KAJIAN PERHITUNGAN DANA PENSIUN MENGGUNA
JURNAL BPPK
ISSN 2085-3785 Volume 9 Nomor 2, 2016, halaman 110-242
Jurnal BPPK merupakan publikasi ilmiah yang berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian, pengembangan, kajian, dan pemikiran di bidang ekonomi dan keuangan negara. Terbit pertama kali tahun 2010 dengan masa terbit sekali setahun kemudian menambah masa terbit pada tahun 2011 diterbitkan dua kali setahun hingga saat ini, pada bulan Juni dan Desember. Artikel yang diterbitkan dalam Jurnal BPPK telah melalui proses evaluasi dan penyuntingan oleh Dewan Redaksi, Mitra Bestari dan Anggota Staf Editorial. Jurnal BPPK terbuka untuk umum, praktisi, peneliti, pegawai, dan pemerhati masalah ekonomi dan keuangan negara.
STAF EDITORIAL
Penanggung Jawab
Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Ketua Dewan Redaksi
Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Dewan Redaksi
Dr. Roberto Akyuwen, S.T.P., S.E., M.Si. Yoopi Abimanyu, S.E., M.A., Ph.D Dr. Agung Budi Laksono, S.E., M.M.
Mitra Bestari
Dr. Akhmad Makhfatih, M.A. Prof. Dr. Samsubar Saleh, M.Soc.Sc.
Heru Subiyantoro, Ph.D. Prof. Ir. Noer Azam Achsani. M.Sc., Ph.D.
Redaktur
Rahmadi Murwanto, Ak., MAcc., M.B.A., Ph.D.
Editor Ahli
Bey Arifianto Widodo
Editor Pelaksana
Nur Etaruni Phesona Elok Brillyananda Toruan Toto Agung Basuki
Sekretariat
Adhitya Wira Witantra Najjahul Imtihan
Pambudi Gawe Bangun Canggih Wicara Putra Albert Trisija Srie Mutmaenah B.W.
ALAMAT SEKRETARIAT JURNAL BPPK: Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Sekretariat Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Gedung B Soegito Sastromidjojo, Lantai 4, Jl. Purnawarman Nomor 99 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110; Telp. (021) 7394666 ext.253, 7204131; Faksimili (021) 7261775, 7244328; webpage: www.bppk.depkeu.go.id; e-mail: jurnalbppk@gmail.com.
JURNAL BPPK
Volume 9, Nomor 2, 2016
DAFTAR ISI
ANALISIS KAPASITAS FISKAL TUJUH DAERAH PROVINSI BARU (ANALYSIS OF 110-122 FISCAL CAPACITY ON NEW SEVEN PROVINCIES) Juli Panglima Saragih
ANALISIS MENGENAI LUBANG-LUBANG KORUPSI DI SEKTOR BEA DAN CUKAI 123-145 Arfin, Arif Nugraha
FENOMENA FLYPAPER EFFECT PADA PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH FUNGSI PENDIDIKAN DI INDONESIA 146-159
Yolanda Wilda Artati & Ribut Nurul Tri Wahyuni
KAJIAN PERHITUNGAN DANA PENSIUN MENGGUNAKAN ACCRUED BENEFIT 160-180 COST Rezzy Eko Caraka
PENGARUH INFLASI TERHADAP IMPOR DAN EKSPOR DI PROVINSI RIAU DAN 180-198 KEPULAUAN RIAU MENGGUNAKAN GENERALIZED SPATIO TIME SERIES
Rezzy Eko Caraka a , Wawan Sugiyarto b , Gustriza Erda c , Erie Sadewo d
PERAN BELANJA PEMERINTAH DAN HUMAN CAPITAL TERHADAP 199-215 PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN DI INDONESIA Shofwatun Hasna
PERTUMBUHAN INKLUSIF DI PROVINSI SULAWESI SELATAN 216-242 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA Azwar
Jurnal BPPK, Volume 9 Nomor 2, 2016, Halaman 160-180
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN
JURNAL BPPK
REPUBLIK INDONESIA
KAJIAN PERHITUNGAN DANA PENSIUN MENGGUNAKAN ACCRUED BENEFIT COST
Rezzy Eko Caraka Department of Statistics, Universitas Diponegoro, Semarang. Email : rezzyekocaraka@gmail.com
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
SEJARAH ARTIKEL This study aims to (i) Conduct studies and issue civil servants pension fund in Diterima Pertama
Indonesia. (ii) Getting a great value of pension benefits and the present value of
5 September 2016 pension benefits, (iii) Obtain a plan termination liability and the value of actuarial liabilities. (iv) Obtain normal tuition fees in the defined benefit pension plan and to
Dinyatakan Dapat Dimuat
18 November 2016 explain and illustrate the surcharge on funding defined benefit pension plan. Based on this analysis it can be concluded that the calculation of pension funds based on the age
KATA KUNCI: of employees is currently appointed as civil servants (y), Age of employees (x), limits Dana,
the retirement age of employees (r), full-time of employee (t), The remaining period of Pensiun,
the employment (rx), and a starting salary of employees can be using the concept Accrued,
Accrued Benefit Cost. The government needs to do a review of employee pension Benefit,
payment system should be given attention to the value of the interest rate, large Cost.
pension benefits, the value of pension benefits, the value of liabilities termination plan and to consider interest rates that do not burden the state budget (APBN)
Penelitian ini bertujuan untuk: (i) Melakukan kajian terhadap permasalahan dana pensiun pegawai negeri sipil (PNS) di Indonesia. (ii) Melakukan perhitungan nilai besar manfaat pensiun dan nilai sekarang manfaat pensiun. (iii) Melakukan perhitungan dan mendapatkan nilai kewajiban penghentian rencana dan nilai kewajiban aktuaria. (iv) Melakukan perhitungan dan mendapatkan biaya iuran normal dalam program pensiun manfaat pasti dan menjelaskan serta memberikan ilustrasi mengenai biaya tambahan pada pendanaan program pensiun manfaat pasti. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa perhitungan dana pensiun berdasarkan Usia pegawai saat diangkat menjadi PNS (y),Usia pegawai saat perhitungan dilakukan (x),Batas usia pensiun pegawai (r),Masa kerja pegawai (t), Sisa masa kerja pegawai (r-x), dan Gaji awal pegawai dapat dilakukan dengan menggunakan konsep Accrued Benefit Cost. Pemerintah perlu dilakukan peninjauan kembali system pembayaran pensiun pegawai mengingat harus diperhatikannya nilai suku bunga, besar manfaat pension, nilai manfaat pensiun, nilai kewajiban penghentian rencana dan mempertimbangkan suku bunga agar tidak membebani APBN.
