Analisis Produksi Dan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Pedaging Sistem Intensif (Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan, Kota Medan)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2009. Analisa Kelayakan Usaha Budidaya Ikan. Dikutip:

ikan

Anonimb. 2011. Pemasaran Untuk Ternak Kambing. Dikutip: Artikel Kambing oleh Ridwan

Anonimc. 2011. Harga Kambing Melonjak Mencapai Rp 1,2 Juta. Dikutip:

Bambang, 2006. Analisis Biaya, Produksi dan R/C Usahatani pada Lahan Bonorowo di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan [Skripsi]

Beattie dan Robert, 1996. Ekonomi Produksi. Penerjemah: Dr. Soeratno Josohardjono,MEc. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Bunyamin. 2009. Meningkatkan Skala Ekonomi Melalui Koperasi. Dikutip: My Blog’s Cerita, Tulisan, Berita, Tips, dan Trik, & dll

Cahyono, B. 1998. Beternak Domba dan Kambing. Yogyakarta: Kanisius

Dinas Pertanian dan Kelautan. 2010. Laporan Populasi Ternak Tahun 2010. Medan: Departemen Pertanian dan Kelautan

Devendra dan Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Bandung: ITB Fauzi, dkk. 2008. Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya

Gujarati, Damodar, 1999, Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa Ak. Sumarno Zain, Drs., MBA. Jakarta : Erlangga

Hartati, Sri. 2012. Peluang dan Potensi Pasar Kambing. Jakarta: Pusat Penyuluhan Pertanian

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Prenada Media

Mosher,A.T. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta: Yasaguna Mubyarto. 1998. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES

Sarwono,B. 2007. Beternak Kambing Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya Situmorang dan Dilham. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Medan: USU Press


(2)

Soekartawia. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI-PRESS

Soekartawib. 1994. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: Grafindo Soekartawic. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: UI-PRESS

Soekartawid. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Grafindo Sudjana. 1989. Metode Statistika. Bandung: TARSITO

Sumoprastowo. 1997. Ternak Piaraan. Jakarta: BHRATARA

Supranto. 1998. Teknik Sampling untuk Survei & Eksperimen. Jakarta: Rineka Cipta


(3)

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK

KAMBING PEDAGING SISTEM INTENSIF

( Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan, Kota Medan )

SKRIPSI

Oleh:

ELLA SAGHITA BANGUN 070304022

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(4)

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK

KAMBING PEDAGING SISTEM INTENSIF

( Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan, Kota Medan )

SKRIPSI

Oleh:

ELLA SAGHITA BANGUN 070304022

AGRIBISNIS

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Disetujui oleh:

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Thomson Sebayang, M.T) (DR. Ir. Salmiah, MS) NIP : 195711151986011001 NIP : 195702171986032001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(5)

ABSTRAK

ELLA SAGHITA BANGUN (070304022) dengan judul skripsi “ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK KAMBING PEDAGING SISTEM INTENSIF ( Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan, Kota Medan)” dibimbing oleh Ir.Thomson Sebayang, MT dan DR. Ir. Salmiah, MS.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan besar produksi usaha ternak kambing; untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat kambing; untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak; dan untuk menjelaskan keuntungan dan kelayakan usaha ternak kambing di daerah penelitian.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah rata-rata pertambahan berat kambing selama satu tahun di daerah penelitian adalah 237,45 kg/peternak. Pengalaman beternak, kepadatan kandang, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat kambing dan secara parsial yang berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat badan adalah pakan dan obat-obatan. Biaya bibit,biaya obat, biaya pengambilan pakan, dan biaya tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak kambing dan secara parsial biaya bibit dan biaya pengambilan pakan berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak kambing. Pendapatan bersih peternak kambing adalah Rp 7,321,447/peternak. Sedangkan per ekor kambing sebesar Rp 509,157/peternak. Secara ekonomi, usaha ternak kambing layak diusahakan di daerah penelitian dengan nilai R/C sebesar 1.43/peternak dan untuk per ekor kambing sebesar 1.71/peternak.


(6)

RIWAYAT HIDUP

ELLA SAGHITA BANGUN, lahir di Medan pada tanggal 22 November 1989, sebagai anak pertama dari Ayahanda Alm. Agus M. Bangun dan Ibunda Suwita R. Br. Tarigan.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Pada tahun 1994 masuk Taman Kanak-kanak di TK Melati di Bahorok dan

tamat pada tahun 1995.

2. Pada tahun 1995 masuk sekolah dasar di SDN 1 no 050643 di Bahorok dan tamat pada tahun 2001.

3. Pada tahun 2001 masuk sekolah menengah pertama di SMPN 1 Bahorok dan tamat pada tahun 2004.

4. Pada tahun 2004 masuk sekolah menengah atas di SMAN 17 Medan dan tamat pada tahun 2007.

5. Pada tahun 2007 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

6. Pada bulan Juni-Juli 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Gambus Laut, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara.

7. Pada bulan September 2012 melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Skripsi ini berjudul “Analisis Produksi Dan Pendapatan Usaha Ternak Kambing Pedaging Sistem Intensif (Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan, Kota Medan). Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk mengajar dan membimbing, memberikan ilmu dan wawasan secara detail, serta memberikan semangat yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu DR. Ir. Salmiah, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing dan Ketua Program Studi Agribisnis yang telah memberikan waktu untuk membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini serta memberikan masukan yang sangat berarti kepada penulis.

3. Bapak dan Ibu Dosen/Staf Administrasi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis melalui kegiatan perkuliahan dan kegiatan lain.


(8)

4. Bapak Kepala Desa dan Pegawai Kelurahan Tanah Enam Ratus, Bapak/Ibu Penyuluh Pertanian Kelurahan Tanah Enam Ratus serta para peternak kambing yang menjadi responden dalam penelitian.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda tercinta Alm. Agus M. Bangun dan Ibunda tercinta Suwita R. Br. Tarigan yang telah banyak berkorban untuk penulis, memberikan semangat, kasih sayang, dan doa yang tiada hentinya diberikan kepda penulis selama menjalani kuliah, serta adikku Rizky Nugraha Bangun, semua keluarga besarku (iting, ua, bik uda, bik nah, mama,pak tua, pak uda, bang tua, bang niko, rafa) yang turut menyemangati dan mendoakan dalam penyusunan skripsi ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada orang yang paling spesial “my tink quh” Hendro S. Ginting, S.Kom, yang selalu ada memberikan waktu, tenaga, pikiran, doa yang tiada hentinya serta semangat yang sangat berarti kepada penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman Agribisnis FP USU stambuk 2007, khususnya Vera dan Dini. Teman-teman Mandolin 3 ( kak Roro, kak Mely, dan Srik) yang telah banyak membantu dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Medan, Juni 2013


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... . v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 6

2.2. Landasan Teori ... 9

2.3. Kerangka Pemikiran ... 15

2.4. Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 19

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 19

3.4. Metode Analisis Data ... 20

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 26

3.5.1. Definisi ... 26

3.5.2. Batasan operasional ... 27

BAB IV.DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Luas dan Letak Geografi ... 28

4.1.1.Letak Geografis Kelurahan Tanah Enam Ratus ... 28

4.1.2. Kependudukan ... 29

4.2. Fasilitas Umum dan Sosial... 30

4.2.1.Sarana Pemukiman ... 30

4.2.2. Sarana Pendidikan ... 31


(10)

4.2.4. Sarana Olahraga ... 33

4.2.5. Sarana Kesehatan ... 33

4.2.6. Sarana Kebersihan ... 34

4.3. Karakteristik Petani Sampel ... 34

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Aspek Produksi Usaha Ternak Kambing di Daerah Penelitian ... 36

5.2. Produksi Kambing Pedaging di Daerah Penelitian ... 39

5.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha Ternak Kambing di Daerah Penelitian ... 41

5.3.1.Uji Asumsi Klasik ... 41

5.3.2. Uji Kesesuaian ... 44

5.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Peternak Kambing Pedaging di Daerah Penelitian ... 48

5.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 48

5.4.2. Uji Kesesuaian ... 51

5.5. Penerimaan Usaha Ternak Kambing ... 54

5.6. Pendapatan Usaha Ternak Kambing ... 56

5.7. Kelayakan Usaha Ternak Kambing ... 57

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 60

6.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Populasi Ternak Kambing Per Kecamatan di Kota Medan

(Tahun 2011)……… 18 2. Jumlah Peternak Kambing Per Kelurahan di Kecamatan Medan

Marelan (Tahun 2012)………. 19 3. Distribusi Kepemilikan Ternak Kambing……… 19 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin………... 29 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian…………... 30 6. Data Perumahan di Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2011.. 31 7. Sarana Pendidikan yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus

Tahun 2011……… 32 8. Masjid dan Musholla yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus.. 33 9. Sarana Kebersihan yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus…. 34 10. Karakteristik Peternak Sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2012... 35 11. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Usahaternak Kambing di

Daerah Penelitian Tahun 2012... 39 12. Distribusi Produksi Kambing di Daerah Penelitian Tahun 2012.... 40 13. Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Usaha

ternak Kambing Menggunakan Statistik Kolinieritas………. 41 14. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kambing

di Daerah Penelitian………. 44 15. Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas Model Pendapatan Peternak

