Pengaruh aktivitas dakwah Badan Pembina Kerohanian Islam (Bapekis) Bank Mandiri dalam peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap ibadah karyawan

(1)

PENGARUH AKTIVITAS DAKWAH BADAN

PEMBINA KEROHANIAN ISLAM (BAPEKIS) BANK

MANDIRI DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN

DAN PERUBAHAN SIKAP IBADAH KARYAWAN

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh:

ROMELIH

104051001924

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PENGARUH AKTIVITAS DAKWAH BADAN

PEMBINA KEROHANIAN ISLAM (BAPEKIS) BANK

MANDIRI DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN

DAN PERUBAHAN SIKAP IBADAH KARYAWAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai tugas akhir dalam jenjang Strata Satu (S1) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi guna mencapai gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

ROMELIH

104051001924

Di bawah bimbingan:

Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si NIP.150275288

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul PENGARUH AKTIVITAS DAKWAH BADAN PEMBINA KEROHANIAN ISLAM (BAPEKIS) BANK MANDIRI DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN PERUBAHAN SIKAP IBADAH KARYAWAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 4 Maret 2009 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. H. Murodi, M.A. Umi Musyarrofah, M.A. NIP: 150254102 NIP: 150281980

Anggota

Penguji I Penguji II

Dr. Arief Subhan, M.A. Drs. Wahidin Saputra, M.A. NIP: 150262442 NIP: 150276299

Pembimbing

Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. NIP: 150275288


(4)

ABSTRAK

Dakwah dalam arti yang seluas-luasnya adalah merupakan kewajiban setiap muslim, tidak hanya sebagai individu, tetapi dakwah juga dapat dilakukan secara organisasi. Maka Bergabungnya 4 (empat) Bank milik Pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor dan Bank Pembangunan Indonesia menjadi PT. Bank Mandiri (Persero), mendirikan suatu badan yang yang bertugas untuk memberikan siraman rohani bagi para karyawan Bank Mandiri yaitu Bapekis Bank Mandiri yang bertekad bulat untuk membina, mengayomi, menyantuni, melindungi dan membekali dengan pengetahuan serta keterampilan yang sesuai dengan Syariah Islam yaitu Al-Quran dan Sunnah Rasul serta meningkatkan kesadaran yang tinggi, bahwa bekerja dengan bersemangat, tekun, cermat, serta ikhlas memiliki nilai ibadah yang tinggi dihadapan Allah SWT.

Dari latar belakang tersebut maka ada beberapa pertanyaan yang ingin penulis ungkapkan yaitu, aktivitas dakwah apa saja yang telah dilakukan oleh Bapekis Bank Mandiri dalam meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap ibadah karyawan? Bagaimana bentuk atau pola komunikasi yang dilakukan oleh da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya? Adakah pengaruh yang ditimbulkan dari kegiatan dakwah Bapekis Bank Mandiri dalam peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap ibadah karyawan?

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang menggunakan alat analisis perhitungan statistik yaitu rata-rata (mean) yang memberikan kesimpulan sesuai dengan analisis data yang ada dan dideskripsikan sebagaimana mestinya sesuai dengan kenyataan hasil data. Kemudian penulis menggunakan metode regresi dan korelasi. Analisis regresi dilakukan apabila hubungan variabel berupa hubungan kausal atau fungsional antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen dan korelasi untuk mengetahui sejauh mana hubungan anatara variabel-variabel tersebut.

Dari analisis data yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa aktivitas dakwah yang dilakukan oleh Bapekis Bank Mandiri dalam meningkatan pengetahuan dan perubahan sikap ibadah karyawan adalah Aktivitas dakwah yang dilakukan Bapekis Bank mandiri dalam meningkatan pengetahuan dan perubahan sikap ibadah karyawan adalah kegiatan ceramah dan diskusi yang membahas mengenai tema yang aktual yang diberikan dalam kegiatan pengajian tematis rabu yang merupakan program dari bidang ta’mir masjid dengan menggunakan pola komunikasi massa.

Pengaruh aktivitas dakwah yang dilakakukan oleh Bapekis Bank Mandiri terhadap peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap karyawan dalam ibadah cukup besar. Ini dapat kita ketahui dengan nilai angka korelasi secara keseluruhan tentang hal tersebut sebesar 57,3% dan pengaruhnya sebesar 32,9%. Secara tersendiri, aktivitas dakwah tersebut berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan karyawan tentang beragama yaitu sebesar 38,2% dengan nilai korelasi sebesar 61,8%. Sedangkan nilai pengaruhnya terhadap perubahan sikap karyawan dalam beribadah sebesar 29,9% dengan nilai korelasinya sebesar 54,7%.


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini telah penulis cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli penulis atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka penulis bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Maret 2009


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat yang telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, penggenggam setiap kejadian, pengangkat setiap kemuliaan, dan penyempurna kebahagiaan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir jaman.

Skripsi ini disusun sebagai tugas terakhir selama menempuh jenjang Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, juga sebagai persyaratan dalam meraih gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini dapat terselesaikan atas dukungan dan bantuan serta bimbingan semua pihak, oleh karena itu rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya dihaturkan kepada:

1. Dr. H. Murodi, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr. Arief Subhan, MA selaku Pembantu Dekan I, Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan II, Drs. Study Rizal L.K, MA selaku Pembantu Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam, Umi Musyarofah, MA sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA selaku Pembimbing


(7)

Akademik Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2004 kelas E.

3. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si sebagai Pembimbing Skripsi, dengan kesabaran dan kebijaksanaan serta keluasan wawasan keilmuannya telah memberikan bimbingan serta arahan dalam pembuatan skripsi ini.

4. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat selama kuliah di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam selama ini.

5. Ketua beserta Staf Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Perpustakaan Umum yang telah memberikan pelayanan dalam mencari referensi-referensi selama kuliah dan dalam pembuatan skripsi ini.

6. Segenap Pengurus Bapekis Bank Mandiri Pusat yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data-data skripsi ini semoga Allah membalas dengan kebaikan.

7. Ayahanda Mursid dan ibunda Murdiah yang telah berjuang dengan jerih payah dan kasih sayangnya untuk keberhasilan anaknya sampai menyelesaikan S1, Kakanda Iwan, Suherman, Nurhayati dan keluarga yang telah memberikan dukungan selama ini.

8. Sadri dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik materi maupun nonmateri sehingga gelar S1 dapat tercapai.

9. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam khususnya KPI E angkatan 2004, Maheso Jenar, Hasannudin, Irfan, Lukman (Munir), Saiful Anwar, Robby, Lutfi Harits dan semua teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah


(8)

memberikan banyak motivasi dalam belajar selama ini dan memberikan arti sebuah persahabatan.

10. Seseorang yang akan selalu menjadi spesial di hati ini, Laila Fachriyah yang dengan kasih sayangnya banyak memberikan motivasi dan inspirasi dalam menjalani kehidupan ini.

11. Adik-adikku di Fakultas Dakwah dan Komunikasi khususnya Arsyil, Leli, Resty, Chairunnisa dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga kalian cepat menyelesaikan studi kalian dan mencapai cita-cita kalian. 12. Sahabat-sahabatku PHC Boys, Mirza (L2), Rusdi (P2), Ade (T2), Irvan (E2),

dan Anak Kost, Febrian, Wuluh, Maman, Warith, Vio dan teman-teman di SMUN 112, semoga persahabatan kita tidak pernah luntur seiring berjalannya waktu.

13. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah turut membantu selama masa studi dan proses penulisan skripsi ini.

Hanya harapan dan do’a kepada Allah SWT, penulis berlindung dan berserah diri semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini penulis berdo’a semoga selalu dimantapkan iman, Islam dan ihsan dari Allah SWT. Amien Ya Rabbal A’lamien.


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR………... ii

DARTAR ISI………. v

TAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR………. viii

DAFTAR LAMPIRAN……….. ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………... 7

1. Pembatasan Masalah……….. 7

2. Perumusan masalah……… 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 8

1. Tujuan Penelitian……… 8

2. Manfaat Penelitian……….. 9

D. Tinjauan Pustaka………. 9

E. Sistematika penulisan……….. 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Pengaruh……… 12

B. Pengertian Aktivitas………. 12

C. Pengertian Dakwah……….. 12

1. Unsur-unsur Dakwah……….. 14

2. Manajemen dakwah……… 18

D. Pola Komunikasi ………. 26

1. Pengertian Pola………... 26

2. Pengertian komunikasi ……..………. 27

E. Sikap………. 33

1. Pengertian Sikap……….. 33

2. Proses dan Pembentukan Sikap………... 34

F. Motivasi………... 35

1. Pengertian Motivasi………. 35

2. Macam-macam Motivasi………. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian... 38

B. Lokasi Penelitian………. 39

C. Populasi dan Sampel………... 39

D. Variabel Penelitian……….. 40

E. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian……… 42

F. Teknik Pengumpulan Data……….. 44

G. Sumber data………. 46


(10)

I. Metode Analisis data………... 47

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Profil Bapekis Bank Mandiri…………...……… 50

B. Visi dan Misi Bapekis Bank Mandiri….……….. 50

C. Manajerial Bapekis Bank Mandiri………... 51

D. Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah Bapekis Bank Mandiri…... 52