1 PENDAHULUAN
Angka PNS yang tidak kompeten menyebabkan
kurang produktifnya kinerja pemerintah. Selain itu Menurut data BKN pada tahun 2014 tercatat sebanyak
1.1 Latar Belakang
juga akan menambah beban anggaran belanja pegawai 4,455,303 orang dan angka ini akan terus meningkat.
pemerintah. Pada tahun 2016 tercatat APBN Persepsi yang tumbuh di Indonesia adalah masyarakat
Indonesia sebesar 1.822,5 (dalam triliun rupiah. sangat ingin menjadi abdi negara atau pegawai negeri
(Suprayitno,A. 2015) menjelaskan bahwa Kurangnya sipil karena terdapat fasilitas dana pensiun sebagai
dalam pelaporan penyelenggaraan hak dari pegawai negeri sipil ataupun abdi negara.
transparansi
program pensiun banyak disoroti banyak pihak Dalam menentukan besar dana pensiun dibutuhkan
terutama Bank Dunia. Kurangnya komitmen dan suatu kebijakan dan transparasi dana yang jelas.
kejelasan dalam pelaksanaan metode pembiayaan Permasalahan
implementasi program pensiun, banyaknya jumlah PNS di pusat, provinsi, maupun di
pembiayaan pensiun yang kabupaten dan kota.
menjadikan
beban
ditanggung pemerintah semakin membengkak.
Kepala Bank Dunia dibidang Ekonomi Phillip dipungut dari pegawai negeri, pejabat negara, Okeefe 1 menyebutkan
dan penerima pensiun
mereformasi sistem pensiun sebelum negara itu mulai menghadapi masalah populasi yang membeludak
Usaha kesejahteraan pegawai negeri sipil meliputi sejumlah negara yang telah direformasi sistem pensiun
program :
mereka dengan mengalokasikan sejumlah dana dari
1. Pensiun dan hari tua
masing-masing karyawan gaji yang akan digunakan untuk
2. Asuransi kesehatan
mendukung biaya ekonomi lebih dari 65 tahun. Apabila
3. Tabungan perumahan , dan sistem pensiun tidak direformasi, beban demografi akan
4. Asuransi pendidikan putra putri Pegawai memaksa pemerintah untuk mengalokasikan dukungan
Negeri Sipil
anggaran besar untuk orang tua, terutama dalam biaya perawatan kesehatan. Indonesia sebaiknya mengadopsi
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun sistem diikuti oleh Vietnam, Thailand dan Mongolia yang
2015 menjelaskan tentang Penyelenggaraan Program memiliki skema pensiun yang lebih sistematis dan efektif.
Jaminan Pensiun. Peraturan Pemerintah (PP) tersebut Skema ini juga mencakup pekerja di sektor informal
disusun untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat sistem upah di Indonesia adalah berbanding lurus dengan
(8) dan Pasal 42 ayat (2) Undang-Undang tentang usia pekerja tetapi dianggap formulasi efektif. Sebuah
Sistem Jaminan Sosial Nasional. sistem upah yang dibangun di sekitar senioritas, yang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) tersebut berarti semakin lama seorang karyawan bekerja, semakin
Program Jaminan Pensiun terdiri atas: dia mendapatkan, juga merupakan formulasi tidak relevan
a. Pekerja yang bekerja pada Pemberi Kerja karena kinerja cenderung menurun seiring dengan usia.
penyelenggara negara;
b. Pekerja yang bekerja pada Pemberi Kerja berbagai
(Polackova, 1998) mengemukakan pemerintah di
selain penyelenggara negara peningkatan risiko fiskal dan ketidakpastian yang
negara sekarang
ini
menghadapi
Pada pasal 3 ayat (1,2) Peraturan Pemerintah (PP) lebih tinggi dibandingkan dengan periode-periode
sebelumnya. Permasalahan pensiun PNS di Indonesia “Kepesertaan pada program Jaminan Pensiun mulai
berlaku sejak Pekerja terdaftar dan Iuran pertama termasuk dalam sumber resiko fiskal eksplisit yang
telah dibayarkan dan disetor oleh Pemberi Kerja pasti dan besarnya beban yang harus ditanggung
negara kepada BPJS mengakibatkan ruang fiskal yang tersedia untuk Ketenagakerjaan, yang dibuktikan dengan adanya pembangunan infrastruktur menjadi berkurang dan
selain
penyelenggara
menjadi beban kontinjensi bagi pemerintah karena pembayaran dari BPJS Ketenagakerjaan”.
tanda bukti
Dapat diperhatikan bahwa kepesertaan Jaminan pada akhirnya pemerintahlah yang harus memenuhi Pensiun akan berakhir apabila peserta
pembayaran pensiun tersebut. a. Meninggal dunia
b. Mencapai Usia Pensiun dan menerima dan tidak selamanya seseorang dapat terus bekerja,
Umur dan produktivitas manusia memiliki batas
beserta hasil mengabdi ataupun menghasilkan karya. Pada suatu pengembangannya secara sekaligus. saat seseorang akan berhenti dari pekerjaan tersebut
akumulasi
Iuran
dan mengalami fase pensiun untuk menikmati sisa Pada Pasal 6 PP Nomor 45 Tahun 2015 menyebutkan masa tuanya. Masa pensiun adalah masa yang riskan
bahwa “Dalam hal Pekerja belum terdaftar pada BPJS dimana kebutuhan terus saja harus dipenuhi namun
Ketenagakerjaan, Pemberi Kerja selain penyelenggara dalam sisi pendapatan akan berkurang.
negara wajib bertanggung jawab pada Pekerjanya Pensiun, sampai saat ini, dianggap sebagai
dengan memberikan Manfaat Pensiun sesuai dengan ungkapan terimakasih. Individu-individu melayani
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini. Dalam UU raja dan negara mereka sepanjang kesehatan mereka
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak memungkinkan. Bila kesehatan memburuk, negara
mengatur kapan saatnya pensiun dan berapa Batas menyediakan pensiun bagi mereka.
