BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Produksi Dan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Pedaging Sistem Intensif (Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan, Kota Medan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

  Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak perkelahiran sering lebih dari satu ekor, jarak antar kelahiran pendek dan pertumbuhan anaknya cepat. Selain itu, kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi agroekositem suatu tempat (Sarwono,2007).

  Kambing merupakan ternak potong yang tergolong ternak ruminansia kecil, hewan pemamah biak, dan merupakan hewan mamalia yang menyusui anak-anaknya. Menurut Cahyono (1998) kambing memiliki beberapa bangsa kambing yang tersebar di seluruh daerah. Bangsa-bangsa kambing tersebut memiliki ciri masing-masing yang membedakan satu dengan yang lainnya. Bangsa-bangsa kambing tersebut adalah :

  1. Kambing Etawah

  5. Kambing Marica

  2. Kambing Saanen

  6. Kambing Alphine

  3. Kambing Kacang

  7. Kambing Gembrong

  4. Kambing Peranakan Etawah

  8. Kambing (Anglo) Nubian Kambing memiliki sifat yang cenderung tidak suka bergerombol, hewan pada saat perawatan dan pemeliharaan ternak akan berdampak pada proses pertumbuhan dan perkembangannya (Sumoprastowo, 1997).

2.1.1 Potensi Ekonomi Kambing

  Nilai ekonomi, sosial, dan budaya yang diberikan kambing sangat nyata yaitu dapat menyumbangkan 14–25% dari total pandapatan keluarga petani.

  Peranan kambing sebagai ternak potong dalam upacara agama atau adat merupakan sumbangan terhadap ketahanan budaya bangsa dan status sosial peternak. Potensi kambing untuk agribisnis belum banyak dilirik orang karena belum memperhatikan peluang pasar. Sistem penjualan ternak masih didasarkan atas kebutuhan uang tunai, sehingga pengelolaan ternak yang dilakukan tidak menjamin kontinuitas pendapatan dan sulit meramalkan ketersediaan ternak sebagai barang dagangan (Sarwono, 2007).

  Kambing memiliki potensi ekonomi yang baik, antara lain :

  a. Mempunyai badan yang relatif kecil dan pertumbuhan yang cepat sehingga tingkat reproduksi dan produksi lebih tinggi.

  b. Modal usaha (uang) cepat berputar karena pamasarannya mudah.

  c. Ternak kambing tidak memerlukan lahan yang luas, apalagi dapat dilakukan kemitraan dengan pihak pengadaan pakan hijauan.

  d. Ternak kambing suka bergerombol, sehingga dalam hal tenaga kerja, sistem pengembalaan akan lebih efisien.

  e. Proses perkembangbiakan dapat diatur (terpola) karena betina/induk dapat dilakukan penjadwalan birahi/estrus. f. Skala usaha pembibitan kambing yang dianjurkan adalah 8-12 ekor induk dengan harapan setiap kali melahirkan akan diperoleh anak sapih sekitar 12-18 ekor (Devendra, 1994).

2.1.2 Peluang dan Potensi Pasar Kambing

  Kambing mempunyai peluang dan potensi pasar yang bagus karena untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri bahkan diekspor. Kambing merupakan ternak yang memiliki sifat toleransi yang tinggi terhadap bermacam- macam pakan hijauan serta mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai lingkungan. Pengembangan kambing mempunyai prospek yang baik karena disamping untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri, kambing juga memiliki peluang sebagai komoditas ekspor. Budidaya kambing saat ini berbasis pada peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, dan lokasi tidak terkonsentrasi.

  Potensi untuk mengembangkan kambing di Indonesia sangat terbuka lebar, karena kurang lebih 30% kebutuhan pangan dan pertanian dipenuhi oleh ternak, sehingga keberadaan ternak menjadi sangat strategis dalam hidup dan kehidupan manusia.

  Adapun istilah pemasaran adalah semua aktivitas yang berhubungan dengan penyaluran barang atau jasa dari tempat produsen ke tempat konsumen pada waktu yang tepat, sehingga terjadi pemilikan barang tersebut. Pada umumnya kambing sangat mudah dipasarkan baik dalam bentuk karkas maupun dalam bentuk hidup, sehingga dapat memberikan peluang dan potensi pasar

  Peluang pasar kambing, antara lain : (1) Pangsa pasar kambing terbuka lebar (lokal, domestik, ekspor); (2) Cita rasa daging kambing sangat spesifik; (3) Dengan potensi lahan pakan cukup memadai mempunyai peluang untuk pengembangan populasi lebih besar. Sedangkan potensi pasar kambing, antara lain : (1) Meningkatnya pertambahan penduduk, maka permintaan daging semakin meningkat setiap tahun; (2) Meningkatnya daya beli, sehingga kebutuhan daging meningkat; (3) Terjadinya perubahan dalam pola konsumsi dan peningkatan dalam kesadaran gizi masyarakat (Hartati, 2012).