E. Penemuan dan Pembahasan………. 61

1. Deskripsi Data Responden Penelitian………. 61

2. Deskripsi Kuesioner Penelitian………... 64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….. 86

B. Saran………. 88

DAFTAR PUSTAKA………... 89


(11)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat keterangan permohonan bimbingan skripsi 2. Surat keterangan permohonan penelitian

3. Surat keterangan penelitian

4. Anggaran dasar Bapekis Bank Mandiri

5. Run down acara isra mi’raj Nabi Muhammad SAW 1428 H 6. Company profile Bank Mandiri

7. Angket pernyataan 8. Tabel pernyataan 9. Regresi


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan……….... 61

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan usia………... 62

Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin……… 63

Tabel 4. Waktu pelaksanaan kegiatan dakwah……….. 64

Tabel 5. Jumlah persentase materi dakwah yang disukai karyawan………. 65

Tabel 6. Materi yang disampaikan dalam kegiatan dakwah……….. 66

Tabel 7. Pola komunikasi yang digunakan dalam kegiatan dakwah………. 67

Tabel 8. Metode yang digunakan dalam kegiatan dakwah... 69

Tabel 9. Media yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan dakwah…………. 70

Tabel 10. Buku ajar yang digunakan da’i……….. 72

Tabel 11. Peningkatan pengetahuan karyawan tentang agama………. 73

Tabel 12. Perubahan sikap beragama karyawan dalam beribadah... 75

Tabel 13. Motivasi karyawan untuk belajar keagamaan... 77

Tabel 14. Pengaruh kegiatan dakwah terhadap peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap……….. 79

Tabel 15. Pengaruh kegiatan dakwah terhadap peningkatan pengetahuan karyawan dalam beragama……… 81

Tabel 16. Pengaruh kegiatan dakwah terhadap perubahan sikap karyawan dalam Bergama………. 83


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hubungan antar variabel terhadap peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap karyawan dalam


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah merupakan kegiatan pengembangan agama yang telah lama dirintis oleh para Nabi dan Rasul SAW. Kegiatan tersebut memanglah bukan suatu hal yang mudah yang harus dilakukan umat Islam. Tindakan kita akan banyak menemui tantangan dan halangan dalam melaksanakan kegiatan dakwah. Allah SWT berjanji akan memberikan ganjaran pahala yang berlimpah bagi yang menempuhnya. Islam adalah agama yang di dalamnya terdapat ajaran untuk melaksanakan dakwah baik secara berkelompok maupun perorangan. Dakwah dapat direalisasikan melalui perkataan (bil lisan), tulisan (bil qalam) dan perbuatan (bil hal). Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa Islam adalah agama dakwah.

Dakwah menjadi suatu keharusan bagi setiap individu muslim dan muslimah untuk mensyiarkan nilai-nilai ajaran agama Islam. Keberadaannya menjadikan Islam tegak dan kokoh di muka bumi ini. Aktivitas dakwah Islam yang maju akan membawa pengaruh terhadap kemajuan agama. Sebaliknya aktivitas dakwah yang lesu akan berakibat pada kemunduran agama. Oleh karena itu, maka dapat dimengerti jika Islam meletakkan kewajiban dakwah di atas pundak setiap pemeluknya.1

Menurut Rabi’ bin Hadi al-Madkhali dalam Fiqih Dakwah Para Nabi AS, dakwah merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT,

1


(15)

sehingga wajar jika Allah SWT menyebutkan bahwa sebaik-baiknya perkataan seorang hamba adalah ajakan kepada manusia untuk berbuat kebajikan yang merupakan menuju jalan Allah SWT dan beramal shalih.2

Sebagai umat Islam dan hamba Allah SWT, manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam penyebaran nilai-nilai kebenaran di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sesungguhnya dakwah kepada agama Allah SWT (baca: Islam) merupakan jalan (yang ditempuh) Rasulullah SAW dan para pengikutnya. Sebagaimana firman Allah SWT:

!"# $%

& '(

“Katakanlah: “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan bashira. Maha suci Allah dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)3

Bahkan Rabi’ bin Hadi al-Madkhali menambahkan bahwa dakwah kepada agama Allah SWT merupakan tugas utama para Rasul dan pengikut-pengikutnya tanpa terkecuali, yaitu untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang, dari kekufuran menuju keimanan, dari kesyirikan menuju tauhid dan dari neraka menuju ke surga.4

Pentingnya dakwah bagi umat manusia menjadikan manusia harus mempelajari dengan baik tentang dakwah itu sendiri. Dalam melaksanakan dakwah, seseorang da’i atau da’iyah harus mempunyai wawasan yang luas tentang hal yang disampaikannya sehingga hujjah atau pendapat yang diberikan dapat diterima oleh mad’u. Da’i atau da’iyah juga harus

2

Rabi’ bin Hadi al-Madkhali, Fiqih Dakwah Para Nabi AS, (Bogor: Media Tarbiyah, 2006), Cet. Ke-1, h. 1-2

3

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2005), cet. Ke-IV, h. 533

4


(16)

menyesuaikan metode yang digunakan dengan mad’u yang dihadapi, bersifat dinamis sesuai dengan perubahan zaman, dan tidak keluar dari garis yang telah ditetapkan oleh Allah SWT yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.

Sungguh beruntung bagi manusia yang mampu mengemban tugas dakwah, karena mereka termasuk golongan pilihan orang-orang terbaik dan paling dicintai oleh Allah SWT. Firman Allah SWT:

)*+ , -./ 0 1$ 2

*345( 67. 8 % 9

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan satu khalifah di muka bumi.” (QS. Al-Baqarah: 30)5

Kegiatan dakwah di tengah-tengah masyarakat secara langsung dapat juga disebut direct marketing atau kegiatan memperkenalkan atau mengajak orang lain secara langsung dengan tujuan agar yang bersangkutan menjadi tertarik dan kemudian menjadi bagian dari hasil kegiatan tersebut. Hakekat dari kegiatan dakwah adalah memperkenalkan dan kemudian mengajak orang lain agar tertarik dan mendukung dakwah. Kegiatan dakwah secara langsung pernah dilakukan Rasulullah saat awal-awal Islam diperkenalkan. Beliau “memasarkan” produk yang bernama Islam dari pintu ke pintu. Lambat laun upaya yang dilakukan Rasulullah membuahkan hasil hanya dalam waktu kurang dari 23 tahun. Dan hasilnya adalah tersebarnya Islam keseluruh penjuru dunia. Cara Rasulullah tersebut tentu saja dengan penuh perhitungan dan mendapat petunjuk dari Allah SWT.

5

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, cet. Ke-V, h. 140


(17)

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa dakwah bukanlah kegiatan yang pasif. Dalam berdakwah, seorang da’i janganlah hanya menunggu mad’u untuk memanggilnya untuk mendapatkan pengetahuan agama. Tetapi sebagai da’i yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan dakwah haruslah mendekati mad’u sehingga mereka merasa mudah untuk mendapakan pengetahuan tentang agama yang mereka butuhkan di tengah-tengah kesibukan mereka sehari-hari.

Selain itu, tujuan dari berdakwah adalah mengajak manusia ke jalan Tuhan, jalan yang benar yaitu Islam dan untuk membuat manusia memliki kualitas akidah, ibadah dan akhlak yang tinggi. Bisri Affandi mengatakan bahwa yang diharapkan dari dakwah adalah terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik kelakuan adil maupun aktual, baik pribadi maupun keluarga masyarakat, way of thinking atau cara berpikirnya berubah, way of life atau cara hidupnya berubah menjadi lebih baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas.6

Manusia akan mampu menggunakan potensi dirinya semaksimal mungkin jika jiwanya tenang, hatinya tenteram dan suasana yang menyenangkan. Untuk mendapatkan semua itu manusia perlu pendorong sebagai penggerak dalam hidupnya yaitu agama. M. Syafaat Habib mengungkapkan bahwa agama sebagai sesuatu yang memang diperlukan manusia, untuk mengembangkan kemauan, kemampuan dirinya, penuntun

6

Bisri Affandi, Beberapa Percikan Jalan Dakwah, (Surabaya: Fakultas Dakwah Surabaya, 1984), h. 3


(18)

dalam hidup serta memudahkan manusia mencari apa yang diinginkan dalam hidup baik berupa material maupun immaterial.7

Dari pendapat di atas memperkuat pendapat bahwa agama diperlukan oleh manusia sepanjang manusia itu mau mengkaji, meneliti dan mempraktekkan agama dalam kehidupan sehari-hari maka manusia akan merasakan manfaat dari agamanya.

Sejalan dengan perkembangan zaman, kegiatan dakwah untuk menyampaikan nilai-nilai Islam tidak hanya dilakukan di masjid-masjid maupun di rumah-rumah saja. Namun, berdakwah kini juga dapat dilakukan di perusahaan yang merupakan salah satu tempat pusat kegiatan manusia dalam mencari kehidupan duniawi. Hal tersebut untuk mewujudkan tujuan dakwah yang sebenarnya, yaitu untuk merubah masyarakat sebagai sasaran dakwah kearah kehidupan yang lebih baik. Sehingga dakwah wajib dijalankan oleh setiap muslim di mana saja dan kapan saja, serta tidak hanya melalui media mimbar saja tetapi juga dalam segala aktivitasnya.

