HUBUNGAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SISWA DI SEKOLAH DENGAN PELANGGARAN TATA TERTIB DI SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SISWA DI SEKOLAH

DENGAN PELANGGARAN TATA TERTIB DI SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG

Oleh Novita Hariyani

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan hubungan kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah dengan pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional. Sampel dalam penelitian 21 orang. Analisis data menggunakan Chi Kuadrat dan teknik pengumpulan data menggunakan angket.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah (X) dominan pada kategori sedang atau cukup mampu dengan persentase 66,67%, (2) tingkat pelanggaran tata tertib (Y) dominan pada kategori ringan dengan persentase 47,62%, (3) terdapat hubungan yang positif, signifikan, dan kategori keeratan tinggi antara kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah dengan pelanggaran tata tertib, artinya semakin tinggi kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah maka semakin rendah pula tingkat pelanggaran tata tertib.

Kata Kunci: Mengemukakan Pendapat, Hak dan Kewajiban Siswa, Pelanggaran Tata Tertib


(2)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pikir ... 48

Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMP Negeri 20 Bandar Lampung ... 74

Gambar 4.2. Analisis Distribusi Data Tabel Pemahaman Siswa ... 80

Gambar 4.3. Analisis Distribusi Data Tabel Kesadaran Siswa ... 84

Gambar 4.4. Analisis Distribusi Data Tabel Tanggungjawab Siswa ... 87

Gambar 4.5. Analisis Distribusi Data Tabel Keberanian Siswa ... 90

Gambar 4.6. Analisis Distribusi Data Tabel Pemahaman Siswa ... 94

Gambar 4.7. Analisis Distribusi Data Tabel Pemahaman Siswa ... 97

Gambar 4.8. Analisis Distribusi Data Tabel Sikap dan kelakuan yang menunjukkan kesungguhan hati untuk menaati tata tertib ... 101


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

1. Tujuan Penelitian ... 11

2. Kegunaan Penelitian ... 11

2.1Kegunaan Secara Teoritis ... 11

2.2Kegunaan Secara Praktis ... 12

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 13

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 13

2. Ruang Lingkup Subjek... 13

3. Ruang Lingkup Objek ... 13

4. Ruang Lingkup Wilayah ... 13

5. Ruang Lingkup Waktu ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Deskripsi Teori ... 15

1. Pelanggaran Tata Tertib Sekolah ... 15

1.1Pengertian Pelanggaran ... 15


(4)

1.6Tata Tertib Sekolah SMP Negeri 20 B. Lampung... 26

2. Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah ... 31

2.1Pengertian Kemampuan ... 31

2.2Hakekat Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat ... 34

2.3Pentingnya Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat secara Bebas dan Bertanggungjawab ... 35

2.4Aktualisasi Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat secara Bebas dan Bertanggungjawab ... 39

2.5Tinjauan tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah ... 42

B. Kerangka Pikir ... 49

C. Hipotesis ... 50

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 51

A. Metode Penelitian ... 51

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 51

1. Populasi ... 51

2. Sampel ... 52

3. Teknik Sampling ... 53

C. Variabel Penelitian ... 53

1. Variabel Bebas ... 53

2. Variabel Terikat ... 53

D. Definisi Konseptual Variabel ... 54

1. Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah ... 54

2. Pelanggaran Tata Tertib Sekolah ... 54

E. Definisi Operasional Variabel ... 54

1. Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah ... 54

2. Pelanggaran Tata Tertib Sekolah ... 55

F. Teknik Pengumpulan Data ... 56

1. Tekhnik Pokok ... 56

2. Tekhnik Penunjang... 57

G. Validitas dan Uji Reliabilitas ... 57

1. Validitas ... 57

2. Reliabilitas ... 58

H. Uji Coba Instrumen ... 60

1. Analisis Uji Validitas ... 60

2. Analisis Uji Reliabilitas ... 60

I. Teknik Analisis Data ... 65

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Langkah-Langkah Penelitian… ... 68

1. Pengajuan Judul ... 68


(5)

1. Sejarah Singkat SMP N 20 Bandar Lampung ... 70

2. Situasi dan Kondisi Sekolah ... 75

3. Keadaan Siswa-Siswi SMP N 20 Bandar Lampung ... 76

C. Deskripsi Data ... 77

1. Pengumpulan Data ... 77

2. Penyajian Data mengenai Hubungan Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah ... 78

3. Penyajian Data tentang Pelanggaran Tata Tertib ... 91

4. Pengujian Hipotesis ... 102

D. Pembahasan ... 108

KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 118 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Hasil prasurvey melalui observasi di SMP N 20 Bandar Lampung tahun

pelajaran 2012/2013 ... 8

Tabel 3.1 Jumlah populasi siswa kelas VII di SMP N 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 ... 52

Tabel 3.2 Jumlah dan sebaran sampel siswa kelas VII di SMP N 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 ... 53

Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden diluar Sampel Untuk Item Ganjil (X). ... 61

Tabel 3.4 Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden diluar Sampel Untuk Item Genap (Y). ... 62

Tabel 3.5 Distribusi Antara Item ganjil (X) dengan Item Genap (Y) Mengenai Hubungan Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah dengan Pelanggaran Tata Tertib di SMP N 20 Bandar Lampung ... 62

Tabel 4.1 Jumlah Bangunan Gedung di SMP Negeri 20 Bandar Lampung ... 75

Tabel 4.2 Data Jumlah Guru dan Karyawan di SMP N 20 Bandar Lampung ... 76

Tabel 4.3 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Pemahaman Siswa ... 78

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Indikator Pemahaman Siswa ... 80

Tabel 4.5 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Kesadaran Siswa ... 82

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Indikator Kesadaran Siswa ... 83


(7)

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Indikator Keberanian Siswa ... 90 Tabel 4.11 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator sikap mental (sikap taat dan

tertib) ... 92 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Indikator Sikap Mental ... 93 Tabel 4.13 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator Pemahaman tentang Sistem

Aturan, Perilaku, Norma, dan Kriteria ... 95 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Indikator Pemahaman Siswa Mengenai Sistem

Aturan, Perilaku, Norma, dan Kriteria ... 97 Tabel 4.15 Distribusi Skor Hasil Angket Indikator sikap dan kelakuan yang

menunjukkan kesungguhan hati untuk menaati tata tertib ... 99 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Indikator Sikap dan Kelakuan yang Menunjukkan

Kesungguhan Hati untuk Menaati Tata Tertib ... 101 Tabel 4.17 Daftar Tingkat Perbandingan Jumlah Responden Mengenai Hubungan

Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah dengan Pelanggaran Tata Tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung ... 103 Tabel 4.18 Daftar Kontingensi Perolehan Data Hubungan Kemampuan

Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah dengan Pelanggaran Tata Tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung ... 104


(8)

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SISWA DI SEKOLAH

DENGAN PELANGGARAN TAT A TE RT IB DI SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

NOVITA HARIYANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(9)

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SISWA DI SEKOLAH

DENGAN PELANGGARAN TAT A TE RT IB DI SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG

Oleh

NOVITA HARIYANI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(10)

SISWA DI SEKOLAH DENGAN PELANGGARAN TAT A TE RTIB DI SMP NEGERI 20 BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Novita Hariyani No. Pokok Mahasiswa : 0913032060

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

PembimbingI Pembimbing II

Dr. Adelina Hasyim, M.Pd Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd. NIP. 19531018 198112 2 001 NIP. 198207272006041 002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si


(11)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. ……….

Sekretaris : Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd. ………..

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Holillulloh, M.Si. ………..

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(12)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah dengan Pelanggaran Tata Tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari Ibu Dr. Adelina Hasyim M.Pd., selaku pembimbing akademik (PA) dan sebagai pembimbing I, yang telah memberikan motivasi dan bimbingannya dalam membantu penyusunan skripsi. Dan juga Bapak Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd., selaku pembimbing II, terimakasih atas kesediaannya dalam membimbing dan memberikan motivasi dalam bimbingannya. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:


(13)

2. Bapak Dr. Thoha B.S Jaya, M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, sekaligus selaku pembahas I, terimakasih atas masukan, saran, dan kritikannya pada penulis. 7. Bapak M. Mona Adha, M.Pd., selaku pembahas II, terimakasih atas masukan,

saran, dan kritikannya pada penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Ibu Dra. Listadora, selaku Kepala SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

10. Bapak dan Ibu guru serta staf tata usaha SMP Negeri 20 Bandar Lampung Kota Bandar Lampung yang telah membantu dalam penelitian kepada penulis.


(14)

12. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Bapak Kabul Riyanto dan Ibu Gunarti terimakasih atas keikhlasan, cinta dan kasih sayang, doa, motivasi, moral serta finansial yang tidak akan pernah terbayarkan. Untuk kakakku Wulan Yuliannisa dan juga adikku, Neti Nurhasanah dan Indah Puji Astuti. Terimakasih atas do’a, dukungan, bantuan, perhatian dan cinta kasih yang diberikan.

