ABORSI MERUPAKAN TINDAKAN PELANGGARAN HA (1)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak untuk hidup merupakan unsur normatif yang melekat pada diri
setiap manusia sejak manusia masih dalam kandungan sampai akhir
kematiannya. Segala bentuk tindakan yang menyebabkan hilangnya nyawa
seseorang baik sengaja maupun tidak sengaja tentu dinilai dalam sebuah
pelanggaran yang cukup serius. Dalam kasus aborsi, dimana tindakan ini
dengan sengaja menghilangkan nyawa seseorang tentu masuk ke dalam
tindakan pelanggaran HAM.
Akhir-akhir ini, kasus aborsi menjadi buah simalakama di Indonesia. Saat
ini, aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya
angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia, angka
pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Dengan angka tersebut,
keadaan ini sungguh sangat memprihatinkan. Banyak nyawa-nyawa yang
tidak berdosa hilang dan tidak memiliki hak untuk hidup. Para calon orang tua
pun dinilai tidak bertanggungjawab akan segala sesuatu yang diperbuatnya.
Fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini banyak ditemukan kasus
aborsi yang dilakukan para remaja yang belum menikah. Ironisnya para
remaja tersebut pada umumnya merupakan pelajar dan mahasiswi yang datang
ke suatu kota dengan tujuan sekolah namun malah melakukan tindakantindakan yang tidak mencerminkan seorang pelajar yang sesungguhnya. Jadi,

mereka telah menyalahgunakan kesempatan belajar mereka untuk melakukan
tindakan-tindakan yang melanggar susila sehingga mengakibatkan kehamilan.
Banyaknya jumlah aborsi yang terjadi dan jasa aborsi yang ditawarkan
kepada

masyarakat

membuat

banyak

kalangan

menjadi

resah

dan

mengharapkan adalnya tindakan tegas dari para aparat penegak hukum untuk

dapat menangkap dan menghukup para pelaku aborsi. Jika hal ini terus
dibiarkan tentu akan merusak moral negara dan masa depan bangsa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengambil
beberapa rumusan masalah diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pelanggaran ham dan aborsi?
2. Apa hubungan aborsi dengan tindakan pelanggaran ham?
3. Apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan aborsi?
4. Bagaimana cara meminimalisir korban-korban aborsi di Indonesia?
5. Apa kendala yang dihadapi oleh penegak hukum dalam meminimalisir
korban aborsi?
6. Bagaimana pandangan hukum dan medis tentang tindakan aborsi yang
dilakukan seseorang?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pelanggaran ham dan aborsi.

2. Mengidentifikasi hubungan aborsi dengan pelanggaran ham.
3. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan aborsi.
4. Menganalisa cara untuk mencegah korabn aborsi.
5. Mengetahui kendala para penegak hukum dalam meminimalisir tindakan
aborsi.
6. Memahami dan mengetahui tindakan aborsi jika dilihat dari sudut pandang
hukum dan medis.

BAB II
SAJIAN KASUS
2.1 Kasus

2

3 Mahasiswa Tertangkap Tangan Buang Janin Hasil Aborsi
GOWA - Tiga orang mahasiswa serta ibu bayi yang masih berstatus
siswi SMA asal Bulukumba, Gowa, Sulawesi Selatan, ditangkap polisi
lantaran terlibat kasus aborsi, tadi malam. Aksi para pelaku terungkap setelah
upayanya membuang janin hasil aborsi tidak berhasil.
Ketiga pelaku masing-masing berinisial Ar, Mr, dan Rd dibekuk polisi

lantaran tertangkap basah hendak membuang bayi hasil aborsi yang
disembunyikan di dalam tas ransel disebuah rawa-rawa di Jalan Pao-Pao,
Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Mereka adalah mahasiswa dari
salah satu perguruan tinggi swasta asal Makassar.
Upaya membuang janin dilancarkan setelah melakukan aborsi bersama
pacar salah seorang mahasiswa berinisial Ia yang masih berstatus pelajar
SMA kelas satu. Sementara ibu bayi langsung ditangkap petugas di rumah
kosnya.
Guna dilakukan proses hukum keempat pelaku langsung dibawa ke
Mapolres Gowa untuk dimintai keterangan. Di hadapan penyidik, Ar, salah
satu pelaku, membantah membuang bayi hasil hubungan gelapnya. Sementara
ibu sang bayi mengaku nekat mengaborsi kandungannya yang berusia lima
bulan dengan meminum obat yang dibelikan oleh kekasihnya.
Kasus aborsi ini kini ditangani petugas Unit Perlindungan Perempuan
dan Anak Polres Gowa. Sementara mayat bayi hasil aborsi dibawa ke Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar untuk selanjutnya dimakamkan.
2.2 Analisa Kasus
Dari kasus di atas, masalah aborsi bukan lagi menjadi hal yang sangat
tidak lazim untuk semua kalangan baik itu dewasa maupun remaja. Remaja
saat ini, sudah menjadi sasaran empuk untuk aborsi. Remaja yang baru saja

