LANGKAH STRATEGIS PEMANFAATAN POTENSI KE

“LANGKAH STRATEGIS PEMANFAATAN POTENSI
KELAUTAN DAN PERIKANAN DI PINTU GERBANG
ASIA PASIFIK DALAM MENGHADAPI ERA MEA
TAHUN 2015”

Oleh
Dendy F. Amin

110611021

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2015

DAFTAR ISI
Daftar isi ………………………………………………………………..

2

Daftar tabel ……………………………………………………………..


3

Abstrak ………………………………………………………………….

4

I. Pendahuluan ………………………………………………………..

5

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………… 5
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………….

7

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………..

7


1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………

7

II. Landasan Teori …………………………………………………….

8

2.1 Perikanan ………………………………………………………..

8

2.1.1

Nelayan ……………………………………………………..

9

2.1.2


Jenis-Jenis Kapal Perikanan ………………………………..

9

2.1.3

Jenis-Jenis Alat Tangkap ……………………………………

12

2.1.4

Cuaca dan Musim …………………………………………… 15

III. Metodologi Penelitian ……………………………………………… 16
3.1 Data dan Sumber Data …………………………………………… 16
3.2 Metode Pengumpulan Data ……………………………………… 16
3.3 Metode Analisis …………………………………………………

16


IV. Pembahasan ………………………………………………………… 17
4.1 Pembahasan dan Hasil Penelitian ………………………………… 17
V. Penutup ……………………………………………………………… 20
5.1 Simpulan …………………………………………………………. 20
5.2 Saran ……………………………………………………………… 20
Daftar Pustaka ………………………………………………………….. 21
Lampiran ………………………………………………………………… 22

2

Daftar Tabel
Tabel 4.1 Banyaknya Perahu Penangkap Ikan Menurut jenis
di Kota Bitung Tahun 2008-2012 ..........................................

17

Tabel 4.2 Banyaknya Produksi Perikanan Laut di Kota Bitung
Tahun 2008-2012 ................................................................


18

Tabel 4.3 Banyaknya Nilai Produksi Perikanan Laut Di Kota Bitung
Tahun 2008-2012 ................................................................

18

Tabel 4.4 Perkembangan Nilai Investasi Sektor IndustriMenurut
Kelompok Industri Di Kota Bitung Tahun 2008-2012 ............... 19

3

Abstrak
Kota Bitung merupakan salah satu Kota yang terdapat di Provinsi
Sulawesi Utara, posisinya yang begitu strategis yang berada di Pintu Gerbang
Asia Pasifik, menjadikan Kota ini sebagai akses jalur yang paling dekat untuk
perdagangan internasional antara negara yang berada di Kawasan Asia Pasifik,
Indonesia dan Australia, Kota ini juga memiliki keunggulan komparatif pada
sektor kelautan dan perikanan karena lokasinya yang merupakan alur migrasi
berbagai jenis ikan lautan lepas. Potensi yang begitu besar ini tidak disia-siakan

oleh nelayan sekitar dengan menggunakan peralatan, kapal dan alat tangkap yang
masih tergolong tradisional Kurangnya teknologi canggih yang inovatif, serta
pengetahuan dan penggunan teknologi yang masih tradisional sering menjadi
masalah umum yang menjadikan hasil produksi sektor ini dari tahun ke tahun
hanya mengalami sedikit peningkatan sehingga dikhawatirkan ketika era MEA
2015 sudah diberlakukan, sektor ini hanya akan menjadi followers dengan
Negara-negara lain yang peralatannya lebih canggih.Oleh karena itu perlu adanya
langkah strategis yang dilakukan agar nanti kedepannya nelayan Indonesia
mampu menyaingi Negara lain dalam hal produktivitas, efektifitas dan efisiensi
hasil tangkap. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode BARA
(Because And Result Analysis) untuk mengetahui perubahan secara produktivitas
akibat dari suatu kebijakan.
Kata Kunci : Potensi Perikanan, Strategi.

