View of Peta Politik Sastra Indonesia 122 1 10 20171017

, h•jak Langkah Sejarah 1965

Angka 180 itu pun merupakan angka kompromi antara Linus sebag, editor dengan Gramedia sebagai penerbitnya. Karena, bagaimanapun penerbitan sebuah karya besar memerlukan dana yang besar pula.

Sctelah membaca berita itu. lcbagai anak kecil pun aku bertanya-tanya

Yang patut disayangkan dari buku Tonggak ini adalah tidak adany Apakah orang-orang yang diciduk se l ama ini termasuk manusia-ma­ penyair-penyair seperti Abdul Hadi W.M. , Sutardji Calzoum Bacbr.

nusia

lkranagara, dan Emha Ainun Nadjib. Tapi, ketiadaan nama-nama i h1udab yang membunuh parajenderal itujika tidak, mengapa mereka bukan karena kesalahan Linus Suryadi, melainkan karena keinginan par;

hurus diciduk dan tidak pernah kembali lagi?

icno Gurnira Ajidarma

penyair itu sendiri. Sama halnya dengan tidak adanya nama Rendra dal kumpulan puisi yang menandai 50 tahun Indonesia merdeka, Ketika Kat, Ketika Warna. Tak adanya nama Rendra bukan karena kesalahan Tauii Ismail, tapi karena ket i dakmauan Rendra sendiri.

Saya sangat yakin bahwa pembaca akan terkejut bila membaca pen- Jadi, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan proses kanonisas1

11,�.,i.111 LO perempuan korban perkosaan pasca 30 September 1965 yang itu terjadi. Pertama, faktor politik. Kedua, faktor ekonomi. Ketiga, fakt1

!ih1111pun dalam buku Suara Perempuan Karban Tragedi 65 (SPKT 65) 11111. ,1 lta F. Nadia (2008). Membaca pengakuan kesepuluh perempuan

penulis [buku sejarah] atau penyunting [antologi karya sastra]. Kini, kit, hi m,ya perlu meneruskan dan mengembangkan kerja yang sudah dilakukan H.Bi sampai pada titik kebimbangan: apakah yang ditulis oleh lta F.

Jassin. Penyair Sapardi Djoko Damono melalui Yayasan

11111 itu fakta atau iksi?

menerbitkan Antologi Drama Indonesia (emp; I· alau fakta, maka pengalaman traumatik yang dialami oleh perem- jilid) yang cukup lengkap. lsinya adalah 60 naskah drama yang pem

Lontar baru-baru ini

1,111 pcrempuan itu sangat sul it di pa ham i dengan bahasa hati nurani dan terbit antara 1895-1995 (satu abad) pilihan Sapardi Djoko Damono.

1111ata kemanusiaan. Jeritan kaum perempuan itu sudah melampaui Apa yang dilakukan Guru Besar Fakultas Tlmu Pengetahuan Buday1

,, 11najinasi kita. Apa yang dialani Yanti, misalnya, yang ketika di­ Ul itu merupakan kerja raksasa. Apalagi buku itu akan diikuti antolo:

f11p pasca 30 September 1965 masih berumur 14 tahun, meruntuhkan cerpen, novel, puisi, dan esai (yang belum tersentuh oleh banyak ahli s liii tahuan kita akan peristiwa lubang buaya yang tertera dalam buku

j11111h bangsa Indonesia.

tra). Meskipun ada kanonisasi dalam pembuatan "buku raksasa" seperti it1 karena banyak yang terpinggirkan, banyak yang tersingkirkan, tetap ha

l't1 liliwa lubang buaya yang diberitakan harian Angkatan Bersenjata diapresiasi. Saya mensyukuri terbitnyaAntologi Drama Indonesia, kare1

lknla Yudha pada 1965, yang antara lain menyebutkan perempuan­ ban yak manfaatnya daripada mudharatnya. Namun, itu jangan diangg1 r11puan yang tergabung dalam Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) l,111 pcnyiksa bahwa naskah drama yang baik hanya yang seperti 60 naskah itu. Ten1 dengan tingkat kesadisan yang melewati batas-yakni

saja masih banyak naskah drama yang harus dibukukan lagi. liYil-�" para jenderal dengan menyungkil matanya dan memotong ke- Sekali lagi, menurut A. Teeuw, kanonisasi itu penting dan berg u n ,

1111111ya sambil menari-nari telanjang-yang dulu dianggap fakta yang karena kita bisa membaca "karya-karya puncak" ylng dihasilkan ol

lnl . 111 pcrmakluman atas pembantaian jutaan orang pada 1965/1966, suatu bangsa. Namun, kanonisasi sekaligus membahayakan, karc

1, th il ca sebagai iksi, bahkan cenderung menjadi mitos dalam ke­ menutup kemungkinan masyarakat untuk mengapresiasi karya-ka

tp 111 hcrbangsa kita, terlebih kalau kita mengacu pada hasil viswn et yang lain, yakni karya-karya yang dilarang penguasa, karya-karya yu, li1i11 vang terbaca oleh Ben Anderson (lihat Adam, 2004).

tidak memenuhi selera penulis, penyunting, atau penerbit. hnl/111 rcrita atau pengakuan 10 perempuan itu dikategorikan sebagai 11111� ,, buku ini layak mendapat penghargaan sebagai karya iksi ·� ;, � 1rcna cerita yang disampaikan kesepuluh perempuan itu sangat

289 menyentuh dan menggedor-gedor nurani pembacanya. Siapa pun yan

ASEP SAMBODJA

1h zaman Soekamo, Lidak saja menyaksikan suami dan kedua mertuanya membaca buku ini, apalagi perempuan, bisa dipastikan akan merasa nyeri,

tlibunuh dan rumahnya dibakar, melainkan ia mengalami penyiksaan perih, dan pedih, karena akan terbayang kembali kasus penganiaya

mental yang luar biasa. Ta bukan anggota Gerwani, ia hanya penari, tapi dan pembunuhan terhadap Marsinab, serta kasus perkosaan terhada1 �11aminya anggota PK!. Gara-gara itulah ia diarak oleh orang banyak

perempuan keturunan China pada Mei 1998. Saya menilai buku SPK . yung anti PKI dalam keadaan telanjang bu lat, berjalan kaki mengelilingi

65 itu sebagai sebuah data yang berisi fakta-fakta yang perlu dibuktika1 dcsa, dan begitt.1 sampai pada tahap pemeriksaan di pos tentara, ia disuruh kebenarannya oleh sejarawan.

mcnari di atas bmeja dalam keadaan telanjang bulat. Dan,jika ia menolak Dalam pengantar novel Lubang Buya, Saskia Wieringa (2003)

111cnari dan menolak diperlakukan tidak senonoh, maka tawanan lain novelis itu menulis, banyak sejarawan masa kini berpendapat bahw

,tkan dijadikan sasaran penganiayaan.

semua sejarah adalah fiksi. "Tidak ada fakta, hanya discourse yang selal Selama 30 tahun di masa pemerintahan rezim Soeharto, seliap berubah dan dipengaruhi kekuasaan", kata novel is yang juga antropolo

111cndengar gamelan Bali, Darmi mengalami trauma yang luar biasa. la itu. Kalau sejarah adalah iksi, apakah iksi juga berarti sejarah?

