20465263 Mahasiswa Kampus Dan Politik

Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto

Survei ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir pada Jurusan Sosiologi FISIP UNSOED Purwokerto untuk meraih gelar Strata 1 (S1). Pada tanggal 31 Agustus hasil survei sudah diuji di depan pembimbing dan outsider dan kemudian disahkan pada tanggal 14 September 2009. Populasi survei ini adalah mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) dengan cluster sampling pada empat fakultas: FISIP, FE, Faperta dan Fapet. Sampel fakultas didistribusikan secara proporsional dan responden dirandom berdasar interval

10. Hasil survei ini dapat digeneralisasi pada level populasi.

Firdaus Putra A., S. Sos .

“Berkaryalah, sekecil apapun itu”

Firdos Putra Aditama

Untuk bapak dan ibu – Moh. Nashir & Supriyati, Wahyuningsih dan para aktivis kampus

PERNYATAAN

Dengan ini saya, Nama : Firdos Putra Aditama NIM : F1A 003074 Alamat : Ds. Surobayan 005/002 Kec. Wonopringgro Kab. Pekalongan Judul : “Mahasiswa, Kampus dan Politik: Survei tentang Partisipasi Mahasiswa

dalam Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto”

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sejauh pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Purwokerto, 14 September 2009

Firdos Putra A. F1A 003074

Disclaim : Format halaman publikasi penelitian ini tidak sama dengan edisi cetaknya (skripsi). Namun seluruh isi tidak mengalami perubahan. Saya merasa tidak perlu mengikutsertakan lembar lampiran (28 halaman yang terdiri dari banyak tabel) karena khawatir akan memperberat volume file.

LEMBAR PENGESAHAN MAHASISWA, KAMPUS DAN POLITIK

(Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto)

Oleh: Firdos Putra A. F1A 003074

Diterima dan disahkan pada tanggal 14 September 2009 Tim Penguji

1. Pembimbing I Drs. Dalhar Shodiq, M.Si.

tanda tangan

NIP.19551023 198403 1 001

2. Pembimbing II Haryadi, S.Sos., M.A. tanda tangan NIP.19751005 200212 1 002

3. Outsider Nanang Martono, S.Sos., M.Si. tanda tangan NIP.19810330 200501 1 002

Mengetahui Dekan FISIP UNSOED

tanda tangan dan stempel

Drs. Muslihudin, M.Si. NIP.19630414 198901 1 001

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih, Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Tujuan penelitian ini adalah guna memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Universitas Jenderal Soedirman.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih kepada:

1. Bapak Dalhar Shodiq, M.Si., sebagai pembimbing pertama yang secara detail mengoreksi dari awal hingga akhir.

2. Bapak Haryadi, MA., sebagai pembimbing kedua yang dengan sabar mau meluluskan perubahan judul dari pertama hingga ketiga.

3. Bapak Nanang Martono, M.Si., sebagai outsider dan juga yang membantu penulis menggunakan SPSS dan melayani berbagai pertanyaan kuantitatif.

4. Bapak Masrukin, M.Si., dan Bapak Joko Santoso, M.Si., selaku Kajur dan Mantan Kajur sebelumnya, atas dukungan akademiknya.

5. Ibu Mintarti, M.Si., dan Bapak Haryadi, MA., selaku Sekjur dan Mantan Sekjur sebelumnya, atas dukungan akademiknya.

6. Seluruh staf pengajar jurusan Sosiologi FISIP UNSOED.

7. Seluruh staf Bagian Pendidikan (Bapendik) FISIP UNSOED.

8. Seluruh staf perpustakan FISIP UNSOED.

9. Jajaran Dekanat, mulai dari Dekan sampai Pembantu Dekan, terimakasih atas berbagai dukungan dalam bidang akademik atau non-akademik.

10. Enumerator di FISIP Dwi Prayitno, Fak. Ekonomi, seperti Affan, Zainul, Master, dan awak LPM MEMI lainnya. Di Fak. Pertanian ada Hanang, Feri dan lainnya. Di Fak. Peternakan ada Wahyuningsih yang dibantu teman Fak. Peternakan juga.

11. Kepada Jajang Yanuar sebagai informan. Juga pada Auriza, Aulia el Hakim, Suherdiyanto, Susana Agustin, Chaerudin Affan, Devi Ratnasari, Ias Pramesti, Iqbal Khudafi, Candra Silfina dan Rangga Fak. Pertanian yang sudah share panjang-lebar terkait kepolitikan Fak. Pertanian dengan adanya partai mahasiswa.

12. Kepada Faturi, Acep, Mas Dadan dan khususnya Mas Nanang yang telah mengajarkan secara intensif metode survei dan juga penggunaan program SPSS.

13. Komunitas Sisoka (Si Anak, Solidaritas dan KMPA), yang meskipun penulis bukan anggota mereka, penulis merasa dekat dan at home di tengah-tengah mereka.

14. Kepada teman-teman WE-Press, LS Profetika dan Lingkar Maya yang selama ini berdialektika bersama.

15. Kepada teman-teman aktivis ekstra kampus, mulai FMN, IMM, HMI MPO, HMI DIPO, PMII, PMKRI, GMNI, LMND, KAMMI dan Gema Pembebasandi Purwokerto yang selama ini berproses bersama dengan warna-warni agreement and disagreement.

16. Kepada teman-teman kos “Shopos Ashram” yang pernah penulis provokasi untuk membangun “Gerakan Anak Kos Ramah Lingkungan” melalui daur ulang sampah plastik, yang meski gagal, terimakasih atas kebersamaan, kekeluargaan dan kepercayaanya.

17. Kepada KOPKUN yang bolak-balik penulis repoti. Juga kepada Kang Suroto terimakasih atas dukungannya.

18. Kepada para dosen kritis-progresif terimakasih atas diskusi dan partisipasinya—di beberapa forum yang penulis gelar—sebagai pembicara/ fasilitator yang tidak dibayar.

19. Kepada Taqi, Gery, Bagus, Diaz, Tito, Nyaman, Yogi, Dimas, Didik, Fadli, Anto, Bambang, Edi, Lastri, Ambar, Efi, Tino, Alvin, Iko, Andi, Yahya, Syamsudin, Sandra, Sari, Uwin, Dimas Alit, Hanang, Andi, Tyo, Feri, Putra dan lainnya, sebagai teman bermain dan juga teman diskusi.