Usia Pensiun (BUP) untuk pekerja sektor swasta. Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil (PNS) diatur
Dalam pasal 167 ayat 1 UU Ketenagakerjaan dalam dasar hukum.
disebutkan bahwa salah satu alasan pemutusan
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 hubungan kerja (PHK) adalah karena pekerja telah Tahun
memasuki usia pensiun. Akan tetapi tidak diatur Kepegawaian sebagaimana telah telah diubah
secara jelas dan tegas pada usia berapa batas usia dengan Undang-undang Republik Indonesia
pensiun berlaku. Ketentuan mengenai batas usia Nomor 43 Tahun 1999
pensiun ditetapkan dalam Perjanjian Kerja (PK),
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Peraturan Perusahaan (PP)/ Perjanjian Kerja Bersama Nomor
(PKB) atau Peraturan Perundangan yang berkaitan pembagian,penggunaan, cara pemotongan,
dengan masa pensiun menurut Pasal 154 huruf c UU penyetoran dan besarnya iuran-iuran yang
Ketenagakerjaan. Penentuan mengenai batas usia pensiun biasanya merujuk pada kebiasaan yang berlaku dalam perusahaan, atau berpedoman pada
1 http://www.indonesia-investments.com/id/news/todays- beberapa UU yang mengatur hak-hak yang berkaitan
headlines/world-bank-indonesia-needs-to-start- dengan masa pensiun•, seperti UU Jamsostek, UU
preparations-for-ageing-population/item6851 preparations-for-ageing-population/item6851
normal adalah 55 tahun dan batas usia pensiun wajib Contohnya pada pasal 14 ayat 1 UU No.3 tahun 1992
maksimum 60 tahun. Lagi-lagi ketentuan tersebut tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja menyebutkan
dianalogikan sebagai batas usia pensiun bagi pekerja. bahwa Jaminan Hari Tua (JHT) dibayarkan kepada
Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang tenaga yang telah mencapai usia 55 tahun. Ketentuan
mengatur batas usia pensiun, antara lain batas usia tersebut merupakan saat timbulnya hak atas JHT yang
pensiun pada jabatan seperti guru, dosen, dan dapat dianalogikan sebagai saat mencapai batas usia
Negara: PNS, Hakim, pensiun.
pegawai
negeri/pejabat
Tentara/Polisi. Berikut adalah batas usia pensiun bagi berbagai jenis pekerjaan beserta dasar hukum/UU
Sama halnya dengan UU No. 11 tahun 1992 tentang
mengaturnya. Dana Pensiun yang menyebutkan bahwa hak atas
yang
Tabel 1. Dasar Hukum Batas Usia Pensiun Batas Usia
No Nama Jabatan/
Pensiun
Dasar Hukum
Golongan
(BUP)
Pasal 3 ayat 2 PP No. 32 Th 1979 tentang Pemberhentian
1 PNS Umum
58 Pegawai Negeri Sipil, yang diubah menjadi UU ASN dalam pasal 87 ayat (1) huruf C dan pasal 90
Ahli Peneliti dan
2 65 Pasal 1 PP No. 65 tahun 2008
Peneliti Guru Besar/
Professor
UU no.12 Tahun 2012
60 Pasal 40 ayat 4 UU No.4 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
6 POLRI
Pasal 30 ayat 2 UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian POLRI dengan
7 60 Negara Republik Indonesia
keahlian khusus
8 Perwira TNI
Pasal 75 UU No. 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Bintara dan
62 Pasal 12 UU No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Eselon I dalam
jabatan Sruktural Eselon II dalam
12 60 UU no.5 Tahun 2014Surat Kepala BKN : K.26-30/V.7-3/99 jabatan Struktural
Eselon I dlm jabatan
strategis
14 Pengawas Sekolah
60 PP no. 21 tahun 2014
Hakim Mahkamah
Pelayaran
PP no.44 Tahun 2011
16 Jabatan lain yang
ditentukan Presiden
PP no.19 tahun 2013
Berdasarkan
17 Pekerja/ Buruh Pasal 154 UU No. 13 tentang Tenaga Kerja
PK, PP, PKB
ketentraman kerja yang dapat meningkatkan motivasi Program
pegawai untuk bekerja lebih produktif. Perencanaan mengupayakan benefit pensiun bagi pesertanya, pensiun merupakan suatu program jangka panjang melalui system pengumpulan dan pengelolaan dana yang memadukan risiko dan tabungan yang dikaitkan yang disebut dengan sistem pendanaan pensiun. dengan cara pengelolaan kesejahteraan karyawan dan System
keluarganya pada saat pensiun. Panjang yang memungkinkan terbentuknya akumulasi dana yang memadukan antara risiko dan tabungan yang dikaitkan dibutuhkan
dengan cara pengelolaan kesejahteraan karyawan dan penghasilan peserta program pada hari tua. Keyakinan keluarganya pada saat pensiun.Plan berfungsi untuk adanya kesinambungan penghasilan menimbulkan
untuk memelihatan
kesinambungan kesinambungan
kepada prediksi pangkat terakhir dari orang tersebut. diantaranya pensiun karena meninggal,cacat , pensiun
Perbedaan antara jumlah iuran dan manfaat yang dini ataupun pensiun normal. Prinsip pendanaan
akan diterima tentu bisa menyebabkan potensi pensiun adalah tercapainya kesetimbangan antara apa
kerugian bagi PT TASPEN. Oleh karena itu yang akan dikeluarkan oleh perusahaan pengelola dana
dilibatkan dalam proses pensiun dengan adanya klaim dari peserta program
kepangkatan
perlu
perhitungan normal cost untuk menyeimbangkan pensiun. Hal ini diartikan bahwa besarnya iuran yang
jumlah iuran dan benefit yang akan diterima sehingga dibayarkan peserta harus menutupi seluruh manfaat
tidak ada pihak yang mengalami kerugian. Pada pada saat pensiun sampai peserta tersebut meninggal
penelitian ini akan dikaji kecenderungan tersebut dan dunia.
tingkat suku bunga juga perlu diperhatikan dalam perhitungan pendanaan pensiun. Perhitungan besaran
Salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap aktuaria biasanya didasarkan pada asumsi tingkat PNS dibentuklah PT.TASPEN (Persero). PT TASPEN suku bunga konstan. Hal ini tentu tidak sesuai pada (Persero) atau Tabungan dan Asuransi Pensiun adalah kenyataan yang terjadi karena tingkat suku bunga Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bergerak secara fluktuatif. Metode ACCRUED BENEFIT bidang asuransi tabungan hari tua dan dana pensiun
mampu untuk mengkaji Pegawai Negeri Sipil. TASPEN adalah singkatan dari
COST
diharapkan
kecenderungan tersebut.
Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri.
Perusahaan ini dibentuk sesuai dengan Undang-undang
Rumusan Masalah
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1969 tentang
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, "Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai", masalah penelitian ini adalah kajian perhitungan dana yang selanjutnya juga memfasilitasi Undang-undang pensiun dengan mempertimbangkan aspek suku Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1992 tentang bunga. Peneliti menggunakan Metode Accrued benefit "Dana Pensiun", serta Undang-undang Republik cost untuk menghitung pembiayaan program pensiun. Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang "Sistem Dalam perhitungan ini dapat diketahui besar biaya Jaminan Sosial Nasional". tambahan yang akan dibayarkan kepada penerima
Menurut (Winklevoss dan Howerd E,1993) dalam dana pension dengan melibatkan Usia pegawai saat menentukan besaran dana pensiun terdapat beberapa
(y),Usia pegawai saat asumsi yaitu :
diangkat
menjadi PNS
perhitungan dilakukan (x),Batas usia pensiun pegawai
a. Penurunan populasi (r), ,Masa kerja pegawai (t), Sisa masa kerja pegawai
b. Suku bunga (r-x), dan Gaji awal pegawai dapat dilakukan dengan
c. Gaji menggunakan konsep Accrued Benefit Cost.