Kambing Menggunakan Statistik Kolinieritas……… 48 16. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan


(12)

17. Rataan Analisis Ekonomi Usaha Ternak Kambing Selama

Satu Tahun di Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2012……... 56 18. Analisis Kelayakan Usaha Ternak Kambing di Daerah Penelitian.. 58


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran………. 16 2. Grafik Uji Heteroskedastisitas Model Produksi

Usaha Ternak Kambing……….... 42 3. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Produksi

Usaha Ternak Kambing……… 43 4. Grafik Uji Heteroskedastisitas Model Pendapatan

Peternak Kambing……….. 49 5. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Pendapatan Peternak


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Karakteristik Peternak Sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kec. Medan Marelan

2. Jumlah Kambing Berdasarkan Jenis Kambing Per Peternak Sampel Didaerah Penelitian

3. a. Jumlah Pakan Ternak Kambing Per Peternak dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

b. Jumlah Pakan Ternak Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

4. Luas dan Penyusutan Kandang Kambing Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

5. Kapasitas Daya Tampung Kandang Per Peternak Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

6. a. Jumlah dan Biaya Obat-Obatan Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

b. Jumlah dan Biaya Obat-Obatan Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

7. Jumlah Alat dan Penyusutan Alat Per Peternak Sampel di Daerah Penelitian Tahun 2012

8. a. Jumlah dan Biaya Tenaga Kerja Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

b. Jumlah dan Biaya Tenaga Kerja Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

9. a. Biaya Bibit Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian b. Biaya Bibit Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian 10. a. Biaya Transportasi Pengambilan Pakan Ternak Per Petani dalam Satu


(15)

b. Biaya Transportasi Pengambilan Pakan Per Ekor Ternak dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

11. a. Biaya Perbaikan Kandang Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

b. Biaya Perbaikan Kandang Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

12. a. Biaya Penyusutan Kandang dan Alat Per Peternak dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

b. Biaya Penyusutan Kandang dan Alat Per Ekor dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

13. Penjualan Kambing Jawa Per Peternak Sampel dan Per Ekor Kambing di Daerah Penelitian dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

14. Penjualan Kambing Biri-biri Per Peternak dan Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

15. Penjualan Kambing EtawaPer Peternak Sampel dan Per Ekor Kambing di Daerah Penelitian

16. a. Harga Jual Rata-Rata dan Total Penjualan Per Peternak Sampel di Daerah Penelitian

b. Harga Jual Rata-Rata dan Total Penjualan Per Ekor Kambing di Daerah Penelitian

17. a. Penjualan Kotoran Kambing Per Peternak dalam Satu Tahun Per Peternak

b. Penjualan Kotoran Kambing Per Ekor Kambing dalam 1Tahun di Daerah Penelitian

18. a. Total Biaya Per Peternak dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian b. Total Biaya Peternak Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

19. a. Pertambahan Berat Badan Kambing Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

b. Pertambahan Berat Badan Kambing Per Ekor dalam Satu Tahun di Daerah penelitian


(16)

20. a.Total Penerimaan Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

b. Total Penerimaan Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian

21. a.Pendapatan Bersih Per Peternak Sampel di Daerah Penelitian b. Pendapatan Bersih Per Ekor Kambing di Daerah Penelitian 22. a. R/C Rasio Per Peternak Sampel dalam Satu Tahun di Daerah

Penelitian

b. R/C Rasio Per Ekor Kambing dalam Satu Tahun di Daerah Penelitian 23. Tabel R Square Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi

24. Hasil Uji SPSS Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi 25. Nilai F Hitung Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi

26. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Produksi Usaha Ternak Kambing dengan SPPS Linear Berganda

27. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi Usaha Ternak Kambing dengan SPSS Linear Berganda

28. Tabel R Square Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

29. Hasil Uji SPSS Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan 30. Nilai F Hitung Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

31. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Pendapatan Usaha Ternak Kambing 32. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Pendapatan Usaha Ternak Kambing


(17)

ABSTRAK

ELLA SAGHITA BANGUN (070304022) dengan judul skripsi “ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TERNAK KAMBING PEDAGING SISTEM INTENSIF ( Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan, Kota Medan)” dibimbing oleh Ir.Thomson Sebayang, MT dan DR. Ir. Salmiah, MS.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan besar produksi usaha ternak kambing; untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat kambing; untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak; dan untuk menjelaskan keuntungan dan kelayakan usaha ternak kambing di daerah penelitian.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah rata-rata pertambahan berat kambing selama satu tahun di daerah penelitian adalah 237,45 kg/peternak. Pengalaman beternak, kepadatan kandang, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat kambing dan secara parsial yang berpengaruh nyata terhadap pertambahan berat badan adalah pakan dan obat-obatan. Biaya bibit,biaya obat, biaya pengambilan pakan, dan biaya tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak kambing dan secara parsial biaya bibit dan biaya pengambilan pakan berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak kambing. Pendapatan bersih peternak kambing adalah Rp 7,321,447/peternak. Sedangkan per ekor kambing sebesar Rp 509,157/peternak. Secara ekonomi, usaha ternak kambing layak diusahakan di daerah penelitian dengan nilai R/C sebesar 1.43/peternak dan untuk per ekor kambing sebesar 1.71/peternak.


(18)

RIWAYAT HIDUP

ELLA SAGHITA BANGUN, lahir di Medan pada tanggal 22 November 1989, sebagai anak pertama dari Ayahanda Alm. Agus M. Bangun dan Ibunda Suwita R. Br. Tarigan.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Pada tahun 1994 masuk Taman Kanak-kanak di TK Melati di Bahorok dan

tamat pada tahun 1995.

2. Pada tahun 1995 masuk sekolah dasar di SDN 1 no 050643 di Bahorok dan tamat pada tahun 2001.

3. Pada tahun 2001 masuk sekolah menengah pertama di SMPN 1 Bahorok dan tamat pada tahun 2004.

4. Pada tahun 2004 masuk sekolah menengah atas di SMAN 17 Medan dan tamat pada tahun 2007.

5. Pada tahun 2007 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

6. Pada bulan Juni-Juli 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Gambus Laut, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara.

7. Pada bulan September 2012 melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan merupakan sub sektor pertanian yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai sub pertanian di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk-produk peternakan akan semakin meningkat setiap tahunnya karena peternakan merupakan salah satu penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral yang sangat dibutuhkan seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi guna meningkatkan kualitas hidup.

Salah satu jenis ternak yang sering dibutuhkan oleh masyarakat guna memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Oleh karena itu, masyarakat juga banyak mengusahakan usaha ternak kambing. Disamping usaha ternak kambing dapat menghasilkan pendapatan bagi para peternak, usaha ini juga sering diusahakan sebagai usaha sampingan yang dapat digunakan sebagai tabungan untuk masa depan.

Ternak kambing sebenarnya sudah lama diusahakan oleh peternak atau masyarakat karena pemeliharaan dan pemasarannya relatif mudah. Disamping sebagai penghasil daging yang baik, kambing juga menghasilkan kulit yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam industri kulit, misalnya sepatu, kerajinan dan lain-lain. Selain itu, jenis kambing tertentu misalnya kambing etawah dan saanen, juga dapat menghasilkan air susu yang mempunyai nilai gizi tinggi dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Sampai sekarang ini, pada umumnya usaha peternakan yang diusahakan adalah yang bersifat tradisional dan metode pengolahannya pun masih menggunakan teknologi seadanya dan sebagai usaha


(20)

sambilan. Akibatnya, alokasi tenaga dan fikiran lebih banyak pada usaha pokok daripada usaha sampingan dan hasil yang diperoleh tidak maksimal

(Cahyono, 1998).

Peternak berperan sebagai manajer. Peternak sebagai manajer akan berhadapan dengan berbagai alternatif yang harus diputuskan mana yang harus dipilih untuk diusahakan. Peternak harus menentukan cara-cara berproduksi, menentukan cara–cara pembelian sarana produksi, menghadapi persoalan tentang biaya, mengusahakan permodalan dan sebagainya. Untuk itu diperlukan keterampilan, pendidikan dan pengalaman yang akan berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan (Mosher , 1987).

Umumnya peternak di daerah penelitian memilih beberapa alasan untuk mengusahakan ternak kambing, antara lain : (a) kambing mudah untuk dipelihara, (b) kambing dapat berkembangbiak dengan cepat, (c) kambing dapat dijual kapan saja, (d) kotoran kambing dapat dijadikan pupuk. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Cahyono (1998) bahwa keuntungan yang dapat dipetik dari usahaternak kambing adalah: kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi, lahan yang sempit dapat memelihara sejumlah kambing, kambing mudah dalam penggembalaannya, perkembangbiakan kambing tergolong cepat, selain daging bulu dan kulit dapat dimanfaatkan, limbah kotoran yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk untuk pertanian, daging kambing sebagai sumber protein dengan gizi yang tinggi, modal yang diperlukan lebih sedikit daripada memelihara ternak besar, dan ternak kambing merupakan sumber uang tunai.

