MAKALAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM KONSE

MAKALAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM AZYUMARDI AZRA
Tugas Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Pemikiran Pendidikan Islam
Dosen pengampu:
La Rajab, M.A

Disusun oleh Kelompok II:
1. Nama
Nim
2. Nama
Nim
3. Nama
Nim
4. Nama
Nim

:Frida Umi Kulsum
:150301058
:Lisna Ekawati
:150301056

:Farida Kellian
:150301059
:Saipul Abu Salam
:150301057

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) AMBON
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi dewasa ini dapat mempengaruhi perkembangan sosial budaya
masyarakat muslim Indonesia pada umumnya, atau pendidikan Islam khususnya
pesantren. Argumen panjang lebar tidak perlu dikemukakan lagi, bahwa masyarakat
muslim tidak bisa menghindarkan diri dari arus globalisasi tersebut, apalagi jika ingin
survive dan berjaya di tengah perkembangan dunia yang kian kompetitif.1
Memang harus diakui bahwa, hingga kini pendidikan Islam masih berada
dalam posisi problematik. Di satu sisi, pendidikan Islam belum sepenuhnya bisa

keluar dari idealisasi kejayaan pemikiran dan peradaban Islam masa lampau yang
hegemonik; sementara di sisi lain, pendidikan Islam juga “dipaksa” untuk mau
menerima tuntutan-tuntutan masa kini, khususnya yang datang dari Barat, dengan
orientasi yang sangat praktis. Kenyataan tersebut acap kali menimbulkan dualisme
dan polarisasi sistem pendidikan.
Kenyataan yang demikian, menurut Azyumardi Azra perlu segera dicarikan
solusinya. Menurutnya, dalam pendidikan Islam perlu dikembangkan strategi
pendekatan ganda dengan tujuan untuk memadukan pendekatan-pendekatan
situasional jangka pendek dengan pendekatan konseptual jangka panjang. Sebab,
pendidikan Islam adalah suatu usaha mempersiapkan muslim agar dapat menghadapi
dan menjawab tuntutan kehidupan dan perkembangan zaman secara manusiawi.
Karena itu, hubungan usaha pedidikan Islam dengan kehidupan dan tantangan itu
haruslah merupakan hubungan yang parsial dan bukan hubungan insidental dan tidak
menyeluruh. Di sini letak pentingnya sebuah upaya pembenahan dalam sistem
pendidikan.
Di sisi lain, Azyumardi Azra juga memberikan gagasan program modernisasi
pendidikan Islam. Azyumardi beranggapan, bahwa fenomena kemunculan “pesantren
urban”, “sekolah islam unggulan” dan sebagainya merefleksikan, bahwa pendidikan
1Azyumardi Azra. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Millenium III. (Cet II; Jakarta: Prenadamedia Group. 2014). hlm. 41.


pesantren atau yang bermodel pesantren tetap mendapat tempat yang semakin kuat.
Kini tinggal bagi pesantren itu sendiri untuk memberdayakan dirinya untuk mampu
benar-benar menjadi “pendidikan alternatif” dalam menghadapi arus modernisasi dan
globalisasi.2
Bertolak dari pemikiran-pemikiran di atas, sehingga permasalahan yang
hendak dikaji dalam makalah ini adalah difokuskan pada pemikiran Azyumardi Azra
yang berkenaan dengan gagasan pembaruan Islam. Azyumardi Azra dikenal sebagai
salah satu tokoh dalam dunia pendidikan Indonesia yang banyak mengungkap
permasalahan pendidikan Islam di Indonesia. Olehnya itu, dalam makalah ini akan
dibahas pula sosok beliau sebagai tokoh intelektual muslim yang memiliki peranan
dalam dunia pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
masalah pokok yang akan dibahas adalah gagasan, pemikiran dan pembaruan
Azyumardi Azra dalam pendidikan Islam. Dari pokok permasalahan di atas, terdapat
beberapa submasalah yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.

Bagaimana gagasan pendidikan Islam Azyumardi Azra ?


2.

Bagaimana pemikiran pendidikan Islam Azyumardi Azra ?

3.

Bagaimana pembaruan pendidikan Islam Azyumardi Azra ?