13. Sahabat-sahabat terbaikku, Hestia yang selalu setia mendengar curhatanku, aku selalu nyaman dengan karaktermu yang pendiam, Maul yang selalu membuat aku ketawa terus, Alan yang selalu terbuka dengan perjalanan cintanya, Nurul yang selalu menghibur kita dengan kepolosannya, dan Umi yang selalu menahanku, saat aku terlalu bersemangat. Terimakasih untuk semangat, motivasi, dan kebersamaan kita selama ini.

14. Teman-teman PPKn angkatan 2009 yang tidak bisa disebutkan satu persatu semoga kebersamaan kita ini akan tetap selalu ada, walaupun kadang-kadang ada kesalahpahaman diantara kita namun kebersamaan dan kenangan tidak akan terlupakan.

15. Teman-teman seperjuangan KKN, PPL SMP PGRI 2 Merbau Mataram Tahun 2012 Ayu, Dika, Heri, Ika, Kiki, Listiono, Mb Sri, Novio, Rika, Riko, Vivi, dan Yeni terimakasih atas kebersamaannya dalam perjuangan kita. Desa Karang Raja, Merbau Mataram, Kabupaten Lampung Selatan, terimakasih atas tempat menimba ilmu kami.


(15)

17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/i serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2013 Penulis,


(16)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah: Nama : Novita Hariyani

NPM : 0913032060

Prodi/ Jurusan : PPKn/ Pendidikan IPS

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2013

Novita Hariyani NPM. 0913032060


(17)

PERSEMBAHAN

Dengan berlandaskan haturan syukur kepada ALLAH

SWT,kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda bukti dancinta

kasih kepada :

“Kedua orang tuaku, ayah dan ibu

tercinta yang selalu menjadi

semangat dalam

hidupku, kesabaran dan do’a dalam

setiap sujudmu untuk

Menanti keberhasilanku serta harapan disetiap tetesan

Keringatmu demi keberhasilanku”

“Adikk

-adikku serta saudara-saudaraku tersayang, yang dengan

kasihnya selalu mendukung dan mendo’akanku”

“Teman

-teman PPKN 2009 yang selalu memberikan semangat dan

mendo’akan keberhasilanku”

“Dan Seseorang yang kelak akan menda

mpingiku mengarungi suka

duka jalan kehidupannya kehidupan”

Serta


(18)

Motto

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

maka apabila kamu telah selsesai dari suatu urusan,

kerjakanlah dengan sungguh-

sungguh urusan yang lain”

(Al-Insyirah, 6-7)

Motivasi terkuat adalah motivasi yang datang dari diri

kita sendiri

”.

(Novita Hariyani)


(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Novita Hariyani, dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 19 November 1991 yang merupakan putri kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Kabul Riyanto dan Ibu Gunarti.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain: 1. Taman Kanak-Kanak Melati Puspa diselesaikan pada tahun 1997.

2. Sekolah Dasar Negeri 1 Way Kandis yang diselesaikan pada tahun 2003. 3. SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2006. 4. SMA Negeri 5 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara kita Indonesia sejak dua tahun belakangan ini banyak dihembusi oleh angin demokrasi yang dipadatkan dalam bentuk berbagai keinginan dan tuntutan dengan mengatasnamakan rakyat. Keinginan untuk lepas dari pemerintahan yang terlalu lama berkuasa dan membentuk pemerintahan baru yang diharapkan membawa angin segar dalam berbagai segi kehidupan. Keinginan untuk mengedepankan sifat keterbukaan dalam berbagai isu nasional agar rakyat sebagai pemegang kedaulatan bisa memonitor dan mengkontrol secara langsung semua kebijakan yang dilakukan pemerintah. Keinginan untuk mengeluarkan pendapat secara lebih bebas. Keinginan untuk mendapatkan otonomi lebih besar dalam pengelolaan daerah. Semua ini dilapis dalam kata demokrasi, suara yang berasal dari rakyat.

Penyebab yang paling sering diajukan adalah menghubungkannya dengan kemerosotan kehidupan ekonomi negara yang jatuh akibat ketidakstabilan nilai mata uang rupiah terhadap dolar yang efek dominonya juga membuat kehidupan politik dan pemerintahan menjadi ikut goyah. Tetapi peneliti yakini faktor ekonomi ini hanya sebagai satu pemicu, penyebab yang utama adalah adanya tingkat pemikiran rakyat yang lebih baik, yang merupakan


(21)

produk keberhasilan program pendidikan. Pendidikan membuka cara berpikir setiap insan terhadap hidup yang berbudaya, kecanggihan teknologi, konsep kesamaan dalam perbedaan, persamaan hak dan kewajiban, dan harapan dalam hidup. Tingkat pendidikan yang lebih baik telah menggantikan sikap patuh dan diam dengan sikap kritis dan aktif. Inilah yang membangkitkan semangat reformasi untuk berdemokrasi di kalangan masyarakat khususnya generasi muda, yaitu salah satunya kaum pelajar terutama dalam kemampuannya mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajibannya di sekolah.

Sebagaimana kita ketahui bahwasannya pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan berhak berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Pendidikan dapat kita peroleh di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Pendidikan berjasa dalam membentuk pondasinya: rakyat yang tahu hak dan kewajibannya, rakyat yang mengakui persamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan, membuka kesempatan yang luas bagi semua lapisan masyarakat dalam mencapai persamaan, dan membentuk rakyat yang kritis. Dengan demikian pendidikan tidak saja memungkinkan tumbuhnya alam


(22)

demokrasi, tetapi juga membuat demokrasi menjadi hal yang utama untuk hadir di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan dari sistem pendidikan yang ada adalah pembenahan dalam cara mengajar. Cara mengajar yang hanya dititikberatkan pada penyampaian materi pelajaran (satu arah) harus dirubah dengan cara mengajar yang mengajak siswa untuk berpikir (dua arah). Berpikir secara mandiri dan bersama-sama dengan siswa lain dan guru sebagai satu kelompok. Berpikir dan mengemukakan hasil pemikirannya dalam bentuk pendapat kepada siswa lain dan guru. Ini bisa diwujudkan dalam bentuk cara belajar yang interaktif.

Pendidikan yang interaktif bisa dilakukan dengan cara kerja kelompok untuk mendiskusikan satu topik tertentu, atau dimulai dengan teknik curah gagasan (brainstorming) yang melepaskan dahulu justifikasi terhadap relevansi

ataupun kebenaran ide seseorang, tujuannya adalah mengumpulkan ide dari semua peserta. Kedua teknik tersebut akan memberi pengalaman pada siswa dalam mengeluarkan keberaniannya untuk mengemukakan pendapat dengan tujuan untuk berbagi dalam keterbukaan, dalam melihat kenyataan bahwa setiap orang belum tentu memiliki pendapat yang sama, dalam menyikapi dan menghargai pendapat siswa lain yang sealiran maupun yang bertentangan, dalam menyikapi penolakan orang lain terhadap ide yang dikemukakan siswa yang bersangkutan, dalam mengolah ide orang lain menjadi lebih kreatif lagi, dan dalam bagaimana menggunakan jalur komunikasi untuk menyelesaikan perbedaan dan masalah yang sedang dihadapi bersama.


(23)

Langkah selanjutnya adalah membawa siswa untuk beralih ke pemikiran tertulis. Siswa diberi kemampuan untuk menuangkan pendapatnya dalam bentuk karangan tertulis secara gamblang dan terstruktur. Ini akan membantu siswa dalam menyebarkan ide ke lingkup yang lebih luas. Karena bagaimanapun secara skala distribusi pemikiran yang tertulis akan lebih efektif untuk sampai ke khalayak yang lebih luas.

Inilah yang dimaksud dengan proses belajar yang sesungguhnya, memahami untuk me-reinventing apa yang dipelajari, menganalisa untuk me-recreating

sesuatu dari yang sudah dipelajari, dan akhirnya menyatakan kembali kepada khalayak umum.

Untuk melaksanakan cara belajar interaktif pada kondisi sekarang cukup sulit, karena diperlukan faktor pendukung yang saat ini masih kurang dalam sistem pendidikan sekarang. Infrastruktur yang diperlukan untuk melaksanakan pendidikan interaktif adalah:

1. Guru yang kompeten dan berbakat mendidik dan mengajar.

2. Meluangkan waktu terbanyak bagi pendidikan, terus belajar dan membaca, memilihkan soal analisa dalam proses belajar dan ulangan, memeriksa jawaban essai siswa dengan cermat dan memberi umpan balik, dan memberi porsi besar teknik diskusi dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Bisa bertindak sebagai fasilitator dan mediator, selalu mempersiapkan

bahan diskusi dengan tepat, memahami semua pendapat yang timbul, dan tahu cara menengahi perbedaan dengan tepat.


(24)

4. Tidak berorientasi hasil, melainkan berorientasi proses, tidak memusatkan perhatian pada keberhasilan dalam ujian tetapi pada proses belajarnya sehingga siswa memiliki kemampuan belajar mandiri yang tetap berorientasi pada kerjasama.

5. Materi pelajaran yang menekankan pada analisa masalah, tidak saja menekankan pada ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga keterampilan nilai, perilaku, emosi dan etika. Materi yang mampu melatih kemampuan otak, emosi dan aksi siswa secara seimbang.

