MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (4)

MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembimbing :
MAHRUFAH HAYATI MT.Ssi,mcs

Oleh :
NAMA
NPM
PROG. STUDY

: ZULKARNAIN
: 1557201015
: SISTEM INFORMASI

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA LAMPUNG
Alamat : Jalan. Lintas Timur Kampus C
Desa Mulyosari Kec. Pasir Sakti Lampung Timur
TP.2015-2016


1

KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam sebagai tugas untuk
pengambilan nilai pada Ujian Akhir Semester II.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan
adanya penyusunan tugas seperti ini, tugas yang kami laksanakan dapat
tercatat dengan rapi dan dapat kita pelajari kembali pada kesempatan
yang lain untuk kepentingan proses belajar.
Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada bapak/ibu
dosen mata kuliah ini, juga rekan-rekan mahasiswa. Semoga segala yang
telah kita kerjakan merupakan bimbingan lurus Yang Maha Kuasa. Dalam
penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala
kritik

dan

saran


sangat

kami

harapkan

demi

perbaikan

dan

penyempurnaan tugas ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam
pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang.

Pasir Sakti, 20 Juni 2016
Penyusun

2


DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang............................................................................

1

1.2.

Rumusan Masalah......................................................................


2

1.3.

Tujuan Penelitian.............................................................................2

1.4

Tujuan Penulisan........................................................................

1.5

Tujuan Metode Penulisan ............................................................. 2

2

BAB II PEMBAHASAN
2.1

Konsep Ketuhanan......................................................................


3

2.2

Kemanusian Dan Ketuhanan......................................................

3

2.3

Implementasi Iman Dan Takwa Dalam Kehidupan Moderen......

22

2.4

Ahklak Etika Dan Moral...............................................................

25


2.5

Konsep Pluralisme dan Pluralitas ..............................................

37

2.6.

Pengertian Agama dan Kebudayaan .......................................

43

2.7.

Ruang Lingkup Agama Islam dan Ekonomi .............................

50

2.8.


Konsep Dasar Ekonomi Islam ...................................................

64

BAB III PENUTUP
Kesimpulan dan Saran .........................................................................

80

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................

81

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Topik ini berisi pembahasan tentang masalah keimanan dan pengkajian
kembali dalam masalah tersebut. Sebagian aspek keimanan mendapat
perhatian dan pengkajian yang begitu intensif, sehingga mudah didapat di
tengah masyarakat. Aspek yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek
kejiwaan dan nilai. Aspek ini belum mendapat perhatian seperti perhatian
terhadap aspek lainnya. Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya
karena Allah, serta mengabdikan diri dan tawakal sepenuhnya kepadaNya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan harus
diutamakan dalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan.
Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah
dan pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus.
Jika

tidak

pandai

membina

jiwa


generasi

mendatang,

“dengan

menanamkan nilai-nilai keimanan dalam nalar pikir dan akal budi mereka”,
maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negatif pendidikan
modern. Mungkin mereka merasa ada yang kurang dalam sisi
spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain.
Bila ini terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar pintu spiritualitas
yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran
spiritualitas Islam.
Seorang muslim yang paripurna adalah yang nalar dan hatinya bersinar,
pandangan akal dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu
dalam berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia, sehingga
sulit diterka mana yang lebih dahulu berperan kejujuran jiwanya atau

4


kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam,
yaitu agama yang membangun kemurnian akidah atas dasar kejernihan
akal dan membentuk pola pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang
ilmu eksakta, karena dalam segi akidah, Islam hanya menerima hal-hal
yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai ajaran akidah
yang benar dan lurus..

1.2. RUMUSAN MASALAH
1.

Bagaimanakah filsafat ketuhanan dalam Islam ?

2.

Apakah pengertian, wujud, dan proses serta tanda tanda keimanan ?

3.

Bagaimana Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan
Modern?


4.

Bagaimanakah Akhlak Etika dan Moral dalam Islam?

5.

Apa perbedaan konsep Pluralisme dan Pluralitas?

6.

Bagaimana akar pemikiran Pluralisme dan Pluralitas dalam konstitusi
dan kultur nasional?

7.

Bagaimana penerapan Pluralisme dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia?

8.

Pengertian Agama dan Kebudayaan yang ada di Indonesia.

9.

Ruang lingkup Agama Islam berdasarkan sudut pandang ekonomi

1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.

Untuk memahami pengertian filsafat ketuhanan dalam islam.

2.