2Azyumardi Azra. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Millenium III. hlm.142.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi dan Pendidikan Azyumardi Azra
Azyumardi Azra lahir di Lubuk Alung, Sumatera Barat, pada 4 Maret 1955,
adalah guru besar sejarah dan direktur sekolah pascasarjana Universitas Islam Negri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sejak Januari 2007 sampai sekarang. 3 Beliau juga
pernah bertugas sebagai Deputi Kesra pada Sekretariat Wakil Presiden RI (April

2007-20 Oktober 2009). Sebelumnya beliau adalah Rektor IAIN atau UIN Syarif
Hidayatullah selama 2 periode (IAIN, 1998-2002, dan UIN, 2002-2006).
Memperoleh gelar M.A, M.Phil., dan Ph.D. dari Colombia University, New
York (1992), pada Mei 2005 di memperoleh DR HC dalam/humane letters dari
Carroll College, Montana, USA. Beliau juga guru besar kehormatan Universitas
Melbourne (2006-9); selain itu juga anggota Dewan Penyantun International Islamic
University, Islamabad Pakistan (2005-sekarang); Komite Akademis The Institute for
Muslim Society and Culture (IMSC), International Aga Khan University (London,
2005-2010).
Dalam bidang ilmu pengetahuan dan riset, dia adalah anggota Akademi Ilmu
Pengetahuan Indonesia (AIPI, 2005-sekarang); anggota Dewan Riset Nasional (DRN,
2005-sekarang). Juga anggota Sout Heast Asian Regional Exchange Program
(SEASREP, Tokyo, 1999-2001); Asian Research Foundation-Asian Muslim Action
Network (ARF-AMAN, Bangkok, 2004-sekarang); The Habibie Center Schollship
(2005-sekarang); Ford Foun Dation International Fellowship Program (IFP-IIEF,
2006-sekarang); Asian Scholarship FOUndational (ASF, Bangkok, 2006-sekarang);
Asian Public Intellectual (API), The Nippon Foundation (Tokyo, 2007-sekarang);
anggota Selection Committee Senior Fellow Program AMINEF-Fulbright (2008).
Selain itu, beliau anggota Dewan Pendiri Kemitraan-Patnership for
Governance Refourm in Indonesia (2004-sekarang); Dewan Penasehat United Nation

Democracie Found (UNDEF, New york, 2006-8); International IDEA (Institute for
Democracie and Electoral Assistance), Stockholm (2007-sekarang); Multi Faith
Centre, Griffith University, Brisbane (2005-sekarang); LibforAll, USA (20063Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan
XVIII: Melacak Akar-akar Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia. (Cet. V; Bandung: Mizan. 1998).
hlm. 5.

sekarang) Center for the Study of Contenporary Islam (CSCI, University of
Melbourne, 2005-7); Tripsartite Forum for Inter-Faith Cooperation (New York, 2006sekarang); anggota World Economic Forum’s Global Agenda Council on the WestIslam Dialogue (Davos 2008-sekarang).
Beliau juga pemimpin redaksi Studia Islamika; Indonesia Journal for Islamic
Studies (Jakarta, 1994-sekarang); Journal of Qur’anic Studies (SOAS, University of
London, 2006-se karang); Journal of Usuluddin (University Malaya, Kuala Lumpur,
2006-sekarang); Journal Sejarah (University Malaya, Kuala Lumpur, 2005sekarang); The Australian Journal of Asian Law (Sydney, Australia, 2008-sekarang);
IAIS Journal of Civilisation Studies (International Institute of Advanced Studies,
Kuala Lumpur, 2008-sekarang); Journal of Royal Asiatic Society (JRAS, London,
2009-sekarang); Journal of Islamic Studies (Oxford Centre for Islamic Studies, 2010sekarang); dan Journal Akademika (Universiti Kerbangsaan Malaysia, 2010sekarang).
Beliau telah menerbitkan lebih dari 21 buku, yang terakhir adalah Indonesia,
Islam and Democracy: Dynamic in a Global Context (Jakarta dan Singapure, TAF,
ICIP, Equinox-Soulstice, 2006); Islam in the Indonesian World: An Account of
Institutional Development (Mizan International: 2007); (co-contributing editor),
Islam Beyond Conflct: Indonesian Islam and Western Political Theory (London:

Ashgate: 2008); Varieties of Religious Authority: “Changes and Challenges in 20 th
Century Indonesian Islam (Singapure: ISEAS, 2010). Lebih 30 artikelnya dalam
bahasa inggris telah diterbitkan dalam berbagai buku dan jurnal pada tingkat
internasional.
Pada 2005 beliau mendapatkan The Asia Foundation Award dalam rangka 50
tahun TAF atas peran pentingnya dalam modernisasi pendidikan islam; dalam rangka
peringatan Hari Kemerdekaan RI, pada 15 Agustus 2005 mendapat anugrah Bintang
Mahaputra Utama RI atas konstribusinya dalam pengembangan islam moderet; dan

