PENERAPAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR UNTUK

PENERAPAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR UNTUK MENINGKATKAN
PEMBELAJARAN SEJARAH PADA MATERI REFORMASI DI INDONESIA
DI KELAS XII IPS 1 SMAN 2 CIKAMPEK, KAB. KARAWANG
Oleh:
ANLATIF
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan dengan subyek penelitian siswa kelas XII IPS 1, SMAN 2
Cikampek, Karawang. Merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan mengutamakan
proses pelaksanaan pembelajaran. Tidak ada sample dalam penelitian ini, karena seluruh
populasi sebanyak 40 orang siswa kelas XII IPS 1 dijadikan subyek penelitian. Instrumen
untuk mengambil data awal berupa lembar observasi guru sebelum penelitian dilaksanakan.
Sedangkan lembar observasi guru pada saat berlangsungnya proses tindakan, lembar
observasi siswa untuk mendapatkan data keaktifan dalam berdiskusi merupakan instrumen
untuk mendapatkan data saat berlangsungnya proses tindakan. Soal-soal tes adalah instrumen
untuk memperoleh data hasil belajar setelah dilaksanakan tindakan dan harus dikerjakan oleh
siswa setiap akhir siklus diskusi. Hasil PTK menyimpulkan bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran Tugas Terstruktur keaktifan belajar siswa kelas XII IPS 1 SMAN 2
Cikampek pada materi Reformasi di Indonesia dapat meningkat. Hal ini dapat dibuktikan
dengan terjadinya peningkatan skor rerata kelas dalam keaktifan berdiskusi dari tindakan pada
siklus ke 2 meningkat 4,23% jika dibandingkan dengan skor keaktifan siswa dalam berdiskusi
pada siklus ke1. Pada siklus ke 3 keaktifan siswa dalam berdiskusi meningkat 5,07% jika

dibandingkan dengan keaktifan siswa dalam berdiskusi pada siklus ke 2. Dengan
menggunakan model pembelajaran Tugas Terstruktur hasil belajar siswa kelas XII IPS 1
SMAN 2 Cikampek pada saat pemebelajaran dapat meningkat. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya peningkatan nilai rerata tes yaitu: 7,43 pada siklus ke 1 meningkat menjadi
7,47 pada siklus ke 2 dan pada siklus yang ke 3 meningkat lagi menjadi 7,90. PTK ini
memberikan kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Tugas Terstruktur dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Kata kunci: model Tugas Terstruktur, Sejarah, Reformasi di Indonesia, Kelas XII IPS 1
SMAN 2 Cikampek.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bertanah air. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh
kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri dan kompleknya masalah kehidupan menuntut
sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi.
Selain itu, pendidikan merupakan wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai
pencetak sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Pendidikan bukanlah suatu hal yang
statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu
perubahan atau perbaikan secara terus menerus. Perubahan dapat dilakukan dalam hal
metode mengajar, buku-buku, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran.

Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam

pendidikan.
Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih banyak dibanding
pelajaran lain. Pelajaran Sejarah dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua
jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman sehari-hari dalam pembelajaran
Sejarah di SMAN 2 Cikampek, Kabupaten Karawang pada materi Reformasi di Indonesia,
kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran belum memuaskan, terbukti dari
observasi kegiatan belajar siswa, tes unjuk kerja dan hasil evaluasi yang diperoleh siswa
untuk mata pelajaran Sejarah masih dibawah KKM. Hal ini menunjukkan tingkat
kemampuan siswa rendah, salah satu penyebabnya adalah penggunaan metode pembelajaran
yang belum tepat.
Salah satu hambatan dalam pelajaran Sejarah adalah bahwa siswa kurang tertarik
pada Sejarah. Banyak siswa yang mengalami kesulitan bila menghadapi soal-soal Sejarah.
Hal ini dapat mengakibatkan prestasi belajar Sejarah sangat rendah. Suatu kesalahan yang
sering terjadi adalah guru kurang memperhatikan tingkat pemahaman siswa dalam mengikuti
perubahan, langkah, tahap demi tahap dalam penyampaian materi pelajaran.
Dengan kata lain, siswa hanya dibuat tercengang oleh guru dalam mempermainkan
rumus yang begitu runtun dalam sebuah rangkaian pokok bahasan. Kondisi ini mungkin bagi

