An Analysis Illocutionary Acts on Joko Widodo's Speeches
Appendixes
Victory Speech : Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Damai Sejahtera untuk kita semua, Om Swastiastu, Namo Buddhaya Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh May peace be upon all of us Om Swastiastu Namo Buddhaya Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia telah menetapkan kami berdua, Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih 2014 - 2019.
My fellow brothers and sisters, The Indonesian General Elections Committee has named both of us, Joko Widodo and Jusuf Kalla, as the elected president and vice-president of the Republic of Indonesia for 2014-2019.
Pertama-tama, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan tinggi kepada bapak Prabowo Subianto dan bapak Hatta Rajasa yang telah menjadi sahabat dalam kompetisi politik untuk mendapatkan mandat rakyat untuk memimpin negeri ini lima tahun ke depan.
First of all, my gratitude and highest appreciation goes to Mr. Prabowo Subianto and Mr. Hatta R ajasa who have been our friends in this political competition in getting the people’s mandate to lead this country for the next five years.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, Kemenangan ini adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia. Saya berharap, kemenangan rakyat ini akan melapangkan jalan untuk mencapai dan mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian secara kebudayaan.
My fellow brothers and sisters, This victory is a victory of all the citizens of Indonesia. I hope that this victory will open our ways to reach and achieve a politically sovereign, economically independent, and culturally characterized Indonesia.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, perbedaan pilihan politik seakan menjadi alasan untuk memisahkan kita. Padahal kita pahami bersama, bukan saja keragaman dan perbedaan adalah hal yang pasti ada dalam demokrasi, tapi juga bahwa hubungan-hubungan pada level masyarakat adalah tetap menjadi fondasi dari Indonesia yang satu.
However, in the past few months, the differences in our political choices seemed to be a reason that have set us apart, even though we do know that diversity and differences are not the only certain things in democracy, as there is also the relationship between the people that is the main foundation of a united Indonesia.
Dengan kerendahan hati kami, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, menyerukan kepada saudara- saudara sebangsa dan setanah air untuk kembali ke takdir sejarahnya sebagai bangsa yang bersatu; bangsa yang satu, bangsa Indonesia. Pulihkan kembali hubungan keluarga dengan keluarga, tetangga dengan tetangga, serta teman dengan teman yang sempat renggang.
We, Joko Widodo and Jusuf Kalla, humbly ask you, brothers and sisters, to go back to our historical destiny as a united nation, one nation, Indonesia. Mend the once-distant relationships among families, neighbours and friends.
Kita bersama sama bertanggung-jawab untuk kembali membuktikan kepada diri kita, kepada bangsa-bangsa lain, dan terutama kepada anak-cucu kita, bahwa politik itu penuh keriangan; politik itu di dalamnya ada kegembiraan; politik itu ada kebajikan; politik itu adalah suatu pembebasan.
Together we have the responsibility to prove ourselves, other nations, and especially our children and grandchildren, that politics is occupied with joy, that there is happiness in politics, that there is goodness in politics, and that politics is a liberation.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, Pemilihan Umum Presiden kali ini memunculkan optimisme baru bagi kita, bagi bangsa ini. Jiwa merdeka dan tanggung jawab politik bermekaran dalam jiwa generasi baru.
Kesukarelaan yang telah lama terasa mati suri kini hadir kembali dengan semangat baru. Pemilihan Umum Presiden telah membawa politik ke sebuah fase baru bukan lagi sebagai sebuah peristiwa politik semata-mata, tetapi peristiwa kebudayaan. Apa yang ditunjukkan para relawan, mulai dari pekerja budaya dan seniman, sampai pengayuh becak, memberikan harapan bahwa ada semangat kegotong-royongan, yang tak pernah mati.
My fellow brothers and sisters, this presidential election has sparked new optimism for us, for this nation. Independent souls and political responsibilities blossom within the souls of the new generation. The long-lost voluntarism is now back with a new spirit. The presidential election has brought politics to a new phase
- – it wasn’t only a political event, but also a cultural event. What the volunteers have shown, from cultural workers to artists, to trishaw driver, has given us hope that the spirit of mutual cooperation has never died.
Semangat gotong royong itulah yang akan membuat bangsa Indonesia bukan saja akan sanggup bertahan dalam menghadapi tantangan, tapi juga dapat berkembang menjadi poros maritim dunia, locus dari peradaban besar politik masa depan.
That spirit will not only make Indonesia survive its problems, but also will develop Indonesia to be the world’s maritime axis, the locus of the future’s massive political civilization.
Saya hakkul yakin bahwa perjuangan mencapai Indonesia yang berdaulat, Indonesia yang berdikari dan Indonesia yang berkepribadian, hanya akan dapat tercapai dan terwujud apabila kita bergerak bersama.
I strongly believe that the struggle to achieve a sovereign, independent, and characterized Indonesia can only be realized if we work together hand in hand.
Inilah saatnya bergerak bersama! Mulai sekarang, petani kembali ke sawah, nelayan kembali melaut, anak kembali ke sekolah, pedagang kembali ke pasar, buruh kembali ke pabrik, karyawan kembali bekerja di kantor.
This is the time to work together! Starting from now, farmers go back to the fields, fishermen go back to the sea, children go back to schools, workers go back to the factories, employees back to the office.
Lupakanlah nomor 1 dan lupakanlah nomor 2, marilah kembali ke Indonesia Raya.
Let’s forget about number one, let’s forget about number two, let’s go back to Indonesia Raya.
Kita kuat karena bersatu, kita bersatu karena kuat! We are strong because we are united, we are united because we are strong.
Salam 3 Jari, Persatuan Indonesia! Three-finger salute to the unity of Indonesia! Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Om Shanti Shanti Shanti Om, Namo Buddhaya Merdeka!!! Merdeka!!! Merdeka!!!
