BAB 1 PENDAHULUAN - Perkembangan Perekonomian Kuta Kendit Setelah Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo Dibangun pada Tahun 1981-2010
BAB 1 PENDAHULUAN Pemukiman merupakan tempat berlangsungnya proses kehidupan yang dibutuhkan oleh
setiap manusia maupun kelompok manusia. Proses perubahannya cenderung sejalan dengan kebutuhan hidup manusia. Terbentuknya pemukiman baru pada masyarakat tradisional, umumnya disebabkan oleh berbagai hal yang terjadi pada pemukiman lama, antara lain lahan pertanian yang semakin sempit, lokasi yang sudah padat. Pemukiman itu berada pada areal tanah yang luas, berhawa sejuk, dengan pemandangan bukit-bukit yang indah yang dikelilingi oleh hutan lindung. Seiring dengan perjalanan sejarah, pemukiman masyarakat terasing berkembang dengan berbagai fasilitas yang melengkapi sebuah pemukiman.
Masyarakat terasing menurut Departemen Sosial adalah Masyarakat yang taraf hidupnya sangat sederhana/terbelakang, tinggal di daerah terpencil, tersebar dan terasing dalam faktor sosial dan budaya, tidak ada hubungan fisik dan sosial budaya dengan dunia luar dan tidak terjangkau oleh pembangunan. Karena mereka dianggap sangat primitif, tentulah mereka sangat percaya dan tergantung pada hukum dan kekuasaan/dominasi alam pada habitat mereka. Sifat- sifat suku terasing dilihat dari salement/terisolasi, hidup menggantungkan diri dengan alam,
masyarakat lebih bersifat konservatif, kurang diferensiasi. Dari segi ekstern bisa dilihat dari,
segi pendidikan, sistem kepercayaan, mata pencarian dan ekonomi .
Terbentuknya suatu pemukiman sebagai tempat tinggal kelompok hal ini disebabkan naluri alamiah untuk mempertahankan kelompok. Di dalam kelompok tersebut terjalin sendi- 1
http//id wikepedia: Komunitas Adat Terpencil, diakses pada tanggal 22 Februari 2014 pukul 21.00 WIB sendi yang melandasi hubungan-hubungan antara sesama warga kelompok berdasarkan
hubungan kekerabatan/ kekeluargaan . Setiap desa memiliki sejarah berdirinya masing-masing muncul karena daerah tersebut memiliki sumber daya alam yang melimpah dan ada juga lahir karena daerah tersebut memiliki sungai yang besar sebagai penghubung bagi masayarakat
sekitarnya. Berdirinya suatu desa tentunya membutuhkan waktu yang sangat lama. Sama halnya dengan Kuta Kendit yang merupakan salah satu Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) di Kabupaten Karo sebelum menjadi pemukiman, awalnya adalah hutan dan tempat perladangan masayarakat Kuta Pengkih. Karena ada niat dari masayarakat Kuta Pengkih ingin memajukan wilayahnya maka masyarakat Kuta Pengkih meminta bantuan kepada pemerintah untuk membuka sebuah desa yang dinamakan sekarang Kuta Kendit. Desa atau dalam bahasa
karo kuta Kendit berarti rata, jadi Kuta Kendit merupakan kampung yang rata .
Kuta Kendit terletak di daerah ujung paling Barat Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Tenggara Nanggore Aceh Darusalam (NAD) , dan sebelah timur berbatasan langsung dengan wilayah Panongsang, sebelah utara berbatasan dengan Deleng Tumanggu (Wilayah Langkat) dan sebelah Selatan berbatasan langsung dengan desa Kuta
5 Pengkih. Desa ini masih jauh tertinggal dibanding desa-desa lainnya di Tanah Karo, bisa dilihat
dari segi pendidikan, segi ekonomi, minimnya transportasi dan penerangan listrik. Kegiatan pertanian sebagai sumber kehidupan masyarakat desa Kuta Kendit nampak kurang memadai 2 Chozon M.A, Pembangunan Pedesaan : Dalam Rangka Peningkatan Kesejahtraan Masyarakat, IPB Press
,2010 3 4 Koentjaraningrat, Masyarakat Desa di Indonesia Masa ini, Universitas Indonesia, 1992, hal 33 Dalam Bahasa Karo, Kuta artinya Kampung ; Kendit artinya rata. Jadi Kuta Kendit merupakan Kampung yang rata. 5 Hasil wawancara dengan bapak Sentosa Sembiring (mantan Kepala Desa Kuta Pengkih) pada 18 Februari 2014 untuk bisa memajukan taraf kehidupan perekonomian mereka. Faktor kondisi geografis menyebabkan sulitnya akses transportasi ke daerah ini, dan menjadi penghambat interaksi lintas perekonomian menjadi kurang lancar sehingga penduduk umumnya bekerja untuk memenuhi kebutuhan keberlangsungan hidup sendiri saja.