pada September 2010, beliau mendapat penghargaan gelar CBE (Commander of the
Order of Britsih Empire) dari Ratu Elizabeth, Kerajaan Inggris atas jasa-jasanya
daslam hubungan antar agama dan peradaban.4
B. Gagasan Pendidikan Islam Azyumardi Azra
Sebagai salah satu tokoh pendidikan Islam di Indonesia, Azyumardi Azra juga
doktor dan guru besar sejarah, namun pandangannya terhadap pendidikan Islam tidak
diragukan lagi. Begitupun dengan gagasan beliau mengenai pendidikan Islam itu
sendiri.
Kata gagasan merupakan kata benda yang berarti hasil pemikiran; ide.
Beberapa gagasan atau ide Azyumardi Azra tentang pendidikan Islam telah banyak
dimuat dalam beberapa tulisan dan dalam bentuk buku. Diantara gagasan atau ide

pendidikan Islam Azyumardi Azra sebagai berikut:
1. Tujuan Pendidikan Islam
Istilah “tujuan” atau “sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa Arab
dinyata¬kan dengan ghardu atau hadafu atau maqsu. Sedangkan dalam bahasa
Inggris, istilah “tujuan” dinyatakan dengan goal, direction, destination atau aim.
Secara istilah, tujuan adalah arah atau haluan yang hendak dicapai melalui upaya atau
aktivitas.
Tujuan pendidikan Islam, menurut Azyumardi Azra ialah terbentuknya
kepribadian utama berdasarkan nilai-nilai dan ukuran Islam. Tetapi, seperti
pendidikan umum lainnya, tentunya pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuantujuan yang lebih bersifat operasional sehingga dapat dirumuskan tahap-tahap proses
pendidikan Islam mencapai tujuan lebih jauh. Tujuan pendidikan Islam yang
dimaksud adalah tujuan pertama-tama yang hendak dicapai dalam proses pendidikan
itu. Tujuan itu merupakan “tujuan antara” dalam mencapai “tujuan akhir” yang lebih
4Azyumardi Azra. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium
III. hlm.323-325.

jauh. Tujuan antara itu, menyangkut perubahan yang diinginkan dalam proses
pendidikan Islam, baik berkenaan dengan pribadi anak didik, masyarakat maupun
lingkungan tempat hidupnya.
Tujuan pendidikan akan sama dengan gambaran manusia terbaik menurut

orang baik tertentu. Mungkin saja seseorang tidak mampu melukiskan dengan katakata tentang bagaimana manusia yang biak yang ia maksud. Sekalipun demikian tetap
saja ia menginginkan tujuan pendidikan itu harislah manusia terbaik. Tujuan
pendidikan sama dengan tujuan manusia. Manusia menginginkan semua manusia,
termasuk anak keturunannya, menjadi manusia yang baik. Sampai disini tidaklah ada
perbedaan antara seseorang dengan orang lain. Perbedaan akan muncul tatkala
merumuskan ciri-ciri manusia yang baik itu tertentu.5
Tujuan hidup muslim sebagaimana firman Allah dalam QS al-Dhariyat/51: 56.
٥٦﴿ ‫ت ٱل عنج لين يوٱل عنإنيس نإ ل يلا لني يععبدددونن‬
‫﴾يويما ي‬
‫خل يعق د‬
Terjemahnya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.6
Kemudian dijelaskan juga firman Allah dalam QS Ali-Imran/3: 102.
١٠٢﴿ ‫﴾ يي يأ يي لديها ٱل ل ينذيين يءايمدنواا ٱتل يدقواا ٱلل ل ييه يح ل يق تديقانتنهۦ يويلا تيدموتد لين نإ ل يلا يويأندتم لدمعسلندموين‬
Terjemahnya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada\-Nya.7
Tujuan hidup muslim sebagaimana dijelaskan ayat-ayat al-Qur’an di atas,
yakni untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa dan
mengabdi kepada-Nya. Sebagai hamba Allah yang bertakwa, maka segala sesuatu
5Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami; Integrasi Jasmani, Rohani Dan Kalbu

Memanusiakan Manusi. (Cet, VI; Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ovsed, 2014). hlm. 76.
6Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya Al-Jumanatul ‘Ali. (Bandung” J-Art,
2005). hlm. 524.
7Ibid. hlm. 64.

