GEMPA BUMI di sumatera barat (2)

GEMPA BUMI
Gempa adalah pergeseran tiba-tiba dari lapisan tanah di bawah permukaan bumi. Ketika pergeseran
ini terjadi, timbul getaran yang disebut gelombang seismik. Gelombang ini menjalar menjauhi fokus
gempa ke segala arah di dalam bumi. Ketika gelombang ini mencapai permukaan bumi, getarannya bisa
merusak atau tidak tergantung pada kekuatan sumber dan jarak fokus, disamping itu juga mutu bangunan
dan mutu tanah dimana bangungan berdiri.
Lapisan litosfir bumi terdiri atas lempeng-lempeng tektonik yang kaku dan terapung di atas batuan
yang relatif tidak kaku. Daerah pertemuan dua lempeng atau lebih kita sebut sebagai plate margin atau
batas lempeng, disebut juga sesar. Gempa dapat terjadi dimanapun di bumi ini, tetapi umumnya gempa
terjadi di sekitar batas lempeng dan banyak didapat sesar aktif disekitar batas lempeng. Titik tertentu di
sepanjang sesar tempat dimulainya gempa disebut fokus atau hyposenter dan titik di permukaan bumi
yang tepat di atasnya disebut episenter.
Lapisan paling atas bumi, yaitu litosfir, merupakan batuan yang relatif dingin dan bagian paling atas
berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah lapisan ini terdapat batuan yang jauh lebih panas yang
disebut Astenosfer. Ada tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng tektonik relatif terhadap lempeng
lainnya, yaitu apabila kedua lempeng saling menjauhi (spreading), saling mendekati(collision) dan saling
geser (transform).
Jika dua lempeng bertemu pada suatu sesar, keduanya dapat bergerak saling menjauhi, saling
mendekati atau saling bergeser. Umumnya, gerakan ini berlangsung lambat dan tidak dapat dirasakan
oleh manusia namun terukur sebesar 0-15cm pertahun. Kadang-kadang, gerakan lempeng ini macet dan
saling mengunci, sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu saat

batuan pada lempeng tektonik tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut sehingga terjadi
pelepasan mendadak yang kita kenal sebagai gempa bumi.
Gempa dapat terjadi kapan saja, tanpa mengenal musim. Meskipun demikian, konsentrasi gempa
cenderung terjadi di tempat-tempat tertentu saja, seperti pada batas Plat Pasifik. Tempat ini dikenal
dengan Lingkaran Api karena banyaknya gunung berapi.Seismologist adalah ilmuwan yang mempelajari
sesar dan gempa. Mereka menggunakan peralatan yang disebut seismograf untuk mencatat gerakan tanah
dan mengukur besarnya suatu gempa. Seismograf memantau gerakan-gerakan bumi mencatatnya dalam
seismogram..
Gelombang seismik, atau getaran, yang terjadi selama gempa tergambar sebagai garis bergelombang
pada seismogram. Seismologist mengukur garis-garis ini dan menghitung besaran gempa. Seismologist
menggunakan skala Richter untuk menggambarkan besaran1 gempa, dan skala Mercalli untuk
menunjukkan intensitas gempa, atau pengaruh gempa terhadap tanah, gedung dan manusia. Frekuensi
suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa
Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. moment magnitudo adalah skala yang paling umum
di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia. Gempa bumi adalah getaran yang terjadi
permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi).
Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi
tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi
karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.
Lapisan kulit bumi dengan ketebalan 100km mempunyai temperatur relatif jauh lebih rendah

dibanding dengan lapisan dalamnya (mantel dan inti bumi) sehingga terjadi aliran konveksi dimana massa

dengan temperatur tinggi mengalir ke daerah temperatur rendah atau sebaliknya. Teori aliran konveksi ini
sudah lama berkembang untuk menerangkan pergeseran lempeng tektonik yang menjadi penyebab utama
terjadinya gempa bumi tektonik. Disamping itu kita kenal juga gempa vulkanik, gempa runtuhan, gempa
imbasan dan gempa buatan.




