuan nasional.
b. Penghapusan Kemiskinan (Poverty Alleviation)
Pembangunan pariwisata seharusnya mampu
memberikan kesempatan bagi
seluruh rakyat Indonesia untuk berusaha dan
bekerja. Kunjungan wisatawan ke suatu daerah
seharusnya memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian pariwisata akan
mampu memberi andil besar dalam
penghapusan kemiskinan di berbagai daerah
yang miskin potensi ekonomi lain selain potensi
alam dan budaya bagi kepentingan pariwisata.
c. Pembangunan Berkesinambungan (Sustainable
Development)
Dengan sifat kegiatan pariwisata yang
menawarkan keindahan alam, kekayaan budaya
dan keramahtamahan pelayanan, sedikit sekali
sumberdaya yang habis digunakan untuk
menyokong kegiatan ini. Bahkan berdasarkan
berbagai contoh pengelolaan kepariwisataan
yang baik, kondisi lingkungan alam dan
masyarakat di suatu destinasi wisata
mengalami peningkatan yang berarti sebagai
akibat dari pengembangan keparwiwisataan di
daerahnya.
d. Pelestarian Budaya (Culture Preservation)
Pembangunan kepariwisataan seharusnya
mampu kontribusi nyata dalam upaya-upaya
pelestarian budaya suatu negara atau daerah
yang meliputi perlindungan, pengembangan dan
pemanfaatan budaya negara atau daerah.
UNESCO dan UN-WTO dalam resolusi bersama
mereka di tahun 2002 telah menyatakan bahwa
kegiatan pariwisata merupakan alat utama
pelestarian kebudayaan. Dalam konteks
tersebut, sudah selayaknya bagi Indonesia
untuk menjadikan pembangunan kepariwisataan
sebagai pendorong pelestarian kebudayaan di
berbagai daerah.
e. Pemenuhan Kebutuhan Hidup dan Hak Azasi
Manusia
Pariwisata pada masa kini telah menjadi
kebutuhan dasar kehidupan masyarakat
modern. Pada beberapa kelompok masyarakat
tertentu kegiatan melakukan perjalanan wisata
bahkan telah dikaitkan dengan hak azasi
manusia khususnya melalui pemberian waktu
libur yang lebih panjang dan skema paid
holidays.
f.
Peningkatan Ekonomi dan Industri
Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan
berkelanjutan seharusnya mampu memberikan
kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di suatu
destinasi pariwisata. Penggunaan bahan dan
produk lokal dalam proses pelayanan di bidang
pariwisata akan juga memberikan kesempatan
kepada industri lokal untuk berperan dalam
penyediaan barang dan jasa. Syarat utama dari
hal tersebut di atas adalah kemampuan usaha
pariwisata setempat dalam memberikan
pelayanan berkelas dunia dengan menggunakan
bahan dan produk lokal yang berkualitas.
g. Pengembangan Teknologi
Dengan semakin kompleks dan tingginya tingkat
persaingan dalam mendatangkan wisatawan ke
suatu destinasi, kebutuhan akan teknologi tinggi
khususnya teknologi industri akan mendorong
destinasi pariwisata mengembangkan
kemampuan penerapan teknologi terkini
mereka. Pada daerah-daerah tersebut akan
terjadi pengembangan teknologi maju dan tepat
guna yang akan mampu memberikan dukungan
bagi kegiatan ekonomi lainnya.
Pembangunan Kepariwisataan
versi WTTC
a. Kemitraan yang koheren antara para pelaku
kepariwisataan – masyarakat, usaha swasta dan
pemerintah.
b. Penyampaian produk wisata yang secara
komersial menguntungkan, namun tetap
memberikan jaminan manfaat bagi setiap pihak
yang terlibat.
c. Berfokus pada manfaat bukan saja bagi
wisatawan yang datang namun juga bagi
masyarakat yang dikunjungi serta bagi
lingkungan alam, sosial dan budaya setempat.