yang diperoleh dalam proses pendidikan Islam itu tidak lain termasuk dalam bagian
perwujudan pengabdian kepada Allah swt. Tujuan hidup ini, juga menjadi tujuan
akhir pendidikan Islam.
Pendidikan Islam sebagai sebuah proses memiliki dua tujuan yakni tujuan
akhir (tujuan umum) yang disebut sebagai tujuan primer dan tujuan antara (tujuan
khusus) yang disebut tujuan sekunder. Tujuan akhir pendidikan islam adalah
penyerahan dan penghambaan diri secara total pada Allah tujuan ini bersifat tetap
dan berlaku umum, tanpa memperhatikan tempat, waktu, dan keadaan. Tujuan antara
pendiidkan Islam merupakan penjabaran tujuan akhir yang diperoleh melalui usaha
ijtihad para pemikir pendidikan Islam, yang karenanya terikat oleh kondisi locus dan
tempus. Tujuan antara harus mengandung perubahan-perubahan yang diharapkan
subjek didik setelah melakukan proses pendidikan, baik yang bersifat individual,
sosial, maupun profesional. Tujuan antara ini perlu jelas keberadaanya sehingga
Pendidikan Islam dapat diukur keberhasilanya tahap demi tahap. Tujuan antara inilah
yang biasanya dijabarkan dalam bentuk kurikulum atau program pendidikan.8

Berangkat dari tujuan-tujuan pendidikan Islam yang disebutkan di atas, jelas
menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Islam ialah hasil yang ingin dicapai dari
proses pendidikan yang berlandaskan Islam. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus
jelas konsepnya sehingga mampu diukur indikator keberhasilannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa tujuan pendidikan secara
esensial adalah terwujudnya peserta didik yang memahami ilmu-ilmu keislaman dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, terwujudnya insan
kamil, yakni manusia yang kembali kepada fitrahnya dan kepada tujuan
kehidupan¬nya sebagaimana ia berikrar sebagai manusia yang datang dari Allah
dan kembali kepada Allah.

8Toto Suharto. Filsafat Pendidikan Islam Menguatkan Epistemologi Islam Dalam
Pendidikan. (Cet. I; Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2014 ). hlm. 88-89.

2.

Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani,

yaitu curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah
kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama pada bidang atletik pada zaman
Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata
cuorier yang berarti “berlari”. Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh
oleh seorang pelari dari garis starti sampai dengan garis finish ntuk memperoleh
medali atau penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah
menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat di dalamnya. Program
tersebut berisi mata pelajaran-pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik
selama kurun waktu tertentu, seperti SD/MI (6 tahun), Mts/SMP (3 tahun),
SMA/SMK/MA (3 tahun) dan seterusnya. Dengan demikian, secara terminologis
istilah kurikulum dalam pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.9
Kemudian lebih detail Azyumardi Azra menyatakan, bahwa kurikulum
merupakan pencapaian tujuan-tujuan yang lebih terperinci lengkap dengan materi,
metode, dan sistem evaluasi melalui tahap-tahap penguasaan peserta didik terhadap
berbagai aspek; kognitif, afektif, dan psikomotorik. 10 Pengertian ini sejalan dengan
pendapat Crow dan Crow yang dikutip oleh Abuddin Nata, bahwa kurikulum adalah
rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara
sistematik yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program
pendidikan tertentu. Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh peserta didik
untuk memperoleh gelar atau ijazah.
9Zainal Arifin. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum Konsep, Teori, Prinsip,
Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model Evaluasi & Inovasi. (Cet. IV; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2014). hlm. 2-3.
10Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III. hlm. 9.

Jika diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan Islam, maka kurikulum
berfungsi sebagai pedoman perencanaan yang digunakan oleh pendidik untuk
membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, yaitu
mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna (insan kamil).
Perencanaan pendidikan bagi peserta didik muslim baik di Negara mayoritas
Islam maupun minoritas memerlukan perombakan radikal dalam bidang kurikulum
menyangkut struktur dan mata pelajaran (subject matter). Oleh karena itu,
perencanaan pendidikan Islam harus berlandaskan dua nilai pokok dan permanen,
yakni; persatuan fundamental masyarakat Islam tanpa dibatasi ruang dan waktu, dan
persatuan masyarakat internasional berdasarkan kepentingan teknologi dan
kebudayaan bersama atas nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan kata lain, setiap materi yang diberikan kepada peserta didik harus
memenuhi dua tantangan pokok: pertama, penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi; kedua,penanaman pemahaman pengalaman ajaran agama.
Dengan demikian, untuk membahas kurikulum pendidikan Islam seyogianya
diarahkan pada:
a. Orientasi pada perkembangan peserta didik;
b. Orientasi pada lingkungan sosial;
c. Orientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.11
Dalam hal ini, pengembangan kurikulum harus memberikan arah dan
pedoman untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan bakat,
minat, dan kemampuannya. Selain itu, orientasi kurikulum diarahkan juga untuk
memberi kontribusi pada perkembangan sosial, sehingga output-nya mampu
menjawab dan mengejawantahkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
Demikian juga, pendiidikan Islam harus berorientasi terhadap ilmu pengetahuan yang
memuat sejumlah mata pelajaran dari berbagai disiplin ilmu, termasuk teknologi.
11Mahmud. Pemikiran Pendidikan Islami. (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia. 2011). hlm. 141.

