Sabtu 20 Februari 2010 SEKILAS TENTANG

Sabtu, 20 Februari 2010
SEKILAS TENTANG ROTAN

Rotan adalah sekelompok tumbuhan memanjat yang merupakan pohon yang termasuk golongan
palma. Salah satu fungsi rotan adalah digunakan sebagai bahan baku untuk membuat perabot
rumah tangga seperti meja, kursi atau perabot lainnya. Penggunaan rotan untuk membuat perabot
rumah tangga sudah dikenal dari dahulu. Ada hal baik dari furniture yang terbuat dari rotan,
tetapi Anda juga harus pandai melakukan perawatan agar perabot Anda tetap awet dan kelihatan
indah.
Kegunaan/
Manfaat
Rotan
Indonesia memasok 70% kebutuhan rotan di seluruh dunia. Sisa pasar diisi dari Malaysia,
Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh. Sebagian besar rotan berasal dari hutan di Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Karena itu rotan banyak dimanfaatkan menjadi bahan
baku mebel, seperti kursi, meja tamu, serta rak buku. Rotan memiliki beberapa keunggulan
daripada kayu, seperti ringan, kuat, elastis, mudah dibentuk, serta murah.
Harga perabot atau furnitur rumah tangga yang terbuat dari rotan tidak semahal dengan perabot
yang dibuat dengan bahan dasar kayu tetapi memiliki kekuatan yang hampir sama.
Rotan secara umum lebih dikenal dapat di gunakan sebagai bahan untuk mebeler atau furniture,
tetapi kenyataanya bagi yang menyenangi bahan dan produk dari rotan dapat digunakan hampir

disemua segi kehidupan manusia seperti konstruksi rumah, isi rumah, perkantoran, jembatan,
keranjang, tikar, lampit, tali, dll. Sampai ada istilah atau peribahasa (tidak ada rotan akarpun
berguna).
Rotan merupakan hasil hutan non kayu yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi dan
dapat digunakan hampir disemua segi kehidupan manusia, tetapi lebih dikenal secara umum
digunakan
untuk
mebeler.
Perawatan
Rotan
Agar mebel atau perabot dari rotan lebih tahan lama, ada hal yang perlu Anda perhatikan dalam
merawatnya.
Hal
yang
dapat
Anda
lakukan
antara
lain:


• Bersihkan seminggu sekali. Cukup gunakan lap kering untuk menghilangkan debu-debu yang
menempel.
Jangan
gunakan
cairan
kimia
karena
dapat
merusak
rotan.
• Untuk membersihkan debu dan kotoran yang ada di sela-sela, cuci dengan menggunakan
detergen. Cairan detergen hendaknya jangan terlalu pekat. Setelah itu, lap dengan menggunakan
lap kering dan kerinngkan dengan diangin-anginkan. Ini dapat dilakukan setiap 1 bulan sekali.
• Agar tetap kelihatan indah, Anda dapat mengecatnya bila warna rotan sudah kelihatan pudar.
• Letakkan perabot dari rotan di tempat yang tidak terkena hujan dan sinar matahari secara
langsung. Hal ini dapat membuat perabot Anda menjadi pudar, kering sehingga mudah rusak.
• Untuk menghindari rayap, Anda dapat menggunakan larutan kamper (kapur barus) dan minyak
tanah. Semprotkan larutan tersebut pada rotan, atau masukkan dalam lubang yang dibuat rayap
pada
perabot

rotan
Anda.
Tentu rumah Anda akan lebih bersih jika perabot di dalam rumah Anda juga bersih, termasuk
perabot atau mebel yang terbuat dari rotan. Ini akan mempercantik ruang di dalam rumah Anda.
Diposkan oleh RotanKu di 23.49

MARGIN PEMASARAN
Margin pemasaran atau margin tataniaga menunjukkan selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran.
Margin tataniaga adalah perubahan antara harga petani dan harga eceran (retail.
Margin tataniaga hanya merepresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga
yang diterima petani, tetapi tidak menunjukkan jumlah quantitas produk yang dipasarkan. Margin
tataniaga merupakan penjumlahan antara biaya tataniaga dan margin keuntungan.
Nilai margin pemasaran adalah perbedaan harga di kedua tingkat sistim pemasaran dikalikan dengan
quantitas produk yang dipasarkan. Cara perhitungan ini sama dengan konsep nilai tambah (value added).
Pengertian ekonomi nilai margin pemasaran adalah harga dari sekumpulan jasa pemasaran /tataniaga
yang merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran produk–produk tersebut. Oleh
karena itu nilai margin pemasaran dibedakan menjadi dua yaitu marketing costs dan marketing charges
(Dahl, 1977).
Biaya pemasaran terkait dengan tingkat pengembalian dari faktor produksi, sementara marketing
charges berkaitan dengan berapa yang diterima oleh pengolah, pengumpul dan lembaga tataniaga.

Margin tataniaga terdiri dari tiga jenis yaitu absolut, persentase dan kombinasi. Margin pemasaran
absolut dan persentase dapat menurun, konstan dan meningkat dengan bertambahnya quantitas yang
dipasarkan. Hubungan antara elastisitas permintaan di tingkat rantai tataniaga yang berbeda
memberikan beberapa kegunaan analisis. Hubungan bergantung pada perilaku dari margin pemasaran.