Tujuan Penelitian
mengasumsikan skala gaji uang dikaitkan dengan
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka kenaikan gaji berdasarkan tahun ini dengan tahun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: sebelumnya. Selain bergantung pada masa kerja
1. Menginvestigasi risiko pengelolaan dana pension terhadap faktor lain yang berpangur pada gaji PNS
PNS di Indonesia
yaitu, kepangkatan PNS pada saat itu. Kenaikan
2. Menguji efektifitas Accrued benefit cost dalam pangkat PNS diatur pada UU No.12 Tahun 2002 pasal . menghitung besaran manfaat pension PNS. Kenaikan pangkat reguler dapat diberikan setingkat
3. Mendapatkan nilai besar manfaat pensiun dan lebih tinggi apabila : a. sekurang-kurangnya telah 4 nilai sekarang manfaat pensiun (empat) tahun dalam pangkat terakhir; dan b. setiap
nilai kewajiban penghentian unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya rencana dan nilai kewajiban aktuaria. bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.
4. Mendapatkan
5. Mendapatkan biaya iuran normal dalam program
pensiun manfaat pasti dan menjelaskan serta Dengan adanya kontribusi gaji dalam perhitungan memberikan ilustrasi mengenai biaya tambahan pendanaan pensiun maka diperlukan rumusan untuk pada pendanaan program pensiun manfaat pasti. mengestimasi gaji di masa yang akan datang. Gaji
PNS sangat bergantung kepada kepangkatan atau golongannya. Makin tinggi pangkat atau golongan
2 KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN
seorang PNS maka gaji yang akan diperolehnya akan
HIPOTESA
semakin besar. Selama ini kebijakan penentuan Pensiun adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak normal cost yang diterapkan PT TASPEN tidak secara
lagi bekerja dikarenakan selesainya masa tugas. Ada jelas mempertimbangkan pangkat terakhir seseorang
banyak cara untuk mempersiapkan kesinambungan ketika
penghasilan di hari tua, salah satunya adalah dengan memasuki usia pensiun. Akibat dari hal ini adalah
mengikuti program pensiun. Program pensiun jumlah iuran yang dibayarkan oleh seorang pegawai
merupakan suatu program yang diselenggarakan oleh bisa menjadi tidak sesuai dengan benefit yang akan
pemberi kerja (pemerintah atau perusahaan) untuk diterimanya ketika pensiun karena perhitungan
menyediakan
hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa yang telah diberikan
jaminan jaminan
sendiri dan terpisah dari pemberi kerja, yang perusahaan, yang berupa pembayaran setiap bulan
bekerja
di
berfungsi untuk mengelola dan menjalankan program setelah
pensiun sesuai dengan peraturan perundangan yang pensiun (Tunggal, 1995). Program pensiun dalam
karyawan/pegawai
Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 18 Istilah dana pensiun sebagai badan hukum dibedakan menjadi dua, yaitu:
dikenal setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 11
1. Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, dimana undang- Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) adalah
undang tersebut merupakan dasar penyelenggaraan program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam
karyawan pemberi peraturan dana pensiun dan seluruh iuran serta hasil
kerja/perusahaan. Undang-Undang Dana Pensiun pengembangannya dibukukan pada rekening masing-
menyebutkan bahwa dana pensiun adalah badan masing peserta sebagai manfaat pensiun.
hukum yang mengelola dan menjalankan program
2. Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) yang menjanjikan manfaat pensiun. Menurut Undang- Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) adalah
Undang Dana Pensiun, ada dua jenis dana pensiun program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam
yaitu:
peraturan dana pensiun atau program lain yang bukan
1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) merupakan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP).
Dana Pensiun Pemberi Kerja adalah dana Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun
pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang 1992 tentang Dana Pensiun, manfaat pensiun adalah
mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta
menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti pada saat dan dengan cara yang telah ditetapkan
atau Program Pensiun Iuran Pasti, bagi kepentingan dalam peraturan dana pensiun. Tunggal (1995)
sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, mengemukakan bahwa jenis-jenis manfaat pensiun
dan yang menimbulkan kewajiban terhadap pemberi yang diberikan oleh dana pensiun ada empat, yaitu:
kerja.
1. Manfaat Pensiun Normal
2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Manfaat pensiun bagi peserta yang mulai
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) dibayarkan pada saat peserta pensiun setelah
adalah dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau mencapai usia pensiun normal atau sesudahnya.
perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan
2. Manfaat Pensiun Dipercepat Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) bagi perorangan, Manfaat pensiun bagi peserta yang dibayarkan
baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah bila peserta pensiun pada usia tertentu sebelum usia
dari dana pensiun pemberi kerja bagi karyawan bank pensiun normal.
atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.
3. Manfaat Pensiun Cacat Manfaat pensiun bagi peserta yang dibayarkan
2.2. Tabel Mortalitas
bila peserta mengalami cacat. Perusahaan asuransi jiwa mendasarkan semua
4. Manfaat Pensiun Ditunda perhitungan anuitas, premi, asuransi dan sebagainya Manfaat pensiun bagi peserta yang berhenti
atas tabel mortalitas. Tabel mortalitas berisi peluang bekerja sebelum mencapai usia pensiun
seseorang meninggal menurut umur dari kelompok normal, yang ditunda pembayarannya sampai
orang yang diasuransikan (pemegang polis asuransi). pada saat peserta pensiun sesuai dengan
Simbol l x digunakan untuk menyatakan banyaknya peraturan dana pensiun.
orang yang tepat berusia x, dan simbol d x menyatakan Pada penelitian ini menggunakan manfaat pension
banyaknya orang yang meninggal antara usia x hingga normal dengan Accrued Benefit Cost Method (ABCM)
x+1,
merupakan suatu metode pendanaan pensiun dimana
penyelenggara ataupun peserta pensiun menetapkan
terlebih dahulu manfaat pensiun yang diinginkan sedangkan kontribusi atau iuran normal ditentukan
Pada tabel mortalitas terlihat adanya fungsi antara kemudian. Selanjutnya besaran tersebut (Accrued
usia dengan waktu. Menurut Futami (1993), benefit) akan diakumulasi ke tiap-tiap masa kerja
perhitungan yang menggunakan hubungan antara usia sampai masa pensiun, alokasi ini yang dinamakan
dan waktu digunakan untuk menentukan peluang sebagai iuran normal atau normal cost.