Azra menegaskan, bahwa kurikulum pendidikan Islam jelas selain mesti
berorientasi kepada pembinaan dan pengembangan nilai agama dalam diri peserta
didik, kini harus pula memberikan penekanan khusus pada penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hanya dengan cara ini, pendidikan Islam bisa fungsional
dalam menyiapkan dan membina SDM seutuhnya, yang menguasai iptek dan
berkeimanan dalam mengamalkan agama. Hanya dengan cara ini pula, secara
sistematis dan programatis dapat melakukan pengentasan kemiskinan secara bertahap
namun pasti.12
Oleh karena itu, sudah saatnya untuk lebih serius dalam menangani sistem
pendidikan Islam. Dengan berusaha mencapai tujuan pendidikan Islam yang
berdasarkan kurikulum pendidikan Islam, yang secara ideal berfungsi membina dan
menyiapkan peserta didik yang berilmu, berteknologi, berketerampilan tinggi, dan
sekaligus beriman dan beramal saleh.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa Gagasan Pendidikan Islam
menurut Azyumardi Azra yaitu Tujuan dari pendidikan Islam untuk terbentuknya
kepribadian terutama berdasarkan nilai-nilai dan ukuran Islam dan

kurikulum

merupakan pencapaian tujuan-tujuan yang lebih terperinci lengkap dengan materi,
metode, dan sistem evaluasi melalui tahap-tahap penguasaan peserta didik terhadap
berbagai aspek; kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.
B. Pemikiran Pendidikan Islam Azyumardi Azra
1. Demokratisasi Pendidikan Islam
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani (Demoskratos) erat kaitannya dengan
sistem perintahan atau ketatanegaraan yang dekat dengan dua istilah lainnya yaitu
monarki dan oligarki. Monarki merupakan bentuk pemerintahan yang dikuasai oleh
seorang raja. Sedangkan oligarki menunjukan bentuk pemerintahan yang dikuasai
12Azyumardi Azra. Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III. hlm. 66.

oleh sedikit atau sejumlah orang. Adapun demokrasi menunjukan bentuk
pemerintahan yang ada pada rakyat. Dalam pengertian luas demokrasi berarti suatu
pemerintahan yang ikut sertakan secara aktif semua anggota masyarakat dalam
keputusan yang diambil oleh mereka yang berwenang (wakil rakyat). Pemerintah
yang demokratis tidak berhak melakukan pemaksaan terhadap pengungkapan
pendapat, kebebasan pres, kebebasan berkumpul dan kebebasan memilih, dan lainlain. Hal ini karena sistem demokrasi menolak Diktatorianisme, feodalisme, dan
totalitarinisme.dalam demokrasi, hubungan antara penguasa dengan rakyat, bukanlah
hubunga kekuasaan tetapi berdasarkan hukum yang menjunjung tinggi HAM.13
Menurut Azyumardi Azra, demokratisasi adalah proses menuju demokrasi.
Sedangkan demokratisasi pendidikan menurut Azra, proses menuju demokrasi di
bidang pendidikan. Dengan demikian, demokratisasi pendidikan adalah proses
menuju demokrasi pendidikan Islam.
Menurut Azra, demokratisasi pendidikan Islam bertujuan akhir pembentukan
masyarakat Indonesia yang demokrasi, bersih, bermoral, dan berakhlak serta
berpegang teguh pada nilai keadaban. Selain itu, Azra juga mengemukakan beberapa
ciri demokratisasi pendidikan Islam, yaitu:
a. Adanya kurikulum yang dinamis dan memberikan ruang bagi terwujudnya
kreatifitas peserta didik, mempunyai semangat untuk melakukan perubaha
b.

sosial.
Perubahan paradigma pendidikan Islam, merubah paradigm dari otoriter ke

demokratis, tertutup ke keterbukaan, doktiner ke partisipatoris.
c. Adanya sinkronisasi antara lembaga-lembaga pendidikan Islam dengan
lingkungan masyarakat.
2. Modernisasi Pendidikan Islam

13Hadidjah. Metodologi Studi Islam. (Cet. I; Jakarta: Hiliana Press. 2011). hlm. 100.