Sesuai dengan pernyataan di atas, segala aktivits dakwah tidak hanya dilakukan di lingkungan masyarakat saja melainkan pula di lingkungan perusahaan. Dengan adanya aktivitas-aktivitas dakwah di perusahaan yang merupakan pusat berkumpulnya semua karyawan dalam suatu wadah, dari kegiatan ini terjalin suatu ikatan emosi yang menimbulkan komunikasi, lalu dari komunikasi dalam satu wadah inilah membawa mereka kepada terjalinnya komunikasi di lingkungan kerja.

7


(19)

Bila kita cermati ternyata orang-orang yang bekerja setiap hari dan bergelut dengan kesibukan serta berlomba dengan waktu, kehidupannya sangatlah terasa kering dari ketenangan jiwa. Mereka cenderung lebih mementingkan akan kehidupan dunia dan hampir melupakan akan kehidupan akhirat. Layaknya pohon yang ditanam di tanah yang subur tetapi tak pernah disiram, maka pohon itu akan layu bahkan akan mati. Begitu juga manusia, walaupun ia bekerja di tempat yang bagus, posisi yang menguntungkan, dan uang yang berlimpah tetapi tanpa adanya siraman untuk rohaninya, maka kehidupannya akan terasa kering, tidak nyaman dan tidak ada ketenangan di dalam jiwanya. Oleh karena itu, sangatlah penting dakwah bagi kehidupan mereka sebagai cara untuk mendapatkan pendidikan dan menunutut ilmu agama. Sebagai manusia yang peduli terhadap saudara-saudaranya maka kita harus menolong mereka dengan memberikan kemudahan untuk mereka dalam mendapatkan siraman rohani keagamaan.

Aktivitas dakwah telah banyak dilakukan diberbagai perusahaan besar yang berhubungan dengan kepentingan publik atau masyarakat. Salah satunya adalah Bank Mandiri Pusat yang terletak di Plaza Mandiri Jakarta Selatan. Bank Mandiri merupakan perusahaan besar yang bergerak di bidang perbankan. Bank ini merupakan gabungan dari bank-bank yang terlikuidasi. Seperti perusahaan yang lainnya, Bank Mandiri memiliki banyak karyawan dan setiap harinya mereka sibuk untuk melayani masyarakat. Dalam mencari siraman rohani, di perusahaan ini tidaklah sulit. Badan Pembina Kerohanian Islam atau lebih di kenal dengan Bapekis Bank Mandiri secara rutin memberikan siraman rohani atau dakwah tentang Islam kepada karyawan


(20)

dengan memanggil para da’i ke perusahaaan ini setiap minggunya guna meningkatkan pengetahuan karyawan tentang agama Islam kepada karyawan.

Kegiatan dakwah yang dilakukan di Bank Mandiri merupakan sebagai salah satu upaya untuk peningkatan keimanan karyawan. Bila kita cermati, aktivitas dakwah Bapekis Bank Mandiri ini sangatlah menarik minat karyawan untuk mengikuti kegiatan ini setiap minggunya. Sehingga peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh yang dihasilkan dari kegiatan dakwah ini dalam hal peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap karyawan khususnya dalam hal ibadah dan aplikasinya dalam kehidupan karyawan sehari-hari, serta bagaimanakah pola komunikasi yang digunakan oleh da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya.

Dari uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Bapekis Bank Mandiri dalam menyampaikan pesan dakwah kepada karyawan. Dengan demikian penelitian ini mengangkat judul tentang “Pengaruh Aktivitas Dakwah Badan Pembina Kerohanian Islam (Bapekis) Bank Mandiri Dalam Peningkatan Pengetahuan dan Perubahan Sikap Ibadah Karyawan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pada hal aktivitas dan peran dakwah yang diadakan oleh Badan Pembina Kerohanian Islam (BAPEKIS) Bank Mandiri Pusat Jakarta Selatan dikhususkan dalam bidang ta’mir masjid program pengajian tematis yang diselenggarakan


(21)

pada tiap hari rabu setelah shalat Dzuhur yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap ibadah karyawan dengan menekankan pada pola komunikasi yang digunakan oleh da’i untuk menyampaikan pesan dakwahnya. Ibadah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ibadah shalat, puasa dan zakat.

2. Perumusan masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Aktivitas dakwah apa saja yang telah dilakukan oleh Bapekis Bank Mandiri dalam meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap ibadah karyawan?

b. Bagaimana bentuk atau pola komunikasi yang dilakukan oleh da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya.

c. Adakah pengaruh yang ditimbulkan dari kegiatan dakwah Bapekis Bank Mandiri dalam peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap ibadah karyawan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dakwah yang dilakukan oleh Bapekis Bank Mandiri serta pengaruhnya dalam meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap ibadah karyawan.


(22)

b. Untuk menganalisis pola komunikasi yang digunakan oleh da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya.

c. Pengaruh dakwah Bapekis Bank Mandiri dalam meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap ibadah karyawan.

2. Manfaat Penelitian

a. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan khazanah dalam keilmuan dakwah dan komunikasi massa.

b. Hasil temuan dapat dijadikan referensi bagi pengurus Bapekis Bank Mandiri untuk mengambil kebijakan dan menyusun program dalam upaya pengembangan pelaksanaan aktivitas dakwah di Bank Mandiri Pusat Jakarta Selatan.

c. Data yang ditemukan dari penelitian ini dapat digunakan oleh masyarakat untuk melakukan penelitian lanjutan tentang aktivitas dakwah di suatu perusahaan. Selain itu juga dapat digunakan sebagai data untuk menyususn kegiatan dalam menjalankan aktivitas dakwah di lingkungan masyarakat.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini melakukan tinjauan pustaka dengan tujuan bahwa penulisan skripsi ini bukan merupakan hasil dari skripsi sebelumnya dan adanya validitas atau keabsahan teori yang ada pada skripsi sebelumnya dijadikan sebagai rujukan dalam data berikutnya.


(23)

1. Dakwah Badan Kerohanian Islam Rumah Sakit Haji Jakarta dan Pengaruhnya terhadap Ibadah Pegawai Setempat, karya Lukman Yuni Akbar, KPI/2007 yang berisikan mengenai pelaksanaan dakwah yang dilakukan BKI Rumah Sakit Haji Jakarta berdampak pada peningkatan pelaksanaan ibadah para jamaah yang telah mengikuti pengajian tersebut. 2. Pengaruh Aktivitas Dakwah terhadap Peningkatan Komunikasi Antar

Karyawan Di Perusahaan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, karya Pathona Nur Fajri, KPI/ 2007, yang berisikan tentang adanya pengaruh antara aktivitas dakwah terhadap peningkatan komunikasi antar karyawan dan ternyata pengaruhnya hanyalah sedikit sekitar 5% atau 0,195 dari data yang ada.

3. Peranan Badan Pembina Dakwah Islam (BPDI) dalam Meningkatkan Pengamalan Keagamaan Para Pegawai di Lingkungan Depatemen Pekerjaan Umum, karya Entom Rustam, KPI/ 2005, yang berisikan mengenai peranan BPDI dalam meningkatkan pengamalan keagamaan pegawai dalam hal ibadah ritual seperti ritual shalat berjamaah dan kegiatan ini cukup berperan walaupun perubahan yang disebabkan masih terbilang sedikit.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini mencoba untuk mengetahui pesan dakwah yang dilakukan oleh BAPEKIS Bank Mandiri dengan melihat pada metode yang digunakan sehingga dapat diketahui proses komunikasi yang dilakukan oleh da’i yang mana hal tersebut untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap ibadah karyawan Bank Mandiri Pusat mengenai nilai-nilai agama.


(24)

E. Sistematika Penulisan

Penelitian yang akan dibahas terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terrdiri dari sub bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN membahas tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS membahas tentang Pengertian Pengaruh, Pengertian Aktivitas, Pengertian Dakwah, Pola Komunikasi, Sikap dan Motivasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN membahas tentang Pendekataan dan Desain Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Indikator Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Sumber Data, Uji Variabel dan Reabilitas, dan Metode Analisis Data.

BAB 1V TEMUAN DAN ANALISIS DATA membahas tentang Profil Bapekis Bank Mandiri, Visi dan Misi Bapekis Bank Mandiri, Manajerial Bapekis Bank Mandiri, Bentuk-Bentuk Aktivitas Dakwah Bapekis Bank Mandiri dan Penemuan dan Pembahasan. BAB V PENUTUP membahas tentang Kesimpulan dan Saran.


(25)

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Pengaruh

Pengaruh menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari suatu orang atau benda yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.8 Berdasarkan definisi di atas, penelitian ini mendefinisikan pengaruh sebagai suatu daya untuk meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap dengan menekankan pada pola komunikasi yang digunakan dalam pelaksanaan aktivitas dakwah.

B. Pengertian Aktivitas

Aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan baik itu oleh seseorang atau perkelompok, sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia aktivitas adalah keaktifan, kegiatan, kesibukan, kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam perusahaan.9 Penelitian ini mendefinisiskan aktivitas sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi dalam hal peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap dengan cara dakwah.

