Otonomi Daerah Istimewa Yogyakarta docx

Politeknik Negeri Sriwijaya
GEOPOLITIK INDONESIA
Daerah Istimewa Yogyakarta

A. Pengertian Wawasan Nusantara dan Otonomi Daerah serta Kaitannya
Negara   Kesatuan   Republik   Indonesia   adalah   negara   kepulauan   yang   kaya
dengan keragaman hayati dan nonhayati. Hal tersebut dikarenakan unsur geografis
Indonesia yang merupakan lokasi strategis bagi berbagai negara lain di dunia. Nenek
moyang bangsa Indonesia datang dari berbagai belahan dunia untuk berbagai tujuan,
dan menetap di Indonesia sehingga melahirkan keturunan yang terdiri atas berbagai
suku dan ras. Keragaman tersebut akhirnya menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Agar   keragaman   tersebut   menjadi   hal   yang   positif   dan   dapat   dibanggakan,
diperlukan adanya semangat persatuan dan kesatuan dari segenap bangsa Indonesia.
Tercermin     dari   Bhineka   Tunggal  Ika,   dimana  keragaman  budaya  tidaklah   menjadi
halangan untuk menciptakan semangat persatuan, justru hal tersebut menjadi suatu
kebanggan   dimana   bangsa   Indonesia   yang   kaya   budaya   bersatu   dalam   semangat
nasionalisme.
Persatuan tersebut diwujudkan dengan penerapan cara pandang atau wawasan
bangsa indonesia yang menjadi landasan visional bangsa, yaitu Wawasan Nusantara.
Berdasarkan     Tap   MPR   1993   dan   1998   tentang   GBHN,   Wawasan   Nusantara
adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lilngkungannya

dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
menyelenggarakan   kehidupan   bermasyarakat,   berbangsa   dan   bernegara   untuk
mencapai tujuan nasional.
Segenap   bangsa   Indonesia   meyakini   kebenaran   Wawasan   Nusantara   dengan
maksud menghindari penyimpangan dalam rangka pencapaian tujuan nasional, seperti
yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi:
  “Kemudian  daripada  itu  untuk membentuk  suatu  pemerintahan  negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah   Indonesia,   untuk   memajukan   kesejahtetaan   umum,   mencerdaskan

Politeknik Negeri Sriwijaya
kehidupan   bangsa,   dan   ikut   melaksanakan   ketertiban   dunia   yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.
Segenap   bangsa   Indonesia   bersama   pemerintah   pusat   bekerja   sama   untuk
perwujudan   tujuan   tersebut.   Pemerintah   menetapkan   segala   peraturan   untuk
mewujudkan kesejahteraan bangsa serta terciptanya keadilan dalam setiap bidang
kehidupan, yang diimplementasikan dengan sistem perundang­undangan.
Undang­Undang mengatur kehidupan segenap bangsa. Secara umum, yaitu
seluruh   bangsa   Indonesia   dari   Sabang   sampai   Merauke   yang   dengan   keragaman
budayanya   menjadi   satu   kesatuan   yang   utuh.   Sedangkan   secara   khusus,   bangsa

Indonesia yang memiliki budaya berbeda­beda hidup dalam wilayah yang berbeda
pula. 
Wilayah dan budaya yang berbeda antar daerah di Indonesia, akhirnya akan
menimbulkan kepentingan yang berbeda pula. Misalnya, permasalahan yang terjadi
di daerah A, belum tentu terjadi di daerah B. Begitu juga potensi daerah yang ada di
daerah   A,  belum  tentu  sama dengan  potensi  yang   dimiliki daerah  B.  Pemerintah
pusat tidak bisa secara menyeluruh dengan cara yang serupa, menangani kasus yang
berbeda   di   tiap   daerah.   Pemerintah   juga   tidak   dapat   menyamaratakan   peraturan
pada tiap­tiap daerah yang berbeda kepentingan.
Wawasan Nusantara pada dasarnya merupakan cerminan atas persatuan dan
kesatuan dari keragaman budaya bangsa Indonesia. Kesatuan tersebut melingkupi
berbagai   bidang   kehidupan,   seperti   sistem   politik,   ekonomi,   sosial,   budaya,
pertahanan dan keamanan. 
Namun, semangat persatuan itu diharapkan agar tidak sampai menimbulkan
negara   kekuasaan,   dimana   negara   (pemerintah   pusat)   menguasai   segala   aspek
kehidupan bermasyarakat yang ada di tiap daerah di Indonesia.
Tiap­tiap   daerah   perlu   memiliki   kewenangannya   sendiri   untuk
menyelenggarakan pemerintahannya dalam rangka mendapatkan kemakmuran dan
keadilan.   Oleh   karena   itulah,   dalam   menjalankan   pemerintahannya,   pemerintah
Indonesia menganut sistem desentralisasi. Dan(4:2013) menyatakan, “Desentralisasi