guru suatu pekerjaan yang remeh jika sekedar menulis rumus yang sebenarnya dapat
dijadikan sebagai penuntun siswa dalam memahami materi dan menyelesaikan soal-soal.
Hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan seorang guru terkadang tidak sesuai
dengan harapan. Untuk melihat hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan salah satunya
dengan melihat nilai dan ketrampilan siswa dalam pembelajaran itu.Apabila nilai perolehan
siswa jauh dari harapan, maka seorang guru harus memperbaiki pembelajaran agar
kompetensi yang telah ditetapkan kurikulum pada materi Reformasi di Indonesia itu dapat
tercapai. Hal tersebut peneliti alami di SMAN 2 Cikampek pada pelajaran Sejarah.
Peneliti merasakan dan melihat kesulitan siswa dalam hal menguasai materi pada
materi stasistika sehingga merasa perlu untuk segera menangani masalah tersebut. Salah satu
solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat
diharapkan dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi Reformasi di Indonesia
yang dipelajari.
Akibat dari suatu anggapan bahwa Sejarah itu sulit untuk memperoleh nilai atau hasil
yang memuaskan, sehingga timbulah rasa bosan, acuh, tidak senang terhadap mata
pelajaran Sejarah. Sikap-sikap yang demikian oleh pendidik harus diketahui dan dicari jalan
keluarnya.
Dalam belajar Sejarah diperlukan banyak latihan-latihan penyelesaian soal-soal yang
dibentuk dalam tugas terstruktur yang berisi soal-soal. Dari suatu pengalaman bahwa dalam
pemecahan Sejarah akan berhasil jika siswa banyak berlatih dan terampil menyelesaikan

Sejarah yang bervariatif.
Dengan seringnya siswa menyelesaikan tugas yang berupa soal-soal yang berstruktur
maka konsep-konsep yang ada tidak mudah lupa. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
maka pada penelitian ini peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu
Metode Pemberian Tugas Terstruktur. Alasan dipilihnya metode Pemberian Tugas
Terstruktur ini yaitu karena akan melatih peserta didik bertanggung jawab dan banyak
membantu siswa dalam pemahaman materi pembelajaran.
Untuk melihat keberhasilan metode ini maka dilakukan penelitian tindakan kelas

dengan judul “Penerapan Metode Tugas Terstruktur untuk Meningkatkan Kompetensi
Pembelajaran Sejarah pada Materi Reformasi di Indonesia XII IPS 1 SMAN 2 Cikampek,
Kab. Karawang.”
Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut: Apakah ada Peningkatan Kemampuan Mengolah Data pada Materi
Reformasi di Indonesia Kelas XII IPS 1 Dengan metode tugas terstruktur.
1.
Apakah dengan mengunakan Pemberian Tugas Terstruktur dalam pembelajaran
Sejarah dapat meningkatkan kemampuan mengolah data dan hasil belajar siswa pada
materi Reformasi di Indonesia di Kelas XII IPS 1 SMAN 2 Cikampek?

2.
Bagaimana Proses meningkatkan kemampuan mengolah data dan hasil belajar siswa
pada materi Reformasi di Indonesia sebelum dan sesudah menggunakan metode
pemberian tugas terstuktur?
3.
Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada materi Reformasi di Indonesia
dengan Penerapan Metode Pemberian Tugas Terstruktur?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui kemampuan mengolah data dan hasil belajar siswa Metode Penugasan
yaitu Pemberian Tugas Terstruktur pada materi Reformasi di Indonesia di Kelas XII IPS
1 SMAN 2 Cikampek, Kabupaten Karawang.
2.
Mengetahui kemampuan mengolah data dan hasil belajar siswa pada materi
Reformasi di Indonesia sebelum dan sesudah menggunakan Metode Penugasan yaitu
pemberian Tugas Terstruktur.
3.
Mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam mengolah data dan hasil belajar
siswa pada materi Reformasi di Indonesia dengan melalui Penerapan Metode Penugasan

yaitu pemberian tugas terstruktur.
Manfaat Penelitian.
Hasil dari penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pemberian
tugas terstruktur ini akan memberikan maanfaat seperti di bawah ini:
1. Bagi siswa:
a. Melatih peserta didik untuk bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas;
b. Meningkatkan kemampuan siswa dalam dalam mengolah data untuk mencapai hasil
belajar pada materi Reformasi di Indonesia;
c. Membantu siswa dalam pemecahan masalah dalam materi Reformasi di Indonesia;
d. Menjadikan Proses Pembelajaran Sejarah lebih bermakna;
e. Melatih kemandirian peserta didik dalam menyelesaikan masalah atau menyelesaikan
soal.
2. Bagi Guru:
a. Meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran sehingga berinovasi serta
professional;
b. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran Sejarah;
c. Meningkatakan ketrampilan guru dalam menggunakan metode belajar yang sesuai;
3. Bagi Sekolah:

a.

b.
c.