KONSEP PEMASARAN
Assauri (2001) mengemukakan bahwa “Pemasaran adalah usaha yang terpadu untuk
mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha-usaha pemuasan
kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.
Berdasarkan definisi di atas, terlihat bahwa pemasaran mencakup berbagai kegiatan secara
terpadu yang berarti untuk hasil yang maksimal dalam peningkatan penjualan dan memperbesar
market share, maka segala kegiatan dilakukan secara terpadu, saling berhubungan antara saling
mempertimbangkan satu sama lainnya.
Pemasaran merupakan keseluruhan sistem kegiatan yang dibentuk untuk merancang menetapkan
harga, mengadakan promosi serta menpemasarankan barang dan jasa tersebut kepada langganan.
Dengan demikian suatu pemasaran bukanlah merupakan yang bersifat statis dan hanya terbatas
dalam konteks pemenuhan kebutuhan konsumen, melainkan sesuatu yang bersifat dinamis secara
kontinus berusaha sampai pada pemenuhan dan keinginan konsumen (Stanton, 1993).
Pendapat tersebut di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Swastha dan Irawan
(2003) bahwa Pemasaran adalah suatu sistim keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang

ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan menpemasarankan
barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan balk kepada pembeli yang ada maupun pembeli
yang potensial.
Definisi di atas menyatakan bahwa pemasaran sebagai suatu sistim interaksi kegiatan perusahaan
melaksanakan perencanaan produksi, menentukan harga dan pemasaran. Pengertian marketing
disini merupakan sistim dari tinclakan perdagangan yang terorientasi langsung konsumen dan
pasar. Urgensi pendirian suatu perusahaan antara lain ditujukan pada pemenuhan kebutuhan
konsumen akan barang clan jasa yang senantiasa meningkat sejalan dengan perkembangan yang
terjadi pada masyarakat yang bersangkutan. Seiring dengan pernyataan seperti itu berarti tercipta
peluang bagi dunia usaha untuk memasarkan barang dan jasa kepada masyarakat.
Selain itu Chandra (2002) mengemukakan bahwa: Pemasaran atau marketing adalah sama
kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen
secara paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan yang efektif. Jika ditelaah
definisi yang dikemukakan oleh Chandra tersebut, terlihat bahwa kedua definisi yang
dikemukakannya adalah memiliki kesamaan, yakni kegiatan pemasaran adalah penyampaian
barang clan jasa dari produsen ke konsumen. Dengan demikian yang menjadi perhatian utama
dalam kegiatan pemasaran adalah terletak pada konsumen.
Selanjutnya Kotler (1997) memberikan pengertian bahwa kegiatan pemasaran merupakan suatu
kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses
pertukaran. Menurut Kotler, pertukaran merupakan titik sentral dari kegiatan pemasaran di mana

seseorang berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya Kebutuhan atau needs yang
dimaksud sebagai sesuatu yang dirasakan untuk dipenuhi oleh seseorang guns melangsungkan
hidupnya sedangkan keinginan atau wants dimaksudkan sebagai suatu kebutuhan yang tidak
mutlak dipenugi seseorang dalam rangka kelangsungan hidupnya.

Merujuk pada definisi tersebut, menyebabkan dominannya para pengusaha atau kelompok usaha
yang lebih berotientasi pada segi produksi, dengan kata lain bahwa mereka menekankan pads
aspek produk apa yang dihasilkan, bukan produk apa yang dapat dipasarkan. Keterbatasan
pengertian mengenai pemasaran ini, menyebabkan banyak pengusaha yang mengalami berbagai
kesulitan dalam melanjutkan kegiatan usahanya. Hal tersebut diperparah dengan
ketidaksempurnaan perusahaan dalam konteks persaingan yang semakin tajam. Dengan
perkembangan sistim perekonomian dewasa ini yang lebih memfokuskan diri ke arah
spesialisasi, maka pada umumnya negara-negara berkembang seperti Indonesia, terus
mempelajari prinsip-prinsip pemasaran guna mengetahui tentang bagaimana cara memperbaiki
sistim pemasaran domestik serta bagaimana cara untuk dapat bersaing secara efisiensi di pasaran
dunia.
Keberhasilan penjualan produk pads dasarnya merupakan hasil perpaduan yang serasi antara
kualitas barang, harga barang, serta aktivitas perusahaan dalam mempromosikan barang dan jasa
tersebut. Hal ini berarti bahwa untuk menunjang aktivitas pemasaran perusahaan, perlu
diperhatikan berbagai faktor yang dipandang urgen artinya untuk mencapai hasil yang optimal.