Kuta Kendit ini merupakan daerah pedalaman yang berada di Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo. Pemukiman di pedalaman Kuta Kendit ini sendiri berdiri pada tahun 1981.
Dan telah ditentukan bahwa sekitar dua hektar akan dibuat pemukiman rumah tangga, 50 Ha untuk kepentingan desa diantaranya itu adalah sekolah, gereja dan perladangan masyarakat setempat. Pada awalnya ada lima keluarga yang mendiami Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) di Kuta Kendit diantaranya ada Marga Nainggolan, Tobing, Manik,
6 Simarmata, dan Simanjutak .
Sebagian masyarakat Kuta Pengkih juga ada mengambil bagian di perumahan di Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kuta Kendit tersebut, akan tetapi tidak semua mendapat bagian karena sebagian masyarakat bisa dikatakan golongon yang mampu, seperti Sentosa Sembiring tidak mendapat bagian karena orang tua dari bapak ini berpenghasilan yang cukup. Dan sebagian penduduk juga kurang tertarik untuk pindah ke tempat ini tentunya karena masih tergolong sepi untuk didiami, akhirnya mayoritas penghuninya adalah diluar Kecamatan Mardingding melainkan datang dari Kabupaten Samosir. Jadi kecuali Suku Karo Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kuta Kendit dihuni oleh suku Toba dan Jawa.
6 Opcit wawancara dengan pak Sentosa Sembiring
Expa Untuk mendapatkan suatu tempat mereka memilih menjadi anggota tetap di wilayah Proyek
Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT). Pada masa itu mata pencarian pokok Kuta Kendit dan padi. Masyarakat Kuta Kendit juga memenuhi kebutuhan pangan dari hasil-hasil ladang, akan tetapi di samping itu juga dapat terpenuhi dari produk-produk luar yang dibeli oleh masyarakat. Kebutuhan pangan yang tidak didapatkan dari hasil ladang seperti garam,ikan asin,ikan-ikan laut, tahu ,tempe, dan sebagainya . Kebutuhan tersebut hanya didapatkan di daerah luar seperti Tigabinanga dan Mardingding karena pada masa itu tidak ada pedagang yang
bersedia datang ke Kuta Kendit disebabkan karena susahnya alat transportasi .
Dan hasil panen masyarakat Kuta Kendit dijual ke Kuta Pengkih yang dilakukan setiap hari Kamis karena pasar hanya dibuka hari kamis saja. Tentunya pemikiran masyarakat kuta Kendit adalah harapan keuntungan yang diperoleh dari hasil bumi mereka. Namun harapan untuk mencapai kesuksesan hanya terbatas sampai angan-angan saja. Artinya ,dalam banyak kasus, para pendatang ini mendapatkan hal sebaliknya yaitu kemelaratan yang tidak mereka pikirkan sebelumnya, karena hasil panen kadang tidak memuaskan dan jika dijual ke pasar kadang hasil panen tidak laku disebabkan karena hasil panen tidak sesuai dengan diharapkan ,mungkin hal ini terjadi karena tidak adanya modal untuk pemilihan bibit yang unggul mengakibatkan banyak
tanaman yang terkena penyakit seperti bercak daun. Pada masa ini tanaman yang paling utama adalah kopi, tembakau, dan padi.
Pada tahun 1983-1984 PT ALWI mengadakan transaksi ke Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) di Kuta Kendit untuk menjanjikan akan membantu peningkatan 7 8 Wawancara, Pilem br Ginting Kuta Pengkih, 26 April 2014, Pukul 20.00 WIB Opcit Sentosa Sembiring , Kuta Pengkih, 29 Desember 2013, Pukul 21.00 WIB hasil panen tersebut, awalnya PT ALWI mengadakan transaksi tersebut akan tetapi pada akhirnya pihak PT ALWI mempunyai niat buruk terhadap Proyek Pemukiman Masyarakat Masyarakat Terasing (PKMT), sehingga terjadi perselisihan antara PT ALWI dan Marga Kembaren. Marga Kembaren merupakan simenteki kuta yang artinya Kepala Suku di Kuta
9 Pengkih. Oleh karena itu, sedikit banyaknya yang akan dibahas mengenai Proyek Pemukiman
Masyarakat Terasing (PKMT) Kuta Kendit maka penelitian ini direncanakan akan diberi judul
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KUTA KENDIT SETELAH PROYEK
PEMUKIMAN MASYARAKAT TERASING (PKMT) KECAMATAN MARDINGDING
KABUPATEN KARO DIBANGUN PADA TAHUN 1981-2010
Penelitian ini diawali mulai tahun 1981 karena sejak tahun inilah Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) di bentuk, sementara itu skop temporal penulisan penelitian diakhiri pada tahun 2010 menunjukkan sudah banyak perkembangan perekonomian di Kuta Kendit.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam rangka melakukan sebuah penelitian yang menjadi landasan dari penelitian itu sendiri adalah apa yang menjadi akar permasalahannya. Berangkat dari latar belakang di atas, maka dibuatlah suatu perumusan mengenai masalah yang hendak diteliti sebagai landasan utama dalam penelitian sekaligus menjaga sinkronisasi dalam uraian penelitian. Untuk mempermudah penulisannya dalam upaya menghasilkan penelitian yang objektif, maka pembahasannya dirumuskan terhadap masalah-masalah sebagai berikut : 9 Ibid.
