Sejarah di balik ketegangan Korea Utara

Sejarah di balik ketegangan Korea Utara dan Korea
Selatan: kilas balik
Diperbaharui 5 April 2013, 18:14 AEST
Sebelum Semenanjung Korea dianeksasi oleh Jepang pada tahun 1910, wilayah tersebut dikuasai
oleh serangkaian kerajaan yang didirikan pendatang yang kebanyakan berasal dari Cina. Apa saja
yang telah terjadi di balik berbagai berita mengenai Korea Utara saat ini sejak tahun 1910 itu?
Radio Australia melihat kembali berbagai kejadian sejarah penting di semenanjung tersebut.
Seperti yang terjadi pada banyak negara lainnya, termasuk Indonesia, akhir Perang Dunia II
menggoreskan berbagai perbatasan baru. Di Korea, Uni Soviet dan Amerika Serikat membelah
Korea menjadi dua, yang kemudian secara resmi membentuk Rakyat Demokratik Republik
Korea Utara dan Republik Korea, dua sisi Korea yang kini terbelah di 38 derajat lintang utara –
dan ini kenapa perbatasan antara kedua negara sering disebut sebagai ‘38th parallel’.
Dalam dua tahun berikutnya, ketegangan antara kedua Korea ini terus meningkat. Pada tanggal
25 Juni 1950, militer Korea Utara menyeberangi perbatasan dan melakukan invasi atas Korea
Selatan. Tindakan ini memulai Perang Korea yang berlangsung selama tiga tahun dan memakan
korban sekitar dua juta nyawa. Gencatan senjata terjadi pada tahun 1953.
Yang menarik, karena perjanjian perdamaian tidak pernah ditanda tangani, sampai sekarang
kedua negara tersebut secara ‘resmi’ masih dalam kondisi perang.
Sejak 1948, hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan telah didominasi oleh pertanyaan
tentang reunifikasi atau penyatuan kembali . Ketika Presiden Korea Selatan, Kim Dae Jung,
mulai berkuasa pada tahun 1998 ia mengumumkan ‘Sunshine Policy’ , sebuah kebijakan yang

bertujuan meningkatkan interaksi antara kedua negara.
Pada tahun 1994, kematian Kim Il-Sung membawa Kim Jong-Il menggantikan ayahnya sebagai
pemimpin baru Korea Utara. Pada tahun yang sama, Korea Utara setuju untuk menghentikan
program nuklirnya dan memulai beberapa hubungan kerja sama dengan Amerika Serikat.
Pelunakan hubungan ini juga terlihat pada tanggal 13-15 Juni tahun 2000, ketika pertemuan
tingkat tinggi antar Korea diadakan untuk pertama kalinya.
‘Sunshine Policy’ mendapatkan ujian pertama pada bulan Oktober 2002 ketika AS
mengumumkan Korea Utara telah kembali memulai program rahasia senjata nuklir. Hal itu
menyulut ketegangan antara AS dan Korea Selatan dengan Korea Utara.
Dalam pidato pelantikan Presiden Korea Selatan Roh Moo Hyun tanggal 25 Februari 2003, dia
berjanji akan membangun Korea Selatan menjadi ‘pusat Asia Timur Laut', untuk meningkatkan
hubungan antar Korea dan memimpin Korea Selatan menuju 'era perdamaian dan kemakmuran'.