Kecamatan Medan Marelan merupakan salah satu daerah yang banyak mengusahakan ternak kambing. Salah satu kelurahan yang banyak memelihara


(21)

kambing adalah Kelurahan Tanah Enam Ratus. Di daerah ini, pemeliharaan kambing umumnya dilakukan dengan cara tradisional, yaitu dengan menggunakan teknologi seadanya, dan manajemen pengelolaannya masih sederhana. Dengan metode yang tradisional ini maka peternak belum dapat meningkatkan jumlah produksi guna memenuhi kebutuhan kambing hidup yang dibutuhkan.

Dalam beternak kambing juga dihadapi berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kambing. Di daerah penelitian, faktor-faktor produksi seperti bibit, kandang, dan pakan mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh peternak. Disamping itu, peternak masih banyak yang belum memperhatikan peluang pasar. Penjualan ternak masih dilakukan atas dasar kebutuhan uang tunai. Sehingga pengelola tenak kambing sulit untuk memperkirakan ketersediaan kebutuhan kambing sebagai barang dagangan. Oleh karena itu, penelitian perlu dilakukan terhadap tingkat produksi dan kelayakan dari usaha ternak kambing di daerah penelitian, dengan melihat besarnya pendapatan yang diterima dan biaya yang dibutuhkan oleh peternak untuk mengelola usaha di daerah ini.


(22)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Berapakah produksi kambing pedaging di daerah penelitian?

2. Faktor apa (pengalaman beternak, pakan, obat-obatan, kepadatan kandang, dan tenaga kerja) yang berpengaruh nyata terhadap produksi kambing pedaging di daerah penelitian?

3. Faktor apa (biaya bibit, biaya obat, biaya pengambilan pakan, dan biaya tenaga kerja) yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan peternak di daerah penelitian?

4. Apakah usaha ternak kambing pedaging adalah usaha yang menguntungkan dan layak dikembangkan di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi berapa produksi kambing pedaging di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis faktor (pengalaman beternak, pakan, obat-obatan, kepadatan kandang, dan tenaga kerja) yang berpengaruh nyata terhadap produksi kambing pedaging di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis faktor (biaya bibit, biaya obat, biaya pengambilan pakan, dan biaya tenaga kerja) yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan peternak di daerah penelitian.


(23)

4. Untuk menjelaskan keuntungan dan kelayakan usaha ternak kambing pedaging di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi peternak kambing di Kecamatan Medan Marelan dalam upaya mengembangkan usahanya.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan substansi penelitian ini.

3. Bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait terhadap pengelolaan usaha ternak kambing.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak perkelahiran sering lebih dari satu ekor, jarak antar kelahiran pendek dan pertumbuhan anaknya cepat. Selain itu, kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi agroekositem suatu tempat (Sarwono,2007).

Kambing merupakan ternak potong yang tergolong ternak ruminansia kecil, hewan pemamah biak, dan merupakan hewan mamalia yang menyusui anak-anaknya. Menurut Cahyono (1998) kambing memiliki beberapa bangsa kambing yang tersebar di seluruh daerah. Bangsa-bangsa kambing tersebut memiliki ciri masing-masing yang membedakan satu dengan yang lainnya. Bangsa-bangsa kambing tersebut adalah :

1. Kambing Etawah 5. Kambing Marica 2. Kambing Saanen 6. Kambing Alphine 3. Kambing Kacang 7. Kambing Gembrong 4. Kambing Peranakan Etawah 8. Kambing (Anglo) Nubian

Kambing memiliki sifat yang cenderung tidak suka bergerombol, hewan yang cerdik dan mudah merasa kesepian, periang, suka bermain dan suka merusak tanaman. Kambing lebih suka makan pada pagi dan sore hari. Perlakuan yang baik


(25)

pada saat perawatan dan pemeliharaan ternak akan berdampak pada proses pertumbuhan dan perkembangannya (Sumoprastowo, 1997).

2.1.1 Potensi Ekonomi Kambing

Nilai ekonomi, sosial, dan budaya yang diberikan kambing sangat nyata yaitu dapat menyumbangkan 14–25% dari total pandapatan keluarga petani. Peranan kambing sebagai ternak potong dalam upacara agama atau adat merupakan sumbangan terhadap ketahanan budaya bangsa dan status sosial peternak. Potensi kambing untuk agribisnis belum banyak dilirik orang karena belum memperhatikan peluang pasar. Sistem penjualan ternak masih didasarkan atas kebutuhan uang tunai, sehingga pengelolaan ternak yang dilakukan tidak menjamin kontinuitas pendapatan dan sulit meramalkan ketersediaan ternak sebagai barang dagangan (Sarwono, 2007).

Kambing memiliki potensi ekonomi yang baik, antara lain :

a. Mempunyai badan yang relatif kecil dan pertumbuhan yang cepat sehingga tingkat reproduksi dan produksi lebih tinggi.

b. Modal usaha (uang) cepat berputar karena pamasarannya mudah.

c. Ternak kambing tidak memerlukan lahan yang luas, apalagi dapat dilakukan kemitraan dengan pihak pengadaan pakan hijauan.

d. Ternak kambing suka bergerombol, sehingga dalam hal tenaga kerja, sistem pengembalaan akan lebih efisien.

e. Proses perkembangbiakan dapat diatur (terpola) karena betina/induk dapat dilakukan penjadwalan birahi/estrus.


(26)

f. Skala usaha pembibitan kambing yang dianjurkan adalah 8-12 ekor induk dengan harapan setiap kali melahirkan akan diperoleh anak sapih sekitar 12-18 ekor (Devendra, 1994).

2.1.2 Peluang dan Potensi Pasar Kambing

Kambing mempunyai peluang dan potensi pasar yang bagus karena untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri bahkan diekspor. Kambing merupakan ternak yang memiliki sifat toleransi yang tinggi terhadap bermacam-macam pakan hijauan serta mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai lingkungan. Pengembangan kambing mempunyai prospek yang baik karena disamping untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri, kambing juga memiliki peluang sebagai komoditas ekspor. Budidaya kambing saat ini berbasis pada peternakan rakyat yang berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, dan lokasi tidak terkonsentrasi.

Potensi untuk mengembangkan kambing di Indonesia sangat terbuka lebar, karena kurang lebih 30% kebutuhan pangan dan pertanian dipenuhi oleh ternak, sehingga keberadaan ternak menjadi sangat strategis dalam hidup dan kehidupan manusia.

Adapun istilah pemasaran adalah semua aktivitas yang berhubungan dengan penyaluran barang atau jasa dari tempat produsen ke tempat konsumen pada waktu yang tepat, sehingga terjadi pemilikan barang tersebut. Pada umumnya kambing sangat mudah dipasarkan baik dalam bentuk karkas maupun dalam bentuk hidup, sehingga dapat memberikan peluang dan potensi pasar kambing di seluruh Indonesia bahkan juga mempunyai peluang untuk di ekspor (anonimb, 2011).


(27)

Peluang pasar kambing, antara lain : (1) Pangsa pasar kambing terbuka lebar (lokal, domestik, ekspor); (2) Cita rasa daging kambing sangat spesifik; (3) Dengan potensi lahan pakan cukup memadai mempunyai peluang untuk pengembangan populasi lebih besar. Sedangkan potensi pasar kambing, antara lain : (1) Meningkatnya pertambahan penduduk, maka permintaan daging semakin meningkat setiap tahun; (2) Meningkatnya daya beli, sehingga kebutuhan daging meningkat; (3) Terjadinya perubahan dalam pola konsumsi dan peningkatan dalam kesadaran gizi masyarakat (Hartati, 2012).

Tingkat permintaan daging kambing tidak terlalu fluktuatif sepanjang tahun. Namun, permintaan akan meningkat dengan cepat pada saat Hari Raya Idul Adha. Pada hari raya tersebut, permintaan daging akan meningkat dan harga pun akan naik. Pada Hari Raya Idul Adha, kambing yang dijual hidup harus sehat dan tidak cacat. Pasar potensial lain yaitu pedagang sate, gulai, tongseng dan sup kambing (Anonimb, 2011). Untuk daerah Medan Marelan juga diketahui mengalami peningkatan yang bervariasi sesuai ukuran hewan kurban itu sendiri. Tahun sebelumnya harga rata-rata kambing ukuran kecil Rp 500,000/ekor hingga Rp 600,000/ekor, namun pada waktu tertentu kenaikkan harga jenis kambing ukuran kecil dan sedang dijual rata-rata antara Rp 800,000 hingga Rp 1,200,000, ukuran besar rata-rata Rp 1,200,000 hingga Rp 1,500,000 (Anonimc, 2011).

2.2 Landasan Teori

Produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumber daya, atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa, output atau produk (Beattie dan Robert,1996).


(28)

Menurut Soekartawid (2002), kegiatan produksi merupakan kegiatan dalam lingkup yang agak sempit dan karenanya membahas aspek mikro. Peranan hubungan input (faktor produksi) dan output (hasil atau produksi) mendapat perhatian utama. Peranan input bukan saja dapat dilihat dari segi macamnya atau tersedianya dalam waktu yang tepat, tetapi juga dapat ditinjau dari segi efisiensi penggunaan faktor produksi tersebut.

