Solusi kasus tki di luar
Sudah banyak kasus penyiksaan yang menimpa para Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Tidak terdapat
perubahan atas berbagai kasus sebelumnya yang terjadi, justru belakangan kasus penyiksaan TKI semakin
meningkat. Pemerintah seolah tidak belajar atas kesalahan-kesalahan dimana terjadinya kasus yang sama
sebelumnya. Seakan-akan sudah merupakan hal yang lumrah apabila terjadinya penyiksaan TKI setiap
tahun. Disebutkan sudah terdapat regulasi yang mengatur mengenai perlindungan atas penempatan TKI.
Tetapi faktanya kasus-kasus yang sama tetap saja terjadi dan tidak grafiknya tidak menurun justru
meningkat. Perlu dipertanyakan kinerja pemerintah dalam penanganan berbagai yang telah terjadi
sebelumnya.
MASALAH
Adapun manfaat dalam hal ini berorientasi pada pemecahan masalah yang solutif dan efisien.
Berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan dicari fakor- faktor penyebab terjadinya masalah dan alasan
masalah justru semakin marak terjadi. Atas fakor permasalah yang ada digali dan dicari problem solving.
Dalam hal ini juga dituntut peran serta dari masyarakat dalam pencari solusi. Tidak hanya berperan kritis
dengan berbagai masalah yang terjadi tetapi juga memberikan kritik dan saran. Karena ketika pemerintah
masyarakat bergandengantangan dalam penyelesaian masalah niscaya akan dicapai hasil yang maksimal
dan tentu tidak akan merugikan salah satu pihak. Dengan ini juga membuka wawasan masyarakat dengan
hukum positif di Indonesia terutama mengenai undang-undang yang mengatur tentang perlindungan dan
penempatan TKI di luar negeri.
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja
di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Pengertian
merupakan defenisi yuridis mengenai TKI menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
tentang Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.
Sedangkan penempatan buruh migran dalam Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan buruh migran sesuai bakat, minat, dan kemampuannya
dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurusan dokumen,
pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke negara
tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.
Dengan adanya undang-undang ini memberikan kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dalam mengatur penempatan buruh migran. Dalam penempatan tersebut “ Setiap tenaga kerja mempunyai
hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh
penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri” sesuai Pasal 31 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tenang Ketenagakerjaan. Kemudian dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) dijelaskan bahwa
“Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil, dan setara
tanpa diskriminasi. Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan
yang tepat sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan dengan memperhatikan
harkat, martabat, hak asasi, dan perlindungan hukum.”
Untuk menghindari ketidakamanan yang akan diderita oleh buruh migran (khususnya Pembantu Rumah
Tangga) maka Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 menegaskan bahwa “Orang perseorangan
dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri”. Dalam Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2004 dinyatakan bahwa tujuan penempatan dan perlindungan calon buruh
migran adalah:
memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;
menjamin dan melindungi calon buruh migran sejak di dalam negeri, di negara tujuan, sampai
kembali ke tempat asal di Indonesia;
meningkatkan kesejahteraan buruh migran dan keluarganya.
Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 dinyatakan bahwa “Pemerintah bertugas
mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan
buruh migran di luar negeri.” Dan dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 bahwa
Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan upaya perlindungan buruh migran di luar negeri.
Demi menjamin perlindungan lebih lagi terdahad TKI diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 2004 mengatur tentang penempatan buruh migran di luar negeri hanya dapat dilakukan ke negara
tujuan yang pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan Pemerintah Republik Indonesia atau
ke negara tujuan yang mempunyai peraturan perundang-undangan yang melindungi tenaga kerja asing.
Namun meskipun seperti itu, masih saja terdapat penganiayaan terhadap para buruh migran yang sudah
jelas dan terang mendapat perlindungan hukum. Perlindungan tersebut dilakuakan dengan penyelengaraan
keadilan dan ketertiban untuk mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat sesuai dengan
tujuan negara menurut Prof. Subekti, S.H.
Perlindungan hukum terhadap para TKI juga sudah dimuat dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 2004 menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban:
menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI, baik yang berangkat melalui pelaksana penempatan
TKI, maupun yang berangkat secara mandiri;
mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI;
membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon TKI di luar negeri;
melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan TKI secara
optimal di negara tujuan; dan
memberikan perlindungan kepada TKI selama masa sebelum pemberangkatan, masa penempatan,
dan masa purna penempatan.
Perlindungan bagi TKI yang bekerja di luar negeri diawali dan terintegrasi dalam setiap proses
penempatan TKI, sejak proses rekrutmen, selama bekerja dan hingga pulang ke tanah air. Sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 77 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 bahwa setiap calon TKI mempunyai
hak untuk memperoleh perlindungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perlindungan
tersebut seperti tertuang dalam ayat (1) dilaksanakan mulai dari pra penempatan, masa penempatan,
sampai dengan masa setelah penempatan.
Kalah bisa karena biasa, itulah akhirnya yang akan terjadi kalau masalah TKI di luar negara dibiarkan
begitu saja. Akhirnya masyarakat akan biasa mendengar TKI yang dizalimi, dinafikan hak-haknya dan
disiksa yang menyebabkan kematian, cacat seumur hidup, tekanan mental yang bisa gila, trauma dan
banyak lagi.
Bagi TKI, melihat hasil selama ini –penyiksaan, kezaliman dll- tanpa meninjau proses sama saja dengan
bohong. Pejabat yang berpidato berapi-api akan sama dengan pepesan kosong kalau tidak ada langkah
maju dan cerdas lainnya.
TKI akan tetap datang ke luar negara dengan cara bagaimanapun karena itulah satu-satunya solusi bagi
mereka. Mereka tidak punya pilihan, daripada jadi pelacur, pengemis, miskin, kelaparan, terhina di dalam
negeri, sementara ada sedikit peluang dan harapan cerah mengapa tidak..
Sementara Indonesia yang masih dikuasai oleh media sekuler anti Islam karena sebagiannya dimiliki dan
dibiayai oleh non Muslim akan menjadi panas-panas taik ayam sampai kapanpun. Masalahnya kezaliman,
ketidak adilan, kejahatan dan sebagainya yang berlaku pada TKI yang bekerja di negara seperti negara
non muslim korea, Singapura dll tidak diberitakan sepanas yang diberitakan di negara Islam seperti Arab,
Malaysia dan sebagainya.
Berita TKI dicampur bumbu-bumbu kepentingan orang partai akan menjadi barang mewah yang laris
manis dan laku. Padahal semua itu hanyalah pembohongan saja karena orang politik itu melihat,
mendengar dan menyaksikan setiap hari keadaan yang lebih parah lagi di dalam negeri seperti kandang
kumuh di Jakarta dan kemiskinan dan kemelaratan lainnya.
Tidak lama setelah “pembelaan terhadap TKI” itu orang partai yang bersuara “peduli” nasib TKI akan
mencalonkan diri menjadi Gubernur, Walikota, DPR bahkan Presiden nantinya.. Tinggallah warganegara
yang tetap miskin, susah, bodoh, malarat dan sengsara lainnya.
Menghentikan TKI saat ini tanpa solusi kerja dan kesejahteraan di dalam negeri sama saja dengan
membunuh sebagian warganegara. Karena sekitar 19 % (50 juta) WNI hidup dalam kemiskinan. Mereka
akan tetap datang dengan cara apa dan bagaimanapun.
SOLUSI
Sebagai warganegara, di mana Undang-undang memberi hak pada saya untuk bersuara dan
menyampaikan pendapat seperti yang dinyatakan dalam UU No 9 Tahun 1998, menurut saya solusi TKI
di luar negeri ialah;
1. Hentikan KORUPSI dalam negeri yang selama ini dilakukan oleh pejabat negara yang diberi amanah
dan gaji dan diberi fasilitas lainnya dari uang warganegara.
2. Tingkatkan profesionalisme, berpandangan jauh ke depan, integritas, moral, akhlak, Iman, Taqwa dan
sebagainya. Ia akan bisa membangkitkan Indonesia sejajar dengan kemakmuran tetangga yang miskin
sumber daya alamnya dibandingkan Indonesia seperti Singapura, Malaysia, Brunei dll.
3. Serahkan kepemimpinan negara pada orang profesional yang ahli dibidangnya. Presiden mantan
jenderal tentara, polisi dan artis lainnya bukanlah orang yang tepat memimpin negara. Jadilah tentara
yang baik dengan menjaga pertahanan atau polisi yang baik menjaga keamanan atau artis yang baik
menghibur dan janganlah jadi Presiden dengan SDM yang lemah karena Jenderal dan artis banyak yang
tidak tamat S1. Islam mengatakan sesuatu yang diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah
kehancurannya. Tentu saja kita tidak ingin negara ini bertambah hancur lagi. Serahkan kepemimpinan
negara pada yang ahli atau ahli filsafat menurut theory falsafah kuno. Tidak ada negara yang maju karena
dipimpin oleh tentara, polisi, artis di dunia ini.
4. Bangun ekonomi berdasarkan pro kerakyatan, jujur, adil, amanah. Dengan demikian ekonomi negara
akan menjadi baik dan TKI cukup bekerja di dalam negeri saja.
5. Amalkan konsep dokter.. potong bagian tubuh yang telah kena virus berbahaya. Seperti membunuh,
memenjara seumur hidup, memiskinkan hingga menjadi pengemis dia dan keluarganya agar terjadi efek
jera dan kapok pada koruptor dan keluarganya.
Saya yakin dengan mengamalkan lima konsep di atas TKI akan pulang ke kampungnya masing-masing
karena di sana telah menunggu kerja dan gaji yang lebih baik daripada bekerja di luar negeri.
Hentikan TKI bekerja di luar negeri setelah KORUPTOR dihapuskan, dan empat langkah lainnya. Karena
dengan memarahi negara importir TKI sama saja bohong. Mereka akan berkata; kami tidak mau , kami
tidak membutuhkan, kami tidak perlu warganegara anda bekerja di negara kami, hanya mereka saja yang
datang menawarkan diri selama ini sebagai tamu yang tak di undang..
Berdasarkan permasalahan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang mengalami penyiksaan di luar negeri,
negara Indonesia mempunyai tugas untuk melindungi mereka. Alasannya, masyarakat Indonesia
dimanapun berada adalah tanggungjawab negara untuk mendapatkan kehidupan yang layak sesuai
perundang-undangkan Hak Asasi Manusia, dalam Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2.
Kasus penyikasaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri juga merupakan permasalahan bersifat
internasional. Oleh karena itu, sebagai solusi untuk menghadapi kasus ini harus ada bentuk pertahanan
dari negara Indonesia. Dalam hal ini, penyelesaiannya adalah melalui asas-asas ketahanan nasional.
Solusi kasus penyiksaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berdasarkan asas- asas ketahanan nasional
diuraikan dibawah ini :
a. Asas kesejahteraan dan keamanan
Melalui asas kesejahteraan dan keamanan yang sudah dijelaskan di bagian dua bab II pembahasan ini
bahwa kesejahteraan dan keamanan merupakan tolak ukur ketahanan nasional. Berdasarkan penjelasan
diatas, kasus penyiksaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) harus mendapat perhatian negara Indonesia.
Artinya, setiap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan bekerja keluar negeri termasuk yang sudah
pulang ke dalam negeri dalam keadaan penyiksaan dari majikan yang bersangkutan harus mendapat
kesejahteraan dan keamanan sesuai asas ketahanan nasional.
Pembekalan kesejahteraan dan keamanan harus menjadi kunci utama bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
untuk mengurangi terjadinya penyiksaan oleh majikan mereka. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan
permasalahan internasional dan perlu mendapat perhatian atas kesejahteraan dan keamanan ketahanan
nasional.
b. Asas komprehensif integral/ menyeluruh terpadu
Dalam asas ini, dinyatakan dalam penjelasannya bahwa asas ini meliputi seluruh aspek kehidupan secara
selaras, serasi dan seimbang. Melalui hal tersebut, negara Indonesia harus mengkaitkan hal ini dengan
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk mendapatkan kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang. Artinya,
negara Indonesia memperhatikan keadaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebelum atau sampai di luar
negeri tempat ia bekerja secara komprehensif integral.
c. Asas mawas ke dalam dan mawas ke luar
Dalam hal mawas ke dalam, yang perlu dikaji untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah kepribadian
mereka (diluar tanggung jawab negara). Artinya, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tersebut harus memiliki
sikap kemandirian dalam dirinya untuk mempertahankan hidup.oleh karena itu, Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) harus membekali dirinya sendiri terlebih dahulu untuk menghindari hal kekerasan oleh majikan
mereka di luar negeri.
Dalam hal mawas ke luar, negara mempunyai tanggungjawab sesuai pernyataannya dalam penjelasan
mawas ke luar bahwa negara mengatasi maupun mengantisipasi masalah internasional. Hal ini berkaitan
dengan masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang juga bersifat internasional. Artinya, negara Indonesia
mengizinkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri dengan landasan kerja sama dengan luar
negeri, yakni perihal lapangan pekerjaan di Indonesia yang terbatas dengan jumlah masyarakat Indonesia
yang banyak.
d. Asas kekeluargaan
Asas ini juga merupakan landasan hal penting sebagai solusi penyiksaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
luar negeri. Alasannya, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) harus dilandaskan dengan asas kekeluargaan untuk
kehidupan yang terhindar dari konflik.
Kekeluargaan yang dibentuk adalah kekeluargaan dari dalam negara Indonesia dan juga kekeluargaan
terhadap negara yang menjadi tujuan mereka dalam bekerja. Salah satu contohnya, sebelum Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) memasuki dunia kerja, ia harus menjalin kekeluargaan terlebih dahulu terhadap atasan
(majikan) mereka. Hal ini berguna untuk menghindari penyiksaan terhadap fisik maupun batin mereka
selama bekerja.
perubahan atas berbagai kasus sebelumnya yang terjadi, justru belakangan kasus penyiksaan TKI semakin
meningkat. Pemerintah seolah tidak belajar atas kesalahan-kesalahan dimana terjadinya kasus yang sama
sebelumnya. Seakan-akan sudah merupakan hal yang lumrah apabila terjadinya penyiksaan TKI setiap
tahun. Disebutkan sudah terdapat regulasi yang mengatur mengenai perlindungan atas penempatan TKI.
Tetapi faktanya kasus-kasus yang sama tetap saja terjadi dan tidak grafiknya tidak menurun justru
meningkat. Perlu dipertanyakan kinerja pemerintah dalam penanganan berbagai yang telah terjadi
sebelumnya.
MASALAH
Adapun manfaat dalam hal ini berorientasi pada pemecahan masalah yang solutif dan efisien.
Berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan dicari fakor- faktor penyebab terjadinya masalah dan alasan
masalah justru semakin marak terjadi. Atas fakor permasalah yang ada digali dan dicari problem solving.
Dalam hal ini juga dituntut peran serta dari masyarakat dalam pencari solusi. Tidak hanya berperan kritis
dengan berbagai masalah yang terjadi tetapi juga memberikan kritik dan saran. Karena ketika pemerintah
masyarakat bergandengantangan dalam penyelesaian masalah niscaya akan dicapai hasil yang maksimal
dan tentu tidak akan merugikan salah satu pihak. Dengan ini juga membuka wawasan masyarakat dengan
hukum positif di Indonesia terutama mengenai undang-undang yang mengatur tentang perlindungan dan
penempatan TKI di luar negeri.
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja
di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Pengertian
merupakan defenisi yuridis mengenai TKI menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
tentang Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.
Sedangkan penempatan buruh migran dalam Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan buruh migran sesuai bakat, minat, dan kemampuannya
dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurusan dokumen,
pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke negara
tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.
Dengan adanya undang-undang ini memberikan kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dalam mengatur penempatan buruh migran. Dalam penempatan tersebut “ Setiap tenaga kerja mempunyai
hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh
penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri” sesuai Pasal 31 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tenang Ketenagakerjaan. Kemudian dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) dijelaskan bahwa
“Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil, dan setara
tanpa diskriminasi. Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan
yang tepat sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan dengan memperhatikan
harkat, martabat, hak asasi, dan perlindungan hukum.”
Untuk menghindari ketidakamanan yang akan diderita oleh buruh migran (khususnya Pembantu Rumah
Tangga) maka Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 menegaskan bahwa “Orang perseorangan
dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri”. Dalam Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2004 dinyatakan bahwa tujuan penempatan dan perlindungan calon buruh
migran adalah:
memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;
menjamin dan melindungi calon buruh migran sejak di dalam negeri, di negara tujuan, sampai
kembali ke tempat asal di Indonesia;
meningkatkan kesejahteraan buruh migran dan keluarganya.
Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 dinyatakan bahwa “Pemerintah bertugas
mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan
buruh migran di luar negeri.” Dan dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 bahwa
Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan upaya perlindungan buruh migran di luar negeri.
Demi menjamin perlindungan lebih lagi terdahad TKI diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 2004 mengatur tentang penempatan buruh migran di luar negeri hanya dapat dilakukan ke negara
tujuan yang pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan Pemerintah Republik Indonesia atau
ke negara tujuan yang mempunyai peraturan perundang-undangan yang melindungi tenaga kerja asing.
Namun meskipun seperti itu, masih saja terdapat penganiayaan terhadap para buruh migran yang sudah
jelas dan terang mendapat perlindungan hukum. Perlindungan tersebut dilakuakan dengan penyelengaraan
keadilan dan ketertiban untuk mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat sesuai dengan
tujuan negara menurut Prof. Subekti, S.H.
Perlindungan hukum terhadap para TKI juga sudah dimuat dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 2004 menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban:
menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI, baik yang berangkat melalui pelaksana penempatan
TKI, maupun yang berangkat secara mandiri;
mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI;
membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon TKI di luar negeri;
melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan TKI secara
optimal di negara tujuan; dan
memberikan perlindungan kepada TKI selama masa sebelum pemberangkatan, masa penempatan,
dan masa purna penempatan.
Perlindungan bagi TKI yang bekerja di luar negeri diawali dan terintegrasi dalam setiap proses
penempatan TKI, sejak proses rekrutmen, selama bekerja dan hingga pulang ke tanah air. Sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 77 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 bahwa setiap calon TKI mempunyai
hak untuk memperoleh perlindungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perlindungan
tersebut seperti tertuang dalam ayat (1) dilaksanakan mulai dari pra penempatan, masa penempatan,
sampai dengan masa setelah penempatan.
Kalah bisa karena biasa, itulah akhirnya yang akan terjadi kalau masalah TKI di luar negara dibiarkan
begitu saja. Akhirnya masyarakat akan biasa mendengar TKI yang dizalimi, dinafikan hak-haknya dan
disiksa yang menyebabkan kematian, cacat seumur hidup, tekanan mental yang bisa gila, trauma dan
banyak lagi.
Bagi TKI, melihat hasil selama ini –penyiksaan, kezaliman dll- tanpa meninjau proses sama saja dengan
bohong. Pejabat yang berpidato berapi-api akan sama dengan pepesan kosong kalau tidak ada langkah
maju dan cerdas lainnya.
TKI akan tetap datang ke luar negara dengan cara bagaimanapun karena itulah satu-satunya solusi bagi
mereka. Mereka tidak punya pilihan, daripada jadi pelacur, pengemis, miskin, kelaparan, terhina di dalam
negeri, sementara ada sedikit peluang dan harapan cerah mengapa tidak..
Sementara Indonesia yang masih dikuasai oleh media sekuler anti Islam karena sebagiannya dimiliki dan
dibiayai oleh non Muslim akan menjadi panas-panas taik ayam sampai kapanpun. Masalahnya kezaliman,
ketidak adilan, kejahatan dan sebagainya yang berlaku pada TKI yang bekerja di negara seperti negara
non muslim korea, Singapura dll tidak diberitakan sepanas yang diberitakan di negara Islam seperti Arab,
Malaysia dan sebagainya.
Berita TKI dicampur bumbu-bumbu kepentingan orang partai akan menjadi barang mewah yang laris
manis dan laku. Padahal semua itu hanyalah pembohongan saja karena orang politik itu melihat,
mendengar dan menyaksikan setiap hari keadaan yang lebih parah lagi di dalam negeri seperti kandang
kumuh di Jakarta dan kemiskinan dan kemelaratan lainnya.
Tidak lama setelah “pembelaan terhadap TKI” itu orang partai yang bersuara “peduli” nasib TKI akan
mencalonkan diri menjadi Gubernur, Walikota, DPR bahkan Presiden nantinya.. Tinggallah warganegara
yang tetap miskin, susah, bodoh, malarat dan sengsara lainnya.
Menghentikan TKI saat ini tanpa solusi kerja dan kesejahteraan di dalam negeri sama saja dengan
membunuh sebagian warganegara. Karena sekitar 19 % (50 juta) WNI hidup dalam kemiskinan. Mereka
akan tetap datang dengan cara apa dan bagaimanapun.
SOLUSI
Sebagai warganegara, di mana Undang-undang memberi hak pada saya untuk bersuara dan
menyampaikan pendapat seperti yang dinyatakan dalam UU No 9 Tahun 1998, menurut saya solusi TKI
di luar negeri ialah;
1. Hentikan KORUPSI dalam negeri yang selama ini dilakukan oleh pejabat negara yang diberi amanah
dan gaji dan diberi fasilitas lainnya dari uang warganegara.
2. Tingkatkan profesionalisme, berpandangan jauh ke depan, integritas, moral, akhlak, Iman, Taqwa dan
sebagainya. Ia akan bisa membangkitkan Indonesia sejajar dengan kemakmuran tetangga yang miskin
sumber daya alamnya dibandingkan Indonesia seperti Singapura, Malaysia, Brunei dll.
3. Serahkan kepemimpinan negara pada orang profesional yang ahli dibidangnya. Presiden mantan
jenderal tentara, polisi dan artis lainnya bukanlah orang yang tepat memimpin negara. Jadilah tentara
yang baik dengan menjaga pertahanan atau polisi yang baik menjaga keamanan atau artis yang baik
menghibur dan janganlah jadi Presiden dengan SDM yang lemah karena Jenderal dan artis banyak yang
tidak tamat S1. Islam mengatakan sesuatu yang diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah
kehancurannya. Tentu saja kita tidak ingin negara ini bertambah hancur lagi. Serahkan kepemimpinan
negara pada yang ahli atau ahli filsafat menurut theory falsafah kuno. Tidak ada negara yang maju karena
dipimpin oleh tentara, polisi, artis di dunia ini.
4. Bangun ekonomi berdasarkan pro kerakyatan, jujur, adil, amanah. Dengan demikian ekonomi negara
akan menjadi baik dan TKI cukup bekerja di dalam negeri saja.
5. Amalkan konsep dokter.. potong bagian tubuh yang telah kena virus berbahaya. Seperti membunuh,
memenjara seumur hidup, memiskinkan hingga menjadi pengemis dia dan keluarganya agar terjadi efek
jera dan kapok pada koruptor dan keluarganya.
Saya yakin dengan mengamalkan lima konsep di atas TKI akan pulang ke kampungnya masing-masing
karena di sana telah menunggu kerja dan gaji yang lebih baik daripada bekerja di luar negeri.
Hentikan TKI bekerja di luar negeri setelah KORUPTOR dihapuskan, dan empat langkah lainnya. Karena
dengan memarahi negara importir TKI sama saja bohong. Mereka akan berkata; kami tidak mau , kami
tidak membutuhkan, kami tidak perlu warganegara anda bekerja di negara kami, hanya mereka saja yang
datang menawarkan diri selama ini sebagai tamu yang tak di undang..
Berdasarkan permasalahan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang mengalami penyiksaan di luar negeri,
negara Indonesia mempunyai tugas untuk melindungi mereka. Alasannya, masyarakat Indonesia
dimanapun berada adalah tanggungjawab negara untuk mendapatkan kehidupan yang layak sesuai
perundang-undangkan Hak Asasi Manusia, dalam Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2.
Kasus penyikasaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri juga merupakan permasalahan bersifat
internasional. Oleh karena itu, sebagai solusi untuk menghadapi kasus ini harus ada bentuk pertahanan
dari negara Indonesia. Dalam hal ini, penyelesaiannya adalah melalui asas-asas ketahanan nasional.
Solusi kasus penyiksaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berdasarkan asas- asas ketahanan nasional
diuraikan dibawah ini :
a. Asas kesejahteraan dan keamanan
Melalui asas kesejahteraan dan keamanan yang sudah dijelaskan di bagian dua bab II pembahasan ini
bahwa kesejahteraan dan keamanan merupakan tolak ukur ketahanan nasional. Berdasarkan penjelasan
diatas, kasus penyiksaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) harus mendapat perhatian negara Indonesia.
Artinya, setiap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan bekerja keluar negeri termasuk yang sudah
pulang ke dalam negeri dalam keadaan penyiksaan dari majikan yang bersangkutan harus mendapat
kesejahteraan dan keamanan sesuai asas ketahanan nasional.
Pembekalan kesejahteraan dan keamanan harus menjadi kunci utama bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
untuk mengurangi terjadinya penyiksaan oleh majikan mereka. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan
permasalahan internasional dan perlu mendapat perhatian atas kesejahteraan dan keamanan ketahanan
nasional.
b. Asas komprehensif integral/ menyeluruh terpadu
Dalam asas ini, dinyatakan dalam penjelasannya bahwa asas ini meliputi seluruh aspek kehidupan secara
selaras, serasi dan seimbang. Melalui hal tersebut, negara Indonesia harus mengkaitkan hal ini dengan
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk mendapatkan kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang. Artinya,
negara Indonesia memperhatikan keadaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebelum atau sampai di luar
negeri tempat ia bekerja secara komprehensif integral.
c. Asas mawas ke dalam dan mawas ke luar
Dalam hal mawas ke dalam, yang perlu dikaji untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah kepribadian
mereka (diluar tanggung jawab negara). Artinya, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tersebut harus memiliki
sikap kemandirian dalam dirinya untuk mempertahankan hidup.oleh karena itu, Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) harus membekali dirinya sendiri terlebih dahulu untuk menghindari hal kekerasan oleh majikan
mereka di luar negeri.
Dalam hal mawas ke luar, negara mempunyai tanggungjawab sesuai pernyataannya dalam penjelasan
mawas ke luar bahwa negara mengatasi maupun mengantisipasi masalah internasional. Hal ini berkaitan
dengan masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang juga bersifat internasional. Artinya, negara Indonesia
mengizinkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri dengan landasan kerja sama dengan luar
negeri, yakni perihal lapangan pekerjaan di Indonesia yang terbatas dengan jumlah masyarakat Indonesia
yang banyak.
d. Asas kekeluargaan
Asas ini juga merupakan landasan hal penting sebagai solusi penyiksaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
luar negeri. Alasannya, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) harus dilandaskan dengan asas kekeluargaan untuk
kehidupan yang terhindar dari konflik.
Kekeluargaan yang dibentuk adalah kekeluargaan dari dalam negara Indonesia dan juga kekeluargaan
terhadap negara yang menjadi tujuan mereka dalam bekerja. Salah satu contohnya, sebelum Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) memasuki dunia kerja, ia harus menjalin kekeluargaan terlebih dahulu terhadap atasan
(majikan) mereka. Hal ini berguna untuk menghindari penyiksaan terhadap fisik maupun batin mereka
selama bekerja.