artinya, penyerahan urusan pemerintah dari [atas kepada] pemerintah di bawahnya
untuk menjadi urusan rumah tangganya.” Hal tersebut bermaksud, pemerintahan
Indonesia   (pemerintah   pusat)   melimpahkan   sebagian   kewenangannya   pada

Politeknik Negeri Sriwijaya
pemerintah   daerah.   Hal   tersebut   diwujudkan   dengan   disahkannya   UU   otonomi
daerah.
Undang­Undang   No.   32   Tahun   2004   menyatakan   bahwa   Otonomi   Daerah
adalah  kewenangan Daerah Otonom untuk  mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat   setempat   menurut   prakarsa   sendiri   berdasarkan   aspirasi   masyarakat
sesuai   dengan   peraturan   perundang­undangan.   Sedangkan   Daerah   Otonom   itu
sendiri   ,(berdasarkan   Undang­Undang   No.   33   Tahun   2004   tentang   Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah), merupakan kesatuan
masyarakat   hukum  yang   mempunyai  batas   daerah   tertentu   berwenang   mengatur
dan   mengurus   kepentingan   masyarakat   setempat   menurut   prakarsa   sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan   ditetapkannya   UU   Otonomi   Daerah,   kekuasaan   dan   kewenangan
antara pemerintah pusat dan daerah menjadi terbagi. Daerah akhirnya memiliki hak
otonomi   untuk   menyelenggarakan   kekuasaan.   Secara   terperinci,   pembagian
wewenang   dan   kekuasaan   antara   pemerintah   pusat   dan   daerah   terdapat   pada

Peraturan   Pemerintah   Republik   Indonesia   Nomor   25   Tahun   2000.   Menurut
Ahira(2013:1),   pembagian   kewenangan   pemerintah   pusat   dan   pemerintah   daerah
pasca ditetapkannya Undang­Undang Otonomi Daerah ialah:
Kewenangan pemerintah pusat
1. Merumuskan kebijakan perencanaan nasional
2. Mengendalikan dan mengawasi pembangunan nasional
3. Mengalokasikan   dan   mendistribusikan   sumber   daya   strategis   yang   meliputi
pendanaan, SDM, dan teknologi.
4. Hal   yang   diatur   pemerintah   pusat   meliputi   polltik   luar   negeri,   Hankam,
peradilan dan moneter.
Kewenangan pemerintah daerah otonom (Provinsi)
1. Mengatur dan mengurus kewenangan lintas kabupaten/kota
2. Menyelenggarakan   kewenangan   pemerintah   pusat   yang   dilimpahkan   dalam
rangka dekonsentrasi
Kewengangan pemerintah daerah otonom (Kota/Kabupaten)
1. Mengurus rumah tangga daerah
2. Merenfcanakan dan melaksanakan pembangunan daerah 
3. Memberikan pelayanan kepada masyarakat