Untuk mengetahui pengertian , wujud, dan proses serta tanda tanda
keimanan.

3.

Untuk memahami Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan
Modern

4.

Untuk Memahami Akhlak Etika dan Moral dalam Islam

5

5.

Untuk memahami konsep Pluralisme

6.

Untuk memahami pengertian Agama dan Kebudayaan yang ada di
Indonesia.

7.

Mengerti ruang lingkup Agama Islam berdasarkan sudut pandang
ekonomi

1.4. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan yaitu :
a)

Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam

b)

Untuk mengenal lebih dalam tentang konsep ketuhanan dalam islam
serta keimanan,ketakwaan,implementasi iman dan takwa dan yang
terakhir memahami dan melaksanakan kewajiban ahlak etika dan
moral manusia dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan
keluarga atau pun dalam lingkungan masyrarakat

c)

Untuk memahami filsafat ketuhanan dalam islam

d)

Untuk memahami bagaimana pemikiran manusia tentang tuhan

e)

Memahami perbedaan konsep Pluralisme dan Pluralitas.

f)

Memahami akar pemikiran Pluralisme dan Pluralitas dalam konstitusi
dan kultur nasional.

g)

Memahami penerapan Pluralisme dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia

1.5 METODE PENULISAN
Adapun

metode

dari

pembuatan

maklah

ini

adalah

metode

pustaka.metode pustaka yaitu sumber data yang didapat dari internet
penlis menganalisis menyimpulkan serta memahami data-data yang ada

6

sebagai bahan utama pembuatan makalah sesuai dengan permasalahan
yang penulis bahas dalam makalah ini

7

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Ketuhanan
2.1.1 Siapakah Tuhan Itu?
Firman Allah SWT, dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan berbagai
obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS
45 (Al-Jatsiiyah): 23, yaitu:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhannya….?”
Dalam QS 28 (Al-Qashash):38, perkataan illahi dipakai oleh Fir’aun untuk
dirinya sendiri:
“Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui
tuhan bagimu selain aku.”
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa
mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan
pribadi maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan
dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal
(mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama’:
aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat
mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilahi yang tepat, berdasarkan logika
Al-Quran sebagai berikut:
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadaNya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya,
kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan
bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan

8

dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan
terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)
Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang
dipentingkan manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak
mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia
pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang
komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah
ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian
baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa
seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan
terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan,
yaitu Allah.

2.1.2 Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan

1.

Pemikiran Barat

Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah
konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman
lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun
pengalaman

batin.

Dalam

literatur

sejarah

agama,

dikenal

teori

evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari
kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller,
kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan
Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori
evolusionisme adalah sebagai berikut:


Dinamisme
9

Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya
kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang
berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai
pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang
berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan
nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan
syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau
diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu
yang misterius. Meskipun nama tidak dapat diindera, tetapi ia dapat
dirasakan pengaruhnya.



Animisme

Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya.
Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh
masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun
bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang
selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang apabila
kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak
terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan
kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah salah
satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.



Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan
kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan.
Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai
tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang

10

bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yangmembidangi masalah air,
ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.



Henoteisme

Politeisme

tidak

memberikan

kepuasan

terutama

terhadap

kaum

cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan
seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lamakelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif
(tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan
Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain.
Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme
(Tuhan Tingkat Nasional).



Monoteisme

Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme.
Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa
dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat
Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme, panteisme, dan
teisme.



Evolusionisme

dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max
Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang
menekankan adanya

monoteisme

dalam masyarakat primitif. Dia

mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama
monoteismenya

dengan

orang-orang

11

Kristen.

Mereka

mempunyai

kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap
Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.
Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur
golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana
agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan
memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka
menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi
dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan
pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh
kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan buktibukti

bahwa

asal-usul

kepercayaan

masyarakat

primitif

adalah

monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan
(Zaglul Yusuf, 1993:26-27).

2.

Pemikiran Umat Islam

a.

Mu’tazilah

Yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan
pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan
dalam Islam. Orang islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak
mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal
manzilatain).
Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika
Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan.
Hasil dari paham Mu’tazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad
kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun kemajuan ilmu
pengetahuan

akhirnya menurun

dengan

kalahnya

mereka

dalam

perselisihan dengan kaum Islam ortodoks. Mu’tazilah lahir sebagai
pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari
Khawarij.

12

b.

Qodariah

Yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam
berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia
akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus
bertanggung jawab atas perbuatannya.

c.

Jabariah

Yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua
tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.

d.