4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai Negara maritim yang sebagian besar wilayahnya merupakan laut,

sudah sepantasnya Indonesia mengembangkan sektor kelautan dan perikanan
sebagai salah satu sektor yang harus mendapatkan fokus dan prioritas utama dari
pemerintah, dan juga sebagai sektor yang dapat memberikan pemasukan yang
cukup besar bagi Negara. Berbagai macam keanekaragaman jenis ikan, terumbu
karang dan juga populasi yang ada didalamnya diaharapkan bisa memberikan
kontribusi yang besar bagi hasil tangkapan para nelayan, sehingga sektor ini bisa
memberikan sumbangsi yang begitu besar bagi pertumbuhan ekonomi dan Gross
National Product Negara Indonesia.
Namun realita yang terjadi saat ini, sektor kelautan dan perikanan belum
memberikan andil yang cukup besar bagi pendapatan Negara, hal ini bisa kita lihat
dari Gross National Product dari sektor perikanan yang masih sangat kecil dan
belum sesuai dengan harapan dan target yang diinginkan oleh pemerintah,
sehingga mengakibatkan para pengambil keputusan beralih ke sektor lain yang
lebih potensial dan dinilai perlu dikembangkan, kondisi ini yang perlu mendapat
perhatian serius dari pemerintah dan para stakeholder untuk dikembangkan
sehingga hasil atau output yang diharapkan bisa maksimal.
Sebenarnya kondisi yang terjadi saat ini bukanlah suatu masalah yang
besar jiikalau pemerintah lebih memperhatikan wilayah timur dan utara Indonesia,
sebab diwilayah inilah yang sangat banyak terdapat potensi-potensi dari sektor
kelautan dan perikanan yang belum mampu dikelola secara optimal oleh

pemerintah maupun masyarakat setempat, akibat keterbatasan pengetahuan,
sumber daya manusia yang kompeten maupun teknologi yang canggih
Menurut data dari Fishery and Aquaculture Statistics, FAO 2012 hasil
produksi perikanan yang bersumber dari laut dan perairan umum, Negara China
menempati posisi pertama dengan hasil produksi tangkapan laut yaitu sebesar

5

16.167.443 juta ton, sedangkan Indonesia yang wilayah lautnya lebih besar
dibandingkan China hanya mampu memproduksi yaitu sebesar 5.813.800 juta ton.
Selisih yang sangat besar dan sangat disayangkan, ketika luas lautan Indonesia
yang notabene begitu besar dibandingkan dengan china, namun hanya mampu
memperoleh hasil tangkapan yang berasal dari kelautan dan perikanan yang jauh
lebih sedikit.
Untuk mengatasi permasalahan itu semua, maka perlu adanya inovasi
dibidang kelautan dan perikanan juga mencari lokasi baru yang dianggap mampu
untuk meningkatkan hasil produksi sektor kelautan dan perikanan Indonesia sebab
tidak lama lagi Indonesia akan memasuki era masyarakat ekonomi asean (MEA
2015) yang berarti setiap Negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara
memiliki kebebasan untuk melakukan transaksi, perdagangan barang dan jasa,

tenaga kerja terlatih dan aliran investasi yang lebih bebas antara Negara satu
dengan yang lainnya. Oleh sebab itu perlu adanya perhatian dari pemerintah untuk
mengelolah potensi-potensi daerah yang ada di Indonesia yang dirasa belum
mampu dikelola secara optimal, sehingga kedepannya akan ada sektor baru yang
mampu memberikan kontribusi bagi Negara, dan juga bisa bersaing dengan
Negara lain dalam menyongsong MEA tahun 2015 ini
Salah satu bukti nyata yang sedang direlisasikan oleh pemerintah
Indonesia untuk mengembangkan sektor baru yang memiliki potensi dan
keunggulan komparatif, yaitu dengan penetapan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Kota Bitung. Kawasan Ekonomi Khusus Kota Bitung lebih berfokus pada
produksi sektor perikanan dan kelautan, industri pengolahan dan industri logistik.
Kota yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara ini, merupakan daerah yang
sangat strategis sebagai pusat pertumbuhan distribusi barang, dan penunjang
penyediaan barang logistik di Kawasan Timur Indonesia sebab wilayah ini
merupakan akses terdekat dari Indonesia untuk ke Negara-negara di Asia Pasifik
untuk arus perdagangan barang Internasional, selain itu wilayah ini juga dilewati
oleh jalur transportasi perdagangan internasional antara Negara Asia dan
Australia, serta memiliki akses Internasional khususnya ke BIMP-EAGA, AIDA,
Asia Timur dan Pasifik


