PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN HKI dan jurnal
1
A. JUDUL
PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN KEKAYAAN INTELEKTUAL
DALAM PENINGKATAN RANGKA DAYA SAING UMKM (Usaha Mikro
Kecil dan Menengah)
(Studi Di Kota Mataram)
B. LATAR BELAKANG
UMKM (Usaha Mikro kecil dan Menengah) merupakan pelaku ekonomi
nasional yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan
perekonomian. Karena kegiatan usahanya mampu memperluas lapangan kerja dan
memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat. UMKM sebagai
salah satu pilar utama ekonomi nasional memberikan kontribusi dalam pertumbuhan
ekonomi mendominasi lebih dari 95% struktur perekonomian Nasional. Di tengah
tuntutan kemampuan bersaing di dalam negeri yang masih dilindungi proteksi
Pemerintah, UMKM perlu memperoleh kesempatan, dukungan perlindungan, hukum
dan pengembangan usaha seluas luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas
kepada baik secara sosial ekonomi rakyat. UMKM memiliki fungsi yang sangat
strategis baik secara sosial ekonomi maupun sosial politik1 :
1. Fungsi sosial ekonomi, sektor ini antara lain menyediakan barang dan jasa bagi
konsumen berdaya beli rendah sampai sedang, menyumbangkan lebih dari
sebagian pertumbuhan ekonomi serta kontribusi perolehan devisi Negara.
1 Candra Purnama” Perlindungan Hukum Produk UMKM Melalui HKI (KEKAYAAN
INTELEKTUAL),diakses dari http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/assets/upload/files/HAK
%20MEREK%20UMKM.pdf, pada tanggal 26 september 2017
2
2. Fungsi sosial politik, sector ini juga sangat penting terutama dalam penyerapan
tenaga kerja serta upaya pengatasan kemiskinan, karena sifat sebarannya dan
keterkaitannya yang erat dengan sektor pertanian juga sangat potensial untuk
kemajuan ekonomi pedesaan.2
Keberadaan UMKM tidak terlepas dari keterkaitannya dengan KI
(Kekayaan Intelektual). Dimulai dari produk yang dihasilkan dari kegiatan usaha
UMKM, seperti teknologi yang digunakan, desain dari setiap produk yang
dihasilkan, maupun penggunaan merek dagang ataupun merek jasa untuk
kepentingan pemasaran. Sebagai contoh untuk UMKM yang bergerak dalam
bidang industri sepatu, potensi KI yang ada diantaranya adalah Hak Cipta Gambar
untuk gambar-gambar dari desain sepatu-sepatu, perlindungan Desain industri
untuk desain sepatu tersebut, perlindungan merek dagang untuk merek yang
digunakan pada produk sepatu tersebut. Bahkan paten apabila dalam produksinya
menggunakan teknologi dan alat-alat baru yang tidak pernah dipergunakan oleh
industri lainnya. Tentunya perlindungan KI ini tidak selalu sama untuk setiap
kegiatan usaha UMKM3.
Dalam kondisi ini kendati peluang pasar menjadi lebih terbuka,
liberalisme perdagangan tidaklah otomatis dapat membantu bahkan menjadi
ancaman bagi UMKM. Banyak pelaku usaha besar yang secara tidak langsung
memonopoli kegiatan usaha berdagang, sehingga semakin menyulitkan para
2 Ibid
3Redaksi Bisnis UKM,”Pentingnya HKI Bagi UKM”, di akses dari https://bisnisukm.com/pentingnyaHKI-bagi-ukm.html, pada tanggal 26 September pukul 22.01
3
pelaku UMKM untuk mendapatkan tempat memasarkan barang produksinya.
Untuk mengantisipasi ancaman tersebut UMKM dituntut kreatif dan inovatif
berani mengambil langkah dengan menghasilkan produk barang yang dari segi
kualitasnya tidak kalah dengan produk dari perusahaan besar.
Namun menurut fakta dilapangan (Kota Mataram) belum banyak pelaku
usaha khususnya UMKM yang bergerak dalam bidang industri ini yang mendaftarkan
hak merek, logo maupun hak patennya, ini dikarenakan kesenjangan para pelaku
UMKM terhadap ilmu tentang KI atas produk-produknya masih belum memadai serta
cara pendaftaran yang begitu rumit dan biaya pendaftaran yang tinggi untuk para
pelaku usaha.
Menurut undang-undang yang mengatur UMKM, UMKM adalah usaha
kerakyatan yang saat ini mendapat perhatian dan keistimewaan yang diamanatkan
oleh undang-undang, antara lain bantuan kredit usaha dengan bunga rendah,
kemudahan persyaratan izin usaha, bantuan pengembangan usaha dari lembaga
pemerintah, serta beberapa kemudahan lainnya. Penjelasan ini tertuang dalam
Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, maka penyusun tertarik
menyusun skripsi yang berjudul : “Perlindungan Dan Pemanfaatan KI Dalam
4
Rangka Peningkatan Daya Saing UMKM (Usahan Mikro Kecil dan Menengah)
(studi di Kota Mataram)”.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah peran KI dalam mendorong peningkatan UMKM di Kota
Mataram ?
2. Apa upaya Kota Mataram untuk memaksimalkan peran KI bagi peningkatan
UMKM ?
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian ;
Tujuan penelitian ini sesuai dengan permasalahan yang di kemukakan adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam rangka perlindungan dan
pemanfaatan KI pada UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
b. Untuk mengetahui manfaat dari pendaftaran KI dalam rangka peningkatan
daya saing pada Pelaku Usaha Kecil dan Menengah
2. Manfaat Penelitian
5
a. Secara Akademis
Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Strata Satu (S-1)
pada Fakultas Hukum Universitas Mataram.
b. Secara Teoritis
Dengan penelitian ini dapat memperoleh suatu pengetahuan mengenai
hokum bisnis serta dapat memperdalam konsep-konsep prinsip KI dalam
rangka daya saing UMKM.
c. Secara Praktik
Dengan adanya hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan acuan
pedoman bagi pihak pihak yang berkompetensi dalam usaha mikro kecil
dan menengah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penyusun dengan ini memberikan batasan/ruang lingkup penelitian dengan
tujuan untuk menghindari agar pembahasan tidak menyimpang dari
permasalahan yang di angkat, yaitu mengenai bagaimanakah peran pemerintah
dalam rangka perlindungan KI pada Usaha Mikro Kecil Menengah dan apakah
kendala dan manfaat pendaftaraan KI dalam rangka peningkatan daya saing
pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
F. TINJAUAN PUSTAKA
6
1. Tinjauan Umum Tentang Kekayaan Intelektual
KI (Kekayaan Intelektual) adalah hak eksklusif yang diberikan negara
kepada seseorang, sekelompok orang, maupun lembaga untuk memegang kuasa
dalam menggunakan dan mendapatkan manfaat dari kekayaan intelektual yang
dimiliki atau diciptakan, KI merupakan terjemahan dari Intellectual Property Right
(IPR)4. Istilah Intellectual Property Rights merupakan istilah umum dalam bahasa
Inggris yang di Indonesia diterjemahkan ke dalam beberapa istilah. Di Indonesia
penggunaan istilah yang dianggap padanan kata Intellectual Property Rights di dalam
perkembangan tata hukumnya maupun yag digunakan oleh beberapa penulis pada
awalnya digunakan istilah Hak Milik Kekayaan Intelektual (HMKI) kemudian Hak
atas Kekayaan Intelektual (HaKI) dan yang terakhir yang digunakan adalah istilah
Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Dalam kepustakaan hukum Anglo Saxon ada dikenal dengan sebutan
Intellectual Property Rights (IPR). Kata ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia menjadi dua macam istilah hukum yaitu Hak Milik Intelektual dan Hak
Kekayaan Intelektual. Perbedaan terjemahan terletak pada kata property. Kata
tersebut memang dapat diartikan sebagai kekayaan, dapat juga sebagai milik, padahal
tidak semua HKI itu merupakan hak milik dalam arti yang sesungguhnya5.
4
Andasia Alaggan, “Hak Kekayaan Intelektual”,
https://andasiallagan92.wordpress.com/2014/04/15/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki/, 5 Oktober
2017
5 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Kekayaan Intelektual,Bandung, PT.