Azyumardi Azra menyebutkan,bahwa gagasan dan program modernisasi
pendidikan Islam memiliki akar-akarnya dalam gagasan dan program modernisasi
pemikiran dan institusi Islam secara keseluruhan. Baginya, modernisasi pemikiran
dan kelembagaan merupakan prasyarat kebangkitan kaum muslimin di masa modern.
Karena itu, pemikiran dan kelembagaan Islam termasuk pendidikan haruslah
dimodernisasi dan diperbaharui sesuai dengan kerangka modernitas.14
Azra menekankan perlunya dilakukanmodernisasi pada segenap aspek
kehidupan masyarakat muslim, terlebih terkait dengan konsep pemikiran yang
merupakan landasan bagi segenap aktivitas dan ide-ide.Kerangka berpikir selayaknya
mengalami perubahan dan penyesuaian terhadap perkembangan zaman. Diperlukan
pemikiran yang terbuka dengan wawasan yang luas dan adaptif agar mampu
menyeleksi trend dan perkembangan gaya hidup. Dengan pemikiran serta wawasan
yang terbuka juga mampu menyaring perkembangan dan kemajuan teknologi yang
relevan sebagai bentuk pelayanan terhadap publik.
Hubungan antara modernisasi dan pendidikan menurut Azra, pada satu segi
pendidikan dipandang sebagai suatu variabel modernisasi yang merupakan prasyarat
dan kondisi yang mutlak bagi masyarakat untuk menjalankan program dan mencapai
tujuan-tujuan modernisasi. Tetapi pada segi lain, pendidikan sering dianggap sebagai
objek modernisasi. Dalam hal ini, pendidikan negara-negara yang tengah
menjalankan program modernisasi pada umumnya dipandang masih terbelakang
dalam berbagai hal, dan karena itu, sulit diharapkan bisa memenuhi dan mendukung
program modernisasi. Karena itu, pendidikan harus diperbarui atau dimodernisasi,
sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulnya.
Secara garis besar melihat dari input-uotput dunia pendidikan Islam yang
kemudian perlu disentuh dengan "modernisasi" secara umum Azyumardi Azra
menggambarkan:
14Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. hlm.
30-31.

1. Input dari masyarakat ke dalam sistem pendidikan.
a. Ideologis-normatif: Orientasi-orientasi ideologis tertentu yang diekspresikan
dalam norma-norma nasional (Pancasila, misalnya) menuntut sistem
pendidikan untuk memperluas dan memperkuat wawasan nasional peserta
didik.
b. Mobilisasi politik: Kebutuhan bagi modernisasi dan pembangunan menuntut
sistem pendidikan untuk mendidik, mempersiapkan dan menghasilkan
kepemimpinan modernitas dan inovator yang dapat memelihara dan bahkan
meningkatkan momentum pembangunan.
c. Mobilisasi ekonomi: Kebutuhan akan tenaga kerja yang handal menuntut
sistem pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi SDM yang
unggul dan mampu mengisi berbagai lapangan kerja yang tercipta dalam
proses pembangunan. Dalam hal ini, lembaga-lembaga pendidikan Islam
tidak sekedar menjadi lembaga transfer dan transmissi ilmu-ilmu Islam, tetapi
sekaligus juga harus dapat memberikan keterampilan(skill) dan keahlian
(abilities).
d. Mobilisasi sosial: Peningkatan harapan bagi mobilitas sosial dalam
modernisasi menuntut pendidikan untuk memberikan akses dan venue ke
arah tersebut. Dengan demikian, pendidikan Islam bukan sekedar untuk
memenuhi kewajiban menuntut ilmu belaka, tetapi harus juga memberikan
modal sehingga kemungkinan akses bagi peningkatan sosial.
e. Mobilisasi kultural: Modernisasi yang menimbulkan perubahan-perubahan
kultur menurut sistem pendidikan untuk mampu memelihara stabilitas dan
mengembangkan warisan cultural yang kondusif bagi pembangunan.15
2. Output bagi masyarakat

15Azyumardi Azra. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III. hlm. 32-33.

a. Perubahan sistem nilai: dengan memperluas peta kognitif peserta didik, maka
pendidikan menanamkan nilai-nilai yang merupakan alternatif bagi sistem
nilai tradisional.
b. Output politik: Kepemimpinan modernitas dan innovator yang secara
langsung dihasilkan sistem pendidikan dapat diukur dengan perkembangan
kuantitas dan kekuatan birokrasi sipil-militer, intelektual dan kader-kader
administrasi politik lainnya, yang direkrut dari lembaga-lembaga pendidikan,
terutama pada tingkat menengah dan tinggi.
c. Output ekonomi: dapat diukur dari tingkat ketersediaan SDM atau tenaga
kerja yang terlatih dan siap pakai, baikwhite collar maupun blue collar.
d. Output sosial: Dapat dilihat dari tingkat integrasi sosial dan mobilitas peserta
didik ke dalam masyarakat secara keseluruhan.
e. Output kultural: Tercermin dari upaya-upaya pengembangan kebudayaan
ilmiah, rasional dan inovatif, peningkatan peran integratif agama dan
pengembangan bahasa pendidikan.16
Jadi dapat ditarik kesimpulanya bahawa tujuan dari terbentuknya
demokratisasi pendidikan Islam yaitu bertujuan untuk pembentukan masyarakat
Indonesia yang demokrasi, bersih, bermoral, dan berakhlak serta berpegang teguh
pada nilai keadaban Dengan kerangka modernisasi di atas, pendidikan Islam
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dunia modern. Dengan bermodalkan
lahirnya lembaga pendidikan Islam yang berorientasi pada modernisme, melahirkan
SDM yang profesional, dan mampu memberikan akses ke arah mobiltas sosial. Agar
pendidikan islam bisa bersain dalam dunia pendidikan yang kekinian.
C. Pembaruan Pendidikan Islam Azyumardi Azra
Pendidikan Islam jelas mempunyai peranan penting dalam peningkatan SDM.
Dalam kerangka fungsi idealnya untuk peningkatan kualitas SDM, sistem pendidikan
Islam haruslah senantiasa mengorientasikan diri untuk menjawab kebutuhan dan
16Azyumardi Azra. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III. hlm. 34-35.