Pertemuan Tingkat Tinggi antar Korea kembali diselenggarakan pada tanggal 2–4 Oktober 2007
di Pyongyang. Kim Jong-Il memberikan hadiah kepada Presiden Roh Moo-Hyun berupa 4 ton
‘songi’ (jamur matsutake) senilai 2,6 juta dollar Amerika. Kedua kepala negara mendiskusikan
tentang kemajuan hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan, perdamaian di Semenanjung
Korea dan kesejahteraan rakyat Korea dan penyatuan Korea.
Menyusul ketegangan yang terus terjadi antara dua negara karena Korea Utara terus melakukan
uji coba nuklir, dan peluncuran artileri dari Korea Utara yang menyebabkan kematian dua warga

sipil dan dua anggota militer Korea Selatan, pada November 2010, Kementrian Penyatuan Korea
Selatan secara resmi menyatakan bahwa ‘Sunshine Policy’ gagal, dan membawa kepada
berakhirnya kebijakan tersebut.
Pada tanggal 17 Desember 2011, Kin Jong-Il meninggal setelah menderita serangan jantung, dan
putranya, Kim Jong-Un, diumumkan sebagai pengganti.
Tanggal 1 Januari 2013, Kim Jong-Un menyampaikan pesan tahun baru melalui siaran televisi,
menyerukan untuk membina hubungan lebih baik dengan Korea Selatan.
Tapi pada bulan Februari 2013, Korea Utara melakukan uji coba nuklir ke-3, yang dikatakan dua
kali lebih besar dibandingkan uji coba pada tahun 2009.
Dan pada April 2013, Korea Utara mengatakan bahwa mereka akan memulai fasilitas nuklir
utamanya di Yongbyon, yang dikatakan akan meningkatkan kekuatan nuklir Korea Utara secara
kualitas maupun kuantitas.

Sejarah
Home > Tentang Korea > Tentang Korea > Sejarah

Sejarah Korea dimulai dari mitologi pendiri Korea, Dangun, sampai masa 3 Kerajaan - masa
Kerajaan Silla Bersatu - masa Kerajaan Koryo - masa Kerajaan Chosun - masa penjajahan
Jepang - pembagian Korea Selatan dan Korea Utara serta masa Republik Korea. Kini teritorial
Korea sampai Semenanjung Korea dan pulau-pulau miliknya, namun panggung sejarah sampai

wilayah timur laut Cina.

Mitologi Pendiri Korea, Dangun dan Masa Kerajaan Kojosun

Rakyat Korea dan negara Korea dimulai dari mitologi pendiri Korea, Dangun.

 Mitologi Dangun

Hwanung yang merupakan anak putra dari Tuhan Langit, Hwanin, turun ke bumi untuk
baik memimpin dunia bersama Tuhan Angin, Tuhan Awan, dan Tuhan Hujan, kemudian
membangun 'kota Tuhan' di gunung Taebaek (yang sekarang ditempati Gunung Myohang
di Korea Utara).
Sementara itu, beruang dan harimau berdoa menjadi manusia kepada Hangwung, hingga
mendapat jawaban bahwa mereka harus makan mugwort dan bawang putih dan tidak
melihat sinar matahari selama 100 hari untuk menjadi manusia. Harimau gagal mengi
kutinya, sedangkan beruang sanggup melakukannya, hingga sukses menjadi wanita,
yakni Ungnyeo.
Ungnyeo berharap melahirkan anak, maka Hwangung menikah dengan Ungnyeo ini,
hingga melahirkan anak laki-laki, bernama 'Dangun'. Dangun Wanggom membangun
negara bernama 'Chosun' dan menentukan Pyeongyangsung sebagai ibu kota.


Dangun memimpin negara itu selama seribu 5 ratus tahun, dan hidup selama seribu 908
tahun, kemudian menjadi Tuhan Gunung. (menurut Catatan Samguk Yusa yang dituliskan
mengenai berbagai fakta sejarah oleh biksu Iryon pada tahun 1281)
 Pemahaman Mitologi Dangun