Politeknik Negeri Sriwijaya

4. Mengembangkan sumber daya daerah
5. Menumbuhkan dan memperkuat kemampuan ekonomi daerah.

B.  Daerah Istimewa  Yogyakarta
1. Keistimewaan DI Yogyakarta
Di Indonesia terdapat beberapa daerah yang diatur dengan otonomi khusus
atau bersifat sebagai daerah istimewa. Karena kedudukannya yang khusus, daerah­
daerah   tersebut   diatur   dalam   Undang­Undang   tersendiri.   Seperti   Aceh,   Papua,
Jakarta,   dan   Yogyakarta.   Namun   pasca   perubahan   UUD   1945,   Undang­Undang
tersebut   hanya   tersedia   untuk   daerah   Aceh,   Papua,   dan   DKI   Jakarta.   Belum   ada
Undang­Undang khusus yang mengatur tentang keistimewaan Yogyakarta, sehingga
harus  tunduk pada Undang­Undang Pasal 225 UU 32/2004 yang berisi mengenai
ketentuan khusus untuk daerah­daerah yang memiliki status istimewa dan diberikan
otonomi khusus.
Namun,   setelah   ditetapkannya   Undang­Undang   Nomor   13   Tahun   2012,
Yogyakarta   secara   sah   diakui   sebagai   Daerah   Istimewa.   Proses   penetapan   UU
tersebut telah memakan waktu yang lama, yaitu sejak tahun 2007 s.d 2012.
Keistimewaan tersebut didasarkan pada sejarah dan hak asal­usul Yogyakarta.
Kewenangan   Istimewa   merupakan   wewenang   tambahan   tertentu   yang   dimiliki   DI
Yogyakarta selain wewenang yang telah ditentukan dalam UU tentang pemerintahan

daerah.
Kewenangan istimewa yang dimiliki DI Yogyakarta meliputi:
1. Tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan
Wakil Gubernur
2. Kelembagaan Pemerintah Daerah DI Yogyakarta
3. Kebudayaan
4. Pertanahahn
5. Tata ruang.

Politeknik Negeri Sriwijaya
Yogyakarta   memiliki   kewenangan   dalam   mengatur   urusan   keistimewaannya
dengan   Peraturan   Daerah   Istimewa.   Kewenangan   istimewa   merupakan   wewenang
tambahan   bagi   DIY   selain   wewenangnya   sebagaimana   ditentukan   dalam   Undang­
Undang tentang pemerintahan daerah. 
Provinsi   ini,   selanjutnya   disebut   Daerah   Istimewa   Yogyakarta.
Keistimewaannya terletak pada kedudukan hukum yang dimiliki oleh DI Yogyakarta
berdasarkan   sejarah   dan   hak   asal­usul.   Dalam   bidang   tata   cara   pengisian   jabatan,
kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur antara lain syarat
khusus   bagi   calon   gubernur   DI   Yogyakarta   yaitu   Sultan   Hamengku   Buwono   yang
bertahta, dan wakilnya ialah Adipati Paku Alam yang bertahta.

Kelembagaan   dalam   bidang   kelembagaan   Pemerintah   Daerah   DI   Yogyakarta
yakni   penataan   dan   penetapan   kelembagaan,   dengan   Perdais,   dalam   rangka
pencapaian   efektivitas   dan   efisiensi   penyelenggaraan   pemerintahan   dan   pelayanan
masyarakat   berdasarkan   prinsip   responsibilitas,   akuntabilitas,   transparansi,   dan
partisipasi dengan memperhatikan bentuk dan susunan pemerintahan asli.
Dalam   bidang   kebudayaan,   yaitu   keistimewaan   dalam   memelihara   dan
mengembangkan   hak   cipta,   rasa,   karsa,   dan   karya   yang   terdiri   atas   nilai­nilai,
pengetahuan,   norma,   adat   istiadat,   benda,   seni,   dan   tradisi   luhur   yang   mengakar
dalam masyarakat DI Yogyakarta, yang diatur dengan perdais.
Dalam   bidang   pertahanan   yakni   Kasultanan   dan   Kadipaten   yang   berwenang
mengelola   serta   memanfaatkan   tanah   Kasultanan  dan   tanah  Kadipaten   ditunjukkan
untuk pengembangan kebudayaan, kepentingan sosial, serta kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan dalam bidang tata ruang, keistimewaan DI Yogyakarta yaitu terletak
pada kewenangan Kasultanan dan Kadipaten dalam tata ruang pada pengelolaan dan
pemanfaatan tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten.
2.