Gempa vulkanik disebabkan oleh desakan magma ke permukaan,
Gempa runtuhan banyak terjadi di pegunungan yang runtuh, gempa imbasan biasanya
terjadi di sekitar dam karena fluktuasi air dam,



Gempa buatan adalah gempa yang dibuat oleh manusia seperti ledakan nuklir atau ledakan
untuk mencari bahan mineral

Skala gempa tektonik jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis gempa lainnya sehingga efeknya

lebih banyak terhadap bangunan.
Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia,
Eurasia dan lempeng Pasific. Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan bergantung pada
beberapa hal; diantaranya adalah skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di
lokasi bangunan dan kualitas bangunan.
Anatomi gempa bumi
Gempa bumi terjadi setiap hari di bumi, namun kebanyakan kecil dan tidak menyebabkan kerusakan
apa-apa. Gempa bumi kecil juga dapat mengiringi gempa bumi besar, dan dapat terjadi sesudah, sebelum,
atau selepas gempa bumi besar tersebut.
Intensitas
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat yang dinamakan Pengukur Richter. Gempa bumi
dibagi ke dalam skala dari satu hingga sembilan berdasarkan ukurannya (skala Richter). Gempa bumi
juga dapat diukur dengan menggunakan ukuran Skala Mercalli.
Tipe gempa bumi
Gempa bumi tektonik
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan
plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang
dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik.
Gempa bumi gunung berapi
Gempa bumi gunung berapi terjadi berdekatan dengan gunung berapi dan mempunyai bentuk

keretakan memanjang yang sama dengan gempa bumi tektonik. Gempa bumi gunung berapi disebabkan
oleh pergerakan magma ke atas dalam gunung berapi, di mana geseran pada batu-batuan menghasilkan
gempa bumi. Ketika magma bergerak ke permukaan gunung berapi, ia bergerak dan memecahkan batubatuan serta mengakibatkan getaran berkepanjangan yang dapat bertahan dari beberapa jam hingga
beberapa hari. Gempa bumi gunung berapi terjadi di kawasan yang berdekatan dengan gunung berapi,
seperti Pergunungan Cascade di barat Laut Pasifik, Jepang, Dataran Tinggi Islandia, and titik merah
gunung berapi seperti Hawaii.

Penyebab terjadinya gempa bumi
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang
dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya
mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada
saat itu lah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan
tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan
translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang
terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa bumi lain
juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi.
Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi.
Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di
balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena
injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas

bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak.
Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah.
Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi
Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan karena percepatan
gelombang seismik, tsunami, longsor, dan liquefaction. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan
lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, Sedangkan dengan Pasific di utara
Irian dan Maluku utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul
sampai suatu titik dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas
berupa gempa bumi.
Daerah aktif gempa di Indonesia
Gempa bumi terjadi diawali dengan akumulasi stress di sekitar batas lempeng, sehingga aktifitas
gempa banyak disini. Walaupun konsentrasi akumulasi stress akibat tabrakan lempeng berada di sekitar
batas lempeng, akibatnya bisa sampai jauh sampai beberapa ratus kilometer dari batas lempeng karena
ada pelimpahan stress di kerak bumi, sehingga ada daerah aktif gempa di luar daerah pertemuan lempeng.
Kasus sesar Sumatra umpamanya adalah sesar yang dibentuk oleh pelimpahan stress tabrakan lempeng
Indo-Australia dengan Eurasia dengan sudut tabrakan miring terhadap garis batas. Kemiringan ini
menyebabkan timbulnya sesar Sumatra dimana konsentrasi akumulasi stress atau pusat-pusat gempa di
daerah ini.
Beberapa sesar aktif yang terkenal di Indonesia adalah sesar Sumatra, sesar Cimandiri di Jawa barat,
sesar Palu-Koro di Sulawesi, sesar naik Flores, sesar naik Wetar, dan sesar geser Sorong. Keaktifan

masing-masing sesar ditandai dengan terjadinya gempa bumi. Gempa dangkal (kedalaman 0-50km) yang
terjadi pada periode 1900-1995 dengan skala Richter 5.5 atau lebih, membuktikan lokasi-lokasi daerah
aktif gempa di Indonesia.
Faktor kualitas tanah dan bangunan
Faktor kualitas tanah dan bangunan adalah faktor yang sangat menentukan untuk pengkajian resiko
gempa bumi. Kualitas tanah di tempat bangunan berdiri dinyatakan dengan percepatan tanah maksimum
(Peak Ground Acceleration) dari catatan exact accelerograph sewaktu gempa besar terjadi.

