Potensi Pariwisata Di Pulau Takabonerate

Nama : Dedi Hariadi Saputra
NIM

: A21116006

Prodi : Manajemen
Judul : POTENSI PARIWISATA DI PULAU TAKABONERATE

A.

PENGANTAR
Telah kita ketahui bersama bahwa Indonesia adalah negara memiliki ragam wisata

dan budaya terbentang dari sabang sampai marauke. Banyak tempat-tempat wisata yang
indah dan memiliki potensi yang bagus namun belum terlalu dimanfaatkan oleh masyarakat
disekitarnya. Potensi sumber daya pesisir dan laut merupakan karunia yang harus
dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kesejahteraan masyarakat. Sumberdaya pesisir di
Negara Indonesia memang sangatlah istimewa.
Namun pada kenyataanya pengelolaan ini belum optimal dilakukan sehingga di
perlukan pengelolaan melalui konsep suatu pendekatan yang melibatkan dua atau lebih
ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu

(intergrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Sehingga
yang utama harus diperhatikan adalah keseimbangan antara pembangunan dan aspek
konservasi yang tetap harus dilakukan. Salah satunya adalah Taka Bonerate yang berada di
kabupaten Selayar, Sulawesi selatan ini memiliki potensi sumberdaya pesisir yang perlu di
kembangkan dalam pemanfaatannya guna kesejahteraan masyarakat. Wilayah ini perlu di
kelola dengan baik karena mempunyai potensi wisata bahari, karena (i) kepulauan Taka
Bonerate adalah tempat yang sangat kaya akan hasil laut (ii) memiliki keindahan bawah laut
yang istimewa (iii) memiliki karang atol terluas dan terbesar ketiga di dunia. Sehingga
pengembangan yang harus dilakukan terhadap daerah ini adalah dengan memperhatikan
segala sesuatunya unuk menjadikannya menjadi daerah pariwisata.
Taman Nasional Taka Bonerate adalah taman laut yang mempunyai kawasan atol
terbesar ketiga di dunia[2][3] setelah Kwajifein di Kepulauan Marshall dan Suvadiva di
Kepulauan Maladewa. Luas total dari atol ini 220.000 hektare dengan sebaran terumbu
karang mencapai 500 km². Kawasan ini terletak di Kecamatan Takabonerate, Kabupaten
Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Sejak Tahun 2005 Taman Nasional Taka
Bonerate telah di calonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia. Dalam
rangkaian Hari jadi Kepulauan Selayar di lokasi ini setiap tahunnya diadakan festival yang

bertajuk Sail Taka Bonerate atau sebelumnya disebut Takabonerate Island Expedition
(TIE)[4]. Ada sebanyak lima belas buah pulau di Taman Nasional Taka Bonerate[1]sehingga

sangat bagus untuk kegiatan menyelam, snorkeling, dan wisata bahari lainnya. Topografi
kawasan sangat unik dan menarik, di mana atol yang terdiri dari gugusan pulau-pulau gosong
karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk pulau-pulau dengan jumlah
yang cukup banyak. Di antara pulau-pulau gosong karang, terdapat selat-selat sempit yang
dalam dan terjal. Sedangkan pada bagian permukaan rataan terumbu, banyak terdapat kolam
kecil yang dalam dan dikelilingi oleh terumbu karang. Pada saat air surut terendah, terlihat
dengan jelas daratan kering dan diselingi genangan air yang membentuk kolam-kolam kecil.
Pulau Taka Bonerate terletak pada posisi 6°29’51” BT dan 120°29’1″LS.
Takabonerate terletak di selatan Sulawesi termasuk wilayah propinsi Sulawesi Selatan,
Kabupaten Selayar, dan secara administratif berada dibawah dua kecamatan Passimasunggu
untuk Takabonerate utara dan Passimaranu untuk daerah Takabonerate selatan.1
Takabonerate merupakan gunung yang tenggelam dengan terumbu karang tumbuh
disekeliling hingga membentuk suatu lingkaran yang terdiri dari 21 pulau. Pulau yang
terletak dipinggir berbatasan dengan laut yang sangat dalam sedangkan yang berada ditengah
muncul

dari

kedalaman


sekitar

20-40

meter.