Pelaksanaan Otonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta
Pelaksanaan   otonomi   daerah   di   DI   Yogyakarta   ditingkatkan   dengan


peningkatan kemampuan aparatur melalui penguatan manajemen dan kelembagaan,
peningkatan   kualitas   SDM,   peningkatan   kemampuan   dalam   pengelolaan   sumber

Politeknik Negeri Sriwijaya
keuangan daerah, peningkatan kemampuan lembaga dan ormas, serta peningkatan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah.
Batas   tiap   wilayah   dan   daerah   di   DI   Yogyakarta   ditata   kembali   dengan
melakukan pemekaran dan penyesuaian status daerah tertentu, dimaksudkan untuk
peningkaggtan pelaksanaan pembangunan dan administrasi pemerintah di daerah.
Dalam   rangka   mencapai   sasaran   pertumbuhan   ekonomi   secara
berkesinambungan,   pemerintah   membuat   kebijaksanaan   pembangunan   ekonomi
dalam   Repelita   VI   yang   diarahkan   untuk   meningkatkan   produktivitas   sektor­sektor
unggulan   seperti   industri,   pertanian,   dan   sektor­sektor   lainnya.   Upaya­upaya
dilakukan dengan pemanfaatan terhadap potensi SDA dan SDM. 
Dari segi pertambangan, pemerintah DI Yogyakarta mengembangkan berbagai
sumber   daya   galian   sekaligus   mendorong   proses   pengolahan     lanjutannya   untuk
meningkatkan nilai tambah.

Potensi   dari   segi   usaha   kecil   dan   menengah   di   DI   Yogyakarta   ditingkatkan
melalui pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung, serta kemudahan dari

segi   pembiayaan   modal,   investasi,   akses   pasar,   pendidikan   dan     keterampilan,   dan
teknologi.   Upaya   tersebut   dilakukan   secara   optimal   sampai   kepada   daerah­daerah
tertinggal.

Pengembangan SDM di DI Yogyakarta diarahkan dalam rangka mewujudkan
manusia yang berkualitas dan bermoral. Dilakukan dengan cara pengelolaan sistem
pendidikan yang baik.

Dari segi kependudukan, pemerintah mengendalikan pertumbuhan penduduk,
terutama di daerah yang kepadatan dan laju pertumbuhan penduduknya tinggi, serta
mengarahkan   persebaran   penduduk   secara   merata.   Upaya   yang   dilakukan   ialah
dengan peningkatan keluarga berencana mandiri, program transmigrasi umum dan
swakarsa mandiri, serta peningkatan mobilitas ketenagakerjaan.

Pemerataan   pembangunan   antardaerah   di   Daerah   Istimewa   Yogyakarta
diupayakan dengan lebih menyerasikan pertumbuhan baik  dalam tingkat kemajuan
antardaerah, maupun antara perkotaan dan perdesaan. Penanggulangan kemiskinan

Politeknik Negeri Sriwijaya
dilakukan   dengan   pengarahan   IDT   (Inpres   Desa   Tertinggal)   pada   pengembangan

kegiatan sosial ekonomi agar terwujunya kemandirian masyarakat.
Pengembangan   sarana   dan   prasarana   ekonomi,   terutama   dalam   bidang
transportasi   juga   ditingkatkan.   Tercermin   dari   Repelita   VI,   sistem   transportasi
dikembangkan secara lebih luas dan terpadu terutama dengan mengembangkan sistem
transportasi   yang   efisien   dan   dapat   menjangkau   daerah   terisolasi   dan   terbelakang.
Selain   bidang   transportasi,  pengembangan tersebut  dilakukan juga  pada  sektor lain
seperti listrik, jasa telekomunikasi, dan pengairan.
Sumber   Daya   Alam   dan   lingkungan   hidup   dikelola   dengan   tetap
memperhatikan   kelestariannya   agar   dapat   digunakan   secara   berkelanjutan.   Untuk
mewujudkan   hal   tersebut,   upaya   yang   dilakukan   ialah   dengan   menumbuhkan
kesadaran masyarakat.
Langkah   yang   juga   dilakukan   dalam   pelaksanaan   otonomi   daerah   di   DI
Yogyakarta     ialah  dengan pengembangan berbagai  kawasan yang  menjadi  andalan,
diwujudkan secara terpadu dan terencana dengan memperhatikan unsur­unsur yang
berkenaan. Seperti tata ruang daerah, keterkaitannya dengan daerah penyangganya,
pertumbuhan   penduduk,   dll.   Bagi   daerah   perkotaan,   ditingkatkan   penyediaan   dan
perluasan   jangkauan   pelayanan   saranga   dan   prasarana   perkotaan,   termasuk
peningkatan pengelolaannya.

3.