Sebuah fungsi produksi menghubungkan input dengan output. Fungsi tersebut menentukan kemungkinan output maksimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu atau sebaliknya, kuantitas input minimum yang diperlukan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu (Anonima, 2009)

Menurut Mubyarto (1998) fungsi produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai :

Y = f (x1,x2 …….xn) Dimana:

Y = hasil produksi fisik (output) x1……..xn = faktor-faktor produksi (input)

Istilah faktor produksi sering pula disebut dengan “korbanan produksi” karena faktor produksi tersebut “dikorbankan” untuk menghasilkan produksi. Dalam Bahasa Inggris faktor produksi ini disebut dengan “input”. Macam faktor produksi atau input ini, berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena itu untuk menghasilkan suatu produk, maka


(29)

diperlukan pengetahuan hubungan antara faktor produksi dan produk (Soekartawia, 1984).

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu : a) Faktor biologi seperti lahan pertanian dengan macam kesuburannya, bibit, pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya. b) Faktor sosial ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat

pendapatan, resiko dan ketidakpastian, tersedianya kredit, dan sebagainya (Soekartawib,1994).

Untuk menghasilkan suatu hasil produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Pertanyaan ekonomi yang dihadapi adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara ekonomis. Apabila salah satu faktor produksi berubah jumlahnya padahal faktor produksi lainnya tetap, maka berubahlah perbandingan dari keseluruhaan faktor produksi yang dipakai (Mubyarto, 1998).

Fungsi yang sering digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor independen dan dependen adalah fungsi Cobb-Douglas. Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang satu disebut denga variable dependen (Y), dan yang lain disebut variabel independen (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara regresi yaitu variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan demikian, kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas (Soekartawid, 2002).


(30)

Efisiensi suatu usaha terkait dengan skala ekonomi usaha. Pengaruh skala ekonomi (Economic of Scale) ditandai oleh menurunnya biaya rata-rata persatuan produk apabila jumlah produksi atau volume kegiatan diperbesar. Penurunan biaya rata-rata persatuan produk diperoleh karena pada saat skala kegiatan diperbesar, maka beban biaya tetap dapat disebar kepada jumlah produk yang lebih banyak, sehingga biaya tetap rata-rata persatuan produk semakin mengecil. Selain itu di dalam skala kegiatan yang lebih besar dapat dihemat berbagai input/material dan faktor produksi lainnya, berarti dapat dilakukan penghematan berbagai faktor produksi variabel. Skala ekonomi membahas hubungan antara biaya produksi (per unit) dengan jumlah produksi (output) (Bunyamin, 2009).

Menurut Soekartawi dalam Bambang (2006) biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Kemudian, yang dimaksud dengan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, jadi:

π =TR-TC

π = pendapatan usaha tani TR = total penerimaan TC = total biaya


(31)

Menurut Situmorang (2007), tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus.

Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan non-finansial sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan (Kasmir dan Jakfar, 2003).

2.2.1 Analisis Finansial

Alat ukur yang digunakan dalam analisis finansial usaha adalah dengan analisis R/C (Return Cost Ratio) sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya.

1. R/C (Return Cost Ratio)

R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan produk dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama pengelolaan usaha. Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dan biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak sedikitnya jumlah output, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Biaya tetap dan biaya


(32)

variabel ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total (TC) yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi (Soekartawic, 1995)

R/C bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan dari suatu kegiatan. Analisa ini akan menguji seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang dipakai dalam kegiatan cabang usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah penerimaan.

Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut: a = R/C

R = Py.Y C = FC + VC

a = (Py.Y)/(FC + VC) Dimana :

R = Penerimaan C = Biaya Py = Harga output Y = Output

FC = biaya tetap VC = biaya variabel

Usaha yang dikelola menguntungkan apabila nilai R/C > 1. Semakin besar nilai R/C semakin besar pula tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari usaha tersebut. Secara teoretis dengan rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak pula rugi dan R/C < 1 maka usaha ternak tersebut tidak layak untuk diusahakan. (Fauzi, 2008)


(33)

2.3 Kerangka Pemikiran

Usaha ternak kambing pedaging merupakan suatu kegiatan yang produktif bagi masyarakat di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan. Dalam melakukan usaha ternak ini, peternak membutuhkan input produksi yang tersedia yang dikelola dengan pengetahuan dan kemampuan untuk menghasilkan output.

Dalam mengelola input produksi tersebut membutuhkan biaya-biaya ataupun disebut dengan pengeluaran. Biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut adalah biaya bibit, kandang, peralatan, obat-obatan, pengambilan pakan, dan tenaga kerja. Besar biaya yang dikeluarkan mempengaruhi pendapatan peternak kambing. Sedangkan penerimaan dipengaruhi oleh harga jual kambing pedaging.

Pendapatan yang diterima oleh peternak merupakan jumlah penerimaan yang diterima oleh peternak dikurangkan dengan total biaya yang dikeluarkan untuk produksi. Pendapatan peternak akan meningkat apabila usaha ternak terebut memberikan keuntungan dan pendapatan akan turun apabila usaha ternak tersebut mengalami kerugian.

Usaha ternak dikatakan layak untuk dikembangkan apabila dalam analisis finansial memberikan hasil lebih besar 1 (satu) dari pembagian penerimaan dengan biaya. Adapun anlisis yang digunakan adalah dengan analisis R/C (Return Cost Ratio).


(34)

Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.

Keterangan :

: Mempengaruhi

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Usaha Ternak Kambing Pedaging Sistem Intensif

(Produksi) Pertambahan Berat

Kambing

Penerimaan Biaya Produksi (biaya bibit,biaya

obat,biaya pengambilan pakan, dan biaya tenaga kerja)

Harga Jual

R/C Pendapatan

Bersih

Layak >1

Tidak Layak <1 Faktor Produksi (pengalaman

beternak, kepadatan kandang, obat-obatan,tenaga kerja, dan pakan)


(35)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini disusun sebagai berikut:

1. Faktor produksi (pengalaman beternak, kepadatan kandang, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja) berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi kambing pedaging di daerah penelitian.

2. Biaya produksi (biaya bibit, biaya obat, biaya pengambilan pakan, dan biaya tenaga kerja) berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan peternak di daerah penelitian.

3. Usaha ternak kambing pedaging di daerah penelitian adalah usaha yang menguntungkan dan layak dikembangkan di daerah penelitian.


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kec. Medan Marelan. Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive sampling, yaitu sesuai dengan tujuan penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu daerah yang memiliki ternak kambing yang jumlahnya relatif banyak, sebagai terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Populasi Ternak Kambing Per Kecamatan di Kota Medan (Tahun 2011)

Sumber : Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan Tahun 2011

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kec. Medan Marelan merupakan kecamatan urutan ke 2 dalam jumlah populasi ternak kambing di Kota Medan, yaitu berjumlah 690 ekor.

Kelurahan sebagai lokasi penelitian ditentukan di Kelurahan Tanah Enam Ratus, dengan pertimbangan daerah tersebut memiliki jumlah peternak kambing yang paling banyak. Sebagai terlihat pada tabel berikut.

No Kecamatan Populasi Kambing (ekor)

1 Medan Polonia 260

2 Medan Deli 520

3 Medan Sunggal 671

4 Medan Helvetia 70

5 Medan Selayang 180

6 Medan Tuntungan 460

7 Medan Amplas 450

8 Medan Johor 112

9 Medan Labuhan 1,958

10 Medan Marelan 690


(37)

Tabel 2. Jumlah Peternak Kambing Per Kelurahan di Kecamatan Medan Marelan (Tahun 2012)

No Kelurahan Peternak ( KK )

1 Tanah Enam Ratus 80

2 Terjun 26

3 Rengas Pulau -

4 Paya Pasir -

5 Labuhan Deli -

Sumber : PPL Kelurahan Tanah 600, Kec. Medan Marelan Tahun 2012

3.2 Metode Penentuan Sampel

Tabel 3. Distribusi Kepemilikan Ternak Kambing Kepemilikan Ternak Jumlah Peternak (KK)

intensif 22

Jumlah 22

Sumber : PPL Kelurahan Tanah 600, Kec. Medan Marelan Tahun 2012

Populasi penelitian adalah peternak kambing pedaging sistem intensif di Kelurahan Tanah Enam Ratus. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan metode sensus (Supranto, 1998), yaitu dengan mengambil semua jumlah populasi sebayak 22 peternak sebagai sampel.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dengan para peternak kambing/responden dengan bantuan daftar pertanyaan yang terlebih dahulu sudah dipersiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian, antara lain:


(38)

Kantor Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kantor Camat Kec. Medan Marelan, Kantor Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan, Kantor BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Medan.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk mengidentifikasi masalah 1 dianalisis dengan metode deskriptif yaitu dengan menghitung pertambahan berat badan kambing pedaging per peternak sampel di daerah penelitian.

Untuk menganalisis masalah 2 adalah dengan menggunakan model fungsi Cobb-Douglas.

Alat Analisis

Y = aX1b1 X2b2 X3b3 X4b4 ….Xnbn

Persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Logaritma dari persamaan diatas adalah : Log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 + b4 log X4 +b5 log X5 +u log e

Keterangan :

Y = Produksi (kg) X3 = pakan hijauan (kg)

a = Koefisien intersep X4 = obat-obatan (ml) b1… bn = Koefisien regresi X5 = tenaga kerja (HKP) X1 = pengalaman beternak (tahun) u = Faktor pengganggu X2 = kepadatan kandang (ekor/m2)

(Cahyono, 1998).