Asy’ariyah dan Maturidiyah

yang pendapatnya berada di antara Qadariah dan JabariahSemua aliran
itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat islam
periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak
bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang
memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi
mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam.
Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini,
umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan
Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu. Di
antara

aliran

tersebut

yang

nampaknya

lebih

dapat

menunjang

perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan etos kerja adalah
aliran Mu’tazilah dan Qadariah.

13

2.1.3 TUHAN MENURUT AGAMA-AGAMA DI BUMI
Pengkajian manusia tentang Tuhan, yang hanya didasarkan atas
pengamatan dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah
benar. Sebab Tuhan merupakan sesuatu yang ghaib, sehingga informasi
tentang Tuhan yang hanya berasal dari manusia biarpun dinyatakan
sebagai hasil renungan maupun pemikiran rasional, tidak akan benar.
Informasi tentang asal-usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain
tertera dalam:
1. QS 21 (Al-Anbiya): 92, “Sesungguhnya agama yang diturunkan Allah
adalah satu, yaitu agama Tauhid. Oleh karena itu seharusnya manusia
menganut satu agama, tetapi mereka telah berpecah belah. Mereka
akan kembali kepada Allah dan Allah akan menghakimi mereka.
Ayat tersebut di atas memberi petunjuk kepada manusia bahwa
sebenarnya tidak ada perbedaan konsep tentang ajaran ketuhanan
sejak zaman dahulu hingga sekarang. Melalui Rasul-rasul-Nya, Allah
memperkenalkan dirinya melalui ajaran-Nya, yang dibawa para Rasul,
Adam sebagai Rasul pertama dan Muhammad sebagai terakhir.
2. QS 5 (Al-Maidah):72, “Al-Masih berkata: “Hai Bani Israil sembahlah
Allah

Tuhaku

mempersekutukan

dan

Tuhanmu.
(sesuatu

Sesungguhnya

dengan)

Allah,

orang

yang

maka

pasti

mengharamkan kepadanya syurga, dan tempat mereka adalah
neraka.
3. QS 112 (Al-Ikhlas): 1-4, “Katakanlah, Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dia
tiada beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun
yang setara dengan Dia.”
Dari ungkapan ayat-ayat tersebut, jelas bahwa Tuhan adalah Allah.
Kata Allah adalah nama isim jumid atau personal name. Merupakan

14

suatu pendapat yang keliru, jika nama Allah diterjemahkan dengan
kata “Tuhan”, karena dianggap sebagai isim musytaq.
Keesaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau
disejajarkan

dengan

mengikrarkan

kalimat

yang

lain.

syahadat

Sebagai
La

umat

ilaaha

illa

Islam,

yang

Allah

harus

menempatkan Allah sebagai prioritas utama dalam setiap tindakan
dan ucapannya.
Konsepsi kalimat La ilaaha illa Allah yang bersumber dari al-quran
memberi petunjuk bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk
mencari Tuhan.

2.1.4 PEMBUKTIAN TENTANG ADANYA TUHAN


Metode Pembuktian Ilmiah

Tantangan zaman modern terhadap agama terletak dalam masalah
metode pembuktian. Metode ini mengenal hakikat melalui percobaan dan
pengamatan, sedang akidah agama berhubungan dengan alam di luar
indera, yang tidak mungkin dilakukan percobaan (agama didasarkan pada
analogi dan induksi). Hal inilah yang menyebabkan menurut metode ini
agama batal, sebab agama tidak mempunyai landasan ilmiah.
Sebenarnya sebagian ilmu modern juga batal, sebab juga tidak
mempunyai landasan ilmiah. Metode baru tidak mengingkari wujud
sesuatu, walaupun belum diuji secara empiris. Di samping itu metode ini
juga tidak menolak analogi antara sesuatu yang tidak terlihat dengan
sesuatu yang telah diamati secara empiris. Hal ini disebut dengan “analogi
ilmiah” dan dianggap sama dengan percobaan empiris.
Percobaan dan pengamatan bukanlah metode sains yang pasti, karena
ilmu pengetahuan tidak terbatas pada persoalan yang dapat diamati
dengan hanya penelitian secara empiris saja. Teori yang disimpulkan dari