Sebagian dari gempa tersebut menimbulkan bencana, bergatung pada beberapa hal;








Skala atau magnitude gempa
Durasi dan kekuatan getaran
Jarak sumber gempa terhadap perkotaan

Kedalaman sumber gempa
Kualitas tanah dan bangunan
Lokasi bangunan terhadap perbukitan dan pantai

Pemetaan gempa bumi
Pemetaan gempa bumi bisa dilakukan dengan 2 cara; pertama adalah dengan memetakan sumbernya
atau hyposenter (pusat gempa) dengan skala dan kedalaman tertentu, kedua adalah dengan memetakan
efeknya atau informasi makro gempa bumi.
Magnitude gempa dengan magnitude 5 atau lebih dan kedalaman kecil dari 50km sering dipakai
karena berpotensi untuk merusak bangunan. Informasi makro gempa bumi adalah peta dengan memakai
skala Modified Mercalli Intensity (MMI), yaitu besarnya efek yang dirasakan oleh pengamat dimana dia
berada tanpa memperhatikan sumbernya. Aktifitas gempa yang pernah terjadi dari tahun 1900 sampai
1996 dengan skala magnitudo diatas 6.0 menunjukkan bahwa aktifitas gempa tersebut berada di sekitar
tabrakan lempeng tektonik (interplate earthquake) dan di sekitar sesar
Ciri khas di daerah Indonesia, umumnya kekuatan gempa yang besar (M>7) berada di sekitar
tabrakan lempeng, sedangkan gempa di dalam lempeng (intraplate earthquake) ukurannya relatif kecil.
Namun akibatnya terhadap bangunan mungkin sama, karena gempa interplate berada di laut sedangkan
gempa intraplate berada di darat yang relatif lebih dekat dengan perkotaan.
Monitoring gempa susulan
Gempa susulan (aftershock) merupakan proses stabilisasi medan stress ke keseimbangan yang baru

setelah pelepasan energi atau stress drop yang besar pada gempa utama. Setiap gempa tektonik dangkal
(kira-kira < 100km) selalu diikuti oleh dislokasi atau patahan. Dislokasi ini mengganggu keseimbangan
medium sekelilingnya, sehingga dengan sendirinya muncul gempa lainnya yang merupakan proses
keseimbangan baru. Proses ini bisa berlangsung beberapa jam sampai berminggu-minggu, tergantung
pada besar gempa utama dan sifat batuan. Frekuensi dan magnitude gempa susulan ini umumnya
menurun secara exponensial terhadap waktu
Extrapolasi kurva frekuensi dan magnitude terhadap waktu bisa menjadi patokan perkiraan besarnya
gempa susulan, sehingga bahaya dari gempa susulan ini menjadi sangat serius apabila gempa utama telah
merusak struktur bangunan. Struktur bangunan yang sudah dirusak oleh gempa bisa dianggap seperti
susunan dinding, batu dan pilar yang tak mempunyai daya ikat lagi satu sama lain. Sehingga gempa
susulan dengan MMI IV saja sudah cukup untuk merubuhkan bangunan.
Monitoring Gempa bumi
Jika kita bisa meramalkan gempa bumi, maka bencana tentunya tidak akan terjadi dan tidak perlu
mengeluarkan dana. Namun teknik untuk meramal gempa bumi sampai sekarang belum ada yang bisa
dipertahankan secara ilmiah, sehingga kita perlu mempersiapkan diri, lingkungan dan bangunan yang
tahan terhadap gempa bumi. Untuk itu diperlukan peta aktifitas gempa bumi yang menunjukkan bahwa

aktifitas seismik (gempa) di Indonesia umumnya tinggi hampir di semua pulau. Setiap pulau mempunyai
tingkat aktifitasnya masing-masing yang perlu di monitor dengan merapatkan jaringan seismograp
sehingga informasi aktifitas gempa bumi bisa lebih teliti.