Nilai-nilai parameter dari persamaan tersebut diselesaikan dengan menggunakan Metode Kuadrat Terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) dengan alat bantu SPSS. Untuk mengetahui apakah masing-masing faktor tersebut


(39)

secara serempak berpengaruh nyata atau tidak terhadap produksi kambing pedaging (Y), maka digunakan uji F.

Kriteria uji F:

Jika F-hitung ≤ F-tabel, maka H0 diterima atau H1 ditolak Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak atau H1 diterima

Dan untuk mengetahui apakah masing-masing faktor secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap produksi (Y), maka digunakan uji t.

Kriteria uji t:

Jika t-hitung ≤ t-tabel, maka H0 diterima atau H1 ditolak Jika t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak atau H1 diterima Keterangan :

H0 = 0 tidak ada pengaruh signifikan dari masing-masing faktor produksi terhadap produksi kambing pedaging.

H0 ≠ 0 ada pengaruh signifikan dari masing-masing faktor produksi terhadap produksi kambing pedaging.

Untuk menganalisis masalah 3, dianalisis dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan Model Penduga Regresi Linear Berganda dengan alat bantu SPSS, dengan model persamaan sebagai berikut.

Y = a +b1X1+ b1X2+ b3X3 + u Keterangan:

Y = Pendapatan peternak (Rp) X1 = Biaya bibit (Rp)

X2 = Biaya obat (Rp)


(40)

X4 = Biaya tenaga kerja (Rp)

b1, .... bn : Koefisien regresi yang mencerminkan pengaruh X terhadap Y a : Konstanta disebut koefisien intercep yg mencerminkan pengaruh X terhadap Y

u : Error yang mencerminkan penyimpangan yang terjadi akibat keragaman pengukuran maupun keragaman kondisi

Untuk mengetahui apakah masing-masing faktor tersebut secara serempak berpengaruh nyata atau tidak terhadap pendapatan peternak (Y), maka digunakan uji F.

Kriteria uji F:

Jika F-hitung ≤ F-tabel, maka H0 diterima atau H1 ditolak Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak atau H1 diterima

Dan untuk mengetahui apakah masing-masing faktor secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap pendapatan peternak (Y), maka digunakan uji t.

Kriteria uji t:

Jika t-hitung ≤ t-tabel, maka H0 diterima atau H1 ditolak Jika t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak atau H1 diterima Keterangan :

H0 = 0 tidak ada pengaruh signifikan dari masing-masing biaya produksi terhadap pendapatan peternak kambing pedaging.

H0 ≠ 0 ada pengaruh signifikan dari masing-masing biaya produksi terhadap pendapatan peternak kambing pedaging (Sudjana, 1989).

Untuk identifikasi masalah 2 dan 3 dilakukan pengujian regresi, maka dilakukan evaluasi. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah


(41)

penggunaan model regresi linier berganda dalam menganalisis telah memenuhi asumsi klasik yang disyaratkan. Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut.

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Pengujian penyimpangan asumsi klasik dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model yang diajukan dalam penelitian ini dinyatakan bebas atau lolos dari penyimpangan asumsi klasik. Pengujian penyimpangan asumsi klasik yang dilakukan adalah: uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas. Masing-masing pengujian penyimpangan asumsi klasik adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah residual dalam regresi memiliki distribusi normal. Setelah diuji dengan menggunakan normal probability plot dan diagram histogram, terlihat data menyebar mengikuti garis diagonal dan diagram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan.

b. Uji Multikolinearitas

Salah satu dari asumsi model regresi linear klasik adalah bahwa tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel yang menjelaskan yang termasuk dalam model. Multikolinearitas berarti adanya hubungan yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Cara mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat hasil matrix korelasi. Bila ada korelasi yang cukup tinggi antar variabel bebas (umumnya diatas 0.90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.


(42)

Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel bebas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk mendeteksi apakah kesalahan pengganggu dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya. Metode grafik menunjukkan penyebaran titik - titik varian residual sebagai berikut:

a. Titik -titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b. Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

c. Penyebaran titik - titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

d. Penyebaran titik-titik tidak berpola (Gujarati, 1999).

Untuk menjelaskan masalah 4 dengan menggunakan perhitungan Pendapatan Bersih (π) dan R/C (Return Cost Ratio) sebagai berikut:

Alat Analisis

Sesuai dengan teori yang telah dikemukakan, alat yang dipakai untuk menganalisis keuntungan dan kelayakan adalah π dan R/C.

a. Pendapatan Bersih (π)

Pendapatan bersih merupakan jumlah penerimaan yang diterima oleh peternak dikurangkan dengan total biaya yang dikeluarkan untuk produksi. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.


(43)

π = TR – TC Keterangan :

π = Pendapatan bersih usaha ternak kambing pedaging (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp)

TC = Total Biaya (Rp) b. R/C (Return Cost Ratio)

R/C adalah singkatan dari return cost ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

a = R/C R= Py.Y

C= FC+VC

a= { (Py.Y)/(FC+VC) } Keterangan :

R = penerimaan Y = output

C = biaya FC = biaya tetap (fixed cost) Py= harga output VC= biaya variable (variable cost)

dengan kriteria, jika R/C> 1 maka usaha ternak layak. Jika R/C = 1 maka usaha ternak berada pada titik impas, dan jika nilai R/C < 1 maka usaha ternak tidak layak (Soekartawic, 1995).


(44)

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : 3.5.1 Defenisi Operasional

1. Usaha ternak kambing adalah usaha pemeliharaan ternak kambing pedaging sistem intensif.

2. Sistem intensif adalah pemeliharaan kambing pedaging dengan cara dikandangkan terus menerus.

3. Peternak kambing adalah orang yang melakukan usaha ternak kambing pedaging sistem intensif.

4. Produksi adalah pertambahan berat badan kambing pedaging selama pemeliharaan dalam satuan (kg).

5. Faktor produksi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat kambing pedaging, seperti pengalaman beternak, pakan hijauan, kepadatan kandang, tenaga kerja, dan obat-obatan.

6. Biaya produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

7. Harga jual adalah harga untuk 1 ekor kambing saat penjualan dalam satuan rupiah.

8. Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan yang dihitung dalam bentuk rupiah atau harga jual dikalikan dengan produksi kambing pedaging.

9. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan usaha ternak dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam usaha tersebut.


(45)

10.Analisis keuntungan adalah analisis yang digunakan untuk mencari berapa besar keuntungan yang dihitung dengan rumus pendapatan bersih. 11.Analisis kelayakan adalah analisis yang digunakan untuk menentukan

usaha ternak kambing pedaging tersebut layak atau tidak untuk dikembangkan dengan menggunakan analisis R/C (Return Cost Ratio). 3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan.

2. Sampel penelitian adalah peternak yang memelihara kambing pedaging dengan sistem intensif di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan.


(46)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Luas dan Letak Geografi

Kelurahan Tanah Enam Ratus merupakan salah satu dari 5 kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Marelan Kota Medan yang menjadi pintu gerbang Kota Medan khususnya untuk wilayah Utara karena berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayah Kelurahan Tanah Enam Ratus adalah 3.42 km2 dan terdiri dari 11 Lingkungan dengan jumlah penduduk 26,552 jiwa.

4.1.1 Letak Geografis Kelurahan Tanah Enam Ratus

Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan terletak pada ketinggian 3 m diatas permukaan laut, keadaan suhu rata-rata 31oC, curah hujan rata-rata 600 mm/tahun dan memiliki luas 3.42 km2.

Ditinjau dari letak geografisnya Kelurahan Tanah Enam Ratus mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Rengas Pulau Kec. Medan Marelan Kota Medan.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Manunggal Kab. Deli Serdang.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Klumpang Kab. Deli Serdang dan Kel, Terjun Kec. Medan Marelan Kota Medan.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kel. Titi Papan Kec. Medan Deli Kota Medan.


(47)

Jarak Kantor Kelurahan Tanah Enam Ratus sekitar 3.5 km dari kantor Camat Medan Marelan dan sekitar 14 km dari Kantor Walikota Medan. Kantor Kelurahan terletak di Jalan Marelan Raya Lingkungan III Kel. Tanah Enam Ratus. 4.1.2 Kependudukan

Penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus terdiri dari berbagai etnis, suku, budaya, agama dan tingkat pendidikan yang berbeda yang umumnya sudah heterogen. Akan tetapi jika dipadukan secara harmonis akan dapat menjadi modal dasar pelaksanaan pembangunan di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan.

Kependudukan di Kelurahan Tanah Enam Ratus dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, dan berdasarkan mata pencaharian.

a. Data Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk Kelurahan Tanah Enam Ratus dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 12,535 47.5

2 Perempuan 13,835 52.5

Jumlah 26,370 100

Sumber: Monografi Kelurahan 2011

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa penduduk terbanyak berjenis kelamin perempuan yakni 13,835 jiwa dengan persentase sebesar 52.5%.


(48)

Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Buruh 7,119 46.1

2 PNS/ABRI 550 3.6

3 Peg.Swasta/ 4,219 27.3

Karyawan

4 Pedagang 882 5.7

5 Petani 1,637 10.6

6 Jasa-jasa 1,026 6.7

Jumlah 15,433 100

Sumber: Monografi Kelurahan 2011

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah buruh yakni sebanyak 7,119 jiwa dengan persentase sebesar 46.1%.