1. Apa yang menjadi latar belakang terbentuknya sebuah Proyek Pemukiman Masyarakat
Terasing (PKMT) Kuta Kendit Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo Tahun 1981? Bagaimana kehidupan sosial masyarakat Terasing Kuta Kendit dari tahun 1981-2010? 3. Bagaimana perkembangan Ekonomi masyarakat Kuta Kendit dari tahun 1981- 2010?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setelah memperhatikan apa yang yang menjadi permasalahnnya yang akan dikaji oleh penulis maka yang menjadi permasalahan yang akan dikaji oleh penulis maka yang menjadi permasalahnnya selanjutnya adalah apa yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini, serta manfaat yang didapatkan dari hasil penulisan. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1.
Menjelaskan latar belakang terbentuknya sebuah Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kuta Kendit Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo Tahun 1981-2010.
2. Menjelaskan kehidupan sosial masyarakat Terasing Kuta Kendit dari tahun 1981- 2010.
3. Menjelaskan perkembangan perekonomian Kuta Kendit Kecamatan Mardingding Kabupaten Karo tahun 1981-2010.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai: 1.
Sebagai sumber informasi tentang tebentuknya Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT) Kuta Kendit bagi kalangan pendidikan dan terutama bagi masyarakat Kuta Kendit sendiri.
2. Dapat dipergunakan oleh instansi yang terkait dengan terbentuknya Proyek
Pemukiman Masyrakat Terasing (PKMT) antara lain kementerian lingkungan, 3.
Sebagai referensi yang dapat membantu bagi penelitian-penelitian yang berkaitan dengan hal ini di masa yang akan datang.
1.4 Tinjauan Pustaka
Ketika kita menulis karya ilmiah, maka diperlukan beberapa literatur untuk mendukung penulisan tersebut. Literatur-literatur itulah yang peneliti sebut dengan tinjaun pustaka. Tinjauan Pustaka adalah literature yang relevan dan memiliki keterkaitan secara dekat dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Tinjauan pustaka berisi tentang uraian-uraian yang mengarahkan peneliti betapa pentingnya literature sehingga digunakan sebagai sumber acuan yang menimbulkan ide, sumber informasi dan pendukung penelitian. Adapun literature yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut :
Buku yang ditulis Koentjaraningrat yang berjudul Masyarakat Desa di Indonesia Masa Kini menjelaskan bahwa banyak kekuatiran yang timbul dalam beberapa lingkungan tertentu berhubung dengan kemiskinan penduduk pedesaan di Indonesia dan berdampak setelah dimulai politik etis oleh pemerintah dijajah, telah menyebabkan perekonomian di Indonesia melarat seperti yang dijelaskan ahli indologie, dan ekonomi Belanda J.H. Boke telah mengembangkan suatu konsepsi tentang kedudukan ekonomi Indonesia yang tersendiri dalam rangka dan metodologi ilmu ekonomi.
Buku yang ditulis Amri Marzali yang berjudul Proses Transformasi Daerah Pedalaman di
Indonesia menjelaskan tentang perubahan yang berlangsung pada masyarakat pedalaman secara
terus berubah, khususnya dalam kaitannya dengan cara mereka mencari nafkah, dan bergesernya hubungan dengan sumber daya alam, dengan pasar, dan dengan negara. Dari buku ini juga dapat dilihat persoalan-persoalan mengenai proses perubahan dalam masyarakat pedalam serta memiliki kesamaan permasalahan dengan pedalaman yang akan diteliti oleh penulis.