Kecenderungan Pembangunan di
Kawasan Asia Pacifik
Pada kawasan Asia Pasifik terdapat 4 (empat)
sub kawasan pariwisata yaitu Asia Timur Jauh,
Asia Tenggara, Oseania dan Asia Selatan. Pada
tahun 2004 keseluruhan kawasan ini rata-rata
mengalami pertumbuhan di atas 12%, Hanya
saja kawasan Asia Tenggara mengalami
pertumbuhan tertinggi, yaitu lebih dari 30%
diikuti Asia Timur Jauh (29,6%), Asia Selatan
(16,7%) dan Oseania (12,5%)
Kawasan Asean
Negara
Jumlah
Wisman
2003
Pertu
mbuh
an
2004
Pendapatan
Devisa
2003
Pertu
mbuha
n
2004
Thailand
10.004
11.65 16,5%
1
7.828
10.034
28,2%
Malaysia
10.577
15.70 10,3%
3
5.901
8.198
38,9%
Indonesia
4.467
5.321 19,1%
4.037
4.798
18,8%
Singapore
5.705
na UN-WTO, 2005
Sumber : Tourism
Highlight 2005,
3.787
5.090
34,4%
Filipina
1.545
2.012
30,2%
1.907
2.291 20,2%
Kekuatan dan Kelemahan
Negara
Kekuatan
Kelemahan
Thailand
Atraksi wisata budaya
Infrastruktur, fasilitas dan
pelayanan pariwisata
Citra negatif pariwisata
Dominasi kepemilikan
usaha oleh orang asing
Malaysia
Aksesibilitas
fasilitas dan pelayanan
pariwisata
Kemampuan untuk
menahan
wisman lebih lama
Keragaman atraksi wisata
Singapura
Infrastruktur dan aksesibilitas (Hub penerbangan)
Keterbatasan destinasi
Kemampuan untuk
menahan wisman lebih
lama
Filipina
Atraksi wisata alam &
budaya
Keragaman destinasi
Keamanan
Citra negatif pariwisata
Vietnam
Kekayaan heritage tourism
Atraksi wisata alam dan
budaya
Terbatasnya infrastruktur
Belum terbentuknya citra
sebagai destinasi
pariwisata
Leisure, Recreation and Tourism Concept
Leisure is a measure of time and is usually used to mean the
Time left over after work, sleep, and personal and household
chores have been completed
Recreation is normally taken to mean the variety of activities
undertaken during leisure time
Basically, recreation refreshes a person’s strength and spirit and
can include activities as diverse as watching television, or
holidaying abroad
Tourism is temporary movement of people to destinations outside
Their normal place of work and residence, the activities undertaken
During their stay in these destination and the facilities created
To cater for their need (Mathieson and Wall, 1982)
Work time
Leisure, recreation, and tourism
Leisure Time
Leisure
The time available to an
individual when work, sleep,
and other basic needs have
been met
Recreation
Pursuit engaged upon
during leisure time
The recreation activity continuum
Home-based
recreation
Reading,
gardening,
watching TV,
Socialization etc
Daily Leisure
Visiting theatre
or restaurant,
sport (as
participant or
spectator)
socializing etc
Tourism
Day trip
Visiting
attraction,
picnicking etc
Geographical Range
Home
Local
Regional
Temporary movement of
people to destinations
outside
their normal place of work
and residence, the
activities undertaken
during their stay in these
destination and the
facilities created to cater
for their need
National
Internati
onal
Business
travel
The Tourism Destination
Destinations are places with some
form of actual or perceived boundary
Physical boundaries
Political boundaries
Market-created boundaries
Macrodestinations - the United States
contains thousands of
microdestinations, including regions,
states, cities, towns, and even visitor
destinations withinMarketing
a town
©2006 Pearson Education, Inc.
for Hospitality and Tourism, 4th edition
Upper Saddle River, NJ 07458
Kotler, Bowen, and Makens
Benefits of Tourism
Direct employment
Support industries and
professions
Multiplier effect
Source of state and local taxes
Stimulates exports of place-made
products
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Management of Tourist
Destination
Destinations that fail to maintain the
necessary infrastructure or build
inappropriate infrastructure run
significant risks
Violence, political instability, natural
catastrophe, adverse environmental
factors, and overcrowding can all
diminish the attractiveness of a
destination
What was the effect of 9/11 on US
©2006 Pearson Education, Inc.
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Tourism?