Citra Aditya Bakti, 2001, Hlm. 1
7
HKI atau bisa juga disebut Kekayaan Intelektual pada awalnya
merupakan Hak yang berasal dari hasil kreasi suatu kemampuan daya pikir manusia
yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuknya, yang
memiliki manfaat serta menunjang bagi kehidupan manusia, juga mempunyai nilai
ekonomi. Bentuk nyata dari kemampuan karya intelektual manusia bisa berbentuk
teknologi, ilmu pengetahuan, maupun seni dan sastra6.
Adapun pengertian Kekayaan Intelektual menurut para ahli:7
a. Menurut Budi Susanto, Kekayaan Intelektual pada dasarnya
merupakan suatu hak yang timbul sebagai hasil kemampuan
intelektual manusia dalam berbagai bidang yang menghasilkan suatu
proses atau produk bermanfaat bagi umat manusia.8
b. Menurut Abdulkadir Muhammad, jika ditelusuri lebih mendalam
konsep Kekayaan Intelektual meliputi:9
1. Hak milik hasil pemikiran (intelektual), melekat pada pemiliknya,
bersifat tetap dan eksklusif
2. Hak yang diperoleh pihak lain atas ijin dari pemilik dan bersifat
sementara.
c. Menurut pendapat Bambang Kesowo, Kekayaan Intelektual adalah
hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan
intelektual manusia.
6 Djumhana Muhammad, perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual, PT. Citra Aditya Bkti, 2006, Hlm. 16
7 Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, Hlm. 1
8 Budi Santoso, Pengantar Hak Kekayaan Intelektual, Pustaka Magister, Semarang,
Hlm. 3
9 Ibid.
8
d. Menurut Ismail Saleh, pengertian Kekayaan Intelektual adalah
pengakuan dan penghargaan pada seseorang atau badan hukum atas
penemuan atau penciptaan karya intelektual mereka dengan
memberikan khusus bagi mereka, baik yng bersifat sosial maupun
ekonomis.
e. Selanjutnya menurut Adrian Sutedi, Kekayaan Intelektual adalah hak
atau wewenang atau kekuasaan untuk berbuat sesuatu atas kekayaan
intelektual tersebut dan hak tersebut diatur oleh norma-norma atau
hukum-hukum yang berlaku. Kekayaan intelektual merupakan
kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti
teknologi, pengetahuan, sastra, seni, karya tulis, karikatur, pengarang
lagu dan seterusnya.
Adapun sejarah Kekayaan Intelektual dengan diadakannya Konvensi
Diplmatik tahun 1883 di Paris yang menghasilkan perjanjian intornasional mengenai
perlindungan Hak Milik Perindustrian atau disebut Paris Convention for The
Protection On Industrial Property, tiga tahun kemudian di Bern dihasilkan juga
perjanjian Internasional dibidang perlindungan Hak Cipta yaitu International
Convention for The protection of Literary and Artistic Work (Bern Convention) dan
juga dihasilkan persetujuan yang lain disamping revisi terhadap kedua konvensi
tersebut. Revisi terakhir terhadap kedua konvensi tersebut dilakukan tahun 1967
untuk konvensi paris dan tahun 1971 untuk konvensi Bern. Perlindungan terhadap
karya cipta diperluas terhadap karya tampilan pada suatu phonogram, prosedur
9
phonogram dan hasil siaran, seperti yang diatur dalam International convention for
the protection of performers, producer of phonogram and broadcasting Organization
(Rome convention 1961), Treaty On Intellectual property in respect of Integrated
Circuit (Washington Treaty 1989) memberikan perlindungan atas tampilan Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST). Melalui konfrensi internasional tahun 1967 di
Stockholm dibentuk World Intellectual Property Organization-WIPO. Pada tahun
1970 WIPO menjadi badan khusus (specialized Agencies) PBB.10
Perlindungan hukum terhadap HKI mengalami perkembangan yang
sangat pesat dalam tatanan internasional dan bahkan menjadi salah satu isu pada era
globalisasi skrng ini. Kususnya sejak disepakatinya perjanjian internasional tentang
aspek-aspek hak kekayaan intelektual dalam perdagangan (trade related aspects of
intellectual property rights) yang merupakan menjadi bagian tidak terpisahkan dari
perjanjian tentang pendirian World Trade Organization (WTO) yang telah diratifikasi
oleh 150 lebih Negara di dunia. Perjanjian ini mengukuhkan penegakan hukum (law
enforcement) yang lebih ketat dan memperluas ruang lingkup perlindungan HKI dari
perjanjian internasional sebelumnya yang diprakarsai oleh World Intellectual
Property Organization (WIPO), seperti Bern Convention, Paris convention, Roma
Convention dan Washington treaty.11
Prinsip-prinsip Umum Hak Kekayaan Intelektual:
10 Kholis Rosiah, Konsep Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Setara Press, Malang, 2015.
Hlm.2-3.
11 Ibid, hlm. 9
10
a. Prinsip HKI sebagai hak eksklusif
Perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual pada dasarnya
berintikan pengakuan hak atas kekayaan tersebut dan hak untuk
jangka
waktu
tertentu
menikmati
ataupun
menggunakan,
mengeksploitasi hak tersebut tanpa ijinnya.12
b. Prinsip melindungi HKI berdasarkan pendaftarannya
1. First To File System, berdasarkan pada pendaftaran pertama.
Artinya jika ada dua orang yang mendaftarkan kekayaan
intelektual pada hari yang sama, pihak yang mendaftar terlebuh
dahululah yang diprioritaskan untuk diproses.
2. First To Use System, berdasarkan pada penggunaan pertam,
artinya pemilik kekayaan intelektual yang akan didaftar adalah
orang yang pertama menggunakan kekayaan intelektual tersebut.
3. Prinsip perlindungan KI bersifat terbatas, meskipun ada cabang KI
(merk) yang dapat diperpanjang jangka waktu perlindungannya,
secara umum jangka waktu perlindungan KI tidak selamanya atau
bersifat terbatas. Tujuan pembatasan perlindungan ini adalah
untuk
memberikan
kesempatan
kepada
masyarakat
untuk
mengakses kekayaan intelektual tersebut secara optimal melalui
usaha-usaha pengembangan lebih lanjut dan sekaligus mencegah
monopoli atas kekayaan intelektual tersebut.
4. Prinsip KI yang berakhir jangka waktu perlindungannya berubah
menjadi Public Domain, KI yang telah berakhir jangka waktu
perlindungannya akan menjadi milik umum (public domain). Ini
12 Bambang Kesowo, Op.cit. Hlm. 7
11
artinya semua orang berhak untuk mengakses KI yang telah
berakhir jangka waktu perlindungannya.
5. Prinsip ekonomi Prinsip ekonomi, yakni hak intelektual berasal
dari kegiatan kreatif suatu kemauan daya pikir manusia yang
diekspresikan dalam berbagai bentuk yang akan memeberikan
keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.
6. Prinsip Keadilan. Prinsip keadilan, yakni di dalam menciptakan
sebuah karya atau orang yang bekerja membuahkan suatu hasil
dari kemampuan intelektual dalam ilmu pengetahuan, seni, dan
sastra yang akan mendapat perlindungan dalam pemiliknya.
Prinsip Kebudayaan. Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan
ilmu pengetahuan, sastra, dan seni untuk meningkatkan kehidupan
manusia
7. Prinsip Sosial. Prinsip sosial ( mengatur kepentingan manusia
sebagai warga Negara ), artinya hak yang diakui oleh hukum dan
telah diberikan kepada individu merupakan satu kesatuan
sehingga perlindungan diberikan berdasarkan keseimbangan
kepentingan individu dan masyarakat.
Berdasarkan WIPO hak atas kekayaan intelaktual dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu hak cipta (copyright) , dan hak kekayaan industri (industrial
property right). Hak kekayaan industry ( industrial property right ) adalah hak yang
mengatur segala sesuatu tentang milik perindustrian, terutama yang mengatur
perlindungan hukum. Hak kekayaan industry ( industrial property right ) berdasarkan
12
pasal 1 Konvensi Paris mengenai perlindungan Hak Kekayaan Industri Tahun 1883
yang telah di amandemen pada tanggal 2 Oktober 1979, meliputi :
1. Paten
2. Merek
3. Varietas tanaman
4. Rahasia dagang
5. Desain industry
6. Desain tata letak sirkuit terpadu
Dasar hukum Hak Kekayaan Intelektual :
1. UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
2. UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun
1982 Nomor 15)
13
3. UU Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982
tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun 1987 Nomor 42)
4. UU Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1987 (Lembaran
Negara RI Tahun 1997 Nomor 29)
5. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.