hidup/mati. Peluang orang berusia x akan mencapai usia x+1 dinyatakan dalam simbol p x . Menurut Jordan
2.1. Dana Pensiun
Dana pensiun adalah badan hukum yang
mengelola dan menjalankan
(3) menjanjikan pembayaran berkala kepada peserta
program
yang
pada saat mencapai usia pensiun atau pada saat lain, peluang orang berusia x akan hidup paling sedikit n dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan dana
tahun dinyatakan dalam simbol n p x , pensiun (Wahab, 2005). Dalam Pernyataan Standar
Akutansi Keuangan (PSAK) No. 18, dana pensiun
(4) didefinisikan sebagai suatu badan hukum yang berdiri (4) didefinisikan sebagai suatu badan hukum yang berdiri
pembayaran sebesar 1 satuan yang dilakukan tiap
akhir tahun. Ilustrasi hubungan antara a x dan a x
sebagai berikut:
peluang orang berusia x akan meninggal sebelum usia
x+n dinotasikan dengan n q x ,
Anuitas Awal
(6) Anuitas Akhir
2.3. Anuitas Hidup
Anuitas adalah suatu pembayaran dalam jumlah usia tertentu, yang dilakukan dalam selang waktu dan lama tertentu, secara berkelanjutan (Futami, 1993). Besarnya anuitas yang harus dibayar tergantung pada
jenis anuitas yang diambil dan tingkat suku bunga Gambar 1. Anuitas Seumur Hidup yang digunakan. Bunga yang digunakan dalam anuitas
adalah bunga majemuk. Menurut Futami (1993), bunga majemuk adalah suatu perhitungan bunga
Hubungan antara a x dan a x pada Gambar 1
dimana besar pokok jangka investasi selanjutnya
dapat ditulis sebagai berikut:
adalah besar pokok sebelumnya ditambah dengan besar buga yang diperoleh. Anuitas dalam bidang
a x 1 a x
asuransi diwujudkan dalam pembayaran premi yang Seseorang berusia membeli anuitas seumur dilakukan oleh peserta kepada perusahaan asuransi.
hidup dengan cara membayar nilai tunai sebesar Anuitas terdiri dari anuitas tentu (certain
dengan harapan setiap akhir tahun dia akan annuity) dan anuitas hidup (life annuity). Pada anuitas
menerima uang sebesar 1 satuan. Peluang orang tentu pembayaran berkala dilakukan selama jangka waktu tertentu dan tanpa syarat. Sedangkan pada
tersebut hidup satu tahun lagi adalah 1 p x , sehingga
anuitas hidup pembayaran berkala dikaitkan dengan jika orang tersebut mencapai usia x+1 maka akan hidup matinya seseorang, dimana pembayaran hanya
menerima sebesar 1 satuan beserta bunganya yaitu dilakukan jika saat waktu pembayaran jatuh tempo
sebesar v . 1 p x . Peluang orang tersebut hidup dua anuitan masih hidup. Untuk menyederhanakan
tahun lagi adalah 2 p , jika orang tersebut mencapai perhitungan pada anuitas hidup, para ahli aktuaria
membuat simbol komutasi. Simbol-simbol tersebut usia x+2 maka dia akan menerima sebesar 1 satuan antara lain sebagai berikut:
beserta bunganya yaitu v . p x dan seterusnya.
N x D x Menurut Futami (1993), total nilai sekarang untuk t D x D x 1 ... D w 1 (7)
t 0 pembayaran tiap tahunnya merupakan nilai sekarang dari anuitasnya, yaitu:
2 wx x 1 x x
a x vp 1 x vp 2 x ... v wx 1 p x
dengan:
(10) w = Umur terakhir dari tabel mortalitas
( D 1 x 1 D x 2 ... D w 1 )
v = Nilai sekarang dari pembayaran sebesar 1
satuan yang dilakukan 1 tahun kemudian sedangkan perhitungan anuitas awal seumur hidup
i = Tingkat suku bunga
dirumuskan dengan:
Anuitas yang dibayarkan di awal jangka waktu
a x 1 vp 1 x ... v
wx 1
wx 1 p x
pembayaran anuitas disebut anuitas awal, sedangkan
jika pembayaran dilakukan di akhir jangka waktu
(11) disebut anuitas akhir. Berdasarkan jangka waktu
( D x D x 1 ... D w 1 )
pembayaran, anuitas hidup dibagi menjadi empat
macam yaitu: anuitas seumur hidup, endowment murni, anuitas berjangka dan anuitas ditunda
2.4.2 Endowment Murni
Endowment murni adalah suatu pembayaran Anuitas seumur hidup adalah suatu anuitas
2.4.1 Anuitas Seumur Hidup
yang dilakukan pada akhir suatu jangka waktu yang pembayarannya dilakukan selama tertanggung
tertentu bagi seorang anuitan bila dia hidup mencapai masih hidup (Futami, 1993). Misal besar anuitas
akhir jangka waktu tersebut (Sembiring, 1986). Nilai
adalah 1 satuan, maka anuitas awal seumur hidup a
tunai suatu endowment murni yang dikeluarkan bagi x seorang anuitan yang berusia x selama jangka waktu n
adalah serangkaian pembayaran sebesar 1 satuan tahun dinyatakan dengan simbol
E n x . Jika anuitan yang dilakukan pada awal tiap tahun, sedangkan
meninggal sebelum berusia x+n maka ia tidak akan meninggal sebelum berusia x+n maka ia tidak akan
2.4.4. Anuitas Ditunda
akhir tahun ke x+n. Nilai tunai dari 1 dapat
adalah anuitas yang diilustrasikan sebagai berikut:
Anuitas
ditunda
pembayarannya ditunda selama n tahun, sedangkan pembayarannya dapat berlangsung seumur hidup
Bila meninggal antara x dan x+n tidak ada pembayaran atau hanya dalam jangka waktu tertentu.
1. Anuitas Seumur Hidup Ditunda n Tahun Nilai tunai anuitas akhir seumur hidup
Dibayarkan 1 bila mencapai usia x+n
seseorang berusia x pembayaran ditunda selama n tahun dinyatakan dengan simbol n |a x , sedangkan nilai tunai anuitas awal seumur hidup bagi seseorang berusia x pembayaran ditunda selama n tahun dinyatakan dengan simbol n | a x . Ilustrasi dari n |a x
adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Endowment Murni
n E x adalah nilai tunai dari 1.v n , dengan peluang
ditunda
akan dibayarkan jika x mencapai usia x+n adalah n p x . Menurut Sembiring (1986),
n E x . v n p x
2.4.3 Anuitas Berjangka
Menurut Futami (1993), anuitas berjangka
adalah anuitas hidup
dimana
pembayarannya
dilakukan pada suatu jangka waktu tertentu. Anuitas Gambar 4. Anuitas Akhir Ditunda n Tahun awal berjangka dengan jangka waktu n tahun
dinotasikan dengan
Menurut Jordan (1991), n |a x dapat dirumuskan berjangka dengan jangka waktu n tahun dinotasikan
, sedangkan anuitas akhir
sebagai berikut:
dengan . dapat dipandang sebagai gabungan
dari serangkaian endowment murni, diilustrasikan
(15) sebagai berikut:
Gambar 3. Anuitas Berjangka Menurut Sembiring (1986), nilai sekarang
anuitas akhir berjangka n tahun dirumuskan dengan:
a xn :| 1 E x 2 E x ... n E x
D x 1 D x 2 D xn D x 1 D x 2 ... D xn
dan n | a x dirumuskan dengan:
n | a x t E x
dan nilai sekarang anuitas awal berjangka n tahun dirumuskan dengan:
a x n : | 1 a n x : 1|
nuitas Berjangka m Tahun Ditunda n Tahun
N Nilai tunai anuitas akhir berjangka m tahun
1 N
1 xn 1 bagi seseorang berusia x pembayaran ditunda n tahun
adalah n | m a x , sedangkan nilai tunai anuitas awal
D x N x 1 N xn 1
berjangka n tahun bagi seseorang berusia x (14)
pembayaran ditunda m tahun adalah n | m a x .