6

Namun, keunggulan komperatif yang dimiliki Kota Bitung akan memiliki
tantangan di masa sehingga perlu adanya kebijakan, regulasi dan strategi yang
dirancang secara tepat agar kedepannya Kota ini mampu memberikan kontribusi
yang besar bagi pembangunan di Indonesia terlebih khusus di Kawasan Timur
Indonesia dan juga mampu bersaing dengan Negara lain ketika era Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015 nanti.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
“Strategi apa yang perlu di siapkan oleh sektor pemerintah agar sektor kelautan
dan perikanan mampu bersaing dalam menghadapi MEA 2015”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah untuk mencari langkah strategis apa yang perlu
dilakukan, agar sektor kelautan dan perikanan bisa bersaing dengan Negaranegara lain dan menjadikan sektor ini sebagai sektor yang dapat memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan Negara.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi bagi setiap stakeholder
yang bergerak di sektor kelautan dan perikanan agar dapat lebih mengembangkan

sektor ini secara optimal dan potensi yang ada diwilayah ini bisa terus
dimanfaatkan, bisa memberikan nilai tambah, yang nantinya akan bermanfaat bagi
semua pihak yang terlibat didalamnya.

7

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Perikanan
Perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi. Tujuan pembangunannya untuk
Indonesia adalah sebagai devisa negara, sumber pendapatan nelayan dan sumber
protein hewani bagi manusia. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, produk-produk
perikanan biasanya harus mengalami perpindahan pemilikan dari nelayan atau
petani ikan sebagai produsen kepada penduduk sebagai konsumen. Perpindahan
pemilikan yang dimaksud terjadi karena adanya pasar. Sebab itu pemasaran
adalah mata rantai yang penting dalam suatu pembangunan perikanan. (Evi,2001)
Menurut (Hemple dan Pauly, 2004) mendefinisikan bahwa perikanan
sebagai kegiatan eksploitasi sumber daya hayati yang berasal dari laut.
Menurut (Lackey, 2005) Perikanan adalah suatu sistem yang terdiri dari
tiga komponen yakni biota perairan, habitat biota, dan manusia sebagai pengguna
sumber daya tersebut. Setiap komponen tersebut akan mempengaruhi performa
perikanan.
Dalam konteks legal, Indonesia mengartikan perikanan melalui pengertian
yang dituangkan dalam aturan perundang-undangan. Undang-undang No 31
Tahun 2004 tentang perikanan yang diubah dalam UU No 45/2009
mendefinisikan perikanan sebagai :
“ semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan, sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem
bisnis perikanan…” (UU 31/2004 Bab 1 pasal 1 ayat 1).
Para pelaku kegiatan ekonomi yang bergerak pada sektor kelautan dan
perikanan dan juga para nelayan merupakan suatu bagian yang tidak bisa
dipisahkan.

8

Terdapat beberapa objek yang memiliki peran yang sangat penting dan
sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan yakni : nelayan, jenis kapal dan
peralatan yang digunakan, serta kondisi cuaca dan musim.

2.1.1 Nelayan
Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di
Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir
laut. Dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat
namun pada umumnya mereka hanya memiliki ketrampilan sederhana.
Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan merupakan profesi yang di turunkan
oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional, struktur sosial nelayan
sendiri hanya terdiri atas komunitas yang heterogen dan homogen. Komunitas
yang heterogen adalah mereka yang bermukim di desa-desa yang mudah
dijangkau secara transportasi darat, sedangkan komunitas yang homogen terdapat
di desa-desa nelayan terpencil biasanya menggunakan alat-alat tangkap ikan yang
sederhana sehingga produktivitas yang mereka dapatkan kecil, selain itu kesulitan
transportasi angkutan hasil ke pasar juga akan menjadi penyebab rendahnya harga
hasil laut di daerah mereka. (Sastrawidjaya, 2002)
2.1.2 Jenis-jenis Kapal Perikanan
Menurut Kepmen nomor : KEP. 02/MEN/2002 Kapal Perikanan adalah kapal atau
perahu atau alat apung lainnya yang digunakan untuk melakukan penangkapan
ikan termasuk melakukan survei atau eksplorasi kelautan. Kapal Perikanan secara
umum terdiri dari: Kapal Penangkap Ikan, Kapal Pengangkut Hasil Tangkapan,
Kapal Survey, Kapal Latih, dan Kapal Pengawas Perikanan. Kapal penangkapan
ikan antara lain sebagai berikut:


Kapal Pukat Cincin (Purse Seine)

Kapal pukat cincin adalah kapal yang paling penting dan efektif untuk menangkap
sekumpulan (schooling) ikan yang berada di dekat permukaan. Sebagai sarana
pengamatan ikan dibangun tempat panjarwala (crows nest) di tiang utama, pada

9

kapal pukat cincin berukuran besar diberi juga fasilitas bangunan pengamatan dan
helipad.