4.2 Fasilitas Umum dan Sosial

Fasilitas umum dan sosial yang dimiliki Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kec. Medan Marelan dapat dibagi pada sarana pemukiman, sarana pendidikan, sarana rumah ibadah, sarana olahraga, sarana kesehatan dan sarana kebersihan. 4.2.1 Sarana Pemukiman

Kecamatan Medan Marelan merupakan salah satu wilayah di kawasan Medan Utara yang saat ini diutamakan sebagai daerah pengembangan untuk pemukiman penduduk. Kelurahan Tanah Enam Ratus sendiri termasuk dalam kategori daerah Pemukiman Pinggiran Kota dimana dengan bertambahnya pemukiman yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus secara otomatis akan menambah jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus sehingga


(49)

dapat menambah Pendapatan Asli Daerah melalui peningkatan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan serta peningkatan terhadap Wajib Retribusi Sampah.

Di Kelurahan Tanah Enam Ratus sendiri telah banyak didirikan perumahan antara lain:

Tabel 6. Data Perumahan di Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2011

No Nama Perumahan Alamat

1 Perumahan Villa Deli Indah Jln. Marelan Raya Ling. I 2 Perumahan Grand Marelan Jln. Marelan Raya Ling. IV 3 Komplek Perum (Kokarmar) Jln. Paku Ling. VII

4 Perumahan BKKBN Jln. Cendana Ling. XI

5 Komplek MBC (Marelan Business Centre) Jln. Marelan Raya Ling. XI Sumber: Monografi Kelurahan 2011

4.2.2 Sarana Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu modal terpenting untuk meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di suatu daerah. Oleh karena itu Pemerintah Kota Medan maupun pihak swasta berupaya menyediakan sarana pendidikan untuk kebutuhan masyarakat. Di Kelurahan Tanah Enam Ratus terdapat beberapa sekolah mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak dan PAUD sampai pada tingkat SMU. Selan itu sekolah yang berbasis keagamaan seperti Madrasah juga ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus.


(50)

Tabel 7. Sarana Pendidikan yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2011

No Jenis Sekolah Jumlah

1 TK 7 unit

2 PAUD 2 unit

3 Sekolah Dasar:

a. SD Negeri 5 unit

b. SD Swasta 2 unit

C Madrasah 4 unit

4 SLTP/Tsanawiyah:

a. SLTP Swasta 1 unit

5 SMU/Ibtidaiyah:

a. SMU Swasta 1 unit

b. SMK/STM 1 unit

Sumber: Monografi Kelurahan 2011

Tabel 7 menunjukkan bahwa ketersediaan sarana pendidikan di Kelurahan Tanah Enam Ratus cukup memadai.

4.2.3 Sarana Rumah Ibadah

Mayoritas penduduk di Kelurahan Tanah Enam Ratus beragama Islam, sehingga untuk rumah ibadah yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus pada umumnya adalah Masjid dan Mushollah yang tersebar di wilayah Kelurahan Tanah Enam Ratus.


(51)

Tabel 8. Masjid dan Musholla yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus

No Jenis Rumah Ibadah Jumlah

1 Masjid 9

2 Musholla 14

Sumber: Kantor Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2011

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa ketersediaan sarana rumah ibadah yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus yaitu Masjid dan Musholla saja. Hal ini disebabkan mayoritas penduduk adalah beragama muslim.

4.2.4 Sarana Olahraga

Untuk sarana olahraga yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus terdapat Lapangan Bola yang digunakan oleh masyarakat Kelurahan Tanah Enam Ratus khususnya dan masyarakat Kecamatan Medan Marelan umumnya. Lapangan ini digunakan untuk berlatih sepak bola oleh Sekolah Sepak Bola yang ada di wilayah Kelurahan Tanah Enam Ratus dan juga digunakan untuk pertandingan-pertandingan olahraga ataupun hanya sekedar jalan pagi di hari libur oleh masyarakar Kelurahan Tanah Enam Ratus. Selain itu untuk lapangan bola volley dan bulutangkis juga ada dibeberapa lingkungan di Kelurahan Tanah Enam Ratus. 4.2.5 Sarana Kesehatan

Kelurahan Tanah Enam Ratus memiliki Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak di Lingkungan III Kel. Tanah Enam Ratus yang dipimpin oleh seorang dokter. Selain itu juga terdapat Poskeskel dan juga Posyandu yang ada hamper ditiap lingkungan di Kelurahan Tanah Enam Ratus. Klinik dokter umum dan klinik bersalin juga ada di wilayah Kelurahan ini, begitu juga dengan apotek dan toko obat berizin yang paling tidak dapat memberikan pertolongan pertama


(52)

bagi masyarakat Kelurahan Tanah Enam Ratus yang memerlukan bantuan dan pelayanan di bidang kesehatan.

4.2.6 Sarana Kebersihan

Sarana kebersihan sangat dibutuhkan guna mendukung kebersihan dan keindahan serta kenyamanan masyarakat di Kelurahan Tanah Enam Ratus. Apalagi dengan dicanangkannya program “MEDAN BEBAS SAMPAH” oleh Bapak Walikota Medan mulai tanggal 01 April 2011 yang lalu, maka sarana kebersihan yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus juga harus ditingkatkan melalui kerjasama yang baik dengan Dinas Kebersihan Kota Medan dan juga kesadaran masyarakat Kelurahan Tanah Enam Ratus itu sendiri.

Tabel 9.Sarana Kebersihan yang ada di Kelurahan Tanah Enam Ratus

No Jenis Sarana

Kebersihan Dari Pemko Medan

Swadaya Masyarakat

Jlh

Unit Ket Jlh Unit Ket

1 Typer 1 unit Baik - -

2 Tong Sampah - - 20 unit Baik

3 Becak Sampah 1 unit Rusak - -

4 Kereta Dorong Sampah 1 unit Rusak - - 5 Personil Melati 4 unit Honor Dinas - -

6 Personil Becak Sampah - - - -

Sumber: Monografi Kelurahan 2011

4.3 Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik peternak sampel yang dimaksud adalah mengenai jumlah ternak yang di usahakan oleh peternak, umur, pendidikan formal yang dimiliki, pengalaman beternak, dan jumlah tanggungan keluarga peternak. Adapun karakteristik peternak sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus adalah sebagai berikut .


(53)

Tabel 10. Karakteristik Peternak Sampel di Kelurahan Tanah Enam Ratus Tahun 2012

No. Uraian Range Rataan

1. Jumlah ternak (ekor) 10-63 19.27

2. Umur (tahun) 28-65 42.95

3. Tingkat pendidikan (tahun) 6-17 9.55

4. Pengalaman Beternak (tahun) 2-15 4.73

5. Jumlah tanggungan (orang) 1-7 3.23

Sumber: Data Primer Diolah (Lampiran Tabel 1)

Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak di daerah penelitian berkisar dari 10-63 ekor kambing, dengan rataan sebesar 19.27 ekor kambing. Rata-rata umur dari peternak adalah 42.95 tahun atau berkisar 28-65 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa peternak sampel tergolong dalam usia produktif sehingga dapat dikatakan masih mempunyai tenaga kerja potensial dalam mengusahakan usaha ternak kambing tersebut.

Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh peternak sampel berkisar diantara 6-17 tahun, dimana dengan rataan 9.55 tahun menunjukkan bahwa pendidikan peternak sampel rata-rata setingkat SMP. Pengalaman beternak yang dimiliki oleh peternak sampel rata-rata 5 tahun. Sedangkan peternak sampel di daerah penelitian rata-rata memiliki tanggungan 3 orang.


(54)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Aspek Produksi Usaha Ternak Kambing Pedaging di Daerah Penelitian Jenis kambing yang umumnya dipelihara di daerah penelitian adalah jenis kambing biri-biri. Sistem pemeliharaan kambing yang dilakukan peternak sampel adalah dengan dikandangkan secara terus menerus atau tanpa pengembalaan, yang disebut sistem intensif

a. Bibit

Bibit merupakan aspek produksi yang sangat penting dalam suatu peternakan. Peternak kambing di daerah penelitian memperoleh bibit dari peternak yang ada di kelurahan itu sendiri ataupun peternak di kelurahan tetangga. Bibit yang biasanya dibeli adalah jenis biri-biri. Jenis kambing ini paling banyak dicari dan diternakkan di daerah penelitian karena dalam pemeliharaan lebih gampang daripada jenis kambing lainnya. Selain biri-biri, peternak di daerah penelitian juga ada yang memelihara jenis kambing etawa, dan kambing jawa atau sering disebut dengan kambing biasa. Harga dari masing-masing jenis kambing bervariasi. Rata-rata harga jenis kambing biri-biri mulai Rp 300,000-Rp 450,000 per ekor. Kambing etawa Rp 350,000-Rp 500,000 per ekor, sedangkan kambing jawa (kambing biasa) Rp 250,000-Rp 450,000 per ekor. Penyediaan bibit kambing di daerah penelitian masih dapat terpenuhi.

b. Kandang

Kandang yang kuat berguna untuk menghindari bahaya terhadap ternak akibat rusaknya bangunan. Kebersihan dan ventilasi harus baik agar kesehatan ternak dapat terjaga sepanjang hari. Di daerah penelitian, kambing dikandangkan


(55)

secara terus menerus. Pengandangan secara terus menerus dapat memudahkan dalam pemberian pakan dan juga dapat menjaga keamanan ternak. Kandang dibuat dalam bentuk panggung.