Sebagian

besar

terumbu

karang

merupakan patch reef (gosong) yang muncul kepermukaan pada waktu air surut.Kepulauan
Taka Bonerate terdiri dari 21 pulau namun hanya ada 7 pulau yang berpenghuni secara tetap
yaitu P. Rajuni Besar, P. Rajuni Kecil , P. Tarupa Kecil, P. Latondu, P Jinatu, P. Pasitalu
Tengah dan P. Pasitalu Timur. Penduduk yang tinggal di daerah tersebut merupakan tiga
kelompok etnik suku Bajo, Bugis dan Buton. Suku-suku tersebut adalah tidak lain masih
sama dengan suku yang umumnya mendiami kabupeten selayar.Hampir seluruh penduduk

yang mendiami taka Bonerate adalah bermata pencaharian sebagai nelayan dengan alat
tangkap yang masih tradisional. Seperti contohnya pada salah satu pulau yang ada di taka
bonerate yaitu pulau rajuni kecil.
Umumnya nelayan disana menggunakan alat tangkap hanya berupa pancing untuk
menekuni mata pencahariannya tersebut. Namun penangkapan ikan yang di lakukan oleh
nelayan taka bonerate hanya dilakukan disekitar terumbu karang Takabonerate karena
terbatasnya sarana dan alat tangkap. (asa masi janggal).Pulau Taka Bonerate di Kabupaten
Selayar, Sulawesi Selatan telah disiapkan sebagai daerah tujuan wisata internasional. Pulau
1

(http//http://www.selayaronline.com)

ini mengusung keindahan potensi baharinya. Taman Nasional Takabonerate memiliki karang
atol terbesar ketiga di dunia yaitu setelah Kwajifein di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di
Kepulauan Moldiva. Luas atol tersebut sekitar 220.000 hektar, dengan terumbu karang yang
tersebar datar seluas 500 km².
Taman Nasional Laut (TNL) Taka Bonerate termasuk salah satu Kawasan Pelestarian
Alam di kawasan Indonesia Timur berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.
280/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992. Upaya pengelolaan kawasan ini dimaksudkan
untuk melestarikan sumber daya hayati dan ekosistem yang ada di dalamnya, seperti

keanekaragaman jenis flora dan fauna yang sangat mengagumkan.
Potensi panorama bawah laut Takabonerate secara garis besar terbagi dalam dua yaitu
panorama yang ada di dalam goba dan di luar goba. Didalam goba ditandai dengan lereng
tubir yang relatif landai dengan panorama dan keanekaragaman biota spesifik derah goba.
Sedangkan diluar goba ditandai dengan lereng tubir yang cukup curam bahkan di beberapa
daerah seperti Gosong Takagalarang terjadi drop off dengan kedalaman sampai 70-100 meter.
Pemandangan bawah air sangat menarik dengan keanekaragaman biota yang tinggi, karang
dengan keanekaragaman tinggi serta adanya goa-goa yang berada di dinding terumbu.
Perairan jernih dengan jarak pandang sampai 30-40 meter. Pola arus tidak terlalu kuat yang
dapat dipakai sebagai sarana bergerak dalam menikmati pemandangan bawah laut. Ikan-ikan
Pari/manta dan ikan-ikan hiu masih dapat kita lihat dengan mudah.
Pada lokasi-lokasi tertentu terlihat adanya dominasi pertumbuhan coraline algae hal
ini menunjukkan bawah daerah selalu mendapatkan hempasan yang cukup kuat dengan arus
yang cukup kuat juga.Selain keindahan alam bawah laut, pengunjung juga

dapat

menyaksikan berbagai jenis flora yang tumbuh hijau di sepanjang pantai, seperti tumbuhan
kelapa, pandan laut, cemara laut, ketapang, dan waru laut. Di sore hari, terdapat
pemandangan yang sangat indah yang sayang untuk dilewatkan, yaitu detik-detik

tenggelamnya matahari (sunset). Di samping itu, taman nasional ini juga dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan pembudidayaan. Oleh karena itu dalam ertikel
ini akan diuraikan, apakah masalah yang dihadapi masyarakat sehingga potensi yang ada
dipulau ini kurang dimanfaatkan dengan baik serta bagaimana cara mereka sebaiknya
mengatasi masalah itu. 2

2

(http//http://www.backpackingindonesia.com)

B.