tantangan dalam masyarakat sebagai konsekuensi logis dari perubahan. Namun,
pendidikan Islam hingga saat ini kelihatan masih terlambat merumuskan diri
merespon perubahan dan kecenderungan perkembangan masyarakat sekarang dan
masa akan datang. Sistem pendidikan Islam tetap lebih cenderung berorientasi ke
masa silam ketimbang berorientasi ke masa depan, atau kurang bersifat futureorinted.17 Oleh karena itu, perlu adanya usaha pembaruan dan pengembangan dalam
sistem pendidikan Islam.
Menurut Azra, dalam pendidikan Islam perlu dikembangkan strategi
pendekatan ganda dengan tujuan memadukan pendekatan-pendekatan situasional
jangka pendek dengan pendekatan konseptual jangka panjang. Sebab, pendidikan
Islam adalah suatu usaha mempersiapkan muslim agar dapat mengahadapi dan
menjawab tuntutan kehidupan dan perkembangan zaman secara manusiawi. Karena
itu, hubungan usaha pendidikan Islam dengan kehidupan dan tantangan itu haruslah
merupakan hubungan yang prinsipal dan bukan hubungan insidental dan tidak
menyeluruh. Karena itu, diperlukan pendekatan dan inovasi yang objektif dan kreatif
agar dengan demikian tercipta usaha-usaha pendidikan berdasarkan kepentingan
peserta didik, masyarakat Islam dan umat manusia secara keseluruhan.
Oleh karena itu, pendidikan Islam harus direformasi, direstrukturisasi, dan
diinovasi agar dapat menyesuaikan diri dengan dinamika masyarakat dan dapat
memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat era pasar bebas.
Hasil penalaran Azra, bahwa usaha pembaruan dan pengembangan sistem
pendidikan Islam selama ini belum maksimal atau tidak komprehensif dan
menyeluruh. Karena, sebagian besar sistem pendidikan Islam belum dikelola secara
profesional. Kebanyakan lembaga pendidikan Islam masih dikelola dengan semangat
“keikhlasan”, sehingga tidak terjadi esensial dalam pendidikan Islam. Tetapi
menurutnya, tanpa harus mengorbankan semangat keikhlasan dan jiwa pengabdian,
17Ibid. hlm. 63-66.

sudah waktunya sistem dan lembaga pendidikan Islam dikelola secara profesional,
bukan hanya dalam soal penggajian, pemb;erian honor, tunjangan atau pengelolaan
administrasi dan keuangan. Profesionalisme mutlak pula diwujudkan dalam
perencanaan, penyiapan tenaga pengajar, kurikulum dan pelaksanaan pendidikan itu
sendiri.
Dengan demikian, pembaruan pendidikan Islam mesti dilakukan tidak hanya
sekedarsurvive di tengah persaingan global yang semakin tajam dan ketat, tetapi juga
berharap mampu tampil di depan. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan Islam
dimulai dari sistem dan kelembagaan pendidikan Islam. Tegasnya adalah pembaruan
pendidikan Islam yang didasarkan pada prinsi
Dapat ditarik kesimpulan dari pemikiran azyumardi azra bahwa usaha
pembaruan dan pengembangan sistem pendidikan Islam selama ini belum maksimal
atau tidak komprehensif dan menyeluruh. Karena, sebagian besar sistem pendidikan
Islam belum dikelola secara profesional. Kebanyakan lembaga pendidikan Islam
masih dikelola dengan semangat “keikhlasan”, sehingga tidak terjadi esensial dalam
pendidikan Islam. Tetapi menurutnya, tanpa harus mengorbankan semangat
keikhlasan dan jiwa pengabdian, sudah waktunya sistem dan lembaga pendidikan
Islam dikelola secara profesional, bukan hanya dalam soal penggajian, pemb;erian
honor, tunjangan atau pengelolaan administrasi dan keuangan.
D. Analisis Kritis
Dari paparan azyumardi azra dapat kita fahami bahwa pendidikan islam
sampai saat ini masih berada dalam kemunduran walaupun sudah ada tokoh-tokoh
pembaharuan terdahulu seperti yang kita ketahui, bahkan salah satu tokoh
pembaharuan islam sudah memasukan kurikulum pendidikan islam kedalam
kurikulum pendidikan moderen tujuanya agar pendidikan islam tidak hanya belajar
materi