6. Sistem penilaian yang proporsional pada nilai dan perilaku siswa, guru tidak hanya dinilai dari keberhasilan siswanya dalam memperoleh nilai baik dalam ulangan tetapi juga keberhasilan guru dalam membentuk perilaku siswa. Demikian juga dalam menilai keberhasilan siswa itu sendiri.

7. Sistem ujian nasional yang tidak didominasi pilihan ganda, sesuatu yang tidak merangsang siswa untuk berpikir secara kreatif.

8. Kehidupan sekolah yang lebih demokratis, yaitu dengan memerankan kembali kepala sekolah dan guru sebagai contoh hidup yang ideal, sebagai teman dalam berdiskusi, dan selalu melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan sekolah.

Harapan yang dibebankan pada keberhasilan sistem pendidikan ini adalah: 1. Terbentuknya siswa yang memiliki pengetahuan yang luas.

2. Terbentuknya siswa yang berkemampuan untuk menganalisa informasi di lingkungannya.


(25)

4. Terbentuknya siswa yang berkemauan untuk menyampaikan pendapatnya secara kritis.

5. Terbentuknya siswa yang memiliki sikap toleransi terhadap perbedaan. 6. Terbentuknya siswa yang berorientasi pada berpikir dibandingkan

menggunakan otot.

7. Terbentuknya siswa yang berorientasi pada aksi.

8. Terbentuknya siswa yang memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam lingkungannya.

Dengan target tersebut, diharapkan demokrasi bukan hanya membutuhkan pendidikan yang menghasilkan siswa yang melek huruf dan melek pengetahuan, tetapi juga pendidikan yang mampu memberi siswa kemampuan berinisiatif, bersikap kritis, kreatif, toleransi, dan berpartisipasi.

Salah satu mata pelajaran di sekolah yang sangat menekankan pada kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Di dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terdapat materi yang khusus menjelaskan tentang kemerdekaan mengemukakan pendapat, jadi di dalam materi ini siswa dituntut memiliki kemampuan dalam mengemukakan pendapat, salah satuya kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah. Harapannya siswa tidak hanya mampu dalam mengemukakan pendapatnya, tetapi mampu juga dalam mengaplikasikan hak dan kewajibannya di sekolah.


(26)

Untuk mencapai tujuan tersebut sangat ditentukan oleh kemampuan atau kualitas guru, karena guru memiliki peranan penting dalam mengubah perilaku siswa. Pembinaan oleh guru di sekolah merupakan bagian integral dari upaya pembinaan kesadaran hukum atau aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah. Pembinaan terhadap tata tertib sekolah merupakan salah satu bentuk kegiatan guru di sekolah dalam rangka pembinaan generasi muda dan pembentukan manusia disiplin dan terdidik. Masalah yang dihadapi dalam pembangunan pendidikan adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan, baik yang bersifat pengetahuan maupun sikap. Usaha pertama yang dilakukan oleh sekolah dalam pembinaan sikap yaitu melalui tata tertib sekolah. Sebagaimana diketahui dewasa ini banyak sekali siswa sekolah yang terlibat dalam kenakalan remaja, pergaulan bebas, penggunaan narkoba, tawuran antar sekolah serta penggunaan etika yang salah dalam kehidupan. Oleh karena itu, melalui pembinaan tata tertib sekolah diharapkan siswa dibiasakan melaksanakan kehidupan sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakatnya.

Hasil kajian sementara di lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat perilaku siswa yang tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan di lihat dari perkembangan masyarakat global karena kemajuan pengetahuan dan teknologi, khususnya para siswa yang merupakan generasi penerus bangsa yang nantinya akan berpengaruh negatif terhadap perilaku siswa. Peneliti mengambil lokasi penelitian di SMP Negeri 20 Bandar Lampung, hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang melanggar tata tertib sekolah.


(27)

Tabel 1.1 Bentuk dan Jumlah Pelanggaran Tata Tertib Kelas VII Di SMP Negeri 20 Bandar lampung Bulan Juli-Desember 2012.

No Bentuk Pelanggaran Tata Tertib Sekolah Jumlah Siswa 1. Tidak memakai seragam sesuai dengan

ketentuan

7

2. Lompat pagar sekolah 3

3. Meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran berakhir

7

4. Terlambat hadir 10

5. Tidak hadir tanpa keterangan 6

6. Merokok 5

7. Berkelahi 36

8. Keluar saat KBM tanpa izin 12

9. Mengaktifkan atau menggunakan HP pada jam KBM

8

10. Ribut di kelas 10

Total 105

Sumber: Dokumentasi guru BK di SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

Berdasarkan data, diketahui ada 105 siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa menunjukkan bahwa siswa tersebut masih kurang dapat mengaplikasikan pendapatnya tentang hak dan kewajibannya di sekolah. Pelanggaran terhadap tata tertib sekolah menunjukkan siswa kurang patuh terhadap peraturan sekolah. Berbagai upaya yang telah dilaksanakan di sekolah sering kurang dihargai dan diperhatikkan oleh siswa. Sekolah memegang peran yang sangat penting dalam menanamkan dan menumbuhkan aspek pendidikan moral. Kasus atau pelanggaran tata tertib sekolah tersebut terkait dengan karakteristik siswa seperti perbedaan-perbedaan yang dimiliki setiap individu yang dipengaruhi oleh sikap, minat, keinsyafan, pengetahuan, dan faktor lain yang mempengaruhinya. Ketaatan terhadap tata tertib sekolah adalah sebuah


(28)

kesiapan yang harus ditanamkan kepada siswa di sekolah agar mempunyai sikap dan perbuatan sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Pelanggaran tata tertib yang terdapat pada tabel tersebut termasuk ke dalam bidang kajian nilai dan moral Pancasila. Hal tersebut termasuk ke dalam bidang kajian nilai dan moral Pancasila karena pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila, sehingga dapat mengganggu kondisi lingkungan belajar di sekolah menjadi tidak kondusif. Bila generasi mudanya saja seperti ini, lalu bagaimana dengan nasib bangsa kita yang ada di tangan mereka. Seharusnya sebagai siswa yang memiliki kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajibannya di sekolah, siswa tersebut mampu mematuhi segala aturan-aturan yang ada, karena menaati tata tertib merupakan kewajiban siswa di sekolah, sehingga segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik dan tidak akan menimbulkan kericuhan dan kekacauan. Oleh karena itu, dari penelitian ini mengingatkan kembali bahwa siswa adalah generasi muda yang perlu dibimbing dan dibina dengan baik, agar siswa tidak hanya mampu mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajibannya di sekolah, tetapi juga mampu mengaplikasikan hak dan kewajiban tersebut. Dengan harapan melalui penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada seluruh pihak-pihak yang bersangkutan baik itu sekolah maupun keluarga.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Kemampuan


(29)

Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah dengan Pelanggaran Tata Tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, peneliti mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Pentingnya pendidikan dalam menumbuhkan sikap demokrasi bagi generasi muda.

2. Peran pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membina generasi muda.

3. Peranan guru dalam membina siswa.

4. Kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah.

5. Masih terdapat siswa yang melanggar tata tertib sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diajukan, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu: 1. Kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di

sekolah.


(30)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Adakah hubungan kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah dengan pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Pada penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah menjelaskan adakah hubungan kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah dengan pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung.

2. Kegunaan Penelitian 2.1Kegunaan teoritis

Kegunaan yang bersifat teoritik berkaitan dengan pengembangan khasanah pengetahuan, khususnya bagi program studi Pendidikan Kewarganegaraan. Kegunaan yang bersifat teoritis tersebut berupa sumbangan hasil penelitian, yaitu dapat menambah khasanah pengetahuan atau mengembangkan wawasan terutama dalam hal kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah dan memberikan masukan guna pengembangan


(31)

dunia pendidikan serta memberikan masukan atau informasi bagi calon guru dalam meningkatkan diri agar lebih profesional.

2.2Kegunaan Praktis a. Bagi siswa

Bagi siswa, penelitian ini berguna untuk memberikan motivasi atau dorongan agar siswa memiliki kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah yang selanjutnya dapat mengurangi pelanggaran tata tertib sekolah.

b. Bagi guru

Bagi guru, penelitian ini berguna untuk memperbaiki dan mengintrospeksi terhadap kemampuan, kualitas, dan keterampilan guru dalam melatih dan membimbing siswa, terutama dalam memberikan arahan tentang kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah dan peraturan tata tertib sekolah.

c. Bagi sekolah

Bagi sekolah, penelitian ini berguna sebagai masukan untuk menerapkan kebijakan-kebijakan sekolah dalam membantu siswa

memiliki kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan

kewajiban siswa di sekolah dan pentingnya mematuhi tata tertib sekolah, sehingga terwujud wawasan wiyata mandala yang baik.


(32)

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan pada kajian nilai-nilai Pancasila dan norma kehidupan dalam hal mendidik generasi muda.

2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah.

3. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah hubungan kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah dengan pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung.

4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

Wilayah penelitian ini adalah SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang beralamat di jalan R. A. Basyid, Labuhan Dalam, kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung.