Kapal Pukat Hela

Kapal Pukat Hela (trawler) adalah kapal yang didesain untuk menarik pukat hela
di belakang kapal. Umumnya kapal-kapal pukat hela memiliki geladak kerja
diburitan kecuali untuk kapal hasil modifikasi dari kapal lain (kapal-kapal niaga)
yang digunakan untuk mengoperasikan kapal pukat hela samping (side trawl).
Kapal pukat hela belakang (Stern trawl) dan kapal pukat hela samping dapat
digunakan untuk mengoperasikan trawl dasar, pertengahan, dan permukaan. Hasil
tangkapan ada yang langsung ditangani di atas dek dan untuk kapal-kapal pukat
hela yang berukuran besar di lakukan di bawah dek (working spaces).


Kapal Pukat Hela Belakang (Stern Trawl)

Jenis kapal ini dapat berukuran hingga 200 GT. Kapal-kapal berukuran ≥ 300 GT
dilengkapi dengan slip way dan roller di buritan, yang berfungsi sebagai alur
pukat hela dari dan ke kapal.


Kapal Pukat Hela Samping (Side Trawl)

Kapal Pukat Hela Samping (Side Trawl) adalah kapal yang didisain untuk
mengoperasikan pukat hela dari samping terutama saat setting dan hauling.
Sedangkan bagian towing di hela di belakang seperti kapal-kapal pukat pada
umumnya.


Kapal Pukat Hela Rig Ganda (Double Rigger Trawl)

Kapal Pukat Hela Rig Ganda (Double Rigger Trawl) disebut juga kapal hela
udang. Didesain untuk menghela dua atau lebih pukat hela untuk menangkap
udang di belakang kapal melalui dua buah rig yang dipasang menjorok ke kiri dan
kanan lambung kapal.

10



Kapal Pukat Garuk

Kapal pukat garuk termasuk kategori kapal pukat hela dasar. Kapal ini dirancang
untuk mengoperasikan pukat garuk sebagai pengumpul kerang-kerangan di dasar
laut dengan cara menghelanya di belakang kapal.


Kapal Jaring Angkat

Kapal jaring angkat (Lift netter) adalah kapal yang didesain dan dilengkapi
peralatan yang digunakan untuk mengoperasikan lift net berukuran besar.
Peralatan ini ditata di geladak untuk menaik-turunkan lift net di lambung kanan
dan lambung kiri kapal secara bergantian. Kapal-kapal ini juga dilengkapi dengan
lampu-lampu penarik perhatian ikan baik dipermukaan maupun di bawah air
(underwater fishing lamp).


Kapal Jaring Insang

Kapal Jaring Insang (gill netter) adalah kapal yang didisain sangat sederhana,
umumnya berukuran kecil dan memiliki geladak terbuka hingga yang berukuran
besar yang beroperasi di lautan terbuka. Jenis kapal ini tidak banyak memerlukan
perlengkapan penangkapan. Kapal gillnet kecil umumnya memiliki kamar kemudi
di bagian belakang yang sekaligus berfungsi sebagai ruang akomodasi.


Kapal Pancing Joran (Pole and Line/huhate)

Kapal pancing joran (Pole and Line/huhate) memiliki dua tipe, yaitu tipe Amerika
dan tipe Jepang. Huhate yang dioperasikan di Indonesia umumnya menggunakan
tipe Jepang karena pemancingan dilakukan di haluan. Pada kapal ini kamar
kemudi dan akomodasi ditempatkan di bagian buritan. Kapal ini dilengkapi
dengan tangki umpan hidup dan water sprayer yang digunakan untuk menarik
perhatian ikan.