Memberikan kontribusi dalam mengembangkan kualitas pembelajaran;
Meningkatkan mutu lulusan SMAN 2 Cikampek yang berkualitas;
Penggunaan Metode Pemberian Tugas Terstruktur ini dapat dijadikan
referensi guru bahwa dalam mencapai ketuntasan pembelajaran Sejarah;
d.
Salah satu bentuk penugasan adalah dengan pemberian tugas terstruktur
merupakan usaha untuk menghadapi perolehan KKM.
Hipotesis Tindakan
Dengan menggunakan Metode Penugasan melalui pemberian tugas terstruktur dalam
materi Reformasi di Indonesia, maka hasil belajar dan kemampuan siswa dalam mengolah
data di kelas XII IPS 1 menunjukkan peningkatan yang signifikan.
KAJIAN TEORI
Pengertian Metode Penugasan (Resitasi)
Yang dimaksud dengan metode tugas ( Resitasi) menurut Sayiful Sagala adalah “cara
penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tewrtentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkan.” Misalnya tugas yang
dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di luar kelas, di Perpustakaan

bahkan di Rumah kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan.
Metode ini dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah tetapi metode ini lebih luas dari
pada pekerjaan rumah saja, karena dalam metode ini terdiri dari tiga fase antara lain: pertama
Guru memberikan tugas, kedua siswa melaksanakan tugas, dan ketiga siswa
mempertanggung jawabkan apa yang telah dikerjakan.
Dengan cara ini diharapkan agar siswa dapat belajar bebas tetapi bertanggung jawab
dan siswa akan berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan dan mengatasi kesulitan itu,
karena dengan tugas maka siswa memiliki kesempatan untuk saling membandingkan dengan
hasil siswa yang lain. Merangsang siswa agar lebih giat belajar, memupuk inisiatif
bertanggung jawab dan mandiri, memperkaya kegiatan belajar di luar, memperkuat
pemahamanSelain itu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan waktu senggangnya
untuk hal-hal yang menunjang belajar dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang kurang
berguna.
Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran atau meteri terlalu banyak
sementara waktu sedikit dalam kegiatan belajar di kelas. Artinya, banyaknya materi ajar
yang tersedia dengan waktu kurang. Agar materi ajar dapat dimengerti, dipahami oleh siswa
dengan waktu yang telah ditentukan oleh kurikulum maka metode ini sangat membantu.
Dalam hal ini tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar pertanyaan (soal) atau
perintah melakukan pendataan, mencari penyelesaian dalam buku pelajaran. Dapat juga
mengumpulkan sesuatu, membuat sesuatu dan lain sebagainya. Guru memberikan tugas

kepada siswa madiri atau kelompok dengan waktu yang ditentukan dan disepakati siswa dan
guru harus membahas, menilai hasil tugas madiri atau kelompok.
Guru juga memberi motivasi agar siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik
kemudian guru menghimbau siswa untuk menyusun hasil tugas baik mandiri atau kelompok.
Dengan demikian siswa dapat bertanggung jawab dengan tugasnya, selain itu siswa menjadi
lebih paham materi ajar.
Kelebihan Metode Penugasan (Resitasi)

1) Siswa dapat lebih memahami sendiri materi ajar sesuai dengan pengetahuan yang
dicari sehingga pengetahuan itu akan tinggal lama dalam ingatan.
2) Mengembangkan daya berfikir sendiri, daya inisiatif, kreatif, tanggung jawab dan
melatih mandiri.
3) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas individual maupun kelompok.
Kekurangan Metode Penugasan (Resitasi)
1) Siswa sulit dikontrol aktifitasnya dalam mengerjakan tugas, apakah benar mengerjakan
dengan kemampuan dan usahanya atau hanya meniru pekerjaan temannya
2) Khusus tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya
adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota yang lain tidak ikut berpartisipasi
dengan baik.
3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. Sering