(33)

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesai.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pelanggaran Tata Tertib Sekolah 1.1Pengertian Pelanggaran

Setiap manusia, baik sebagai individu atau anggota masyarakat selalu membutuhkan bantuan orang lain. Dalam interaksi sosial tersebut, setiap individu bertindak sesuai dengan kedudukan, status sosial, dan peran mereka masing-masing. Tindakan manusia dalam interaksi sosial itu senantiasa didasari oleh nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

Melihat fakta di lapangan, masih banyak individu atau kelompok dalam masyarakat yang melakukan pelanggaran norma. Kurangnya kesadaran menjadi penyebab utama dalam masalah ini. Padahal, pada teori maupun prakteknya, masyarakat terikat oleh norma-norma yang berlaku agar bisa melangsungkan hidup secara teratur. Tapi kenyataannya, masyarakat masih buta akan pentingnya menaati norma-norma yang telah ditetapkan. Karena pada dasarnya, norma itu ada untuk membentuk masyarakat ke arah yang lebih baik lagi.


(35)

Perbuatan (perkara) melanggar, tindak pidana yang lebih ringan dari pada kejahatan. Menurut Robert M. Z. Lawang, “penyimpangan perilaku adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang”. Menurut James W. Van Der Zanden, “perilaku menyimpang yaitu perilaku yang bagi sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang tercela

dan di luar batas toleransi” dalam Nova Saha

(http://nenginayz.blogspot.com./).

Menurut Lemert dalam Nova Saha (http://nenginayz.blogspot.com./) penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas, buang sampah sembarangan, dan lain-lain.

2. Penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain.

Pelanggaran adalah perilaku yang menyimpang untuk melakukan tindakan menurut kehendak sendiri tanpa memperhatikan peraturan yang telah dibuat. Sedangkan pelanggaran menurut Tarmizi dalam websitenya (http://tarmizi.wordpress.com/) adalah “tidak terlaksananya peraturan atau tata tertib secara konsisten akan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya berbagai bentuk dan kenakalan yang dilakukan siswa, baik di didalam mauipun di luar sekolah”.


(36)

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa pelanggaran adalah bentuk kenakalan siswa yang dilakukan menurut kehendaknya sendiri tanpa menghiraukan peraturan yang telah dibuat.

1.2Pegertian Tata Tertib Sekolah

Untuk dapat menegakkan kesadaran hukum pada diri siswa, diperlukan adanya tata tertib dan peraturan-peraturan bagi siswa, yang diharapkan dengan adanya tata tertib, maka siswa akan menaati peraturan yang berlaku sehingga akan terciptanya ketertiban.

Menurut Instruksi Menteri Pendidikan dan kebudayaan tanggal 1 Mei 1974, No. 14/U/1974 dalam Suryosubroto (2010: 81), “Tata tertib sekolah ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung sanksi terhadap pelanggarannya”. Tata tertib murid adalah bagian dari tata tertib sekolah, di samping itu masih ada tata tertib guru dan tata tertib tenaga administrative. Kewajiban menaati tata tertib sekolah adalah hal yang penting sebab merupakan bagian dari sistem persekolahan dan bukan sekadar sebagai kelengkapan sekolah.

Menurut Siti Melchaty (1990: 151), bahwa: “Tata tertib adalah peraturan -peraturan yang mengikat seseorang atau kelompok guna menciptakan keamanan, ketentraman, dan kedamaian orang tersebut atau kelompok orang tersebut”.


(37)

Kemudian Siti Melchaty (1990: 151), menambahkan bahwa tata tertib meliputi sebagai berikut:

1. Mengadakan peraturan sekolah seperti piket, pakaian seragam, dan lain-lain.

2. Sekolah membuat jadwal peraturan yang harus dipatuhi. 3. Aktif dan tertib mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung. 4. Murid mentaati perintah guru khusus pelajaran seperti PR dan

Pramuka.

5. Perhatian anak didik diajar bertanggung jawab secara perorangan maupun kelompok.

6. Sekolah membuat jadwal masuk dan keluar.

Sedangkan Ismed Syarif dan A. Nawas Risa (1976: 38), mengatakan bahwa tata tertib meliputi sebagai berikut:

1. Setiap siswa harus mempunyai buku-buku dan alat-alat pelajaran yang dibutuhkan.

2. Badan bersih, sehat, dan berpakaian rapi.

3. Menjaga ketenangan selama pelajaran berlangsung.

4. Lima menit sebelum masuk, murid harus sudah ada di kelas. 5. Mentaati waktu masuk, istirahat, dan selama jam pelajaran tidak

membawa orang lain/teman yang dapat mengganggu pelajaran.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1998: 37), mengemukakan bahwa: “Peraturan tata tertib sekolah adalah peraturan yang mengatur segenap tingkah laku para siswa selama mereka bersekolah untuk menciptakan suasana yang mendukung pendidikan”.

Pada dasarnya tata tertib untuk murid adalah sebagai berikut. 1) Tugas dan kewajian dalam kegiatan intra sekolah:

a. Murid harus datang ke sekolah sebelum pelajaran dimulai.

b. Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal sebelum pelajaran itu dimulai.


(38)

c. Murid tidak dibenarkan tinggal di dalam kelas pada saat jam istirahat kecuali jika keadaan tidak mengizinkan, misalnya hujan. d. Murid boleh pulang jika pelajaran sudah selesai.

e. Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah.

f. Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh sekolah.

g. Murid juga memperhatikan kegiatan ekstrakurikuler seperti: kepramukaan, kesenian, palang merah remaja, dan sebagainya.

2) Larangan-larangan yang harus diperhatikan:

a. Meninggalkan sekolah/jam pelajaran tanpa izin dari kepala sekolah atau guru yang bersangkutan.

b. Merokok di sekolah.

c. Berpakaian tidak senonoh atau bersolek yang berlebihan. d. Kegiatan yang menganggu jalannya pelajaran.

3) Sanksi bagi murid dapat berupa: a. Peringatan lisan secara langsung.

b. Peringatan tertulis dengan tembusan orang tua. c. Dikeluarkan sementara.

d. Dikeluarkan dari sekolah.

Dalam prakteknya, aturan tata tertib yang bersumber dari instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut perlu dijabarkan atau diperinci sejelas-jelasnya dan disesuaikan dengan kondisi sekolah agar mudah dipahami oleh murid.


(39)

Melihat penjelasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa tata tertib sekolah itu dibuat secara resmi oleh pihak yang berwenang dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah tersebut, yang memuat hal-hal yang diharuskan dan dilarang bagi siswa selama ia berada di lingkungan sekolah dan apabila mereka melakukan pelanggaran maka pihak sekolah berwenang untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

Berdasarkan pengertian pelanggaran dan tata tertib yang telah dijelaskan, maka yang dimaksud oleh peneliti tentang pelanggaran tata tertib sekolah adalah suatu penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh siswa menurut kehendaknya sendiri tanpa menghiraukan peraturan yang telah dibuat secara resmi oleh pihak sekolah yang mana di dalamnya terdapat hal-hal yang diharuskan, dilarang, dan terdapat sanksi bagi yang melanggarnya.

1.3Tujuan Tata Tertib Sekolah

Sebelum membahas tentang tujuan tata tertib yang lebih luas, akan penulis uraikan terlebih dahulu tujuan dari peraturan. Menurut Hurlock (1990: 85), yaitu: “Peraturan bertujuan untuk membekali anak dengan pedoman berperilaku yang disetujui dalam situasi tertentu”. Misalnya dalam peraturan sekolah, peraturan ini memuat apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh siswa, sewaktu berada di lingkungan sekolah. Tujuan tata tertib adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang menunjang terhadap kelancaran, ketertiban, dan suasana yang damai dalam pembelajaran. Dalam informasi tentang Wawasan


(40)

Wiyatamandala dalam Dekdikbud (1993: 21), disebutkan bahwa: “Ketertiban adalah suatu kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian dan keseimbangan tata kehidupan bersama sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa”.

Dalam kondisi sehari-hari, kondisi tersebut mencerminkan keteraturan dalam pergaulan, penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana dan dalam mengatur hubungan dengan masyarakat serta lingkungan. Menurut Mia Kusmiati (2004: 22), bahwa tujuan diadakannya tata tertib salah satunya sesuai dengan yang tercantum dalam setiap butir tujuan tata tertib, yaitu:

a. Tujuan peraturan keamanan adalah untuk mewujudkan rasa aman dan tentram serta bebas dari rasa takut baik lahir maupun batin yang dirasakan oleh seluruh warga, sebab jika antar individu tidak saling menggangu maka akan melahirkan perasaan tenang dalam diri setiap individu dan siap untuk mengikuti kegiatan sehari-hari.

b. Tujuan peraturan kebersihan adalah terciptanya suasana bersih dan sehat yang terasa dan nampak pada seluruh warga.

c. Tujuan peraturan ketertiban adalah menciptakan kondisi yang teratur yang mencerminkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan pada tata ruang, tata kerja, tata pergaulan bahkan cara berpakaian.

d. Tujuan peraturan keindahan adalah untuk menciptakan lingkungan yang baik sehingga menimbulkan rasa keindahan bagi yang melihat dan menggunakannya.

e. Tujuan peraturan kekeluargaan adalah untuk membina tata hubungan yang baik antar individu yang mencerminkan sikap dan rasa gotong royong, keterbukaan, saling membantu, tenggang rasa dan saling menghormati. Berdasarkan uraian diatas, maka setiap warga negara bertanggung jawab untuk menciptakan suasana yang aman, tertib, bersih, indah dan penuh kekeluargaan, agar proses interaksi antar warga dalam rangka penanaman dan pengembangan nilai, pengetahuan, keterampilan dan wawasan dapat dilaksanakan.