Bahwa kegiatan pemasaran akan berhasil apabila diarahkan pads pemuasan kebutuhan dan
keinginan konsumen, adalah merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat ditawar lagi.
Penjualan akan memperoleh bales jasa dari pembeli apabila pembeli merasa bahwa keinginan
atau kebutuhan yang terpenuhi.
Dahl dan Hammond (1977) menjelaskan bahwa analisis sistem pemasaran dapat dikaji melalui
struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar. Model S-C-P ini dikemukakan pertama kali
oleh Joe Bain dalam bukunya “Industrial Organization” yang menjelaskan tentang hubungan
yang dapat diramalkan antara struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar (Purcell, 1979).
Kerangka analisis structure-conduct-performance model (model SCP) yang dikemukakan Bain
melihat bagaimana kekuatan dalam suatu sistem pemasaran (Martin, 1993).
Perilaku pasar menggambarkan tingkah laku pasar (market conduct) lembaga pemasaran dalam
menghadapi struktur pasar tertentu agar dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
Pelaku pasar (dalam hal ini pedagang) melakukan kegiatan pembelian, penjualan, penentuan
harga, kolusi, siasat pemasaran (misalnya potongan harga, dll), Man, melakukan penelitian dan
pengembangan untuk memperkuat posisi di dalam pasar.
Keragaan pasar (market performance) merupakan hasil akhir perilaku pasar. Dalam
kenyataannya interaksi antara struktur-perilaku-keragaan pasar tidak selalu liniear, malah
cenderung bersifat komplek dan sating mempengaruhi secara dinamis.
Pemasaran hasil pertanian rakyat berdasarkan sifat dan bentuk pasar termasuk pasar bersaing
tidak sempurna. Mengingat sebagai penjual, jumlah produsen lebih banyak daripada pedagang

yang hanya beberapa orang sebagai pembeli, maka struktur pasar tampak lebih cenderung
mengarah ke bentuk pasar oligopsoni. Struktur pasar merupakan karakteristik organisasional dari
pelaku pasar yang menentukan hubungan antara penjual satu sama lain (Dahl dan Hammond,
1977).

Melalui analisis struktur pasar maka perilaku pasar menjadi subyek yang penting pads kondisi
persaingan tidak sempurna. Pada kondisi tersebut berbagai perilaku dari pelaku pasar yang
terlibat akan bermunculan yaitu bagaimana melakukan kolusi, perilaku strategic/siasat,
melakukan penelitian, atau pengembangan untuk memperkokoh posisi di dalam pasar.
Selanjutnya Dahl dan Hammond (1977) menjelaskan bahwa pelaku pasar memandang sifat
produk apakah homogen atau terdiferensiasi. Sifat produk dan pangsa pasar menunjukkan
perilaku pasar yaitu kegiatankegiatan yang mengubah pangsa pasar atau saluran pemasaran yang
mans akan dipakai atau menjadi pilihan petani kentang dan bagaimana kebijaksanaan serta harga
yang tedadi. Di samping hal tersebut di atas, bagian harga yang diterima masing-masing pelaku
pasar menentukan kepuasan masing-masing pihak dan akan berpengaruh terhadap loyalitas
pelaku pasar untuk memilih saluran pemasaran untuk menjual produknya.
Keragaan pasar (market performance) mengungkapkan tentang tingkat profit dan efisiensi dari
suatu sistem pasar. Ukuran yang digunakan untuk menilai keragaan pasar tersebut adalah besaran
dan struktur marjin pemasaran. Marjin pemasaran adalah perbedaan antara harga yang dibayar
konsumen dan harga yang diterima produsen untuk suatu produk.

Tomek dan Robinson (1979), menjelaskan marjin pemasaran sebagai berikut: (1) perbedaan
harga yang hares dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen, dan (2)
gabungan balas jasa yang diterima oleh jasa pemasaran sebagai akibat adanya permintaan dan
penawaran.
Menurut Riyanto (1995) memberikan pengertian profit margin yaitu perbandingan antara net
operating income dengan net sales yang dinyatakan dalam persentase. Pengertian ini digunakan
untuk menghitung marjin secara
individual atau untuk masing-masing pelaku pemasaran. Dalam kaftan dengan pemasaran
komoditi kentang maka yang dimaksud dengan net sales adalah pendapatan kotor yang diperoleh
masing-masing pelaku pemasaran. Sedangkan net operating income adalah pendapatan bersih,
yaitu pendapatan kotor dikurangi dengan biaya usaha tani, biaya pasca panen dan biaya
pemasaran lainnya.
Ukuran besar kecilnya marjin pemasaran seringkali dijadikan kriteria untuk menilai apakah pasar
sudah atau belum efisien. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya marjin antara lain,
ketersediaan fasilitas fisik pemasaran yaitu pengangkutan, penyimpanan, pengolahan risiko
kerusakan, dan lain-lain.
Menyebarnya lokasi tanaman komoditi kentang dalam wilayah yang lugs dan jauhnya jarak dari
pusat-pusat perekonomian menyebabkan banyaknya lembaga/pelaku pemasaran yang terlibat.
Kondisi demikian menyebabkan jasa-jasa pedagang perantara masih diperlukan. Semakin
panjang saluran pemasaran, maka biaya pemasaran akan semakin besar sehingga marjuin

tatanniaga bertambah (besar). Akibatnya bagian yang diterima produsen akan semakin rendah
(kecil). Seringkali kondisi demikian mengurangi minat petani kentang untuk memproduksi lebih
lanjut.