Kelebihan Otonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta
DI Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki banyak keunggulan. Kekayaan

budaya, keindahan alam, tata ruang yang baik serta kehidupan sosial masyarakat nya
berjalan dengan  harmonis dan menjadi daya tarik tersendiri dari daerah  istimewa ini. 
Adanya   wacana   seperti   rencana   menjadikan   DI   Yogyakarta   sebagai   ibu   kota
Indonesia   beberapa   tahun   yang   lalu   cukup   mencerminkan   bahwa   DI   Yogyakarta
termasuk daerah yang dinilai cukup baik  di Indonesia, baik dari segi kehidupan sosial
dan pemerintahannya.
DI   Yogyakarta   dijuluki   dengan   beberapa   gelar,   seperti   kota   pelajar,   kota
perjuangan,   kota   revolusi,   kota   perjuangan,   kota   kebudayaan,   kota   pariwisata,   dan
kota gudeg. Julukan – julukan tersebut mencerminkan   kehidupan di DI Yogyakarta

Politeknik Negeri Sriwijaya
yang unggul dalam banyak bidang. Tidak hanya keunikannya dari segi budaya dan
pariwisata,   kota   ini   juga   kaya   akan   sejarah   perjuangan   dan     menjunjung   tinggi
pendidikan demi menciptakan SDM yang berkualitas.
Kota Yogyakarta memiliki lokasi yang sangat strategis karena terletak di jalur­
jalur utama, yaitu Jalan Lintas selatan yang menghubungkan Yogyakarta, Bandung,
Surakarta, Surabaya, dan kota­kota di selatan Jawa, serta jalur Yogyakarta – Semarang,
yang   menghubungkan   Yogyakarta,   Magelang,   Semarang,   dan   kota­kota   di   lintas
tengah Pulau Jawa. Karena itulah angkutan di Yogyakarta terbilang cukup memadai
sehingga   memudahkan   mobilitas   antar   kota   tersebut.   Kota   ini   mudah   dicapai   baik
dengan transportasi darat maupun udara. Namun karena lokasinya yang cukup jauh
dari laut (27 – 30 KM), kota ini tidak memiliki transportasi air.
Kota Yogyakarta jarang mengalami banjir karena memiliki sistem drainase yang
tertata   rapi,   dibangun   oleh   pemerintah   kolonial,   ditambah   dengan   giatnya
penambahan saluran air yang dikerjakan oleh Pemkot Yogyakarta.
Gelar   sebagai   kota   pelajar   dikarenakan   hampir   20%   penduduk   yang   berusia
produktifnya adalah pelajar. Terdapat 137 perguruan tinggi, serta diwarnai dinamika
pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah lain di Indonesia.
Kondisi   perekonomian   di   DI   Yogyakarta   terus   meningkat   setiap   tahunnya.
Perekonomian   Daerah   Istimewa   Yogyakarta   antara   lain   meliputi   sektor   Investasi;
Perindustrian,   Perdagangan,   Koperasi   dan   UKM;   Pertanian;   Ketahanan   Pangan;
Kehutanan   dan   Perkebunan;   Perikanan   dan   Kelautan;   Energi   dan   Sumber   Daya
Mineral; serta Pariwisata.   Didukung juga oleh sektor properti yang tengah   melejit
akibat   pembangunan     hotel   dan   perumahan,   sehingga   banyak   investor   turut
menanamkan   investasinya   di   bidang   ini.   Disamping   itu,   peningkatan     kinerja
perbankan yang bagus juga berperan dalam  perwujudan kondisi perekonomian itu. 
DIY   memiliki   beragam   potensi   budaya,   baik   fisik   maupun     nonfisik.   Potensi
budaya fisik dapat berupa kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya, sedangkan
potensi budaya nonfisik seperti gagasan, sistem nilai atau   norma, karya seni, sistem
sosial atau  perilaku sosial yang ada dalam  masyarakat. Bahkan, DI Yogyakarta adalah
tujuan wisata kedua setelah Bali.
Kegiatan   tata   ruang   di   DI   Yogyakarta   menggunakan   model   “Pemusatan
intensitas   kegiatan   manusia   pada   suatu   koridor   tertentu”.     Sistem   tata   ruang

Politeknik Negeri Sriwijaya
diupayakan dengan pengembangan beberapa pusat pelayanan seperti Pusat Kegiatan
Nasional  (PKN),  Pusat  Kegiatan  Wilayah  (PKW)  dll.   Berbagai  upaya  pembangunan
berupa   tata   ruang   diupayakan   terutama   dalam   rangka   mitigasi   bencana   di   DI
Yogyakarta.