6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya. Termasuk ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam
bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 Tentang Hak Cipta: Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sejarah Perkembangan Perlindungan Kekayaan Intelektual (KI) Di
Indonesia
Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang HKI di
Indonesia
telah
ada
sejak
tahun
1840-an.
Pemerintah
Kolonial
Belanda
14
memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan HKI pada tahun
1844. Selanjutnya, Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek (1885), UU
Paten (1910), dan UU Hak Cipta (1912). Indonesia yang pada waktu itu masih
bernama Netherlands East-Indies telah menjadi anggota Paris Convention for the
Protection of Industrial Property sejak tahun 1888 dan anggota Berne Convention for
the Protection of Literary and Aristic Works sejak tahun 1914. Pada jaman
pendudukan Jepang yaitu tahun 1942 s.d. 1945, semua peraturan perundangundangan di bidang HKI tersebut tetap berlaku.13
Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya. Sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD 1945,
seluruh peraturan perundang-undangan peninggalan kolonial Belanda tetap berlaku
selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. UU Hak Cipta dan UU peningggalan
Belanda tetap berlaku, namun tidak demikian halnya dengan UU Paten yang
dianggap bertentangan dengan pemerintah Indonesia. Sebagaimana ditetapkan dalam
UU Paten peninggalan Belanda, permohonan paten dapat diajukan di kantor paten
yang berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun pemeriksaan atas permohonan
paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada di Belanda.
Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman
yang merupakan perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur tentang paten,
yaitu Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.S. 5/41/4, yang mengatur tentang
13 http://laman.dgip.go.id/tentang-kami/sejarah. diakses pada hari selasa tanggal 3
Oktober 2017
15
pengajuan semetara permintaan paten dalam negeri, dan Pengumuman Menteri
Kehakiman No. J.G. 1/2/17 yang mengatur tentang pengajuan sementara permintaan
paten luar negeri.
Pada tanggal 11 Oktober 1961 pemerintah RI mengundangkan UU No. 21
tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan (UU Merek 1961)
untuk menggantikan UU Merek kolonial Belanda. UU Merek 1961 yang merupakan
undang-undang Indonesia pertama di bidang HKI. Berdasarkan pasal 24, UU No. 21
Th. 1961, yang berbunyi "Undang-undang ini dapat disebut Undang-undang Merek
1961 dan mulai berlaku satu bulan setelah undang-undang ini diundangkan". Undangundang tersebut mulai berlaku tanggal 11 November 1961. Penetapan UU Merek
1961 dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari barang-barang tiruan/bajakan.
Saat ini, setiap tanggal 11 November yang merupakan tanggal berlakunya UU No. 21
tahun 1961 juga telah ditetapkan sebagai Hari KI Nasional.14
Pada tanggal 10 Mei1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris [Paris
Convention for the Protection of Industrial Property (Stockholm Revision 1967)]
berdasarkan Keputusan Presiden No. 24 Tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam
Konvensi Paris saat itu belum penuh karena Indonesia membuat pengecualian
(reservasi) terhadap sejumlah ketentuan,yaitu Pasal 1 s.d. 12, dan Pasal 28 ayat (1).
14 Ibid.
16
Pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan UU No.6 tahun
1982 tentang Hak Cipta ( UU Hak Cipta 1982) untuk menggantikan UU Hak Cipta
peninggalan Belanda. Pengesahan UU Hak Cipta 1982 dimaksudkan untuk
mendorong dan melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang
karya ilmu, seni dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan
bangsa.
Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era modern sistem HKI di tanah
air. Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden RI membentuk sebuah tim khusus di bidang
HKI melalui Keputusan No. 34/1986 (Tim ini lebih dikenal dengan sebutan Tim
Keppres 34). Tugas utama Tim Keppres 34 adalah mencangkup penyusunan
kebijakan nasional di bidang HKI, perancangan peraturan perundang-undangan di
bidang HKI dan sosialisasi sistem HKI di kalangan instansi pemerintah terkait, aparat
penegak hukum dan masyarakat luas. Tim Keppres 34 selanjutnya membuat sejumlah
terobosan, antara lain dengan mengambil inisiatif baru dalam menangani perdebatan
nasional tentang perlunya sistem paten di tanah air. Setelah Tim Keppres 34 merevisi
kembali RUU Paten yang telah diselesaikan pada tahun 1982, akhirnya pada tahun
1989 Pemerintah mengesahkan UU Paten.15
Pada tanggal 19 September 1987 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 7
tahun 1987 sebagai perubahan atas UU No. 12 tahun 1982 tentang Hak Cipta. Dalam
penjelasan UU No. 7 tahun 1987 secara jelas dinyatakan bahwa perubahan atas UU
15 Ibid.
17
No. 12 tahun 1982 dilakukan karena semakin meningkatnya pelanggaran hak cipta
yang dapat membahayakan kehidupan sosial dan menghancurkan kreativitas
masyarakat.
Menyusuli pengesahan UU No. 7 tahun 1987 Pemerintah Indonesia
menandatangani sejumlah kesepakatan bilateral di bidang hak cipta sebagai
pelaksanaan dari UU tersebut. Pada tahun 1988 berdasarkan Keputusan Presiden No.
32 di tetapkan pembentukan Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek (DJ
HCPM) untuk mengambil alih fungsi dan tugas Direktorat Paten dan Hak Cipta yang
merupakan salah satu unit eselon II di lingkungan Direktorat Jendral Hukum dan
Perundang-undangan, Departemen Kehakiman.
Pada tanggal 13 Oktober 1989 Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui
RUU tentang Paten, yang selanjutnya disahkan menjadi UU No. 6 tahun 1989 (UU
Paten 1989) oleh Presiden RI pada tanggal 1 November 1989. UU Paten 1989 mulai
berlaku tanggal 1 Agustus 1991. Pengesahan UU Paten 1989 mengakhiri perdebatan
panjang tentang seberapa pentingnya sistem paten dan manfaatnya bagi bangsa
Indonesia. Sebagaimana dinyatakan dalam pertimbangan UU Paten 1989, perangkat
hukum di bidang paten diperlukan untuk memberikan perlindungan hukum dan
mewujudkan suatu iklim yang lebih baik bagi kegiatan penemuan teknologi. Hal ini
disebabkan karena dalam pembangunan nasional secara umum dan khususnya di
sektor indusri, teknologi memiliki peranan sangat penting. Pengesahan UU Paten
18
1989 juga dimaksudkan untuk menarik investasi asing dan mempermudah masuknya
teknologi ke dalam negeri. Namun demikian, ditegaskan pula bahwa upaya untuk
mengembangkan sistem KI, termasuk paten, di Indonesia tidaklah semata-mata
karena tekanan dunia internasional, namun juga karena kebutuhan nasional untuk
menciptakan suatu sistem perlindungan HKI yang efektif.
Pada tanggal 28 Agustus 1992 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 19
tahun 1992 tentang Merek (UU Merek 1992), yang mulai berlaku tanggal 1 April
1993. UU Merek 1992 menggantikan UU Merek 1961. Pada tanggal 15 April 1994
Pemerintah RI menandatangani Final Act Embodying the Result of the Uruguay
Round of Multilateral Trade Negotiations, yang mencakup Agreement on Trade
Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPS).16
Tiga tahun kemudian, pada tahun 1997 Pemerintah RI merevisi perangkat
peraturan perundang-undangan di bidang KI, yaitu UU Hak Cipta 1987 jo. UU No. 6
tahun 1982, UU Paten 1989, dan UU Merek 1992. Di penghujung tahun 2000,
disahkan tiga UU baru di bidang KI, yaitu UU No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia
Dagang, UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri dan UU No 32 Tahun 2000
tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Dalam upaya untuk menyelaraskan semua peraturan perundang-undangan
di bidang KI dengan Persetujuan TRIPS, pada tahun 2001 Pemerintah Indonesia
16 Ibid.
19
mengesahkan UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten, dan UU No. 15 tahun 2001
tentang Merek. Kedua UU ini menggantikan UU yang lama di bidang terkait. Pada
pertengahan tahun 2002 tentang Hak Cipta yang menggantikan UU yang lama dan
berlaku efektif satu tahun sejak diundangkannya.