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Om Shanti Shanti Shanti Om Namo Buddhaya Merdeka! Merdeka! Merdeka! This speech was delievered on Tuesday, July 22nd 2014 in Sunda Kelapa Port, Jakarta.
Pidato Kampanye : Pada kesempatan yang berbahagia ini, Saya akan membacakan maklumat Jokowi-JK.
In this greatly given opportunity let me read the Jokowi-JK declaration.
Saudara-saudara sekalian tidak ada yang lebih membanggakan dalam hidup saya selain berdiri di sini, di hadapan saudara-saudara semuanya. Saudara orang-orang yang selalu bekerja keras mengorbankan waktu dan tenaga, menyumbangkan pikiran dan gagasan, serta bersemangat untuk mewujudkan jalan kebaikan dan perubahan bagi Indonesia.
Fellow Brothers and Sisters, there is nothing in my life that makes me more proud than to stand here in front of you all. You are the people who have worked hard, sacrificed time and energy, contributed thoughts and ideas, as well as the spirit to create a path of improvement and change for Indonesia.
Saudara-saudara semua adalah pembuat sejarah dan sejarah baru sedang kita buat. Itulah yang menjadi alasan mengapa saya dan Pak JK berdiri di sini. Saya memberi apresiasi kepada semua yang menjaga nilai keagamaan baik di masjid, di gereja, di vihara, di pura, serta mereka yang konsisten melestarikan nilai adat nusantara. Saya dan Pak JK di sini bukan karena bernafsu untuk berkuasa, apalagi untuk menghalalkan segala cara. Kami berdemokrasi untuk mendengar. Kami datang untuk menyelesaikan masalah, bukan untuk menambah masalah. Kami hadir untuk memberi rasa damai, bukan menjadi pemicu konflik.
You are all makers of history, and right now we are making history. That ’s the reason why I and Mr. JK stand here. My appreciations to all who protect the values of diversity, at the mosque, at the church, at the Buddhist vihara, at the Hindu pura, and those who consistently conserve the traditional values of the archipelago. Mr. JK and I don’t stand here because of theappetite to rule, especially not by any means possible. We practice democracy to listen.
We come to help solve problems, not to create them. We come to give a feeling of peace, not to trigger conflict.
Saudara-saudara, kita berkumpul untuk membulatkan tekad, menyatukan hati, dan berkerja keras sebagai tanggung jawab untuk melakukan perubahan demi kebaikan Indonesia dengan cara bermartabat. Kita berkumpul di sini sebagai bagian dari demokrasi yang memastikan bahwa partisipasi dari seluruh rakyat untuk masa depan bangsa, penghormatan HAM, berjuang keadilan, menjaga keberagaman serta perdamaian.
Brothers and Sisters, we gather to strengthen our determination, to join hearts, and to work hard as a responsibility to bring change for the improvement of Indonesia by civilized means. We gather here as a part of a democracy that ensures participation by the entire society to define the nation’s future, respect for human rights, fight for justice, and as well as nurture diversity and peace.
Kita menolak segala bentuk intimidasi, kebohongan, kecurangan yang mencuri hak rakyat, untuk menentukan masa depan Indonesia. Sebarkan kebaikan, rakyat tidak perlu percaya pada fitnah, pada kebohongan. Kita semua telah dihantam fitnah dan kebohongan, tapi kita tidak pernah tumbang, karena kita bekerja tulus untuk Republik tercinta.
We reject all forms of intimidation, lies and cheating that rob the people of their rights to define the future of Indonesia. Spread virtue.
The people don’t need to believe in slander and lies. We have all been struck by slander and lies, but we don’t ever fall, because we sincerely work for our beloved Republic.
Kita semua adalah penyala harapan untuk Indonesia. Kekuatan kita pada kerelaan. Saudara rela bersatu padu, berdiri tegak. Sebarkan pesan tegas, bahwa tidak ada yang tak mungkin untuk perubahan. Saya dan Pak JK sekali lagi berterima kasih kepada para relawan, seluruh pemuka agama, seluruh tokoh masyarakat, seluruh pekerja seni, seluruh nelayan, seluruh petani, seluruh buruh, seluruh guru, seluruh pegawai negeri, seluruh mahasiswa, dan seluruh lapisan masyarakat, untuk menyatukan tekad menatap proses pilpres demi tercapainya cita- cita.
We are all sparks of hope for Indonesia. Our strength lies in our willingness. You all willingly unite, stood up straight, and worked hard to spread the message that there is nothing impossible for change. Once again, Mr. JK and I are grateful to all volunteers, religious leaders, community leaders, activists, artists, farmers, fishermen, workers, teachers, public servants, students and all levels of the society for uniting the will to guard the process of this presidential election for the sake of achieving a common vision.
Buat generasi kedua, adik-adik saya, kalian adalah pemilik masa depan Indonesia, izinkan kakak mu ini mengajak kalian semua untuk ikut menentukan arah Indonesia. Jalan tinggal selangkah lagi. Jaga TPS kita semuanya. Saya dan Pak JK berjanji jika saudara memberikan kehormatan pada kami, untuk menjadi presiden dan wakil presiden, maka kami akan bekerja keras setiap hari, untuk anda dan anak-anak kita semua. Salam Dua Jari! To the young generation, my little brothers and sisters…you own the future of Indonesia! Allow me, your big brother, to invite you all to define the direction of Indonesia. There is only one more step. Guard all of our voting booths! Mr. JK and I promise that if you give us the extraordinary honor to become the President and Vice-President, we will work hard every day for you, and for your children.
Two-finger salute.
This campaign speech delievered by Joko Widodo on the last day of campaign period, July 5th 2014 at Gelora Bung Karno Stadium, Jakarta.