memberikan tugas yang monoton sehingga dapat menimbulkan kebosanan siswa.
Metode Pemberian Tugas Terstruktur
Metode pemberian tugas belajar atau resitasi merupakan metode mengajar yang
berupa pemberian tugas oleh guru kepada siswa, dan kemudian siswa harus
mempertanggungjawabkan atau melaporkan hasil tugas tersebut. Metode ini tidak sama
dengan Pekerjaan Rumah (PR).
PR merupakan tugas terstruktur yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk
dikerjakan di rumah dengan waktu yang ditentukan, sedangkan dalam resitasi tugas tidak
harus dikerjakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di laboratorium, perpustakaan,
sekolah, atau di tempat lainnya yang berhubungan dengan materi pelajaran yang diberikan.
Dalam pembelajaran Sejarah harus diperbanyak latihan soal, karena dengan latihan
tersebut maka diharapkan peserta didik akan lebih aktif dan kreatif dalam menghadapi
berbagai soal. Dengan banyaknya latihan soal dari tugas terstruktur maka konsep, rumus,
dan teorema akan dipahamai dengan jelas, salah satu bentuk latihan Sejarah adalah dengan
pengerjaan tugas tersruktur yang berisi cara penyeleseaian soal-soal atau masalah
Pemberian tugas terstruktur dimaksudkan agar selain untuk penguatan juga
menimbulkan sikap positif terhadap pelajaran Sejarah. Pemberian tugas biasanya dalam
bentuk tugas rumah yang bertujuan memberikan kesempatan siswa untuk mendapatkan
pengertian yang luas tentang materi yang telah dan akan diajarkan di dalam kelas.
Dengan ini siswa akan lebih tahu kekurangan dalam mempelajari materi yang telah

diajarkan oleh guru. Dan dengan adanya pemberian tugas terstruktur siswa juga tidak akan
merasa bosan dalam belajar karena materi dapat menimbulkan pengalaman belajar dan
pemahaman materi.
Tugas dirancang untuk membimbing siswa dalam pemahaman materi yang lengkap
terdiri atas rangkaian kegiatan belajar dan soal-soal latihan untuk membantu peserta didik
mencapai indikator yang dirumuskan dengan jelas. Tugas terstruktur merupakan salah satu
media pembelajaran bahan ajar yang disususn sesuai dengan kebutuhan belajar sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Manfaat Tugas Terstruktur
Tugas Terstruktur memiliki manfaat baik ditinjau dari kepentingan peserta didik
antara lain:

1) Peserta didik memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri.
2) Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar jam tidak dibatasi oleh
kelas
3) Peserta didik berkesempatan menguji kempuan diri sendiri dengan mengerjakan soal
latihan yang disajikan dalam tugas
4) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan
lingkungan sebagai factor belajar lainya.
Dengan pembahasan di atas peneliti yakin bahwa pemberian tugas terstruktur dalam
pembelajaran Sejarah dapat menumbuhkan kreatifitas peserta didik dan hasil belajar
Sejarah pada umumnya lebih meningkat. Sehingga diharapkan pula tidak ada anggapan
bahwa pelajaran Sejarah adalah mata pelajaran yang sulit tetapi sebaliknya bahwa Sejarah
adalah mata pelajaran yang mudah dan menyenangkan.
Prinsip Pembelajaran Berbasis Kompetensi
1) Berpusat pada peserta didik;
2) Pembelajaran terpadu;
3) Memahami keunikan peserta didik;
4) Menerapkan prinsip pembelajaran tuntas;
5) Pemecahan masalah;
6) Multi strategi; Guru sebagai fasilitator, motivator, dan nara sumber.
Tugas Terstruktur memberikan kesempatan kepada peserta didik dari guru atau
pendidik untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan berbagai sumber belajar, yang
nantinya hasil kerja peserta didik akan diperiksa oleh guru untuk mengetahui tingkat
kebenaran jawaban peserta didik.
Pemberian tugas terstruktur merupakan Metode yang dapat digunakan peserta didik
untuk mencari alternatif pemecahan masalah dengan kendala serta masalahnya.
Metode Pemberian Tugas Terstruktur memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan dengan berbagai literature atau buku sumber, yang
nantinya hasil kerja peserta didik akan diperiksa oleh guru untuk mengetahui tingkat
pemahaman materi serta pencapaian Kompetensi Dasar dari jawaban tugas yang telah
dikerjakan oleh peserta didik.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 1 tahun pelajaran 2012/2013, yang
berjumlah 40 orang. Peneliti memilih kelas XII IPS 1 sebagai subyek penelitian karena kelas
ini yang mempunyai daya serapnya rendah terlihat dari hasil tes sebelumnya yang belum
menunjukan hasil tidak memuaskan. Lokasi Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di
SMAN 2 Cikampek, sekolah ini beralamat di Kab. Karawang. Penelitian Tindakan Kelas ini
dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, tepatnya dari bulan Juli 2012
sampai dengan Desember 2012. Waktu yang diperlukan untuk pembelajaran materi Reformasi
di Indonesia adalah 8 jam pelajaran, dalam satu minggu terdiri 2 kali pertemuan, setiap
pertemuan terdiri dari 2 x 40 menit. Setiap siklus memerlukan 2 kali pertemuan. Penelitian
Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus sehingga membutuhkan waktu 4 kali
pertemuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk metode penelitian
deskriptip, karena didalam penelitian ini digambarkan bagamana suatu metode pembelajaran