kelas X SMA sudah bisa melakukan aborsi tanpa sepengetahuan orang tua.
Dalam hal ini, prilaku tersebut dapat terjadi karena adanya kurang
pengetahuan, pergaulan yang bebas, penyalahgunaan perkembangan iptek,
dan kurangnya perhatian orang tua atau orang yang berpendidikan di sekitar.
Sangat dirugikan jika banyaknya remaja di Indonesia yang melakukan aborsi,
selain berdampak bagi kondisi fisik namun akan berdampak terhadap
psikologis sang remaja. Pada kasus ini, tidak bisa secara muthlak merupakan

3

kesalahan sang remaja, namun peran orang-orang yang ada disekitar juga
sangat mempengaruhi perilaku remaja. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian
lebih terhadap remaja baik dari internal maupun eksternal.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Pelanggaran HAM dan Aborsi
3.1.1 Pelanggaran HAM
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau

kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan
benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM,
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng
termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum
4

mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh UndangUndang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan

demikian

pelanggaran


HAM

merupakan

tindakan

pelanggaran kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh
institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa
ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakannya.
3.1.2 Aborsi
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah
berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang
mengakibatkan kematian janin.
Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk
membedakan aborsi:


Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh
trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami.




Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan
yang disengaja. Termasuk di dalamnya adalah:


Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena
kehamilan tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani
sang ibu, kadang-kadang dilakukan sesudah pemerkosaan.



Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin
yang cacat.



Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasanalasan lain.


Dalam bahasa sehari-hari, istilah "keguguran" biasanya digunakan
untuk spontaneous abortion, sementara "aborsi" digunakan untuk induced
abortion.
3.2 Hubungan Aborsi dengan Tindakan Pelanggaran HAM

5

Aborsi adalah suatu kegiatan yang dilakukan guna menghilangkan
nyawa janin di dalam kandungan atau dari segi medis menyebutnya dengan
istilah abortus. Kegiatan yang dilakukan yakni menghilangkan hasil dari
konsepsi (pertemuan) yang terjadi antara sel sperma dan sel telur/ovum pada
perempuan. Setelah sebulan berlalu, saat menstruasi lambat barulah diketahui
bahwa janin itu sudah mulai tumbuh dalam rahim perempuan. Sebenarnya
aborsi bisa dilakukan atau boleh bagi pasangan yang sah, bila terdapat hal-hal
yang bisa merugikan Ibu dari janin tersebut. Namun, seiring zaman,
pelanggaran abrtus banyak dilakukan oleh para remaja kita dan sekali lagi,
dilakukan di luar nikah. Ada penelitian sebanyak 30 persen remaja wanita
pernah melakukan abortus, karena faktor hubungan seks bebas dengan
pergaulan buruk. Hal itu terjadi karena kondisi lingkungan, yang membuat
mereka tertekan dan melakukan abortus. Kondisi lingkungan yang dimaksud,

seperti Kota Bima yang religius, akan sangat menjadi aib bagi mereka yang
diketahui mengandung tanpa suami. Lain halnya dengan dunia Barat, atau
negara-negara yang minoritas Muslim, akan sangat biasa lingkungannya
menerima, perempuan yang hamil tanpa suami.
Kaitannya dengan Hak Asasi Manusia (HAM) adalah karena menurut
Cobot dan Kahl bahwa HAM adalah suatu sosiologi yang konkret karena
meneliti situasi kehidupan, khususnya masalah interaksi dengan pengaruh dan
psikologisnya. Jadi, interaksi mengakibatkan dan menghasilkan penyesuaian
diri secara timbal balik yang mencakup kecakapan dalam penyesuaian dengan
situasi baru. H. Bonner dalam bukunya berpendapat, bahwa HAM adalah
interaksi atau hubungan antara dua atau lebih individu manusia dan perilaku
individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku
individu lain atau sebaliknya. Satu di antara bentuk HAM adalah hak untuk
hidup atau memertahankan kehidupan, karena itulah sejak dalam kandungan,
bayi sudah memiliki HAM. Karena itu jika seseorang menggugurkan
kandungannya atau aborsi, dia dapat dituntut secara hukum. Dalam Pancasila,
telah disebutkan dengan jelas dalam sila kedua, yakni Kemanusian yang Adil
dan Beradab. Mengakui dan memerlakukan manusia sesuai harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Mahaesa.