Upper Saddle River,
NJ 07458
Kotler, Bowen, and Makens
Steps in Environmental Impact Assessment (EIA)
Inventory the social, political, physical,
and economic environment
Project trends
Set goals and objectives
Examine alternatives to reach goals
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Steps in
Environmental
Impact Assessment (EIA)
Select preferred alternatives
Develop implementation strategy
Implement
Evaluate
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Determinates of Demand
Prestige
Selfdiscovery
Relaxation
Family
Bonding
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Escape
Demand
Sexual
Opportunity
Education
Social
Interaction
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Classification of Visitor
Segments
Group or Independent traveler
Degree of institutionalization and impact
on the destination
Plog’s categorization
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Group vs. Independent
Most commonly used
Group Inclusive Tour (GIT)
Independent Traveler (IT)
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Degree of Institutionalization
and Impact on Destination
Organized mass tourists
Individual mass tourists
Explorers
Drifters
Visiting friends/relatives
Business travelers
Pleasure travel
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Degree of Institutionalization
and Impact on Destination
Business and pleasure travelers
Tag-along visitors
Grief travel
Education and religious travel
Pass-through tourists
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Plog’s Categorization
Allocentrics are persons with a need
for new experiences, such as
backpackers and explorers
Psychocentrics are persons who do
not desire change when they travel.
They like non-threatening places and
to stay in familiar surroundings
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Fig 3.4 Plog’s psychographic traveller types
Communicating with the Tourist
Market
Form an attractive image of
destination
Develop packages of attractions and
amenities
Attractions alone do not attract
visitors
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Influencing Site Selection
All tourism businesses and agencies
must work together to promote a
destination and to ensure that visitors’
expectations are met
Fam trips, sales calls, travel missions, etc
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
.WMV
.gif
Konsepsi
Zonasi
Zona
Int
Zona Penyangga
Zona Pelayanan
Zonasi
Zona inti, merupakan main attraction suatu ODTW
ditempatkan dan aktivitas utama harus dilengkapi
dengan fasilitas utama
Zona penyangga (buffer zone) berfungsi memisahkan
main attraction dengan aktivitas dan fasilitas
pendukung
Zona pelayanan , suatu area dimana seluruh aktivitas
dan fasilitas pendukung dikelompokan seperti jaringan
infrastruktur dasar, akses fasilitas, pelayanan
pengunjung dan sebagainya.
Why Should We Care About
Biodiversity?
Use Value: For the
usefulness in terms
of economic and
ecological services.
Nonuse Value:
existence,
aesthetics, bequest
for future
generations.
Figure 10-3
MANAGING AND SUSTAINING
FORESTS
Forests provide a
number of ecological
and economic services
that researchers have
attempted to estimate
their total monetary
value.
Figure 10-4
Natural Capital
Forests
Ecological
Services
Support energy flow
and chemical cycling
Reduce soil erosion
Absorb and release
water
Economic
Services
Fuelwood
Lumber
Pulp to make paper
Mining
Purify water and air
Livestock grazing
Influence local and
regional climate
Recreation
Store atmospheric
carbon
Jobs
Provide numerous
wildlife habitats
Fig. 10-4, p. 193
Types of Forests
Old-growth forest: uncut
or regenerated forest that
has not been seriously
disturbed for several
hundred years.
22% of world’s forest.
Hosts many species with
specialized niches.
Figure 10-5
Types of Forests
Second-growth forest: a stand of trees
resulting from natural secondary succession.
Tree plantation: planted stands of a
particular tree species.
Figure 10-6
34 hotspots identified by ecologists as important
and endangered centers of biodiversity.
Zonasi Hutan
a.
Sanctuary Zone (Zona inti)
dimana masyarakat dilarang sama sekali
untuk masuk di dalamnya, karena di
zona ini terdapat jenis satwa yang
dilindungi atau terdapat ekosistem yang
sangat rentan dari pengaruh faktor luar.
Luas zona ini tergantung dari perilaku
jelajah satwa yang dilindungi
Zonasi Hutan
b.
Wilderness Zone (zona rimba)
dimana masyarakat dengan jumlah
terbatas dan dengan tujuan khusus
(pecinta alam, pendaki gunung,
petualang alam) diijinkan oleh pengelola
hutan untuk masuk ke dalam zona ini
dengan aturan khusus agar tidak
menimbulkan gangguan terhadap
ekosistemnya
Zonasi Hutan
c. Buffer zone (zona penyangga)
yang dibuat untuk perlindungan
terhadap zona yang perlu secara mutlak
dilindungi, yaitu zona inti, dan zona
rimba, terutama sebagai jalur pelindung
dari kegiatan masyarakat yang
mengganggu ekosistem
Zonasi Hutan
d. Intensive Use Zone (zona pemanfaatan)
yaitu zona dimana dimungkinkan untuk
pengembangan kepariwisataan alam
bagi para wisatawan. Di dalam zona ini
justru dikembangkan fasilitas – fasilitas
wisata alam.