C. Pengertian Dakwah

Dakwah yaitu setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan

8

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Depdikbud Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet. Ke-10, h. 74

9

Ibid, h. 17


(26)

garis aqidah syari’at dan akhlak islamiyah.10 Dalam pengertian khusus “dakwah berarti mengajak pada diri sendiri ataupun pada orang lain untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tercela (perbuatan yang dilarang) oleh Allah dan Rasul-Nya pula. Jadi dakwah dalam pengertian khusus bisa diidentikan dengan Al-amru bi ma’ruf wa al nahy’an al-munkar”.11

Dari keseluruahan definisi dapat dipahami bahwa dakwah secara makro berarti upaya pembebasan umat manusia secara fundamental, yaitu aktualisasi teologis (iman yang dimanifestasikan dalam sistem kegiatan dalam bidang sosial kemasyarakatan). Kegiatan ini dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, dan bertindak pada dataran kenyataan individual dan sosiokultural dalam rangka mewujudkan ajaran Islam dalam segi kehidupan.12

Dari sudut pandang pengertian definisi aktivitas dakwah terdiri dari dua kata yang berbeda, sesuai dengan definisi yang telah dijabarkan di atas, maka apabila digabungkan keduanya dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas dakwah di sini adalah serangkaian bentuk kegiatan berupa ta’lim, seminar, tadabur alam yang bernuansa islami dan lain-lain yang menyeru kepada karyawan untuk termotivasi dalam melakukan nilai-nilai agama Islam.

10

Kafrawi Ridwan, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), cet. Ke-6, h. 8

11

Muhaimin Abda, Prinsip-prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), h. 30

12

Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Islam, (Yogyakrta: PLP2M, 1985), h. 5


(27)

Berikut ini adalah unsur-unsur dakwah menurut Moh. Ali Aziz:13 1. Unsur-unsur Dakwah

a. Da’i atau Subjek Dakwah

Da’i atau subjek dakwah adalah pelaku atau pelaksana yang dilakukan perorangan atau kelompok baik itu muslim dan muslimah yang diberi tugas oleh Allah untuk mengajak orang lain kepada agamanya dengan persyaratan-persyaratan tertentu baik itu secara kualitas maupun kuantitas sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

b. Mad’u atau Objek Dakwah

Mad’u dapat dikatakan pula mitra dakwah atau penerima dakwah. Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruahan.

c. Materi Dakwah

Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:

13


(28)

1) Masalah Keimanan (Aqidah)

Aqidah dalam Islam adalah bersifat i’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan Rukun Iman. Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya:

:

. : ;& :;345

<

(ی/

,/ >

! ﺵ ! , .@A

<

B

C D ! .

E

Artinya: “Iman adalah engkau percaya kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, kepada hari akhir dan engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk.” (H.R. Al-Bukhari, I/19,20 dan Muslim).14

2) Masalah Keislaman

Syariah dalam Islam adalah berhubungan erat dengan amal lahir (nyata) dalam rangka menaati semua peraturan/hukum Allah guna mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antar sesama manusia (52:58). Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi SAW:

&F

<

5

C A

: G ' /

@

>5 /

H

I

J . >

*K +(

L

Artinya: “Islam adalah engkau menyembah Allah dan dan tidak berbuat syirik kepada-Nya, engkau mendirikan shalat, membayar zakat yang diwajibkan, puasa Ramadhan dan berhaji ke Baitullah.” (H.R. Al-Bukhari, Kitab Al-Iman, Bab Su’alu Jibril An-Nabi SAW wa Anil Iman wal Islam wal Ihsan, no.50)15

14

Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Penerjemah, Agus Hasan Bashori,

Kitab Tauhid 2, (Jakarta: Darul Haq, 1998), cet. Ke-1, h. 15

15


(29)

3) Masalah Budi Pekerti (Akhlakul karimah)

Masalah akhlak dalam aktivitas dakwah (sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keislaman. Akan tetapi akhlak adalah sebagai penyempurna keimanan dan keislaman, sebab sabda Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda yang artinya: “Aku (Muhammad) diutus oleh Allah di dunia ini hanyalah untuk menyempurnakan akhlak.” (Hadits Shahih)16

d. Metode Dakwah

Metode dakwah menyangkut masalah bagaimana caranya dakwah itu harus dilaksanakan. Kegiatan-kegiatan dakwah yang telah dirumuskan akan efektif bilamana dilaksanakan dengan mempergunakan cara-cara yang tepat. Cara tersebut dalam Al-Qur’an dirumuskan dengan istilah bil hikmah. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat 125:

!"# "$ % &

'"()* +,- %

'./ 01 "(, 2

' 34 '+,-5

7, 8 "9 2

: ;< %

=& >  4 ? 2@

AB "$C% & D> E F?02@ "( % A 4G +0

H @ !"#

5 D> 2

E F?02@

+IJ 8+K?7(, %

GL

Artinya: “Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantulah mereka dengan cara yang terbaik, sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

16

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Startegi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 60


(30)

saja yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. 16:125)17

Ayat tesebut memberikan pedoman bagaimana dakwah harus dilaksanakan, yaitu dengan cara:

1) Hikmah; kemampuan untuk memilih bentuk yang tepat dan mempergunakannya secara tepat.18

2) Mau’idzatil hasanah; tutur kata pendidikan dan nasihat-nasihat yang baik.19

3) Mujadalah billati hiya ahsan; suatu percakapan atau kegiatan dalam bentuk tukar pikiran yang dilakukan untuk memberi kepuasan yang tadinya tidak dapat menerima sesuatu dengan baik.20

e. Media Dakwah

Media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.21

f. Tujuan Dakwah

Sedangkan tujuan dakwah menurut Wardhi Bachtiar adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta mendapat ridho Allah SWT.22 Menurut Rafiudin dan Maman Abdul Jalil memberikan pengertian bahwa tujuan dakwah adalah semata-mata karena Allah.

17

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an’,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. Ke-4, Vol. 7, h. 383

18

M. Natsir, Fiqh Da’wah, (Surabaya: Yayasan Kesejahteraan Pemuda Islam Surakarta, 1970), cet. Ke-1, h. 16

19

Syaikh Abdur Rahman Abd. Khaliq, Penerjemah, Salim Buzemool, Strategi Dakwah Syar’iyyah, (Jakarta: Pustaka Mantik, 1996), cet. Ke-1, h. 107

20

Ibid, h. 158

21

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, h. 63

22


(31)

Dakwah yang bertujuan selain Allah atau menyertai tujuan-tujuan yang lain, seperti tujuan dalam kepentingan pribadi adalah suatu penyimpangan.23

2. Manajemen Dakwah

a. Pengertian Manajemen Dakwah

Berdakwah agar tercapai tujuannya dengan baik maka harus diatur dengan manajemen yang baik. Tanpa sebuah manajemen maka dakwah yang kita lakukan hanya sebatas dakwah yang asal-asalan. Demikian pula gerakan dakwah yang frontal, dan tidak terorganisir dengan baik, menyebabkan kesalahan langkah dalam operasional gerakan dakwah, sehingga dakwah tidak membawa perubahan apa-apa. Padahal tujuan dakwah adalah untuk merubah masyarakat sasaran dakwah ke arah yang lebih baik dan lebih sejahtera lahiriyah maupun batiniyah, duniawiyah maupun ukhrawiyah. Tujuan mulia tersebut dapat diraih apabila dakwah diatur dengan baik. Manajemen juga terdapat hampir di semua kegiatan manusia, seperti di sekolah, di pasar, lembaga sosial, bahkan rumah tangga pun butuh manjemen.

Apalagi dengan banyaknya problematika dakwah yang semakin komplek, maka pelaksanaan dakwah tidak mungkin dilaksanakan oleh seorang saja, akan tetapi harus dilaksanakan oleh semua umat Islam. Kegiatan dakwah menjadi semakin mudah bila dalam pelaksaannya dilakukan secara organisasi. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan dakwah berjalan secara efisien dan efektif dan proses pelaksanaan dakwah dapat

23

Rafiudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 32


(32)

terarah dengan baik. Untuk itu dibutuhkan sebuah sistem kerja yang efektif dan efisien. Sebagaimana dijelaskan oleh Abdul Rasyad Shaleh, bahwa untuk menghadapi masalah-masalah dakwah yang makin berat, penyelenggaraan dakwah tidak mungkin dilakukan oleh seorang saja, akan tetapi harus diselenggarakan oleh para pelaksana dakwah secara bekerja sama dalam satu kesatuan yang tersusun rapi dan direncanakan semaksimal mungkin dan menggunakan sistem kerja yang efektif dan efisien.24

Terkait dengan pelaksaan dakwah, maka penerapan manajemen mutlak digunakan untuk keberhasilan sebuah dakwah. Hal tersebut dikarenakan dalam manajemen memberikan penjelasan bagaimana cara sebuah organisasi merencanakan sebuah kegiatan, mengorganisasikan dengan mendelegasikan kewenangan kepada personil dalam organisasi tersebut. Manajemen organisasi selain memberikan kewenangan kepada personil organisasi juga memberikan tugas kepada personil organisasi untuk melaksankan program dan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan dakwah selama waktu yang telah ditentukan.