Proses kelahiran Dangun dijelaskan sebagai proses nenek moyang bangsa Korea untuk
menguasai bumi di Semenanjung Korea.
Adanya beberapa Tuhan tersebut mengungkapkan negara ini telah memiliki teknologi
maju termasuk di bidang pertanian. Wungnyeo yang diinkarnasi dari beruang tersebut,
merupakan sejenis mahluk bumi. Perkawinan Hwanung dan Wungnyeo menunjuk proses
bahwa kekuatan yang baru datang dan kekuatan yang ada, yakni mahluk bumi,
diharmoniskan, maka membentuk bangsa baru.
Dangun merupakan lambang pemimpin untuk bangsa baru ini. Oleh karena itu, bangsa
Korea menyebutnya sendiri sebagai 'anak Dangun'.
 Masa Gojosun (tahun 2333 S.M ? ~ abad ke-2 S.M)

Dangun Wanggom diperkirakan membangun negara di tahun ke-50 sejak raja Yoje di
Cina naik tahta, yakni sekitar tahun 2333 sebelum Masehi.
Masa Gojosun dianggap masa pra sejarah. Dengan demikian, mitologi dan sejarah untuk

masa itu berdasarkan cacatan kuno di Cina dan bukti ilmu purbakala. Nama Dangun
Wanggom menunjuk bahwa masa Gojosun merupakan pujaan terhadap Tuhan
dicerminkan pada politik. Masa Gojosun terdiri dari Josun Kuna, Josun Kija, Josun
Wiman dan sebagainya, yaitu kekuatan pimpinan dirubah dari Dangun menjadi Kija,
Wiman dan sebagainya. Masa Gojosun semakin ditutup setelah Gojosun gagal dalam
pertengkaran hegemoni dengan kerajaan Han di abad ke-2 sebelum Masehi.
Masa 3 Kerajaan (abad pertama S.M ~ tahun 668 T.M)
Berbagai suku berkumpul di Semenanjung Korea dan Mancuria, hingga meresmikan 3 kerajaan
di abad pertama sebelum Masehi. 3 kerajaan itu adalah Kerajaan Koguryo di bagian utara
Semenanjung Korea dan wilayah Mancuria, kerajaan Baekje di bagian barat Semenanjung
Korea, dan kerajaan Baekje di bagian timur Semenanjung Korea.
3 kerajaan tersebut berkembang setelah berbagai suku bergabung, namun mereka tetap
mempunyai kesadaran bahwa mereka adalah pewaris Dangun.
 Kerajaan Koguryo (37 tahun S.M ~ tahun 668 T.M)

Kerajaan Koguryo didirikan oleh 'raja Jumong(Dongmyong Songwang) di bagian selatan
Mancuria. Teritorial kerajaan Koguryo mencakup sebagian Mancuria dan bagian Utara
Semenanjung Korea, hingga kerajaan Koguryo tidak bisa dihindari dari pertentangan
dengan suku Han di Cina.
Kerajaan Koguryo mengusir segala kekuatan Cina dari Semenanjung Korea setelah

mempecundangi tentara Nakrang dan Daebang di Cina yang mapan di Semenanjung
Korea di saat kerajaan Gojosun runtuh. Setelah itu, kerajaan Koguryo juga berhasil

memukul mundur kerajaan Su di Cina di tahun 598 lalu, hingga muncul sebagai negara
kuat di wilayah Asia Timur Laut. Oleh karena itu, kerajaan Koguryo membuat jaya nama
dengan memiliki teritorial yang paling luas dan militer yang paling kuat diantara 3
kerajaan.
Meskipun demikian, kerajaan Koguryo yang kekuatan nasional menjadi lemah akibat
pertengkaraan dengan kerajaan Su, akhirnya runtuh oleh pasukan sekutu antara kerajaan
Shilla dan kerajaan Tang, Cina. Setelah runtuh, kerajaan Koguryo disatukan oleh kerajaan
Shilla, namun sebagian para migran yang menerima berbagai suku setelah pindah ke
utara, berhasil mendirikan kerajaan Balhae.
 Baekje (18 tahun S.M ~ tahun 660 T.M)

Menurut legendanya, dua anak laki-laki dari raja Dongmyong Songwang di kerajaan
Koguryo, yaitu Onjo dan Biryu membangun kerajaan Baekje setelah turun ke selatan.
Dengan kata lain, kerajaan Baekje didirikan oleh kekuatan migran yang didorong dari
kekuatan pimpinan kerajaan Koguryo.
Kerajaan Koguryo dari bagian utara, menghalangi kerajaan Baekje maju, dan melakukan
pertukaran dengan berbagai kerajaan di Cina di bagian timur.