  Tingkat permintaan daging kambing tidak terlalu fluktuatif sepanjang tahun. Namun, permintaan akan meningkat dengan cepat pada saat Hari Raya Idul Adha. Pada hari raya tersebut, permintaan daging akan meningkat dan harga pun akan naik. Pada Hari Raya Idul Adha, kambing yang dijual hidup harus sehat dan tidak cacat. Pasar potensial lain yaitu pedagang sate, gulai, tongseng dan sup

  b

  kambing (Anonim , 2011). Untuk daerah Medan Marelan juga diketahui mengalami peningkatan yang bervariasi sesuai ukuran hewan kurban itu sendiri.

  Tahun sebelumnya harga rata-rata kambing ukuran kecil Rp 500,000/ekor hingga Rp 600,000/ekor, namun pada waktu tertentu kenaikkan harga jenis kambing ukuran kecil dan sedang dijual rata-rata antara Rp 800,000 hingga Rp 1,200,000,

  c ukuran besar rata-rata Rp 1,200,000 hingga Rp 1,500,000 (Anonim , 2011).

2.2 Landasan Teori

  Produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumber daya, atau jasa-jasa produksi) dalam d

  Menurut Soekartawi (2002), kegiatan produksi merupakan kegiatan dalam lingkup yang agak sempit dan karenanya membahas aspek mikro. Peranan hubungan input (faktor produksi) dan output (hasil atau produksi) mendapat perhatian utama. Peranan input bukan saja dapat dilihat dari segi macamnya atau tersedianya dalam waktu yang tepat, tetapi juga dapat ditinjau dari segi efisiensi penggunaan faktor produksi tersebut.

  Sebuah fungsi produksi menghubungkan input dengan output. Fungsi tersebut menentukan kemungkinan output maksimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu atau sebaliknya, kuantitas input minimum yang

  a

  diperlukan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu (Anonim , 2009) Menurut Mubyarto (1998) fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai :

  Y = f (x

  1 ,x 2 …….x n )

  Dimana: Y = hasil produksi fisik (output) x

  1 ……..x n = faktor-faktor produksi (input)

  Istilah faktor produksi sering pula disebut dengan “korbanan produksi” karena faktor produksi tersebut “dikorbankan” untuk menghasilkan produksi.

  Dalam Bahasa Inggris faktor produksi ini disebut dengan “input”. Macam faktor produksi atau input ini, berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi dan produk

  a (Soekartawi , 1984).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu : a) Faktor biologi seperti lahan pertanian dengan macam kesuburannya, bibit, pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya. b) Faktor sosial ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko dan ketidakpastian, tersedianya kredit, dan sebagainya

  b (Soekartawi ,1994).

  Untuk menghasilkan suatu hasil produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Pertanyaan ekonomi yang dihadapi adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara ekonomis. Apabila salah satu faktor produksi berubah jumlahnya padahal faktor produksi lainnya tetap, maka berubahlah perbandingan dari keseluruhaan faktor produksi yang dipakai (Mubyarto, 1998).

  Fungsi yang sering digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor independen dan dependen adalah fungsi Cobb-Douglas. Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang satu disebut denga variable dependen (Y), dan yang lain disebut variabel independen (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara regresi yaitu variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan demikian, kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian

  d Efisiensi suatu usaha terkait dengan skala ekonomi usaha. Pengaruh skala ekonomi (Economic of Scale) ditandai oleh menurunnya biaya rata-rata persatuan produk apabila jumlah produksi atau volume kegiatan diperbesar. Penurunan biaya rata-rata persatuan produk diperoleh karena pada saat skala kegiatan diperbesar, maka beban biaya tetap dapat disebar kepada jumlah produk yang lebih banyak, sehingga biaya tetap rata-rata persatuan produk semakin mengecil.

  Selain itu di dalam skala kegiatan yang lebih besar dapat dihemat berbagai

  

input /material dan faktor produksi lainnya, berarti dapat dilakukan penghematan

  berbagai faktor produksi variabel. Skala ekonomi membahas hubungan antara biaya produksi (per unit) dengan jumlah produksi (output) (Bunyamin, 2009).