111crasa bahwa tari adalahjiwanya, dan bunyi gamelan selalu memanggil- Saya tidak ingin terjebak dalam labirin telor ayam: mana yang leb ·

11u1nggilnya untuk menari. Namun, bersamaan dengan bunyi gamelan itu, .. ,at dulu di antara keduanya. Yang jelas, sedikit berbeda dengan Saskia, say, ilu pula ia merasa takut dan membencinya. lni akibat penganiayaan

berpendapat bahwa sebuah k y a sastra yang baik senantiasa merek nng te1jadi pasca 30 September 1965 yang dialaminya di Bali. denyut nadi masyarakat tempat karya sastra itu dilahirkan. Sastraw

Dengan demikian, fakta yang terbaca dalam SPKT 65 lebih meng­ sebagai representasi masyarakatnya merekam dengan baik pikiran d

{ t111 c ang nurani pembacanya dibandingkan dengan cerita dalam novel perasaan masyarakat sezamannya.

I uhang Buaya dan Kalatidha. Meskipun begitu, apa yang dihasilkan Lebih lanjut, Saskia Wieringa mengakui bahwa novel Lubang Buyi

'1,1\kia dan Seno tersebut memperlihatkan bahwa sastra bisa mcnjadi berangkat dari hasil penelitiannya pada 1980-an mengenai kekeras

lt,1tegi untuk mengungkap kabut politik yang terjadi di negeri ini, ter- yang dialami perempuan-perempuan Gerwani. Hasil penelitian itu p

111,1suk peristiwa pembunuhan massal 1965/1966 dan peristiwa perkosaan sudah dibukukan dalam Penghancuran Gerakan Wanita di lndonesi, t11,tssal pada Mei 1998.

(I 999). Tidak mengherankan j ika ada fragmen dalam novel itu ya Dalam diskusi novel Kalatidha di Fakultas llmu Pengetahuan Budaya terbaca dengan jelas sama dengan pengakuan Yanti dalam buku SP

I l111versitas Indonesia (FIB UI) pada Selasa, 8 April 2008, sejarawan

I l1l111ar Farid mengatakan bahwa dalam menggambarkan korban kekeja- Yang cukup mengherankan adalah adanya kesamaan fragmen dal

I 965/1966, Seno sengaja menggunakan tokoh aku yang gila untuk Kalatidha karya Seno GumiraAjidarma (2007) dengan pengakuan Dai

111cmbus keterbatasan ekspresi dalam mengungkap kekerasan dan dalam buku SPKT 65. Dalam novel Seno itu, seorang gadis kecil m

, 11·11cmbus keterbatasan hukum untuk mengungkap akta. Batas antara nyaksikan pembakaran rumahnya dan pembunuhan seluruh keluargany:

It� ht dan iksi menjadi hilang, kadang-kadang tokoh aku dalam Kalatidha tennasuk saudara kembanya, hanya karena ayahnya dituduh sebag:

111111ggambarkan kenyataan, kadang-kadang berada dalam dunia kabut simpatisan Partai Komunis Jndonesia (PKJ). Karena gadis kecil itu tid

111, tak terumuskan. Dalam pembacaan I Iilmar Farid, sastra bisa men­ bisa menerima kenyataan yang dilihatnya, dan tidak mampu memaha

I till medium untuk mengungkap akta, kenyataan, dan kebenaran.

peristiwa itu dengan aka! sehatnya, akhimya ia menjadi gila. Berangk Scmentara Melani Budianta, Guru Besar FIB UI yang juga tampil dari sinilah cerita Seno bergulir hingga menarik pembaca untuk sege1

hag.ii pembicara dalam diskusi tersebut, menambahkan bahwa iksi menuntaskan pembacaan atas novel setebal 234 halaman itu.

1•1·t ti yang ditulis Seno tersebut berpeluang untuk menyembuhkan Iuka Sementara dalam SPKT65, Darmi yang saat itu menjadi penari ista1

111µ tcrjadi di masa lalu. Tokoh perempuan kembar dalam Kalatidha

291 dibaca Melani sebagai metafora yang digunakan Seno untuk menggam­

SUSASTRA

ASEP SAMBODJA

kchadiran seorang "Bayi" yang lahir tanpa proses perkawinan yang sah barkan peristiwa 1965/1966.

,,tau dapat dikatakan seperti "Anak Haram" atau "Anak Jadah". Tokoh yang satu mati terbunuh, yang menyimbolkan masa lalu yang

Tidak kurang dari seorang Suta r dj i Calzoum Bachri, yang sampai saat penuh kekerasan. Tokoh yang satu lagi mejadi gila karena tak mampu

1ni masih mengaku sebagai Presiden Penyair Indonesia, Ahmadun Yosi melihat kekerasan, yang menyimbolkan masa kini yang masih gagap

I lcrfanda, Redaktur harian Republika, sampai Ahmad Syubbanuddin melihat sejarahnya sendiri. Dilihat dari tataran mental psikologi, novel

Alwy, yang mengaku sebagai penyair sui, serta beberapa nama lainnya, Kalatidha menampung atmosir releksi, kegilaan, perasaan marah dan

nemberikan reaksi yang berlebihan, tidak proporsional, dan cenderung dendam, bangkitnya belas kasih, pemulihan dari Iuka, dan transendensi.

11tlak obyekti.

"Semuanya ada dalam novel itu", kata Melani. Sebut saja Sutarji yang lebih mempersoalkan kemasan (kulit) dari­ Meskipun dalam diskusi tersebut Seno mengakui bahwa Kafatidha

patla isi, bahkan katanya, "Tai yang dikemas secara menarik akan lebih merupakan novel pesanan, karena ada pihak yang memesannya untuk

l i lku dibandingkan dengan puisi yang dikemas secara asal-asalan". Kata­ menuliskan peristiwa kekerasan itu, saya tetap menganggap bahwa

kaLa Presiden Penyair Indonesia seperti itu ditinggalkan Sutardji di Hotel

\,1hid dalam sebuah diskusi peluncuran buku Grafiti Gratitude yang be­ menurut saya menjadi novel terbaik pada 2007, karena mereleksikan

Kalatidha merupakan novel Indonesia modern yang p e ntin g, yang

hun tuntas. Dan kita sangat menyayangkan seorang Sutardji yang dikenal sebuah peristiwa yang tidak mungkin terlupakan oleh bangsa Indonesia:

:bagai penyair sui itu lebih mempersoalkan kemasan daripada isi. pembunuhan massal I 965/ 1966. Tapi, bukan hanya karena itu novel

Reaksi serupa juga datang dari Maman S. Mahayana, dosen Fakul­ ini menjadi novel terbaik. Bahasa yang digunakan Seno sangat kuat. la

,,,� Sastra Universitas Indonesia (sekarang Fakultas llmu Pengetahuan seperti memainkan sebuah orkestrasi yang demikian indah, meskipun

lludaya Ul), yang enggan menyebut para penyair yang karyanya masuk lagunya menyayat hati .

.tnlam Graiti Gratitude sebagai "penyair", nelainkan sebagai "penulis Novel Kalatidha mengajak pembacanya untuk mengungkap kabut

p11isi" . Komentar seperti ini juga dilontarkan Ahmad Syubbanuddin politik yang menyelimuti sejarah nasional Indonesia.

\lwy dalam beberapa tulisannya di harian Pikiran Rakyat. Dan yang l1·hih fatal adalah pemyataan Ahmadun Yosi Herfanda yang mengatakan

.,�tra cyber, yakni karya sastra yang muncul di intenet (tcrmasuk di

Polemik Sastra Cyberpunk

1hersastra.net) tak ubahnya seperti tong sampah, karena puisi-puisi di Sastrawan generasi cyber di Indonesia telah lahir bersamaan dengan

1111cmet tersebul ditolak pemuatannya di surat kabar-surat kabar. Sebuah maraknya penggunaan intenet sebagai media penyampaian atau media

j1'111yataan yangascis, kata Saut Situmorang (2004). ekspresi karya sastra, selain di media cetak (tulis) dan media lisan.