Sementara itu, kerajaan Baekje tidak bisa dihindari dari pertengkaran dengan kekuatan
Cina di Semenanjung Korea, yaitu pasukan Daebang yang menguasai bagian selatan
kerajaan Baekje, serta mengadakan pertempuran yang menyengsarakan dengan kerajaan
Shilla di bagian timur yang semakin berkembang.
Meskipun bunga budaya yang mewah berkembang, namun kekuatan nasional menjadi
lemah akibat pertengkaran kerajaan Koguryo, dan Shilla, hingga ditaklukkan oleh
pasukan gabungan di tahun 660. Setelah runtuh, banyak migran pindah ke Jepang, hingga
menyumbangkan jasa besar untuk membangun negara kuno di Jepang dan menciptakan
budaya Jepang.
 Shilla (57 tahun S.M ~ 935 T.M / termasuk masa kerajaan Shilla Bersatu)

Dibandingkan kerajaan Koguryo dan Baekje yang aliran Buyeo, kerajaan Shilla
berdasarkan cerita pendiri Shilla, Park Hyeokgeose yang lahir dari telur. Dengan kata
lain, kerajaan Shilla diciptakan lewat keharmonisan antara para pribumi dan para
pendatang yang memiliki peradaban maju.
Kerajaan Shilla termasuk kerajaan Shilla Bersatu, dijuluki 'kerajaan bersejarah selama
seribu tahun' yang tetap ada selama 992 tahun. Kerajaan Shilla berlokasi di bagian
tenggara semenanjung Korea, jadi sulit menerima peradaban maju. Oleh karena itu,
kecepatan perkembangan kerajaan Shilla paling lambat diantara 3 kerajaan. Namun,
berkat adanya perkembangan tanpa henti-hentinya, kerajaan Shilla meningkatkan

kekuatan nasional di bidang militer dan budaya. Setelah bekerja sama dengan Tang, Cina,
kerajaan Shilla meruntuhkan Baekje dan Koguryo secara berturut-turut, hingga berhasil
menyatukan 3 kerajaan.

Masa Kerajaan Shilla Bersatu (tahun 668 ~ tahun 935)

Masa kerajaan Shilla Bersatu menunjuk kerajaan Shilla setelah 3 kerajaan bersatu.
Kerajaan Shilla Bersatu yang menganut agama Budha, berhasil mengembangkan budaya yang
bercahaya.
Setelah 3 kerajaan bersatu, kerajaan Shilla Bersatu mengusir kekuatan Tang, kemudian
menguasai seluruh Semenanjung Korea kecuali sebagian wilayan utara. Di bagian utara, terdapat
kerajaan Balhae yang didirikan oleh migran kerajaan Koguryo.
Oleh karena itu, kerajaan Shilla Bersatu meletakkan batu landasan untuk Korea menjadi negara
bersatu.
Di akhir masa kerajaan Shilla Bersatu, lapisan pemimpin tenggelam dalam kemewaan dan
hiburan, serta melalaikan keadaan negeri, hingga runtuh setelah kerajaan Goryo menyatukannya
kembali.
Masa Kerajaan Goryo (tahun 918 ~ tahun 1392)
Wang Kon, raja Taejo membangun kerajaan Goryo dengan menetapkan Song-ak(Kaesong
sekarang) sebagai ibu kota. Setelah menyatukan kerajaan Shilla di tahun 935 dan meruntuhkan