Ilustrasi dari anuitas berjangka m tahun ditunda n
xn
tahun sebagai berikut:
Winklevoss (1993), tingkat penyusutan merupakan proporsi dari pekerja yang meninggalkan pekerjaannya karena suatu sebab, misalnya kematian, kecacatan, pengunduran diri, ataupun
Menurut
Tingkat penyusutan biasanya disajikan dalam bentuk tabel yang disebut dengan tabel penyusutan. Dalam tabel penyusutan, dianggap bahwa sekelompok orang membentuk
pensiun
normal.
Gambar 5. Anuitas Berjangka n Tahun Ditunda m kelompok tertutup, dimana tidak ada peserta baru dan
Tahun
tidak ada peserta lama (sudah keluar) yang masuk kembali setelah terjadinya beberapa penyusutan.
Menurut Jordan (1991), perhitungan
Asumsi Tingkat Kenaikan Gaji
sebagai berikut:
Tingkat kenaikan gaji merupakan faktor
nm | a x
utama dalam menentukan besarnya manfaat pensiun
nm
seseorang. Kenaikan gaji adalah perbandingan
penghasilan antara peserta yang berbeda usia dan tn 1 masa kerja pada tahun tertentu. Hal ini dinyatakan
dalam skala gaji yang digunakan sebagai komponen
D x tn
nm 1 (17)
D xt
pada proyeksi penghasilan seorang peserta. Skala gaji
1 berfungsi sebagai presentase dari besar gaji yang
N xn 1 N xnm
1 digunakan untuk menghitung premi ataupun biaya normal. Skala kenaikan gaji biasanya menggunakan
laju kenaikan yang relatif tetap dalam jangka panjang. sedangkan n | m a x adalah :
Asumsi Tingkat Suku Bunga
nm | a
Bunga adalah kompensasi pembayaran dari nm 1 peminjaman suatu modal kepada yang meminjamkan
modal tersebut, sedangkan suku bunga adalah
tn
pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman
dalam bentuk presentase. Bunga yang digunakan
nm 1 1 (18)
D xt
dalam pendanaan program pensiun berupa bunga
tn
N xn N Asumsi tingkat suku bunga merupakan xnm
majemuk.
D x asumsi aktuaria yang paling mendasar dan selalu
digunakan karena dana yang terkumpul akan diinvestasikan dalam jangka panjang dan diharapkan
2.5 Asumsi Aktuaria
dapat mencukupi uang pertanggungan yang harus Asumsi aktuaria adalah suatu rangkaian estimasi
dibayarkan oleh perusahaan kelak. Asumsi tingkat yang dipergunakan dalam memperhitungkan manfaat
suku bunga umumnya ditetapkan pada tingkat yang pensiun yang berkaitan dengan perubahan pada masa
mewakili perkiraan kembali yang akan dicapai pada yang akan datang yang mempengaruhi pembiayaan
perencanaan aset pada tahun berikutnya, meskipun program pensiun manfaat pasti antara lain tingkat
tidak jarang ditemukan harga yang digunakan lebih bunga, tingkat kematian, usia pensiun normal, tingkat
rendah atau lebih tinggi dari perkiraan tersebut. pengunduran diri, tingkat kecacatan dan tingkat
kenaikan gaji (Tunggal, 1995). Asumsi aktuaria dalam
2.6 Fungsi Dasar Aktuaria
Standar Praktik Aktuaria Dana Pensiun (SPA-DP) No. Fungsi dasar aktuaria merupakan seluruh fungsi
5.01 Tahun 1998 didefinisikan sebagai kumpulan dasar yang mendukung proses perhitungan aktuaria. estimasi mengenai perubahan-perubahan dimasa
Terdapat beberapa fungsi dasar aktuaria yang yang akan datang, yang digunakan untuk menghitung
digunakan dalam perumusan penentuan pendanaan nilai sekarang manfaat pensiun.
pensiun, diantaranya adalah fungsi kelangsungan Asumsi aktuaria yang dipakai diharapkan
hidup, fungsi bunga, fungsi gaji, dan fungsi manfaat. mencerminkan estimasi terbaik atas antisipasi hal
yang akan terjadi
dimasa
mendatang.
2.6.1 Fungsi Kelangsungan Hidup
Fungsi kelangsungan hidup atau composite asumsi aktuaria yang digunakan dalam perhitungan
(Winklevoss,1993) memperkenalkan
beberapa
merupakan fungsi yang biaya pensiun, yaitu asumsi tingkat penyusutan,
survival
function
menggambarkan peluang seorang karyawan akan asumsi tingkat kenaikan gaji, dan asumsi tingkat suku
tetap bekerja selama masa kerja aktif sampai waktu bunga. yang diperbolehkan pensiun (Winklevoss, 1993).