Dalam salah satu tulisannya, Alwy meminta argumentasi dari para Deklarasi kelahiran generasi baru dalam sjarah sastra Indonesia ini

1•1•11ggagasnya atas lahimya sastrawan generasi cyber, seolah-o l a h dia ditandai dengan peluncuran situs sastra www.cybersastra.net dan kum­

111l'miliki argumentasi yang kuat kenapa dia menjadi penyair. Ada kesan pulan puisi Graiti Gratitude yang dieditori oleh Cunong Nunuk Suraja,

p11la ia punya argumentasi yang kuat kenapa dia menjadi penyair sui. Medy Loekito, Nanang Suryadi, Sutan lwan Soekri Munaf, dan Tulus

l\111.ihal, kenapa dia menjadi manusia dan kenapa lahir di sini pun tak Widjanarko pada 9 Mei 200 I di Hotel Sahid Jaya, Jakarta .

11 ,111 mampu memberi argumentasi seperti yang dipaksakannya harus Sejak lahimya generasi baru dalam sastra Indonesia tersebut, sel ain

1, l,1 pada sastrawan cyber. Seperti mau memasuki sebuah perkampungan, kritik yang wajar, hantaman demi hantaman datang silih berganti, se­

1 ,lnwan cyber harus menunjukkan kartu identitas. Kenapa memahami pertinya para "Orang Tua"dalam sastra Indonesia tidak rela menerima

huah generasi dari "argumentasi" , kartu identitas, dan bukan dari karya 111µ dihasilkan oleh generasi tersebut?

293 Saya seperti melihat Sisyphus yang mendorong batu ke bukit Tartar, r simbol, metafora, repetisi, dan pi anti sastra lainnya, maka sastra cyber dan begitu sampai di puncak, batu itu menggelinding ke bawah kem­

SUSASTRA

ASEP SAMBODJA

masih sah dianggap sebagai karya sastra.

bali. Setelah itu Sisyphus akan mendorong batu itu ke atas kembali, Meskipun sastrawan generasi cyber dianggap sebagai "Anak Haram" menggelinding, dorong lagi, terus-menerus, selalu berulang. Dan sikap

lalam sastra

Orang Tua dalam dunia sastra Indonesia seperti layaknya Sisyphus yang Indonesia, maka ia pun memiliki hak hidup yang sama dengan sas­ · melakukan pekerjaan sia-sia seperti itu. Pertanyaan yang sama, peleceh­

trawan generasi lainnya. Meskipun sastra cyber dianggap sebagai "Tong an yang sama, yang itu-itu saja, selalu dilontarkan "Orang Tua" pada

Sampah"dalam sastra Indonesia, maka ia pun memiliki hak hidup yang kelahiran generasi baru.

sama dengan tong-tong sampah dalam sastra Indonesia l a i nnya. Selama Sepertinya tidak ada pertanyan "cerdas" yang perlu dilontarkan pada

masih ada pemikiran "elu-elu gue-gue" (istilah Juniarso Ridwan yang seorang "Anak Haram" sekalipun. Memang, ada satu-dua di antara me­

relevan ditujukan pada semua pihak) ataupun ada pemikiran "wama kola reka itu yang memiliki sikap arif dan b}ak, seperti Jakob Sumardjo yang

\lwy" , maka kehidupan sastra Indonesia tidak akan sehat, sebagaimana mengkritisi Cyberpuitika, dengan mengatakan perlunya eksplorasi yang

yang kita lihat sekarang ini, di mana sejarah sastra Indonesia masih terbe­ se maksimal mungkin pada mesin digital. Sepedas apa pun ungkapan Jakob

lcnggu dalam kanonisasi, masih tergantung pada kata pemegang otoritas, Sumardjo, namun jika diniatkan untuk sebuah k y a yang lebih baik, maka

�:ccuali disertasi Faruk yang telah dibukukan, Novel-Novel Indonesia: sudah sewajamya hal itu menjadi pemacu atau meminjam istilah Ren­

/i-adisi Balai Pustaka 1920-1942 (2002).

dra, menjadi daya hidup bagi sebuah generasi. Demikian halnya dengan Dan pemegang otoritas sastra Indonesia pe11ama di Indonesia adalah gugatan Juniarso Ridwan, yang memberi penekanan yang sama dengan

�olonial Belanda, yang membentuk Commissie voor de Jndlandsche Jakob Sumardjo. Karena, bagaimanapun, tidak ada karya manusia yang

1'chool en Volkslectuur (Komisi untuk Bac.an Sckolah Pribumi/Inlander sempuma di dunia ini. Begitu juga dengan karya sastrawan generasi cyber

clan Bacaan Rakyat), yang selanjutnya mendirikan Balai Pustaka. Lem­ yang memang masih memer l ukan waktu untuk tidak sekadar mewujudkan

li,1ga ini pada hakikatnya adalah membonsai pemikiran masyarakat (yang eksistensi, tapi juga memberikan arti pada sesuatu yang kelak retak ini,

li�cbut inlander oleh kumpeni) yang menerbitkan berbagai karya sastra sebagaimana yang dikatakan Goenawan Mohamad.

1,•ngan menggunakan bahasa Melayu campuran (baik oleh kalangan Tapi, ketika Jakob Sumardjo mengatakan bahwa sastrawan cyber masih

pl ibumi, kaum peranakan Cina, maupun peranakan Eropa) , dan tidak sangat terpengaruh dengan radisi sebelumnya, yakni tradisi tulisan, Jakob

1111kal dengan bahasa baku yang dimaui kumpeni, yakni sesuai buku seperti melihat sasra cyber sebagai "Alien" , makhluk yang sama sekali

, 1/ab log at Melajoe ( 190 l) karya Charles Adriaan van Ophuijsen (yang baru, aneh, yang "haram" menggunakan kata-kata atau medium bahasa

111gat dibantu oleh Engku Nawawi gelar Sutan Makmur dan Muham- dalam pengungkapan pesan atau makna dalam karya sastra yang ditam pil

11i1d raib Sutan Ibrahim) , yang sekarang ini kita kenal sebagai ejaan van kan di Cybepuitika. Tidakkah hal yang sama juga tampak dalam karya

·1phuijsen. Sementara sastra Indonesia yang terbit di luar Balai Pustaka sastra tulis sekarang ini yang masih berkutat dalam tradisi kelisanan"

111111dapat julukan

(Damono, 1999b ). yang tidak mengenakkan oleh kumpeni (dan dilestarikan oleh penulis Dan Juniarso Ridwan, yang mempertanyakan apakah jika tanpa kata

J,11,1h sastra Indonesia sampai sekarang, seperti Aj ip Rosi di dan Pamusuk kata, suatu karya masih layak disebut sastra, seperti mengulang pertanyaan

I 111 �le), yakni sebagai "Bacaan Liar'', yang boro-boro dicatat oleh penulis

yang sama ketika kita menghadapi karya Danarto, sebuah puisi konkrcr J,11 ,1h sastra Indonesia. Dan baru kali ini ada kesadaran dari penerbit besar yang berisi sembilan kotak itu. Apakah itu bukan sastra? Aneh rasanyil