PEMBAHASAN
Potensi wisata bahari yang dimiliki pulau Takabonerate sebenarnya sangat banyak,

sayangnya pengembangannya terlihat belum dilakukan maksimal.
Sebenarnya sektor bahari di pulau ini cukup menjanjikan bagi pengembangan potensi
pesisir dan laut, ini dikarena letaknya yang terdapat dalam gugusan tiga karang dunia.
Banyak terdapat pantai pantai yang indah yang sangat cocok dijadikan tempat berwisata
bahari, apalagi kepulauan taka bonerate yang merupakan salah satu daerah yang memiliki

terumbu karang terindah dan terluas, jadi memang tak perlu di ragukan lagi keindahan bawah
lautnya.

B.1 Penyebab Kurangnya Pemanfaatan Potensi Pariwisata Di Pulau Takabonerate
Masalah utama yang dihadapi taman nasional Taka Bonerate adalah soal illegal
fishing, atau banyaknya nelayan tradisional yang menangkap ikan dengan cara-cara yang
haram seperti melakukan pengeboman atau bius. Cara-cara ini jelas merusak ekosistem
karena membuat karang-karang yang menjadi rumah para ikan-ikan itu menjadi hancur.
Secara tidak langsung juga menurunkan hasil produksi laut di sekitar Taka Bonerate.
Pemerintah kabupaten kepulauan Selayar masih terkesan lambat untuk ikut
mempromosikan kawasan Taka Bonerate. Infrastruktur masih jadi masalah terbesar bila kita
berbicara tentang pariwisata. Sampai saat ini belum ada pelayaran reguler yang
menghubungkan antara pulau Selayar dengan pulau-pulau di kawasan Taka Bonerate
sehingga tentu saja para calon turis harus merogoh kocek yang dalam bila memang ingin
berkunjung ke sana. Selain itu, sarana dan prasarana pendukung wisata mengingat lokasi TN
Taka Bonerate cukup jauh dari ibu kota kabupaten dan harus menempuh jarak selama 6 – 8
jam menggunakan transportasi laut.
Hasilnya tentu akan berbeda bila pemerintah daerah mau berinvestasi dengan
mengadakan jalur pelayaran reguler menuju pulau-pulau di Taka Bonerate, khususnya pulau
Tinabo yang jadi pusat pemanfaatan wisata. Setidaknya ini yang menjadi masalah besar,

program antara pengelola kawasan Taka Bonerate dengan pemerintah daerah masih belum
sepenuhnya bisa berjalan beriringan. Tidak heran bila Taka Bonerate kalah populer bila
dibandingkan dengan Wakatobi misalnya, padahal kedua kawasan ini sama-sama ditetapkan
sebagai taman nasional dalam waktu yang berdekatan.

Begitulah, negeri kita memang kaya akan potensi tapi tidak semua potensi itu bisa
dikembangkan dengan baik terlebih bila bicara tentang potensi wisata.Taka Bonerate adalah
bukti miskinnya ide pemerintah daerah dalam mempromosikan kawasan wisatanya.
Seandainya mereka serius dan mau mencari ide-ide cemerlang, bukan tidak mungkin
kawasan Taka Bonerate akan sangat terkenal mengingat potensi alamnya yang luar biasa.
Dan itu jelas akan menjadi sebuah alasan untuk menurunkan jumlah ilegal fishing sekaligus
meningkatkan kesejahteraan warga sekitar. Sederhana tapi saling berkaitan.3

B.2 Solusi Terhadap Permasalahan yang Menyebabkan Kurangnya Pemanfaatan Potensi
Pariwisata Di Pulau Takabonerate