6

Dalam Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia
juga sebenarnya telah dimuat perlindungan terhadap hak janin. Dalam Pasal
53 dikatakan bahwa setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya. Anak dalam
kandungan yang dimaksud adalah janin yang nantinya akan tumbuh menjadi
anak dan berkembang selayaknya manusia. Janin merupakan awal kehidupan
yang harus dihormati oleh setiap manusia dan dijaga karena janin nantinya
akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang kelak juga akan
menghasilkan hal yang sama. Jadi berapapun usia janin, berapapun dikatakan
usia awal kehidupan janin, janin harus tetap dipertahan hidup sepanjang tidak
membahayakan kondisi sang ibu dan memang dapat terlahir kedunia tanpa
mengancam nyawa ibu dan janin. Dalam Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia
(PBB) disebutkan, ”Martabat yang tertera dalam pribadi manusia dan hak-hak
yang sama dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia menjadi dasar
kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian di dunia.” Kita juga tegas mengakui
martabat dan hak asasi manusia ini. Mengingat janin adalah manusia, maka ia
memiliki martabat dan mengembangkan hak-hak asasi yang sama dengan
kita, terutama hak untuk hidup. Menyerang janin dengan aborsi berarti
menyerang martabat yang melekat pada kemanusiaan sesama. Kita tidak bisa
tinggal diam saat martabat sesama dirampas orang lain. Kita harus menjadi
suara bagi janin yang belum dapat bersuara.
3.3 Faktor-faktor yang Menyebabkan Seseorang Melakukan Aborsi
1) Gaya hidup seks bebas
Di masa sekarang ini hamil di luar nikah sering terjadi. Hal ini
dikarenakan anak-anak muda jaman sekarang banyak yang menganut
gaya hidup seks bebas. Pada awalnya para anak muda tersebut hanya
berpacaran biasa, akan tetapi setelah cukup lama berpacaran mereka
melakukan hubungan seksual. Ketika hubungan mereka membuahkan
janin dalam kandungan, timbul masalah karena mereka belum menikah
dan kebanyakan masih harus menyelesaikan sekolah atau kuliahnya.
2) Penyalahgunaan Perkembangan IPTEK

7

Semakin berkembanganya kecanggihan teknologi, semua yang ada
di dunia dapat diakses dengan mudah sekali. Pada saat inilah remaja yang
masih dalam keadaan labil mulai mencicipinya. Banyaknya masalah
tentang gaya hidup seks bebas dipicu dengan adanya media-media baik
berupa tulisan, gambar, dan video. Remaja yang memiliki rasa penasaran
tinggi maka akan mudah melakukan tindakan-tindakan yang seharusnya
tidak mereka lakukan seperti melakukan seks bebas dan cara
menanggulangi akibat dari seks bebas tersebut yakni aborsi.
3) Rasa takut dan malu
Ditambah adanya rasa takut ketahuan dan rasa malu apabila
masalah kehamilan itu ketahuan oleh orang tua dan orang lain, maka
ditempuh aborsi untuk menghilangkan janin yang tidak dikehendaki
tersebut. Namun tidak jarang pula ada yang melakukan pernikahan
secepatnya agar janin yang dikandung tersebut mempunyai ayah.
Perkawinan ini dalam istilah anak muda dikenal dengan nama MBA
(Married By Accident) atau nikah setelah hamil dahulu. Di dalam sistem
hukum Indonesia, perbuatan aborsi dilarang dilakukan. Bahkan perbuatan
aborsi dikategorikan sebagai tindak pidana sehingga kepada pelaku dan
orang yang membantu melakukannya dikenai hukuman. Akan tetapi
walaupun sebagian besar rakyat Indonesia sudah mengetahui ketentuan
tersebut, masih banyak juga perempuan yang melakukan aborsi. Hal ini
dapat diketahui dari data-data yang diajukan oleh para peneliti tentang
jumlah aborsi yang terjadi di Indonesia.
3.4 Cara Meminimalisir Korban-korban Aborsi di Indonesia
1. Dari pihak keluaga yang harusnya memperhatikan perkembangan seorang
anak dalam suatu pergaulan baik dilingkungan masyarakat maupun di
lingkungan sekolah.
2. Tidak lepas juga peran sekolah dalam melakukan sosialisasi bagaimana
agar para siswa
3. si ibu itu sendiri.karena bagaimana telah diuraikan di atas angka kematian
akibat aborsi telah mencapai sekitar 11 % dari angka kematian ibu