Analisis tentang farmers share bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima
produsen dari harga ekspor (pedagang perantara). Kohl dan Uhl (1990) melaporkan bahwa
besarnya farmers share dipengaruhi oleh
(1) tingkat pemrosesan, (2) biaya transportasi, (3) keawetan produk, clan (4) jumlah produk.
Selanjutnya ketimpangan pembagian (pemasaran) keuntungan di antara lembaga/pelaku
pemasaran yang terlibat jugs dapat digunakan untuk mengukur efisiennya sistem pemasaran
komoditi kentang.
Menurut Todaro (1998) menjelaskan bahwa ukuran pemasaran keuntungan/pendapatan
clibeclakan dalam dua ukuran pokok yaitu ukuran pemasaran clan pemasaran fungsional atau
kepemilikan faktor-faktor produksi.
Ukuran pemasaran menunjukkan besar atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima masingmasing lembaga/pelaku pemasaran yang terlibat tanpa memperhatikan sumbernya, sedangkan
pemasaran fungsional lebih menjelaskan pads pemasaran pangsa pendapatan per faktor produksi.
Inclikator ini berfokus pads bagian pendapatan yang diterima oleh masingmasing faktor produksi
yang digunakan (tanah, tenaga kerja, bahan baku, peralatan, clan modal).
Secara umum saluran pemasaran yang dapat ditemukan dalam pemasaran komoditi kentang di
Indonesia (Departemen Perdagangan, 1986), yaitu: (1) Petani – Pengumpul – Prosesor –

Eksportir; (2) Petani – Pengumpul/Prosesor – Eskportir; (3) Petani – Pengumpul – Eksportir; (4)
Petani/Prosesor – Eksportir; (5) Petani – Prosesor/Eskportir
Pengaruh pola saluran pemasaran ini terhadap pendapatan produsen merupakan pencerminan
dari efisiensi tidaknya saluran pemasaran tersebut.
Petani kentang mempunyai kedudukan yang lemah dalam proses pemasaran komoditi kentang,
karena sebagai produsen bukanlah merupakan penentu harga (price marker) dalam proses
pemasaran.
Efisiensi tidaknya kegiatan pemasaran suatu komoditas dapat dilihat dari empat kdteria: (a)
marjin pemasaran, (b) harga di tingkat konsumen, (c) tersedianya fasilitas fisik pemasaran, (d)
intensitas persaingan pasar.
Kriteria marjin pemasaran lebih sering dipergunakan untuk mempelajari efisiensi operasional
pemasaran karena penyebaran marjin pemasaran relatif dapat dengan mudah ditelusuri. Melalui
analisis korelasi harga dan indeks korelasi pasar dapat diketahui intensitas persaingan pasar dan
harga di tingkat konsumen.
Dahl dan Hammond (1977) mengemukakan bahwa marjin pemasaran adalah perbedaan harga
tingkat pengecer dengan harga di tingkat produsen. Pengertian nilai marjin pemasaran
merupakan perkalian antara marjin pemasaran dengan jumiah produk yang dipasarkan dan
mengandung “marketing cost’ dan marketing charge”.

Menurut Gonarsyah (1990) pembinaan efisiensi pemasaran pads dasarnya dapat dikembangkan
dari dua titik tolak yaitu-. (a) memperluas pasaran, dan (b) mengurangi marjin pemasaran.
Perluasan pasaran ditempuh dengan meningkatkan permintaan konsumen dan melaksanakan
pemasaran tertata (oderly marketing), yaitu dengan memanfaatkan secara maksimal potensi pasar
yang ada dengan mengatur barang menurut waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan
konsumen.
Beberapa ahli telah mengemukakan pengertian pemasaran, serta pembahasan yang berbeda-beda
berdasarkan sudut pandang masingmasing. Terdapat diantaranya yang mengemukakan bahwa
pemasaran sebagai suatu sistim kegiatan yang tetap teritegrasi dalam kegiatan perusahaan.
Sebagai proses pemindahan atas hak milik suatu produk tertentu, serta terdapat pula diantaranya
yang mengatakan bahwa pemasaran adalah merupakan proses penyesuaian antara permintaan
dan penawaran atas suatu produk tertentu.
Namun pada hakekatnya, apa yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut tetap mempunyai
maksud dan tujuan yang sama yakni bagaimana cara memenuhi keinginan dan kebutuhan
konsumen. Berikut ini dikemukakan secara rinci mengenai definisi pemasaran dari beberapa ahli.