, .. ·,11 Gramedia Group untuk menerbitkan kembali karya-karya sastra kalau puisi konkret Danarto diterima sebagai sebuah karya sastra, sedani

h1,1 pcranakan yang lulu teralienasi, terkucilkan. kan Cyberpuitika tidak. Se lama masih ada kata, makna yang tersembuny1

1111 rerjadi dalam kurun waktu yang cukup lama, hampir satu abad

295 Ji1I. 111h1111 1900. Kini, ha! yang sama dialami oleh sastrawan generasi

SUSASTRA

ASEP SAMBODJA

Pcnutup

lyhcr, d1 mana kaya-karya yang ditelurkan melalui intenet, yang diamini sebagai karya yang instan karena canggihnya teknologi intenet, disebut

Aku tulis pamphlet ini

sebagai "Anak Haram" atau "Tong Sampah". Gaya kumpeni yang dipakai

Karena kawan dan lawan adalah saudara

kembali oleh Ahmad Syubbanuddin Alwy dan Ahmadun Y osi Herfanda

Di dalam alam masih ada cahaya Matahari yang tcnggelam diganli rembu l an

itu disematkan pada sastrawan generasi cyber, yang hendak nengatakan

Lalu besok pagi pasti terb1t kembah

Yang bukan kampret tidak ambil bagian (pleselan dari ungkapan Chair il

Dan di dalam air lumpur kehidupan

Anwar).

Aku melihat bagai tcrkaca:

Warisan Sisyphus pun tenyata kekal sanpai sekarang ini. "Orang

Ternyata kita, toh, manusia!

Tua" dalam sastra Indonesia seringkali nelontarkan pertanyaan yang sama, pelecehan yang sama, yang seharusnya dibuang ke tong sampah,

Rendra

yang sebenamya sia-sia. Saya ingin mengatakan, bahwa lahimya s as ­ Apa yang dapat dipelajari dalam penulisan sejarah sastra lndone­ trawan generasi cyber ini ibarat bola salju yang telanjur menggelinding.

Lu? Terbukti bahwa ketika polilik memasuki wilayah sastra denikian yang makin lama makin mcmbesar dan melibas kcrikil-kerikil bahkan

;L,lam, sebagaimana Lckra yang mengusung semboyan "politik adalah tembok yang mencoba menghalaunya. Bola salju itu terus menggelinding

1 .,nglima", maka yang terjadi adalah keterpurukan. Mernang, sastrawan hingga entah-sesuatu yang tak seorang pun mampu menjawabnya. haiknya mengerti masalah politik, dan harus bersikap ketika melihat

Pada 2008 ini kita bisa mclihat perkembangan sastra cyber itu. Setiap k'li<lakadilan di depan matanya, merespons melalui karya sastra. I Tanya sastrawan akan memiliki situs atau website sendiri. Setiap sastrawan

qa, ketika politik dipaksakan ke seluruh bidang kehidupan, termasuk akan bersuara sesuai dengan hati nuraninya sendiri. Tanpa sensor dari

ki w1layah sastra, maka yang muncul adalah kejenuhan dan kejumu- redaktur-redaktur tertentu. Cybersastra yang dikatakan tong sampah

1;111 Karena, sastrawan tidak dapat dipaksa untuk melulu bicara politik. oleh Ahmadun Y. Herfanda itu kini menJelma menjadi ruang publik

11,trawan juga tidak bisa ditekan dengan kebijakan politik yang mem- yang penuh wana. Kegiatan sastra di Indonesia semakin narak dengan

bdcnggu dan memberangus gagasan. Adakalanya seorang sastrawan berkenbangnya cybersastra. Komunikasi nenjadi lebih cepat dan tepat •l&in merenungi hidup ini, ingin bicara tentang cinta, atau kenatian. ssaran dengan adanya intenet. Produksi sastra akan neningkat berl ipat·

I 111 1k harus bicara tentang

lipat. Sastra akan dihasilkan dan diniknati dengan segera. Begitu karya 1:volusi-apalagi revolusi yang belum selesai. kita selesai ditulis, langsung bisa dipublikasikan (yakni melalui blog

S:n11nan dan sastrawan tidak membutuhkan instruksi seperti yang atau situs pribadi). Kualitas karya sastra tidak lagi ditentukan oleh selera

h·,ca pada Mukaddimah Lekra, melainkan membutuhkan kebebasan, satu-dua redaktur sastra, tapi ditentukan oleh pembaca sastra cyber pada

l� 1pun kebebasan itu harus direbut sendiri. Akan tetapi, seiring dengan umumnya. Sela in itu, karya sastra cyber bisa diakses secara luas, hingga

J,1lannya waktu, setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 berakhir ke luar negeri. Tidak heran media massa di lndonesia juga nemerlukan

;11 Ld.ra mengalani nasib naas, tidak berarti bahwa kaya publikasi nelalui intenet. LihatsajaKompas, Tempo, Antara, Media In donesia, Sinar Harapan, SCT. atau media besar lainnya, pasti memilik1 ,�Ira yang telah nereka hasilkan dianggap tidak ada.

D,1l,1m penulisan sejarah sastra, tidak ada istilah kalah dan menang. situs internet. Artinya apa? Artinya publikasi melalui intenet itu penling

lu.111va harus dicatat, keduanya dapat tempat, ujar Chairil Anwar. De­ karena sangat mengikuti perkembangan zaman.

lk1:111 halnya dengan penulisan sejarah sastra lndonesia 1960-an yang l 1 1hu pasti nenyinggung sastrawan Lekra dan sastrawan Manikebu.

297 adil terhadap semua kaya sasra yang mereka hasilkan. Jikakita memberi

SUSASTRA

ASEP SAMBODJA

menekan. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan gcrakan yang penghargaan yang sama pada karya sastra yang lahir dari sastrawan Lekra

lebih bersifat politik radikal (Kartodirdjo, 1993). Kesadaran dan sastrawan Mani<ebu, maka yang tampak adalah perbedaan-tematik

kebangsaan mulai muncul sebagai dampak dari politik ctik dan stilistik-atau keberagaman, yang seyogyanya kita anggap sebagai

yang diserukan van Deventer.

kekayaan khasanah sastra Indonesia. Kaya dalam hal estetika. Pada mulanya ada l ah pikiran/pemiki.ran, yang membuat sastrawan

PenerbitBalai Pustaka berdiri pada 22 September 1917. Kaya Lekra memaksakan konsep "realisme sosialis", yangmenginginkan semua

sastra yang diterbitkan tidak bolch bertentangan dengan poli­ sastrawan menciptakan karya sastra revolusioner. Akan tetapi, temyata, tik pemerintah kolonial Belanda. Akibatnya, isi novel Sa/ah tidak semua orang dapat ditundukkan oleh kekuasaan, terutama anak­

Asuhan karya Abdul Muis berbeda jauh dengan isi aslinya. anak muda-yang memili<i jiwa yang bebas-dan mereka memiliki

Novel Belenggu ditolak oleh Penerbit Balai Pustaka. Novel­

novel yang dicap sebagai "bacaan liar" , "novel picisan" , pihak lain, atau melakukan hegemoni terhadap semua pihak, maka akan

pemikiran tersendiri. Sctiap ada upaya satu pihak untuk m e ndomin as i

dan novel yang dinilai dapat meracuni masyarakat tidak bisa menimbulkan resistensi atau perlawanan dari pihak lain. Sudah mcnjadi

diterbitkan Balai Pustaka. Karena itu, karya-karya Marco hukum alam bahwa semakin besar pemndasan yang dilakukan penguasa,

Kartodikromo, Semaocn, Kwee Tek Hoay, Tan Boen Kim, dan maka semakin besar pu la resistensi terhadap penguasa. Dan, Lekra sudah

Liem Wie Leng yang mengangkat tema-tcma anti imperial isme

dan menggunakan bahasa Melayu Rendah tidak diterbitkan hikmah di batik peristiwa itu.

melakukan dan memetik hasilnya. Sekarang tinggal kita men g am b il

Balai Pustaka.