8

mengetahui bahaya dari pergaulan bebas yang menjurus ke sex bebas
yang menyebabkan hamil di luar nikah.
4. Menindak tegas oknum – oknum yang membuka serta menjalankan suatu
praktek untuk melakukan aborsi.
5. Cara yang harus di tempuh jika telah terjadi kehamilan diluar nikah yaitu
dengan pernikahan. Agar sang bayi dapat di selamatkan seta dapat
menyelamatkan nyawa hami dan melahirkan, yang di Indonesia mencapai
390 per 100.000 kelahiran hidup, sebuah angka yang cukup tinggi bahkan
untuk ukuran Asia maupun dunia.
3.5 Kendala yang di Hadapi oleh Penegak Hukum dalam Meminimalisir
Korban Aborsi
Kebijakan Aborsi di Indonesia termasuk salah satu negara yang
menentang pelegalan aborsi dalam konvensi-konvensi badan dunia PBB, satu
kubu dengan negara-negara muslim dunia ,sebagian negara Amerika Latin
dan Vatikan.
Di Indonesia aborsi dianggap ilegal kecuali atas alasan medis untuk
menyelamatkan nyawa sang ibu. Oleh karena itulah praktek aborsi dapat
dikenai pidana oleh negara. Fatwa lembaga keagamaan pun rata-rata
mendukung kebijakan pemerintah tersebut, misalnya fatwa Majlis Tarjih
Muhammadiyah tahun 1989 tentang aborsi yang menyatakan bahwa aborsi
dengan alasan medik diperbolehkan dan aborsi dengan alasan non medik
diharamkan.
Akan tetapi bisakah Indonesia digolongkan dalam kubu pro live.
Jawabnya bisa ya bisa tidak. Walaupun kebijakan pemerintah Indonesia
dengan melarang parktek aborsi condong ke kubu pro live akan tetapi
kebijakan lainnya justru mendorong terjadinya praktek aborsi. Diantaranya
larangan bagi siswa/i yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan
menengah untuk menikah. Kebijakan inilah yang mendorong terjadinya
praktek aborsi, siswi yang hamil akan dikeluarkan dari sekolah dan dilarang
untuk melanjutkan studynya, selain oleh karena tekanan orang tua,
masyarakat dan lingkungan. Karena itulah aborsi menjadi pilihan terbaik dari

9

yang terburuk yang bisa diambil oleh seorang remaja yang hamil di luar
nikah.
3.6 Pandangan Hukum dan Medis tentang Tindakan Aborsi
3.6.1 Pandangan Hukum
1. Abortus Buatan Legal
Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan
cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut
dengan abortus provocatus therapeticus, karena alasan yang sangat
mendasar untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu.
Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan: Pada penjelasan UU
Nomor 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut: Ayat (1):
Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan
apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma
agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan
darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang
dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu.
Ayat (2) :
(a) Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan
diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu
itu, ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut.
(b) Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu
adalah tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk
melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang dokter
ahli kebidanan dan penyakit kandungan.
(c) Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang
bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat
memberikan persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau
keluarganya.
(d) Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki
tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan
ditunjuk oleh pemerintah.

10

Ayat (3): Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini
dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan
jiwa ibu hamil atau janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan
wewenang bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk.
2. Abortus Provocatus Criminalis (Abortus Buatan Ilegal)
Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk
menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang
tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang
dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering juga
disebut dengan abortus provocatus criminalis karena di dalamnya
mengandung unsur kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang
mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP): Pasal 299, Pasal 346, Pasal 347, Pasal 348, Pasal 349,
dan Pasal 535.
Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan:
1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia
menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun.
2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil,
dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12
tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun
3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5
tahun penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7
tahun penjara.
4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus
tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan)
ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk
praktek dapat dicabut.
Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang
memperbolehkan seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik,
sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang
melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang
kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48). Selain KUHP,