Gunung Rabaul (Papua Nugini) contohnya meletus bulan September 1994. Persiapan evakuasi telah
dilaksanakan secara bertahap 10 tahun sebelumnya, sehingga nyawa dan harta dapat diselamatkan. Hal ini
menyangkut efektifitas informasi yang disampaikan pada masarakat. Dipihak lain juga menyangkut
keberhasilan monitoring dan penelitian tentang tabiat pergerakan magma dan peramalannya. Korban
gempabumi disebabkan oleh runtuhan bangunan yang digoyang gempa, sedangkan korban letusan
gunungapi disebabkan oleh aliran lahar, magma, debu panas, atau kebakaran, dimana manusia tidak dapat
bertahan ditempat kejadian dan harus mengungsi puluhan kilometer. Bencana alam terfokus pada korban
manusia beserta miliknya. Peristiwa alam yang extreem (tsunami setinggi 20m misalnya) tidak masuk
dalam kategori bencana alam apabila tidak menelan korban. Karena itu bencana alam bergantung pada
dua faktor yang harus ada; peristiwa alam dan penduduk.
Prediksi Gempa bumi
Prediksi gempa bumi meliputi parameter lokasi, waktu dan skala gempa bumi tersebut. Ketiga
paremeter tersebut harus ada, gejala yang banyak diamati berdasarkan pada sifat-sifat batuan yang
mengalami stress akibat tekanan yang ditimbulkan dari pergerakan lempeng tektonik. Gejala tersebut
terlihat pada perubahan posisi satu titik relatif terhadap titik lainnya yang diamati dengan menggunakan
Global Positioning System (GPS).
Calon korban gempa bumi tidak perlu mengungsi asalkan bangunan dan lingkungan mereka tahan
terhadap gempa bumi, karena itu sangat perlu kita sadari bersama bahwa jatuhnya korban karena runtuhan
bangunan atau kejatuhan peralatan rumah tangga.Resiko terhadap gempa bumi jelas ada, namun
gejalanya tak sejelas bencana gunung berapi, karena itu pengertian dan pengetahuan masyarakat lebih

ditekankan agar tidak membangun bencananya sendiri di tempat kediaman. Perubahan posisi tersebut bisa
terlihat nyata setiap tahunnya, namun belum bisa dipakai untuk prediksi gempa. Gejala lainnya adalah
perubahan muka air tanah, electro magnetis, seismisitas, kecepatan gelombang dsb. Semuanya tetap
belum bisa dipakai sebagai tanda yang jelas untuk predisksi gempa bumi.
Bencana gempa bumi, tsunami atau letusan gunung berapi adalah suatu bukti dari ketidakmampuan
kerak bumi menampung akumulasi deformasi yang berasal dari proses berkesinambungan dari pergerakan
tektonik lempeng atau pergerakan magma kepermukaan. Sehingga deformasi sesaat berupa gempa bumi
atau letusan gunung api tak terhindarkan. Bencana gunung berapi umumnya dapat ditanggulangi secara
dini, karena gejala letusan bisa diamati, mulai dari arah letusan, arah aliran magma sampai pada luas
daerah yang akan mengalami bencana dapat diperkirakan.
Berdasarkan sejarah kekuatan sumber gempa, aktifitas gempa bumi di Indonesia bisa dibagi
dalam 6 daerah aktifitas





Daerah sangat aktif. Magnitude lebih dari 8 mungkin terjadi di daerah ini. Yaitu di
Halmahera, pantai utara Irian.
Daerah aktif. Magnitude 8 mungkin terjadi dan magnitude 7 sering terjadi. Yaitu di lepas

pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Banda.
Daerah lipatan dan retakan. Magnitude kurang dari 7 mungkin terjadi. Yaitu di pantai
barat Sumatra, kepulauan Suna, Sulawesi tengah.





Daerah lipatan dengan atau tanpa retakan. Magnitude kurang dari tujuh bisa terjadi. Yaitu
di Sumatra, Jawa bagian utara, Kalimatan bagian timur.
Daerah gempa kecil. Magnitude kurang dari 5 jarang terjadi. Yaitu di daerah pantai timur
Sumatra, Kalimantan tengah.
Daerah stabil, tak ada catatan sejarah gempa. Yaitu daerah pantai selatan Irian,
Kalimantan bagian barat.