11



Kapal Tonda

Kapal tonda adalah kapal penangkapan ikan dengan pancing yang ditarik
sepanjang permukaan. Ukuran kapal tonda sangat variatif dari yang berukuran
kecil dengan geladak terbuka hingga berukuran besar yang dilengkapi dengan
sistem refrigerasi sepanjang 25-30 meter. Umumnya kapal digerakan dengan
mesin tetapi juga dipasang layar untuk mempertahankan haluan saat sedang
melakukan tarikan/towing. Di Indonesia kapal tonda masih menggunakan layar
terutama yang beroperasi di sekitar kepulauan Karimun Jawa dan Bawean.


Kapal Rawai (Longline)

Kapal rawai adalah kapal yang dilengkapi dengan pancing dibedakan atas tipe
Eropa dan tipe Jepang. Longline umumnya ditarik dari lambung kapal (bow side)
dengan menggunakan line hauler sedangkan setting dan penataan komponen
longline ditentukan oleh tipe longline yang digunakan.

2.1.3 Jenis-Jenis Alat Tangkap


Mini Trawl
Trawl didefinisikan sebagai jaring yang berbentuk kantong yang ditarik satu

atau dua buah kapal bermotor dan menggunakan alat pembuka mulut jaring yang
disebut gawang (beam) atau sepasang alat pembuka (otter board) atau karena
ditarik oleh dua buah kapal motor. Disini jaring bergerak bersama kapal motor
untuk jangka waktu tertentu.
Mini trawl merupakan jenis otter trawl yaitu trawl yang terbukanya mulut
jaring disebabkan oleh dua buah papan/alat pembuka mulut jaring (otter board)
yang dipasang pada ujung sayapnya, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan menggunakan tali selambar yang panjangnya tergantung kedalaman
perairan di daerah penangkapan ikan dan situasi penangkapan.


Payang
Payang termasuk grup pukat kantong yaitu jaring yang memiliki kantong

dan dua buah sayap. Metode penangkapan ikan dilakukan dengan cara menarik

12

pukat kantong tersebut ke arah kapal yang berhenti atau ke arah daratan melalui
kedua sayapnya. Dilihat dari alat konstruksi, alat ini sama dengan trawl, tetapi
mempunyai sayap lebih panjang dan berbeda dalam operasi penangkapan, dimana
trawl bergerak bersama-sama kapal, sedangkan pukat kantong hanya jaring yang
bergerak.


Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Nets)
Jaring insang adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang,

mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh bidang jaring, lebar
jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dilengkapi dengan
pemberat pada tali ris bawahnya dan pelampung pada tali ris atasnya. Dalam
operasi penangkapan, jaring dipasang tegak lurus di dalam air dan menghadang
arah gerak ikan. Ikan-ikan tertangkap karena tutup insang tersangkut pada mata
jaring atau terpuntal oleh jaring tersebut.
Jaring Insang Hanyut merupakan jaring insang yang dalam metode
penangkapannya dibiarkan hanyut terbawah arus dan salah satu ujungnya
dikaitkan pada kapal/perahu.


Jaring Insang Lingkar (Encircling Gill Nets)
Jaring Insang Lingkar merupakan jaring insang yang cara pengoperasiannya

dengan melingkari gerombolan ikan pelagis. Supaya gerombolan ikan dapat
dilingkari dengan sempurna sehingga dapat tertangkap dengan jumlah yang
optimal, dalam operasinya bentuk jaring dapat berbentuk lingkaran, setengah
lingkaran, berbentuk huruf V atau U atau bengkok-bengkok seperti gelombang.
Tinggi jaring disesuaikan dengan kedalaman perairan ikan yang telah dikurung,
dikejutkan sehingga menubruk jaring dan tersangkut pada mata jaring.


Jaring Insang Tetap (Set Gill Nets)
Jaring Insang Tetap adalah jaring insang yang dalam metode penangkapan

ikannya dipasang menetap untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan
angkar atau pemberat di daerah penangkapan ikan. Posisi pemasangan jaring
dalam operasi penangkapan dapat bervariasi tergantung kepada ikan yang menjadi
tujuan penangkapan.

13



Jaring Udang (Trammel Net)
Trammel net merupakan jaring insang yang dibuat dengan tiga lapis jaring

dimana jaring lapisan tengah dengan ukuran mata jaring kecil dan jaring lapisan
luar dengan ukuran yang besar. Ikan tertangkap karena terpuntal “terpulut" oleh
badan jaring dengan mata kecil dan masuk ke dalam mata jaring besar sehingga
menjadi kantong. Alat penangkap ini dapat ditujukan untuk semua jenis ikan.