Pengertian margin pemasaran
Pengertian Margin Pemasaran dan Faktor Yang Mempengaruhi
Mergin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang diterima oleh petani produsen
dengan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen akhir. Besar kecilnya perbedaan harga
ditingkat konsumen akhir akan dipengaruhi oleh:banyak lembaga pemasaran yang ikut dalam
proses pemasaran, panjang atau pendeknya saluran yang dilalui dan jarak pasar, Nurlan F (1986).
Menurut Khol dan Uhl dalam Astin Akitasan (2004) mendefinisikan marjin pemasaran
merupakan rasio antara nilai tambah yang diperoleh pelaku pemasaran tertentu dan harga yang
dibayarkan oleh konsumen.
Sementara itu Downey dan Trocke (1981) margin pemasaran adalah perbedaan antara harga
penjualan produk pada dua tahapan yang berurutan dalam saluran distribusi pemasaran produk
yang bersangkutan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa margin pemasaran merupakan
perbedaan atau selisih antara harga penjualan yang diterima setiap lembaga pemasaran pada dua
tahapan yang berurutan dalam saluran pemasaran mulai dari produsen sampai kepada konsumen
akhir.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya kecilnya margin tata pemasaran antara lain
banyaknya lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran produk tersebut, atau panjang produk
yang dilalui untuk mencapai pasar.

Menurut Rashit dan Caudry dalam Basirun dkk (1991) mengumumkan bahwa ada dua unsur
yang mempengaruhi margin pemasaran , yaitu:1) biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan
fungsi tata niaga seperti mengumpulan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan, pengangkutan
dan lain-lain, 2) besar keuntungan dari pasar-pasar perantara atau keuntungan pedagang
perantara. Selanjutnya Buse dan Brandow dalam Basirun dkk (1991) telah melakukan penelitian
tentang hubungan antara volume, biaya dan harga terdapat margin dengan menggunakan
ordinary square regrestion. Dimana dari hasil ketiga variable yang diteliti memperlihatkan
pengaruh yang signifikan terhadap margin tata niaga pemasaran.
Kajian Empirik
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Wa
Ode Astuti (2006) dengan judul”Analisis Pemasaran Rumput Laut Di Kecamatan Kulisusu
Kabupaten Muna”. Dengan menggunakan analalisis marjin pemasaran. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa marjin pemasaran rumput laut di kecamatan kulisusu kabupaten muna
sangat besar.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Yusri (2007) dengan judul”Studi Pendapatan Kakao
Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka”. Dengan menggunakan analisis π = TR –TC dimana π
adalah Pendapatan Bersih, TR= Total Revenue (Pendapatan Kotor), TC= Total Cost (Totaol
Biaya). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan bersih yang diperoleh petani
kakao sesuai kriteria yang ditetapkan BPS, tergolong masyarakat berpendapatan tinggi.
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teoritis di atas, maka kerangka pikir yang mendasari penelitian ini adalah
bahwa budidaya rumput laut yang dilakukan petani rumput laut di Desa Wawoncusu Kecamatan
Kapontori Kabupaten Buton dimaksudkan untuk memperoleh produksi, pendapatan dan
menjelaskan pemasaran.
Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini merumuskan hipotesisi sebagai
berikut:
1. Diduga bahwa produksi dan pendapatan petani rumput laut di Desa Wawoncusu Kecamatan
Kapontori Kabupaten Buton relatif besar.
2. Diduga bahwa pemasaran rumput laut yang ada di Desa Wawoncusu Kecamatan Kapontori
Kabupaten Buton menggunakan saluran distribusi langsung dan saluran distribusi satu tingkat.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru Posting Lama

Tataniaga petanian, saluran tataniaga, mrgin tataniaga, pemasaran
B.1.

Tataniaga Pertanian
Khol

dan

uhl

(2002)

mendefinisikan

tataniaga

sebagai

suatu

aktivitas bisnis yang didalamnya terdapat aliran barang dan jasa dari titik
produksi sampai ke titik konsumen. Produksi adalah penciptaan kepuasan,
proses

membuat kegunaan barang dan jasa. Kepuasan dibentuk

dari

proses produktif yang diklasifikasikan menjadi kegunaan bentuk, tempat,
waktu dan kepemilikan.
Pendekatan dalam tataniaga pertanian dikelompokan menjadi pendekatan kelembagaan
(institutional approach), pendekatan fungsi (fungtional approach), pendekatan barang (the
commodity approach) dan pendekatan sistem (sistim approach).
1. Pendekatan Kelembagaan (institutional approach)
Yaitu

suatu

pemasaran

pendekatan

dari

segi

yang

organisasi

menekankan

untuk

lembaga-lembaga

yang

mempelajari
turut

serta

dalam proses penyampaian barang dan jasa dari titik produsen sampai
titik konsumen. Lembaga-lembaga yang terlibat dalam proses penyampaian
barang dan jasa antara lain: produsen, pedagang besar dan pedagang
pengecer.
2. Pendekatan Fungsi (fungtional approach)
Adalah mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas dan tindakan atau
perlakuan-perlakuan ke dalam fungsi yang bertujuan untuk menyampaikan
proses penyampaian barang dan jasa. Adapun fungsi pemasaran terdiri
dari tiga fungsi pokok, yaitu:
a. Fungsi pertukaran :
-

Penjualan

:

Mengalihkan

barang

ke

pembeli

dengan

penjual

dan

harga yang

memuaskan.
-

Pembelian :

Mengalihkan barang dari

harga yang memuaskan.
b. Fungsi pengadaan secara fisik

pembeli dengan

- Pengangkutan : Pemindahan barang dari tempat produksi dan atau
tempat penjualan ke tempat-tempat dimana barang tersebut akan terpakai
(kegunaan tempat).
- Penyimpanan