Zonasi Pemanfaatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Terdapat pintu gerbang masuk
Pusat informasi
Kantor Pengelola
Fasilitas kemudahan pengunjung;
telekomunikasi, rumah makan,
penginapan, MCK
Fasilitas rekreasi; olahraga, tempat
bermain, shelter perisitirahatan
Rambu – rambu mengenai lokasi daya
tarik, lokasi berbahaya dan penerangan
listrik
Jalan di dalam kawasan pariwisata alam
RAHMAT DARSONO SE, MM
STIEPAR YAPARI AKTRIPA BANDUNG
Pendahuluan
“The success of a tourist
destination depends upon
the interrelationship of three
factors: its attractions; its
amenities (or facilities); and
its accessibility for tourists”.
(Holloway, 1989)
Atraksi
Prinsip daya tarik disebuah
destinasi atau kawasan wisata
adalah adanya agregasi atraksi
yang dapat di tawarkan kepada
wisatawan. Semakin
agregasinya bervariasi, semakin
menarik tempat tersebut untuk
dikunjungi.
Amenitas (Fasilitas)
Semenarik apapun sebuah destinasi, apabila
fasilitas yang dimilikinya sangat terbatas bagi
wisatawan, maka akan mengurangi daya
tariknya.
Secara esensi ini berarti tempat menginap bagi
wisatawan (akomodasi), tempat makan (rumah
makan) dan lain-lain pendukung destinasi akan
sangat berbeda antara satu tempat dengan
tempat lainnya. Artinya bahwa fasilitas sangat
tergantung dari apa yang menjadi pembeda
(something different) di destinasi tersebut.
Aksesibilitas
Faktor ketiga yang harus
diperhatikan dalam menarik
wisatawan adalah kemudahan
dalam menuju destinasi.
Destinasi tidak akan mampu
menjadi mass tourism apabila
kemudahan aksesibilitas tidak
terpenuhi
Undang-undang Kepariwisataan
Kegiatan Usaha Kawasan Pariwisata
(berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
67 Tahun 1996 Tentang Penyelenggaraan
Kepariwisataan), meliputi:
Penyewaan lahan yang telah dilengkapi
dengan prasarana dan sarana sebagai
tempat untuk menyelenggarakan usaha
pariwisata;
Penyediaan fasilitas pendukung lainnya;
Penyediaan bangunan-bangunan untuk
menunjang kegiatan usaha pariwisata di
dalam kawasan pariwisata.
Paradigma baru pembangunan
Pariwisata
a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Pariwisata mampu memberikan perasaaan
bangga dan cinta terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia melaluikegiatan perjalanan
wisata yang dilakukan oleh penduduknya ke
seluruh penjuru negeri. Sehingga dengan
banyaknya warganegara yang melakukan
kunjungan wisata di wilayah-wilayah selain
tempat tinggalnya akan timbul rasa
persaudaraan dan pengertian terhadap sistem
dan filosofi kehidupan masyarakat yang
dikunjungi sehingga akan meningkatkan rasa
persatuan dan kesatuan nasional.
b. Penghapusan Kemiskinan (Poverty Alleviation)
Pembangunan pariwisata seharusnya mampu
memberikan kesempatan bagi
seluruh rakyat Indonesia untuk berusaha dan
bekerja. Kunjungan wisatawan ke suatu daerah
seharusnya memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian pariwisata akan
mampu memberi andil besar dalam
penghapusan kemiskinan di berbagai daerah
yang miskin potensi ekonomi lain selain potensi
alam dan budaya bagi kepentingan pariwisata.
c. Pembangunan Berkesinambungan (Sustainable
Development)
Dengan sifat kegiatan pariwisata yang
menawarkan keindahan alam, kekayaan budaya
dan keramahtamahan pelayanan, sedikit sekali
sumberdaya yang habis digunakan untuk
menyokong kegiatan ini. Bahkan berdasarkan
berbagai contoh pengelolaan kepariwisataan
yang baik, kondisi lingkungan alam dan
masyarakat di suatu destinasi wisata
mengalami peningkatan yang berarti sebagai
akibat dari pengembangan keparwiwisataan di
daerahnya.
d. Pelestarian Budaya (Culture Preservation)
Pembangunan kepariwisataan seharusnya
mampu kontribusi nyata dalam upaya-upaya
pelestarian budaya suatu negara atau daerah
yang meliputi perlindungan, pengembangan dan
pemanfaatan budaya negara atau daerah.