Peternak kambing memilih bentuk panggung dengan alasan agar kandang lebih terjaga dari jamur karena kotoran kambing tertampung dibawah kolong kandang. Rata-rata kandang diletakkan di belakang rumah, dan sebagian besar paternak membangun kandang dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat dan murah harganya. Lantai kambing juga terbuat dari kayu. Dinding kandang pada umumnya dibuat dengan kayu yang tingginya setengah dari tinggi kandang, dan direnggangkan dengan tujuan agar sirkulasi udara kandang tetap terjaga. Sedangkan atap kambing menggunakan rumbia, hal ini dikarenakan dengan atap rumbia dapat menekan harga pembuatan kandang dan kambing juga tidak merasa panas. Di daerah penelitian ukuran rata-rata kandang 21.50 m2, dengan rata-rata ukuran luas untuk satu kambing 1 m2, dan rata-rata kapasitas daya tampung kandang sebesar 0.9 ekor/m2.

Kandang dilengkapi dengan tempat pakan, dimana tempat pakan diletakkan di luar kandang yang melekat pada sisi kandang, sehingga kambing dapat mengambil pakannya. Alasannya agar memudahkan dalam pemberian pakan dan membersihkan sisa-sisa pakan yang tidak dikonsumsi. Sedangkan untuk tempat minum menggunakan ember plastik.

Dari hasil pengamatan di daerah penelitian dapat dikatakan bahwa kandang yang ada sudah memadai dengan bentuk kandang panggung, dinding yang tidak rapat sehingga udara dapat keluar masuk dengan lancar. Kebersihan


(56)

kandang juga cukup baik, dimana kebersihan kandang terjaga dari kelembaban sehingga kesehatan kambing juga terjaga.

c. Pakan Hijauan

Pemberian pakan dilakukan pada tempat yang sudah disediakan. Pakan yang diberikan pada kambing berupa pakan hijauan. Di daerah penelitian, pemberian konsentrat tidak diberikan karena selain sulit untuk didapatkan, peternak juga tidak ingin mengeluarkan biaya untuk pakan tambahan. Peternak menganggap pakan hijauan sudah dapat memenuhi kebutuhan ternak dan mudah didapat.

Pakan hijauan terdiri dari rumput gajah, rumput lapangan, rumput benggala, rumput raja, dan lain sebagainya. Hijauan yang berasal dari sisa panen seperti daun nangka dan jerami jagung juga dapat digunakan sebagai pakan kambing. Pemberian pakan hijauan rata-rata dilakukan sekali sehari yaitu pagi hari atau sore hari. Sedangkan pemberian minum dilakukan dengan melihat cuaca. Apabila hujan, maka pemberian minum tidak dilakukan karena sudah tercukupi dari makanan ternak. Apabila hari tidak hujan, maka pemberian minum dapat dilakukan 1 kali yaitu pada siang hari dengan dicampur garam.

d. Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja di daerah penelitian sebagian besar berasal dari dalam keluarga. Hal ini dilakukan agar biaya penggunaan tenaga kerja luar keluarga dapat diterima oleh tenaga kerja dalam keluarga saja. Penggunaan tenaga kerja pada umumnya adalah tenaga kerja pria (kepala rumah tangga). Jenis kegiatan yang dilakukan setiap hari meliputi penyediaan pakan, pemberian pakan dan minum, dan pembersihan kandang.


(57)

Untuk lebih jelasnya kebutuhan tenaga kerja ternak kambing dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 11. Distribusi Penggunaan Tenaga Kerja Usaha Ternak Kambing di Daerah Penelitian Tahun 2012

No Jenis Kegiatan

Rata-rata Kebutuhan Tenaga Kerja (HKP/Tahun)

TKDK TKLK

1 Penyediaan Pakan 56.25 17.22

2 Pemberian Makan/Minum 23.86 2.22

3 Pembersihan Kandang 29.49 3.07

Total 109.60 22.50

Sumber: Lampiran Tabel 8a

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa kebutuhan TKDK 109.60 HKP/tahun dan TKLK 22.50 HKP/tahun. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan tenaga kerja dalam keluarga lebih banyak dibandingkan penggunaan tenaga kerja luar keluarga.

e. Peralatan

Peralatan yang digunakan peternak di daerah penelitian cukup sederhana. Peralatan yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peternak dan jumlahnya pun sesuai dengan kebutuhan jumlah ternak yang dipelihara, seperti ember, arit, sekop, sapu, dan cangkul. Ember digunakan untuk mengangkat air ketika membersihkan kandang dan memberikan minum; arit digunakan untuk memotong pakan hijauan; sekop dan cangkul untuk membersihkan kotoran; sapu digunakan untuk membersihkan sisa-sisa pakan. Semua alat ini didapat dari toko peralatan yang ada disekitar daerah penelitian.

5.2 Produksi Kambing Pedaging di Daerah Penelitian

Peternak kambing pedaging di daerah penelitian mengusahakan kambing sebagai usaha sampingan. Sebagian besar peternak berusaha sebagai pedagang


(58)

ataupun petani. Produksi kambing pedaging di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel barikut.

Tabel 12. Distribusi Produksi Kambing Pedaging di Daerah Penelitian Tahun 2012

Sumber: Lampiran Tabel 19a

Dari Tabel 12 dapat diketahui rata-rata berat anakan adalah 3.82 Kg, sedangkan berat rata-rata induk adalah 300.73 Kg. Pertambahan berat kambing pedaging selama pemeliharaan rata-rata adalah 237.45 Kg.

No. Sampel Jumlah Ternak (ekor) Berat Anakan (Kg) Total Berat Anakan(Kg) Berat Induk (Kg) Total Berat Induk (Kg) Pertambahan Berat (Kg)

1 11 4 44 14 154 110

2 10 5 50 16 160 110

3 48 3 144 18 864 720

4 39 4 156 16 624 468

5 19 4 76 15 285 209

6 63 3 189 17 1071 882

7 10 4 40 15 150 110

8 20 3 60 15 300 240

9 16 5 80 18 288 208

10 10 4 40 15 150 110

11 15 4 60 14 210 150

12 12 3 36 15 180 144

13 14 4 56 17 238 182

14 17 3 51 14 238 187

15 23 3 69 14 322 253

16 14 4 56 16 224 168

17 10 3 30 13 130 100

18 20 5 100 17 340 240

19 16 4 64 18 288 224

20 10 4 40 14 140 100

21 15 3 45 14 210 165

22 12 5 60 17 204 144

Jumlah 424 84 1,546 342 6,770 5,224 Rata-rata 19.27 3.82 70.27 15.55 307.73 237.45


(59)

5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha Ternak Kambing di Daerah Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha ternak kambing pedaging di daerah penelitian adalah pengalaman beternak (X1), kepadatan kandang (X2), pakan (X3), obat-obatan (X4), tenaga kerja (X5). Sebelum dilakukan uji kesesuaian ( goodness of fit) model, perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier produksi kambing pedaging yang dispesifikasi. Uji asumsi klasik produksi kambing padaging adalah sebagai berikut.

5.3.1 Uji asumsi Klasik

Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model yakni uji F test dan t test, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier produksi kambing pedaging yang dispesifikasi. Pengujian asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas.

a. Uji Multikolinieritas

Uji ini pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah ada hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu pendeteksian pengujian ini adalah dengan pendekatan Tolerance Value dan Variance Inflaction Faktor (VIF). Jika nilai Tollerance mendekati 1 dan VIF sekitar angka 10 maka variabel dikatakan bebas multikolinieritas. Namun, jika nilai Tollerance dibawah 0.1 dan VIF di atas 10 maka terjadi multikolinieritas.


(60)

Tabel 13. Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Usaha Ternak Kambing Pedaging Menggunakan Statistik Kolinieritas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Pengalamna Beternak .952 1.050

Kepadatan Kandang .938 1.066

Pakan .150 6.655

Obat-obatan .332 3.008

Tenaga Kerja .168 5.968

Sumber: Lampiran Tabel 24

Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0.1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadi multikolinieritas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier produksi usaha ternak kambing pedaging terbebas dari masalah multikolinieritas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ini juga digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model regresi linier produksi usahaternak kambing pedaging disajikan berikut ini.

Gambar 2. Grafik Uji Heteroskedastisitas Model Produksi Usaha Ternak Kambing Pedaging


(61)

Hasil dari uji heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model produksi usaha ternak kambing pedaging disajikan pada Gambar 2 . Gambar diatas menunjukkan bahwa penyebaran titik-titik varian residual adalah sebagai berikut.

a. Titik-titik data menyebar di atas atau di bawah angka nol pada sumbu Y. b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. c. Penyebaran titik-titik data tidak berpola yang jelas.

Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi linier usaha ternak kambing pedaging.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi linier terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil uji normalitas residual model regresi linier produksi usaha ternak kambing pedaging dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada gambar berikut.