di terapkan dan bagaimana hasil yang di inginkan dapat tercapai.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil belajar siswa siklus I bahwa 25 siswa yang tuntas nilainya diatas
KKM atau 60% dan 17 siswa atau 40% tidak tuntas dari KKM 78 yang telah ditetapkan.
Rata-rata nilai pada akhir siklus I 67,1 dengan nilai tertinggi 84 dan nilai terendah 25. Dari
data tersebut memberi gambaran bahwa keaktifan siswa cukup maka hasil belajar tergolong
cukup. Hal ini menjadi tolak ukur pelaksanaan siklus II.
Hasil belajar siswa siklus II 36 siswa yang tuntas, nilainya diatas KKM atau 86% dan
6 siswa atau 14% tidak tuntas dari KKM 78 yang telah ditetapkan. Rata-rata nilai pada akhir
siklus II 73,5 dengan nilai tertinggi 86 dan nilai terendah 35. Dari data tersebut maka
keaktifan siswa ada kenaikan demikian juga hasil belajar diakhir Siklus II juga mengalami
kenaikan yang signifikan dari Siklus I dan Siklus II.
Dapat disimpulkan bahwa ada kenaikan jumlah siswa yang aktif hal ini terlihat dari
jumlah siswa yang kurang aktif pada pra siklus, Siklus I, Siklus II semakin menurun jumlah
siswa yang kurang aktif. Jumlah siswa yang kurang aktif pada Siklus I ada 10 siswa dan
Siklus II ada 3 siswa, dengan adanya penurunan jumlah siswa yang kurang aktif maka dapat
disimpulkan pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas terstruktur dapat
meningkatkan keaktifan siswa dan melatih untuk bertanggung jawab serta kemandirian siswa
dalam mengerjakan tugas.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada Siklus I, Siklus II menunjukkan
peningkatan prosentase ketuntasan belajar materi Reformasi di Indonesia di kelas XII IPS 1.
Hasil belajar siklus I, siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan, pada siklus I
prosentase yang tuntas 60% tidak tuntas 40% sedangkan pada siklus II terdapat 86% tuntas
14% tidak tuntas, hal ini menunjukkan peningkatan yang siqnifikan.
Berdasarkan hasil penelitian dua siklus tersebut menunjukkan peningkatkan keaktifan
dan prosentase kenaikan serta rata-rata hasil belajar siswa terbukti dari keaktifan, prosentase
ketuntasan, rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran Sejarah dengan metode pemberian
tugas terstruktur.
Hal ini dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran dengan metode pemberian tugas
terstruktur selain meningkatkan keaktifan siswa juga meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan demikian hipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yang menyatakan
bahwa dengan menggunakan Metode Pemberian Tugas Tersturuktur dalam materi Reformasi
di Indonesia, maka hasil belajar siswa kelas XII IPS 1 SMAN 2 Cikampek Tahun Pelajaran
2012/2013 dapat menunjukan peningkatan yang signifikan, dapat diterima.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMAN 2 Cikampek pada kelas
XII IPS 1 Tahun pelajaran 2012/2013 bahwa hasil belajar dan kemampuan siswa dalam
mengolah data pada mata pelajaran Sejarah materi Satistika sesudah menggunakan metode
pembelajaran pemberian tugas terstruktur menujukkan hasil yang memuaskan. Dari uraian
pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hasil belajar dan kemampuan siswa dalam mengolah data pada materi Reformasi di
Indonesia di kelas XII IPS 1 SMAN 2 Cikampek sebelum menggunakan metode
pemberian tugas terstruktur mempunyai nilai rata-rata kelas 55,8 dengan prosentase