Tidak lupa kepada perseorangan atau lembaga yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, kepada mereka penulis haturkan terimakasih yang mendalam. Kepada sidang pembaca, selamat menikmati hasil penelitian ini!

Purwokerto, 14 September 2009

Penulis

DAFTAR ISI

5 KATA PENGANTAR

6 DAFTAR ISI

8 DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM

10 DAFTAR ISTILAH

12 RINGKASAN

13 SUMMARY 14

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Pembatasan Masalah

1.4. Tujuan Penelitian

1.5. Manfaat Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Struktural Fungsional

2.2. Partisipasi Politik

2.3. Persepsi Mahasiswa

2.4. Ekspektasi Mahasiswa

2.5. Penelitian Terdahulu

2.6. Hipotesis Penelitian

III. METODE DAN ANALISA DATA

3.1. Lokasi, Populasi dan Sasaran Penelitian

3.2. Metode, Jenis dan Variabel Penelitian

3.3. Teknik Pengambilan Sampel

3.4. Metode Pengumpulan dan Jenis Data

3.5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

3.6. Definisi Konsep dan Operasional Variabel

3.7. Analisis Kuantitatif

3.8. Analisis Kualitatif

3.9. Penerimaan Hipotesis dan Taraf Signifikansi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Wilayah

4.2. Deskripi Umum tentang Organisasi Kampus

4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

4.4. Karakteristik Responden

4.5. Karakteristik Informan

4.6. Analisis Distribusi Frekuensi

4.7. Analisis Tabulasi Silang

4.8. Analisis Korelasi Tau Kendall

4.9. Analisis Kualitatif 100

4.10. Penerimaan Hipotesis 102

V. REFLEKSI

5.1. Publik yang Gamang 103

5.2. Pemira Setengah Hati 108

5.3. BEM Nyaris Tanpa Tangan-Kaki 116

5.4. Tipologi-tipologi 119

5.5. Revitalisasi Sistem Politik Kampus 127

VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan 133

6.2. Saran 135

DAFTAR PUSTAKA 136 TENTANG PENULIS

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM

Halaman Tabel 1

10 Tabel 2

Tingkat partisipasi mahasiswa dalam Pemira BEM

27 Tabel 3

Distribusi sampel fakultas

40 Tabel 4

Hasil uji validitas instrumen

40 Diagram 5

Deskripsi paska uji validitas

41 Diagram 6

Karakteristik responden berdasar fakultas

42 Tabel 7

Karakteristik responden berdasar organisasi

43 Tabel 8

Karakteristik responden berdasar angkatan

43 Tabel 9

Karakteristik responden berdasar jenis kelamin

44 Tabel 10

Karakteristik informan

46 Tabel 11

Pengetahuan responden terhadap fungsi BEM

48 Tabel 12

Persepsi responden terhadap kinerja BEM

49 Tabel 13

Pengetahuan responden tentang pengurus BEM

50 Tabel 14

Persepsi responden tentang manfaat BEM

50 aspirasi mahasiswa Tabel 15

Persepsi responden tentang keterserapan

51 Tabel 16

Persepsi responden terhadap pelaksanaan Pemira

52 Tabel 17

Persepsi responden terhadap Pemira dan kuliah

53 Tabel 18

Persepsi responden terhadap materi kampanye calon

53 Tabel 19

Persepsi responden terhadap media kampanye calon

55 Tabel 20

Persepsi responden terhadap visi-misi calon

56 Tabel 21

Persepsi responden terhadap efektivitas sosialisasi KPR

57 Tabel 22

Penggunaan hak pilih responden

57 perlunya menggunakan hak pilih Tabel 23

Persepsi responden terhadap tentang

58 Tabel 24

Asal motivasi responden saat memilih

60 dan perubahan keadaan kampus Tabel 25

Efikasi politik responden tentang penggunaan hak pilih

60 dan perubahan kampus Diagram 26

Efikasi politik responden terhadap BEM

61 diharapkan responden Tabel 27

Macam-macam perubahan di kampus yang

62 Diagram 28

Ekspektasi responden terhadap BEM

62 Tabel 29

Macam-macam harapan responden terhadap BEM

63 Tabel 30

Rasa memiliki responden terhadap BEM

65 BEM berdasar fakultas Tabel 31

TS. Persepsi responden terhadap kinerja

67 mahasiswa berdasar fakultas Tabel 32

TS. Persepsi responden tentang keterserapan aspirasi

68 Tabel 33

TS. Penggunaan hak pilih responden berdasar fakultas

TS. Persepsi responden terhadap materi TS. Persepsi responden terhadap materi

70 kampanye calon berdasar fakultas Tabel 35

TS. Persepsi responden terhadap media

71 calon berdasar fakultas Tabel 36

TS. Persepsi responden terhadap visi-misi

72 dan kuliah berdasar fakultas Tabel 37

TS. Persepsi responden tentang Pemira

73 menggunakan hak pilih berdasar fakultas Tabel 38

TS. Persepsi responden tentang perlunya

74 dan perubahan di kampus berdasar fakultas Tabel 39

TS. Efikasi politik responden terhadap BEM

75 Tabel 40

TS. Ekspektasi responden terhadap BEM berdasar fakultas

TS. Efikasi politik responden tentang penggunaan hak

pilih dan perubahan di kampus berdasar fakultas

77 BEM berdasar organisasi Tabel 42

Tabel 41 TS. Persepsi responden tentang kinerja

78 mahasiswa berdasar organisasi Tabel 43

TS. Persepsi responden tentang keterserapan aspirasi

79 Tabel 44

TS. Penggunaan hak pilih responden berdasar organisasi

79 penggunaan hak pilih berdasar organisasi Tabel 45

TS. Persepsi responden tentang perlunya

TS. Efikasi politik responden tentang penggunaan hak

pilih dan perubahan di kampus berdasar organisasi

Tabel 46 TS. Ekspektasi responden terhadap

81 BEM berdasar organisasi Tabel 47

81 dan perubahan di kampus Tabel 48

TS. Efikasi politik responden terhadap BEM

84 Diagram 49

Analisis korelasi Kendall Tau

Tipe pemilih 108 Tabel 50

Analisis SWOT sistem politik kampus 113

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

BEM : Badan Eksekutif Mahasiswa BKK

: Badan Koordinasi Kemahasiswaan Depolitisasi : Proses politik dimana masyarakat tidak dilibatkan secara aktif. Masyarakat hanya menjadi massa mengambang. DLM