(41)

Berdasarkan tujuan tata tertib sekolah yang telah dijelaskan, maka peneliti menyimpulkan bahwa tata tertib sekolah bertujuan agar semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak, dan kewajiban serta melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah dapat berjalan dengan lancar.

1.4Peran dan Fungsi Tata Tertib Sekolah

Keberadaan tata tertib sekolah memegang peranan penting, yaitu sebagai alat untuk mengatur perilaku atau sikap siswa di sekolah. M. I. Soelaeman (1985: 82), berpendapat bahwa: “Peraturan tata tertib itu merupakan alat guna mencapai ketertiban”. Dengan adanya tata tertib itu adalah untuk menjamin kehidupan yang tertib, tenang, sehingga kelangsungan hidup sosial dapat dicapai. Tata tertib yang direalisasikan dengan tepat dan jelas serta konsekuen dan diawasi dengan sungguh-sungguh maka akan memberikan dampak terciptanya suasana masyarakat belajar yang tertib, damai, tenang, dan tentram di sekolah. Peraturan dan tata tertib yang berlaku di manapun akan tampak dengan baik apabila keberadaannya diawasi dan dilaksanakan dengan baik, hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Durkheim (1990: 107-108), bahwa: “Hanya dengan menghormati aturan-aturan sekolahlah si anak belajar menghormati aturan-aturan umum lainnya, belajar mengembangkan kebiasaan, mengekang, dan mengendalikan diri semata-mata karena ia harus mengekang dan mengendalikan diri”.


(42)

Dengan adanya pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa sekolah merupakan ajang pendidikan yang akan membawa siswa ke kehidupan yang lebih luas yaitu lingkungan masyarakat, dimana sebelum anak (siswa) terjun ke masyarakat maka perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk mengekang dan mengendalikan diri. Sehingga mereka diharapkan mampu menciptakan lingkungan masyarakat yang tertib, tenang, aman, dan damai.

Tata tertib sekolah berperan sebagai pedoman perilaku siswa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (1990: 76), bahwa “Peraturan berfungsi sebagai pedoman perilaku anak dan sebagai sumber motivasi untuk bertindak sebagai harapan sosial…”. Di samping itu, peraturan juga merupakan salah satu unsur disiplin untuk berperilaku. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hurlock (1990: 84), yaitu “Bila disiplin diharapkan mampu mendidik anak-anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka, ia harus mempunyai empat unsur pokok, apapun cara mendisiplinkan yang digunakan, yaitu peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk mengajak dan memaksakannya, hukuman untuk pelanggaran peraturan dan penghargaan untuk perilaku yang sejalan dengan perilaku yang berlaku”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa dalam menerapkan disiplin perlu adanya peraturan dan konsistensi dalam pelaksanaannya.


(43)

Tata tertib sekolah mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu membiasakan anak mengendalikan dan mengekang perilaku yang diinginkan, seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1990: 85), yaitu:

a. Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui oleh anggota kelompok tersebut. Misalnya anak belajar dari peraturan tentang memberi dan mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya, bahwa menyerahkan tugasnya sendiri merupakan satu-satunya cara yang dapat diterima di sekolah untuk menilai prestasinya.

b. Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Agar tata tertib dapat memenuhi kedua fungsi di atas, maka peraturan atau tata tertib itu harus dimengerti, diingat, dan diterima oleh individu atau siswa. Bila tata tertib diberikan dalam kata-kata yang tidak dapat dimengerti, maka tata tertib tidak berharga sebagai suatu pedoman perilaku.

Berdasarkan peran dan fungsi tata tertib sekolah yang telah dijelaskan, maka peneliti mengemukakan bahwa tata tertib sekolah berperan sebagai pedoman yang mengatur seluruh perilaku warga sekolah. Sedangkan fungsi tata tertib sekolah adalah mendidik dan membina perilaku siswa di sekolah, karena tata tertib berisikan keharusan yang harus dilaksanakan oleh siswa. Selain itu tata tertib juga berfungsi sebagai ’pengendali’ bagi perilaku siswa, karena tata tertib sekolah berisi larangan terhadap siswa tentang suatu perbuatan dan juga mengandung sanksi bagi siswa yang melanggarnya.


(44)

1.5Sikap Kepatuhan Siswa terhadap Tata Tertib di Sekolah

Kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah yang seharusnya bersumber dari dalam dirinya dan bukan karena paksaan atau tekanan dari pihak lain. Kepatuhan yang baik adalah yang didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan atau larangan-larangan yang terdapat dalam tata tertib tersebut. Menurut Djahiri (1985: 25), tingkat kesadaran atau kepatuhan seseorang terhadap tata tertib, meliputi:

a. Patuh karena takut pada orang atau kekuasaan atau paksaan. b. Patuh karena ingin dipuji.

c. Patuh karena kiprah umum atau masyarakat.

d. Taat atas dasar adanya aturan dan hukum serta untuk ketertiban. e. Taat karena dasar keuntungan atau kepentingan.

f. Taat karena hal tersebut memang memuaskan baginya. g. Patuh karena dasar prinsip ethis yang layak universal.

Berdasarkan pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kesadaran seseorang khususnya siswa untuk mematuhi aturan atau hukum memang sangat penting. Selain bertujuan untuk ketertiban juga berguna untuk mengatur tata perilaku siswa agar sesuai dengan norma yang berlaku.


(45)

1.6Tata Tertib SMP Negeri 20 Bandar Lampung

(a) Kewajiban siswa/i di SMP Negeri 20 Bandar Lampung:

1. Setiap siswa/i SMP Negeri 20 Bandar Lampung wajib hadir minimal 10 menit sebelum bel berbunyi.

2. Mulai belajar sekolah pukul 07.15 s.d selesai.

3. Setelah bel tandamasuk berbunyi kemudian siswa/i berbaris dengan rapikemudian masuk kelas dengan tertib.

4. Memelihara ketertiban selama waktu belajar dan memelihara ketentraman selama berada di sekolah.

5. Menghadiri upacara bendera/nasional yang telah ditentukan waktunya.

6. Memberi kabar jika berhalangan hadir/jika meninggalkan sekolah. 7. Mengerjakan pekerjaan rumah/tugas yang diberikan guru.

8. Mengatur, merapikan, dan mempersiapkan buku pelajaran, catatan, dan alat tulis setiap hari.

9. Melunasi komite, LAB Bahasa Inggris, LAB Komputer setiap bulannya.

10.Mematuhi dan melaksanakan tata tertib siswa dan budi pekerti luhur.

11.Menyampaikan raport, kartu iuran sekolah kepada orang tua. 12.Harus dapat menjaga nama baik guru, orang tua, dan almamater. 13.Membawa AlQuran bagi siswa/i yang beragama Islam.


(46)

a. Senin s/d Rabu: Hari Senin upacara bendera lengkapan seragam diantaranya:

1) Pakaian Putih-Biru beserta bad lokasi sekolah, nama siswa, bad lokasi kelas, dan bad OSIS.

2) Memakai topi ber cap SMP Negeri 20 Bandar Lampung. 3) Memakai dasi ber cap SMP Negeri 20 Bandar Lampung. 4) Memakai ikat pinggang hitam berlogo SMP Negeri 20

Bandar Lampung.

5) Memakai sepatu warior hitam putih di atas mata kaki. 6) Memakai kaos kaki putih setengah betis.

7) Khusus putri, memakai baju putih lengan pendek dan rok biru.

b. Kamis s/d Jumat: berpakaian batik busana muslim.

1) Laki-laki : baju batik lengan panjang, celana putih panjang.

2) Perempuan : baju batik lengan panjang, rok putih panjang.

3) Sepatu hitam kaos kaki putih.

c. Sabtu: berpakaian pramuka beserta atribut pramuka lengkap terdiri dari:

1) Topi, bad, nama tanda lokasi, dasi, ikat pinggang sepatu hitam, kaos kaki hitam.

2) Bagi anak putri baju pramuka tidak berkantong dan baju dimasukkan (penggalang).


(47)

(b)Larangan siswa/i di SMP Negeri 20 Bandar Lampung: 1. Dilarang meninggalkan kelas sebelum jam pelajaran terakhir. 2. Dilarang memakai pakaian yang tidak sesuai dengan tata tertib

siswa.