Dalam keadaan/posisi berada di "atas" roda, apakah kitajuga akan menindas sastrawan Lekra yang tengah berada dalam posisi di "bawah''

Novel Student Hidjo karya Mas Marco Kartodikromo terbit. roda? Misalnya, tidak memasukkan karya-karya sastrawan Lekra dalam

l'.11!>:

Novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar terbit. Novel karya mereka dalam sejarah sastra Indonesia 1960-an. Persoalan etenal.

sejarah sastra lndonesia 1960-an? Saya memilih untuk m e nyerta ka n

HWI:

Siti Nurbaya karya Marah Rusli terbit. atau abadi tidaknya sebuah karya, akan ditentukan oleh sang waktu dan

pembaca di masa yang akan datang. Apakah mereka akan menerim any

Novel politik Hik y at Kadirun karya Semaoen terbit. Nur atau tidak. ltu saja.

Sutan Iskandar menerbitkan Apa D y aku karena Aku Perem­ puan. Buku puisi Tanah Air karya Muhammad Yamin terbit.

Epilog: Kronik Sejarah Sastra Indonesia

I J� , I :

Novel Rasa Merdika karya Mas Marco Kartodikromo terbit. Buku Bebasari karya Roestam Efendi terbit.

Organisasi pemuda pertama, Boedi Oetomo, lahir pada 21 Mei 1908. Misinya mengubah struktur sosial. Suatu jabatun

Dalam kongres pemuda kedua di Jakarta, 28 Mei 1928, harus dipegang oleh ahlinya, dan bukan hanya dinonopol

11u21

pemuda-pemuda Indonesia mengeluarkan resolusi berupa kaum ningrat. Dalam kongres Jong Java di Yogyakata,

Sumpah Pemuda. Bahasa Melayu ditetapkan menjadi bahasa Oktober 1908, dr. Tjipto Mangunkusumo mencita-citakan

Indonesia. Novel Sa/ah Asuhan karya Abdul Muis terbit. suatu pendobrakan masyarakat kolonial dan tradisional dengan

Naskah drama berbahasa Indonesia, Ken Arok dan Ken Dedes segala kekolotan, statisisme, diskriminasi, dan tradisi ya11g

karya Muhammad Yamin dipentaskan di kongres pemuda.

SUSASTRA

ASEP SAMBODJA

Majalah Pujangga Baru terbit. Selasih menerbitkan Ka/au

Seninan dan sastrawan mendirikan Gelanggang Seniman Tak Untung.

Merdeka pada 19 November 1946. Mereka adalah Chairil Anwar, Asrul Sani, Rivai Apin, Mochtar Apin, Henk Ngan­

J.E. Tatengkeng menerbitkan Rindu Dendam. tung, Basuki Resobowo, dan Baharuddin M.S.

Buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma karya Idrus micu Polemik Kebudayaan. STAmenyarankan agar kebudayaan

Esai Sutan Takdir Alisjahbana di majalah Pujangga Baru me­

terbit.

Indonesia diarahkan ke Barat. Polemik ini kemudian dibukukan oleh Achdiat Kartamihardja dalam Polemik Kebud y aan.

Buku Deru Campur Debu karya Chairil Anwar terbit. Chairil Anwar dijuluki sebagai Pelopor Angkatan 45 oleh HB Jass in.

Novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana Achdiat Kartahadimadja menerbitkan Atheis. terbit. I Gusti Nyoman Panji Tisna menerbitkan Sukreni Gadis Bali.

Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) berdiri pada 17 Agustus 1950. Lekra mengembangkan paham "seni untuk rakyal" dan

Amir Hamzah menerbitkan Nyanyi Sunyi.

1 "realisme sosialis" di lapangan kebudayaan. Pada 23 Oktober 1950, Asrul Sani mengumumkan "Surat Kepercayaan Gelang­

Novel Tenggelamnya Kapa/ Van der Wijck karya Hamka gang". Usmar Ismail menerbitkan Sedih dan Gembira. terbit.

Majalah Basis terbit.

Novel Belenggu karya Annyn Pane terbit. Novel Suwars ih Djojopoespito, Buiten het Garee/ ( Di Luar Jalur ) dilarang

Buku Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis terbit. Utuy oleh pemerintah Belanda.

l'li2:

Tatang Sontani menerbitkan Awai dan Mira. S. Rukfah mener­ bitkan Tandus.

Goenawan Mohamad lahir.

l'liJ:

Sitor Situmorang menerbitkan Sura/ Kertas Hjau.

Jepang masuk dan menjajah Indonesia. Pembentukan Keimin Bunka Sidhoso (Kantor Pusat Kebudayaan) melahirkan kaya­

Buku Kesusastraan Indonesia dalam Kritik dan Esai karya karya senj yang bersiat propaganda untuk kemenangan perang

1 1 J� · I :

HB Jassin terbit.

Asia Timur Raya, serta antiAmerika dan sekutu-sekutunya.

l'l�S.

Pemilihan Unum pertama digelar.

Soekamo memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Tapi, Belanda tidak mengakui kemerdekaan

Rendra menerbitkan Ba/lada Orang-orang Tercinla. lndonesia. Belanda ingin tetap menguasai Indonesia dengan mendirikan negara-negara boneka. Akibatnya, banyak seni­

l'h(1,

Sepanjang 1950-an timbul pergolakan di daerah-daerah yang man yang enggan menggunakan wana daerah, karena akan

l i l.�'I

disebabkan ketidakpuasan perimbangan pusat-daerah. Sistem dicap sebagai antek-antek Belanda.

parlementer yang diterapkan mengakibatkan pemerintahan

30 301 SUSASTRA ASEP SAMBODJA tidak pernah stabil. Soekarno menyerukan negara dalam

Mjalah sastra Horison t.:rbit. H.B. Jassin mendeklarasikan keadaan perang. la juga membubarkan Konstituante pada

Angkatan 66 dalam sastra Indonesia. Majalah Bud y a Jya Juli 1959. Dekrit presiden dikeluarkan. Dimulailah pemerin­

terbit pada tahun yang sama. Buku Tirani dan Benteng karya tahan otoriterian Soekamo yang memberlakukan demokrasi

Tauiq Ismail terbit. Buku ini terbit ulang secara komplet pada terpimpin. Ajip Rosidi menerbitkan Cari Muatan.

Cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Panjikusmin terbit sebagai plagiator. Novel Tenggelamya Kapa/ van Der Wijk

Abdullah S.P. dan Pramoedya Ananta Toer menuduh Hamka

dan bikin heboh, karena dianggap menghina umat Islam. karya Hamka dituduh sebagai plagiat dari novel Majdulin

Pemimpin Redaksi majalah Sastra, H.B. Jassin diadili. H.B. karya Al Manaluthi, yang merupakan terjemahan dari Sous

Jassin juga menerbitkan Angkatan 66: Pros a dan Puisi. I wan Jes i/leu/s karya Alphonse Karr. Tuduhan itu dimuat di Bin­

Simatupang menerbitkan Merahnya Merah. tang Timur dan Harian Rakyat. Motinggo Bus ye mencrbitkan

Ma/am Jahanam.