: Dewan Legislatif Mahasiswa Efikasi Politik : Dampak yang diharapkan dari aktivitas politik Ekspektasi

: Harapan terhadap suatu obyek FE : Fakultas Ekonomi

FISIP : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Faperta

: Fakultas Pertanian Fapet

: Fakultas Peternakan HMJ

: Himpunan Mahasiswa Jurusan HMPS

: Himpunan Mahasiswa Program Studi KBM/KM

: Keluarga Besar Mahasiswa/ Keluarga Mahasiswa

KPR : Komisi Pemilihan Raya LPM

: Lembaga Pers Mahasiswa MUSMA

: Musyawarah Mahasiswa Musang

: Musyawarah Anggota Motivasi

: Dorongan termasuk didalamnya adalah harapan

NKK : Normalisasi Kehidupan Kampus Pemira

: Pemilihan Raya Presiden

: Presiden (Ketua) BEM UKM

: Unit Kegiatan Mahasiswa UNSOED

: Universitas Jenderal Soedirman

RINGKASAN

Mahasiswa, kampus dan politik merupakan tiga entitas yang dapat saling berkelindan. Di kampus, mahasiswa tidak hanya mengisi aktivitas dengan belajar. Mahasiswa dengan berbagai peran sosialnya dapat melakukan aktivitas-aktivitas sosial-politik. Aktivitas ini sekurang-kurangnya dapat dilihat pada fenomena pemerintahan mahasiswa sebagai wujud dari politik kampus.

Secara historis, pemerintahan mahasiswa bermula dari sejarah Senat Mahasiswa, Dewan Mahasiswa dan kemudian wujud yang paling terkini adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM). BEM merupakan lembaga mahasiswa yang mempunyai fungsi pemberdayaan, kontrol dan advokasi bagi mahasiswa. DLM adalah lembaga mahasiswa yang mempunyai fungsi legislasi dan kontrol terhadap BEM.

BEM dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih satu tahun sekali melalui Pemilihan Raya (Pemira). Fungsi Pemira selain untuk memilih ketua BEM juga berfungsi sebagai media partisipasi mahasiswa pada sistem politik kampus. Tinggi-rendahnya partisipasi mahasiswa dalam Pemira dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini menyelidiki faktor persepsi dan ekspektasi mahasiswa yang diduga berpengaruh pada partisipasi mereka dalam Pemira.

Penelitian ini dilaksanakan di empat fakultas di UNSOED Purwokerto dengan menggunakan metode survei. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik kelompok yang membagi delapan fakultas di UNSOED menjadi dua: fakultas eksakta dan sosial. Pada setiap kelompok diambil dua fakultas. Kemudian sampel diacak dan disebarkan ke fakultas secara proporsional. Survei dilakukan kepada 261 responden yang nama-namanya sudah ditentukan melalui kerangka sampel dengan interval 10.

Hasil survei memperlihatkan bahwa persepsi dan ekspektasi mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam Pemira. Artinya hipotesis kerja (Hk) penelitian ini diterima. Meski demikian, hasil penelitian ini menemukan bahwa korelasi persepsi dan ekspektasi dengan partisipasi rendah. Hal ini disebabkan pengaruh beberapa variabel komponen terhadap variabel partisipasi mahasiswa. Diterimanya hipotesis kerja berarti bahwa hasil penelitian ini dapat digeneralisasi pada tingkat populasi.

Di bagian akhir, peneliti menyarankan revitalisasi sistem politik kampus dengan menyempurnakan Pemira dengan sistem partai. Selain itu, peneliti juga menyarankan untuk membatasi pemilih dalam Pemira hanya pada empat angkatan terakhir. Dua rekomendasi itu dapat meningkatkan partisipasi baik secara kuantitatif dan kualitatif. Pada akhirnya, politik kampus akan dinamis dan demokratis.

Kata kunci: Mahasiswa, Persepsi, Ekspektasi, Partisipasi Politik, Pemira, BEM.

SUMMARY

Politic, campus and student are three correlated entities. At campus, student is not only taking their time by study. Student with their varied social roles can do political and social activities. The activity, at least, can be seen in the phenomenon of student government as form the campus politic.

Historically, the student government has started from the Student Senate, Student Board and than the recent form are Student Executive Institution (BEM) and Student Legislative Board (DLM). BEM is the organisation with the empowerement, advocacy and control function for student. And DLM is the organisation with the control and legislation function of BEM.

BEM is led by president who is elected yearly by the General Election (Pemira). Beside to elect the BEM president candidate, Pemira is a medium for student participation at political campus system. The up and down of student participation at Pemira is influenced by many factors. This research investigates the influence of expectation and perception for their participation at Pemira.

This research conducted at four faculties of UNSOED Purwokerto with survey method. The research used cluster sampling technique by grouping eight faculties into two: social and natural sciences. In each gorup researcher chose two faculties. And than sample be randomized and distribute to faculty proportionally. Survey has been conducted to 261 respondent determined by with sampling frame with ten intervals.

The result shows that expectation and perception have influenced over student participation at Pemira. That means that the working hypothesis of research are acceptable. Although, the correlation is low. It was caused by influence of some component variables to student participation variable. The acceptable of working hypothesis means that the result could be generalized on population level.

In the end, researcher suggesting the revitalization of campus politic system to complete Pemira with party system. Beside of it, researcher is suggesting also to limit of Pemira voter of only four late generations. Both of suggestions can increase student participation at quantitative and qualitative dimension. Lastly, campus politic will democratic and dynamic.

Keywords: Student, Perception, Expectation, Political Participation, Pemira, BEM.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah mencatat sampai hari ini peran mahasiswa masih diharapkan dalam rangka mengusung perubahan sosial. Posisi dan peran serta berbagai kelebihan lainnya membuat mahasiswa menjadi salah satu agen perubah ( agent of change). Berbagai kelebihan itu seperti penguasaan basis intelektual yang memungkinkan mahasiswa melakukan berbagai terobosan pemikiran. Sebagian mahasiswa berasal dari status sosial-ekonomi menengah-atas. Posisi stratifikasi yang demikian secara tidak langsung merupakan fasilitas-fasilitas yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung agenda perubahan. Selain itu, dengan berbagai penguasaan sarana teknologi, mahasiswa cukup mahir dalam mencari, mengembangkan dan mengelola jejaring dengan agen perubah lainnya.