3. Dilarang merokok, minuman keras, narkoba, dan sejenisnya di lingkungan sekolah.

4. Dilarang melakukan/mengadakan perjudian di kelas. 5. Dilarang membawa senjata tajam.

6. Dilarang berambut gondrong (laki-laki).

7. Dilarang berkelahi dengan teman maupun dari sekolah lain.

8. Dilarang keluar kelas selama pelajaran berlangsung tanpa izin guru.

9. Dilarang lompat pagar sekolah. 10.Dilarang membawa HP berkamera.

11.Dilarang mengaktifkan atau menggunakan HP pada jam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

12.Dilarang merusak atau mencoret-coret tembok, buku pelajaran, moubeller, baju seragam sekolah, dan tempat lainnya.

13.Dilarang membawa TIP X cair.

14.Dilarang membuat geng-geng (kelompok yang dapat membuat keributan.

15.Apabila jam kosong, ketua kelas wajib lapor dan menghubungi guru piket agar diatur lanjut dan dilarang berteriak atau ribut di kelas.


(48)

16.Siswa dilarang datang terlambat. 17.Jangan membawa makanan di kelas. 18.Jangan membuang sampah sembarangan. 19.Dilarang membawa sepeda motor.

(c) Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua:

1. Bersedia hadir di sekolah jika ada hal-hal yang perlu diselesaikan dengan sekolah diminta hadir ke sekolah.

2. Bersedia melaporkan keadaan belajar siswa di rumah yang bisa membantu sekolah demi meningkatkan prestasi di sekolah.

3. Melaporkan penyakit yang biasa diderita oleh siswa untuk menjadi bahan pertimbangan dalam pelajaran olah raga di sekolah.

4. Menanyakan ke pihak sekolah mengenai perkembangan belajar anak secara berkala.

5. Setiap pelajar hendaknya memiliki buku-buku/alat-alat pelajaran yang telah ditentukan oleh sekolah demi kelancaran proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

6. Siswa/i yang mempunyai keahlian atau kegemaran sesuai dengan ektrakulikuler (Pramuka, PMR, Karate, Pencak Silat, dll) kiranya orang tua/wali murid dapat bekerja sama dengan pihak sekolah.


(49)

(d)Sanksi-Sanksi

Berikut ini adalah sanksi terhadap pelanggaran tata tertib sekolah di SMPN 20 Bandar Lampung:

1. Anak yang terlambat masuk/datang harus meminta izin kepada guru piket.

2. Anak yang meninggalkan jam pelajaran karena berkepentingan harus meminta izin kepada guru piket.

3. Pelanggaran terhadap tata tertib dikenakan sanksi pedagogi berupa:

a. Peringatan lisan.

b. Peringatan tertulis kepada orang tuanya.

c. Diskors beberapa hari dan diberitugas dari sekolah. d. Dikeluarkan dari sekolah atau dikmbalikan kepada orang tuanya.

4. Hukuman ringan terhadap pelanggaran tata tertib: a. Menyapu halaman /lingkungan sekolah.

b. Mengepel/menyapu ruang kelas. c. Membersihkan kamar mandi/toilet.

5. Hukuman bagi murid yang berambut gondrong. a.Rambut dicukur oleh guru di sekolah.

6. Pelanggaran yang berat seperti: tawuran, berkelahi, membawa senjata tajam, menggunakan narkoba, merokok, maka siswa tersebut dapat dikeluarkan dari sekolah.


(50)

7. Apabila siswa ketahuan membawa HP kamera dan menggunakan saat jam pelajaran berlangsung maka HP disita oleh guru dan diambil kembali oleh orang tua.

8. Apabila murid yang sudah dikeluarkan dari sekolah dan masih mengganggu ketertiban sekolah maka dapat dikarenakan sanksi menurut hukum yang berlaku/diserahkan ke kepolisian.

Berdasarkan peraturan tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang telah dijelaskan, peneliti berpendapat bahwa peraturan tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung telah dibuat dan dilaksanakan secara baik dan disiplin, tetapi dengan berbagai peraturan tata tertib sekolah tersebut masih banyak siswa yang melakukan pelanggaran-pelanggaran di sekolah, hal ini terbukti dari data awal yang didapatkan peneliti dari pihak BK di SMP Negeri 20 Bandar Lampung, dari bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2012 ada 105 siswa yang melakukan bentuk pelanggaran tata tertib di sekolah.

2. Kemampuan Mengemukakan Pendapat tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah

2.1Pengertian Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, atau mempunyai harta berlebih. Kemampuan merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman yang diperoleh dalam praktek di lapangan, termasuk


(51)

peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat yang tepat tentang hak dan kewajiban siswa dalam rangka peningkatan ketaatan tata tertib di sekolah (Siagian, 1998: 15).

Menurut Robbins (1996: 102), bahwa kemampuan adalah kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya totalitas kemampuan dari seseorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor, yaitu:

1. Kemampuan intelektual adalah kemampuan untuk menjalankan kegiatan mental.

2. Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan bakat-bakat sejenis.

Menurut Livingstone seperti dikutip oleh Stoner (1996: 118), bahwa kemampuan itu dapat dan harus diajarkan. Karena itu dalam peningkatan mengemukakan pendapat, peranan ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan. Kemampuan adalah sifat lahir dan dipelajari yang memungkinkan seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya (Gibson, 1996: 126). Adapun apa yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menghadapi pekerjaannya menurut Mitzberg seperti yang dikutip Gibson, ada empat kemampuan (kualitas atau skills) yang harus dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai berikut:

1. Keterampilan teknis, adalah kemampuan untuk menggunakan alat-alat, prosedur dan teknik suatu bidang khusus.

2. Keterampilan manusia, adalah kemampuan untuk bekerja dengan orang lain, memahami orang lain, memotivasi orang lain, baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok. 3. Keterampilan konseptual, adalah kemampuan mental untuk

mengkoordinasikan, dan memadukan semua kepentingan serta kegiatan organisasi.


(52)

4. Keterampilan manajemen, adalah seluruh kemampuan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian dan pengawasan, termasuk didalamnya kemampuan mengikuti kebijaksanaan, melaksanakan program dengan anggaran terbatas.

Menurut Atmosudirdjo (1998: 37), kemampuan adalah sebagai sesuatu hal yang perlu dimiliki oleh setiap individu dalam suatu organisasi. Kemampuan tersebut terdiri atas tiga jenis kemampuan (abilities), yaitu kemampuan sosial, kemampuan teknik, dan kemampuan manajerial. Konsep kemampuan dalam kepustakaan dikenal dua terminology yang memiliki makna yang sama, yaitu ada yang memaknai istilah abilities

seperti Atmosudirdjo, sedangkan yang lain seperti Stoner (1996: 119) memakai istilah skills.

Handoko (2001:51) dengan mengacu pada pendapat tersebut, juga membedakan jenis keterampilan/kecakapan yang terdiri atas keterampilan/kecakapan kemanusiaan (human skills), keterampilan/kecakapan administrasi (administrative skills), dan keterampilan/kecakapan teknik (technical skills).

Dalam edisi terakhir Koontz et al. (1996: 30) membagi kemampuan dalam empat kategori yaitu kemampuan konsepsional, kemampuan kemanusiaan atau sosial, kemampuan teknis, dan kemampuan merancang (mendesain). Menurut Moenir (1998:116), kemampuan atau

skill berasal dari kata dasar mampu yang dalam hubungan dengan tugas/pekerjaan berarti dapat (kata sifat/keadaan) melakukan tugas/pekerjaan sehingga menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan


(53)

yang diharapkan. Kemampuan dengan sendirinya juga kata sifat/keadaan ditujukan kepada sifat atau keadaan seseorang yang dapat melaksanakan tugas/pekerjaan atas dasar ketentuan oleh kemampuan sumber daya manusia.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli yang telah dijelaskan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan siswa adalah kapasitas kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam melakukan sesuatu hal atau beragam tugas dalam suatu pekerjaan tertentu.

2.2Hakekat Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat

Pendapat secara umum diartikan sebagai buah gagasan atau buah pikiran. Mengemukakan pendapat berarti mengemukakan gagasan atau mengeluarkan pikiran. Dalam kehidupan negara Indonesia, seseorang yang mengemukakan pendapatnya atau mengeluarkan pikirannya dijamin secara konstitusional. Hal itu dinyatakan dalam UUD 1945, Pasal 28, bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

Lebih lanjut pengertian pengertian kemerdekaan mengemukakan pendapat dinyatakan dalam Pasal 1 UU No. 9 Tahun 1998, bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya


(54)

secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-undang yang mengatur kemerdekaan mengemukakan pendapat antara lain diatur dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Pengertian di muka umum adalah di hadapan orang banyak atau orang lain, termasuk tempat yang dapat didatangi dan dilihat setiap orang. Mengemukakan pendapat di muka umum berarti menyampaikan pendapat di hadapan orang banyak atau orang lain, termasuk tempat yang dapat didatangi dan/atau dilihat setiap orang.