Gambar 3. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Produksi Usaha Ternak Kambing Pedaging

Gambar 3 diatas menunjukkan bahwa pada grafik normal p-p plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan arah penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data residual model regresi linier


(62)

terdistribusi dengan normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier produksi usaha ternak kambing pedaging memenuhi asumsi normalitas.

5.3.2 Uji Kesesuaian (Test Goodness Of Fit) Model Dan Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi klasik, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis hubungan antara faktor-faktor produksi terhadap produksi usaha ternak kambing pedaging disajikan pada tabel berikut.

Tabel 14. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kambing Pedaging di Daerah Penelitian

Model Koefisien

Regresi

Std. Error

t-hitung Signifikansi Keterangan 1

(Constant) -6.756 .509 -13.269 .000 Pengalaman

Beternak

.021 .038 .569 .577

Tidak Nyata

Luas Kandang .261 .133 1.964 .067

Tidak Nyata

Pakan .998 .110 9.059 .000

Nyata

Obat-obatan .403 .121 3.340 .004

Nyata

Tenaga Kerja -.055 .151 -.363 .721

Tidak Nyata

R2 = 0.98

Fhitung = 157.093 F tabel = 2.85

t tabel = 2.120

Sumber: Lampiran Tabel 24

Dari Tabel 14 diperoleh nilai konstanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data. Persamaan tersebut dikembangkan dalam persamaan Cobb-Douglas sebagai berikut.

Y1 = - 6.756 �10.021 �20.261 �30.998 �40.403�5−0.055 Y = Produksi (kg)

X1 = Pengalaman Beternak (tahun) X2 = Kepadatan Kandang (ekor/m2)

X3 = Pakan (kg)


(63)

X5 = Tenaga Kerja (HKP)

Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.98. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa 98% produksi usaha ternak kambing pedaging dapat dijelaskan oleh variabel pengalaman beternak (X1), kepadatan kandang (X2), pakan (X3), obat-obatan (X4), tenaga kerja (X5), sedangkan sisanya sebesar 2% dipengaruhi oleh faktor lain.

Untuk menguji hipotesis secara serempak dilakukan dengan uji F, dan secara parsial dilakukan dengan uji t dengan menggunakan tingkat signifikansi α 5% atau 0.05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian berikut.

a. Uji Serempak

Dari hasil uji secara serempak dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0.000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5% atau 0.05 atau dapat diketahui melalui uji F. Dimana F hitung yang diperoleh sebesar 157.093 dan nilai F tabel (5,16) sebesar 2.85 sehingga F hitung (157.093) > F tabel (2.85). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, yaitu variabel pengalaman beternak (X1), kepadatan kandang (X2), pakan (X3), obat-obatan (X4), dan tenaga kerja (X5), secara serempak berpengaruh nyata terhadap produksi usaha ternak kambing pedaging (Y).

b. Uji Parsial

Setelah dilakukan uji serempak, maka akan dilakukan uji secara parsial dengan menggunakan uji t. Hasil pengaruh variabel secara parsial dapat diuraikan sebagai berikut.


(64)

1. Pengalaman beternak (X1) diperoleh nilai hitung (0.569) lebih kecil dari t-tabel (2.120) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.577 lebih besar dari nilai α (0.05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, yaitu pengalaman beternak (X1) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi usaha ternak kambing pedaging (Y). Nilai koefisien regresi sebesar 0.021 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan pengalaman beternak (X1) sebesar 1% , maka akan terjadi penambahan produksi kambing pedaging sebesar 0.021%. Sebaliknya, jika terjadi penurunan pengalaman beternak (X1) akan menyebabkan turunnya produksi (Y).

2. Kepadatan kandang (X2) diperoleh nilai t-hitung (1.964) lebih kecil dari nilai t- tabel (2.120) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.067 lebih besar dari nilai α (0.05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, yaitu kepadatan kandang (X2) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi (Y). Nilai koefisien regresi sebesar 0.261 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan kepadatan kandang (X2) sebesar 1%, maka akan meningkatkan produksi sebesar 0.261%. Sebaliknya, jika terjadi pengurangan kepadatan kandang (X2) akan menyebabkan turunnya produksi (Y).

3. Pakan (X3) diperoleh nilai t-hitung (9.059) lebih besar dari nilai t- tabel (2.120) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari nilai α (0.05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, yaitu pakan (X3) secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi (Y). Nilai koefisien regresi sebesar 0.998 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan jumlah pakan (X3) sebesar 1% , maka akan meningkatkan produksi sebesar 0.998%.


(65)

Sebaliknya, jika terjadi penurunan jumlah pakan akan menyebabkan turunnya produksi (Y).

4. Obat-obatan (X4) diperoleh nilai t-hitung (3.340) lebih besar dari nilai t- tabel (2.120) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.004 lebih kecil dari nilai α (0.05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, yaitu variabel obat-obatan (X4) secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi (Y). Nilai koefisien regresi sebesar 0.403 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan pemakaian obat-obatan (X4) sebesar 1%, maka akan terjadi penambahan produksi sebesar 0.403%. Sebaliknya, jika terjadi penurunan pemakaian obat-obatan (X4) maka akan menyebabkan turunnya produksi (Y). 5. Tenaga kerja (X5) diperoleh nilai t-hitung (-0.363) lebih kecil dari nilai t- tabel

(2.120) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.721 lebih besar dari nilai α (0.05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, yaitu tenaga kerja (X5) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi (Y). Nilai koefisien regresi sebesar -0.055 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan tenaga kerja (X5) sebesar 1%, maka akan terjadi penurunan produksi kambing sebesar 0.055%. Sebaliknya, jika terjadi penurunan tenaga kerja (X5) akan menyebabkan naikya produksi (Y).

Dengan demikian hipotesis (1) yang menyatakan pengalaman beternak, kepadatan kandang, pakan, obat-obatan, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi usaha ternak kambing pedaging di daerah penelitian dapat diterima.


(66)

5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Peternak Kambing Pedaging di Daerah Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak di daerah penelitian adalah biaya bibit (X1), biaya obat (X2), biaya pengambilan pakan (X3), dan biaya tenaga kerja (X4). Sebelum dilakukan uji kesesuaian ( goodness of fit) model, perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier pendapatan peternak kambing yang dispesifikasi. Uji asumsi klasik pendapatan peternak adalah sebagai berikut.

5.4.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model yakni uji F test dan t test, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi linier pendapatan peternak yang dispesifikasi. Pengujian asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji hetesrokedastisitas, dan uji normalitas.

a. Uji Multikolinieritas

Uji ini pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah ada hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu pendeteksian pengujian ini adalah dengan pendekatan Tolerance Value dan Variance Inflaction Faktor (VIF). Jika nilai Tollerance mendekati 1 dan VIF sekitar angka 10 maka variabel dikatakan bebas multikolinieritas. Namun, jika nilai Tollerance dibawah 0.1 dan VIF di atas 10 maka terjadi multikolinieritas.


(67)

Tabel 15. Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas Model Pendapatan Peternak Kambing Pedaging Menggunakan Statistik Kolinieritas

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

biaya bibit .105 9.531

biaya obat .141 7.086

biaya pakan .183 5.450

biaya tk .208 4.802

Sumber: Lampiran Tabel 29

Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0.1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadi multikolinieritas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier pendapatan peternak kambing pedaging terbebas dari masalah multikolinieritas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ini juga digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model regresi linier pendapatan peternak disajikan berikut ini.

Gambar 4. Grafik Uji Heteroskedastisitas Model Pendapatan Peternak Kambing Pedaging


(68)

Hasil dari uji heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model pendapatan peternak disajikan pada Gambar 4. Gambar diatas menunjukkan bahwa penyebaran titik-titik varian residual adalah sebagai berikut.

a. Titik-titik data menyebar di atas atau di bawah angka nol pada sumbu Y. b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. c. Penyebaran titik-titik data tidak berpola yang jelas.

Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi linier pendapatan peternak kambing pedaging.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi linier terdistribusi secara normal atau tidak. Hasil uji normalitas residual model regresi linier pendapatan peternak dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada gambar berikut.

Gambar 5. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Pendapatan Peternak Kambing Pedaging


(1)

Lampiran 27. Grafik Uji Heteroskedastisitas Model Produksi Usaha Ternak

Kambing dengan SPSS Linear Berganda


(2)

Lampiran 28. Tabel R Square Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .971a .943 .928 1.68155E6 .943 65.577 4 16 .000

a. Predictors: (Constant), biayatk, biayaobat, biayapakan, biayabibit


(3)

Lampiran 29. Hasil Uji SPSS Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -2398080.938 3475520.738 -.690 .500

biayabibit 2.068 .328 1.165 6.295 .000 .105 9.531

biayaobat .230 14.298 .003 .016 .987 .141 7.086

biayapakan -3.387 1.473 -.322 -2.300 .035 .183 5.450

biayatk .381 .700 .071 .544 .594 .208 4.802


(4)

Lampiran 30. Nilai F Hitung Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 7.417E14 4 1.854E14 65.577 .000a

Residual 4.524E13 16 2.828E12

Total 7.869E14 20

a. Predictors: (Constant), biayatk, biayaobat, biayapakan, biayabibit


(5)

135

Lampiran 31. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Pendapatan

Usaha Ternak Kambing


(6)

136

Lampiran 32. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Pendapatan Usaha

Ternak Kambing