kerajaan Pasca Baekje di tahun 936, kerajaan Goryo berhasil menyatukannya kembali. Kerajaan
Goryo memuja agama Budaha dan memperluas teritorial berdasarkan ‘kebijakan untuk maju ke
utara'.
Namun, di masa akhir kerajaan Goryo, istana kerajaan dikuasai akibat penyerangan Monggol.
Namun, kerajaan Goryo memulihkan kekuatan nasional dalam situasi kekacauan di masa
pergantian kekuatan Won-Ming di Cina. Setelah itu, kerajaan Goryo menyerahkan tahta kepada
jendral Lee Sung-gye setelah kekuatan kesatria semakin tinggi. Kerajaan Goryo berlanjut selama
474 tahun oleh 34 orang raja.
Masa Kerajaan Chosun (tahun 1392 ~ tahun 1910)
Kerajaan Chosun diresmikan oleh kekuatan kesatria baru termasuk Lee Sung-gye bersama
keturunan bangsawan baru berdasarkan Konfusianisme. Pergantian istana tersebut tidak
dilakukan oleh kekuatan senjata, tetapi turun tahta, hingga disebut 'Reformasi Yeoksung'.
Meskipun raja mempunyai kekuatan yang mutlak, namun dikendalikan oleh golongan
bangsawan yang dilengkapi Konfusianisme, hingga bersifat istimewa.
Di masa kerajaan Chosun, budaya dan ilmu pengetahuan sangat berjaya, misalnya huruf Korea,
Hangeul diciptakan, dan alat pengukur curah hujan, dikembangkan. Namun, kerajaan Chosun
menjadi panutan dan penuh ketekunan pada ideologi yang terlalu fanatik, jadi masyarakat
menjadi tidak aktif.
Setelah memasuki masa modern, kerajaan Chosun yang tidak bisa mengikuti perubahaan dunia
di masa modern, dan menjadi korban dalam pertengakaran diantara negara-negara maju, hingga

akhirnya tidak bisa dihindari dari penjajahan Jepang di tahun 1910 lalu.
Masa Penjajahan Jepang (tahun 1910 ~ tahun 1945)
Setelah Jepang membangun Pemerintah Penjajahan Jepang di Korea, Jepang merampas
masyarakat Korea serta melarang memakai bahasa Korea dan nama Korea dalam rangka
mengasimilasikan masyarakat Korea dengan masyarakat Jepang.
Saat itu Pasukan Kemerdekaan yang bertempat di Cina dan Rusia, terus-menerus berjuang,

bahkan Pemerintah Korea Sementara diresmikan di Cina, hingga memimpin gerakan
kemerdekaan.
Gerakan Kemerdekaan 1 Maret yang dilaksanakan di seluruh Korea pada tahun 1919, terkenal
sebagai gerakan tanpa senjata terhadap tentara dan polisi Jepang yang bersenjata.
Setelah pasukan Jepang pulang ke Jepang seusai Perang Dunia ke-2 di tahun 1945, masa
penjajahan Jepang selesai.
Masa Modern
Setelah Korea merdeka di tahun 1945, pasukan Amerika Serikat dan pasukan Uni Soviet,
mendirikan pemerintahan militer di bagian selatan dan di bagian utara semenanjung Korea,
hingga benih perpecahan Korea ditaburkan.
Dengan hasil pemilihan umum, di Korea Selatan, lahir pemerintahan baru berlandaskan sistem
demokrasi dan kapitalisme di tahun 1947 lalu. Sementara itu, di Korea Utara, atas dukungan Uni
Soviet, lahir pemerintah berdasarkan komunisme.