ketuntasan 31%. Pada saat pembelajaran diubah menggunakan metode pemberian tugas
terstruktur maka nilai rata-rata meningkat menjadi 67,1 dengan prosentase ketuntasan 60%
pada siklus I dan 73,5 dengan prosentase ketuntasan 86% pada siklus II;
2.
Penerapan metode pemberian tugas terstruktur mempunyai manfaat yang baik, karena
menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa serta kemampuan mengolah data serta siswa
tidak bosan sehingga minat belajar meningkat. Hal ini terbukti pada keaktifan siswa pada
saat pra siswa siklus masih terdapat 12 siswa yang tidak aktif, pada siklus I terdapat 10
yang tidak aktif serta pada siklus II terdapat 3 siswa yang tidak aktif.
Saran
Setelah melaksanakan Penelitian Tindakan kelas ini, saran yang dapat peneliti ajukan
sebagai berikut;
1. Seorang guru harus bervariasi menggunakan metode pembelajaran untuk menghindari
kejenuhan siswa. Selain metode pembelajaran yang bervariatif guru juga diharuskan
untuk menyusun tugas terstruktur yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan;
2. Seorang guru harus selalu aktif melibatkan siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung;
3. Hendaknya seorang guru selalu memotivasi siswa untuk selalu belajar di rumah yaitu
dengan cara memberikan tugas terstruktur bertujuan untuk memahani materi lebih
matang.
4. Metode pembelajaran pemberian tugas terstruktur dapat menumbuhkan tanggung
jawab siswa serta kemandirian dalam memahami materi pembelajaran.
5. Metode pembelajaran pemberian tugas terstruktur dapat dikembangkan dan diterapkan
pada pokok bahasan yang lain. Sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai
pengembangan penelitian ini;
6. Sekolah hendaknya memfasilitasi untuk kegiatan Penelitian Tindakan Kelas yang
dituangkan dalam RKS dan RAKS.
7. Sekolah harus menganjurkan kepada guru untuk menyusun tugas terstruktur yang
sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
DAFTAR PUSTAKA
A.M., Sadirman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Anita, Lie. 2002. Cooperative Learning; Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang
Kelas. Jakarta: PT Grasindo.
Aronson, Elliot. 2009. Jigsaw Clas Room Overview of The Techhnique, Gulo, W. 2002.
Strategi belajar – mengajar. Jakarta: CV Rajawali.
Asrori, Mohammad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Wacana Prima.
Bahri Djamarah, Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Bahri Djamarah, Syaiful & Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dimyati dan Mudjiona. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
M.U., Usman. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: P T Remaja Rosdakarya.
Morison G. R., Ross S.M.,& Kemp J.E. 2001. Designing Effective Instruction. London: RCV.
Publising.
Nasution, 2004, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi

Aksara.
Omar, Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Reiggeluth Charles M.
1999. Instruktional-Design Theories and Models, A New
Rumini, Sri, dkk. 1993. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UPP IKIPYogyakarta.
Seels, Barbara B.,& Rita C, Richey.1994. Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasanya
(Edisi terjemahan oleh Dewi S.P dkk). Jakarta: Unit Percetakan Universitas Negeri
Jakarta.
Silberman, MEL. 1996. Active Learning : 101 Strategies to Teach Any Subyect. Boston : allyn
and Bacon.
____________.2002. Pengantar Komaruddin Hidayat. Active Learning : 101.
Sudjana, Nana. 1996. Cara belajar Siswa Aktif dalam Proses belajar mengajar. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Suharsimi, Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Sukadi. 2006. Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung: Penerbit Kolbu.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Slavin, Robert E. 2000. Cooperatif learning Theory, Research, and Practice. Second Edition.
Noedham height: A. Simon and scuster Company.
____________. 2008. Cooperatif Learning : Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Strategi Pembelajaran Aktif (Edisi terjemahan oleh Sarjuli dkk). Yogyakarta: Yappendis.
Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: CV.Media Abadi.
Wirodikromo, Sartono. 2006. Sejarah untuk Kelas SMA XII. Jakarta: Erlangga.