UNESCO dan UN-WTO dalam resolusi bersama
mereka di tahun 2002 telah menyatakan bahwa
kegiatan pariwisata merupakan alat utama
pelestarian kebudayaan. Dalam konteks
tersebut, sudah selayaknya bagi Indonesia
untuk menjadikan pembangunan kepariwisataan
sebagai pendorong pelestarian kebudayaan di
berbagai daerah.
e. Pemenuhan Kebutuhan Hidup dan Hak Azasi
Manusia
Pariwisata pada masa kini telah menjadi
kebutuhan dasar kehidupan masyarakat
modern. Pada beberapa kelompok masyarakat
tertentu kegiatan melakukan perjalanan wisata
bahkan telah dikaitkan dengan hak azasi
manusia khususnya melalui pemberian waktu
libur yang lebih panjang dan skema paid
holidays.
f.
Peningkatan Ekonomi dan Industri
Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan
berkelanjutan seharusnya mampu memberikan
kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di suatu
destinasi pariwisata. Penggunaan bahan dan
produk lokal dalam proses pelayanan di bidang
pariwisata akan juga memberikan kesempatan
kepada industri lokal untuk berperan dalam
penyediaan barang dan jasa. Syarat utama dari
hal tersebut di atas adalah kemampuan usaha
pariwisata setempat dalam memberikan
pelayanan berkelas dunia dengan menggunakan
bahan dan produk lokal yang berkualitas.
g. Pengembangan Teknologi
Dengan semakin kompleks dan tingginya tingkat
persaingan dalam mendatangkan wisatawan ke
suatu destinasi, kebutuhan akan teknologi tinggi
khususnya teknologi industri akan mendorong
destinasi pariwisata mengembangkan
kemampuan penerapan teknologi terkini
mereka. Pada daerah-daerah tersebut akan
terjadi pengembangan teknologi maju dan tepat
guna yang akan mampu memberikan dukungan
bagi kegiatan ekonomi lainnya.
Pembangunan Kepariwisataan
versi WTTC
a. Kemitraan yang koheren antara para pelaku
kepariwisataan – masyarakat, usaha swasta dan
pemerintah.
b. Penyampaian produk wisata yang secara
komersial menguntungkan, namun tetap
memberikan jaminan manfaat bagi setiap pihak
yang terlibat.
c. Berfokus pada manfaat bukan saja bagi
wisatawan yang datang namun juga bagi
masyarakat yang dikunjungi serta bagi
lingkungan alam, sosial dan budaya setempat.
Kecenderungan Pembangunan di
Kawasan Asia Pacifik
Pada kawasan Asia Pasifik terdapat 4 (empat)
sub kawasan pariwisata yaitu Asia Timur Jauh,
Asia Tenggara, Oseania dan Asia Selatan. Pada
tahun 2004 keseluruhan kawasan ini rata-rata
mengalami pertumbuhan di atas 12%, Hanya
saja kawasan Asia Tenggara mengalami
pertumbuhan tertinggi, yaitu lebih dari 30%
diikuti Asia Timur Jauh (29,6%), Asia Selatan
(16,7%) dan Oseania (12,5%)
Kawasan Asean
Negara
Jumlah
Wisman
2003
Pertu
mbuh
an
2004
Pendapatan
Devisa
2003
Pertu
mbuha
n
2004
Thailand
10.004
11.65 16,5%
1
7.828
10.034
28,2%
Malaysia
10.577
15.70 10,3%
3
5.901
8.198
38,9%
Indonesia
4.467
5.321 19,1%
4.037
4.798
18,8%
Singapore
5.705
na UN-WTO, 2005
Sumber : Tourism
Highlight 2005,
3.787
5.090
34,4%
Filipina
1.545
2.012
30,2%
1.907
2.291 20,2%
Kekuatan dan Kelemahan
Negara
Kekuatan
Kelemahan
Thailand
Atraksi wisata budaya
Infrastruktur, fasilitas dan
pelayanan pariwisata
Citra negatif pariwisata
Dominasi kepemilikan
usaha oleh orang asing
Malaysia
Aksesibilitas
fasilitas dan pelayanan
pariwisata
Kemampuan untuk
menahan
wisman lebih lama
Keragaman atraksi wisata
Singapura
Infrastruktur dan aksesibilitas (Hub penerbangan)
Keterbatasan destinasi
Kemampuan untuk
menahan wisman lebih
lama
Filipina
Atraksi wisata alam &
budaya
Keragaman destinasi
Keamanan
Citra negatif pariwisata
Vietnam
Kekayaan heritage tourism
Atraksi wisata alam dan
budaya
Terbatasnya infrastruktur
Belum terbentuknya citra
sebagai destinasi
pariwisata
Leisure, Recreation and Tourism Concept
Leisure is a measure of time and is usually used to mean the
Time left over after work, sleep, and personal and household
chores have been completed
Recreation is normally taken to mean the variety of activities
undertaken during leisure time
Basically, recreation refreshes a person’s strength and spirit and