3. Pengertian perlindungan hukum
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perlindungan berasal dari
kata lindung yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan
membentengi. Sedangkan perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan, penjagaan,
asilun, dan bunker.beberapa unsur kata perlindungan yaitu:
a. Melindungi: menutupi supaya tidak terlihat/tampak, menjaga,
memelihara, merawat, menyelamatkan.
b. Perlindungan: proses, cara, perbuatan tempat berlindung, hal
(perbuatan)
c.
d.
e.
f.
g.
memperlindungi
(menjadikan
atau
menyebabkan
berlindung)
Pelindung: orang yang melindungi, alat untuk melindungi
Terlindung: terhadap oleh sesuatu sehingga tidak kelihatan
Lindungan: yang dilindungi, tempat berlindung, cak perbuatan.
Memperlindungi menjadikan atau menyebabkan berlindung
Melindungkan: membuat diri terlindungi.
Berdasarkan unsur-unsur di atas, berarti kata perlindungan mengandung
makna, yaitu suatu tindakan perlindungan atau tindakan melindungi dari pihak-pihak
tertentu yang ditujukan untuk pihak tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlindungan terhadap subjek hukum
(pelaku usaha) dapat dilakukan melalui berbagai bentuk diantaranya perlindungan
ekonomi, sosial, politik dan perlindungan hukum. Bentuk-bentuk perlindungan
20
terhadap pelaku usaha yang terpenting adalah perlindungan yang diberikan oleh
hukum, sebab hukum dapat mengakomodir berbagai kepentingan pelaku usaha
sebagai subjek hukum, selain itu hukum memiliki daya paksa sehingga bersifat
permanen karena sifatnya yang konstitusional yang diakui dan ditaati keberlakuannya
dalam kehidupan bermasyarakat.
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap
subjek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun
yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain
perlindungan ukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana
hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan
kedamaian.
Pengertian di atas mengundang beberapa ahli untuk mengungkapkan
pendapatnya mengenai pengertian dari perlindunganhukum diantaranya :
1.
Menurut Satjipto Raharjo mendefinisikan Perlindungan Hukum adalah
memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan
perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati
semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.
2.
Menurut Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa Perlindungan Hukum adalah
perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi
21
manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari
kesewenangan.
3.
Menurut CST Kansil Perlindungan Hukum adalah berbagai upaya hukum
yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik
secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak
manapun.
4.
Menurut Philipus M. Hadjon Perlindungan Hukum adalah sebagai kumpulan
peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.
Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hakhak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.
4. Konstruksi Hukum Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Di dalam hukum posisif Indonesia, pengaturan terkait UMKM tersebar ke
dalam beberapa peraturan, antara lain:
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM).
2. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 08 /PER/M.KUKM/
VII /2017 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
22
Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
3. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 06/PER/M.KUKM/
V /2017 Tahun 2017 Tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna
Jasa Bagi Koperasi yang Melakukan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam.
4. Peraturan
Menteri
01/PER/M.KUKM/I/2017
Koperasi
Tahun
dan
2017
UKM
Nomor
Tentang
Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Dan Anggaran Dekonsentrasi Kementerian
Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Tahun 2017.
5. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
02/PER/M.KUKM/II/2017 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
NomOR 15/PER/M.KUKM/IX/2015 Tentang Usaha Simpan Pinjam
Oleh Koperasi.
6. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
04/PER/M.KUKM/IV/2017 Tahun 2017 Tentang Tunjangan Kinerja
Pegawai di Lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah.
23
7.
Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
03/PER/M.KUKM/IV/2017 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
16/PER/M.KUKM/XII/2016
tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Revitalisasi Pasar Rakyat Melalui Dana Tugas Pembantuan Tahun
Anggaran 2017.
8. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
05/PER/M.KUKM/IV/2017 Tahun 2017 Tentang Kelas Jabatan di
Lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
9. Peraturan
Menteri
Koperasi
17/PER/M.KUKM/XII/2016
Tahun
dan
UKM
Nomor
2016
Tentang
Pedoman
Pelaksanaan Penataan Kawasan Pedagang Kaki Lima Melalui Dana
Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2017.
10. Peraturan
Menteri
Koperasi
16/PER/M.KUKM/XII/2016
Tahun
dan
UKM
Nomor
2016
Tentang
Pedoman
Pelaksanaan Revitalisasi Pasar Rakyat Melalui Dana Tugas
Pembantuan Tahun Anggaran 2017.
11. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
15/PER/M.KUKM/XII/2016 Tahun 2016 Tentang Uraian Tugas
24
Pejabat Struktural Di Lingkungan Kementerian Koperasi Dan Usaha
Kecil Dan Menengah.
12. Peraturan
Menteri
Koperasi
26/PER/M.KUKM/XII/2015
Tahun
dan
UKM
Nomor
2016
Tentang
Pedoman
Pelaksaanan Kegiatan Dan Anggaran Dekonsentrasi Kementerian
Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Tahun 2016.
13.
Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
18./PER/M.KUKM/XII/2016 Tahun 2016 Tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Bantuan Pemerintah pada Kementerian Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah.
14. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
14/PER/M.KUKM/XI/2016 Tahun 2016 Tentang Pedoman Koperasi
Penyalur Kredit Usaha Rakyat.
15. Peraturan
Menteri
13/PER/M.KUKM/X/2016
Koperasi
Tahun
dan
2016
UKM
Nomor
Tentang
Pedoman
Nomenklatur Perangkat Daerah Bidang Koperasi Dan Usaha Kecil
Dan Menengah.
16. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
12/PER/M.KUKM/X/2016 Tahun 2016 Tentang Hasil Pemetaan
25
Urusan Pemerintahan Daerah Di Bidang Koperasi Dan Usaha Kecil
Dan Menengah.
17. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
10/PER/M.KUKM/VI/2016 Tahun 2016 Tentang Pendataan Koperasi
Usaha Kecil Dan Menengah.
18. Peraturan
Menteri
Koperasi
05/PER/M.KUMKM/II/2016
Tahun
dan
UKM
Nomor
2016
Tentang
Pedoman
Pelaksanaan Revitalisasi Pasar Rakyat Melalui Dana Tugas
Pembantuan.
19. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
7/PER/M.KUKM/III/2016 Tahun 2016 Tentang Kelas Jabatan Di
Lingkungan Kementerian Koperasi Dan Usagha Kecil Dan
Menengah.
5. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yang dimaksud usaha mikro
adalah:17
“usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi criteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini”.
17 Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM)
26
Kriteria Usaha Mikro, Kecil Menengah berdasarkan pasal 6 Ayat (1) dan (2) Undangundang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
yakni:
a. Kriteria usaha Mikro adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00
b. Usaha kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 sampai dengan paling
banyak Rp. 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 sampai
dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00
c. Usaha menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 sampai dengan paling
banyak Rp. 10..000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 sampai
dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00.
Daftar Pustaka
Buku
27
Abdulkadir
Muhammad,
Kajian
Hukum
Ekonomi
Intelektual,Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2001.
Kekayaan
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, 2002.
Amiruddin & Zaenal AsiHKIn H, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Budi Santoso, Pengantar Hak Kekayaan Intelektual, Pustaka Magister,
Semarang, 2007.
Djumhana Muhammad, perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual, PT. Citra Aditya Bkti, 2006.
Kesowo Bambang, Polis dan Arti Penting HKI dalam perdagangan
Internasional, Jakarta, 2007.
Kholis Rosiah, Konsep Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Setara Press,
Malang, 2015,
Nazir,Moh. Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta. 2003.
Sentosa Sembiring, Prosedur dan Tata Cara Memperoleh Hak Kekayaan
Intelektual di Bidang Hak Cipta, Paten, dan Merek, Bandung, 2002.