4. Kekurangan Otonomi Daerah pada Daerah Istimewa Yogyakarta

Dalam bidang transportasi darat, sistem transportasi di DI Yogyakarta terbilang
cukup baik. Namun dalam hal angkutan kereta api, permasalahannya adalah masih
banyaknya perlintasan yang tidak dijaga sehingga mengancam keselamatan lalu lintas.
Namun   pemprov   DIY  sedang   mengupayakan   solusinya  berupa   pengembangan   Bus
Trans Jogja yang menjadi layanan layanan angkutan massal di masa datang.
Selain hal tersebut, keadaan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor (rata­
rata   tumbuh   13%   per   tahun)   dengan   jalan   yang   terbatas,   telah   mengakibatkan
terjadinya   kesemrawutan   dan   kemacetan   lalu   lintas   dan   peningkatan   jumlah   kasus
kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya. 
Secara   geologis,   DI   Yogyakarta   adalah   salah   satu   wilayah   di   Indonesia   yang
rawan terhadap bencana alam. Seperti dikabarkan  id.wikipedia.org, potensi bencana
alam yang berkaitan dengan bahaya geologi di DI Yogyakarta meliputi:
1. Bahaya alam Gunung Merapi, mengancam wilayah Kabupaten Sleman bagian

utara dan wilayah­wilayah sekitar sungai yang berhulu di puncak Merapi;
2. Bahaya   gerakan   tanah/batuan   dan  erosi,   berpotensi   terjadi   pada   lereng

Pegunungan Kulon Progo  yang mengancam di wilayah Kulon Progo bagian
utara dan barat, serta pada lereng Pengunungan Selatan (Baturagung) yang
mengancam wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian utara dan bagian timur
wilayah Kabupaten Bantul.
3. Bahaya  banjir,   terutama   berpotensi   mengancam   daerah   pantai   selatan

Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul;
4. Bahaya   kekeringan   berpotensi   terjadi   di   wilayah  Kabupaten   Gunungkidul

bagian selatan, khususnya pada kawasan bentang alam karst;

Politeknik Negeri Sriwijaya
5. Bahaya tsunami, berpotensi terjadi di daerah pantai selatan Kabupaten Kulon

Progo,  Kabupaten   Bantul,   dan   Kabupaten   Gunungkidul,   khususnya   pada
pantai dengan elevasi (ketinggian) kurang dari 30m dari permukaan air laut.
6. Bahaya   alam   akibat  angin  berpotensi   terjadi   di   wilayah   pantai   selatan

Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan daerah­daerah Kabupaten
Sleman bagian utara, serta wilayah perkotaan Yogyakarta;
7. Bahaya  gempa  bumi,  berpotensi  terjadi  di  wilayah  DIY,  baik  gempa   bumi

tektonik  maupun  vulkanik. Gempa bumi tektonik berpotensi terjadi karena
wilayah   DIY   berdekatan   dengan   kawasan   tumbukan   lempeng   (subduction
zone) di dasar Samudra Indonesia yang berada di sebelah selatan DIY. Selain
itu secara geologi di wilayah DIY terdapat beberapa patahan yang  diduga
aktif. Wilayah dataran rendah yang tersusun oleh sedimen lepas, terutama
hasil endapan sungai, merupakan wilayah yang rentan mengalami goncangan
akibat gempa bumi.

Politeknik Negeri Sriwijaya
Sumber Informasi



http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta



http://politik.kompasiana.com/2010/11/29/aceh­papua­dki­diakomodir­
kenapa­jogja­ditelantarkan­bagian­ii­321922.html




http://www.anneahira.com/otonomi­daerah.htm
http://danzblogerz.blogspot.com/2012/04/wawasan­nusantara­dan­otonomi­



daerah.html
http://gudeg.net/id/directory/55/119/Pemerintah­Daerah­Propinsi­DIY.html



%20%2810#.UchuAthvL_Q
http://des­otda.blogspot.com/2011/02/uu­nomor­32­tahun­2004­dan­



keistimewaan.html
http://nonapurple­iniaqu.blogspot.com/2010/12/makalah­keistimewaan­



yogyakarta.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_istimewa



http://agustan.wordpress.com/2008/09/26/daftar­nama/