15

pengamatan

merupakan

hal-hal

yang

tidak

punya

jalan

untuk

mengobservasi. Orang yang mempelajari ilmu pengetahuan modern
berpendapat bahwa kebanyakan pandangan pengetahuan modern, hanya
merupakan interpretasi terhadap pengamatan dan pandangan tersebut
belum dicoba secara empiris. Oleh karena itu banyak sarjana percaya
padanya hakikat yang tidak dapat diindera secara langsung. Sarjana
mana pun tidak mampu melangkah lebih jauh tanpa berpegang pada katakata seperti: “Gaya” (force), “Energy”, “alam” (nature), dan “hukum alam”.
Padahal tidak ada seorang sarjana pun yang mengenal apa itu: “Gaya,
energi, alam, dan hukum alam”. Sarjana tersebut tidak mampu
memberikan penjelasan terhadap kata-kata tersebut secara sempurna,
sama seperti ahli teologi yang tidak mampu memberikan penjelasan
tentang sifat Tuhan. Keduanya percaya sesuai dengan bidangnya pada
sebab-sebab yang tidak diketahui.
Dengan demikian tidak berarti bahwa agama adalah “iman kepada yang
ghaib” dan ilmu pengetahuan adalah percaya kepada “pengamatan
ilmiah”. Sebab, baik agama maupun ilmu pengetahuan kedua-duanya
berlandaskan pada keimanan pada yang ghaib. Hanya saja ruang lingkup
agama yang sebenarnya adalah ruang lingkup “penentuan hakikat”
terakhir dan asli, sedang ruang lingkup ilmu pengetahuan terbatas pada
pembahasan ciri-ciri luar saja. Kalau ilmu pengtahuan memasuki bidang
penentuan hakikat, yang sebenarnya adalah bidang agama, berarti ilmu
pengetahuan telah menempuh jalan iman kepada yang ghaib. Oleh sebab
itu harus ditempuh bidang lain.


Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan

Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya
yang pelik, tidak boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu
kekuatan yang telah menciptakannya, suatu “Akal” yang tidak ada
batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan

16

percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan
kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan.
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya
tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: adalah suatu
pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu
yang

berasal

dari

tidak

ada

tanpa

diciptakan.

Segala

sesuatu

bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu
bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya,
ada dengan sendirinya tanpa pencipta?


Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika

Sampai abad ke-19 pendapat yang mengatakan bahwa alam menciptakan
dirinya sendiri (alam bersifat azali) masih banyak pengikutnya. Tetapi
setelah ditemukan “hukum kedua termodinamika”

(Second law of

Thermodynamics), pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak.
Hukum tersebut yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau
teori pembatasan perubahan energi panas membuktikan bahwa adanya
alam tidak mungkin bersifat azali. Hukum tersebut menerangkan bahwa
energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi tidak
panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin, yakni energi panas tidak
mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas menjadi panas.
Perubahan energi panas dikendalikan oleh keseimbangan antara “energi
yang ada” dengan “energi yang tidak ada”.
Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam
terus berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal itu membuktikan
secara pasti bahwa alam bukan bersifat azali. Seandainya alam ini azali,
maka sejak dulu alam sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum
tersebut dan tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini. Oleh karena itu
pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan.

17



Pembuktian Adanya Tuhan Dengan Pendekatan Astronomi

Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya
dari bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan
menyelesaikan setiap edarannya selama dua puluh sembilan hari sekali.
Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari
berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu mil per jam dan
menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun
sekali. Di samping bumi terdapat gugus sembilan planet tata surya,
termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar biasa.
Logika manusia dengan memperhatikan sistem yang luar biasa dan
organisasi yang teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini
terjadi dengan sendirinya, bahkan akan menyimpulkan bahwa di balik
semuanya

itu

ada

kekuatan

maha

besar

yang

membuat

dan

mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut, kekuatan maha besar
tersebut adalah Tuhan.

2.2 KEIMANAN DAN KETAKWAAN
2.2.1 PENGERTIAN IMAN
Kebanyakan orang menyatakan bahwa kata iman berasal dari kata kerja
amina-yu’manu-amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu, iman yang
berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Akibatnya,
orang yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada dalam
rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan
ketaatan dan kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih
disebut orang yang beriman. Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan
mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati manusia adalah Allah dan
dengan membaca dua kalimah syahadat telah menjadi Islam.

18

Dalam surah al-Baqarah ayat 165 dikatakan bahwa orang yang beriman
adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban
lillah). Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat sangat rindu
terhadap ajaran Allah, yaitu Al-Quran menurut Sunnah Rasul. Hal itu
karena apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang
beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan
segalanya dan kalau perlu mempertaruhkan nyawa.
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan
dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan
dengan amal perbuatan (Al-Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani
wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau
keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga
dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.