Perundang-undangan
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM)
A. JUDUL
PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN KEKAYAAN INTELEKTUAL
DALAM PENINGKATAN RANGKA DAYA SAING UMKM (Usaha Mikro
Kecil dan Menengah)
(Studi Di Kota Mataram)
B. LATAR BELAKANG
UMKM (Usaha Mikro kecil dan Menengah) merupakan pelaku ekonomi
nasional yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan
perekonomian. Karena kegiatan usahanya mampu memperluas lapangan kerja dan
memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat. UMKM sebagai
salah satu pilar utama ekonomi nasional memberikan kontribusi dalam pertumbuhan
ekonomi mendominasi lebih dari 95% struktur perekonomian Nasional. Di tengah
tuntutan kemampuan bersaing di dalam negeri yang masih dilindungi proteksi
Pemerintah, UMKM perlu memperoleh kesempatan, dukungan perlindungan, hukum
dan pengembangan usaha seluas luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas
kepada baik secara sosial ekonomi rakyat. UMKM memiliki fungsi yang sangat
strategis baik secara sosial ekonomi maupun sosial politik1 :
1. Fungsi sosial ekonomi, sektor ini antara lain menyediakan barang dan jasa bagi
konsumen berdaya beli rendah sampai sedang, menyumbangkan lebih dari
sebagian pertumbuhan ekonomi serta kontribusi perolehan devisi Negara.
1 Candra Purnama” Perlindungan Hukum Produk UMKM Melalui HKI (KEKAYAAN
INTELEKTUAL),diakses dari http://dinkop-umkm.jatengprov.go.id/assets/upload/files/HAK
%20MEREK%20UMKM.pdf, pada tanggal 26 september 2017
2
2. Fungsi sosial politik, sector ini juga sangat penting terutama dalam penyerapan
tenaga kerja serta upaya pengatasan kemiskinan, karena sifat sebarannya dan
keterkaitannya yang erat dengan sektor pertanian juga sangat potensial untuk
kemajuan ekonomi pedesaan.2
Keberadaan UMKM tidak terlepas dari keterkaitannya dengan KI
(Kekayaan Intelektual). Dimulai dari produk yang dihasilkan dari kegiatan usaha
UMKM, seperti teknologi yang digunakan, desain dari setiap produk yang
dihasilkan, maupun penggunaan merek dagang ataupun merek jasa untuk
kepentingan pemasaran. Sebagai contoh untuk UMKM yang bergerak dalam
bidang industri sepatu, potensi KI yang ada diantaranya adalah Hak Cipta Gambar
untuk gambar-gambar dari desain sepatu-sepatu, perlindungan Desain industri
untuk desain sepatu tersebut, perlindungan merek dagang untuk merek yang
digunakan pada produk sepatu tersebut. Bahkan paten apabila dalam produksinya
menggunakan teknologi dan alat-alat baru yang tidak pernah dipergunakan oleh
industri lainnya. Tentunya perlindungan KI ini tidak selalu sama untuk setiap
kegiatan usaha UMKM3.
Dalam kondisi ini kendati peluang pasar menjadi lebih terbuka,
liberalisme perdagangan tidaklah otomatis dapat membantu bahkan menjadi
ancaman bagi UMKM. Banyak pelaku usaha besar yang secara tidak langsung
memonopoli kegiatan usaha berdagang, sehingga semakin menyulitkan para
2 Ibid
3Redaksi Bisnis UKM,”Pentingnya HKI Bagi UKM”, di akses dari https://bisnisukm.com/pentingnyaHKI-bagi-ukm.html, pada tanggal 26 September pukul 22.01
3
pelaku UMKM untuk mendapatkan tempat memasarkan barang produksinya.
Untuk mengantisipasi ancaman tersebut UMKM dituntut kreatif dan inovatif
berani mengambil langkah dengan menghasilkan produk barang yang dari segi
kualitasnya tidak kalah dengan produk dari perusahaan besar.
Namun menurut fakta dilapangan (Kota Mataram) belum banyak pelaku
usaha khususnya UMKM yang bergerak dalam bidang industri ini yang mendaftarkan
hak merek, logo maupun hak patennya, ini dikarenakan kesenjangan para pelaku
UMKM terhadap ilmu tentang KI atas produk-produknya masih belum memadai serta
cara pendaftaran yang begitu rumit dan biaya pendaftaran yang tinggi untuk para
pelaku usaha.
Menurut undang-undang yang mengatur UMKM, UMKM adalah usaha
kerakyatan yang saat ini mendapat perhatian dan keistimewaan yang diamanatkan
oleh undang-undang, antara lain bantuan kredit usaha dengan bunga rendah,
kemudahan persyaratan izin usaha, bantuan pengembangan usaha dari lembaga
pemerintah, serta beberapa kemudahan lainnya. Penjelasan ini tertuang dalam
Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, maka penyusun tertarik
menyusun skripsi yang berjudul : “Perlindungan Dan Pemanfaatan KI Dalam
4
Rangka Peningkatan Daya Saing UMKM (Usahan Mikro Kecil dan Menengah)
(studi di Kota Mataram)”.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah peran KI dalam mendorong peningkatan UMKM di Kota
Mataram ?
2. Apa upaya Kota Mataram untuk memaksimalkan peran KI bagi peningkatan
UMKM ?
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian ;
Tujuan penelitian ini sesuai dengan permasalahan yang di kemukakan adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam rangka perlindungan dan
pemanfaatan KI pada UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)
b. Untuk mengetahui manfaat dari pendaftaran KI dalam rangka peningkatan
daya saing pada Pelaku Usaha Kecil dan Menengah
2. Manfaat Penelitian
5
a. Secara Akademis
Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Strata Satu (S-1)
pada Fakultas Hukum Universitas Mataram.
b. Secara Teoritis
Dengan penelitian ini dapat memperoleh suatu pengetahuan mengenai
hokum bisnis serta dapat memperdalam konsep-konsep prinsip KI dalam
rangka daya saing UMKM.
c. Secara Praktik
Dengan adanya hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan acuan
pedoman bagi pihak pihak yang berkompetensi dalam usaha mikro kecil
dan menengah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penyusun dengan ini memberikan batasan/ruang lingkup penelitian dengan
tujuan untuk menghindari agar pembahasan tidak menyimpang dari
permasalahan yang di angkat, yaitu mengenai bagaimanakah peran pemerintah
dalam rangka perlindungan KI pada Usaha Mikro Kecil Menengah dan apakah
kendala dan manfaat pendaftaraan KI dalam rangka peningkatan daya saing
pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
F. TINJAUAN PUSTAKA
6
1. Tinjauan Umum Tentang Kekayaan Intelektual
KI (Kekayaan Intelektual) adalah hak eksklusif yang diberikan negara
kepada seseorang, sekelompok orang, maupun lembaga untuk memegang kuasa
dalam menggunakan dan mendapatkan manfaat dari kekayaan intelektual yang
dimiliki atau diciptakan, KI merupakan terjemahan dari Intellectual Property Right
(IPR)4. Istilah Intellectual Property Rights merupakan istilah umum dalam bahasa
Inggris yang di Indonesia diterjemahkan ke dalam beberapa istilah. Di Indonesia
penggunaan istilah yang dianggap padanan kata Intellectual Property Rights di dalam
perkembangan tata hukumnya maupun yag digunakan oleh beberapa penulis pada
awalnya digunakan istilah Hak Milik Kekayaan Intelektual (HMKI) kemudian Hak
atas Kekayaan Intelektual (HaKI) dan yang terakhir yang digunakan adalah istilah
Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
Dalam kepustakaan hukum Anglo Saxon ada dikenal dengan sebutan
Intellectual Property Rights (IPR). Kata ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia menjadi dua macam istilah hukum yaitu Hak Milik Intelektual dan Hak
Kekayaan Intelektual. Perbedaan terjemahan terletak pada kata property. Kata
tersebut memang dapat diartikan sebagai kekayaan, dapat juga sebagai milik, padahal
tidak semua HKI itu merupakan hak milik dalam arti yang sesungguhnya5.
4
Andasia Alaggan, “Hak Kekayaan Intelektual”,
https://andasiallagan92.wordpress.com/2014/04/15/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki/, 5 Oktober
2017
5 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Kekayaan Intelektual,Bandung, PT.