Buku Seminar Sejarah Lokal : Dinamika Masyarakat Pedesaan menguraikan tentang proses perubahan dan perkembangan sosial ekonomi serta pada masyarakat desa dalam kaitannya dengan mata pencarian seperti bidang pertanian. Secara umum buku ini menggambarkan ciri-ciri dari kehidupan masyarakat Indonesia. Pelukis-pelukis dari beberapa desa di Indonesia masing- masing menunjukkan cirinya baik dalam proses adat istiadat, kerukunan, gotong royong dan bekerja maupun konflik yang terdapat pada masyarakat. Perbandingan yang ditampilkan di antara beberapa desa berbeda di Indonesia.
Buku yang ditulis Soetomo dalam bukunya starategi-strategi Pembangunan menjelaskan masyarakat dalam implementasi beberapa pengaturan tata ruang secara hirarkis melalui kebijakan spasial yang terintegrasi, meski dapat mengurangi pemusatan perkembangan sosial ekonomi di kota-kota besar, disparitas desa-kota dan disparitas antar wilayah, namun demikian tidak jarang dijumpai masih adanya warga masyarakat yang berada dalam kondisi kemiskinan baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan.
Buku yang ditulis Robert Chambers yang berjudul Participatory Rural Appraisal :
Memahami Desa secara Partisipasif , mengkaji tentang metode penelitian yang mempelajari permasalahan masyarakat pedesaan secara partisipasif dan memaparkan tentang metode dan pendekatan yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah
Dari keterangan diatas, menunjukkan bahwa Kuta Kendit tergolong desa yang tertinggal, di
lihat dari rendahnya kualitas sumber daya manusia , pengangkutan transportasi yang kurang memadai, dan segi pendidikan yang kurang.
1.5 Metode Penelitian
Di dalam suatu penelitian sejarah yang ilmiah pemakaian metode sejarah sangatlah
Metode sejarah adalah suatu tahapan yang digunakan dalam penelitian sejarah ilmiah.
Dengan adanya metode penelitian dapat menjadi petunjuk peneliti untuk memperoleh sumber- sumber yang relevan terhadap pokok pembahasan sehingga dapat dipertanggung jawabkan hasilnya. Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan dalam metode sejarah adalah :
1. Heuristik adalah tahapan paling awal dalam metode sejarah. Pada tahapan ini peneliti berusaha mengumpulkan sumber atau data melalui dua metode, yaitu metode kepustakaan ( library ) dan metode lapangan ( field research).Penelitian dengan metode kepustakaan
research
bertujuan untuk memperoleh data tertulis melalui buku-buku, arsip, artikel ataupun sumber tertulis lainnya. Sedangkan pengumpulan data dengan metode penelitian lapangan dilakukan dengan teknik wawancara terhadap beberapa informan yang dianggap mampu memberikan masukan yang bererti sebagai sumber penelitian dan penulis melakukan wawancara terhadap 10 Robert Chambers, PRA Participatory Rural Appraisal : Memahami Desa secara Partisipasif, Yogyakarta :
Penerbit Kanasius, 1996, hlm 10 11 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta : TiaraWacana , 1994, hal. 94-97
mantan Kepala Desa Kuta Pengkih. Selain itu bisa juga dengan melakukan observasi dan pengamatan yang berhubungan dengan pokok bahasan di atas.
2. Kritik Sumber adalah tahapan kedua dalam metode sejarah . Pada tahapan ini peneliti bertugas untuk mengkritik terhadap sumber-sumber yang diteliti agar peneliti lebih dekat lagi dengan nilai kebenaran dan keasliaan dari sumber yang diperoleh. Dalam melakukan kritik terhadap sumber dapat dilakukan dengan cara mengkroscek data dengan meneleh kembali kebenaran isi atau fakta dari sumbe buku, arsip ataupun hasil wawancara dengan informan, dan kemudian diuji kembali keaslian sumber tersebut demi menjaga keobjektifan suatu data.
3. Interpretasi adalah tahapan ketiga dalam metode sejarah. Pada tahapan ini peneliti hendaknya menafsirkan data-data yang diperoleh agar menjadi suatu data yang objektif. Dalam hal ini, peneliti menginterpretasi pengumpulan sumber, mengkritik tentang Proyek Pemukiman Masyarakat Terasing (PKMT). Dengan adanya interpretasi ini diharapkan dapat menjadi data sementara sebelum peneliti menuangkannya ke dalam bentuk tulisan.
4. Historiografi adalah tahapan terakhir dalam metode sejarah. Tahapan ini dapat disebut sebagai penulisan laporan. Pada tahap ini, peneliti menjabarkan secara kronologis dan sistematis fakta- fakta yang diperoleh agar menghasilkan tulisan yang ilmiah dan bersifat objektif.