  Menurut Soekartawi dalam Bambang (2006) biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Kemudian, yang dimaksud dengan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, jadi:

  π =TR-TC π = pendapatan usaha tani TR = total penerimaan

  Menurut Situmorang (2007), tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus.

  Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan non-finansial sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan (Kasmir dan Jakfar, 2003).

  2.2.1 Analisis Finansial Alat ukur yang digunakan dalam analisis finansial usaha adalah dengan analisis R/C (Return Cost Ratio) sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya.

  1. R/C (Return Cost Ratio) R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan produk dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama pengelolaan usaha. Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dan biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak sedikitnya jumlah variabel ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total (TC) yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi

  c

  (Soekartawi , 1995) R/C bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan dari suatu kegiatan.

  Analisa ini akan menguji seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang dipakai dalam kegiatan cabang usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah penerimaan. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut: a = R/C R = Py.Y C = FC + VC a = (Py.Y)/(FC + VC) Dimana : R = Penerimaan C = Biaya Py = Harga output Y = Output FC = biaya tetap

  VC = biaya variabel Usaha yang dikelola menguntungkan apabila nilai R/C > 1. Semakin besar nilai R/C semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari usaha tersebut. Secara teoretis dengan rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak pula rugi dan R/C < 1 maka usaha ternak tersebut tidak layak untuk diusahakan.

  (Fauzi, 2008)

2.3 Kerangka Pemikiran

  Usaha ternak kambing pedaging merupakan suatu kegiatan yang produktif bagi masyarakat di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan. Dalam melakukan usaha ternak ini, peternak membutuhkan input produksi yang tersedia yang dikelola dengan pengetahuan dan kemampuan untuk menghasilkan output.

  Dalam mengelola input produksi tersebut membutuhkan biaya-biaya ataupun disebut dengan pengeluaran. Biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut adalah biaya bibit, kandang, peralatan, obat-obatan, pengambilan pakan, dan tenaga kerja. Besar biaya yang dikeluarkan mempengaruhi pendapatan peternak kambing. Sedangkan penerimaan dipengaruhi oleh harga jual kambing pedaging.

  Pendapatan yang diterima oleh peternak merupakan jumlah penerimaan yang diterima oleh peternak dikurangkan dengan total biaya yang dikeluarkan untuk produksi. Pendapatan peternak akan meningkat apabila usaha ternak terebut memberikan keuntungan dan pendapatan akan turun apabila usaha ternak tersebut mengalami kerugian.

  Usaha ternak dikatakan layak untuk dikembangkan apabila dalam analisis finansial memberikan hasil lebih besar 1 (satu) dari pembagian penerimaan dengan biaya. Adapun anlisis yang digunakan adalah dengan analisis R/C (Return Cost Ratio ).

  Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.

  Keterangan : : Mempengaruhi

  Usaha Ternak Kambing Pedaging Sistem Intensif (Produksi) Pertambahan Berat

  Kambing Penerimaan Biaya Produksi (biaya bibit,biaya obat,biaya pengambilan pakan, dan biaya tenaga kerja) Harga Jual

  R/C Pendapatan Bersih Layak

  >1 Tidak Layak <1

  Faktor Produksi (pengalaman beternak, kepadatan kandang, obat- obatan,tenaga kerja, dan pakan)

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini disusun sebagai berikut:

  1. Faktor produksi (pengalaman beternak, kepadatan kandang, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja) berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi kambing pedaging di daerah penelitian.

  2. Biaya produksi (biaya bibit, biaya obat, biaya pengambilan pakan, dan biaya tenaga kerja) berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan peternak di daerah penelitian.

Dokumen yang terkait

Analisis Produksi Dan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Pedaging Sistem Intensif (Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan, Kota Medan)

13 109 138

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Pendapatan Wanita pada Usaha Lemang dn Kontribusinya pada Pendapatan Keluarga (Studi kasus : Kota Tebing Tinggi)

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Peranan Istri Nelayan Terhadap Pendapatan Keluarga (Kasus : Desa Bagan Serdang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang)

0 2 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Pola Konsumsi Pangan Non Beras Sumber Karbohidrat Di Kecamatan Medan Tuntungan

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITAN - Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri Cincau Hitam Di Kota Medan (Studi Kasus : Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan)

0 0 15

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka - Analisis Value Added Tingkat Pendapatan dan Kesempatan Kerja Usaha Pengupasan Bawang Merah di Kota Medan

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Efisiensi Faktor Produksi Usaha Tani Kentang (Solanum tuberosum) di Desa Ajibuhara Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo

0 0 23

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

0 1 18

Analisis Produksi Dan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Pedaging Sistem Intensif (Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan, Kota Medan)

0 0 58