Remy Sylado memperkenalkan puisi mbeling.

Buku Sanhyakala Ning Majapahit karya Sanusi Pane terbit. sebagai jawaban menolak seruan "Politik sebagai panglima"

Sastrawan-sastrawan muda melahirkan Manifes Kebudayaan

Majalah Tempo terbit. Goenawan Mohamad sebagai Pemimpin yang dikumandangkan Lekra.

Redaksi.

Pada Maret 1964, para sastrawan menggelar Konferensi Kar­

K.ritik sastra aliran Rawamangun yang diusung doscn sastra yawan Pengarang se-lndonesia (KKPI). Soekamo melarang

Universitas Indonesia (UI), yakni M.S. Hutagalung, M. Saleh Manifes Kebudayaan pada 8 Mei 1964. Buku Revolusi di Nusa

Saad, dan J.U. Nasution, mendapat reaksi dari Goenawan Damai karya Ktut Tantri terbit.

Mohamad dan Arief 3udiman yang memperkenalkan kritik ganzheit atau gestalt sebagai altematif kritik analitik. Pada

Terjadi peristiwa penculikan dan pembunuhan para jcnderal tahun ini pula Sutardji Calzoum Bachri mengeluarkan Kredo yang disebut sebagai Dewan Jenderal oleh sebuah gerakan

Puisi-nya. Dami N. Toda mengibaratkan Sutardji Calzoum yang menamakan dirinya Gerakan 30 September yang di­

Bachri dan Chairil Anwar sebagai dua sisi mata uang. N.H. pimpin Letkol Untung. Pangkostrad Mayjen Soeharto, satu­

Dini menerbitkan Pada Sebuah Kapa/. satunya petinggi Angkatan Darat yang selamat dalam aksi pembunuhan itu, mengambil alih kepemimpinan di Angkatan

Sastrawan muda Bandung menggelar Pengadilan Puisi. Slamet Darat. PKI dituduh berada di balik aksi itu. Setelah PKI di­

1'>74:

Sukimanto bertindak sebagai Jaksa Penuntut Umum (JPU). larang, terjadi pembunuhan massal. Lekra dilarang. Banyak

sastrawan Lekra yang dipenjara, sebagian hidup sebaga1

l75:

Asrul Sani menerbitkan Man/era.

sastrawan eksil. perempuan aktivis yang tergabung dalam Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) banyak yang menjadi

Ajip Rosidi menerbitkan Laut Biru Langit Biru. korban perkosaan. Buku-buku karya sastrawan Lekra dila­ rang.

1'178

!wan Simatupang mendapat penghargaan South East Asia

303 Write Award (Hadiah Sastra ASEAN) dari pemerintah Thai­

SUSASTRA

ASEP SAMBODJA

Dalam seminar Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia land. Para sastrawan yang mendapat penghargaan serupa

(HISKI) di Padang, Subagio Sastrowardoyo mengusulkan pada tahun-tahun setelahnya adalah Sutardji Calzoum Bachri,

teori dan kritik sastra yang khas Indonesia. Putu Wjaya, Goenawan Mohamad, Marianne Katoppo, Y.B.

Pementasan Suksesi Teater Koma yang disutradarai N. Rian­ Djoko Damono, Umar Kayam, Danarto, Gerson Poyk, Ariin

Mangunwijaya, Budi Danna, Abdul Hadi W.M. , Sapardi

tiano dilarang. Sebelumnya, pada tahun yang sama, Teater

C. Noer, Subagio Sastrowardoyo, A.A. Navis, Ramadhan Koma menientaskan Konglomerat Burisrawa yang mengritik K.H. , Tauiq Ismail, Ahmad Tohari, Rendra, Seno Gumira

kartel bisnis raksasa di Indonesia.

Ajidarma, N. Riantiano, Kuntowijoyo, Wisran Hadi, Saini K.M., Darmanto Jatman, Gus tf. Sakai, Acep Zamzam Noor,

Nirwan Dewanto membacakan pidato kebudayaan dalam Sitor Situmorang, dan Suparto Brata.

kongres kebudayaan keempat. Menurut dia, setiap manusia berpotensi untuk menciptakan kebudayaan. Ia mengusung

Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa karya Pramoedya semangat pluralisme dan multikulturalisme. Pidatonya dibu­ Ananta Toer terbit. Buku itu diikuti dengan terbitnya Jejak

kukan dalam Senjakala Kebudyaan. Langkah ( 1985) dan Rum ah Kaea ( 1988). Buku Potret Pem­ bangunan dalam Puisi karya Rendra terbit.

Majalah Tempo, Edito, dan tabloid Detik dibredel. Majalah Ka/am terbit. Kusprihyanto Namma (Ngawi) , dan Beno Siang

Buku Burung-burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya ter­ Pamungkas (Tega!) mengusung Gerakan Revitalisasi Sastra bit. Buku Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi terbit.

Peda l aman dan menghujat "Pusat" dan "elit sastra nasional" sebagai sumber kekuasaan yang mendominasi "sastra ko­

Pramoedya A nan ta Toer menerbitkan Tempo Doeloe: Antologl

ran".

Sstra Pra-!ndonesia.

l')�:

D.S. Moeljanto dan Tauiq Ismail menerbitkan buku Prahara

Dalam sarasehan kesenian di Solo, 28 Oktober 1984, Ariel Budaya. Pramoedya Ananta Toer menerima penghargaan Heryanto memperkenalkan sastra kontekstual, yakni sejeni

hadiah Magsaysay. Tauiq Ismail dan Mochtar Lubis mem­ pemahaman atas seluk-beluk kesusastraan dengan meninjau

protes pemberian penghargaan itu. Muncul polemik hadiah kaitannya dengan konteks sosial historis kesusastraan yang

Magsaysay. AS Laksana menerbitkan buku Polemik Hadiah · bersangkutan.

Magsysy.

Claudine Salmon menerbitkan buku Sastra Cina Peranakan

Penyair Wiji Thukul diculik dan dibunuh. dalam Bahasa Me/yu. Ariel Heryanto menerbitkan Perdt batan Sastra Kontekstual.

IYl7

IVOH

Pada 21 Mei 1998, Soeharto lengser dari jabatannya. B.J. Habibie menggantikannya. Terjadi kerusuhan l 3-14 Mei

Linus Suryadi Ag. menerbitkan buku antologi puisi Indonc'1 1998, yang mengakibatkan banyak ma! yang terbakar, yang secara lengkap, Tonggak. Yayasan Lontar berdiri.

menelan banyak korban jiwa. Perempuan keturunan Tionghoa juga banyak yang menjadi korban perkosaan. Buku-buku

305 karya sastrawan Le.ra bisa muncul ke permukaan. Ayu Utami

SUSASTRA

ASEP SAMBODJA

Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.

mengibarkan sastra yang beraroma seks melalui Saman. Ha­ rian Kompas menyambutnya dengan istilah "sastra wangi".

Pemilihan presiden secara langsung yang dilakukan petama Majalah Tempo terbit kembali.

kali di Indonesia. Soesilo Bambang Yudhoyono terpilih se­ bagai pres id en, mengalahkan Megawati. Di dunia sastra, para

Pemilu demo.ratis kedua yang diselenggarakan di Indonesia sastrawan muda mendeklarasikan lahimya generasi sastrawan setelah Pemilu 1955. PDI Perjuangan yang dipimpin Mega­

cyber. Sastra di intenet merupakan terobosan baru bagi para wati Soekamoputri memperoleh suara terbesar. Namun, yang

sastrawan untuk berekspresi dan mempublikasikan karyanya terpilih menjadi presiden adalah K.H. Abdurrahman Wahid

secara bebas. Novel Ayat-ayat Cini a karya Habiburrahman El (Gus Dur).