Akibat penyerangan oleh Korea Utara, Korea mengalami perang mulai tahun 1950 hingga tahun
1953. Keikutsertaan pasukan PBB dan pasukan Cina, mencapai perjanjian gencatan senjata dan
pembagian semenanjung Korea terus berlangsung hingga sekarang.
Setelah itu, Korea Selatan melewati masa kekacauan di tahun 1960-an, mencapai pertumbuhan
ekonomi yang dijuluki 'Keajaiban Sungai Han' di tahun 1970-an dan memperoleh demokrasi
lewat sistem pemilihan presiden secara langsung di akhir tahun 1980-an. Serasi dengan itu,
terlepas dari masa perang dingin, Korea Selatan dan Korea Utara mengakui ideologinya masingmasing dan membuka ufuk baru masa perdamaian, rekonsiliasi dan hubungan kerjasama antar
Korea.
Sejarah Hanbok dari Korea
Hanbok yang Indah: Kebanggaan Rakyat Korea

Korea menggunakan "bot" e sebagai istilah umum untuk pakaian. Pakaian tradisional dan
perhiasan, di sisi lain, disebut "hanbok"-singkatan dari Han-guk pokshik (Korea pakaian).
Seiring dengan pola bahasa, agama dan budaya seperti tari, pangan, perumahan dan estetika,
pakaian memainkan peran penting dalam pelestarian dan ekspresi dari identitas budaya. Di
negara-negara multietnis seperti China dan Amerika, gaya pakaian tradisional yang beragam.
Namun, di negara-negara seperti Korea, yang diduduki oleh sebuah kelompok etnis, pakaian
tradisional ini identik dengan pakaian nasional. Untuk alasan ini, hanbok membentuk ekspresi
sangat efektif identitas Korea. Dengan demikian, perubahan desain hanbok dari masa lalu ke
paralel saat ini perkembangan sejarah bangsa. Selain itu, bentuk hanbok, bahan dan desain
memberikan sekilas ke dalam gaya hidup Korea, sedangkan warna yang menunjukkan nilainilai dan pandangan dunia dari orang-orang Korea.

Pengembangan Hanbok

Hanbok adalah pakaian dari Kaftan tipe-gaya pakaian yang terutama ditemukan di Asia. Selama
era Choson Ko, Tan-gun dipopulerkan dengan mencukur kepala dan mengenakan topi.
Selama periode, Tiga Kerajaan yang dimulai dengan berdirinya Koguryo, hanbok terdiri dari dua
potong pakaian "pakaian universal untuk perempuan dan pria (unisex)". Pakaian atas periode
ini dibuka di depan dan turun di bawah pinggang. Mereka ditahan ditutup dengan ikat pinggang.
Pakaian yang lebih rendah juga diikat di atas kaki. Terutama, tutup pembukaan pakaian atas
tampaknya telah ditempatkan pada diagonal ke kiri dari atas kanan berbeda dengan sebelah kiri
untuk flaps tepat di hari usang chogori. Perubahan ke arah tutup pembukaan terjadi setelah
periode pertengahan Koryo. Di antara pakaian Barat, flap sisi kanan digunakan untuk pakaian
laki-laki, sementara flap sisi kiri digunakan untuk pakaian wanita. Dengan demikian, gaya
unisex populer di masa modern dapat dikatakan berasal di Asia Timur, sedangkan perbedaan
antara pakaian pria dan wanita diduga berasal dari Barat. Korea kuno memproduksi pakaian
atas dan bawah yang indah namun pracitically cocok untuk gaya hidup aktif pemburu nomaden.
Selama periode Shilla, masyarakat Korea diversifikasi sementara kontak dengan negara-negara
tetangga meningkat. Pada saat ini, Korea mulai memperkenalkan mode internasional Dinasti
Tang China. Contoh termasuk kemeja tanpa lengan untuk wanita, syal panjang, jepit rambut
dekoratif, hiasan kepala laki-laki dan mantel dengan kerah roung. Sutra pakaian rumit dan
ornamen
adalah
elemen
lain
dari
mode
pakaian
halus
periode.
Selama periode KoryCo, pakaian atas yang panjang dari periode sebelumnya memberi jalan
untuk sepinggang pakaian. Akibatnya, sabuk pinggang digantikan oleh lapisan tie-string.
Sebagai salah satu fitur unik dari pakaian Korea, string mantel awalnya tali pendek, tipis tapi
akhirnya berkembang menjadi gaya yang terlihat saat ini, yaitu, sepotong, panjang menjuntai
kain yang menggantung di bawah lutut. Sekitar waktu ini, mode Tang Dynasty menjadi kurang
berpengaruh. Sebagai masyarakat Korea berpaling kepada nilai-nilai berhemat dan
kesederhanaan, keindahan, tenang tenang kehidupan pertanian menemukan ekspresi dalam
celadon biru yang terkenal periode dan pakaian putih. Pakaian Korea mengalami perbaikan
lebih lanjut seperti kapas diperkenalkan ke Korea dari China Yuan. Selain itu, peraturan pakaian
diperkenalkan dari luar negeri dan sistem seragam resmi didirikan untuk istana.
Awal periode Choson melihat perkembangan masyarakat Konghucu. Pada saat ini,
penggunaan kapas menjadi meluas. Selain itu, periode melihat perkembangan naskah yang