2.2.2 WUJUD IMAN
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia
merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan
atau amal. Seseorang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim
tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala
sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim
atau amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak
memiliki arti apa-apa, kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam
pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat
dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu
menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala
sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan
pada ajaran Islam.

19

2.2.3 PROSES TERBENTUKNYA IMAN
Spermatozoa dan ovum yang diproduksi dan dipertemukan atas dasar
ketentuan yang digariskan ajaran Allah, merupakan benih yang baik. Allah
menginginkan agar makanan yang dimakan berasal dari rezeki yang
halalanthayyiban. Pandangan dan sikap hidup seorang ibu yang sedang
hamil mempengaruhi psikis yang dikandungnya. Ibu yang mengandung
tidak lepas dari pengaruh suami, maka secara tidak langsung pandangan
dan sikap hidup suami juga berpengaruh secara psikologis terhadap bayi
yang sedang dikandung. Oleh karena jika seseorang menginginkan
anaknya kelak menjadi mukmin yang muttaqin, maka isteri hendaknya
berpandangan dan bersikap sesuai dengan yang dikehendaki Allah.
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan
yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai
pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian
pula halnya dengan benih iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang
akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang datang dari
lingkungan

keluarga,

masyarakat,

pendidikan,

maupun

lingkungan

termasuk benda-benda mati seperti cuaca, tanah, air, dan lingkungan flora
serta fauna.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan
proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci.
Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada
Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang tersebut
tidak mungkin beriman kepada Allah. Seseorang yang menghendaki
anaknya menjadi mukmin kepada Allah, maka ajaran Allah harus
diperkenalkan sedini mungkin sesuai dengan kemampuan anak itu dari
tingkat verbal sampai tingkat pemahaman. Bagaimana seorang anak
menjadi mukmin, jika kepada mereka tidak diperkenalkan al-Qur’an. Di

20

samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan,
karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah
menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan
apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya,
agar kelak setelah dewasa menjadi senang dan terampil dalam
melaksanakan ajaran-ajaran Allah. Berbuat sesuatu secara fisik adalah
satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan diukur. Tetapi tingkah
laku tidak terdiri atas perbuatan yang tampak saja. Bahkan secara tidak
langsung itu adakalanya cukup sulit menarik kesimpulan yang teliti. Di
dalam tulisan ini dipergunakan istilah tingkah laku dalam arti luas dan
dikaitkan dengan nilai-nilai hidup, yakni seperangkat nilai yang diterima
oleh manusia sebagai nilai yang penting dalam kehidupan, yaitu iman.
Yang dituju adalah tingkah laku yang merupakan perwujudan nilai-nilai
hidup tertentu, yang disebut tingkah laku terpola. Dalam keadaan tertentu,
sifat, arah, dan intensitas tingkah laku dapat dipengaruhi melalui campur
tangan secara langsung, yakni dalam bentuk intervensi terhadap interaksi
yang

terjadi.

Dalam

hal

ini

dijelaskan

beberap

prinsip

dengan

mengemukakan implikasi metodologinya, yaitu:

1. Prinsip Pembinaan Berkesinambungan
Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang penting, terus
menerus, dan tidak berkesudahan. Belajar adalah suatu proses yang
memungkinkan orang semakin lama semakin mampu bersikap selektif.
Implikasinya ialah diperlukan motivasi sejak kecil dan berlangsung seumur
hidup. Oleh karena itu penting mengarahkan proses motivasi agar
membuat tingkah laku lebih terarah dan selektif menghadapi nilai-nilai
hidup yang patut diterima atau yang seharusnya ditolak.

21

2. Prinsip Internalisasi Dan Individuasi
Suatu nilai hidup antara lain iman dapat lebih mantap terjelma dalam
bentuk tingkah laku tertentu, apabila anak didik diberi kesempatan untuk
menghayatinya

melalui

suatu

peristiwa

internalisasi

(yakni

usaha

menerima nilai sebagai bagian dari sikap mentalnya) dan individuasi
(yakni menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya). Melalui
pengalaman penghayatan pribadi, ia bergerak menuju satu penjelmaan
dan perwujudan nilai dalam diri manusia secara lebih wajar dan “amaliah”,
dibandingkan bilamana nilai itu langsung diperkenalkan dalam bentuk
“utuh”, yakni bilamana nilai tersebut langsung ditanamkan kepada anak
didik sebagai suatu produk akhir semata-mata. Prinsip ini menekankan
pentingnya