Shirazy terbit. Yayasan Lontar mendokumentasikan biografi sastrawan Indonesia, di antaranya Pramoedya Ananta Toer,

Korrie Layun Rampan rnengumurnkan adanyaAngkatan 2000. Agam Wispi, Ahmad Tohari, Umar Kayan, Sapardi Djoko

H.B. Jass in neninggal di Jakarta. Buku Aku lngin Jadi Peluru Damono, Sutan Takdir Alisjahbana, Putu Oka Sukanta, dan karya Wiji Thukul terbit.

l ain-lain. Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir dibunuh. Buku Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan karya lgnas

Mulai 200 I, penghargaan Khatulistiwa Literary Award (KLA)

Kleden terbit.

diberikan kepada sastrawan yang menghasilkan karya sastra terbaik. Mereka yang pemah mendapatkan penghargaan ini

Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terbit. Novel ini antara lain Goenawan Mohamad, Remy Sylado, Hansad

dan novel Ayat-ayat Cinta nenjadi novel pa l in g laris (best Rangkuti, Seno Gumira Ajidarma, Linda Christanty, Sa­

seller) dalarn sejarah penerbitan novel di Indonesia. Kedua pardi Djoko Damono, Joko Pinurbo, Gus tf. , Acep Zamza

novel ini juga ditransformasi ke ilm. Noor.

'IIOi:

Yayasan Lontar menerbitkan Antologi Drama Indonesia:

Majalah Horison menerbitkan buku Harison Sastra fndonesi, 1895-2000. Penerbitan buku ini menunjukkan bahwa sejarah yang terdiri dari empat kitab, yakni kitab puisi, cerpen, novet

sastra Indonesia bukan dimulai pada 1920, melainkan pada dan drama. Dalam buku ini, Hamzah Fansuri yang hidup di ab:

1895. Anton Kumia menerbitkan Ensiklopedi Sastra Dunia. ke-17 dimasukkan sebagai sastrawan Indonesia yang pertama,

Novel Kalatidha karya Seno Gunira Ajidanna terbit. Buku

Sapardi Djoko Damono dan lgnas Kleden mendapat peng, kumpulan puisi Otobiograi karya Saut Situmorang terbit. hargaan Ahmad Bakrie Award karena jasanya di bidan

Saut adalah salah satu sastrawan yang menggerakkan sastra kesusastraan dan pemikiran. Sastrawan dan intelektual yan

cyber, sastrawan Ode Kampung, dan majalah Boemipoetra. menerima penghargaan yang sama pada tahun-tahun berikut,

nya adalah Goenawan Mohamad, Nurcholish Madjid, Bud1

Buku-buku Pramoedya Ananta Toer yang dicetak u l ang dan Darma, Sartono Kartodirdjo. Frans Magnis Soeseno yan

illlN

buku-buku korban tragedi 1965 yang ingin meluruskan sejarah seharusnya mendapatkan penghargaan tersebut menolak ka,

marak di toko-toko buku, dan menjadi buku laris. Misalnya, rena keterkaitan perusahaan Ba.rie dengan bencana Lump

Suara Perempuan Korban Tragedi 65 karya lta F. Nadia.

SUSASTRA

ASEP SAMBODJA

Adam, Asvi Warman. 2004. Soeharto Sisi Gel p Sjarah Indonesia. Yogyakarta: Soedarsono. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Onbak.

I/orison. No. 9-10, Tahun XXVIII, edisi September-Oktober 1993. Ajidanna, Seno Gumira. 2007. Kalatidha. Jakarta: Gramedia.

_. No. 6-10, Tahun XXX, edisi Oktober 1995.

Ajoeb, Joebar. 2004. Sebuah Mocopat Kebud y aan Indonesia. Jakarta: Teplok Ismail, Taufiq dkk. 1995. Ketika Kata Ketika Warna. Jakarta: Yayasan Ananda. Press.

_. 2001. Harison Sastra Indonesia (empat jilid). Jakarta: Horison. Alisjahbana, Sutan Takdir. 1935."Menuju Masyarakat dan Kebudayaan

lsnail, Yahaya 1972. Pertumbuhan, Perkembangan, dan Kejatuhan Lekra di Baru,"dalam Achdiat Kartanihardja. Polemik Kebud y aan. Jakarta:

Indonesia:

a. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Anwar, Chairil. 1990. Aku lni Binatang Jalang. Jakarta: Gramedia.

Balai Pustaka.

\'atu Tinjauan dari Aspek Sosio-Bud y

Pustaka.

Aveling, Harry. 2003. Rahasia Membutuhkan Kata: Puisi Indonesia 1966-1998.

B. 1968. Angkatan 66: Prosa dan Puisi. Jakarta: Gunung Agung. Magelang: lndonesiatera.

lnssin, H .

_ . 1985. Tfa Peyair dan Daerahnya. Jakarta: Gunung Agung. Braginsky, V.I. 1998. Yang Ind ah, Berfaedah dan Kamal: Sejarah Sastra Melu

_ _ _ . 1987. Pujangga Baru: Prosa dan Puisi. Jakarta: Haji Masagung. dalamAbad 7-19. Jakarta: INIS.

_ . 1993. Kes11sastraan Indonesia d1 Masa Jepcmg. Jakarta: Balai Pustaka. Budiman, Arief. 2006. Kebebasan, Negara, Pembangiman: Kumpulan Tulisan

.nrtamiharja, Achdiat. 1998. Polemik Kebudayaan. Cet. Ill. Jakarta: Balai 1965- 2005. Jakarta: Alvabet dan Freedom Institute.

Pustaka.

Damono, Sapardi Djoko (ed.). 1987. HBJassin 70 Tahun: KumpulanKarangan. � artodirdjo, Sartono. 1993. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Jakarta: Gramedia.

Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme. Jakarta: __ . 1999a. Polilik ldeo/ogi dan Sastra Hibrida. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Gramedia.

__ . 1999b. Sihir Rendra: Permainan Makna. Jakarta: Pustaka Firdaus. •. kdcn, lgnas. 2004. Sstra Indonesia dalam Enam Pertanyaan. Jakarta: Freedom Eneste, Pamusuk I 988. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Moden. Jakarta:

Institute dan Graiti.

Djarnbatan. I .wit, Ernest Ulrich. 1987. "Data Statistik tentang Daerah Asal Para Pengarang __ . 200 I a. Bibliograi Sastra Indonesia. Magelang: Indonesia Tera.

Indonesia," dalam Sapardi Djoko Damono (ed.). HB. Jassin 70 Tahun. __ . 2001 b. Buku Pintar Sastra Indonesia. Jakarta: Kon pas.

Jakarta: Gramedia.

Faruk. 2002. Novel-Novel Indonesia Tradisi Balai Pustaka 1920-1942. Yogya­ _ . 1988. Bibliograi Karya Sastra Indonesia dalam Majalah: Drama, Prosa, karta: Gama Media.

Puisi. Yogyakarta: Gadjahnada University Press. Foulcher, Keith. 1986. Social Commitment in Literature and The Arts: The

. 2000. Sumber Terpi/ih jarah Sastra Indonesia Abad X. Jakarta: Ke­ Indonesian "Institute Peple s Culture" 1950-1965. Australia: Centre

pustakaan Populer Granedia.

of Southeast Asian Studies, Monash University. 1 . 1 111to w ijoyo. t 995. Pengantar llmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang. __ . 1988. "Roda yang Beputar: BeberapaAspek Perkembangan Sastera lndo•

1999. Bud y a dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana. nesia Sejak 1965",dalam Prisma No. 8 Tahun XVII. Jakarta: LP3ES.