unik, yang dikenal sebagai Han-gul, dan publikasi ilmiah kompilasi banyak. Pada saat yang
sama, ada perkembangan yang beragam dalam sistem pakaian ritual. Konfusianisme, sebagai
ideologi pusat dan iman Asia Timur, secara aktif mengejar saat ini, bersama dengan sistem
gaun ritual. Pakaian Ritual mewakili manifestasi nyata dari nilai Konghucu berwujud seperti
kebajikan, kebijaksanaan kepatutan, dan kepercayaan. Karena pakaian menjabat sebagai
media untuk ekspresi yang terlihat dari sebuah ritual, itu dianggap bentuk yang sangat
signifikan ekspresi. Oleh karena itu, Choson pakaian, selain perannya dalam menggambarkan
status sosial, mewakili penyesuaian yang ketat terhadap kode Konfusianisme dari pakaian
ritual. Secara khusus, sistem standar pakaian untuk ritual berbagai bagian didirikan sesuai
dengan manual ritual banyak. Pakaian khusus dipakai untuk ritual kedewasaan, pernikahan,
berduka dan layanan peringatan. Bahkan saat ini, pakaian ini dapat dilihat di pesta pernikahan
dan pemakaman, dan di daerah sangat konservatif, pakaian khusus untuk peringatan jasa
masih dipakai. Gaun tradisional sarjana Konfusian dapat dilihat dalam lukisan-lukisan dari
pelukis terkenal rakyat Choson, Shin Yun-bok. Dalam lukisan, jubah luar yang panjang, namun
tidak pernah menyentuh tanah. Di dalam jubah, beberapa lapisan pakaian dapat dilihat. Dengan
lengan lebar menggantung ke bawah, sarjana kuburan yang tampak olahraga luas berbingkai,
kuda-topi
rambut.
Periode akhir-Choson melihat perubahan sosial yang besar sebagai orang-orang biasa datang
untuk membenci sistem feodalistik. Periode ini juga ditandai oleh perubahan signifikan dalam
nilai-nilai dan estetika. Pada saat ini, wanita penghibur memimpin dalam perkembangan baru
dalam pakaian perempuan. Busana pria, di sisi lain, yang terutama dipengaruhi oleh anggota
misi luar negeri, reformis politik, mahasiswa asing dan misionaris. Penggambaran kesenian
rakyat dari perempuan selama era ini menunjukkan mereka mengenakan sabuk putih, nyaman
chogori yang menunjukkan kontur payudara, dan pakaian banyak melebih-lebihkan volume
gaun. Keindahan erotis pakaian memiliki sedikit preseden dalam budaya Konfusianisme
tradisional.
Pembukaan Korea ke Barat mengintensifkan langkah perubahan dalam pakaian. Paling
menonjol, pakaian selama periode ini menjadi jauh lebih sederhana. Selama kudeta dari 1884
dan Reformasi Kabo (1894), pakaian spesifikasi untuk berbagai upacara yang dikombinasikan
untuk membentuk pakaian ritual tunggal. The, canggung lengan lebar menjadi sempit dan lakilaki top-knot terputus. Di antara, pakaian pakaian wanita serta jubah menyembunyikan seperti
ssugaech'ima (selendang), chang-ot (hood) dan noul (jilbab) memberikan cara untuk mantel,
lebih
praktis
singkat.
Hilangnya pakaian tradisional selama proses modernisasi telah dijelaskan dalam hubungannya
dengan pembangunan ekonomi. Bangsa yang telah dikembangkan industri dan ekonomi telah
menyerah pakaian tradisional mereka, sebagai bagian dari gaun everday mereka, pada tingkat
yang lebih cepat daripada negara-negara ekonomi mundur. Di Korea, hanbok mulai menghilang
sebagai pakaian sehari-hari di tahun 1960-an dan datang yang akan digunakan hanya selama
ritual. Adapun pakaian ritual tradisional, pernikahan hanya dan pakaian berkabung selamat.
Hanbok tradisional sekarang hanya terlihat pada acara tradisional khusus seperti festival rakyat,
kut
perdukunan,
drama
sejarah
atau
reenactments
ritual
istana.