mempelajari

iman

sebagai

proses

(internalisasi

dan

individuasi). Implikasi metodologinya ialah bahwa pendekatan untuk
membentuk tingkah laku yang mewujudkan nilai-nilai iman tidak dapat
hanya mengutamakan nilai-nilai itu dalam bentuk jadi, tetapi juga harus
mementingkan proses dan cara pengenalan nilai hidup tersebut. Dari
sudut anak didik, hal ini bahwa seyogianya anak didik mendapat
kesempatan sebaik-baiknya mengalami proses tersebut sebagai peristiwa
pengalaman pribadi, agar melalui pengalaman-pengalaman itu terjadi
kristalisasi nilai iman.
3. Prinsip Sosialisasi
Pada umumnya nilai-nilai hidup bru benar-benar mempunyai arti apabila
telah memperoleh dimensi sosial. Oleh karena itu suatu bentuk tingkah
laku terpola baru teruji secara tuntas bilamana sudah diterima secara
sosial. Implikasi metodologinya ialah bahwa usaha pembentukan tingkah
laku mewujudkan nilai iman hendaknya tidak diukur keberhasilannya
terbatas pada tingkat individual (yaitu hanya dengan memperhatikan
kemampuan seseorang dalam kedudukannya sebagai individu), tetapi

22

perlu mengutamakan penilaian dalam kaitan kehidupan interaksi sosial
(proses sosialisasi) orang tersebut. Pada tingkat akhir harus terjadi proses
sosialisasi tingkah laku, sebagai kelengkapan proses individuasi, karena
nilai iman yang diwujudkan ke dalam tingkah laku selalu mempunyai
dimensi sosial.

4. Prinsip Konsistensi Dan Koherensi
Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula
ditangani secara konsisten, yaitu secara tetap dan konsekuen, serta
secara koheren, yaitu tanpa mengandung pertentangan antara nilai yang
satu dengan nilai lainnya. Implikasi metodologinya adalah bahwa usaha
yang dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya tingkah laku yang
mewujudkan nilai iman hendaknya selalu konsisten dan koheren.
Alasannya, caranya dan konsekuensinya dapat dihayati dalam sifat dan
bentuk yang jelas dan terpola serta tidak berubah-ubah tanpa arah.
Pendekatan demikian berarti bahwa setiap langkah yang terdahulu akan
mendukung serta memperkuat langkah-langkah berikutnya. Apabila
pendekatan yang konsisten dan koheren sudah tampat, maka dapat
diharapkan bahwa proses pembentukan tingkah laku dapat berlangsung
lebih lancar dan lebih cepat, karena kerangka pola tingkah laku sudah
tercipta.
5. Prinsip Integrasi
Hakikat kehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap
orang pada problematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas
dan menyeluruh. Jarang sekali fenomena kehidupan yang berdiri sendiri.
Begitu pula dengan setiap bentuk nilai hidup yang berdimensi sosial. Oleh
karena itu tingkah laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak dapat
dibentuk terpisah-pisah. Makin integral pendekatan seseorang terhadap
kehidupan, makin fungsional pula hubungan setiap bentuk tingkah laku

23

yang

berhubungan

dengan

nilai

iman

yang

dipelajari.

Implikasi

metodologinya ialah agar nilai iman hendaknya dapat dipelajari seseorang
tidak sebagai ilmu dan keterampilan tingkah laku yang terpisah-pisah,
tetapi melalui pendekatan yang integratif, dalam kaitan problematik
kehidupan yang nyata.

2.2.4 TANDA-TANDA ORANG BERIMAN
Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
1.

Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar
ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan
ayat

al-Qur’an,

maka

bergejolak

hatinya

untuk

segera

melaksanakannya (al-Anfal: 2). Dia akan memahami ayat yang
tidak dia pahami.
2.

Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu
Allah, diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan
ajaran Allah menurut Sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12,
al-Anfal: 2, at-Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan atTaghabun:13).

3.

Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga
kehormatan (al-Mukminun: 3,5). Perkataan yang bermanfaat atau
yang baik adalah yang berstandar ilmu Allah, yaitu al-Qur’an
menurut Sunnah Rasulullah.

4.

Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang
mu’min tidak akan berkhianat dan dia akan selalu memegang
amanah dan menepati janji.

24

Akidah

Islam

mempengaruhi

sebagai
kehidupan

keyakinan
seorang

membentuk
muslim.

perilaku

Abu

A’la

bahkan
Maudadi

menyebutkan tanda orang beriman sebagai berikut:
1.

Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.

