PENELITIAN PERBAIKAN PENGELOLAAN HARA P

Agritek Edisi Khusus Dies Natalis IPM ke-6 November 2007.ISSN 0852-5426.p.79-86
PENELITIAN PERBAIKAN PENGELOLAAN HARA P DAN K PADA
TUMPANGSARI KAPAS DAN KACANG HIJAU
Mohammad Cholid dan F.T.Kadarwati
Abstrak
Penelitian Perbaikan pengelolaan hara P dan K pada tumpangsari kapas dan
kacang hijau dilaksanakan dari September 1998 sampai Maret 1999 di instalasi
Penelitian Asembagus, Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menduga kebutuhan
pupuk P dan K tanaman kapas lebih tepat, didasarkan pada status hara P dan K tanah
yang dikalibrasikan dengan tanggap tanaman kapas terhadap pemupukan dan
mengetahui peran bahan organik terhadap kelarutan P. Penelitian yang dilaksanakan
terdiri atas dua kelompok kegiatan : (1) Penelitian perbaikan pengelolaan hara P dan (2)
Penelitian perbaikan pengeloaan hara K. Penelitian pengeloaan hara P terdiri dari dua
faktor disusun dalam Rancangan Petak Terbagi yang diulang tiga kali. Perlakuan bahan
organik sebagai petak utama terdiri dari : B1. Tanpa bahan organik dan B2. Pemberian
bahan organik 5 ton per ha. Perlakuan dosis pupuk P sebagai anak petak terdiri dari :
P1. 0 kg P2O5 per ha, P2. 25 kg P2O5 per ha, P3. 50 kg P2O5 per ha dan P4. 75 kg P2O5
per ha. Penelitian perbaikan pengelolaan hara K disusun dalam Rancangan Acak
Kelompok yang diulang tiga kali. Perlakuan pupuk K terdiri dari : K1. 0 kg K2O per ha,
K2. 20 kg K2O per ha, K3. 40 kg K2O per ha, K4. 60 kg K2O per ha dan K5. 80 kg K2O
per ha. Tanah dengan tektur pasir pemberian bahan organik sebesar 5 ton/ha belum

mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi kapas dan kacang hijau pada tahun
pertama. Pada status hara P sedang dan K tinggi pemberian pupuk P dan K tidak
memberikan respon yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi kapas
tumpangsari dengan kacang hijau, sehingga pemberian pupuk P dan K pada kondisi
tersebut dinilai tidak ekonomis.
Kata Kunci : Gossypium hirsutum L., Vigna radiata L., tumpangsari, pengelolaan
hara, fosfor, kalium.
Abstract
Improvement of Phosphorus and Potassium Management
for Cotton and Mungbean Intercropping
An experiment was conducted from September 1998 to Mart 1999 at Asembagus
Research Station, East Java . The objective was to predict phosphorus and potassium
plant requirement more exactly based on phosphorus and potassium soil status that
calibration to cotton fertilizing respond. The Experiment insisted two activities i.e. (1)
improvement of phosphorus management and (2) improvement of potassium
management. Split Plot Design was used to study improvement of phosphorus
management with three replications. Two organic matter applications were main plot,
viz. no-organic matter and 5 ton/ha organic matter. Four levels of phosphor fertilizing
were sub plots, viz. 0 kg P2O5/ha, 25 kg P2O5/ha, 50 kg P2O5/ha and 75 kg P2O5/ha.
Improvement of potassium management research was arrangement in Randomized Block

Design wit three replication. Five levels of potassium viz. 0 kg K2O/ha, 20 kg K2O/ha, 40
kg K2O/ha, 60 kg K2O/ha and 80 kg K2O/ha. Result showed that organic matter and
phosphorus fertilizing of cotton affected not significantly different to growth (plant

1

Agritek Edisi Khusus Dies Natalis IPM ke-6 November 2007.ISSN 0852-5426.p.79-86
height, canopy, number of vegetative and generative branches, boll number and weight of
100 bolls) and yield of cotton and mungbean intercropping on single and combination
factor. The growth and yield of cotton and mungbean intercropping was not influenced
by potassium fertilizer rate of cotton. Implication of these researches that phosphorus and
potassium status was medium to high, application of fertilizer was not needed. No
additional of phosphorus and potassium is require when the mount of them in soil was
medium to high.
Key word : Gossypium hirsutum L., Vigna radiata L., intercropping, management
nutrition, phosphorus, potassium.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan dan produksi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor salah

satunya ketersediaan hara dalam tanah. Untuk mencapai hasil serat tertentu tanaman
kapas memerlukan unsur-unsur pokok N, P, K, Mg dan S. Jumlah unsur hara yang
diperlukan bagi tanaman kapas tergantung pada beberapa produksi yang akan dicapai.
Jadi semakin tinggi target produksi kebutuhan hara semakin meningkat (Hobt and
Kemler, 1980).
Penyerapan hara N, P dan K pada berbagai fase pertumbuhan kapas dikemukakan
oleh Rude (1984), seperti tertera pada Tabel 2. Penyerapan hara terbanyak (lebih dari
80%) terjadi sejak pembentukan bunga sampai waktu pembentukan dan pemasakan
buah (umur 35-120 hari), hanya sedikit sekali yang diserap pada awal pertumbuhan
kapas.
Tabel 1. Serapan N, P dan K pada berbagai fase pertumbuhan kapas.
Table 1. Absorbility of N, P and K on cotton gowth periods.
Fase pertumbuhan
N
P
Growth periods
....%....
Kecambah ->Kuncup bunga
10
7