Adapun cara-cara mengemukakan pendapat, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, dalam Priyanto, dkk (2008: 113):

1. Lisan, contohnya pidato, ceramah, berdialog, berdiskusi, rapat umum.

2. Tulisan, contohnya poster, spanduk, artikel, surat.

3. Cara lain, contohnya foto, film, demonstrasi (unjuk rasa), mogok makan.

2.3Pentingnya Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat secara Bebas dan Bertanggung Jawab

Mengeluarkan pikiran secara bebas adalah mengeluarkan pendapat, pandangan, kehendak, atau perasaan yang bebas dari tekanan fisik, psikis, atau pembatasan yang bertentangan dengan tujuan pengaturan tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum


(55)

(Penjelasan Pasal 5 UU No. 9 Tahun 1998). Warga negara yang menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk mengeluarkan pikiran secara bebas dan memperoleh perlindungan hukum (Pasal 5 UU No. 9 Tahun 1998). Dengan demikian, orang bebas mengeluarkan pendapat tetapi juga perlu pengaturan dalam mengeluarkan pendapat tersebut agar tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan antar-anggota masyarakat.

Menurut Pasal 4 UU No. 9 Tahun 1998 pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab adalah: 1. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan

bertanggung jawab dimaksudkan untuk mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

2. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan untuk mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat.

3. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan untuk mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan kreativitas setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan berdemokrasi.

4. Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan untuk menempatkan tanggung


(56)

jawab sosial kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, tanpa mengabaikan kepentingan perorangan atau kelompok.

Asas yang harus ditaati dalam kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum (Pasal 3 UU No. 9 Tahun 1998), yaitu:

1. Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban. 2. Asas musyawarah dan mufakat.

3. Asas kepastian hukum dan keadilan. 4. Asas proporsionalitas.

5. Asas manfaat.

Kewajiban dan tanggung jawab warga negara dalam melaksanakan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab di muka umum (Pasal 6 UU No. 9 Tahun 1998) terdiri atas: 1. Menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain.

2. Menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum.

3. Menaati hukum dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

4. Menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum. 5. Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.

Kewajiban aparatur pemerintah dan tanggung jawab dalam melaksanakan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab di muka umum (Pasal 7 UU No. 9 Tahun 1998), yaitu:


(57)

1. Melindungi hak asasi manusia. 2. Menghargai asas legalitas.

3. Menghargai prinsip praduga tidak bersalah. 4. Menyelenggarakan pengamanan.

Sedang masyarakat berhak berperan serta secara bertanggung jawab agar penyampaian pendapat di muka umum dapat berlangsung secara aman, tertib, dan damai (Pasal 8 UU No. 9 Tahun 1998). Bentuk penyampaian pendapat di muka umum dapat dilaksanakan dengan unjuk rasa atau demonstrasi, pawai, rapat umum, atau mimbar bebas. Unjuk rasa atau demonstrasi sebagai salah satu bentuk penyampaian pendapat di muka umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum. Rapat umum adalah kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum yang dihadiri oleh orang banyak dengan tema tertentu. Adapun pengertian pawai adalah kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum yang dilakukan oleh orang banyak dengan cara melakukan perarakan. Sedangkan mimbar bebas adalah kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum yang dihadiri oleh orang banyak dengan bebas, tema, dan pembicara dilakukan secara bersifat spontan.


(58)

2.4Aktualisasi Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat Secara Bebas Dan Bertanggung Jawab

Mengemukakan pendapat bagi setiap warga negara dapat dilakukan melalui berbagai saluran. Pada prinsipnya saluran itu dapat dibagi menjadi dua, yaitu saluran tradisional dan saluran modern, dalam Priyanto, dkk (2008: 117).

Saluran tradisional adalah saluran yang sejak dahulu kala sudah merupakan sarana komunikasi antarmanusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Saluran-saluran komunikasi tradisional itu tidak memerlukan teknologi yang modern.

Contoh saluran komunikasi tradisional antara lain sebagai berikut. 1. Pertemuan antar-pribadi, misalnya ketika seseorang berkunjung ke

rumah tetangganya, ketika seseorang bertemu teman atau sahabatnya di suatu tempat, atau ketika seseorang mengirim surat kepada temannya yang jauh.

2. Pertemuan atau forum umum yang dihadiri oleh orang cukup banyak, seperti rapat dan musyawarah yang dilakukan di sekolah, di kantor, di kampung, dan sebagainya. Forum umum ini dapat juga berbentuk pawai, unjuk rasa, dan rapat umum di lapangan terbuka.

Saluran modern adalah saluran komunikasi yang menggunakan media dengan peralatan atau teknologi modern. Saluran komunikasi modern ini dapat dilakukan antarpribadi, tetapi dapat juga dilakukan secara


(59)

bersama (menjangkau banyak orang). Bentuk-bentuk saluran komunikasi modern itu antara lain:

1. Saluran komunikasi antarpribadi, seperti telepon (baik melalui kabel maupun non-kabel, seperti hand phone), faksimile, dan surat elektronik (e-mail) melalui internet.

2. Saluran komunikasi massa, meliputi dua macam, yaitu media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak meliputi: koran, majalah, jurnal, buku, dan terbitan berkala lainnya, seperti liflet, selebaran, dan buletin. Adapun media massa elektronik, mencakup radio, televisi, dan internet.

Pengunaan saluran komunikasi merupakan salah satu perwujudan pelaksanaan hak asasi manusia. Hal itu sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam Pasal 28E (3) UUD 1945, bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Dalam ketentuan tersebut berarti setiap orang memiliki hak kebebasan mengeluarkan pendapat. Setiap orang dapat menggunakan berbagai cara, berbagai bentuk, dan berbagai saluran dalam menerapkan kemerdekaan mengemukakan pendapatnya. Hal tersebut sejalan dengan jaminan setiap orang untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi (Pasal 28F UUD 1945).


(60)

Hak-hak setiap orang untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi, berupa:

1. Hak untuk berkomunikasi.

2. Hak untuk memperoleh informasi. 3. Hak untuk mencari informasi. 4. Hak untuk memiliki informasi. 5. Hak untuk menyimpan informasi. 6. Hak untuk mengolah informasi. 7. Hak untuk menyampaikan informasi.

8. Hak untuk menggunakan segala jenis saluran informasi.

Apabila kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas tanpa pertanggungjawaban, maka akan menimbulkan hal-hal yang bersifat negatif dalam masyarakat. Demonstrasi, pawai, rapat umum, atau mimbar bebas yang tidak terkendali dapat mengarah pada tindakan pengrusakan, penjarahan, pembakaran, bentrokan massal, korban luka, bahkan ada yang korban meninggal dunia. Oleh karena itu, kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggungjawab merupakan hak dan sekaligus juga kewajiban setiap orang dan warga negara di Indonesia. Pembatasan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab tertulis dalam Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 UU No. 9 Tahun 1998 seperti telah dijelaskan di atas. Perangkat perundang-undangan dalam mengatur kemerdekaan mengemukakan pendapat pada dasarnya dimaksudkan agar setiap orang dalam mengemukakan pendapatnya dilakukan secara


(61)

bebas dan bertanggung jawab. Dengan demikian norma-norma masyarakat tetap dijunjung tinggi dalam rangka menghormati hak orang lain. Oleh karena itu, kita hendaknya dapat menghargai kemerdekaan mengemukakan pendapat yang dilaksanakan secara bertanggung jawab.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemerdekaan mengemukakan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Bentuk penyampaian pendapat di muka umum dapat dilaksanakan dengan unjuk rasa atau demonstrasi, pawai, rapat umum, atau mimbar bebas. Mengemukakan pendapat bagi setiap warga negara dapat dilakukan melalui saluran tradisional dan saluran modern.

2.5Tinjauan tentang Hak dan Kewajiban Siswa di Sekolah a. Hak Siswa di Sekolah

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan tamatan pendidikan dasar. Setiap


(62)

peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hak-hak berikut, dalam Andara (http://klikbelajar.com/).

1. Mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

2. Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan.

3. Berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untukmemperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan.

4. Mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

5. Pindah ke satuan pendidikan yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi.

6. Sesuai dengan persyaratan penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan yang hendak dimasuki.

7. Memperoleh penuaian hasil belajarnya.

8. Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan.

9. Mendapat pelayanan khusus bagi yang menyandang cacat.

Secara umum dalam proses belajar mengajar siswa mempunyai hak-hak sebagai berikut.

1. Hak Pelajar

Belajar merupakan kebutuhan pokok seorang pelajar. Siswa berhak mendapatkan proses belajar mengajardi kelas dan di


(63)

luar kelas, pengajaran untuk perbaikan, pengayaan, kegiatan ekstrakurikuler, mengikuti ulangan harian, ulangan umum, dan ujian nasional.

2. Hak Pelayanan

Dengan adanya pelayanan diharapkan memberi kemudahan bagi siswa meraih harapan memperoleh sukses. Siswa berhak mendapatkan pelayanan yang berhubungan dengan administrasi sekolah. Pelayanan melalui bimbingan konseling akan membantu keberhasilan siswa.

3. Hak Pembinaan

Bentuk pembinaan dapat dilaksanakan pada saat upacara bendera, pembinaan wali kelas, saat mengajar bahkan saat bimbingan dan layanan konseling.

4. Hak Memakai Sarana Pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan alat untuk mempermudah siswa melakukan berbagi aktivitas belajar. 5. Hak Berbicara dan Berpendapat

Hak ini digunakan secara demokratis untuk melatih siswa mengemukakan pendapatnya. Tapi perlu diingat hak ini harus digunakan dengan cara-cara yang sopan, tidak menimbulkan anarki dan berujung pada kerusuhan.