2.

Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri

3.

Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat

4.

Senantiasa jujur dan adil

2.2.5 KORELASI KEIMANAN DAN KETAKWAAN
Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi
menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah
tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan
keesaaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan
Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi,
dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid
teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya
Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal,
konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks.
Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian
yakin dan percaya kepada Allah melalui pikiran, membenarkan dalam hati,
mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh
karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila
sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha
illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian
diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan
segala larangan-Nya

25

2.3 Implementasi Iman Dan Takwa Dalam Kehidupan Modern
2.3.1 Problematika, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern
Di antara problematika dalam kehidupan modern adalah masalah sosialbudaya yang sudah established, sehingga sulit sekali memperbaikinya.
Berbicara tentang masalah sosial budaya berarti berbicara tentang
masalah alam pikiran dan realitas hidup masyarakat. Alam pikiran bangsa
Indonesia adalah majemuk (pluralistik), sehingga pergaulan hidupnya
selalu dipenuhi oleh konflik baik sesama orang Islam maupun orang Islam
dengan non-Islam.
Adopsi modernisme (werternisme), kendatipun tidak secara total, yang
dilakukan bangsa Indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang semi naturalis. Di sisi lain, diadopsinya
idealisme juga telah menjadikan bangsa Indonesia menjadi pengkhayal.
Adanya tarik menarik antara kekuatan idealisme dan naturalisme
menjadikan bangsa Indonesia bersikap tidak menentu. Oleh karena itu,
kehidupannya selalu terombang-ambing oleh isme-isme tersebut.
Secara ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal ini
karena diadopsinya sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besarbesaran. Sedangkan di bidang politik, selalu muncul konflik di antara
partai dan semakin jauhnya anggota parlemen.
Di bidang sosial banyak muncul masalah. Berbagai tindakan kriminal
sering terjadi dan pelanggaran terhadap norma-norma bisa dilakukan oleh
anggota

masyarakat.

Lebih

memprihatinkan

lagi

adalah

tindakan

penyalahgunaan NARKOBA oleh anak-anak sekolah, mahasiswa, serta
masyarakat.

26

Persoalan itu muncul, karena wawasan ilmunya salah, sedang ilmu
merupakan roh yang menggerakkan dan mewarnai budaya. Hal itu
menjadi tantangan yang amat berat dan dapat menimbulkan tekanan
kejiwaan, karena kalau masuk dalam kehidupan seperti itu, maka akan
melahirkan risiko yang besar.
Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari berbagai persoalan di atas,
perlu diadakan revolusi pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan taqwa
yang dapat berperan menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan
modern tersebut.

2.3.2 Peran Iman Dan Takwa Dalam Menjawa Problema Dan
Tantangan Kehidupan Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini
dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada
kehidupan manusia.
1.

Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan
Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada
satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah
hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun
yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan
keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan
manusia

yang

kebetulan

sedang

memegang

kekuasaan,

menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda kramat,
mengikis kepercayaan pada khurat, takhyul, jampi-jampi dan
sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah
surat al-Fatihah ayat 1-7 .
2.

Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

27

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut.
Banyak di antara manusia yang tidak berani mengemukakan
kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman
yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang
beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam
QS 4 (al-Nisa’):78:
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu
kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”
3.

Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan .
Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya,
karena kepentingan penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak
segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan, bermuka
dua, menjilat, dan memperbudak diri, karena kepentingan materi.
Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah dalam QS
11 (Hud):6:
“Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam
kitab yang nyata. (lauh mahfud)“.
Iman memberikan katentraman jiwa.

2.4 Pengertian Ahlak Etika Dan Moral
2.4.1 Pengertian Ahlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak,
yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik
(peristilahan).

28

Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim
mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai
timbangan (wazan) tsulasi majid af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah
(perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan,
kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk
kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibnu Miskawaih (w.
421 H/1030 M).
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal
sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam
membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan,
dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.
Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak:
1) Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi
kepribadiannya.
2) Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada
paksaan atau tekanan dari luar.
4) Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5) Dilakukan dengan ikhlas.

Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak kepada Allah

29

a) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembahNya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah
membuktikanketundukkan terhadap perintah Allah.
b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi
dan kondisi,baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir
kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
c) Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a
merupakan

inti

ibadah,

karena

ia

merupakan

pengakuan

akan

keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan
kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu
d)

Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah

dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui
bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh
karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak
mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah.