Citra Aditya Bakti, 2001, Hlm. 1
7
HKI atau bisa juga disebut Kekayaan Intelektual pada awalnya
merupakan Hak yang berasal dari hasil kreasi suatu kemampuan daya pikir manusia
yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuknya, yang
memiliki manfaat serta menunjang bagi kehidupan manusia, juga mempunyai nilai
ekonomi. Bentuk nyata dari kemampuan karya intelektual manusia bisa berbentuk
teknologi, ilmu pengetahuan, maupun seni dan sastra6.
Adapun pengertian Kekayaan Intelektual menurut para ahli:7
a. Menurut Budi Susanto, Kekayaan Intelektual pada dasarnya
merupakan suatu hak yang timbul sebagai hasil kemampuan
intelektual manusia dalam berbagai bidang yang menghasilkan suatu
proses atau produk bermanfaat bagi umat manusia.8
b. Menurut Abdulkadir Muhammad, jika ditelusuri lebih mendalam
konsep Kekayaan Intelektual meliputi:9
1. Hak milik hasil pemikiran (intelektual), melekat pada pemiliknya,
bersifat tetap dan eksklusif
2. Hak yang diperoleh pihak lain atas ijin dari pemilik dan bersifat
sementara.
c. Menurut pendapat Bambang Kesowo, Kekayaan Intelektual adalah
hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan
intelektual manusia.
6 Djumhana Muhammad, perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual, PT. Citra Aditya Bkti, 2006, Hlm. 16
7 Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, Hlm. 1
8 Budi Santoso, Pengantar Hak Kekayaan Intelektual, Pustaka Magister, Semarang,
Hlm. 3
9 Ibid.
8
d. Menurut Ismail Saleh, pengertian Kekayaan Intelektual adalah
pengakuan dan penghargaan pada seseorang atau badan hukum atas
penemuan atau penciptaan karya intelektual mereka dengan
memberikan khusus bagi mereka, baik yng bersifat sosial maupun
ekonomis.
e. Selanjutnya menurut Adrian Sutedi, Kekayaan Intelektual adalah hak
atau wewenang atau kekuasaan untuk berbuat sesuatu atas kekayaan
intelektual tersebut dan hak tersebut diatur oleh norma-norma atau
hukum-hukum yang berlaku. Kekayaan intelektual merupakan
kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti
teknologi, pengetahuan, sastra, seni, karya tulis, karikatur, pengarang
lagu dan seterusnya.
Adapun sejarah Kekayaan Intelektual dengan diadakannya Konvensi
Diplmatik tahun 1883 di Paris yang menghasilkan perjanjian intornasional mengenai
perlindungan Hak Milik Perindustrian atau disebut Paris Convention for The
Protection On Industrial Property, tiga tahun kemudian di Bern dihasilkan juga
perjanjian Internasional dibidang perlindungan Hak Cipta yaitu International
Convention for The protection of Literary and Artistic Work (Bern Convention) dan
juga dihasilkan persetujuan yang lain disamping revisi terhadap kedua konvensi
tersebut. Revisi terakhir terhadap kedua konvensi tersebut dilakukan tahun 1967
untuk konvensi paris dan tahun 1971 untuk konvensi Bern. Perlindungan terhadap
karya cipta diperluas terhadap karya tampilan pada suatu phonogram, prosedur
9
phonogram dan hasil siaran, seperti yang diatur dalam International convention for
the protection of performers, producer of phonogram and broadcasting Organization
(Rome convention 1961), Treaty On Intellectual property in respect of Integrated
Circuit (Washington Treaty 1989) memberikan perlindungan atas tampilan Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST). Melalui konfrensi internasional tahun 1967 di
Stockholm dibentuk World Intellectual Property Organization-WIPO. Pada tahun
1970 WIPO menjadi badan khusus (specialized Agencies) PBB.10
Perlindungan hukum terhadap HKI mengalami perkembangan yang
sangat pesat dalam tatanan internasional dan bahkan menjadi salah satu isu pada era
globalisasi skrng ini. Kususnya sejak disepakatinya perjanjian internasional tentang
aspek-aspek hak kekayaan intelektual dalam perdagangan (trade related aspects of
intellectual property rights) yang merupakan menjadi bagian tidak terpisahkan dari
perjanjian tentang pendirian World Trade Organization (WTO) yang telah diratifikasi
oleh 150 lebih Negara di dunia. Perjanjian ini mengukuhkan penegakan hukum (law
enforcement) yang lebih ketat dan memperluas ruang lingkup perlindungan HKI dari
perjanjian internasional sebelumnya yang diprakarsai oleh World Intellectual
Property Organization (WIPO), seperti Bern Convention, Paris convention, Roma
Convention dan Washington treaty.11
Prinsip-prinsip Umum Hak Kekayaan Intelektual:
10 Kholis Rosiah, Konsep Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Setara Press, Malang, 2015.
Hlm.2-3.
11 Ibid, hlm. 9
10
a. Prinsip HKI sebagai hak eksklusif
Perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual pada dasarnya
berintikan pengakuan hak atas kekayaan tersebut dan hak untuk
jangka
waktu
tertentu
menikmati
ataupun
menggunakan,
mengeksploitasi hak tersebut tanpa ijinnya.12
b. Prinsip melindungi HKI berdasarkan pendaftarannya
1. First To File System, berdasarkan pada pendaftaran pertama.
Artinya jika ada dua orang yang mendaftarkan kekayaan
intelektual pada hari yang sama, pihak yang mendaftar terlebuh
dahululah yang diprioritaskan untuk diproses.
2. First To Use System, berdasarkan pada penggunaan pertam,
artinya pemilik kekayaan intelektual yang akan didaftar adalah
orang yang pertama menggunakan kekayaan intelektual tersebut.
3. Prinsip perlindungan KI bersifat terbatas, meskipun ada cabang KI
(merk) yang dapat diperpanjang jangka waktu perlindungannya,
secara umum jangka waktu perlindungan KI tidak selamanya atau
bersifat terbatas. Tujuan pembatasan perlindungan ini adalah
untuk
memberikan
kesempatan
kepada
masyarakat
untuk
mengakses kekayaan intelektual tersebut secara optimal melalui
usaha-usaha pengembangan lebih lanjut dan sekaligus mencegah
monopoli atas kekayaan intelektual tersebut.
4. Prinsip KI yang berakhir jangka waktu perlindungannya berubah
menjadi Public Domain, KI yang telah berakhir jangka waktu
perlindungannya akan menjadi milik umum (public domain). Ini
12 Bambang Kesowo, Op.cit. Hlm. 7
11
artinya semua orang berhak untuk mengakses KI yang telah
berakhir jangka waktu perlindungannya.
5. Prinsip ekonomi Prinsip ekonomi, yakni hak intelektual berasal
dari kegiatan kreatif suatu kemauan daya pikir manusia yang
diekspresikan dalam berbagai bentuk yang akan memeberikan
keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.
6. Prinsip Keadilan. Prinsip keadilan, yakni di dalam menciptakan
sebuah karya atau orang yang bekerja membuahkan suatu hasil
dari kemampuan intelektual dalam ilmu pengetahuan, seni, dan
sastra yang akan mendapat perlindungan dalam pemiliknya.
Prinsip Kebudayaan. Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan
ilmu pengetahuan, sastra, dan seni untuk meningkatkan kehidupan
manusia
7. Prinsip Sosial. Prinsip sosial ( mengatur kepentingan manusia
sebagai warga Negara ), artinya hak yang diakui oleh hukum dan
telah diberikan kepada individu merupakan satu kesatuan
sehingga perlindungan diberikan berdasarkan keseimbangan
kepentingan individu dan masyarakat.
Berdasarkan WIPO hak atas kekayaan intelaktual dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu hak cipta (copyright) , dan hak kekayaan industri (industrial
property right). Hak kekayaan industry ( industrial property right ) adalah hak yang
mengatur segala sesuatu tentang milik perindustrian, terutama yang mengatur
perlindungan hukum. Hak kekayaan industry ( industrial property right ) berdasarkan
12
pasal 1 Konvensi Paris mengenai perlindungan Hak Kekayaan Industri Tahun 1883
yang telah di amandemen pada tanggal 2 Oktober 1979, meliputi :
1. Paten
2. Merek
3. Varietas tanaman
4. Rahasia dagang
5. Desain industry
6. Desain tata letak sirkuit terpadu
Dasar hukum Hak Kekayaan Intelektual :
1. UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
2. UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun
1982 Nomor 15)
13
3. UU Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982
tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun 1987 Nomor 42)
4. UU Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1987 (Lembaran
Negara RI Tahun 1997 Nomor 29)
5. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.