can include activities as diverse as watching television, or
holidaying abroad
Tourism is temporary movement of people to destinations outside
Their normal place of work and residence, the activities undertaken
During their stay in these destination and the facilities created
To cater for their need (Mathieson and Wall, 1982)
Work time
Leisure, recreation, and tourism
Leisure Time
Leisure
The time available to an
individual when work, sleep,
and other basic needs have
been met
Recreation
Pursuit engaged upon
during leisure time
The recreation activity continuum
Home-based
recreation
Reading,
gardening,
watching TV,
Socialization etc
Daily Leisure
Visiting theatre
or restaurant,
sport (as
participant or
spectator)
socializing etc
Tourism
Day trip
Visiting
attraction,
picnicking etc
Geographical Range
Home
Local
Regional
Temporary movement of
people to destinations
outside
their normal place of work
and residence, the
activities undertaken
during their stay in these
destination and the
facilities created to cater
for their need
National
Internati
onal
Business
travel
The Tourism Destination
Destinations are places with some
form of actual or perceived boundary
Physical boundaries
Political boundaries
Market-created boundaries
Macrodestinations - the United States
contains thousands of
microdestinations, including regions,
states, cities, towns, and even visitor
destinations withinMarketing
a town
©2006 Pearson Education, Inc.
for Hospitality and Tourism, 4th edition
Upper Saddle River, NJ 07458
Kotler, Bowen, and Makens
Benefits of Tourism
Direct employment
Support industries and
professions
Multiplier effect
Source of state and local taxes
Stimulates exports of place-made
products
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Management of Tourist
Destination
Destinations that fail to maintain the
necessary infrastructure or build
inappropriate infrastructure run
significant risks
Violence, political instability, natural
catastrophe, adverse environmental
factors, and overcrowding can all
diminish the attractiveness of a
destination
What was the effect of 9/11 on US
©2006 Pearson Education, Inc.
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Tourism?
Upper Saddle River,
NJ 07458
Kotler, Bowen, and Makens
Steps in Environmental Impact Assessment (EIA)
Inventory the social, political, physical,
and economic environment
Project trends
Set goals and objectives
Examine alternatives to reach goals
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Steps in
Environmental
Impact Assessment (EIA)
Select preferred alternatives
Develop implementation strategy
Implement
Evaluate
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Determinates of Demand
Prestige
Selfdiscovery
Relaxation
Family
Bonding
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Escape
Demand
Sexual
Opportunity
Education
Social
Interaction
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Classification of Visitor
Segments
Group or Independent traveler
Degree of institutionalization and impact
on the destination
Plog’s categorization
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Group vs. Independent
Most commonly used
Group Inclusive Tour (GIT)
Independent Traveler (IT)
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Degree of Institutionalization
and Impact on Destination
Organized mass tourists
Individual mass tourists
Explorers
Drifters
Visiting friends/relatives
Business travelers
Pleasure travel
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Degree of Institutionalization
and Impact on Destination
Business and pleasure travelers
Tag-along visitors
Grief travel
Education and religious travel
Pass-through tourists
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Plog’s Categorization
Allocentrics are persons with a need
for new experiences, such as
backpackers and explorers
Psychocentrics are persons who do
not desire change when they travel.