Fungsi kelangsungan hidup didefinisikan sebagai
2.5.1 Asumsi Tingkat Penyusutan
berikut:
Menurut Winklevoss (1993), jika suatu
program pensiun mempunyai manfaat yang berkaitan (19)
dengan besarnya gaji karyawan, maka diperlukan dengan:
dan prosedur untuk p (T n ) x = Peluang seorang karyawan berusia x akan
mengestimasi gaji dimasa mendatang. Kumulatif gaji tetap bekerja untuk n tahun mendatang
karyawan dari usia masuk kerja y sampai usia x-1 l (T ) = Banyaknya karyawan yang masih aktif bekerja
dinotasikan dengan S x , dimana x > y,
pada usia x
(25) l (T )
x n = Banyaknya karyawan yang masih aktif bekerja
pada usia x+n Jika diasumsikan besarnya tingkat kenaikan Total penyusutan dari peserta aktif sama
gaji karyawan adalah s per tahun, maka besarnya gaji dengan jumlahan dari setiap penyebab yang
terakhir karyawan sebelum pensiun pada usia r-1 digunakan,
berdasarkan gaji pada saat usia x menurut Aitken ( T )
d (1994) adalah:
s r 1 ( 1 s ) s x (26) l x ( q x q x q q
x ) (21) dengan:
dengan:
= Gaji terakhir karyawan sebelum pensiun pada q (m ) x = Tingkat kematian (mortality)
s r-1
usia r-1
q (t ) x = Tingkat pengunduran diri (termination)
s x = Gaji karyawan pada usia x s= Tingkat kenaikan gaji
q (d ) x = Tingkat kecacatan (disability) sehingga estimasi gaji karyawan pada usia x dapat q (r ) x = Tingkat pensiun normal (retirement)
dirumuskan dengan:
d (T x ) = Banyaknya peserta yang keluar dari program
s t x t s x ( 1 s )
pensiun pada usia x (27)
d (m )
= Banyaknya peserta yang meninggal pada usia x
Fungsi Manfaat
= Banyaknya peserta yang mengundurkan diri Fungsi manfaat digunakan untuk menentukan pada usia x
d (t )
besar manfaat pensiun yang akan diterima peserta
d (d x ) = Banyaknya peserta yang menjadi cacat pada ketika tiba saatnya pensiun. Misalkan b x menyatakan usia x
besar manfaat pensiun yang akan dibayarkan pada
d (r ) = Banyaknya peserta yang pensiun normal pada setiap tahun untuk jangka waktu x sampai x+1, maka
jumlah manfaat pensiun yang akan diberikan kepada usia x
peserta mulai usia masuk kerja y sampai dengan usia x-1 adalah:
2.6.2 Fungsi Bunga
(28) bunga digunakan untuk mendiskontokan suatu
Winklevoss (1993) menyatakan bahwa fungsi
pembayaran yang akan datang ke waktu sekarang. Menurut Winklevoss (1993), perumusan Jika i adalah tingkat suku bunga yang diasumsikan
manfaat pensiun pada program pensiun ada tiga, untuk n tahun dengan besar i tidak berubah untuk
yaitu:
setiap tahunnya, maka
1. Manfaat penghasilan tetap (flat dollar unit pembayaran sebesar 1 setelah n tahun adalah:
1 Flat dollar unit benefit merupakan jumlah
( 1 i 1 )( 1 i
2 )...( 1 i n )
manfaat pensiun yang dibayarkan setiap tahunnya
sama, sehingga perhitungan manfaat kumulatif dalam bunga majemuk didefinisikan suatu fungsi v
pensiun hanya perkalian dengan masa kerja, sebagai sebagai berikut:
berikut:
B x ( x y ) b x
dengan:
= Manfaat pensiun pada tahun peserta maka fungsi bunga dapat disederhanakan menjadi:
berusia x
1 B x = Kumulatif manfaat pensiun pada tahun v
( peserta berusia x 1 i )
2. Rata-rata gaji terakhir (final average) v adalah nilai sekarang dari pembayaran sebesar 1
Perhitungan besar manfaat pensiun menurut satuan yang dilakukan pada n tahun mendatang.
rata-rata gaji per tahun selama n tahun dirumuskan dengan:
2.6.3 Fungsi Gaji 2.6.3 Fungsi Gaji
aktuaria dirancang untuk menjamin bahwa dana
program pensiun yang terkumpul akan mencukupi atau
untuk membayar manfaat pensiun kepada peserta
1 pada waktu mereka pensiun.
n Menurut Standar Praktik Aktuaria Dana Pensiun (SPA-DP) No. 5.01, metode perhitungan aktuaria
dengan:
B r = Kumulatif manfaat pensiun seorang peserta pada adalah suatu metode perhitungan yang digunakan untuk menetapkan besarnya nilai sekarang manfaat
usia pensiun r pensiun pada suatu periode tertentu dari suatu k = Proporsi dari gaji yang dipersiapkan untuk manfaat pensiun (0 ≤ k ≤ 1) program pensiun manfaat pasti. Terdapat banyak
metode perhitungan aktuaria, namun dalam Standar S r-n = Kumulatif gaji karyawan yang terhimpun pada n Praktik Aktuaria Dana Pensiun (SPA-DP) No. 3.01 tahun sebelum pensiun metode perhitungan aktuaria dibagi menjadi dua S r = Kumulatif gaji karyawan pada usia pensiun r kategori besar, yaitu metode Accrued benefit cost dan metode projected benefit cost.
3. Rata-rata gaji selama bekerja (career average)
Yaitu penetapan manfaat pensiun dimana
Metode Accrued Benefit Cost
besarnya manfaat pensiun yang akan dibayarkan
setiap tahunnya berdasarkan presentase tetap dari Metode biaya manfaat yang disisihkan (Accrued benefit cost method). Metode biaya aktuaria, yaitu
rata-rata gaji karyawan dalam satu tahun. Rumusnya iuran dalam satu tahun merupakan nilai sekarang dari adalah sebagai berikut: tambahan jaminan dalam tahun ini. Metode Accrued
benefit cost ditandai dengan pembagian total manfaat
pensiun yang dapat menjadi hak seorang peserta bila dengan:
bekerja sampai usia pensiun normal dengan jumlah
b x = Manfaat pensiun pada tahun peserta berusia x masa kerja yang telah dan akan dijalaninya sejak
B x = Kumulatif manfaat pensiun pada tahun peserta mulai bekerja sampai usia pensiun normal tersebut. berusia x
(Tunggal,1995) mengemukakan bahwa pada metode K = Proporsi dari gaji yang dipersiapkan untuk
Accrued benefit cost, manfaat yang diperoleh adalah manfaat pensiun (0 ≤ k ≤ 1)
iuran yang umumnya lebih rendah dibandingkan Nilai sekarang manfaat pensiun atau present
dengan metode lainnya, dan hutangnya akan value of future benefit (PVFB) adalah nilai sekarang
konsisten dengan target pengembangan manfaat dari manfaat pensiun yang diproyeksikan dan akan
yang digunakan dalam diterima oleh peserta program pensiun dimasa yang
karena kenaikan
gaji
perhitungan biaya pensiun adalah sesuai dengan akan datang (setelah pensiun). Nilai sekarang
realisasinya.
manfaat pensiun dimasa yang akan datang untuk
seorang peserta berusia x, mulai ikut program pensiun
2.7.2 Metode Projected Benefit Cost
pada usia y dan akan pensiun pada usia r, dimana x<r,
manfaat yang diproyeksi dirumuskan sebagai berikut:
Metode
biaya
(projected benefit cost method). Metode biaya r
( T ( ) PVFB )
x B r v r x p x a
aktuaria, yaitu iuran menggambarkan jaminan yang
akan datang dan tingkat besarnya iuran (presentase gaji) sepanjang tahun. Metode projected benefit cost
dengan: diterapkan dengan terlebih dahulu menetapkan nilai
r ( PVFB )
x = Nilai sekarang (pada usia x) manfaat
sekarang, pada tanggal tertentu, dari total manfaat pensiun yang dapat menjadi hak seorang peserta bila
pensiun (pada usia r) bekerja sampai usia pensiun normal. Nilai sekarang
B r = Kumulatif manfaat pensiun seorang peserta pada total manfaat pensiun tersebut kemudian dialokasikan usia pensiun r v r-x
ke tiap-tiap masa kerja mulai dari tanggal tersebut = Faktor diskonto dari usia x sampai usia pensiun r
sampai dengan tanggal tercapainya usia pensiun
= Peluang seorang karyawan akan tetap normal. Metode projected benefit cost menggunakan bekerja hingga usia pensiun r
r x p (T )
aktuaria sebagai tanggal a r = Nilai tunai anuitas awal seumur hidup pada saat
tanggal
perhitungan
penetapan nilai sekarang total manfaat pensiun dan usia pensiun r
mengalokasikan seluruh nilai sekarang tersebut pada masa kerja setelah tanggal perhitungan aktuaria.