6. Hak Berorganisasi

Berkumpul dengan teman sebaya memang diperlukan oleh anak-anak remaja. Jika bertujuan baik maka berorganisasi


(64)

sah-sah saja dilakukan. Organisasi juga dapat menjadi ajang penyalur bakat dan kreativitas para remaja.

7. Hak Bantuan Biaya Sekolah

Bantuan biaya sekolah atau sering disebut beasiswa merupakan kebutuhan wajib yang diterima siswa. Pemberian bantuan ini juga harus memenuhi persyaratan tertentu yang telah diatur dalam ketentuan-ketentuan pemberian beasiswa.

b. Kewajiban Siswa di Sekolah

Siswa selain memiliki hak yang harus diterima, juga mempunyai kewajiban yang harus dipenuhinya. Setiap peserta didik berkewajiban untuk, dalam Andara (http://klikbelajar.com/):

1. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Mematuhi semua peraturan yang berlaku. 3. Menghormati tenaga kependidikan.

4. Ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban dan keamanan satuan pendidikan yang bersangkutan.


(65)

Secara umum kewajiban siswa dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Kewajiban Belajar

Belajar merupakan tugas utama seorang pelajar. Siswa diwajibkan belajar dengan baik di dalam maupun di luar sekolah. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru termasuk juga kewajiban pelajar.

2. Kewajiban Menjaga Nama Baik Sekolah

Menjaga nama baik sekolah baik di luar maupun di dalam sekolah merupakan perwujudan terhadap ketahanan sekolah beserta Wawasan Wiyata Mandala.

3. Kewajiban Taat Tata Tertib

Aturan-aturan yang mengarahkan siswa bertingkah laku di sekolah merupakan tata tertib yang wajib ditaati oleh seluruh siswa. Dengan tata tertib diupayakan siswa memiliki kedisiplinan sehingga mampu menunjang dalam kehidupan bermasyarakatnya.

4. Kewajiban Biaya Sekolah

BOS atau biaya operasional sekolah adalah biaya sekolah yang berasal dari pemerintah yang merupakan pendukung operasional kegiatan harian di sekolah agar sekolah dapat berjalan lancar. Biaya ini hanya untuk membantu meringankan biaya sekolah bukan berarti sekolah bebas ongkos atau gratis.


(1)

68 0,21-0,49 = hubungan sedang

0,00-0,20 = hubungan rendah (Sutrisno Hadi, 1986: 273)


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pembahasan hasil penelitian, khususnya analisis data seperti yang telah diuraikan dalam pembahasan mengenai hubungan kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah dengan pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

Ada hubungan yang signifikan, artinya adanya kepercayaan atau keyakinan, tegasnya yakin benar-benar berkorelasi atau berhubungan, bahwa variabel X berhubungan dengan variabel Y, yaitu kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah berhubungan dengan pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan mengemukakan pendapat tentang hak dan kewajiban siswa, berdasarkan hasil penelitian memiliki pemahaman yang cukup paham, kesadaran siswa terbilang cukup baik, tanggungjawab siswa terbilang sangat paham, dan keberanian siswa terbilang kurang berani. Sedangkan, pelanggaran tata tertib sekolah, berdasarkan hasil penelitian memiliki sikap mental yang sangat baik, pemahaman siswa mengenai siste aturan , perilaku, norma, dan


(3)

116

kriteria terbilang cukup paham, serta sikap dan kelakuan yang menunjukkan kesungguhan hati untuk menaati tata tertib terbilang sangat baik

B. Saran

Setelah peneliti menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan:

1. Kepada Siswa

Sebagai seorang pelajar dan generasi penerus bangsa lebih dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengemukakan pendapat, yaitu dengan cara menambah pengetahuan, mampu untuk menganalisa informasi di lingkungannya, memiliki kesadaran akan kerjasama, memiliki keinginan untuk menyampaikan pendapatnya secara kritis, memiliki sikap toleransi terhadap perbedaan, berorientasi pada berpikir dibandingkan menggunakan otot, dan memiliki keinginan untuk berpartisipasi dalam lingkungannya. Dalam hal ini siswa memiliki kemampuan mengemukakan pendapat khususnya tentang hak dan kewajibannya di sekolah dengan cara memahami, menyadari, dan bertanggungjawab dengan hak dan kewajibannya di sekolah. Harapannya siswa tidak hanya mampu mengemukakan pendapat, tetapi juga mampu mengaplikasikan hak dan kewajibannya di lingkungan sekolah dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.


(4)

117

2. Kepada Guru

Sebagai seorang guru, hendaknya dapat dan mampu memilih strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk bisa lebih banyak membantu siswa meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat khususnya tentang hak dan kewajiban siswa di sekolah, yaitu dengan cara meningkatkan kompeten dan bakat guru dalam mendidik dan mengajar, memilihkan soal analisa dalam proses belajar dan ulangan, memberi porsi besar teknik diskusi dalam kegiatan belajar mengajar, bisa bertindak sebagai fasilitator dan mediator, serta tidak berorientasi hasil, melainkan berorientasi proses. Selain itu guru juga dapat memberikan contoh cara menggunakan hak tersebut dengan benar dan melaksanakan kewajiban dengan bertanggungjawab.

3. Kepada Sekolah

Sekolah berkewajiban untuk memberikan dan melindungi hak siswa di sekolah, oleh kerena itu pemberian dan perlindungan hak kepada siswa agar dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga mampu membantu siswa untuk menyalurkan bakat, minat, dan kemampuannya melalui proses dan fasilitas belajar. Selain itu, sekolah juga dapat mempertegas peraturan-peraturan di sekolah agar dapat mengurangi pelanggaran tata tertib dan dapat memberikan sanksi sewajarnya kepada siswa yang melanggar peraturan tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Andara, Resta. 2011. Hak dan Kewajiban Seorang Pelajar. http://klikbelajar.com/. Diakses tanggal 22 Februari 2013.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta. Jakarta.

Atmosudirdjo, P. 1996. Organisasi dan Manajemen. Kaunika. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Panduan Manajemen Sekolah. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Depdikbud. 1993. Wawasan Wiyatamandala. Depdikbud.

Durkheim, Emile. Moral Education. (diterjemahkan oleh Ginting, Lukas. 1990. Pendidikan Moral; Suatu studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan. Erlangga. Jakarta).

Gibson, J.L. et. al. 1996. Organisasi dan Manajemen. Erlangga. Terjemahan. Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1989. Metode Reserch. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta.

Handoko, H.T. 2002. Pengantar Suatu Ilmu Administrasi dan Manajemen. Gunung Agung. Jakarta.

Hurlock, Elizabeth B. 1990. Perkembangan Anak Jilid 2. Erlangga. Jakarta. Koontz, H. et. al. 1973. Foundation Of Behavioral Research. Holt. Rinehart. Kosasih Djahiri, Achmad. 1985. Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT

dan Games dalam VCT. Granesia. Bandung.

Kusmiati, Mia. 2004. Peranan Tata Tertib Asrama dalam Menumbuhkan Perilaku Disiplin Siswa di Sekolah. Tidak diterbitkan. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung.


(6)

Meichaty, Siti. 1990. Pengantar dan Pendekatan Praktek. FKIP-Yogyakarta. Moenir, H.A.S. 1993. Keputusan Menpan Nomor 81 Tahun 1993, tentang

Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum. Menpan. Jakarta. Natsir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Priyanto, dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan SMP Kelas VII. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Ramadhan, Tarmizi. 2008. Menangkal Pelanggaran Disiplin dan Tata Tertib Sekolah. http://tarmizi.wordpress.com/. Diakses tanggal 19 November 2012.

Robbins, S.P. 1971. Bureaucratic Politics In Comparative Perspective. Duke Univ. Press. Durham, NC.

Ruseffendi. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. IKIP Semarang Pers. Semarang.

Saha, Nova. 2012. Makalah Pelanggaran terhadap Norma-Norma di Dalam Masyarakat.http://nenginayz.blogspot.com./. Diakses tanggal 24 Januari 2013.

Siagian, S.P. 1993. Birokrasi Pemerintahan Orde Baru Perspektif Kultur dan Struktur. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sistem Pendidikan Nasional. 2010. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Citra Umbara. Bandung.

SMP Negeri 20 Bandar Lampung. 1991. Tata Tertib SMP Negeri 20 Bandar Lampung. SMP Negeri 20 Bandar Lampung. Bandar Lampung.

Soelaeman, M. I. 1985. Menjadi Guru (Suatu Pengantar kepada Dunia Guru). Diponegoro. Bandung.

Stoner, J.A.F. 1980. Efektivitas Organisasi, PPM. Erlangga, Terjemahan. Jakarta. Sudjana. 1996. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta. Syarif, Ismed dan Risa, A. Nawas. 1976. Administrasi pendidikan sekolah dasar.

Roda Pengetahuan. Jakarta.

Sekretariatan Negara. Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. CV. Ilmu Tetap Abadi. Surakarta