Untuk menekan jumlah illegal fishing itu, tidak cukup hanya dengan menambah
personil. Saat ini jumlah personil yang menjaga kawasan Taka Bonerate memang masih
sangat sedikit, total ada 16 orang untuk tiap-tiap wilayah yang terbagi atas 2 wilayah itu.
Sementara untuk Jagawana yang dipersenjatai hanya ada 6 orang. Sangat minim bila

dibandingkan dengan luas kawasan Taka Bonerate. Karena itulah, hal terpenting yang harus
dilakukan adalah penyadaran. Penyadaran kepada masyarakat untuk meninggalkan praktek
illegal fishing.
Saat ini pihak taman nasional Taka Bonerate berusaha menggandeng masyarakat
sekitar untuk ikut merasa memiliki taman nasional Taka Bonerate. Salah satunya adalah
melibatkan mereka dalam segala usaha mengembangkan kawasan wisata Taka Bonerate.
Melibatkan masyarakat untuk ikut menyediakan kapal sampai menjadi tenaga penyedia
makanan atau melayani turis. Cara-cara ini menurut pak Jamil secara tidak langsung
membuat masyarakan merasa dilibatkan dan sedikit demi sedikit rasa memiliki akan tumbuh
sehingga diharapkan bisa menekan illegal fishing.
Cara itu memang tidak gampang. Setidaknya butuh waktu panjang sebelum hasilnya
benar-benar bisa dirasakan, apalagi sampai saat ini koordinasi dengan pemerintah daerah
Selayar masih belum beres sepenuhnya.
Pada

tahun

2015,

WWF-Indonesia


program Southern-Eastern

Sulawesi

Subseascape (SESS) memulai program pengembangan wisata bahari yang berbasis
komunitas di kawasan Taman Nasional Taka Bonerate. Kegiatan diawali dengan melakukan
analisis awal mengenai situasi kepariwisataan, dilanjutkan dengan sosialisasi dan bersama
3

http://www.wwf.or.id/?47702/Menggali-Potensi-Wisata-Alam-TN-Taka-Bonerate-Bersama-MasyarakatSetempat

pemerhati wisata di Selayar membentuk forum atau persatuan bagi penggiat dan pemerhati
wisata di Taka Bonerate pada bulan Mei 2015. Forum yang terbentuk tersebut mengukuhkan
namanya sebagai Perkumpulan Penggiat Pariwisata Selayar Taka Bonerate (P3ST). Tujuan
program SESS WWF-Indonesia bergerak dalam bidang pariwisata bahari adalah untuk
menekan dampak buruk kepada lingkungan dan memberikan nilai lebih pada masyarakat
sekitar lokasi wisata.
Pengembangan wisata yang baik adalah wisata yang melibatkan masyarakat dan
memberikan keuntungan bagi mereka yang berusaha keras untuk memperbaiki dan menjaga

lingkungan sehingga mendapatkan nilai lebih dari kegiatan wisata itu sendiri. Untuk itu
diperlukan peran banyak pihak, untuk mempercepat perbaikan ekonomi masyarakat salah
satunya yaitu kerja sama antara pemerintah daerah, Taman Nasional Taka Bonerate,
NGO/LSM, dan masyarakat setempat.4
C.

PENUTUP

C.1 Kesimpulan
1. Masyarakat masih banyak yang menggunakan alat tradisional dalam melakukan
aktivitas melautnya yang dapat merusak terumbu karang.
2. Fasilitas yang tersedia di Pulau Takabonerate masih sangat minim utamanya
fasilitas transportasi.
C.2 Saran
Dengan paparan atau penjelasan diatas bahwa masyarakat harus dilibatkan dalam proses
pemanfaatan potensi pariwisata yang ada di Takabonerate, agar mereka dapat merasakan
keuntungan dari proses tersebut. Dengan demikian, mereka akan turut dalam melestarikan
potensi tersebut. Selain itu pemerintah juga sebaiknya membuat jalur transportasi yang
memadai dari Pulau Selayar ke Takabonerate agar pulau tersebut mudah dijangkau oleh para
wisatawan. Dengan begitu, pariwisata di Pulau ini akan menigkat dengan pesat.

4

http://daenggassing.com/perjalanan/taka-bonerate-bag-3-potensi-yang-terpinggirkan/