Hal tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul Rasyad Shaleh yang telah dikutip oleh Rafiuddin dan Maman Abdul Jalil, mengatakan bahwa manajemen dakwah adalah sebagai proses merencanakan tugas, mengelompokkan tugas, menghimpun dan

24

Abdul Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), cet. Ke-1, h. 101


(33)

menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu, kemudian menggerakkannya ke arah pencapaian tujuan dakwah.25

Sementara itu, Zaini Muchtarom dalam buku Dasar-dasar Manajemen Dakwah mengemukakan bahwa manajemen dakwah adalah suatu kepemimpinan yang fungsi dan perannya sebagai manajer suatu organisasi atau lembaga dakwah yang bertanggung jawab atas jalannya semua fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan.26

Usaha dakwah islamiyah yang mencakup segi-segi yang sangat luas itu hanya dapat berlangsung dengan efektif dan efisien, apabila sebelumnya sudah dilakukan dengan tindakan-tindakan persiapan dan perencanaan secara matang.

Dengan perencanaan, maka penyelanggaraan dakwah dapat berjalan secara lebih terarah dan teratur rapi. Hal ini dapat terjadi sebab dengan pemikiran secara masak mengenai hal-hal apa yang harus dilaksanakan dan bagaimana cara melakukannya dalam rangka menjalankan dakwah, maka dapatlah dipertimbangkan kegiatan apa yang harus dikemudiankan. Demikian maka perlu adanya urutan-urutan atau jadwal yang teratur sedemikian rupa, tahap yang mengarah pada sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.27

Perencanaan yang mantap dan matang dalam melaksanakan dakwah Islam, maka dakwah islamiyah akan berlangsung secara efektif

25

Rafiuddin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah h. 14

26

Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Alami Press, 1996), cet. Ke-1, h. 73

27

Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008), h. 68


(34)

dan efisien. Untuk itu diperlukan adanya susunan mengenai langkah-langkah perencanaan dakwah, baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang, baik tentang perumusan sasaran target pencapaian tujuan dakwah, menegenai tindakan dakwah dan prioritas pelaksanaannya, mengenai metode, penjadwalan waktu dan lain-lain.

Untuk memperjelas langkah-langkah perencanaan dakwah, menurut Samsul Munir Amin ada beberapa hal penting yang dapat dikemukakan sebagai berikut:28

1) Langkah untuk Masa Kini dan Masa Depan

Sebagaimana diketahui bahwa dakwah islamiyah itu meliputi segala aspek kehidupan manusia, baik manusia di negeri Arab di mana Nabi Muhammad SAW dilahirkan dan menerima risalah untuk disebarluaskan, maupun di luar negeri Arab bahkan di seluruh pelosok dunia.

Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin dan juga sebagai pelaksanaan dakwah islamiyah telah mempraktikkan langkah-langkah dakwahnya secara tahap demi tahap dalam periode-periode tertentu yang kalau kita susun secara urut maka langkah-langkah itu adalah sebagai berikut:

• Dari dakwah dengan sembunyi-sembunyi, lalu terang-terangan, dan kemudian dengan cara demonstratif.

• Dari dakwah di kalangan keluarga (rumah tangga), lalu keluarga terdekat, para sahabat-sahabatnya, sampai penduduk di jazirah Arab dan akhirnya di luar Arab.

• Dari dakwah pembinaan pribadi-pribadi kepada dakwah

pembinaan masyarakat (masyarakat Islam).

• Dari dakwah dalam satu aspek kehidupan menuju ke berbagai aspek kehidupan.

2) Penentuan dan Perumusan Sasaran dalam Rangka Pencapaian Tujuan Dakwah

Tujuan utama dakwah merupakan tujuan akhir dakwah yaitu usaha untuk membahagiakan kehidupan umat manusia baik kesejahteraaan hidup di dunia maupun di akhirat. Untuk mencapai tujuan utama atau tujuan akhir ini harus melalui berbagai usaha atau tindakan-tindakan yang menjadi tangga atau perantara. Berbagai tindakan-tindakan dan usaha-usaha yang menjadi perantara ini harus ditentukan dan dirumuskan pada tujuannya agar tidak bertentangan

28


(35)

atau menyimpang dari tujuan utama dan harus mendukung terlaksanya keberhasilan tujuan utama tersebut.

Oleh karena itu, tujuan perantara dari masing-masing tindakan maupun aktivitas yang menjadi tangga untuk pencapaian tujuan utama harus ditargetkan sedemikian rupa sehingga para pelaku dakwah dapat melaksanakan dakwahnya sesuai dengan pedoman dakwah yang telah ditentukan.

Suatu tindakan atau usaha barulah dapat dinamakan dakwah islamiyah bilamana usaha dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan dakwah. Tujuan dakwah ini haruslah dijadikan dasar dan landasan bagi seluruh gerak dan dinamika dakwah. Ia memberikan motivasi dan inspirasi kepada para pelaku dan penyelanggara dakwah, sehingga mereka dengan tabah dan tekun serta tidak kenal menyerah, mampu melaksanakan usaha yang besar itu. Ia pulalah yang membuat para pelaku dakwah, terutama di zaman Rasulullah SAW bersedia mengorbankan apa saja yang dimilikinya.

3) Penetapan Tindakan-Tindakan Dakwah dan Prioritas Dakwahnya Setelah dirumuskan sasaran dakwah dan target yang akan dicapai sesuai dengan tujuan perantara dakwah, maka pelaku dakwah harus menentukan pilihan terhadap tindakan dakwah yang perlu dengan segera dilaksanakan dan mana pula yang dikemudiankan, dengan mengingat kepentingannya.

4) Penetuan Metode Dakwah

Menentukan metode dakwah yang akan dipergunakan dalam proses berdakwah adalah merupakan salah satu langkah perencanaan yang penting. Perlu diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi dan menentukan cara-cara berdakwah itu ialah sasaran dakwah, tindakan-tindakan atau kegiatan yang akan dilakukan serta situasi dan kondisi masyarakat. Suatu penyelenggaraan dakwah yang dilakukan pada suatu lingkungan masyarakat tertentu dan pada waktu tertentu, akan berbeda caranya bilamana dilaksanakan pada masyarakat yang lain dan pada waktu yang lain pula, meskipun sasaran yang hendak dicapai adalah sama.

Untuk dapat menentukan metode dakwah yang tepat, memang diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang obyek dakwah yang akan dihadapi, baik mengenai alam pikirannya, kepercayaan yang dianutnya, latar belakang pendidikan dan kehidupan sosial ekonominya.

5) Penentuan dan Penjadwalan Waktu

Membuat jadwal waktu serta susunan urutan kegiatan dakwah mempunyai arti penting bagi proses dakwah. Penjadwalan waktu dan pembatasan waktu penyelesaian tugas-tugas dakwah tersebut hendaknya selalu dijadikan pedoman oleh para pelaku dan penyelenggara dakwah, agar kegiatan-kegiatan dakwah itu dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan tepat waktunya, sehingga kegiatan-kegiatan dakwah berikutnya tidak terganggu jalannya.


(36)

6) Penetapan Lokasi atau Tempat Dakwah

Masalah lokasi dan tempat kegiatan dakwah yang akan dilakukan haruslah mendapatkan perhatian dalam rangka perencanaan dakwah. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan metode dan pesan dakwah yang tepat untuk disampaikan kepada mad’u.

7) Penetapan Biaya dan Fasilitas

Dalam penetapan biaya dan fasilitas perlu dipertimbangkan, sehingga persediaan biaya maupun fasilitas sesuai dengan besar kecilnya kegiatan dan tindakan-tindakan dakwah yang akan dilakukan. Kegiatan dan tindakandakwah yang dilakukan hendaknya sepadan dengan biaya dan fasilitas yang tersedia.

b. Pengorganisasian Dakwah

Dalam menciptakan suatu tatanan dakwah yang baik maka diperlukan juga pengorganisasian dakwah yang baik. Adapun yang dimaksud dengan pengorganisasian dakwah adalah rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka dengan jalan membagi dan melaksanakan serta menetapkan dan menyusun jalinan hubungan kerja di antara satuan-satuan organisasi atau petugasnya.29

Pengorganisasian dakwah merupakan faktor penting dalam tugas dakwah. Terutama dalam kaitannya untuk meningkatkan efektivitas, efsiensi, dan pengelolaan strategi dakwah dalam rangka mewujudkan tujuan dakwah itu sendiri. Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa pengorganisasian dakwah adalah mutlak diperlukan bagi organisasi yang bekerja di bidang dakwah islamiyah.

Dalam pengorganisasian dakwah diperlukan suatu strategi yang tepat sehingga pengorganisasian tersebut dapat berjalan dengan baik. Menurut Abdul Rasyad Shaleh, bahwa langkah-langkah pengorganisasian dakwah dirumuskan dalam hal-hal berikut:

29


(37)

1) Membagi-bagi dan menggolongkan tindakan-tindakan dakwah dalam kesatuan-kesatuan tertentu.

2) Menentukan dan merumuskan tugas dari masing-masing kesatuan, serta menempatkan pelaksana atau da,i untuk melakukan tugas tersebut.

3) Memberikan wewenang kepada masing-masing pelaksana. 4) Menetapkan jalinan hubungan.30

c. Evaluasi Dakwah

Evaluasi dakwah adalah penilaian seobjektif mungkin mengenai apakah dakwah Islam yang diselenggarakan itu mencapai target atau tujuan (baik umum maupun khusus) yang dicita-citakan atau tidak dalam kegiatan dakwah. Evaluasi terhadap pelaksanaan dakwah adalah suatu hal yang perlu dilakukan oleh para juru dakwah untuk memperbaiki pelaksanaan dakwah pada masa-masa berikutnya. Sesuatu yang dilakasanakan dengan memperoleh keberhasilan, maka akan menjadi prestasi bagi pelaksana tindakan tersebut. Oleh karena itu, dakwah Islam pun perlu dievaluasi untuk dicari mana nilai positif dan mana nilai-nilai yang negatif.