2.7 Metode Perhitungan Aktuaria
2.8 Ukuran Kewajiban Pensiun
Pendanaan pada suatu
program
pensiun
diperoleh dari iuran yang dibayarkan oleh karyawan Terdapat beberapa ukuran kewajiban pensiun kepada dana pensiun. Perhitungan pada pendanaan
yang harus dibayarkan oleh dana pensiun pada pensiun dilakukan pada saat peserta masih aktif
peserta pensiun, baik pada saat mengundurkan diri, bekerja ataupun sudah pensiun pada saat usia yang
meninggal, cacat, pensiun dini, maupun ketika pensiun telah ditetapkan untuk pensiun normal menggunakan
normal. Bagian-bagian dari ukuran kewajiban normal. Bagian-bagian dari ukuran kewajiban
( PVFB ) x = Nilai sekarang dari manfaat pensiun
benefit cost adalah plan termination liability dan
actuarial liability.
peserta berusia x
2.8.1 Kewajiban Penghentian Rencana
2.9 Iuran Normal
Kewajiban Penghentian Rencana atau plan Iuran normal atau normal cost (NC) adalah biaya termination liability (PTL) merupakan kewajiban yang
tahunan yang dibayarkan oleh karyawan kepada dana dibayarkan oleh dana pensiun kepada peserta pada
pensiun selama masih aktif bekerja untuk mendanai saat usia x dikarenakan mengundurkan diri sebagai
bagian dari nilai sekarang manfaat pensiun. Dalam peserta aktif dari program pensiun. Fungsi PTL
Standar Praktik Aktuaria Dana Pensiun (SPA-DP) No. menggunakan peluang tingkat kematian, karena
5.01, iuran normal adalah iuran yang diperlukan faktor kematian yang dapat mencegah peserta
dalam satu tahun untuk mendanai bagian dari nilai menerima manfaat yang masih harus dibayar pada
sekarang manfaat pensiun yang dialokasikan pada saat pensiun jika rencana itu dihentikan. Nilai dari
tahun berjalan sesuai dengan metode perhitungan PTL didefinisikan sebagai berikut:
aktuaria yang digunakan. Iuran normal dengan
metode Accrued benefit cost didefinisikan adalah: AB dengan: r
( PTL ) x B ( m ) r x x r x p x v a r
( T ) r ( x NC ) x b x r x p x v a r
(37) ( PTL ) x = Nilai kewajiban seorang peserta yang
dengan:
mengundurkan diri dari program pensiun pada usia x
AB r
( NC ) x = Iuran normal seorang peserta berusia x
B x = Kumulatif manfaat pensiun pada tahun peserta
berusia x
dengan usia pensiun normal r
x = Iuran normal peserta pada usia x dengan tetap hidup hingga usia r-x
p (m r ) x x = Peluang seorang karyawan berusia x akan
r ( NC )
usia pensiun normal r
v r-x = Faktor diskonto dari usia x sampai usia pensiun r
b x = Manfaat pensiun pada tahun peserta berusia x a r = Nilai tunai anuitas awal seumur hidup pada saat
r x p x = Peluang seorang karyawan berusia x akan usia pensiun r
(T )
tetap bekerja hingga usia pensiun normal r v r-x = Faktor diskonto dari usia x sampai usia pensiun r
a r = Nilai tunai anuitas awal seumur hidup pada saat Kewajiban aktuaria atau actuarial liability (AL)
2.8.2 Kewajiban Aktuaria
usia pensiun normal r
adalah kewajiban dana pensiun untuk memberikan
manfaat kepada peserta
yang telah pensiun
Biaya Tambahan
Biaya tambahan atau supplemental cost (SC) Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No. 18 dijelaskan merupakan biaya yang harus dibayarkan oleh pihak bahwa kewajiban aktuaria adalah nilai sekarang pemberi kerja kepada pihak dana pensiun ketika pembayaran manfaat pensiun yang akan dilakukan terjadi kekurangan dana (defisit) dari kewajiban dana pensiun kepada karyawan yang masih bekerja aktuaria. Biaya tambahan digunakan untuk menutupi dan yang sudah pensiun, yang dihitung berdasarkan ketidaksesuaian antara kewajiban dengan manfaat jasa yang telah diberikan. pensiun yang telah ditetapkan. Salah satu metode Perhitungan kewajiban aktuaria sama dengan yang dapat digunakan adalah metode Accrued benefit nilai sekarang manfaat pensiun yang dialokasikan cost. Pada metode ini, penentuan biaya tambahan pada usia sekarang. Nilai kewajiban aktuaria dengan didasarkan atas perhitungan manfaat yang diterima metode Accrued benefit cost dihitung dari persamaan setiap tahunnya. Perhitungan biaya tambahan dengan berikut: metode Accrued benefit cost didefinisikan sebagai
diakibatkan pensiun normal. Dalam Pernyataan
AB r ( T )
( AL ) x B x r x p x v a r
( PVFB )
berikut:
AB ( T ) r ( x SC n ) x C n b x r x p x v a r
(SC n ) x = Biaya tambahan seorang peserta berusia x
AB r
( AL ) x = Nilai kewajiban aktuaria seorang
pada tahun ke-n
peserta berusia x dengan usia pensiun normal r
C n = Koefisien manfaat biaya tambahan untuk setiap waktu, dengan besarnya C n sama untuk setiap
r x p (T ) x = Peluang seorang karyawan berusia x akan
waktunya
tetap bekerja hingga usia pensiun r
b x = Manfaat pensiun pada tahun peserta berusia x v r-x = Faktor diskonto dari usia x sampai usia pensiun r
x p r ) x = Peluang seorang karyawan berusia x akan a r = Nilai tunai anuitas awal seumur hidup pada saat tetap bekerja hingga usia pensiun r usia pensiun r
(T
v r-x = Faktor diskonto dari usia x sampai usia pensiun r