agama saja tetapi juga materi-materi umum yang sesuai dengan

perkembangan zaman. Namun sampai saat ini pendidikan islam belum bisa dikelolah

dengan baik dan profesional sehingga pendidikan islam itu belum sepenuhnya
mampuh bersaing dengan dunia pendidikan .
Disamping itu juga sistem pendidikan Islam tetap lebih cenderung berorientasi
ke masa silam ketimbang berorientasi ke masa depan, atau kurang bersifat
futurorinted. Baginya, modernisasi pemikiran dan kelembagaan merupakan prasyarat
kebangkitan kaum muslimin di masa modern. Dan beliau juga memberikan solusinya
agar pemikiran dan kelembagaan Islam termasuk pendidikan haruslah dimodernisasi
dan diperbaharui sesuai dengan kerangka modernitas. Azra menekankan perlunya
dilakukan modernisasi pada segenap aspek kehidupan masyarakat muslim, terlebih
terkait dengan konsep pemikiran yang merupakan landasan bagi segenap aktivitas
dan ide-ide.
Kerangka berpikir selayaknya mengalami perubahan dan penyesuaian
terhadap perkembangan zaman. Untuk itu diperlukan pemikiran yang terbuka dengan
wawasan yang luas dan adaptif agar mampu menyeleksi trend dan perkembangan
gaya hidup. Dengan pemikiran serta wawasan yang terbuka juga mampu menyaring
perkembangan dan kemajuan teknologi yang relevan sebagai bentuk pelayanan
terhadap publik.
Oleh karena itu, perlu adanya usaha pembaruan dan pengembangan dalam
sistem pendidikan Islam karena pada saat ini dituntut kemampuan proyektif dan
inovatif dari semua personil pendidikan Islam dalam menagkap kecenderungankecenderungan yang terjadi di masa depan berdasarkan kondisi dan situasi yang
terjadi di dalam masyarakat pada masa sekarang. Oleh karena itu, pendidikan Islam
harus direformasi, direstrukturisasi, dan diinovasi agar dapat menyesuaikan diri
dengan dinamika masyarakat dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan
masyarakat era pasar bebas.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa gagasan Azyumardi
Azra mengenai pendidikan Islam merupakan hasil pemikiran terhadap pengembagan
mutu pendidikan Islam. Gagasan yang dimaksud adalah tujuan dan kurikulum
pendidikan Islam.
Adapun mengenai pemikiran Azyumardi Azra terhadap pendidikan Islam
yakni perhatiannya terhadap demokratisasi dan modernisasi pendidikan Islam dengan
tujuan agar mampu mengangkat martabat lembaga pendidikan islam yang
menghasilkan kualitas tinggi.
Dalam hal pembaruan, Azyumardi Azra menitikberatkan pada input dan
output pendidikan Islam bagi masyarakat. Dengan memadukan nilai-nilai tradisional
dan nilai-nilai yang berorientasi ke masa depan.
B. Implikasi
Gagasan, pemikiran, dan pembaruan pendidikan Islam Azyumardi Azra patut
menjadi acuan bagi orang-orang yang bergelut dalam dunia pendidikan Islam,

terutama kaum akademisi pendidikan Islam. Selain itu, diharapkan para generasi
muda mampu melakukan pembaruan dalam dunia pendidikan Islam dalam bentuk
aplikatif.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum Konsep, Teori, Prinsip,
Prosedur, Komponen, Pendekatan, Model Evaluasi & Inovasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2014.
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012.
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII dan XVIII: Melacak Akar-akar Pembaruan Pemikiran Islam di
Indonesia. Bandung: Mizan. 1998.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya Al-Jumanatul ‘Ali. Bandung: JArt. 2005.
Hadidjah. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Hiliana Press. 2011.
Mahmud. Pemikiran Pendidikan Islami. Bandung: Pustaka Setia. 2011.
Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam Menguatkan Epistemologi Islam Dalam
Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2014.
Tafsir, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islami; Integrasi Jasmani, Rohani Dan Kalbu
Memanusiakan Manusi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ovsed. 2014.