:

Penahanan

barang

selama

jangka

waktu

antara

dihasilkan atau diterima sampai dijual (kegunaan waktu).
c. Fungsi pelancar
- Pembiayaan : Mencari dan mengurus modal uang yang berkaitan dengan
transaksi-transaksi dalam arus barang dari sektor produksi sampai sektor
konsumsi.
- Penanggungan

risiko

: Usaha

untuk mengelak

atau mengurangi

kemungkinan rugi karena barang yang rusak, hilang, turunnya harga
dan tingginya biaya.
- Standardisasi

dan

Grading

:

Penentuan

atau

penetapan

dasar

penggolongan (kelas atau derajat) untuk barang dan memilih barang
untuk dimasukkan ke dalam kelas atau derajat yang telah ditetapkan dengan
jalan standardisasi.
-

Informasi

Pasar

:

Mengetahui

tindakan-tindakan

yang berhubungan

dengan fakta-fakta yang terjadi, penyampaian fakta, menafsirkan fakta dan
mengambil kesimpulan akan fakta yang terjadi.
3. Pendekatan barang (the commodity approach)
Yaitu suatu pendekatan yang menekankan perhatian terhadap kegiatan
atau

tindakan-tindakan

yang

diperlakukan

terhadap

barang

dan jasa

yang selama proses penyampaiannya mulai dari titik produsen sampai ke
titik konsumen.

Pendekatan

ini menekankan pada komoditi yang akan

diamati.
4. Pendekatan Sistem (sistim approach)
Yaitu
secara

merupakan

suatu

bersama-sama

kumpulan
dalam

komponen-komponen

suatu

cara

yang

yang bekerja

terorganisir. Suatu

komponen dari suatu sistem, mungkin merupakan suatu system tersendiri
yang lebih kecil yang dinamakan subsistem
B.2.

Saluran Tataniaga

Menurut

Kotler

(2002),

lembaga yang melakukan
menyalurkan

produk

saluran

semua

barang-barang

dan

fungsi

dan status

konsumen. Produsen memiliki
sering

tataniaga

adalah

yang

kepemilikannya

peranan utama

melakukan

serangkaian

digunakan
dari

untuk

produsen

dalam

sebagian kegiatan

ke

menghasilkan
pemasaran,

sementara itu pedagang menyalurkan komoditas dalam waktu, tempat,
bentuk yang diinginkan konsumen. Hal ini berarti bahwa saluran tataniaga
yang berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda pula kepada
masing-masing lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut.
Saluran

tataniaga dari suatu komoditas perlu diketahui untuk

menentukan jalur mana yang lebih efisien dari semua kemungkinan
jalur-jalur yang dapat ditempuh.
mempermudah

dalam

Selain itu saluran pemasaran dapat

mencari besarnya margin yang diterima tiap

lembaga yang terlibat.
Menurut Kotler dan Amstrong (2001), Saluran tataniaga terdiri
dari

serangkaian

lembaga

tataniaga

atau

perantara

yang

akan

memperlancar kegiatan tataniaga dari tingkat produsen sampai tingkat
konsumen. Tiap perantara yang melakukan tugas membawa produk dan
kepemilikannya lebih dekat ke pembeli akhir yang merupakan satu tingkat
saluran. Saluran nol-tingkat (saluran tataniaga nol-langsung) terdiri dari
produsen yang menjual langsung ke konsumen akhir. Saluran satu-tingkat
terdiri dari satu perantara penjual, yaitu pengecer. Saluran dua-tingkat
dari dua perantara, seperti pedagang besar dan pengecer. Saluran tigatingkat

dalam

saluran

tataniaga

barang

konsumsi memiliki

tiga

perantara, yaitu pedagang besar, pemborong dan pengecer.
B.3.

Marjin Tataniaga
Marjin

tataniaga didefinisikan sebagai perbedaan harga atau selisih

harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani produsen
atau dapat pula dinyatakan

sebagai

nilai dari

jasa-jasa pelaksanaan

kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen sampai ke titik konsumen

akhir. Kegiatan untuk memindahkan barang dari titik produsen ke titik
konsumen

membutuhkan

pengeluaran

baik

Pengeluaran yang harus dilakukan untuk

fisik

maupun

materi.

menyalurkan komoditi dari

produsen ke konsumen disebut biaya tataniaga.
Hammond dan Dahl (1977) menyatakan bahwa marjin tataniaga
menggambarkan perbedaan harga
harga di tingkat

produsen

fungsi-fungsi pemasaran

di

(Pf). Setiap
yang

tingkat

konsumen (Pr) dengan

lembaga pemasaran

berbeda

sehingga

melakukan

menyebabkan

perbedaan harga jual dari lembaga satu dengan yang lainnya sampai ke
tingkat konsumen akhir. Semakin banyak

lembaga

pemasaran

yang

terlibat semakin besar perbedaan harga antar produsen dengan harga di
tingkat konsumen. Secara grafis marjin tataniaga dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Marjin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat
dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing

lembaga

tataniaga yang

komoditi

terlibat. Rendahnya

biaya

tataniaga

belum tentu mencerminkan efisiensi yang tinggi.