Peran mahasiswa dalam panggung sejarah Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Pada tahun 1966, mahasiswa yang terorganisir mampu menggulingkan rezim Soekarno (Orde Lama). Otoritarianisme negara berupa pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur hidup dapat ditolak. Secara umum peran mahasiswa kala itu dapat dilihat pada film Gie, yang

menggambarkan bagaimana mahasiswa selalu kritis terhadap kuasa (negara) 1 .

Hal senada kembali terulang pada tahun 1998 dengan tumbangnya rezim Soeharto (Orde Baru), yang mengantarkan Indonesia pada Orde Reformasi. Mahasiswa memulai gerakan pada tahun 1997 dan klimaksnya pada bulan Mei 1998, berkat mahasiswa dan atas desakan tokoh-tokoh masyarakat Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden.

Reformasi bergulir, meski demikian tanpa menafikan berbagai silang sengketa keterkaitan militer, agen intelejen asing, dan berbagai teori konspirasi yang berkembang, mahasiswa tetap merupakan kelompok potensial dalam menggulirkan perubahan sosial-politik. Aksi-aksi strategis yang dilakukannya merupakan kelebihan yang tidak dimiliki oleh kelompok penekan lainnya. Suara mahasiswa, sekurang-kurangnya merupakan representasi dari suara masyarakat umum. Suara mahasiswa bukan perpanjangan tangan kepentingan kelompok tertentu, seperti: partai politik, organisasi massa atau negara. Suara mahasiswa berangkat dari basis moral-intelektual yang senantiasa berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan-kemasyarakatan.

Tindakan atau aksi strategis seperti di atas tentu saja tidak bisa disterilkan dari anasir sosial-politik kampus. Kampus merupakan kawah candradimuka, tempat mahasiswa menempa ilmu dan berbagai kecakapan lainnya. Kampus juga merupakan tempat untuk berkembangnya perdebatan berbagai masalah atau diskusi pemikiran. Mimbar akademis yang sifatnya terbuka serta bebas merupakan wahana bagi mahasiswa untuk mengaktualisasikan diri serta merefleksikan dirinya. Selain itu dengan berbagai aktivitas, melalui Unit Kegiatan

Mahasiswa (UKM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Badan Eksekutif Mahasiwa (BEM), Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) dan berbagai organisasi lainnya, kemampuan analisis, kepemimpinan, pengorganisasian, manajerial dan kecakapannya lainnya terasah dan tertempa dengan optimal.

Fungsi kampus dalam konteks ini sebagai “wadah pembiakan” tidak bisa dilepaskan dari konteks posisi dan peran mahasiswa sebagai agen perubah. Dialektika dalam berbagai aktivitas kampus merupakan rahim yang sudah dan akan selalu melahirkan aktivis-aktivis—demikian label untuk mahasiswa organisatoris dan kritis—yang dengan berbagai basis nilainya masing-masing, melakukan usaha kritisisme serta resistensi terhadap jejaring kuasa yang ada. Kampus dengan berbagai dinamikanya menyediakan raw material bagi olah pikir dan olah aksi mahasiswa sebagai salah satu entitas terbesar di dalamnya.

Posisi dan peran mahasiswa pada titik itu tidak hanya sebagai peserta didik yang menjalankan ritual harian (proses belajar), melainkan entitas sipil yang secara utuh mempunyai hak-hak sipil sebagaimana warga lainnya. Dinamika mahasiswa di dalam kampus sangat berbeda jauh dengan dinamika siswa di sekolah. Dinamika mahasiswa di kampus lebih dekat ke arah bangun relasi warga sipil yang sadar terhadap hak-hak sosial-politiknya. Pada titik yang lain, dosen serta birokrasi kampus, merupakan warga sipil lain yang dalam struktur lembaga pendidikan berperan sebagai fasilitator pendidikan. Oleh karenanya, aktivitas mahasiswa di kampus bukan sekedar menyerap ilmu pengetahuan dari bangku Posisi dan peran mahasiswa pada titik itu tidak hanya sebagai peserta didik yang menjalankan ritual harian (proses belajar), melainkan entitas sipil yang secara utuh mempunyai hak-hak sipil sebagaimana warga lainnya. Dinamika mahasiswa di dalam kampus sangat berbeda jauh dengan dinamika siswa di sekolah. Dinamika mahasiswa di kampus lebih dekat ke arah bangun relasi warga sipil yang sadar terhadap hak-hak sosial-politiknya. Pada titik yang lain, dosen serta birokrasi kampus, merupakan warga sipil lain yang dalam struktur lembaga pendidikan berperan sebagai fasilitator pendidikan. Oleh karenanya, aktivitas mahasiswa di kampus bukan sekedar menyerap ilmu pengetahuan dari bangku

Aktivitas-aktivitas sosial-politik ini merupakan turunan dari kesadaran hak-hak sebagai warga negara atau peserta didik dalam lingkup perguruan tinggi.

Pada konteks ini, lahirlah terminologi politik kampus 2 . Secara umum politik kampus bisa didefiniskan melalui, politik ( policy); yakni aktivitas-aktivitas dalam

rangka mewujudkan kebijakan publik 3 , kampus; merupakan locus dimana aktivitas itu lahir dari, oleh, dan untuk semua masyarakat kampus. Politik kampus

merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka mewujudkan kebijakan publik sesuai dengan nilai-nilai luhur demokrasi.

Pada konteks itu, politik kampus merupakan upaya atau keterlibatan mahasiswa dalam rangka merumuskan, menentukan dan mengontrol berbagai macam kebijakan yang ada di kampus. Politik kampus berkonotasi positif sebagai perjuangan untuk terpenuhinya hak-hak demokratik mahasiswa dalam konteks dirinya sebagai peserta didik dan warga negara.

Fokus politik kampus merupakan segala kebijakan yang digulirkan oleh lembaga mahasiswa itu sendiri (internal) atau oleh birokrasi kampus, seperti jurusan, fakultas atau universitas (eksternal). Politik kampus dalam konteks internal dapat dilihat pada entitas pemerintahan mahasiswa. Untuk lebih

Dalam sejarah lembaga mahasiswa mewujud pada konsep student goverment atau pemerintahan mahasiswa 4 . Konsep itu lahir dari dialektika panjang dengan berbagai konstelasi politik yang mengiringinya. Pemerintahan mahasiswa lahir dari kebutuhan mahasiswa untuk mengaspirasikan, menyalurkan dan menuntut hak-hak politik.