Serok dan Sondong (Scoop Nets)
Serok dan Sodong atau Sungkur termasuk grup jaring angkat. Jaring angkat

adalah yang berbentuk empat persegi panjang atau kerucut atau kantong, dalam
operasinya jaring dibentangkan dalam air sedemikian dengan menggunakan
kerangka bambu atau kayu.
Serok dan Sondong merupakan jaring angkat yang berbentuk kerucut atau
kantong, mulut jaring terbuka dengan memakai bingkai yang terbuat dari bambu
atau rotan atau metal dan operasi penangkapan dapat dilakukan tanpa perahu. Bila
menggunakan perahu atau perahu/kapal motor alat ini didorong dengan
menggerakkan perahu atau perahu/kapal motor. Metode penangkapan dengan cara
disorong dengan perahu atau perahu/kapal motor disebut sondong.


Rawe (Drift Longline Other Tuna Long Lines)
Rawai merupakan alat penangkapan ikan yang terdiri dari sederetan tali-tali

utama dan pada tali utama pada jaring tertentu terdapat beberapa tali cabang yang
lebih pendek dan lebih kecil diameternya. Pada ujung tali cabang dikaitkan
pancing yang berumpan. Ada 3 jenis rawai yaitu Rawai Tuna, Rawai Hanyut dan
Rawai Tetap.


Pancing (Hook and Lines)
Pancing adalah semua alat penangkap ikan yang terutama terdiri dari tali dan

mata pancing. Jenis alat penangkap ikan yang termasuk grup pancing selain rawai
adalah (1) Pancing Tonda (Troll Line), (2) Huhate (Pole and Live) dan (3)
Pancing Lain selain Huhate.

14

Selain dari jenis alat tangkap, dan jenis kapal yang mempengaruhi hasil
tangkap yang termaksud dalam faktor teknis, terdapat juga beberapa factor non
teknis yang bisa mempengaruhi hasil tangkapan nelayan yaiut :
2.1.4

Cuaca dan Musim

Kedua aspek ini juga bisa menentukan banyak tidaknya hasil tangkapan
yang nantinya akan didapat oleh nelayan. Untuk cuaca, cuaca di lokasi
penangkapan yang cenderung cerah tidak bergelombang dan stabil akan
menjadikan hasil taangkapan nelayan menjadi lebih banyak, dibandingkan dengan
kondisi cuaca yang hujan dan bergelombang. Sedangkan untuk musim, terdapat
bulan-bulan tertentu dimana terjadi migrasi ikan dari suatu tempat ke tempat lain,
inilah yang menjadi momentum untuk mendapatkan hasil tangkapan yang besar
dan sebagian kondisi ini telah diketahui oleh nelayan sekitar lokasi penangkapan.

15

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Data Dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber dari berbagai lembaga yang berhubungan dengan judul penelitian
seperti Fishery and Aquaculture Statistics 2012, Badan Pusat Statistik Kota
Bitung dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Bitung.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini berupa data sekunder
selama 5 (lima) tahun yaitu dengan cara mendatangi instansi terkait (BPS Kota
Bitung dan BAPPEDA Kota Bitung) untuk wawancara, mengambil dan
mengumpulkan data sesuai dengan judul penelitian yang telah diolah oleh
lembaga tersebut sebagai bahan dan referensi dari karya tulis ilmiah, selain itu
juga mengunjungi situs-situs online yang terkait guna memperluas informasi
dalam penulisan.
3.3 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Analisis Deskriptif : Metode ini berupa analisa tabel yang bertujuan untuk
mengkaji dan menganalisa dampak dan perkembangan apa saja yang terjadi dalam
perekonomian Kota Bitung secara umum.