Salah satu indikator

yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga
membandingkan

persentase

atau

bagian

harga

suatu
adalah

dengan

yang diterima petani

(farmer’s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir.
Tingkat efisiensi tataniaga

juga dapat diukur melalui besarnya

rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga.

Rasio keuntungan terhadap

biaya tataniaga didefinisikan sebagai besarnya keuntungan yang diterima
atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Semakin meratanya penyebaran
rasio

keuntungan terhadap biaya maka dari segi operasional sistem

tataniaga akan semakin efisien. (Limbong dan Sitorus, 1987)
B.4.

Pemasaran
Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini ditandai dengan makin

tajamnya persaingan. Oleh karena itu, peranan pemasaran semakin penting
dan merupakan ujung tombak setiap perusahaan. Keberhasilan usaha suatu

perusahaan

ditentukan

oleh

keberhasilan

pemasarannya.

Pemasaran

merupakan kunci keberhasilan usaha perusahaan.
Dalam pemasaran komoditi pertanian terdapat pelaku-pelaku ekonomi
yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.

Proses pemasaran

merupakan proses yang sedang dan terus berlangsung dan membentuk
suatu sistem. Suatu sistem pemasaran tersusun atas beberapa sub-sistem
yang saling berinteraksi satu sama lain, yang sangat menentukan hasil akhir
dari suatu sistem itu sendiri.
Dalam membahas pemasaran pertanian tidak terlepas dari konsep
pasar, pemasaran dan pemasaran pertanian. Adapun pemasaran pertanian
merupakan bagian dari ilmu pemasaran pada umumnya, tetapi dianggap
sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri. Anggapan ini didasarkan pada
karakteristik produk pertanian serta subyek dan obyek pemasaran pertanian
itu sendiri. Dalam mendefinisikan pasar, perlu diperhatikan adanya pihakpihak yang terlibat dalam aktivitas pemasaran.
Pasar secara sempit didefinisikan sebagai lokasi geografis, dimana
penjual dan pembeli bertemu untuk mengadakan transaksi faktor produksi,
barang, dan jasa (Sudiyono, 2004). Pasar dalam arti modern berarti suatu
proses aliran barang dari produsen ke konsumen yang disertai penambahan
guna barang baik guna tempat, waktu, bentuk dan kepemilikan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, pasar dapat didefinisikan
sebagai tempat ataupun terjadinya pemenuhan kebutuhan dan keinginan
dengan menggunakan alat pemuas yang berupa barang ataupun jasa,
dimana terjadi pemindahan hak milik antara penjual dan pembeli.
Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang
terjadi dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen ke
konsumen akhir yang disertai pnambahan guna bentuk melalui proses
pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu
melalui proses penyimpanan.dalam mendefinisikan proses pemasaran ini
sangat tergantung posisi seseorang yang terlibat dala proses pemasaran.

Ada beberapa definisi pemasaran yang dikemukakan oleh beberapa para
ahli, antara lain :
1.

Menurut King
Pemasaran

merupakan

pengambilan

keputusan

dan

pelaksanaan,

termasuk perencanaan dan penetapan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
konsumen yang berupa barang.
2.

Menurut Fisk
Pemasaran ialah segala usaha bisnis sehingga dapat memenuhi
kebutuhan barang dan jasa yang diinginkan oleh semua konsumen.

3.

Menurut Schewe dan Smith
Pemasaran adalah aktivitas-aktivitas dimana badan usaha melakukan
promosi untuk menyampaikan barang dan jasa antara perusahaan dan
masyarakat.

4.

Menurut Downey dan Erikson
Pemasaran merupakan ilmu yang menelaah terhadap aliran produk
secara fisik dan ekonomis dari produsen melalui lembaga pemasaran kepada
konsumen.
Dengan melihat beberapa definisi pasar dan pemasaran seperti di atas,
maka dapat dikemukakan definisi dari pemasaran pertanian itu sendiri, yaitu
sebagai berikut :

1.

Menurut FAO (1958)
Pemasaran pertanian adalah serangkaian kegiatan ekonomi berturutturut yang terjadi selama perjalanan komoditi hasil-hasil pertanian mulai dari
produsen primer sampai ke tangan konsumen.

2.

Menurut Breimeyer (1973)
Pemasaran pertanian adalah kegiatan-kegiatan yang terjadi diantara
usahatani dan konsumen. Definisi ini menegaskan bahwa pemasaran
pertanian terjadi setelah usaha tani (marketing post the farm) dan produksi
terjadi pada usahatani (production on the farm).

3.

Menurut John Philips (1968)

Pemasaran

pertanian

adalah

semua

aktivitas

perdagangan

yang

meliputi aliran barang-barang dan jasa-jasa secara fisik dari pusat produksi
pertanian ke pusat konsumsi pertanian.
Tataniaga merupakan salah satu cabang aspek pemasaran yang
menekankan bagaimana suatu produksi dapat sampai ke tangan konsumen
(distribusi).

Tataniaga

dapat

dikatakan

efisien

apabila

mampu

menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurahmurahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil dari
keseluruhsn harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut
serta dalam kegiatan produksi dan tataniaga. (Rahardi, 2000).
Definisi tataniaga di atas didasarkan pada konsep inti

tataniaga

sebagai berikut:
1. Kebutuhan, keinginan, dan permintaan
2. Produk
3. Utilitas, nilai dan kepuasan
4. Pertukaran, transaksi, dan hubungan
5. Pasar
6. Pemasaran dan pemasar.
Tataniaga sayuran, sebagai salah satu produk pertanian, masih kurang
efisien, yaitu kurang adilnya pembagian keuntungan. Hal ini tergambar dari
sangat rendahnya harga produk sayuran di tingkat pengusaha produsen
sayuran,

terutama

pengusaha

sayuran

skala

kecil

(petani).

Untuk

menanggulangi masalah itu perlu diketahui mata rantai distribusi beserta
permasalahannya.
Dalam bisnis sayuran terdapat tiga pendukung yang memegang
peranan penting dalam sistem distribusinya. Ketiganya adalah konsumen,
petani, dan pengusaha perantara. Konsumen adalah orang terakhir atau
pembeli terakhir suatu produksi sayuran. Petani adalah pengusaha yang
langsung

berhubungan

dengan

proses

produksi

sayuran.

Sedangkan

pengusaha perantara adalah pengusaha yang tidak berhubungan langsung

dengan proses produksi sayuran, melainkan sebagai penyalur produksi
sayuran. Berikut ini beberapa pengusaha perantara sayuran :
1.

Pedagang pengumpul, yaitu pedagang yang mengumpulkan barangbarang hasil pertanian dari petani produsen, dan kemudian memasarkannya
kembali dalam partai besar kepada pedagang lain.

2.

Pedagang besar, yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dari
pedagang pengumpul dan atau langsung dari produsen, serta menjual
kembali kepada pengecer dan pedagang lain dan atau kepada pembeli untuk
industri, lembaga, dan pemakai komersial yang tidak menjual dalam volume
yang sama pada konsumen akhir.
Pedagang pengecer, yaitu pedagang yang menjual barang hasil
pertanian ke konsumen dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen dalam partai kecil. (Rahardi, 2000).
Kebutuhan adalah suatu keadaan dirasakannya ketiadaan kepuasan
dasar tertentu. Kebutuhan merupakan kekuatan dasar yang mendorong
pelanggan untuk ambil bagian dan terlibat dalam pertukaran. Keinginan
adalah kehendak yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan
yang lebih mendalam. Keinginan mencerminkan hasrat atau preferensi
seseorang terhadap cara-cara tertentu dalam memuaskan kebutuhan dasar.
Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang didukung oleh
kemampuan dan kesediaan untuk membeliya. Oleh karena itu, keinginan
akan berubah menjadi permintaan, bilamana didukung dengan daya beli.
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada seseorang untuk
memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Dengan demikian, para
produsen harus mencurahkan perhatian baik terhadap produk maupun jasa
(pelayanan) yang diberikan oleh produk tersebut. Pelanggan membeli produk
karena produk tersebut memuaskan suatu kebutuhan. Makin dekat letak
suatu produk aktual dengan produk ideal menunjukkan tingkat utilitas (nilai
kegunaan) yang semakin tinggi. Seorang yang rasional pasti akan berusaha
memaksimumkan

utilitas,

artinya

ia

akan

memilih

produk

yang

menghasilkan utilitas yang paling besar per rupiah yang dikeluarkannya.
Nilai merupakan fungsi dari tampilan produk, jasa dan harga instrinsik.
Kepuasan adalah manfaat yang diberikan sesuatu produk sesuai
dengan

yang

diharapkan

atau

didambakan

pelanggan,

baik

secara

fungsional dan emosional. Pelanggan membeli manfaat, bukan produk.
Pertukaran

adalah

tindakan

untuk

memperoleh

produk

yang

dikehendaki dari seseorang dengan menawarkan suatu yang lain sebagai
balasannya. Pertukaran merupakan cara seseorang untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginannya. Pertukaran terjadi di dalam pasar yang terdiri
dari semua pelanggan potensial yang mempunyai kebutuhan atau keinginan
tertentu yang mungkin bersedia dan mampu melibatkan diri dalam suatu
pertukaran guna memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut. Dengan
adanya

pertukaran,

maka

muncullah

pemasaran.

Pemasaran

adalah

pengidentifikasian calon mitra pertukaran, mengembangkan penawaran,
mengkomunikasikan informasi, mengirimkan produk dan mengumpulkan
pembayaran. Pemasar adalah seseorang yang mencari sumberdaya dari
orang lain dan bersedia menawarkan sesuatu yang bernilai sebagai
imbalannya.
REVIEW HANYA SAMPAI DI SINI, SILAHKAN DOWNLOAD UNTUK MELANJUTKAN

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN IMPLEMENTASI PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN RESIKO CEDERA PADA INFANT DAN TODDLER

38 264 22

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91

INTENSI ORANG TUA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAHKAN ANAK PEREMPUAN DI BAWAH USIA 20 TAHUN DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

10 104 107