Singkatnya, hanbok telah mengalami banyak perubahan namun secara umum terdiri dari unsur
masih terlihat di hanbok hari, yaitu celana, mantel luar, rok, dan segera. Di antara berbagai
bentuk hanbok, pakaian ritual secara tradisional diambil diutamakan. Dalam perkembangannya,
hanbok memperoleh beberapa unsur dari negara-negara tetangga, saat mengganti untuk
memenuhi kebutuhan khusus dari kali.
KOTA-KOTA DI KOREA SELATAN
Korea Selatan terdiri dari 1 Kota Khusus (Teukbyeolsi; 특별시; 特別市), 6 Kota
Metropolitan (Gwangyeoksi; 광역시; 廣域市), dan 9 Provinsi (do; 도; 道).
* Kota Istimewa/Khusus Seoul
* Kota Metropolitan
Metropolitan
Metropolitan
Metropolitan
Metropolitan
Metropolitan
Metropolitan

Busan (Busan Gwangyeoksi; 부산 광역시; 釜山廣域市)
Daegu (Daegu Gwangyeoksi; 대구 광역시; 大邱廣域市)
Incheon (Incheon Gwangyeoksi; 인천 광역시; 仁川廣域市)
Gwangju (Gwangju Gwangyeoksi; 광주 광역시; 光州廣域市)
Daejeon (Daejeon Gwangyeoksi; 대전 광역시; 大田廣域市)
Ulsan (Ulsan Gwangyeoksi; 울산 광역시; 蔚山廣域市)

*
*
*
*
*
*

Kota
Kota
Kota
Kota
Kota
Kota

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

Provinsi
Provinsi Gyeonggi (Gyeonggi-do; 경기도; 京畿道)
Provinsi Gangwon (Gangwon-do; 강원도; 江原道)
Provinsi Chungcheong Utara (Chungcheongbuk-do; 충청 북도; 忠清北道)
Provinsi Chungcheong Selatan (Chungcheongnam-do; 충청 남도; 忠清南道)
Provinsi Jeolla Utara (Jeollabuk-do; 전라 북도; 全羅北道)
Provinsi Jeolla Selatan (Jeollanam-do; 전라 남도; 全羅南道)
Provinsi Gyeongsang Utara (Gyeongsangbuk-do; 경상 북도; 慶尚北道)
Provinsi Gyeongsang Selatan (Gyeongsangnam-do; 경상 남도; 慶尚南道)
Provinsi Jeju (Jeju-do; 제주도; 濟州道)