6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak ciptaannya. Termasuk ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam
bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002 Tentang Hak Cipta: Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sejarah Perkembangan Perlindungan Kekayaan Intelektual (KI) Di
Indonesia
Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang HKI di
Indonesia
telah
ada
sejak
tahun
1840-an.
Pemerintah
Kolonial
Belanda
14
memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan HKI pada tahun
1844. Selanjutnya, Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek (1885), UU
Paten (1910), dan UU Hak Cipta (1912). Indonesia yang pada waktu itu masih
bernama Netherlands East-Indies telah menjadi anggota Paris Convention for the
Protection of Industrial Property sejak tahun 1888 dan anggota Berne Convention for
the Protection of Literary and Aristic Works sejak tahun 1914. Pada jaman
pendudukan Jepang yaitu tahun 1942 s.d. 1945, semua peraturan perundangundangan di bidang HKI tersebut tetap berlaku.13
Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya. Sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD 1945,
seluruh peraturan perundang-undangan peninggalan kolonial Belanda tetap berlaku
selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. UU Hak Cipta dan UU peningggalan
Belanda tetap berlaku, namun tidak demikian halnya dengan UU Paten yang
dianggap bertentangan dengan pemerintah Indonesia. Sebagaimana ditetapkan dalam
UU Paten peninggalan Belanda, permohonan paten dapat diajukan di kantor paten
yang berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun pemeriksaan atas permohonan
paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada di Belanda.
Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman
yang merupakan perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur tentang paten,
yaitu Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.S. 5/41/4, yang mengatur tentang
13 http://laman.dgip.go.id/tentang-kami/sejarah. diakses pada hari selasa tanggal 3
Oktober 2017
15
pengajuan semetara permintaan paten dalam negeri, dan Pengumuman Menteri
Kehakiman No. J.G. 1/2/17 yang mengatur tentang pengajuan sementara permintaan
paten luar negeri.
Pada tanggal 11 Oktober 1961 pemerintah RI mengundangkan UU No. 21
tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan (UU Merek 1961)
untuk menggantikan UU Merek kolonial Belanda. UU Merek 1961 yang merupakan
undang-undang Indonesia pertama di bidang HKI. Berdasarkan pasal 24, UU No. 21
Th. 1961, yang berbunyi "Undang-undang ini dapat disebut Undang-undang Merek
1961 dan mulai berlaku satu bulan setelah undang-undang ini diundangkan". Undangundang tersebut mulai berlaku tanggal 11 November 1961. Penetapan UU Merek
1961 dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari barang-barang tiruan/bajakan.
Saat ini, setiap tanggal 11 November yang merupakan tanggal berlakunya UU No. 21
tahun 1961 juga telah ditetapkan sebagai Hari KI Nasional.14
Pada tanggal 10 Mei1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris [Paris
Convention for the Protection of Industrial Property (Stockholm Revision 1967)]
berdasarkan Keputusan Presiden No. 24 Tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam
Konvensi Paris saat itu belum penuh karena Indonesia membuat pengecualian
(reservasi) terhadap sejumlah ketentuan,yaitu Pasal 1 s.d. 12, dan Pasal 28 ayat (1).
14 Ibid.
16
Pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan UU No.6 tahun
1982 tentang Hak Cipta ( UU Hak Cipta 1982) untuk menggantikan UU Hak Cipta
peninggalan Belanda. Pengesahan UU Hak Cipta 1982 dimaksudkan untuk
mendorong dan melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang
karya ilmu, seni dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan
bangsa.
Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era modern sistem HKI di tanah
air. Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden RI membentuk sebuah tim khusus di bidang
HKI melalui Keputusan No. 34/1986 (Tim ini lebih dikenal dengan sebutan Tim
Keppres 34). Tugas utama Tim Keppres 34 adalah mencangkup penyusunan
kebijakan nasional di bidang HKI, perancangan peraturan perundang-undangan di
bidang HKI dan sosialisasi sistem HKI di kalangan instansi pemerintah terkait, aparat
penegak hukum dan masyarakat luas. Tim Keppres 34 selanjutnya membuat sejumlah
terobosan, antara lain dengan mengambil inisiatif baru dalam menangani perdebatan
nasional tentang perlunya sistem paten di tanah air. Setelah Tim Keppres 34 merevisi
kembali RUU Paten yang telah diselesaikan pada tahun 1982, akhirnya pada tahun
1989 Pemerintah mengesahkan UU Paten.15
Pada tanggal 19 September 1987 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 7
tahun 1987 sebagai perubahan atas UU No. 12 tahun 1982 tentang Hak Cipta. Dalam
penjelasan UU No. 7 tahun 1987 secara jelas dinyatakan bahwa perubahan atas UU
15 Ibid.
17
No. 12 tahun 1982 dilakukan karena semakin meningkatnya pelanggaran hak cipta
yang dapat membahayakan kehidupan sosial dan menghancurkan kreativitas
masyarakat.
Menyusuli pengesahan UU No. 7 tahun 1987 Pemerintah Indonesia
menandatangani sejumlah kesepakatan bilateral di bidang hak cipta sebagai
pelaksanaan dari UU tersebut. Pada tahun 1988 berdasarkan Keputusan Presiden No.
32 di tetapkan pembentukan Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek (DJ
HCPM) untuk mengambil alih fungsi dan tugas Direktorat Paten dan Hak Cipta yang
merupakan salah satu unit eselon II di lingkungan Direktorat Jendral Hukum dan
Perundang-undangan, Departemen Kehakiman.
Pada tanggal 13 Oktober 1989 Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui
RUU tentang Paten, yang selanjutnya disahkan menjadi UU No. 6 tahun 1989 (UU
Paten 1989) oleh Presiden RI pada tanggal 1 November 1989. UU Paten 1989 mulai
berlaku tanggal 1 Agustus 1991. Pengesahan UU Paten 1989 mengakhiri perdebatan
panjang tentang seberapa pentingnya sistem paten dan manfaatnya bagi bangsa
Indonesia. Sebagaimana dinyatakan dalam pertimbangan UU Paten 1989, perangkat
hukum di bidang paten diperlukan untuk memberikan perlindungan hukum dan
mewujudkan suatu iklim yang lebih baik bagi kegiatan penemuan teknologi. Hal ini
disebabkan karena dalam pembangunan nasional secara umum dan khususnya di
sektor indusri, teknologi memiliki peranan sangat penting. Pengesahan UU Paten
18
1989 juga dimaksudkan untuk menarik investasi asing dan mempermudah masuknya
teknologi ke dalam negeri. Namun demikian, ditegaskan pula bahwa upaya untuk
mengembangkan sistem KI, termasuk paten, di Indonesia tidaklah semata-mata
karena tekanan dunia internasional, namun juga karena kebutuhan nasional untuk
menciptakan suatu sistem perlindungan HKI yang efektif.
Pada tanggal 28 Agustus 1992 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 19
tahun 1992 tentang Merek (UU Merek 1992), yang mulai berlaku tanggal 1 April
1993. UU Merek 1992 menggantikan UU Merek 1961. Pada tanggal 15 April 1994
Pemerintah RI menandatangani Final Act Embodying the Result of the Uruguay
Round of Multilateral Trade Negotiations, yang mencakup Agreement on Trade
Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPS).16
Tiga tahun kemudian, pada tahun 1997 Pemerintah RI merevisi perangkat
peraturan perundang-undangan di bidang KI, yaitu UU Hak Cipta 1987 jo. UU No. 6
tahun 1982, UU Paten 1989, dan UU Merek 1992. Di penghujung tahun 2000,
disahkan tiga UU baru di bidang KI, yaitu UU No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia
Dagang, UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri dan UU No 32 Tahun 2000
tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Dalam upaya untuk menyelaraskan semua peraturan perundang-undangan
di bidang KI dengan Persetujuan TRIPS, pada tahun 2001 Pemerintah Indonesia
16 Ibid.
19
mengesahkan UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten, dan UU No. 15 tahun 2001
tentang Merek. Kedua UU ini menggantikan UU yang lama di bidang terkait. Pada
pertengahan tahun 2002 tentang Hak Cipta yang menggantikan UU yang lama dan
berlaku efektif satu tahun sejak diundangkannya.