2. Akhlak kepada diri sendiri
a) Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil
daripengendalian

nafsu

dan

penerimaan

terhadap

apa

yang

menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi
larangan dan ketika ditimpa musibah.

30

b) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang
tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan
dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan
bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan
dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan
aturan-Nya.
c) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk
melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang
menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.
3.

Akhlak kepada keluarga

Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di
antara anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi.
Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan
ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam
bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
a)

Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih
dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut

b)

Mentaati perintah

c)

Meringankan beban, serta

d)

Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.



Ahlak Terbagi Menjadi 2 Yaitu:

a.

Akhlak terpuji (Mahmudah)



Husnuzan

Berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan
berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah
suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang . Hukum kepada

31

Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya
antara lain:
- Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul
Nya Adalah untuk kebaikan manusia.
- Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti
berakibat buruk.


Tawaduk

Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang
merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.
 Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling
menghargai sesama manusia.
 Ta’awun
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu
dengan sesama manusia.

b. Akhlak tercela (Mazmumah)
1)

Hasad

Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu
melihat orang lain beruntung..
2)

Dendam

Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk
membalas kejahatan.
3)

Gibah dan Fitnah

Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan
nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang
dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang

32

dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah.
4)

Namimah

Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan
seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud
terjadi perselisihan antara keduanya

2.4.2 ETIKA
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang baik dan buruknya yang
menjadi ukuran baik buruknya atau dengan istilah lain ajaran tenatang
kebaikan dan keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Dari segi etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani,ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, etika
diartikan ilmu pengetahuan tentang azaz-azaz akhlak (moral). Dari
pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan
upaya menentukan tingkah laku manusia.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan
ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut
para ulama’ etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan
tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.
Sebagai cabang pemikiran filsafat, etika bisa dibedakan manjadi dua:
obyektivisme dan subyektivisme.

33

1.

Obyektivisme

Berpandangan bahwa nilai kebaikan suatu tindakan bersifat obyektif,
terletak pada substansi tindakan itu sendiri. Faham ini melahirkan apa
yang disebut faham rasionalisme dalam etika. Suatu tindakan disebut
baik, kata faham ini, bukan karena kita senang melakukannya, atau
karena sejalan dengan kehendak masyarakat, melainkan semata
keputusan rasionalisme universal yang mendesak kita untuk berbuat
begitu.
2.

Subyektivisme

Berpandangan bahwa suatu tindakan disebut baik manakala sejalan
dengan kehendak atau pertimbangan subyek tertentu. Subyek disini bisa
saja berupa subyektifisme kolektif, yaitu masyarakat, atau bisa saja
subyek Tuhan.
A.

Etika Dibagi Atas Dua Macam

1.

Etika deskriptif

Etika yang berbicara mengenai suatu fakta yaitu tentang nilai dan pola
perilaku manusia terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya
dalam kehidupan masyarakat.
2.

Etika Normatif

Etika yang memberikan penilaian serta himbauan kepada manusia
tentang bagaimana harus bertindak sesuai norma yang berlaku. Mengenai
norma norma yang menuntun tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari hari.

34

Etika dalam keseharian sering dipandang sama denga etiket, padahal
sebenarnya etika dan etiket merupakan dua hal yang berbeda. Dimana
etiket adalah suatu perbuatan yang harus dilakukan. Sementa etika
sendiri menegaskan bahwa suatu perbuatan boleh atau tidak. Etiket juga
terbatas pada pergaulan. Di sisi yang lain etika tidak bergantung pada
hadir tidaknya orang lain. Etiket itu sendiri bernilairelative atau tidak sama
antara satu orang dengan orang lain. Sementa itu etika bernilaiabsolute
atau tidak tergantung dengan apapun. Etiket memandang manusia
dipandang dari segi lahiriah. Sementara itu etika manusia secara utuh.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan
yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata
lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal
manusia.

B. Etika Memiliki Peranan Atau Fungsi Diantaranya Yaitu:
1. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan
penilaian tentang perilaku manusia
2. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau
kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai
mahasiswa.
C. Etika Dalam Penerapan Kehidupan Sehari-hari
1. Etika bergaul dengan orang lain
a) Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai
mereka cacat.

35

b) Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq
mereka, lalu pergaulilah mereka, masing-masing menurut apa yang
sepantasnya.

2. Etika bertamu
a)

Untuk orang yang mengundang:

-

Jangan hanya mengundang orang-orang kaya untuk jamuan dengan
mengabaikan orang-orang fakir.

-

Jangan anda membebani tamu untuk membantumu, karena hal i