11

abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 80: Barang
siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu
hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
3.6.2 Pandangan Medis
Kewajiban umum pasal 7 d Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran berbunyi : “Setiap dokter harus senantiasa mengingat
akan kewajiban melindungi hidup insani”, artinya segala perbuatan dokter
terhadap pasien bertujuan untuk memelihara kesehatan dan kebahagian,
dengan sendirinya dia harus mempertahankan dan memelihara kehidupan
manusia, ini berarti bahwa baik dari segi agama, UU negara, maupun etik
kedokteran, seorang dokter tidak dibolehkan untuk menggugurkan
kandungan (abortus provokatus). Abortus hanya dapat dibenarkan hanya
sebagai pengobatan, apabila satu-satunya jalan untuk menolong jiwa ibu
dari bahaya maut atau abortus provokatus therapiuticus, seperti juga
tercantum dalam Undang-undang tentang Kesehatan No.23 tahun 1992.
Keputusan untuk melakukan abortus, sekurang-kurangnya 2 dokter, dan
persetujuan tertulis dari isteri, suami dan keluarga terdekat, dan sebaiknya
dilakukan di rumah sakit atau sarana kesehatan yang memadai.

12

BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Martabat yang tertera dalam pribadi manusia dan hak-hak yang sama
dan mutlak dari semua anggota keluarga manusia menjadi dasar
kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian di dunia. Mengingat janin adalah
manusia, maka ia memiliki martabat dan mengembangkan hak-hak asasi yang
sama dengan kita, terutama hak untuk hidup. Menyerang janin dengan aborsi
berarti menyerang martabat yang melekat pada kemanusiaan sesama.
Penggunaan aborsi secara ilegal banyak dilakukan oleh remaja. Memang
mencegah lebih baik daripada mengobati. Faktor yang menjadi penyebab
aborsi di Indonesia adalah munculnya rasa takut dan malu karena adanya
kehamilan di luar nikah yang diakibatkan adanya seks bebas. Memberi
pengetahuan mengenai beresikonya melakukan seks pra nikah atau sex bebas
adalah salah satu metode paling tepat untuk menurunkan resiko kehamilan di
luar nikah dan aborsi. Di Indonesia, aborsi dianggap ilegal kecuali atas alasan
medis untuk menyelamatkan nyawa sang ibu. Beberapa pasal yang mengatur
aborsi terdapat dalam UU Nomor 23 tahun 1992 pasal 15 dan Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP): Pasal 299, Pasal 346, Pasal 347, Pasal 348,
Pasal 349, dan Pasal 535.
5.2 Saran
Negara Indonesia merupakan negara yang tidak menyetujui adanya
tindakan aborsi. Oleh karena itu, untuk mengurangi penyalahgunaan tindakan
aborsi maka masyarakat terutama remaja harus bisa menggunakan
perkembangan

iptek

sebaik-baiknya,

pihak

keluaga

yang

harusnya

memperhatikan perkembangan seorang anak, sekolah juga berperan dalam
13

melakukan sosialisasi, dan menindak tegas oknum – oknum yang
menjalankan praktek untuk aborsi.

DAFTAR PUSTAKA
Bowo. 2015. Hak Asasi Manusia.
https://www.academia.edu/8154822/A_._Pengertian_Pelanggaran_Hak_A
sasi_Manusia
(Diakses pada tanggal 27 Desember 2015, pukul 08.30 WIB)
Budisma. 2012. Penelitian Aborsi di Indonesia.
http://artikelhukum88.blogspot.co.id/2012/10/artikel-penelitian-kasusaborsi.html
(Diakses pada tanggal 19 Desember 2015, pukul 23.20 WIB)
Febrina. 2010. Unwanted Pregnancy dan Aborsi.
http://bidanshop.blogspot.co.id/2010/04/unwanted-pregnancy-danaborsi.html
(Diakses pada tanggal 27 Desember 2015, pukul 21.27 WIB)
Murtini. 2011. Aborsi dan HAM.
http://murtini-tini.blog.ugm.ac.id/2011/10/26/aborsi-dan-ham/
(Diakses pada tanggal 27 Desember 2015, pukul 05.49 WIB)
Pratiwi. 2014.Angka Aborsi Meningkat di Perkotaan.
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20141029111311-128642/tercatat-angka-aborsi-meningkat-di-perkotaan/
(Diakses pada tanggal 20 Desember 2015, pukul 18.30 WIB)
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
https://id.wikipedia.org/wiki/Gugur_kandungan
(Diakses pada tanggal 27 Desember 2015, pukul 04.47 WIB)
Yuzz. 2015. Aborsi di Lihat dari Berbagai Sudut Pandang: Hukum dan Agama..
http://www.kompasiana.com/janewinarni/pengambilan-keputusan-etistentang-kasus-abortus-dalam-medis-hukum-danagama_550060c6a33311-5d6f510c83
(Diakses pada tanggal 25 Desember 2015, pukul 13.25 WIB )

14