Basis keberadaan pemerintahan mahasiswa adalah mahasiswa secara keseluruhan, sehingga partisipasi mahasiswa dalam politik kampus menjadi niscaya. Partisipasi politik dalam konteks ini merupakan keikutsertaan atau keterlibatan mahasiswa dalam agenda-agenda politik, seperti Pemilihan Raya (Pemira), penandatanganan petisi, audiensi dengan birokrasi kampus, menghadiri kongres atau musyawarah mahasiswa (Musma), aksi massa dan lain sebagainya, yang bertujuan untuk merealisasikan hak-hak politik mahasiswa.

Partisipasi mahasiswa juga menandakan seberapa membasisnya pemerintahan mahasiswa yang ada. Selain itu, partisipasi mahasiswa merupakan proses aspirasi, agregasi, serta aktualisasi kepentingan-kepentingan mahasiswa yang kemudian menjadi input bagi sistem pemerintahan mahasiswa. Tujuan pemerintahan mahasiswa sejatinya merupakan penyerapan serta kristalisasi harapan, keinginan, kehendak basis konstituen. Partisipasi mahasiswa searah dengan bangun logika demokrasi, dari, oleh dan untuk kita (baca: mahasiswa).

--- - # !" !

-'

Input berupa aspirasi, harapan dan sebagainya merupakan kehendak dari konstituen. Input politik tersebut kemudian diolah secara bersama oleh pemerintahan mahasiswa. Selanjutnya, realisasi visi, misi, tujuan serta program- program kerja merupakan hasil atau ouput yang dapat dipetik untuk kepentingan bersama, baik pemerintahan mahasiswa dan mahasiswa pada umumnya.

Pada mulanya, format pemerintahan mahasiswa berbentuk Dewan Mahasiwa. Bentuk organisasi ini berakhir pada tahun 1978-an ketika pemerintah memberangus aksi kritis para mahasiswa dan berujung pada pembekuan Dewan Mahasiswa. Kegiatan politik di dalam kampus juga secara resmi dilarang. Kebijakan pemberangusan hak-hak politik ini dikenal dengan istilah Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan dibentuklah Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK). Pembekuan ini terjadi pada masa Daoed Joesoef menjadi Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan. 5

Kemudian pada 1990-an, lahirlah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), selanjutnya disingkat menjadi Senat Mahasiswa di bawah kepemimpinan Fuad Hasan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Senat Mahasiswa merupakan kumpulan para ketua-ketua Lembaga Kemahasiswaan yang ada: Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas, Ketua Umum BPM dan Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa. Model seperti ini di beberapa perguruan tinggi

!" ! !" - +!

! 6 !"" $ ! 36 8 --- -

!# &.//0*//' !# &.//0*//'

pemerintahan mahasiswa ( student government). 6

Perubahan Senat Mahasiswa menjadi pemerintahan mahasiswa dapat dilihat dari adanya: Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang menjalankan fungsi- fungsi eksekutif. Di sisi lain, Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) yang menjalankan kerja-kerja legislasi dan kontrol. BEM dan DLM dipimpin oleh seorang presiden atau ketua. Presiden BEM dipilih melalui Pemilihan Raya (Pemira) setiap tahun sekali. Di akhir masa pemerintahan, DLM melaksanakan Musyawarah Mahasiswa (Musma) atau Konggres Mahasiswa yang fungsinya meminta pertanggungjawaban Presiden BEM serta membahas dan menetapkan berbagai permasalahan kelembagaan mahasiswa.

Di sisi lain, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) secara struktural berada di bawah BEM. UKM dengan logika ini nampak sebagai “departemen-departemen

negara” yang merealisasikan program-program BEM. 7 Kemudian Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), merupakan lembaga-lembaga yang mendudukkan

wakilnya di DLM. 8 Berbeda dengan HMJ, yang ketuanya dipilih melalui Pemira Jurusan, ketua UKM dipilih dalam forum Musyawarah Anggota (Musang) oleh

anggota UKM yang bersangkutan.

9 8 --- - #

-'

Meskipun tidak ada petunjuk pelaksana atau petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh otoritas tertentu, format pemerintahan mahasiswa seperti di atas lazim digunakan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Format pemerintahan itu juga menurun pada sistem suksesi kepemimpinan berupa Musma dan Pemira. Hal tersebut juga berlaku di Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) yang terletak di Purwokerto.

Baik di UNSOED atau perguruan tinggi lainnya, Pemira dilaksanakan setahun sekali sesuai dengan periode kerja atau masa bakti Presiden BEM. Pada umumnya, Pemira tidak berbeda jauh dengan Pemilu nasional. Untuk menyelenggarakan Pemira, DLM akan membentuk Komisi Pemilihan Raya (KPR) yang tak ubahnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Indonesia. Tahap-tahap pada Pemira nyaris sama dengan Pemilu nasional. Ada tahap penjaringan calon, masa kampanye, debat kandidat, masa tenang dan masa pencoblosan.

Di UNSOED, selain fakultas Pertanian (Faperta), fakultas lainnya tidak menggunakan sistem kepartaian (baca: partai mahasiswa) sebagai wadah resmi untuk mengajukan calon tertentu. AD/ART Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) fakultas seperti ISIP, Hukum, Ekonomi, MIPA, Kesmas, dan sebagainya tidak menyaratkan adanya partai politik. Calon bisa perseorangan atau diajukan komunitas tertentu.

Meski demikian pada masa kampanye masing-masing calon akan membentuk tim sukses yang membantu dan mendukung calon bersangkutan.

Dana dan perlengkapan lainnya mereka peroleh dari donasi individu yang lebih dikenal dengan istilah “bantingan”.

Pada tahap akhirnya, mahasiswa akan menyalurkan hak pilihnya di bilik- bilik pemungutan suara. Bilik suara ini biasanya terletak di beberapa tempat di kampus yang mudah dijangkau mahasiswa kebanyakan. Bilik suara dijaga oleh petugas KPR yang akan melayani mahasiswa mulai dari mendaftar dan mengecek nama, memberi kertas suara dan seterusnya. Berbagai perlengkapan untuk pemungutan suara dan lainnya tergantung pada kesiapan KPR. KPR sendiri memperoleh dana penyelenggaraan dari pihak fakultas berupa dana kegiatan kemahasiswaan.

Setelah selesai melakukan pemungutan suara, kertas suara langsung dihitung disaksikan masing-masing saksi dari calon yang bersangkutan. Esoknya, Presiden BEM terpilih bisa langsung diumumkan berikut jumlah seluruh suara yang masuk, jumlah suara pesaingnya dan jumlah suara yang rusak. Tabel di bawah ini menunjukan tingkat partisipasi mahasiswa dalam Pemira BEM pada beberapa fakultas di UNSOED, sebagai berikut;

Tabel 1 | Tingkat Partisipasi Mahasiswa dalam Pemira BEM

No Fakultas Mahasiswa

Pemira 2006/2007

Pemira 2007/2008

Suara % 1. ISIP

Aktif

Suara

35 600an 30 2. Ekonomi

700an

17 1800an 25 3. Pertanian

1200an

28 800an 32 4. Peternakan 900

700an

44 470an 52 5. Hukum

Data: diolah dari berbagai sumber 9

Data di atas memperlihatkan perbedaan, baik kenaikan atau penurunan, tingkat partisipasi mahasiswa dalam Pemira di beberapa fakultas di UNSOED. Selain menunjukan kenaikan atau penurunan, secara tidak langsung data tersebut menunjukan seberapa banyak mahasiswa yang menggunakan hak pilih dan mahasiswa yang tidak menggunakannya. Artinya, data tersebut menunjukan bahwa kecenderungan mahasiswa dalam menggunakan hak pilih dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu sehingga tingkat partisipasi terlihat berubah-ubah.

Pada titik itu, berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam menggunakan atau tidak menggunakan hak pilih perlu dikaji dan diteliti. Pengkajian dan penelitian tersebut pada gilirannya dapat mengetahui faktor- faktor apa saja yang secara signifikan mempengaruhi partisipasi mahasiswa pada Pemira BEM tingkat fakultas di UNSOED.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, peneliti perlu merumuskan permasalahan agar penelitian ini berjalan dalam kerangka yang runtut dan logis, yakni “Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam Pemira tingkat fakultas di UNSOED?”

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini membatasi masalah partisipasi mahasiswa dalam Pemira BEM tingkat fakultas pada dua faktor yang mempengaruhinya;

1. Persepsi mahasiswa terhadap BEM dan Pemira.

2. Motivasi atau ekspektasi terhadap BEM dan Pemira.

D. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam Pemira fakultas di lingkungan UNSOED.

2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara; (a). teoritis yakni memperluas cakrawala disiplin Sosiologi Politik dalam lanskap lokal (mikro). (b). Secara praktis, penelitian ini dapat memberi gambaran dan masukan bagi para aktivis kampus tentang masalah partisipasi mahasiswa yang menurun tajam dibanding jumlah seluruh mahasiswa (aktif) di kampus tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Struktural Fungsional

Pada kajian Sosiologi terdapat tiga paradigma, yakni paradigma fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial. Penelitian ini menggunakan paradigma fakta sosial. Fakta sosial ( social facties) merupakan sesuatu (thing) yang berbeda dengan dunia ide. Fakta sosial menurut Durkheim mempunyai sifat eksternal, umum dan memaksa. Eksternal, umum dan memaksa artinya bahwa fakta tersebut berada di luar individu dan berlaku secara umum bagi kelompok

individu (masyarakat) dan bersifat memaksa 10 .

Durkheim merinci fakta sosial menjadi dua macam: pertama fakta sosial yang berbentuk material, yaitu barang atau sesuatu yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi. Fakta sosial yang berbentuk material ini merupakan bagian dari dunia nyata ( external world). Contoh fakta sosial material adalah arsitektur dan sebagainya. Kedua, fakta sosial nonmaterial, yaitu sesuatu yang dianggap nyata ( external). Fakta sosial ini merupakan fenomena yang bersifat intersubyektif yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia. Contoh

fakta sosial nonmaterial seperti nilai, norma dan sebagainya 11 . Pada konteks ini, partisipasi mahasiswa dalam politik kampus termasuk dalam fakta sosial yang bersifat nonmaterial. Fenomena tersebut (Pemira)

8 - !" 44< 4; 8 - !" 44< 4;

Di dalam paradigma fakta sosial sendiri terdapat empat macam teori; teori struktural fungsional, konflik, sosiologi makro, dan sistem. Penelitian ini akan menggunakan teori struktural fungsional. Teori ini menekankan kepada keteraturan ( order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Menurut teori ini, masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam

keseimbangan 12 . Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pada bagian yang lain. Asumsi dasarnya bahwa setiap struktur dalam

sistem sosial bersifat fungsional terhadap yang lain. Bilamana tidak, maka dengan sendirinya sistem itu akan hancur.

B. Partisipasi Politik

Miriam Budiardjo 13 mengemukakan bahwa partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam

kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak mempengaruhi kebijakan pemerintah ( public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota partai atau kelompok

yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara atau tindakan-tindakan yang diambil oleh mereka.

Partisipasi politik dibedakan menjadi dua, aktif dan pasif. Partisipasi aktif mencakup kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umu, mengajukan alternatif kebijakan, mengkritik kebijakan, membayar pajak, ikut serta dalam pemilihan pimpinan pemerintahan dan sebagainya. Di sisi lain, partisipasi pasif antara lain berupa kegiatan menaati peraturan, menerima dan

melaksanakan keputusan atau kebijakan pemerintah 15 . Partisipasi politik berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi partisipasi

yang bersifat sukarela (otonom) dan partisipasi atas desakan orang lain (dimobilisasi). Nelsom membedakannya dengan dua sifat, yaitu autonomous participation (partisipasi otonom) dan mobilized participation (partisipasi yang

dimobilisasikan) 16 . Pemberian suara dalam kegiatan pemilihan umum merupakan bentuk partisipasi politik yang terbiasa, yang seringkali lebih luas daripada bentuk partisipasi politik lainnya. Berbeda dengan itu, kegiatan seperti demonstrasi, penandatanganan petisi, konfrontasi, pemogokan dan serangkaian tindakan

kekerasan merupakan bentuk partisipasi politik nonkonvensional 17 .

+!

9 44 4 ;

Sebagaimana dinyatakan Miriam Budiardjo, banyaknya partisipasi masyarakat umumnya dianggap lebih baik 18 . Pada titik ini, tingkat partisipasi menjadi indikator bahwa warga negara memahami, mengikuti, dan bahkan terlibat aktif dalam pengambilan kebijakan. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena diartikan bahwa banyak warga negara tidak menaruh perhatian terhadap masalah negara. Selain itu, ada kekhawatiran dengan rendahnya tingkat partisipasi ini, pimpinan negara dianggap kurang tanggap atau tidak responsif terhadap aspirasi warganya.

C. Persepsi Mahasiswa

Persepsi merupakan akar dari opini. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selain itu ada pula yang mengartikan persepsi sebagai proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra. Proses persepsi yang didahului proses pengindraan yang berlangsung ketika individu menerima

stimulus dari alat indra 19 .

Persepsi lebih kompleks dan luas kalau dibandingkan dengan penginderaan. Proses persepsi meliputi suatu interaksi yang sulit dari kegiatan seleksi, penyusunan dan penafsiran. Walaupun persepsi sangat tergantung pada proses

bisa menyaring,

mempengaruhi seseorang mengorganisasikan persepsinya. Hasil pengorganisasian persepsinya mengenai suatu informasi berupa pengertian tentang sesuatu objek tersebut.

Persepsi dalam kajian politik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku politik seseorang. Persepsi termasuk faktor ketiga yaitu struktur kepribadian yang tercermin pada sikap individu. Salah satu hal untuk memahami struktur kepribadian dengan cara melihat penilaian seseorang terhadap suatu obyek yang didasarkan pada minat dan kebutuhan orang

tersebut terhadap obyek itu 20 . Pada titik inilah persepsi individu menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi partisipasi politiknya. Persepsi individu (baca: mahasiswa) terhadap: BEM, Pemira, pengurus dan sebagainya merupakan input berupa informasi atau data. Input tersebut akan disaring dan diseleksi oleh yang bersangkutan sesuai dengan latar belakang individu. Setelah individu melakukan seleksi atau penilaian, maka individu tersebut akan mendisposisi sikapnya sesuai dengan pengetahuan subyektif yang diyakininya untuk memilih atau tidak dalam Pemira.

"+!

D. Motivasi atau Ekspektasi Mahasiswa Motivasi merupakan suatu aspek penting yang menyangkut sikap hidup manusia. Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan-kebutuhan atau motivasi yang ada dalam dirinya. Di dalam diri individu terdapat sesuatu yang menentukan perilaku, yang bekerja dengan cara-cara tertentu untuk mempengaruhi perilaku tersebut. Penentu perilaku ini yang disebut sebagai motivasi. Untuk dapat memhami tingkah laku manusia atau masyarakat maka langkah awal yang perlu dilakukan adalah mencoba mengerti tentang batasan- batasan atau pengertian motivasi.

21 Menurut Kartini Kartono motivasi berasal dari kata motivus yang berarti sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau

ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia. Masalah motivasi berkaitan dengan kebutuhan yang akan dicapai manusia. Gerungan mendefinisikan motivasi manusia sebagai dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang bersal dari dalam diri manusia tersebut

untuk melaksanakan sesuatu 22 . Motif-motif itu memberi arah dan tujuan kepada tindakan atau tingkah laku manusia. Motivasi merupakan sesuatu yang ada

dalam diri manusia yang menggerakan dan membangkitkan individu untuk melakukan sesuatu.

Motivasi yang didasari oleh harapan-harapan tertentu terhadap suatu keadaan merupakan faktor yang akan mempengaruhi partisipasi mahasiswa.

Motivasi atau ekspektasi dalam kajian Politik lebih dikenal sebagai political efficacy yakni sebuah harapan akan dampak dari suatu aktivitas politik 23 . Harapan individu (baca: mahasiswa) terhadap perubahan di kampus dengan berlangsungnya Pemira dan dengan keberadaan BEM akan mendorong individu tersebut untuk menggunakan hak pilihnya. Pada titik itu individu menganggap bahwa tindakannya berupa pemberian suara mempunyai dampak yang nyata bagi perubahan kampus melalui Pemira dan BEM.

E. Penelitian Terdahulu

Muhammad Bawono 24 telah melakukan penelitian dalam rangka menyusun tesis dengan tema “Persepsi dan Perilaku Pemilih terhadap Partisipasi

Politik dalam Pemilihan Umum Legislatif 2004 di Kabupaten Nganjuk”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pemilih terhadap Pemilu Legislatif 2004 adalah untuk memilih partai politik dan wakil rakyat secara langsung, yang dianggap mampu mewakili suara kebutuhan masyarakat yang telah memilihnya. Sikap pemilih secara umum menyatakan setuju dengan Pemilu Legislatif, sedangkan sebagian tidak setuju. Tanggapan masyarakat secara umum menyatakan penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2004 sudah berjalan baik dan lancar, meskipun sistemnya rumit dan membingungkan. Perilaku

Pemilih dalam menggunakan hak pilih sesuai dengan hati nurani. Sebagian pemilih tidak menggunakan hak pilih karena tidak diberi tahu dan tidak mau tahu, tidak

A00 # ! # A00 # ! #

Partisipasi politik masyarakat pemilih pada penyelenggaraan Pemilu rendah. Sebagian pemilih terlibat karena ingin membantu kelancaran Pemilu. Kampanye hanya diikuti kelompok simpatisan, anggota, pengurus partai politik dan para calon. Masyarakat secara umum tidak terlibat dalam kampanye karena merasa tidak berkepentingan langsung. Masyarakat sebagian besar telah menggunakan hak pilih karena sebagai warga negara yang baik, ingin menyalurkan aspirasi politik, mengenal program partai dan calon.

Klasifikasi pemilih yang terdiri atas latar belakang jenis pekerjaan, pendidikan, dan usia berpengaruh langsung terhadap persepsi, perilaku pemilih dan partisipasi politik lebih dominan. Faktor terpenting adalah kesadaran perilaku pemilih dalam bersikap dan berpartisipasi politik. Hubungan persepsi, perilaku pemilih dan partisipasi politik saling terkait, semakin baik persepsi terhadap Pemilu maka perilaku pemilih semakin baik dalam partisipasi politiknya.

