Mengurai Masalah Pengembangan Sukuk Korp

Mengurai Masalah Pengembangan Sukuk
Korporasi di Indonesia dengan Metode
Analytic Network Process

Aam S. Rusydiana & M. Jarkasih
[Has been presented at International Academic Conference, Shariah Economic
Days (SECOND) 2010 FEUI, 3 February 2010

1st Chapter: INTRODUCTION (Background, Rumusan
masalah, Objectives, Methodology & Benefit of the Study).
2nd Chapter: LITERATURE REVIEW (Definition, Type &
Past Studies about Sukuk)
3rd Chapter: THE DEVELOPMENT OF SUKUK
MARKET
4th Chapter: METHODOLOGY
5th Chapter: DATA ANALYSIS
6th Chapter: CONCLUSIONS and RECOMMENDATION

Walaupun dipandang sangat potensial dan prospektif,
perkembangan obligasi syariah di indonesia dapat dikategorikan
sangat lambat. Total emisi hingga akhir 2009 baru mencapai 6.71

triliun rupiah (sekitar $700 juta) dibandingkan dengan Malaysia
yang pada pertengahan 2007 saja telah membukukan total emisi
RM 111,5 miliar ($33 miliar).
Achsien (2004) menjelaskan bahwa banyak tantangan yang
dihadapi dalam pengembangan obligasi syariah di Indonesia,
diantaranya adalah sosialisasi kepada investor, opportunity cost,
aspek likuiditas, sampai regulasi atau perundang-undangan

40.00% 36.20%
35.00%

32.10%

30.00%
25.00%
20.00%

15.70%

15.00%

10.00%

5.30%
3% 2.30% 2%
1.10%1.10%0.40%0.30% 0.20%0.20%0.10%

5.00%

Source: Global Research-GCC (2008)

an
In
do
ne
si
a

Je
rm


SA
U

K
Su
da
n

U

U

EA
M
al
ay
Sa
si
a
ud

iA
ra
bi
a
Ba
hr
ai
n
Ku
w
ai
t
Pa
ki
st
an
Q
at
ar
Br

un
ei
La
in
ny
a

0.00%

25000

22385

20000
15000
9923
10000

8260


5000
0 250

2781
1180
1021 1000
600
0 800 800

2001

2002

9130

3950
1350

0
2003


2004

Sukuk Korporasi

2005

2006

Sukuk Negara

Source: Global Research-GCC (2008) in Million US$

2007

Total
(2007)

1800


10

1600

9

1400

8

1200

7

1000

6
5

800


4

600

3

400

2

200

1

0
Nilai
Emiten

2002


2003

2004

2005

2006

2007

2008

175

615

834

585.4


200

1320

1534

1

6

9

3

1

6

6

Sources: BEI, KSEI (2008), in Billion Rp

0

Source: Ascarya (2009)

VERBAL SCALE

NUMERIC SCALE

Much More Greater Influence

9
8

Much Greater Influence

7
6

Greater Influence

5
4

Slightly Greater Influence

3
2

Equal Influence

1

MENGURAI MASALAH PENGEMBANGAN SUKUK KORPORASI INDONESIA

PELAKU PASAR

KARAKTERISTIK PRODUK

REGULASI

Minim SDM

Kepatuhan Syariah

Masalah Pajak

Sukuk Negara

Minim Pemahaman

Kompleksitas Produk

Nir-Insentif

Knowledge Share

Averse to Selection

Tak Ada Rating Standar

Aturan Blm Lgkp

Min Infrastruktur

Penyediaan SDM

Pengembangan Struktur-Akad

Revisi Pajak

Sharing Info

Sosialisasi

Sedia Standar Rating

Beri Insentif

SBSN Terbit

Edukasi

Variasi Akad

Lengkapi Aturan

Infrastruktur

MARKET DRIVEN
STRATEGY

DIRECTED MARKET
DRIVEN STRATEGY

PEMERINTAH

SUPPLY LED
STRATEGY

ITEMS

EXPERTS

PRACTITIONERS

REGULATOR

TOTAL

ASPECT

NR

R

NR

R

NR

R

PELAKU PASAR

0.185

4

0.467

1

0.403

1

0.352

NR

R
1

PRODUCT CHARACTERISTIC

0.212

3

0.095

4

0.141

4

0.149

4

REGULATION

0.341

1

0.160

3

0.269

2

0.257

2

GOVERNMENT

0.261

2

0.277

2

0.187

3

0.242

3

Lack of Human Resources

0.313

2

0.193

3

0.507

1

0.338

2

Lack of Understanding

0.178

3

0.521

1

0.322

2

0.340

1

Adverse to Selection

0.508

1

0.287

2

0.171

3

0.322

3

Shariah Compliance

0.546

1

0.518

1

0.315

2

0.460

1

Complexity of Product

0.299

2

0.309

2

0.506

1

0.371

2

Rating Standar

0.155

3

0.173

3

0.180

3

0.169

3

Ketidakpastian Perpajakan

0.543

1

0.516

1

0.472

1

0.510

1

Tidak Ada Insentif

0.159

3

0.176

3

0.307

2

0.214

3

Aturan Belum Lengkap

0.297

2

0.309

2

0.221

3

0.276

2

Belum Ada Sukuk Negara

0.307

2

0.509

1

0.518

1

0.445

1

Knowledge Sharing

0.155

3

0.296

2

0.308

2

0.253

3

Infrastruktur Belum Lengkap

0.538

1

0.195

3

0.174

3

0.302

2

PELAKU PASAR

PRODUCT CHARACTERISTIC

REGULATION

GOVERNMENT

SOLUTIONS
PELAKU PASAR
Education

0.547

1

0.521

1

0.310

2

0.459

1

Socialization

0.296

2

0.304

2

0.167

3

0.256

3

Penyediaan SDM

0.158

3

0.175

3

0.523

1

0.285

2

Pengembangan Struktur-Akad

0.545

1

0.518

1

0.518

1

0.527

1

Perlu Standar Rating

0.153

3

0.173

3

0.309

2

0.212

3

Penggunaan Akad Lain

0.302

2

0.309

2

0.173

3

0.261

2

Pemberian Insentif

0.297

2

0.309

2

0.173

3

0.260

2

Revisi Regulasi Pajak

0.541

1

0.515

1

0.518

1

0.525

1

Kelengkapan Aturan

0.162

3

0.176

3

0.309

2

0.216

3

Sharing Antar Yuridiksi

0.150

3

0.289

2

0.173

3

0.204

3

Sukuk Negara Terbit

0.546

1

0.515

1

0.309

2

0.457

1

Infrastruktur Lengkap

0.304

2

0.195

3

0.518

1

0.339

2

Market Driven Strategy

0.273

2

0.539

1

0.540

1

0.451

1

Directed Market Driven Strategy

0.582

1

0.176

3

0.297

2

0.352

2

Supply Led Strategy

0.144

3

0.286

2

0.163

3

0.198

3

PRODUCT CHARACTERISTIC

REGULATION

GOVERNMENT

STRATEGIES

1. Perkembangan sukuk korporasi di Indonesia dilihat dari
nilai emisi maupun jumlah penerbitan terbilang sangat
lambat. Sedangkan saat ini tengah terjadi booming sukuk di
pasar keuangan internasional. Terutama di negara-negara
Timur Tengah, Asia Tenggara (Malaysia), bahkan mulai
merambah pasar Eropa dan Amerika.
2. Terdapat banyak tantangan dalam pengembangan sukuk
secara umum, mulai dari aspek syariah, kerangka hukum,
regulasi, pasar, sampai kompleksitas produk. Hal tersebut
merupakan sebuah kewajaran karena sukuk dapat
dikategorikan produk baru yang diintegrasikan pada pasar
keuangan konvensional yang telah mapan.

3. Masalah dalam pengembangan sukuk korporasi di Indonesia lebih
didominasi aspek pelaku pasar dan regulasi. Minimnya
pemahaman pelaku pasar modal dan keterbatasan SDM membuat
pasar sukuk lambat bergerak di samping ketidakpastian pajak
membuat perusahaan ragu untuk menerbitkan sukuk.
4. Sedangkan permasalahan umum yang tidak hanya dialami di
Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia adalah aspek
karakteristik/kompleksitas produk. Sukuk adalah instrumen baru
keuangan syariah yang mempunyai ciri khas dan karakteristik yang
berbeda dibandingkan produk lain. Mengembangkan sukuk agar
kompatibel dengan pasar modal modern tanpa menanggalkan aspek
kepatuhan syariah menjadi sebuah tantangan tersendiri.

5. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan sukuk
mengikuti pola kebijakan pengembangan ekonomi syariah
secara umum, yaitu bottom up approach. Sehingga
mengembangkan pasar menjadi faktor kunci dalam
menumbuhkan pasar sukuk di Indonesia.

1.

Minimnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat
selalu menjadi masalah utama dalam pengembangan
ekonomi Islam secara umum termasuk pada instrumen
pasar modal syariah semisal sukuk. Oleh karena itu,
sosialisasi dan edukasi mengenai sukuk atau instrumen
keuangan syariah lainnya perlu digarap lebih serius melalui
lembaga pendidikan formal maupun informal yang lebih
intensif merupakan solusi terbaik.

2.

Penyediaan SDM profesional dibidang pasar modal
syariah harus digarap secara serius melalui jenjang
pendidikan yang lebih formal. Dikhawatirkan, konversi
praktisi pasar modal konvensional melalui pelatihanpelatihan ekonomi syariah menyisakan permasalahan pada
sisi pola pikir (mindset) yang sulit diubah. Pendirian
perguruan tinggi dengan kekhususan ekonomi syariah atau
pembukaan program studi ekonomi syariah harus
diperbanyak lagi. Hal ini penting dalam rangka
menghindari gap antara perkembangan pasar modal syariah
yang pesat dengan kuantitas SDM yang menyokongnya.

3. Kepastian perpajakan melalui revisi regulasi pajak
harus segera dilakukan. Minimal besaran pajak pada
sukuk sama dengan obligasi, sehingga sukuk dan obligasi
dapat berkompetisi secara seimbang di pasar modal.
4. Penelitian dan riset terkait sukuk di Indonesia juga
perlu ditingkatkan intensitasnya, dengan begitu
diharapkan sukuk dapat menjadi instrumen keuangan
ideal yang dapat menjadi salah satu solusi perbaikan
ekonomi Indonesia di masa depan.

5. Pemetaan karakteristik investor pada produk pasar
modal syariah juga perlu dilakukan sehingga data yang
diperoleh dapat digunakan sebagai bahan penerapan
strategi dan kebijakan terkait.
6. Peranan pemerintah yang lebih dominan juga sangat
diharapkan. Misalnya, secara bertahap mengganti
instrumen-instrumen berbasis hutang dalam membiayai
proyek tertentu atau menutupi defisit anggaran dengan
instrumen sukuk.