3. Pengertian perlindungan hukum
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perlindungan berasal dari
kata lindung yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan
membentengi. Sedangkan perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan, penjagaan,
asilun, dan bunker.beberapa unsur kata perlindungan yaitu:
a. Melindungi: menutupi supaya tidak terlihat/tampak, menjaga,
memelihara, merawat, menyelamatkan.
b. Perlindungan: proses, cara, perbuatan tempat berlindung, hal
(perbuatan)
c.
d.
e.
f.
g.
memperlindungi
(menjadikan
atau
menyebabkan
berlindung)
Pelindung: orang yang melindungi, alat untuk melindungi
Terlindung: terhadap oleh sesuatu sehingga tidak kelihatan
Lindungan: yang dilindungi, tempat berlindung, cak perbuatan.
Memperlindungi menjadikan atau menyebabkan berlindung
Melindungkan: membuat diri terlindungi.
Berdasarkan unsur-unsur di atas, berarti kata perlindungan mengandung
makna, yaitu suatu tindakan perlindungan atau tindakan melindungi dari pihak-pihak
tertentu yang ditujukan untuk pihak tertentu dengan menggunakan cara-cara tertentu.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara perlindungan terhadap subjek hukum
(pelaku usaha) dapat dilakukan melalui berbagai bentuk diantaranya perlindungan
ekonomi, sosial, politik dan perlindungan hukum. Bentuk-bentuk perlindungan
20
terhadap pelaku usaha yang terpenting adalah perlindungan yang diberikan oleh
hukum, sebab hukum dapat mengakomodir berbagai kepentingan pelaku usaha
sebagai subjek hukum, selain itu hukum memiliki daya paksa sehingga bersifat
permanen karena sifatnya yang konstitusional yang diakui dan ditaati keberlakuannya
dalam kehidupan bermasyarakat.
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap
subjek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun
yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain
perlindungan ukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana
hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan
kedamaian.
Pengertian di atas mengundang beberapa ahli untuk mengungkapkan
pendapatnya mengenai pengertian dari perlindunganhukum diantaranya :
1.
Menurut Satjipto Raharjo mendefinisikan Perlindungan Hukum adalah
memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan
perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati
semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.
2.
Menurut Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa Perlindungan Hukum adalah
perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi
21
manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari
kesewenangan.
3.
Menurut CST Kansil Perlindungan Hukum adalah berbagai upaya hukum
yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik
secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak
manapun.
4.
Menurut Philipus M. Hadjon Perlindungan Hukum adalah sebagai kumpulan
peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.
Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hakhak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut.
4. Konstruksi Hukum Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Di dalam hukum posisif Indonesia, pengaturan terkait UMKM tersebar ke
dalam beberapa peraturan, antara lain:
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM).
2. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 08 /PER/M.KUKM/
VII /2017 Tahun 2017 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
22
Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.
3. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 06/PER/M.KUKM/
V /2017 Tahun 2017 Tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna
Jasa Bagi Koperasi yang Melakukan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam.
4. Peraturan
Menteri
01/PER/M.KUKM/I/2017
Koperasi
Tahun
dan
2017
UKM
Nomor
Tentang
Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Dan Anggaran Dekonsentrasi Kementerian
Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Tahun 2017.
5. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
02/PER/M.KUKM/II/2017 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
NomOR 15/PER/M.KUKM/IX/2015 Tentang Usaha Simpan Pinjam
Oleh Koperasi.
6. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
04/PER/M.KUKM/IV/2017 Tahun 2017 Tentang Tunjangan Kinerja
Pegawai di Lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah.
23
7.
Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
03/PER/M.KUKM/IV/2017 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
16/PER/M.KUKM/XII/2016
tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Revitalisasi Pasar Rakyat Melalui Dana Tugas Pembantuan Tahun
Anggaran 2017.
8. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
05/PER/M.KUKM/IV/2017 Tahun 2017 Tentang Kelas Jabatan di
Lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
9. Peraturan
Menteri
Koperasi
17/PER/M.KUKM/XII/2016
Tahun
dan
UKM
Nomor
2016
Tentang
Pedoman
Pelaksanaan Penataan Kawasan Pedagang Kaki Lima Melalui Dana
Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2017.
10. Peraturan
Menteri
Koperasi
16/PER/M.KUKM/XII/2016
Tahun
dan
UKM
Nomor
2016
Tentang
Pedoman
Pelaksanaan Revitalisasi Pasar Rakyat Melalui Dana Tugas
Pembantuan Tahun Anggaran 2017.
11. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
15/PER/M.KUKM/XII/2016 Tahun 2016 Tentang Uraian Tugas
24
Pejabat Struktural Di Lingkungan Kementerian Koperasi Dan Usaha
Kecil Dan Menengah.
12. Peraturan
Menteri
Koperasi
26/PER/M.KUKM/XII/2015
Tahun
dan
UKM
Nomor
2016
Tentang
Pedoman
Pelaksaanan Kegiatan Dan Anggaran Dekonsentrasi Kementerian
Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Tahun 2016.
13.
Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
18./PER/M.KUKM/XII/2016 Tahun 2016 Tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Bantuan Pemerintah pada Kementerian Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah.
14. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
14/PER/M.KUKM/XI/2016 Tahun 2016 Tentang Pedoman Koperasi
Penyalur Kredit Usaha Rakyat.
15. Peraturan
Menteri
13/PER/M.KUKM/X/2016
Koperasi
Tahun
dan
2016
UKM
Nomor
Tentang
Pedoman
Nomenklatur Perangkat Daerah Bidang Koperasi Dan Usaha Kecil
Dan Menengah.
16. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
12/PER/M.KUKM/X/2016 Tahun 2016 Tentang Hasil Pemetaan
25
Urusan Pemerintahan Daerah Di Bidang Koperasi Dan Usaha Kecil
Dan Menengah.
17. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
10/PER/M.KUKM/VI/2016 Tahun 2016 Tentang Pendataan Koperasi
Usaha Kecil Dan Menengah.
18. Peraturan
Menteri
Koperasi
05/PER/M.KUMKM/II/2016
Tahun
dan
UKM
Nomor
2016
Tentang
Pedoman
Pelaksanaan Revitalisasi Pasar Rakyat Melalui Dana Tugas
Pembantuan.
19. Peraturan
Menteri
Koperasi
dan
UKM
Nomor
7/PER/M.KUKM/III/2016 Tahun 2016 Tentang Kelas Jabatan Di
Lingkungan Kementerian Koperasi Dan Usagha Kecil Dan
Menengah.
5. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yang dimaksud usaha mikro
adalah:17
“usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi criteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini”.
17 Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM)
26
Kriteria Usaha Mikro, Kecil Menengah berdasarkan pasal 6 Ayat (1) dan (2) Undangundang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
yakni:
a. Kriteria usaha Mikro adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00
b. Usaha kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 sampai dengan paling
banyak Rp. 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 sampai
dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00
c. Usaha menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 sampai dengan paling
banyak Rp. 10..000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 sampai
dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00.
Daftar Pustaka
Buku
27
Abdulkadir
Muhammad,
Kajian
Hukum
Ekonomi
Intelektual,Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2001.
Kekayaan
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, 2002.
Amiruddin & Zaenal AsiHKIn H, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Budi Santoso, Pengantar Hak Kekayaan Intelektual, Pustaka Magister,
Semarang, 2007.
Djumhana Muhammad, perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual, PT. Citra Aditya Bkti, 2006.
Kesowo Bambang, Polis dan Arti Penting HKI dalam perdagangan
Internasional, Jakarta, 2007.
Kholis Rosiah, Konsep Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Setara Press,
Malang, 2015,
Nazir,Moh. Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta. 2003.
Sentosa Sembiring, Prosedur dan Tata Cara Memperoleh Hak Kekayaan
Intelektual di Bidang Hak Cipta, Paten, dan Merek, Bandung, 2002.
Perundang-undangan
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM)