perubahan fisiologis bayi baru lahir dar

perubahan fisiologis bayi baru lahir dari kehidupan
intrauterin ke ekstrauterin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dengan kehamilan atau masa
gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36 – 40 minggu. Bayi baru lahir normal harus
menjalani proses adaptasi dari kehidupan di dalam rahim (intrauterine) ke kehidupan di luar
rahim (ekstrauterin).
Pemahaman terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai dasar
dalam memberikan asuhan. Perubahan lingkungan dari dalam uterus ke ekstrauterin dipengaruhi
oleh banyak faktor seperti kimiawi, mekanik, dan termik yang menimbulkan perubahan
metabolik, pernapasan dan sirkulasi pada bayi baru lahir normal. Penatalaksanaan dan mengenali
kondisi kesehatan bayi baru lahir resiko tinggi yang mana memerlukan pelayanan rujukan/
tindakan lanjut.
Sebagai seorang tenaga kesehatan, bidan harus mampu memahami tentang beberapa
adaptasi atau perubahan fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam memberikan
asuhan kebidanan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang
sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus
mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per
oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan

setiap penyakit /infeksi.
Oleh karena hal tersebut di atas lah kami menyusun makalah yang bejudul “ADAPTASI
FISIOLOGI BAYI BARU LAHIR”.
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.2.1

Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang adaptasi fisiologis fetus dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
b. Untuk meningkatkan kemampuan bidan yang ingin menjadi bidan professional untuk
berfikir kritis dan untuk meningkatkan wawasan mahasiswi kebidanan tentang Transisi
kehidupan Fetus dari Intrauterine dan Ektrauterine.
.2.2
Tujuan Khusus
a. Untuk memahami apa itu adaptasi fisiologis fetus dari intrauterin ke ekstrauterin.
b.Untuk mengetahui apa saja perubahan fisiologis yang terjadi pada fetus dari intrauterin ke
ekstrauterin.

c. Untuk memahami tentang bayi baru lahir serta gangguan yang mungkin terjadi pada bayi baru
lahir.

1.2.3 Manfaat
a. Mampu memahami apa itu adaptasi fisiologis fetus dari intrauterin ke ekstrauterin.
b. Mampu mengetahui apa saja perubahan fisiologis yang terjadi pada fetus dari intrauterin ke
ekstrauterin.
c. Mampu memahami tentang bayi baru lahir serta gangguan yang mungkin terjadi pada bayi
baru lahir.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
a. perkembangan sistem organ fetus
Sekitar 1 bulan setelah fertilisasi ovum, semua organ fetus telah terbentuk sebagian (minimal)
dan selama dua tiga bulan keempat organ-organ fetus sama dengan organ neonatus.
Perkembangan struktur organ yang lebih kecil (struktur sel)lebih baik dan memerlukan lima
bulan kehamilan sisanya untuk menyempurnakan perkembangan. Bahkan ketika lahir, beberapa
struktur tertentu (sistem saraf,ginjal,dan hati) belum sempurna.
b. Pengertian Adaptasi fisiologi fetus
Fisiologi neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus.
Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan
diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Selain itu, neonatus adalah indivisu

yang sedang bertumbuh.
c. Pengertian adaptasi neonatal
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari kehidupan di dalam
uterus kekehidupan di luar uterus.Kemampuan adaptasi fisiologis ini di sebut juga
homeostasis.Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit. Banyak perubahan yang
akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan ibu)
yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi(Oksigen dan nutrisi)ke lingkungan eksterna
(diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain
untuk memenuhinya.
Perbedaan lingkungan fisik sebelum dan sesudah lahir (Timiras dalam Johnson, 1986), adalah
sbb :
Sebelum Lahir
Sesudah Lahir
1. Lingkungan fisik
Cairan
Udara
2. Suhu Luar
Pada umumnya tetap
Berubah-ubah

3. Simulasi sensoris
Terutama kinestetik atau Bermacam-macam stimulli
vibrasi

4. Gizi

Tergantung zat gizi yang Tergantung
tersedianya
terdapat dalam darah ibu
bahan
makanan
dan
kemampuan saluran cerna
5. Penyediaan oksigen
Berasal dari ibu ke janin Berasal dari paru-paru ke
melalui plasenta
pembuluh darah paru-paru
6. Pengeluaran
hasil Dikeluarkan
ke

sistem Dikeluarkan melalui parumetabolisme
peredaran darah ibu
paru, kulit, ginjal, dan
saluran pencernaan

1.
2.
3.
4.

2.2 Perubahan Sistem Pernapasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan setelah
bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Organ yang bertanggung jawab untuk
oksigensi janin sebelum bayi lahir adalah plsenta. Selama masa kehamilan bayi mengalami
banyak perkembangan yang menyediakan infrastruktur untuk mulainya proses pernapasan. Pada
masa kehamilan di trimester II atau III janin sudah mengembangkan otot-otot yang diperlukan
untuk bernapas, alveoli juga berkembang dan sudah mampu menghasilkan surfaktan, fosfolipid
yang mengurangi tegangan permukaan pada tempat pertemuan antara udara- alveoli. Ruang
interstitial antara alveoli sangat tipis sehinga memungkinkan kontak maksimum antara kapiler
dan alveoli untuk pertukaran udara.

Pada saat bayi lahir, dinding alveoli disatukan oleh tegangan permukaan cairan kental yang
melapisinya. Diperlukan lebih dari 25 mmHg tekanan negatif untuk melawan pengaruh tegangan
permukaan tersebut dan untuk membuka alveoli untuk pertama kalinya. Tetapi sekali membuka
alveoli, pernapasan selanjutnya dapat di pengaruhi pergerakan pernapasan yang relatif lemah.
Untungnya pernapasan bayi baru lahir yang pertamakali sangat kuat, biasanya mampu
menimbulkan tekanan negatif sebesar 50 mmHg dalam ruang intrapleura.
Pada bayi baru lahir, kekuatan otot–otot pernapasan dan kemampuan diafragma untuk
bergerak, secara langsung mempengaruhi kekuatan setiap inspirasi dan ekpirasi. Bayi yang baru
lahir yang sehat mengatur sendiri usaha bernapas sehingga mencapai keseimbangan yang tepat
antar-oksigen, karbon dioksida, dan kapasitas residu fungsional. Frekuensi napas pada bayi baru
lahir yang normal adalah 40 kali permenit dengan rentang 30–60 kali permenit ( pernapasan
diafragma dan abdomen ) apabila frekuensi secara konsisten lebih dari 60 kali permenit, dengan
atau tanpa cuping hidung, suara dengkur atau retraksi dinding dada, jelas merupakan respon
abnormal pada 2 jam setelah kelahiran.
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut :
Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik)
Penurunan PaO2 dan peningkatan PaO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus
karotikus (stimulasi mekanik).
Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di salam uterus ( stimulasi sensorik).
Refleks deflasi Hering Breur.

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah
lahir.Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli,selain karena adanya
surfaktan,juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran napas dengan merintih sehingga
udara bisa gtertahan di dalam. Cara neonates bernapas dengan cara bernapas difragmatik dan
abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur. Apabila surfaktan

berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku, sehingga terjadi atelektasis. Dalan
kondisi seperti ini(anoksia), neonatus masih mempertahankan hidupnya karena adanya
kelanjutan metabolism anaerobik.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan
kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut
sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru
yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru
dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang

pusat pernafasan di otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan,
yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system
pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
3) Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah
dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin,
tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
4) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1). Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2). Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang
cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan,
dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi
surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan
dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak

oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya
sudah terganggu.
d. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir
selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang
dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat
menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama.Dengan beberapa kali tarikan napas

yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru
dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami
vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima
oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang
akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus
dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin
menjadi sirkulasi luar rahim.

2.3 Perubahan Pada Sistem Sirkulasi
Penyesuaian sirkulasi sangat memungkinkan aliran darah yang adekuat melalui paru
adalah satu faktor penting selain mulainya pernapasan ketika lahir. Oleh karena itu paru tidak
berfungsi terutama selama kehidupan fetal,maka jantung fetus tidak perlu memompa banyak
darah melalui paru.sebaliknya jantung fetus harus memompa darah dalam jumlah besar melalui
plasenta. Sebagian besar darah yang masuk ke atrium kanan dari vena kava inferior langsung
berjalan lurus melalui permukaan posterior atrium kanan dan kemudian melalui foramen ovale
langsung masuk ke dalam atrium kiri. Jadi, darah yang di ogsigenisasi baik dari plasenta masuk
ke sisi kiri jantung bukan ke sisi kanan jantung dan dipompa oleh ventrikel kiri terutrama ke
dalam pembuluh darah kepala dan anggota gerak bawah.
Darah yang masuk atrium kanan dari vena kava superior langsung berjalan turun melalui
katup trikuspidalis masuk ke dalam ventrikel kanan. Darah ini terutama darah deoksigenisasi dari
daerah kepala fetus, dan dipompa oleh ventrikel kanan masuk ke dalam arteria pulmonalis,
kemudian terutama melalui duktus arteriosus masuk ke dalam aorta desenden dan melalui arteria
umbilikalis masukke plasenta, tempat darah deoksigenisasi mengalami oksigenisasi.
2.4 Sistem Sirkulasi dan Hematologi
Aliran darah fetal bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan pembuluh paru yang
besar (lebih tinggi dibanding tahanan vascular sistemik) hanya 10% dari keluaran ventrikel
kanan yang sampai paru, sedangkan sisanya (90%) terjadi shunting kanan ke kiri melalui duktus
arteriosus bottali.

Pada waktu bayi lahir, terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat
umbilical cord dipotong/dijepit),tekanan atrium kanan menjadi rendah,tahanan pembuluh darah
sistemik(SVR) naik dan pada saat yang sama paru mengembang,tahanan vascular paru
menyebabkan penutupan foramen ovale menutup setelah beberapa minggu,aliran darah di duktus
arteriosus bottali berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini disebut sirkulasi transisi. Penutupan
duktus arteriosus secara fisiologis terjadi pada umur bayi 10-25 jam yang di sebabkan kontraksi
otot polos pada akhir atreri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu.
Pada neonatus, reaksi pembuluh darah masih sangat kurang sehingga keadaan kehilangan
darah, dehidrasi,dan kelebihan volume juga sangat kurang untuk di toleransi. Manajemen cairan

pada neonatus harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Tekanan sistolik merupakan indicator
yang baik untuk menilai sirkulasi volume darah dan dipergunakan sebagai parameter yang
adekuat terhadap penggantian volume. Otoregulasi aliran darah otak pada bayi baru lahir tetap
terpelihara normal pada tekanan sistemik antara 60-130 mmHg. Frekuensi nadi bayi rata-rata
120x/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60mmHg.
Perubahan pada Sistem Peredaran Darah
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat
sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi dua perubahan besar, yaitu sebagai
barikut :

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Sistem sirkulasi darah janin yaitu melalui,
a. Vena umbilical
1. Berasal dari korda umbilika ke sisi bawah hati dan bawah darah kaya akan oksigen dan
nutrisi.
2. Vena ini punya satu cabang yang menghubungkan vena porta dan menyuplai hati.
b. Ductus Venosus (dari vena ke vena)
1. Menghubungkan vena umbilikal ke vena cava inverior.
2. Pada titik ini, darah tercampur dengan darah deogsigenasi yang kembali dari bagian
bawah tubuh.jadi, darah terogsigenasi dengan baik .
c. Foramen ovale
1. Foramen ovale adalah lubang sementara antara atrium yang merupakan jalan masuk
mayoritas darah dari vena cava inferior menyebrang ke dalam atrium kiri.
2. Alas an pengalihan ini adalah darah tidak perlu melalui paru-paru untuk mengumpulkan
oksigen.
d. Duktus arteriosus (dari arteri ke arteri)
Duktus dari arah dua percabangan arteri pulmoner ke aorta desenden, masuk ke titik
dibawah tempat terdapat arteri subklavia dan arteri carotid.
e. Arteri hipogastik
Percabangan dari arteri iliaka interna dan jadi arteri umbilikal saat percabangan ini masuk ke
korda umbilical.Percabangan ini megembalikan darah ke plasenta. Darah perlu waktu 1,5
menit untuk bersikulasi dan melalui perjalanan berikutnya.
Adaptasi ke kehidupan ekstrauterin
Setelah anak lahir anak bernapas untuk pertama kalinya.maka, terjadilah penurunan tekanan
dalam arteri pulmonalis sehingga banyak darah yang mengalir ke paru-paru.
Ductus arteriosus tertutup satu sampai dua menit setelah anak bernapas
Dengan terguntingnya tali pusat, darah dalam vena cava inferior berkurang. Dengan demikian,
tekanan dalam atrium atau serambi kanan berkurang.
Sebaliknya, tekanan dalam atrium kiri bertambah sehingga menyebabkan penutupan voramen
ovale.
Sisa ductus arteri menjadi ligamentum arteriosus.
Sisa ductus venosus menjadi ligamentum teres hepatic.
Arteri umbilikal menjadi ligamentum pesikoumbilical lateral kiri dan kanan.

Struktur anatomi khas sirkulasi fetal, paru tidak berfungsi selama kehidupan fetal dan hati
hanya berfungsi sebagaian, maka tidak perlu bagi jantung fetus untuk memompa banyak darah
baik melalui paru atau hati. Sebaliknya jatung fetus harus memompa darah dalam jumlah yang
besar melalui plasenta. Oleh karena itu, susunan anatomi sistem sirkulasi fetal bekerja sangat
berbeda dengan sistem sirkulasi orang dewasa.

Peredaran darah
Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta melalui vena umbilikalis lalu
sebagian ke hati dan sebagian lainnya langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri
jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik
kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta.
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan mengakibatkan tekanan arteriol
dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini
menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung kanan, dan
hal tersebutlah yang membuat foramen ovale secarafungsional menutup. Hal ini terjadi pada
jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam
aorta desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia (PaO2 yang naik) serta duktus
arteriosus yang berobliterasi. Hal ini terjadi pada hari pertama.
Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4-5 liter per menit/m² (gessner,
1965). Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu 2,96 liter/menit/m² dan bertambah
pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m²) karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah
pada waktu lahir di pengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfuse plasenta yang pada jamjam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40
mmHg.
 Transisi Pada Darah
Pada umumnya bayi baru lahir ( BBL) dilahirkan dengan nilai hemoglobin ( Hb) yang tinggi.
Hemoglobin F adalah Hb yang dominan pada periode janin, namun akan lenyap pada satu bulan
pertama kehidupan selama beberapa hari pertama. Nilai Hb akan meningkat sedangkan volume
plasma akan menurun, akibatnya hematokrit normal hanya pada 51 – 56% neonatus. Pada saat
kelahiran meningkat dari 3% manjadi 6% , pada minggu ke-7 sampai ke-9 setelah bayi baru lahir
akan turun perlahan. Nilai Hb untuk bayi berusia 2 bulan rata-rata 12 g/dl.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hemoglobin pada bayi baru lahir :
1. waktu pengkleman tali pusat. Penundaan pengkleman tali pusat dapat meningkatakan volume
darah neonotus 25-40% , keuntungan penundaan pengkleman :
a. Volume yang besar meningkatkan perfusi kapiler baru
b. Berlanjutnya bolus darah teroksigenasi selama nafas pertama yang tidak teratur.
2. Pencapaian oksigenasi adekuat yang lebih cepat membuat penutupan struktur janin.
3. Posisi bayi baru lahir segera setelah lahir
Sedangkan darah merah BBL memiliki umur yang singkat , yaitu 80 hari , sedangkan sel
darah merah orang dewasa 120 hari. Pergantian sel yang cepata ini menghasilkan lebih banyak
sampah metabolic akibat penghancuran sel termasuk bilirubin yang harus di metabolisme.
Muatan bilirubin yang berlebihan ini menyebabkan ikterus fisiologis yang terlihat pada bayi baru
lahir. Oleh karena itu, terdapat hitung retukulosit yang tinggi pada bayi baru lahir yang
mencerminkan pembentukan sel darah merah baru dalam jumlah besar.

Sel darah putih rata-rata pada bayi baru lahir memiliki rentang dari 10.000 hingga
30.000/mm
. peningkatan lebih lanjut dapat terjadi pada BBL normal selama 24 jam
pertama kehidupan. Pada saat menangis yang lama juga dapat menyebabkan hitung sel darah
putih mengandung granulosit dalam jumlah yang besar.
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi :
a. Sirkulasi Darah Fetus
1)
Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
a). Vena umbulicalis
membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar
b). Ductus venosus
meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah
baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c). Foramen ovale
merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam ventriculus sinistra
d). Ductus arteriosus
merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta desendens
e). Arteri hypogastrica
dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus
umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut
dikenal sebagai arteri hypogastica.
2)

Sistem sirkulasi fetus
a). Vena umbulicalis
membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena
hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior
b). Ductus venosus
merupakan cabang – cabang dari venaumbilicalis dan mengalirkan sejumlahbesar darah
yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
c). Vena cava inferior
mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas inferior dan badan fetus,
menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium
dextrum
d). Foramen ovale
memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi dalam
ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula
mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang
ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan
demikian hepar, jantung dan serebrum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi
e). Vena cava superior
mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini
bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula tricuspidallis
masuk ke dalam venriculus dexter
f). Arteria pulmonalis

mengalirkan darah campuran keparu - paru yang nonfungsional,yanghanya memerlukan
nutrien sedikit.
g). Ductus arteriosus :
mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta descendens
untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior
h). Arteria hipogastrika
merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta
dengan mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah
maternal.
1)
2)
3)
4)

a.
b.
a.
b.

a.
b.
c.
d.
e.

b. Perubahan yang terjadi pada saat lahir
Penghentian pasokan darah dari plasenta
Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
Penutupan foramen ovale
Fibrosis
a). Vena umbilicalis
b). Ductus venosus
c). Arteriae hypogastrica
d). Ductus arteriosus
sirkulasi pulmonari : vena umbilikus, duktus venosus,foramen ovale,dan duktus anteriosus.
Sirkulasi Fetus
Rintangan tinggi pada saat sirkulasi pulmonal.
Rintangan rendah pada saat sirkulasi sistemik.
Terjadinya pergerakan darah dari sebelah kanan ke kiri.
Foramen Ovale
Tekanan arteri sebelah kiri rendah karena darah yang kembali ke paru-paru adalah rendah dan
tingginya tekanan pada arteri sebelah kanan karena isis pada darah dari plasenta tinggi.
Duktus Arteriosus
Rintangan tinggi pada sirkulasi pulmonary. Rintanga (resisten) rendah pada sirkulasi sistemik
fetus dan fungsi prostaglandin.
Sirkulasi Neonatal
Banyak perubahan dalam sirkulasi ketika kelahiran. Bertambahnya aliran darah pada sirkulasi
pulmonal terjadi akibat turunnya resisten pada sirkulasi pulmonal sehingga paru-paru
mengembang.
Darah vena kembali daripada jantung meningkat.
Tekanan arteri kiri meningkat,sedangkan arteri kanan berkurang mengakibatkan foramen ovale
tertutup.
Resisten sirkulasi sistemik lebih tinggi daripada resisten pulmonal dalam masa 24 jam. Fungsi
prostaglandin menyebabkan duktus arteriosus menutup.
Arteri-arteri umbilikus mengerut dan aliran darah ke plasenta berhenti.
Perubahan Sirkulasi Fetal Waktu Lahir
a. Hilangnya aliran darah dalam jumlah besar melalui plasenta.
Sebenarnya hal ini meningkatkan tekanan aorta serta tekanan atrium kiri.
b. Tahapan vaskular paru sangat menurun.

Sebagai akibat dari pengembangan paru-paru. Pada fetus yang tidak mengembang,
pembuluh darah tertekan karena volume paru yang kecil. Segera setelah
mengembang, pembuluh darah tersebut tidak lagi tertekan dan tahanan terhadap
aliran darah berkurang.
c. Penutupan foramen ovale
Tekanan atrium kanan yang rendah dan tekanan atrium kiri yang tinggi, secara
sekunder akan berpengaruh terhadap perubahan tahanan paru dan sistem waktu lahir
sehingga menyebabkan kecenderungan darah mengalirkan balik dari atrium kiri ke
atrium kanan bukan sebaliknya,seperti yang terjadi dalam kehidupan fetal. Akibatnya
katup kecil yang terletak diatas foramen ovale pada sisi kiri septum atrium menutup
lubang tersebut karena hal tersebut dapat mencegah aliran lebih lanjut.
d. Penutupan duktus arteriosus
Efek yang sama terjadi dalam hubungannya dengan duktus arteriosus karena
meningkatkan tahanan pada paru dan mengurangi trahanan pada arteri purmonalis.
Sebagai akibatnya, segera setelah lahir, darah mulai mengalir balik dari aorta ke arteri
pulmonalis bukan dengan arah sebaliknya dari aorta seperti kehidupan fetal. Akan
tetapi, hanya setelah beberapa jam dinding otot duktus arteriosus mengadakan
kontraksi nyata, dan dalam 8 hari kontraksi cukup untuk menghentikan aliran darah.
Hal ini dinamakan penutupan fungsional duktus arteriosus. Kemudian, terkadang
selama bulan ke-2 kehidupan, biasanya duktus arteriosus tertutup secara anatomi oleh
pertumbuhan jaringan fibrosa.
Pembentukan Sel-Sel Darah
a. Sel-sel darah berinti mulai dibentuk pada kantung kuning telur dan lapisan
mesotel plasenta sekitar minggu ke-3 perkembangan fetus. Satu minggu kemudian
diikuti pembentukan sel-sel darah merah oleh mesenkim dan endotel pembuluh
darah fetus.
b. Minggu ke-6, hati mulai membentuk sel darah.
c. Pada bulan ke-3 dan seterusnya sumsum tulang mulai semakin membentuk selsel darah merah dan putih. Sementara itu, struktur-struktur lain kehilangan
kemampuannya sama sekali untuk membentuk sel-sel darah.
2.5 Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan mempraktikkan perilaku mengisap dan menelan. Pada saat
lahir, reflek muntah dan batuk yang matur telah lenyap. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan
untuk menelan dan mencerna sumber makanan dari luar cukup terbatas. Sebagaian besar
keterbatasan tersebut membutuhkan berbagai enzim dan hormon pencernaan yang dapat di
saluran cerna ( mulai dari mulut sampai dengan usus ).
Kamampuan absorpsi karbohidrat pada bayi baru lahir kurang efisien, sedangkan absorpsi
monosakarida ( glukosa ) telah efisien. Regurgitasi pada bayi baru lahir disebabkan oleh sfingter
jantung, sambungan esophagus bawah, dan lambung yang tidak sempurna. Kapasitas lambung
pada bayi baru lahir cukup bulan sangat terbatas, kurang dari 30cc. hal ini di sebabkan karena
usus bayi baru lahir relatif tidak matur dan sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih tipis
dan kurang efisien di bandingkan orang dewasa sehingga gelombang peristaltiknya sukar untuk
di prediksi. Lipatan dan vili dinding usus belum berkembang sempurna. Sel epitel yang melapisi

usus halus bayi baru lahir tidak berganti dengan cepat sehingga meningkatkan absorpsi yang
paling efektif. Awal pemberian makan oral menstimulasi lapisan usus agar matur dengan
meningkatkan pergantian sel yang cepat dan produksi enzim mikrovilus. Epitel sel yang tidak
matur mempengaruhi usus untuk melindungi dirinya dari zat-zat yang sangat berbahaya.
Pada awal kehidupan, bayi baru lahir menghadapi proses penutupan usus ( permukaan epitel
usus menjadi tidak permeable terhadap antigen ). Sebelum penutupan usus bayi akan rentan
terhadap infeksi virus / bakteri dan juga terhadap stimulasi allergen melalui penyerapan molekulmolekul besar oleh usus. Kolon bayi baru lahir kurang efisien dalam menyimpan cairan daripada
kolon orang dewasa sehingga bayi cenderung mengalami kompilasi kehilangan cairan, misalnya
gangguan diare.
2.6 Perubahan imunitas
Pada kehamilan 8 minggu telah ditemukan limfosit, dengan tuanya kehamilan
maka limfosit juga banyak di temukan dalam ferifer dan terdapat pula limfe. Sel –sel
limfoid membentuk molekul immunoglobulin gamma G yang merupakan gabungan
immunoglobulin gamma A dan gamma M. Gamma G dibentuk paling banyak setelah 2
bulan bayi dilahirkan. Gamma G globulin janin di dapat dari ibu melalui plasenta. Bila
terjadi infeksi maka janin mengadakan reaksi dengan plasmasitosis, penambahan
penambahan folikel limfoid dan sintesis gamma M immunoglobulin. Gamma A
immunoglobulin telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan banyak ditemukan
segera setelah lahir, khususnya sekret dari traktus digestifus,respiratorus,kelenjar
ludah,pancreas dan traktus urogenital.
Gamma M immunoglobulin meningkat segera setelah bayi dilahirkan setara
dengan keadaan flora normal dalam saluran pencernaan. Akan tetapi bayi hanya
dilindungi oleh Gamma G immunoglobulin dari ibu dan terbatas kadarnya juga
kurangnya Gamma A immunoglobulin yang menyebabkan neonatus berkemungkinan
besar rentan infeksi dan sepsis.
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan
memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari
struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a. perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. fungsi saringan saluran napas
c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu
BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang,
artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif
mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen
asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama
masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.

Bayi memiliki imunoglobulin waktu lahir, namun keberadaannya dalam rahim terlindung
membatasi kebutuhan untuk bereaksi pada kekebalan trhadap antigen tertentu. Ada tiga macam
imunoglobulin (Ig) atau antibodi (huruf menunjukan masing-masing golongan ),yaitu IgG,igA,
dan IgM. Hanya IgG yang cukup kecil melewati pembatas plasenta , IgG merupakan golongan
antibodi yang sangat penting dan kira-kira 75% dari seluruh antibodi. IgG mempunyai kekebalan
terhadap infeksi kuman virus tertentu. Pada waktu lahir, tingkat IgG bayi sama dengan atau
sedikit lebih banyak daripada ibu. Tingkat Ig ini memberikan kekebalan pasif selama beberapa
bulan kehidupan.
IgM dan IgA tidak melintasi pembatas plasenta, namun dibuat oleh janin. Tingkat IgM
pada periode kehamilan besarnya 20% dari IgM orang bisa dan diperlukan waktu 2 tahun untuk
dapat menyamai tingkat orang dewasa. Tingkat IgM yang relative rendah membuat bayi rentan
terkena infeksi. IgM juga penting sebab sebagian besar antibodi yang terbentuk pada sewaktu
terjadi respons primer adalah golongan ini. Tingkat IgA sangat rendah dan diproduksi dalam
waktu yang lama walaupun tingkat salive sekresi mencapai tingkat oreang dewasa dalam kurun
waktu 2 bulan. IgA melindungi dari infeksi saluran pernafasan , saluran usus lambung
,dan mata. Sedangkan ,imunoglobulin jenis lainnya, yaitu IgD dan IgE, tidak begitu berkembang
pada masa awal bayi/neonatus.
2.7 Perubahan Sistem Ginjal
Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil.
Infeksi,diare, dan pola makan yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis dan
ketidakseimbangan cairan seperti dehidrasi dan edema ketidakmaturan ginnjal dapat membatasi
kemampuan bayi baru lahir untuk mengeksresi obat. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat pada
kandung kemih bayi saat lahir tetapi bayi baru lahir memungkinkan tidak mengeluarkan urine
selama 12
24 jam. Berkemih sering terjadi selama periode ini.Berkemih 6-10x dengan warna urine pucat
menunjukan masukan cairan yan cukup. Umumnya, bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15
sampai 60 ml per kilogram /hari.
Ginjal janin mulai terbentuk pada kehamilan 12 minggu,dimana dalam kandung kemih
telah ada air kemih yang diekresi kedalam air ketuban.Pada bayi baru lahir,kapasitas kandung
kemih kira-kira 45 cc dan produksi air kemih rata-rata 0,05 – 0,10 cc permenit.Ginjal bayi baru
lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus.
Kondisi itu mudah meyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur
sehingga dapat menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah yang besar dan ketidak
seimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu mengonsentrasikan urine yang baik
yang tercermin dalam berat urine ( 1,004 ) dan osmolitas urine yang rendah. Semua keterbatasan
ginjal ini lebih buruk pada bayi kurang bulan.
Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, serinmgkali
hanya 30 hingga 60 ml, seharusnya tidak terdapat protein atau darah dalam urine bayi baru lahir.
Debris sel yang banyak dapat mengidentifikasi adanya cedera atau iritasi di dalam sistem ginjal.
Fungsi ginjal belum sempurna karena :
a. Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
b. Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal
c. Renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa

2.8

Ikterus Neonatorum Fisiologis
Ikterus sendiri sebenarnya adalah perubahan warna kuning akibat deposisi bilirubin
berlebihan pada jaringan; misalkan yang tersering terlihat adalah pada kulit
dan
konjungtiva mata.
Sedangkan definisi ikterus neonatorum adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir
dengan keadaan meningginya kadar bilirubun di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit,
konjungtiva,mukosa
dan
alat
tubuh
lainnya
berwarna
kucing.
Ikterus juga disebut sebagai keadaan hiperbilirubinemia (kadar bilirubin dalam darah lebih dari
12 mg/dl). Keadaan hiperbilirubinemia merupakan salah satu kegawatan pada BBL karena
bilirubin bersifat toksik pada semua jaringan terutama otak yang menyebabkan penyakit kern
icterus (ensefalopati bilirubin) yang pada akhirnya dapat mengganggu tumbuh kembang bayi.
Ikterus neonatorum dibedakan menjadi 2,yaitu :
1. Neonatorum Fisiologis
Adalah keadaan hiperbirirubin karena faktor fisiologis merupakan gejala normal dan sering
dialami bayi baru lahir.
Ikterus ini terjadi atau timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5 sampai
dengan ke-6 dan akan menghilang pada hari ke-7 atau ke-10. kadar bilirubin serum pada bayi
cukup bulan tidak lebih daro 12 mg/dl dan pada BBLR tidak lebih dari 10 mg/dl, dan akan
menghilang pada hari ke-14. Bayi tampak biasa, minum baik dan berat badan naik biasa.
Penyebab ikterus neonatorum fisiologis diantaranya adalah organ hati yang belum “matang”
dalam memproses bilirubin, kurang protein Y dan Z dan enzim glukoronyl tranferase yang belum
cukup jumlahnya. Meskipun merupakan gejala fisiologis, orang tua bayi harus tetap waspada
karena keadaan fisiologis ini sewaktu-waktu bisa berubah menjadi patologis terutama pada
keadaan ikterus yang disebabkan oleh karena penyakit atau infeksi.
2. Ikterus Neonatorum Patologis
Adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor penyakit atau infeksi. Ikterus neonatorum patologis
ini ditandai dengan :
a. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan; serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl.
b.
Peningkatan
kadar bilirubin
5
mg/dl
atau
lebih
dalam
24
jam.
c. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan (BBLR) dan12,5 mg
% pada bayi
cukup bulan.
d.Ikterus
yang disertai
proses hemolisis.
e. Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl, atau kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl/jam atau
lebih 5
mg/dl/hari.
f. Ikterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari (cukup bulan) dan lebih dari 14 hari
pada BBLR.
2.9
Perubahan
Sistem
Termogulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress
dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan
rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang
jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga
mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali
panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak
coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %.

Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan
energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang
oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan
adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat
bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan
bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai
hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360C.Suhu normal pada neonatus adalah 36,5–
37,0
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang
disebabkan
oleh:
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna.
b. Permukaan tubuh bayi yang relatife lebih luas.
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
d. Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6
– 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama
menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi
dibiarkan
telanjang
atau
segera dimandikan.
Gejala hipotermi :
1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak
kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
2. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
3. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai
dan lengan.
4. Muka bayi berwarna merah terang
5. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir
kelingkunganya.
a.
Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ketubuh benda di sekitarnya yang kontak langsung
dengan tubuh bayi. (Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain
melalui kontak langsung). Contoh hilangnya pans tubuh bayi secara konduksi, ialah menimbang
bayi tanpa alas timbangan, tangan dpenolong yang dingin memegang bayi baru lahir,
menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
b.
Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang sedang bergerak (jumlah pans yang hilang
tergantung pad kecepatan dan suhu udara). Contoh hilanya panas tubuh bayi secara konveksi,
ialah membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir
diruangan yang terpasng kipas angin.
c.
Radiasi
Panas di pancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya kelingkungan yang lebih dingin
(Pemindahan panas anatar dua objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh bayi mengalami
kehilangan panas tubuh secara radiasi, ialah bayi baru lahir di biarkan dalam ruangan dengan Air
onditioner (AC) tanpa di berikan pemanas(Radiant Warmer), bayi baru lahir dibiarkan keadaan

telanjang, bayi baru lahir di tidurkan berdekatan dengan ruangan yang dingin, misalnya dekat
tembok.
d.
Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembababan
udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadu uap). Evaporasi di pengaruhi
oleh jumlah panas yang di pakai tingkat kelembaban udara, aliran udar yang melewati apabila
bayi baru lahir di biarkan suhu kamar 25 0C, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi,
radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat badan (Perg BB), sedangkan yang di bentuk hanya
satu persepuluhnya.
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antar lain mengeringkan bayi secara
seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat, menutup bagian
kepala bayi, menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.
2.10 Sistem Metabolisme
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan
kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam
waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI
b. melaui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat
glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan
glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama
di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan
menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa
tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua
persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang
lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi
berkurang (digunakan sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang halus,
sianosis, apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat
tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di
seluruh di sel-sel otak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL) darikeadaan
yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan
interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi)
ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya
memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam rahim
ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang
paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi,
dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir meliputi : Perubahan sistim
pernapasan / respirasi, Perubahan pada sistem peredaran darah, Pengaturan Suhu, Metabolisme
Glukosa, Perubahan sistem gastrointestinal dan Sistem kekebalan tubuh/ imun.
3.2 Saran
1.
Setelah memahami tentang bayi baru lahir tentunya bisa dilakukan penerapan yang baik
untuk dapat melakukan pemeriksaan yang spesifik pada bayi baru lahir sehingga dapat
menetapkan diagnosis yang benar agar dapat dilakukan perawatan yang lebih intensif jika
ditemukan adanya masalah.
2.
Semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat memberikan perawatan yang
benar terkait dengan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Behrman,dkk.(2000).Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC
Marimbi,H.(2010).Biologi Reproduksi.Yogyakarta:Nuha medika.
Dewi,L.Nanny Vivian.(2010).Asuhan Neonatal Bayi dan Bidan.Jakarta:Salemba Medika.
Wulandari,F.Ayu.(2011).Biologi Reproduksi.Jakarta:Salemba Medika.
Tuker,M.Susan.(1997).Pemantauan Janin Edisi 2.Jakarta:EGC
Dewi,S.N.(2012).Biologi Reproduksi.Yogyakarta:Pustaka Rihana.
Sadler.T.W.(1996).Embriologi Kedokteran Langman Edisi ke-3.Jakarta:EGC
Sudarti,dkk.(2012).Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi,dan Anak Balita.Yogyakarta:Nuha
Medika
http://bidanlia.blogspot.com/2008/12/adaptasi-bayi-baru-lahir.html
http://bidandhila.blogspot.com/2009/01/perubahan-fisiologi-adaptasi-fisik-pada.html