16

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan dan Hasil Penelitian
Seiring dengan perkembangan waktu dan informasi yang terus beredar dan
juga dengan melihat adanya potensi yang begitu luar biasa dari sektor kelautan
dan perikanan, maka terjadi peningkatan jumlah kapal dan proses transformasi
jenis kapal penangkap ikan dari jenis tradisional ke modern yang berasal dari Kota
Bitung.
Tabel 4.1 Banyaknya Perahu Penangkap Ikan Menurut jenis
di Kota Bitung Tahun 2008-2012
TAHUN

PERAHU
TANPA MOTOR

2008
2009
2010
2011
2012

690
679
467
319
287

PERAHU
MOTOR
TEMPEL
515
522
49
43
39

KAPAL
MOTOR

JUMLAH

775
782
1,139
1,202
1,565

1,980
1,983
1,655
1,564
1,891

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bitung Tahun 2013

Dari data yang terdapat pada tabel 4.1 diatas, menunjukan bahwa dari
tahun 2008 hingga 2012 terjadi pengurangan jumlah perahu penaangkap ikan
kategori tradisional terkecuali untuk perahu motor tempel yang menigkat dari 515
unit pada tahun 2008 menjadi 522 unit pada tahun 2009, setelah itu mengalami
penurunan. Berkurangnya jumlah perahu penangkap ikan tradisional dari waktu
ke waktu mengindikasikan bahwa terjadi transformasi jenis kapal penangkap ikan
dari tradisional ke modern, dan ini merupakan salah satu strategi pemerintah di
bidang kelautan dan perikanan agar para nelayan Indonesia mampu bersaing
dengan Negara lain dalam menghadapi MEA nanti, selain itu dengan proses
transformasi kapal tangkap dari jenis tradisional ke modern ini, maka terjadi
efisiensi dan efektivitas terhadap hasil tangkap nelayan setempat.

17

Tabel 4.2 Banyaknya Produksi Perikanan Laut di Kota Bitung
Tahun 2008-2012
(TON)
TAHUN
IKAN
BINATANG
BINATANG BINATANG
BERKULIT
BERKULIT
AIR
KERAS
LUNAK
LAINNYA
141,603,60
276,3
482,5
2008
144,400,00
285,1
366,2
1,9
2009
145,940,30
438,5
553,9
7,7
2010
146,066,10
433,1
573,6
8
2011
158,337,30
434,4
547,7
9
2012
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bitung Tahun 2013

Tabel 4.3 Banyaknya Nilai Produksi Perikanan Laut Di Kota Bitung
Tahun 2008-2012
(000 Rp)
TAHUN
IKAN
BINATANG
BINATANG BINATANG
BERKULIT
BERKULIT
AIR
KERAS
LUNAK
LAINNYA
845,110,815
1,605,050
3,774,580
2008
929,123,250
1,711,500
2,119,480
7,600
2009
1,209,886,829
1,943,940
3,105,450
30,800
2010
1,685,450,570
2,792,840
3,325,850
32,000
2011
1,696,129,945
2,563,300
3,286,200
36,000
2012
2,818,731,956
1,540,130
2013
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bitung Tahun 2013

JUMLAH

142,362,40
145,053,30
146,940,70
147,080,80
159,328,40

JUMLAH

850,490,445
932,961,830
1,214,967,019
1,691,579,260
1,692,015,445
2,820,272,065

Selain itu, akibat dari proses transformasi jenis kapal penangkap ikan, dari
kapal tradisional ke kapal modern maka terjadi peningkatan produksi hasil
tangkap, dan nilai produksi, bisa dilihat dari tabel 4.2 dan tabel 4.3 bahwa
sepanjang tahun 2008 hingga 2011 terjadi peningkatan jumlah produksi namun
tidak begitu signifikan. Perubahan hasil tangkap yang signifikan terjadi pada
tahun 2012 yang mencapai jumlah 159,328,40 ton dibandingkan tahun
sebelumnya yang hanya mampu memproduksi sebanyak 147,080,80 ton hasil
tangkap untuk banyaknya produksi, dan untuk nilai produksi meningkat dari
1.692.015,445 ribu rupiah pada tahun 2012, menjadi 2.820.272,065 ribu rupah
pada tahun 2013. Strategi transormasi kapal penangkap ikan ini merupakan
sebagai salah satu cara yang cocok untuk digunakan oleh nelayan guna efektifitas
dan efisiensi penangkapan dan sebagai salah satu langkah strategis untuk

18

menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN, yang nantinya nelayan local akan
bersaing dengan Negara lain yang berada di kawasan Asia Tenggara.
Tabel 4.4 Perkembangan Nilai Investasi Sektor IndustriMenurut Kelompok
Industri Di Kota Bitung Tahun 2008-2012
(000 Rp)
TAHUN
INDUSTRI
INDUSTRI
INDUSTRI
JUMLAH
HASIL
ANEKA
LOGAM
PERTANIAN
MESIN &
KEHUTANAN
KIMA (IUMK)
(IHPK)
INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

136.750
2008
141.005
2009
143.253
2010
5.594,411
2011
18.650,950
2012
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bitung Tahun 2013

INDUSTRI
AGRO,
LOGAM DAN
KIMIA
659.118
659.118
679.708
8.289.988
75.102.000

795.868
800.123
822.961
13.884.399
93.752.950

Akibat dari proses transformasi ini, maka terdapat dampak yang cukup besar bagi
sektor lain yang berkaitan dengan sektor kelautan dan perikanan di Kota Bitung.
Seperti halnya pada sektor investasi, Tabel 4.4, sepanjang tahun 2008
hingga 2012 investasi di Kota Bitung mengalami peningkatan secara terus
menerus, terlebih pada tahun 2010 ke tahun 2011 dan tahun 2011 ke tahun 2012
yang mengalami peningkatan yang sangat signifikan akibat dari proses
transformasi dalam bidang perikanan ini, sehingga ketika era MEA 2015 sudah di
terapkan, maka Indonesia kiranya mampu bersaing dengan Negara lain, terutama
pada sektor kelautan dan perikanan.

19

BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Kota
Bitung dapat dijadikan sebagai daerah utama produksi perikanan dan kelautan di
wilayah Timur Indonesia, karena posisinya yang begitu strategis antara wilayah
Indonesia, dan Negara-negara di Asia Pasifik, selain itu terdapat multiplayer effect
yang muncul akibat dari pemanfaatan sektor tersebut seperti meningkatnya
investasi. Dengan investasi yang begitu tinggi, maka akan berdampak terhadap
penyerapan tenaga kerja sehingga menurunkan angka pengangguran. Proses
transformasi yang dilakukan ini, juga dianggap mampu menyaingi Negara-negara
lain dari segi hasil tangkapan dan nantinya para pihak yang terlibat dalam usaha
ini, mampu bersaing dengan Negara lain dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015
5.2 Saran
Saran kami dalam penelitian ini, kiranya pihak yang terkait dalam hal ini
pemerintah bisa terus mendukung dan memberikan kebijakan yang pro rakyat,
disamping itu perlu adanya pelatihan-pelatihan kepada nelayan setempat, tentang
teknik penangkapan ikan secara modern, agar hasil tangkapan yang didapatkan
besar, juga pemberian bantuan atau teknologi modern kepada nelayan bukan
hanya di Kota Bitung, tapi di Indonesia. Perlu diketahui masih banyak sekali
potensi-potensi Sumber Daya Alam yang ada di wilayah timur Indonesia yang
belum dikembangkan, bahkan terjamah sama sekali sehingga bisa mengurangi
nilai tambah dari produk tersebut. Oleh karna itu pemerintah harus lebih cekatan
dan lebih proaktif untuk mencari sumber-sumber daya yang bisa dikembangkan,
dan diharapkan bisa bersaing dengan Negara-negara lain.

20

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Kota Bitung (2013)
Badan Pusat Statistik. (2013) Kota Bitung dalam angka.
Fauzi Akhmad. (2010). Ekonomi Perikanan. Teori, Kebijakan dan Pengelolaan.
Edisi Pertama. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Fishery and Aquaculture Statistics (2012)
Ningsih dan Heri. (2009). Kajian Strategi pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya kelautan dan perikanan. Deputi Bidang Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan Hidup Direktorat Kelautan Dan Perikanan
Undang-undang No 45/2009 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 31
Tahun 2004 Tentang Perikanan.

21

Lampiran 1
Jenis-Jenis Alat Tangkap


Mini Trawl



Payang



Jaring Insang Hanyut (Drift Gill Nets)



Jaring Insang Lingkar (Encircling Gill Nets)

22



Jaring Insang Tetap (Set Gill Nets)



Jaring Udang (Trammel Net)



Serok dan Sondong (Scoop Nets)

23



Rawai (Drift Longline Other Tuna Long Lines)

Rawai Tuna

Rawai Hanyut

Rawai Tetap



Pancing (Hook and Lines)

Pancing Tonda
Pancing Lain

24