Untuk mengetahui apakah tugas-tugas dakwah dilaksanakan oleh para pelaksana, bagaimana tugas-tugas itu dilaksanakan, sudah sejauh mana pelaksanaannya, apakah tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan, seorang pemimpin dakwah haruslah senantiasa melakukan kontrol dan penilaian. Dengan kontrol dan penilaian itu pemimpin dakwah dapat mencegah tindakan-tindakan yang tidak diinginkan dan proses dakwah yang dapat diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan. Selain itu juga, pengendalian dan penilaian berfungsi

30


(38)

untuk mengadakan usaha-usaha peningkatan dan penyempurnaan dakwah sehingga dapat terus berjalan dengan baik.

Rasulullah SAW juga melakukan kontrol dan evaluasi terhadap tugas-tugas dakwah yang dilakukan oleh para sahabatnya. Di samping itu, Rasulullah SAW pun mengajarkan dan mendidik para sahabatnya, terutama kepada sahabat yang empat31 supaya pandai melakukan kontrol dan mengevaluasi tugas dakwah, karena beliau tahu bahwa kelak mereka akan menjadi pemimpin besar dalam tugas-tugas dakwah setelah beliau wafat.32

Mengenai cara evaluasi yang dapat dilakukan oleh para da’i atau juru dakwah antara lain sebagai berikut:

1) Sudah jelas bahwa da’i tidak mungkin melakukan evaluasi secara individual seperti evaluasi di sekolah, tetapi evaluasi ini dapat ditempuh dengan cara mengadakan kunjungan atau kontak kepada panitia yang dahulu telah mengundangnya, dengan cara berdialog tentang kesan atau pengaruh dakwah yang pernah dilaksanakannya pada masyarakat setempat.

2) Da’i hendaknya berusaha menjalin persahabatan dengan panitia setempat, karena pada hakekatnya panitia itu tergolong da’i juga, yaitu sebagai penyelenggara dakwah.33

d. Tujuan dari Manajemen Dakwah

Tujuan dari manajemen dakwah adalah untuk mengatur upaya pencapaian tujuan dakwah yang lebih baik. Baik sebagai individu (fardiyah), keluarga (usroh), kelompok (jamaah) maupun masyarakat (ummah), dengan menjalankan fungsi-fungsi dan proses manajemen

31

Sahabat empat yang dimaksud dalam tulisan tersebut adalah Abu Bakar Siddiq, Umar Bin Khatab, Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib

32

Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, h.89

33

Anwar Masy’ari, Butir-Butir Problematika Dakwah Islamiyah, (Surabaya: Bina Ilmu, 1993), h. 170


(39)

dakwah tersebut secara tertib, jujur dan penuh kesungguhan dalam mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan yang telah digariskan.

Seorang da’i juga harus memiliki kemampuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan kontrol secara baik terutama dalam melakukan kegiatan dakwah. Kemampuan atau keahlian manajemen itu sendiri secara terperinci dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Melihat ke depan, menetapkan dan merumuskan kebijaksanaan dan tindakan-tindakan dakwah yang akan dilaksanakan pada waktu-waktu yang akan datang, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2) Mengelompokkan tindakan-tindakan dakwah dalam kesatuan- kersatuan tertentu, menempatkan para pelaksana yang kompeten pada kesatuan-kesatuan tersebut serta memberikan wewenang dan jalinan hubungan diantara mereka.

3) Menggerakkan para pelaksanaan dakwah untuk segera melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan.

4) Mengusahakan agar tindakan yang dilakukan dan hasilnya senantiasa sesuai dengan rencana, petunjuk, pedoman dan ketentuan-ketentuan lain yang telah diberikan sebelumnya.34

Dari berbagai pengertian dakwah dan manajemen dakwah tersebut peneliti mendefinisi bahwa dakwah adalah kegiatan untuk menyeru atau mengajak orang lain ke jalan Allah dengan proses perencanaan yang jelas sehingga dakwah tersebut menjadi efektif, efisien dan dapat mencapai tujuannya.

D. Pola Komunikasi 1. Pengetian Pola

Kata pola dapat berarti bentuk atau system.35 Sedangkan dalam kamus popular, pola diartikan sebagai model, contoh, pedoman

34


(40)

(rancangan).36 Pola pada dasarnya adalah sebuah gambaran tentang sebuah proses yang terjadi dalam sebuah kejadian sehingga memudahkan seseorang dalam menganalisa kejadian tersebut dengan tujuan agar dapat meminimalisasikan segala bentuk kekurangan sehingga dapat diperbaiki. 2. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi secara etimologis menurut Onong Uchjana Effendy , komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Communiction yang berasal dari bahasa latin Communicatio, yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Makna hakiki dari Comunicatio ialah Communis yang berarti sama atau kesamaan arti.37 Sama halnya dengan pengertian tersebut, Astrid Susanto mengemukakan komunikasi berasal dari Communicare yang di dalam bahasa latin yang memiliki arti berpartisipasi atau memberitahukan. Kata Communis berarti milik bersama atau berlaku di mana-mana.38

Hovland, Jannis dan Kelley seperti dikemukakan oleh Forsdale (ahli sosiologi Amerika) sebagaimana dikutip oleh Arni Muhammad dalam bukunya Komunikasi Organisasi, mengatakan bahwa, “Communication is the process by which an Individual transmit stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals”. Komunikasi

35

Dept. Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3,(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h, 885

36

Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 605

37

Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1992), cet. Ke-1, h. 4

38

Phil Astrid Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek I, (Bandung: Bina Cipta, 1998), cet. Ke-3, h. 1


(41)

adalah proses individu mengirim stimuli yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain.39

Dengan pengertian tersebut di atas maka yang dimaksud dengan pola komunikasi adalah segala bentuk komunikasi yang dilakukan dalam suatu proses komunikasi. Berikut ini merupakan pola komunikasi yang ada dalam ilmu komunikasi:

a) Komunikasi Pribadi

Komunikasi pribadi adalah komunikasi seputar diri seseorang, baik fungsinya sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Pada pola komunikasi pribadi ini terbagi menjadi dua yaitu komunkasi intrapribadi dan komunikasi antarpribadi.

Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang.40 Sedangkan komunikasi antarpribadi pada dasarnya adalah merupakan jalinan hubungan interaktif antar seorang individu dan individu lain di mana lambang-lambang pesan secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang bahasa. Komunikasi antarpribadi pada umumnya dipahami lebih bersifat pribadi (private) dan berlangsung secara tatap muka (face of face).41

b) Komunikasi Kelompok

Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communication, A Revision of Approaching Speech/Communicaton, memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka

39

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. Ke-4, h. 2

40

Onong Uchjana Efendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), cet. Ke-2, h. 57

41


(42)

dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.42 Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy, yang dimaksud dengan komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang yang jumlahnya lebih dari dua orang.43

c) Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi dapat kita batasi menjadi suatu komunikasi antarmanusia (Human Communication) yang terjadi dalam konteks organisasi atau dengan meminjam definisi dari Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain (the flow of messages within a network of interdependent relationship).44 d) Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa menurut Zulkarnaen Nasution di dalam bukunya Sosiologi Komunikasi Massa adalah suatu proses penyampaian informasi atau pesan-pesan yang ditujukan kepada khalayak massa dengan karakteristik tertentu. Sedangkan media massa

42

S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), h. 91

43

Onong Uchajana Efendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 75

44


(43)

hanya salah satu komponen atau yang memungkinkan berlangsung proses yang dimaksud.45

Werner I. Severin dan James W. Tankard mengatakan bahwa komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu. Komunikasi massa adalah keterampilan dalam pengertian bahwa komunikasi massa meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder, atau mencatat ketika berwawancara. Komunikasi massa adalah seni dalam pengertian bahwa komunikasi massa meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Komunikaasi massa adalah sebagai ilmu dalam pengertian bahwa komunikasi massa meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaiman berlangsungnya komunikasi yang dilakukan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik.46

Sedangkan menurut Wawan Kuswandi dalam bukunya Komunikasi Massa “Sebuah Analisis Media Televisi”, menjelaskan bahwa komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (audiens atau khalayak sasaran). Massa di sini dimaksudkan sebagai para penerima pesan (komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang haterogen satu sama lainnya. Pada umumnya, proses komunikasi massa tidak menghasilkan “feed back” (umpan balik) yang langsung, tetapi tertunda dalam waktu yang relatif. Ciri-ciri massa yaitu: (1) jumlahnya besar; (2) antara individu, tidak ada hubungan organisatoris; dan (3) memiliki latar belakang sosial yang berbeda.47

Binner juga merumuskan definisi komunikasi massa yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi, mengatakan bahwa: “Mass communication is messages communicated through a massmedium to a large number of people” (komunikasi

45

Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 5

46

Phil Astrid Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek I, h. 15

47

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa “Sebuah Analisis Media Televisi”, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-1, h. 16


(44)

massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).48

Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses di mana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses di mana pesan tersebut dicari, digunakan dan dikonsumsi audience. Pusat dari studi mengenai komunikasi massa adalah media. Media merupakan organisasi yang menyebarkan informasi yang berupa produk budaya atau pesan yang mempengaruhi atau mencerminkan budaya dalam masyarakat.49

Untuk memperjelas tentang komunikasi massa, bisa disimak pendapat dari Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) dalam bukunya Introducing Mass Communication yang di kutip oleh Nurudin. Sesuatu bisa dikatakan komunikasi massa jika mencakup:

1) Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televise, film atau gabungan di antara media tersebut.