25 Selain itu, Himawan Indrajat telah melakukan penelitian dengan judul “Persepsi dan Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada Langsung 2005 di

!=

3 ,. 7:

Kabupaten Purbalingga”. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa, pertama, persepsi pemilih pemula terhadap Pilkada Langsung cenderung positif, karena pemilih pemula berpendapat Pilkada Langsung telah berjalan lancar dan juga mencerminkan kebebasan menentukan pilihan, adapun persepsi pengetahuan calon bupati dan wabup mereka mengetahuinya dari kampanye, spanduk, selebaran, brosur dan stiker serta ada yang mengetahui dari keluarganya. Kedua, pada partisipasi politik pemula cenderung positif yaitu menggunakan hak pilihnya dan ada juga yang ikut kampanye, tetapi partisipasi yang dilakukan pemilih pemula bersifat semu karena dipengaruhi keluarga, pemuka agama, kelompok pergaulan atau teman dan dipengaruhi pemberian uang transportasi oleh calon tertentu.

Ketiga, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik pemilih pada Pilkada Langsung, pertama, pengaruh faktor lingkungan sosial politik tak langsung (sistem politik, ekonomi, budaya dan media massa), kebanyakan pemilih pemula dipengaruhi oleh sistem politik dan ekonomi karena mereka percaya dengan Pilkada Langsung dapat mendorong kesejahteraan rakyat; kedua pengaruh lingkungan sosial politik langsung (keluarga, agama, sekolah dan kelompok pergaulan) pengaruh keluarga yang paling mempengaruhi pemilih pemula dalam berpartisipasi politik; ketiga, faktor struktur kepribadian pemilih pemula lebih mendukung calon bupati yang lama untuk memimpin Purbalingga kembali, walaupun ada yang mendukung calon bupati yang pernah memimpin kabupaten lain, tetapi harapan semua pemilih pemula sama terhadap Bupati Ketiga, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik pemilih pada Pilkada Langsung, pertama, pengaruh faktor lingkungan sosial politik tak langsung (sistem politik, ekonomi, budaya dan media massa), kebanyakan pemilih pemula dipengaruhi oleh sistem politik dan ekonomi karena mereka percaya dengan Pilkada Langsung dapat mendorong kesejahteraan rakyat; kedua pengaruh lingkungan sosial politik langsung (keluarga, agama, sekolah dan kelompok pergaulan) pengaruh keluarga yang paling mempengaruhi pemilih pemula dalam berpartisipasi politik; ketiga, faktor struktur kepribadian pemilih pemula lebih mendukung calon bupati yang lama untuk memimpin Purbalingga kembali, walaupun ada yang mendukung calon bupati yang pernah memimpin kabupaten lain, tetapi harapan semua pemilih pemula sama terhadap Bupati

Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Kamsiyah 26 dengan judul “Persepsi dan Perilaku Memilih Masyarkat dalam Pemilu Legislatif 2004 di Desa Wangon Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas”. Selain itu juga dilakukan oleh Elisa

Sofiawati 27 mahasiswa Ilmu Politik FISIP UNSOED juga dengan judul “Persepsi

dan Partisipasi Anggota Organisasi Forum Betawi Rembug (FBR) terhadap Calon Walikota dan Wakil Walikota dalam Pilkada 2005 di Kota Depok”. Kamsiyah dan Elisa dalam penelitiannya sama-sama menemukan bahwa persepsi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif atau Pilkada di dua kota tersebut.

Dari empat penelitian baik tingkat skripsi atau tesis dengan masalah “persepsi dan partisipasi” berujung pada kesimpulan bahwa ketika persepsi masyarakat terhadap Pemilu atau Pilkada, maka berpengaruh terhadap partisipasi mereka dalam Pemilu atau Pilkada tersebut. Kesimpulan mereka berempat, meski tidak dinyatakan secara tegas dalam bentuk pengujian hipotesis, namun menyiratkan bahwa variabel persepsi berhubungan dengan variabel partisipasi politik masyarakat.

Selain itu, kesimpulan Himawan pada poin ketiga juga memberikan gambaran bahwa efikasi politik atau ekspektasi (motivasi) juga menyebabkan seseorang berpartisipasi dalam Pilkada Langsung 2005. Efikasi politik yang positif, seperti “tetapi harapan semua pemilih pemula sama terhadap Bupati terpilih agar lebih memajukan Kabupaten Purbalingga” telah mempengaruhi pemilih pemula untuk berpartisipasi pada Pilkada di Kabupaten Purbalingga.

Perbedaan penelitian-penelitian tersebut di atas dengan penelitian ini adalah pada dimensi metode, dimana penelitian di atas menggunakan metode kualitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan survei. Selain itu pada dimensi obyek penelitian, dimana penelitian di atas berada pada level masyarakat yang lebih heterogen, sedangkan penelitian ini pada level mahasiswa yang relatif homogen.

Implikasi lebih jauh bahwa penelitian di atas memberikan kerangka yang lebih jelas bagaimana korelasi antara persepsi dan ekspektasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya saat Pilpres atau Pileg. Kontekstualisasi dalam penelitian ini adalah korelasi antara persepsi dan ekspektasi mahasiswa dengan partisipasi mereka di Pemira BEM tingkat fakultas di UNSOED. Kemudian posisi penelitian ini bersifat mendukung kesimpulan penelitian-penelitian sebelumnya yang tersebut di atas bahwa persepsi dan ekspektasi mempengaruhi partisipasi seseorang dalam sebuah peristiwa politik tertentu.

F. Hipotesis Penelitian

a. Model Verbal - Hipotesis Kerja (Hk) Hipotesis Kerja (Hk) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; o Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi dengan partisipasi

Dokumen yang terkait

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Dominating Set Dan Total Dominating Set Dari Graf-Graf Khusus

5 80 24

Integrated Food Therapy Minuman Fungsional Nutrafosin Pada Penyandang Diabetes Mellitus (Dm) Tipe 2 Dan Dislipidemia

5 149 3

Partisipasi Politik Perempuan : Studi Kasus Bupati Perempuan Dalam Pemerintahan Dalam Kabupaten Karanganyar

3 106 88

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113

Analisis Pengaruh Faktor Yang Melekat Pada Tax Payer (Wajib Pajak) Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan

10 58 124