Seeedling->Squrring
Kuncup bunga->Pembungaan
30
31
Squrring->Flowering
Pembungaan->Pembuahan
40
35
Flowering->Bolling stage
Pembuahan->Pemasakan buah
20
27
Bolling stage->Boll maturity

K

7
23
53
17


Walaupun kebutuhan NPK pada awal pertumbuhan kapas kurang dari 20% tetapi
perlu tersedia. Kekurangan N pada periode ini akan menghambat pertumbuhan dan

2

Agritek Edisi Khusus Dies Natalis IPM ke-6 November 2007.ISSN 0852-5426.p.79-86
mengurangi pembentukan kuncup bunga.

Kekurangan P akan menghambat

perkembangan akar, sedangkan kekurangan K akan mengurangi vigor tanaman,
ketahanan kapas terhadap kekeringan dan penyakit (Guinn, 1982).
Pemupukan berimbang merupakan pengelolaan hara tanaman yang ditujukan
untuk mencapai keseimbangan optimum semua hara yang ada dalam tanah dalam
mencapai hasil yang optimal dan lestari tanpa merusak fungsi sumberdaya lahan dan
lingkungan (Sri Adiningsih et al., 1995).

Pemupukan berimbang difokuskan pada


keseimbangan unsur hara makro N, P dan K. Unsur N tidak tersedia dalam mineral
tanah, unsur P tersedia tapi lambat dan banyak faktor yang mempengaruhi
ketersediaannya, sedang K sama dengan P tetapi mobilitasnya tinggi (Bastari, 1996).
Berdasarkan “Cotton Handbook” yang disusun oleh Commercial Cotton Growers
Association (1985) bahwa pada status hara P diatas 50 ppm P2O5 dan status hara K
diatas 0,25 me/100 g tanah pada tektur pasir, diatas 0,30 me/100 g tanah pada lempung
berpasir dan diatas 0,50 me/100 g tanah pada tektur liat, pemupukan P dan K tidak
perlu dilakukan. Kebutuhan hara P dan K tanaman kapas didasarkan atas analisis
tanah tertera pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Kebutuhan hara P (P2O5) kapas berdasarkan analisis tanah
Table 2. Cotton nutrition requirement of P (P2O5) base on soil analysis.
Status P tersedia
Ekstrak Resin/Resin Extract Kebutuhan P/P requirement
Status of available P
ppm P2O5
Kg/ha P2O5
Sangat tinggi/ Very high
.>50
Nol
Tinggi/High

30 – 50
20 – 35
Sedang/Medium
15 – 30
35 – 45
Kurang/Less
7 – 15
45 – 80
Sangat kurang/Least
80
Tabel 3. Kebutuhan hara K (K2O) kapas berdasarkan analisis tanah
Table 3. Cotton nutrition requirement of K (K2O) base on soil analysis
Status K dalam tanah
Pasir
Lempung
Liat
Status of K soil
Sandy
Clay
berpasir

Sandy loam
Sangat tinggi/Very
>0,025
>30
>0,50
high
0,1-0,25
0,20-0,30
0,30-0,50
Tinggi/High
0.05-0,10
0,10-0,20
0,15-0,30
Sedang/Medium

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

POLA PENGELOLAAN ISU PT. KPC (KALTIM PRIMA COAL) Studi pada Public Relations PT. KPC Sangatta, Kalimantan Timur

2 50 43

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MELALUI ANALISIS SWOT (Studi Pengelolaan Limbah Padat Di Kabupaten Jember) An Evaluation on Management of Solid Waste, Based on the Results of SWOT analysis ( A Study on the Management of Solid Waste at Jember Regency)

4 28 1

FRAKSIONASI DAN KETERSEDIAAN P PADA TANAH LATOSOL YANG DITANAMI JAGUNG AKIBAT INOKULASI JAMUR MIKORIZA ARBUSKULAR DAN BAKTERI PELARUT FOSFAT (Pseudomonas spp.)

2 31 9

INTERVENSI OBAT NEUROPROTEKTIF DITINJAU DARI PERBAIKAN GCS DAN CER TERHADAP PASIEN CVA Hemorrhagic DI RSD dr. SOEBANDI JEMBER

1 82 18

METODELOGI PENELITIAN : 13 kesalahan dalam menyusun proposal penelitian skripsi/tugas akhir.

2 51 1

Matematika Kelas 6 Lusia Tri Astuti P Sunardi 2009

13 252 156

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang)

7 72 52

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA MUSIM TANAM KETIGA

2 27 50