2) Komunikator dalam komunikasi massa menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas Audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan jenis komunikasi ini dengan yang lain. Ini berarti, antara pengirim dan penerima tidak saling mengenal satu sama lain. 3) Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bias didapatkan dan

diterima oleh banyak orang dan bukan untuk sekelompok orang tertentu. Karena itu, pesan diartikan milik publik.

4) Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain,

48

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), cet. Ke-16, h. 188

49

S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), cet. Ke-1, h. 175


(45)

komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan ekonomis dan bukan organisasi suka rela atau nirbala.

5) Komunikasi massa dikontrol oleh gate keeper (pentapis informasi). Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa.

6) Umpan balik atau feed back dalam komunikasi massa sifatnya tertunda.50

e) Komunikasi Medio

Komuniasi medio ini belum mempunyai arti secara spesifik. Tetapi Onong Uchjana Effendy, komunikasi medio ini adalah komunkasi yang menggunakan media seperti surat, telephon, pamphlet, poster, spanduk dan lain-lain.51

Adapun pola komunikasi yang digunakan sebagai konsep untuk penelitian ini adalah komunikasi massa yang merupakan suatu proses penyampaian informasi atau pesan-pesan yang ditujukan kepada khalayak yang mempunyai karakteristik tertentu. Penelitian ini juga menekankan pada pola komunikasi yang dilakukan oleh da’i dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada khalayak yang mempuyai karakteristik tertentu seperti perbedaan usia, pekerjaan, status dan sebagainya.

50

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 35-36

51

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: Citra aditya Bakti, 2003), h. 7


(46)

F. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.52 Sedangkan menurut Arifin pengertian sikap didefenisikan berdasarkan pendapat dari para ahli psikologi, diantaranya adalah:

a. Charles Bird mengartikan sikap sebagai suatu yang berhubungan dengan penyesuaian diri seseorang kepada aspek-aspek lingkungan sekitar yang dipilih atau kepada tindakan-tindakannya sendiri. Bahkan lebih luas lagi, sikap dapat diartikan sebagai predisposisi (kecenderungan jiwa) atau orientasi kepada suatu masalah, institusi, dan orang-orang lain.

b.F. H. Allport berpendapat bahwa sikap adalah suatu persiapan bertindak berbuat dalam suatu arah tertentu. Dibedakan adanya 2 macam sikap yakni sikap individual dan sikap sosial.53

Sedangkan menurut Prof. Dr. Mar’at yang dikutip oleh jalaluddin, menerangkan bahwa meskipun belum lengkap Allport telah menghimpun sebanyak 13 pengertian tentang sikap, Prof. Dr. Mar’at merangkumnya menjadi 11 rumusan, yaitu:

a. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus-menerus dengan lingkungan (attidudes are learned).

b. Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan, peristiwa ataupun ide (attidudes have referent).

c. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah, sekolah, tempat ibadah ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan (attidudes are social learnings).

d. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek (attidudes have readiness to respond).

e. Bagian yang dominan dari sikap adalah perasaan dan afektif, seperti yang tampak dalam menentukan pilihan apakah positif, negatif atau ragu (attidudes are affective).

f. Sikap memiliki tingkat intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau lemah (attidudes are very intensive).

52

Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), cet. Ke-9, h. 100

53


(47)

g. Sikap bergantung kepada situasi dan waktu, sehingga dalam situasi dan saat tertentu mungkin sesuai, sedangkan di saat dan situasi yang berbeda belum tentu cocok (attidudes have a time dimension).

h. Sikap dapat bersifat relatif consistent dalam sejarah hidup individu (attidudes have duraction factor).

i. Sikap merupakan bagaian dari konteks persepsi ataupun kognisi individu (attidudes are complex).

j. Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan (attidudes are evaluations).

k. Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahkan tidak memadai (atidudes are inferred).54

2. Proses dan Pembentukan Sikap

Sikap dapat terbentuk atau berubah malalui empat macam cara: a. Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi

berulang-ulang dan terus-menerus, lama-kelamaan diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

b. Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensiasi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.

c. Intgrasi, pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu, sehingga terbentuk sikap mengenai hal tersebut.

d. Trauma, trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan dan meningglkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.55

Dari pengerrtian di atas peneliti mendefinisikan sikap sebagai pesuatu tindakan secara tertentu terhadap sesuatu yang bisa menyebabkan suatu perubahan ataupun tidak terjadi perubahan pada diri seseorang ataupun kelompok orang. Penelitian ini menekankan pada perubahan sikapyang terjadi setelah pesan disampaikan oleh komunikator dengan pola komunikasi yang dilakukan.

54

Prof. Dr. h. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), Ed. Revisi-10, h. 227

55


(48)

E. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Beraneka ragamnya definisi mengenai motivasi merupakan sesuatu yang lumrah dalam ilmu-ilmu pengetahuan yang sifatnya eksak. Dari segi taksonomi, motivasi berasal dari kata “movere” dalam bahasa latin yang artinya bergerak.56

Konsep motivasi terinspirasi dari kesadaran para pakar ilmu, terutama pakar filsafat, bahwa tidak semua tingkah laku manusia dikendalikan oleh akal, akan tetapi tidak banyak perbuatan manusia yang dilakukan di luar kontrol manusia. Sehingga lahirlah sebuah pendapat, bahwa manusia disamping sebagai makhluk rasionalistik, ia juga sebagai makhluk yang mekanistik yaitu makhluk yang digerakkan oleh sesuatu di luar nalar (Chaplin, 2002) yang biasanya disebut naluri atau insting.57

Motivasi dapat diartikan sebagai kemauan untuk berbuat sesuatu. Motivasi selalu berhubungan dengan motif, yaitu kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls. Motivasi seseorang tergantung pada kekuatan motifnya. Motif dengan kekuatan yang sangat besarlah yang akan menentukan perilaku seseorang. Motif yang kuat ini sering kali berkurang apabila telah mencapai kepuasan atau menemui kegagalan.58

Menurut Sondang P. Siagian, motif juga berarti keadaan jiwa yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan. Motif mengarahkan dan menyalurkan perilaku, sikap dan tindak tanduk seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, bagaimanapun motivasi didefinisikan

56

Sondang P Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. Ke-3, h. 142

57

Abdul Rahman Shaleh dan Yunita Faela Nisa, Psikologi Industri dan Organisasi,

(Jakarta: 2006), cet. Ke-1, h. 78

58


(49)

selalu akan terdapat tiga komponen utama yang tidak dapat ditinggalkan, yaitu: kebutuhan, dorongan dan tujuan.59

Motivasi juga dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan. Menurut M. Usman Najati, motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. Selanjutnya menurut Abdul Rahman Shaleh dan Yunita Faela Nisa, motivasi memiliki tiga komponen pokok, yaitu:

a. Mengerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif dqan kecenderungan mendapatkan kesenangan.

b. Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.

c. Menopang. Artinya motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.60

Sedangkan menurut Hoyt dan Miskel mengutarakan bahwa motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan, ketegangan (Tension States), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal.61

Dalam Islam, motivasi yang dimiliki manusia juga dipandang sebagai sesuatu yang penting. Secara nyata Allah SWT telah menyatakan bahwa perubahan yang dicapai manusia tidak akan tercapai kecuali dengan

59

Sondang P Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, h. 142-143

60

Abdul Rahman Shaleh dan Yunita Faela Nisa, Psikologi Industri dan Organisasi, h. 80

61


(50)

dorongan motivasi dari dalam dirinya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Ar-Rad ayat 11:

MN <

OP

R S + 0T

+U

UV1 . %

:W;"

5 2R S + 0T

+U 1XZ[\/]^2_ %

* GG

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri merekai.” (Q.S. Ar-Rad:11)62

2. Macam-macam Motivasi

Sondang P. Siagian menyatakan bahwa motivasi dapat bersumber dari dalam diri seseorang, yang sering dikenal dengan istilah motivasi internal atau motivasi intrinsik dan dapat pula bersumber dari luar diri seseorang yang bersangkutan yang lebih dikenal dengan istilah motivasi eksternal atau ekstrensik. Faktor-faktor motivasi itu, baik yang bersifat intrinsic maupun yang bersifat ekstrinsik dapat bersifat positif dan bersifat negatif.63

Dari berbagai definisi di atas, peneliti mendefenisikan motivasi sebagai suatu pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini berkaitan dengan motivasi seseorang untuk memenuhi kebutuhan rohaninya di dunia ini dengan mengikuti kegiatan dakwah.

62

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, cet. Ke-4, Vol. 6, h. 565

63


(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekataan dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data explonatory research. Melalui pendekatan penelitian tersebut diharapkan peneliti dapat menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel64 tetapi tanpa adanya uji hipotesis terlebih dahulu.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukuran data yang pokok.65 Pada umumnya yang merupakan unit analisa dalam penelitian survei adalah individu.

Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu suatu metode penelitian untuk menggambarkan mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mangadakan akumulasi data dasar belaka.66 Selain itu ditunjang pula oleh data-data hasil penelitian lapangan.

64

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (ed), Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1995), cet. Ke-II, h. 5

65

Ibid

66

Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), cet. Ke-4, h. 64


(52)

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bapekis Bank Mandiri Pusat yang berada di Plaza Mandiri Jakarta Selatan yang dipimpin oleh Bapak Dasuki sebagai ketua pengurus masjid Bapekis Bank Mandiri.

Adapun alasan peneliti memilih lokasi penelitian tersebut didasari oleh pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Lokasi penelitian tersebut cukup strategis, mudah untuk dijangkau dan dapat diteliti dengan biaya yang relatif murah.

2. Kegiatan Bapekis Bank Mandiri yang memfokuskan pada aktivitas dakwah, yaitu melalui dakwah mimbar di masjid Bapekis Bank Mandiri khususnya yang dilaksanakan pada hari rabu siang setelah shalat Dzuhur yang mempunyai metode berbeda dalam penyampaian pesan dakwahnya seperti dibutuhkannya partisipasi dari jamaah, diskusi, dan isi pesan dakwah tidak hanya berdasarkan secara syariat tetapi juga dengan ilmu pengetahuan dengan referensi yang jelas.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan muslim Bank Mandiri Pusat yang berjumlah 400 orang. Peneliti mengambil sampel sebesar 15% dari populasi yang ada dan dengan teknik acak (random sampling) sehingga sampel yang terambil sebanyak 60 orang.

Adapun mengenai sampel berdasarkan kriteria sebagai berikut, yaitu karyawan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah karyawan yang rutin mengikuti kegiatan pengajian tersebut yang dilaksanakan pada hari rabu


(1)

55

56 4 5 4 5 4 5 5 32

57 4 4 4 4 4 5 4 29

58 4 4 4 4 4 4 4 28

59 2 5 5 5 4 5 4 30

60 4 4 4 4 5 5 5 31

X 257 259 262 309 253 280 253 1873

Variable 8. Perubahan sikap beragama karyawan dalam beribadah Nomor pernyataan

R 47 48 49 50 51 52 53 54 55 1 4 4 4 4 5 2 5 4 4 2 4 4 4 5 5 2 5 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 1 5 5 5 5 4 5 5 6 4 4 4 5 5 4 5 4 5 7 4 4 5 4 4 2 5 4 4 8 5 5 5 4 4 5 5 5 4 9 5 5 5 5 5 4 5 4 5 10 4 4 4 4 4 2 4 4 5 11 4 4 4 4 5 2 4 4 4 12 5 4 4 4 4 2 4 4 5 13 5 5 5 5 5 5 5 5 4 14 5 5 5 5 5 4 5 4 5 15 4 4 4 4 4 4 5 4 5 16 4 5 5 5 5 5 5 5 5 17 4 5 5 5 5 4 4 5 4 18 4 5 4 4 4 2 5 5 4 19 5 5 4 4 5 2 4 4 4 20 4 5 4 5 5 4 5 4 5 21 5 5 4 4 4 2 5 4 5 22 4 4 4 5 5 4 5 4 5 23 4 5 5 5 5 4 5 4 4 24 5 5 5 5 5 2 5 5 4 25 4 5 5 5 5 2 5 4 4 26 4 5 4 5 5 2 5 5 5 27 5 5 5 1 1 4 5 5 5 28 4 5 5 4 4 2 5 5 5


(2)

29 4 5 4 4 5 2 4 4 5 30 4 5 5 4 5 2 5 4 5

31 4 5 5 5 5 5 5 5 5

32 5 4 2 4 4 2 2 4 5

33 4 4 4 4 4 2 5 4 4

34 4 4 4 4 4 2 5 4 5

35 4 4 4 4 4 2 5 4 5

36 5 5 5 4 5 4 4 4 5

37 5 5 4 5 5 2 4 5 5

38 4 4 4 5 4 2 5 5 4

39 4 4 5 4 4 2 4 4 5

40 4 5 4 2 4 5 4 4 5

41 4 5 4 4 5 4 5 5 5

42 4 5 5 5 4 4 5 4 5

43 4 4 5 4 5 5 4 5 4

44 5 5 4 4 4 2 5 4 4

45 4 4 4 5 4 2 4 4 5

46 4 4 4 4 4 2 5 4 5

47 5 5 5 4 5 4 4 5 5

48 5 5 4 4 4 4 4 5 5

49 5 4 4 4 4 2 4 4 5

50 4 5 5 4 4 2 5 4 4

51 5 4 4 4 4 4 5 5 5

52 4 5 2 4 5 2 4 5 5

53 5 5 5 4 4 4 4 5 5

54 4 5 4 4 5 4 5 5 5

55 5 5 4 4 4 2 5 4 5

56 4 5 4 4 5 2 4 4 5

57 4 4 4 5 4 2 4 4 5

58 4 5 5 4 5 2 5 4 5

59 2 2 4 2 4 2 4 4 4

60 4 5 5 4 4 5 5 5 4


(3)

Nomor pernyataan

R 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 Y 1 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 77 2 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 82 3 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 91 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 84 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 85 6 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 85 7 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 77 8 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 87 9 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 87 10 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 81 11 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 77 12 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 79 13 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 90 14 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 87 15 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 84 16 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 89 17 4 4 5 4 5 5 5 4 5 4 86 18 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 83 19 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 80 20 5 5 5 4 5 4 4 5 4 5 87 21 5 4 5 4 5 5 4 5 4 4 83 22 5 4 4 4 5 5 5 4 5 4 85 23 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 85 24 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 84 25 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 84 26 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 82 27 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 79 28 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 81 29 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 79 30 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 81

31 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 90


(4)

33 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 76

34 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 81

35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76

36 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 88

37 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 83

38 5 5 5 4 5 4 4 2 4 5 80

39 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 86

40 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 79

41 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 86

42 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 87

43 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 81

44 5 5 5 4 5 2 4 4 4 5 80

45 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 83

46 5 1 1 4 4 4 4 4 1 5 69

47 5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 88

48 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 85

49 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 83

50 5 5 5 2 5 4 5 5 5 5 83

51 5 5 5 5 4 5 5 1 5 5 85

52 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 77

53 5 5 5 4 5 5 5 2 5 5 87

54 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 90

55 5 4 5 4 4 4 5 5 5 4 83

56 5 4 1 4 4 4 4 4 4 4 75

57 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 80

58 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 86

59 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 64

60 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 84

X 279 273 267 250 266 258 265 251 265 258 4952

Variable 9. Motivasi karyawan untuk belajar keagamaan Nomor pernyataan

R 66 67 68 69 70 71 72 Y 1 4 4 5 4 4 4 4 29 2 4 4 5 5 4 4 4 30 3 5 5 5 5 5 5 4 34 4 5 4 5 5 5 4 1 29


(5)

5

6 5 4 5 5 5 5 4 33 7 5 5 5 4 4 4 4 31 8 5 5 5 5 5 4 4 33 9 4 4 5 5 5 2 1 26 10 5 4 5 4 4 4 5 31 11 4 4 5 4 4 5 2 28 12 4 4 4 4 4 4 2 26 13 5 5 5 5 4 1 5 30 14 5 5 5 5 4 1 4 29 15 4 4 5 4 5 4 4 30 16 5 5 5 5 5 5 5 35 17 5 4 5 5 4 5 4 32 18 5 4 5 4 5 5 4 32 19 5 4 5 5 4 4 2 29 20 4 5 5 4 4 5 2 29 21 5 4 5 5 4 5 4 32 22 5 4 5 5 4 5 4 32 23 4 4 5 5 4 4 5 31 24 5 4 5 5 5 4 5 33 25 4 4 5 5 5 5 4 32 26 5 5 5 5 5 5 4 34 27 5 5 5 1 1 4 4 25 28 4 2 5 4 5 2 4 26 29 4 4 5 4 4 2 2 25 30 5 4 5 5 4 4 2 29

31 5 4 5 5 5 5 4 33

32 4 4 5 4 4 4 1 26

33 5 4 5 4 4 4 4 30

34 5 4 5 4 5 4 4 31

35 5 4 5 4 4 4 2 28

36 4 5 5 5 5 4 2 30

37 4 4 4 5 4 5 4 30

38 5 4 5 4 4 5 2 29

39 4 5 5 4 4 4 4 30

40 5 4 4 4 4 4 4 29


(6)

42 4 5 5 5 5 1 4 29

43 5 4 5 5 4 2 2 27

44 5 4 5 5 4 2 4 29

45 5 4 5 5 4 4 2 29

46 5 4 5 5 4 5 4 32

47 4 5 5 4 5 4 5 32

48 4 4 4 4 2 4 4 26

49 4 4 4 4 5 4 5 30

50 5 4 4 4 4 1 1 23

51 4 4 4 4 4 1 2 23

52 4 4 4 4 2 4 4 26

53 5 2 5 5 5 5 4 31

54 4 5 5 5 2 4 2 27

55 4 4 4 4 4 4 5 29

56 5 4 4 4 4 2 2 25

57 5 4 4 4 4 4 2 27

58 5 5 5 5 4 4 4 32

59 4 4 4 4 5 5 4 30

60 4 4 4 4 4 4 2 26