They like non-threatening places and
to stay in familiar surroundings
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Fig 3.4 Plog’s psychographic traveller types
Communicating with the Tourist
Market
Form an attractive image of
destination
Develop packages of attractions and
amenities
Attractions alone do not attract
visitors
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
Influencing Site Selection
All tourism businesses and agencies
must work together to promote a
destination and to ensure that visitors’
expectations are met
Fam trips, sales calls, travel missions, etc
©2006 Pearson Education, Inc.
Upper Saddle River, NJ 07458
Marketing for Hospitality and Tourism, 4th edition
Kotler, Bowen, and Makens
.WMV
.gif
Konsepsi
Zonasi
Zona
Int
Zona Penyangga
Zona Pelayanan
Zonasi
Zona inti, merupakan main attraction suatu ODTW
ditempatkan dan aktivitas utama harus dilengkapi
dengan fasilitas utama
Zona penyangga (buffer zone) berfungsi memisahkan
main attraction dengan aktivitas dan fasilitas
pendukung
Zona pelayanan , suatu area dimana seluruh aktivitas
dan fasilitas pendukung dikelompokan seperti jaringan
infrastruktur dasar, akses fasilitas, pelayanan
pengunjung dan sebagainya.
Why Should We Care About
Biodiversity?
Use Value: For the
usefulness in terms
of economic and
ecological services.
Nonuse Value:
existence,
aesthetics, bequest
for future
generations.
Figure 10-3
MANAGING AND SUSTAINING
FORESTS
Forests provide a
number of ecological
and economic services
that researchers have
attempted to estimate
their total monetary
value.
Figure 10-4
Natural Capital
Forests
Ecological
Services
Support energy flow
and chemical cycling
Reduce soil erosion
Absorb and release
water
Economic
Services
Fuelwood
Lumber
Pulp to make paper
Mining
Purify water and air
Livestock grazing
Influence local and
regional climate
Recreation
Store atmospheric
carbon
Jobs
Provide numerous
wildlife habitats
Fig. 10-4, p. 193
Types of Forests
Old-growth forest: uncut
or regenerated forest that
has not been seriously
disturbed for several
hundred years.
22% of world’s forest.
Hosts many species with
specialized niches.
Figure 10-5
Types of Forests
Second-growth forest: a stand of trees
resulting from natural secondary succession.
Tree plantation: planted stands of a
particular tree species.
Figure 10-6
34 hotspots identified by ecologists as important
and endangered centers of biodiversity.
Zonasi Hutan
a.
Sanctuary Zone (Zona inti)
dimana masyarakat dilarang sama sekali
untuk masuk di dalamnya, karena di
zona ini terdapat jenis satwa yang
dilindungi atau terdapat ekosistem yang
sangat rentan dari pengaruh faktor luar.
Luas zona ini tergantung dari perilaku
jelajah satwa yang dilindungi
Zonasi Hutan
b.
Wilderness Zone (zona rimba)
dimana masyarakat dengan jumlah
terbatas dan dengan tujuan khusus
(pecinta alam, pendaki gunung,
petualang alam) diijinkan oleh pengelola
hutan untuk masuk ke dalam zona ini
dengan aturan khusus agar tidak
menimbulkan gangguan terhadap
ekosistemnya
Zonasi Hutan
c. Buffer zone (zona penyangga)
yang dibuat untuk perlindungan
terhadap zona yang perlu secara mutlak
dilindungi, yaitu zona inti, dan zona
rimba, terutama sebagai jalur pelindung
dari kegiatan masyarakat yang
mengganggu ekosistem
Zonasi Hutan
d. Intensive Use Zone (zona pemanfaatan)
yaitu zona dimana dimungkinkan untuk
pengembangan kepariwisataan alam
bagi para wisatawan. Di dalam zona ini
justru dikembangkan fasilitas – fasilitas
wisata alam.
Zonasi Pemanfaatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Terdapat pintu gerbang masuk
Pusat informasi
Kantor Pengelola
Fasilitas kemudahan pengunjung;
telekomunikasi, rumah makan,
penginapan, MCK
Fasilitas rekreasi; olahraga, tempat
bermain, shelter perisitirahatan
Rambu – rambu mengenai lokasi daya
tarik, lokasi berbahaya dan penerangan
listrik
Jalan di dalam kawasan pariwisata alam