2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. __ . 1991. Pujangga Baru: Kesusastraan dan Nasionalisme di Indonesia

•11r11awan, Eka. 2006. Pramoedya Anania Toer dan Sastra Realisme Sosialis. 1933-1942. Jakarta: Girinukti Pasaka.

Jakarta: Gramedia.

__ . 1994. Angkatan 45: Sastra, Politik Kebudayaan danRevolusi Indonesia .. ina, I ,! A.S. 1997. Polemik Hadiah Magsaysay. Jakarta: !SAL dan Jaringan Jakarta: Jaringan Kerja Budaya.

Kerja Budaya

__ . 2000. Sumpah Pemuda: Makna dan Proses Penciptaan atas Sebualr· I, I, lynn, John H. Et.al. 2002. Indonesian Heritage: Bahasa dan Sastra. Jakarta: Simbol Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Komunitas Bambu.

Buku An tar Bangsa.

Hadi W.M., Abdul. 1995. Hamzah Fansuri: Risa/ah Tasawuf danPuisi-Puisinya. Mu, ·I111nto, DS dan Tauiq fsmait. 1995. Prahara Bud y a: Kilas Balik ensif Bandung: Mizan.

Lekra/P Kl Dkk .. Bandung: Mizan.

Heryanto, Ariel. 1985. Perdebatan Sastra Kontekstual. Jakarta: Rajawali. I• 1l1ou11ad, Goenawan, 1993. Kes11sastraan dan Kekuasaan. Jakarta: Pustaka __ . 1988. "Masihkah Politik Jadi Panglina: Politik Kesusastraan Indonesia

Firdaus.

Mutakhir," dalan Prisma No. 8 Tahun XVII. Jakarta: LP3ES. 2002. Eksotopi: Tentang Kekuasaan, Tubuh, dan Identitas. Jakarta: Holt, C l aire. 2000. MelacakJejakPerembangan Seni di Indonesia. Terjemahan:

(,rafiti.

309 308

ASEP SAMBODJA

SUSASTRA

Sastera dan Bahasa Multatuli.

__ . 2003. "'aradigma Pengging" dalam Nancy . Florida, Menyurat yang Situmorang, Saut (ed.). 2004. Cyber Graiti: Polemik Sastra Cyberpunk. Yog­ Silam, Menggurat yang Menjelang. Yogyakarta: Bentang.

yakarta: Jendela.

__ . 2004. Setelah Revo/usi TakAda Lagi. Jakarta: Alvabet. Sumbogo, Priyono B. dan Idafarida. 1991. "Zaman lsi dan Zaman Bahasa,"dalam Nadia, Ila F. 2008. Suara Perempuan Korban Tragedi 65. Yogyakarta: Galang

Tempo, 13 April.

Press. Suryadi Ag., Linus. 1987. Tonggak: Antologi P11isi Indonesia Modern. Jakarta: Pane, Sanusi. 1935. "Persatuan Indonesia,"dalam Achdiat Kartamihardja.

Gramedia.

Polemik Suwarno, Adi la dkk. 1996. Releksi Kebuyaan. Jakarta: Panitia Dialog Terbuka Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.

Releksi Kebudayaan.

Poerbatjaraka 1935. "Sambungan Zaman," dalam Achdiat Kartamihardja. Po­ l'nnojo, Edwina Satmoko. I 981. "Ciri-ciri Bacaan Liar," Skripsi. Depok: lemik Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.

FSUI.

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah lceuw, A. 1952. Pokok dan Tokoh dalam Kesusasteraan Indonesia Baru. Jakarta: Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Puslaka.

Yayasan Pembangunan.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: _ . 1980. Sastra Bar1 Indonesia I. Ende: Nusa Jndah. Gama Media.

___ . 2989. Sastra Indonesia Modern!!. Jakarta: Pustaka Jaya. Prisma, "Ilmuwan Jangan seperti Pohon Pisang: Pandangan Sartono Karto-,

�. _ . 1994. Indonesia: Antara Kelisanan dan Keberaksaraan. Jakarta: Pustaka dirdjo," No.

Jaya.

I 0. Tahun XXIII, Oktober 1994. � - - · 1997. Citra Manusia Indonesia dalam Karya Sastra PramoedyaAnanta Rendra. 1993. Potret Pembangunan dalam Puisi. Jakarta: Pustaka Jaya

Toer. Jakarta: Pustaka Jaya

Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Moern 1200-2004. Jakarta: Serambi. l,•111po edisi khusus: Kcbangkitan Nasional I 908-2008. Edisi 19-25 Mei 2008. Rosidi, Ajip. 1977. Laut Biru Langi/ Biru. Jakarta: Pustaka Jaya.

I ncr, Pramoedya Ananta. 2003. Tempo Doeloe: Antologi Sastra Pro-Indonesia. __ . 1986. /khtisar Sjarah Sastra Indonesia. Bandung: Bina Cipta.

Jakarta:Lentera Dipantara.

__ . 1987. Puisi Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Jaya. . 2003b. Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia. Jakarta: Lentera Di- __ . 1995. Sastera dan Bud y a: Kedaerahan dalam Keindonesiaan. Jakarta:

pantara.

Pustaka Jaya. 1�,tsono, Sunu. 2007. Sastra Propaganda. Jakarta: Wedatama Widya Sastra Salmon, Claudine. 1985. Sastra Cina Peranaan alam Bahasa Melayu. Jakata:

a. Jakarta: Metaor Publishing. Balai Pustaka.

I\ 1rringa, Saskia. 2003. Lubang B1 y

Vilson (ed). 2007. Kebenaran akan Terus Hidup. Jakarta: Yappika dan lkohi. Samboja, Asep. 1995. "Pertengkaran Semu,"dalam Sinar, 2 September.

f111liono K.S. 2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Grasindo. __ . 2005. "Dua Kiblat dalam Sastra Indonesia,"dalam Totok Suhardiyanto,

m•tmulder, P.J. 1985. Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang. Cet.

dkk. Dari KamplS ke Kamus: 65 Tah11n Program Studi Indonesia. D e- I II. Jakarta: Djambatan.

pok: PSI FIB UL Sambodja, Asep danAsih Nurhayati. 2000. "PramoedyaAnanta Toer: Kreativ i tas J Saya Selesai Sampai di Sini," dalam Satunet.com, 3 Maret.

Sani, Asrul. 1997. Surat-sural Keperc y aan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sarwadi, H. 2004. Sejarah Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Mc,

dia. Sasongko, H.D. Haryo dan Melani Budianta. 2003. Menembus Tirai Asap: Kt sasian Tahanan Politik 1965. Jakarta: Amanah Lontar. Shohifullah. 2002. Pramoedya Anania Toer: Perahu yang Setia dalam Badal Yogyakarta: Bukulaela. Sikorsky, W. 1970. Tentang Sejarah Pembentukan Kesusastraan !ndones, Modern. Terj. Koesalah Soebagyo Toer. Moskwa: Mockva. Siregar, Bakri. 1964. Sejarah Sastera Indonesia Modern. Jakarta: Akadc1111

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

The Effectiveness of Computer-Assisted Language Learning in Teaching Past Tense to the Tenth Grade Students of SMAN 5 Tangerang Selatan

4 116 138