Periodisitas gempa bumi
Periode ulang gempa bumi maksudnya adalah bahwa gempa bumi dengan skala tertentu (misalnya
M=8) akan terulang kembali di daerah yang sama pada kurun waktu tertentu. Perhitungan periode ulang
ini memerlukan data paling tidak satu periode, lebih panjang lebih baik. Namun catatan gempa bumi
dengan peralatan, baru dimulai pada awal abad 20. Karena itu untuk memperanjang periode pengamatan,
dibantu dengan catatan intensitas gempa yang sudah dimulai sejak awal abad masehi. Selain itu penelitian
paleoseismic juga bisa membantu memperpanjang periode pengamatan.
Gempa yang sama kekuatannya dengan gempa pada 4 Juni 2000 di Bengkulu pernah terjadi dua kali
pada 1833, 1914. Sehingga banyak yang setuju dengan teori peramalan (forcasting) gempa dengan
metode perioda ulang berkisar 80 tahun. Disamping itu terdapat juga gempa yang ukurannya lebih kecil
dengan periode ulang lebih pendek. Perhitungan matematis periode ulang gempa bumi di Sumatra oleh
peneliti BMG (Rasyidi Sulaiman dan Robert Pasaribu, 2000) menunjukkan bahwa periode ulang di
Sumatra Selatan berkisar antara 8-34 tahun dengan nilai tengah 21 tahun. Gempa pada tahun 1979 di
Bengkulu yang cukup besar dengan M=5.8, MMI=VIII, sedangkan gempa berikutnya adalah Juni 2000
(1979+21tahun).
Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tibatiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab
terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan
dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke
permukaan bumi.
Parameter Gempabumi






Waktu terjadinya gempabumi (Origin Time - OT)
Lokasi pusat gempabumi (Episenter)
Kedalaman pusat gempabumi (Depth)
Kekuatan Gempabumi (Magnitudo)

Karakteristik Gempabumi








Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
Lokasi kejadian tertentu
Akibatnya dapat menimbulkan bencana
Berpotensi terulang lagi
Belum dapat diprediksi
Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi

Mengingat terdapat selang waktu antara terjadinya gempabumi dengan tsunami maka selang waktu
tersebut dapat digunakan untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat sebagai salah satu upaya

mitigasi bencana tsunami dengan membangun Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesia
Tsunami Early Warning System / Ina-TEWS).

Akibat Gempabumi







Getaran atau guncangan tanah (ground shaking)
Likuifaksi ( liquifaction)
Longsoran Tanah
Tsunami
Bahaya Sekunder (arus pendek,gas bocor yang menyebabkan kebakaran, dll)

Faktor-faktor yang Mengakibatkan Kerusakan Akibat Gempabumi








Kekuatan gempabumi
Kedalaman gempabumi
Jarak hiposentrum gempabumi
Lama getaran gempabumi
Kondisi tanah setempat
Kondisi bangunan

KOSA KATA GEMPA BUMI
















Magnitudo – banyaknya energi yang dilepas pada suatu gempa yang tergambar dalam
besarnya gelombang seismik di episenter. Besarnya gelombang ini tercermin dalam
besarnya garis bergelombang pada seismogram.
Episenter – titik di permukaan bumi tepat di atas fokus atau sumber gempa, dinyatakan
dalam lintang dan bujut, Hyposenter=parameter sumber gempa bumi yang dinyatakan
dalam waktu terjadinya gempa, lintang, bujur dan kedalaman sumber)
Fokus – sumber gempa di dalam bumi, tempat batuan pertama patah.
Gelombang seismik – getaran gempa yang menjalar di dalam dan dipermukaan bumi
dengan cara longitudinal dan transfersal.
Intensitas – besarnya goncangan dan jenis kerusakan ditempat pengamatan akibat
gempa. Intensitas tergantung dari jarak tempat tersebut dari hyposenter.
Kerak bumi – lapisan atas bumi yang terdiri dari batuan padat. Baik tanah di daratan
maupun di dasar laut termasuk kerak bumi.
Litosfir – lapisan paling atas bumi yang hampir seluruhnya terdiri dari batuan padat.
Lapisan ini termasuk kerak bumi dan (sebagian) mantel atas
Mantel – Lapisan di bawah kerak bumi yang tediri dari mantel atas dan mantel bawah.
Lempeng Tektonik - bagian dari litosfir bumi yang padat atau rigid. Lempeng-lempeng
tektonik ini senantiasa bergerak dengan lambat, terapung diatas mantel.
Seismograf – peralatan yang menggambarkan gelombang gempa yang datang di stasiun
pengamat.
Seismogram – catatan tertulis dari getaran bumi yang dihasilkan oleh seismograf.
Seismologist – ilmuwan yang mempelajari gempa
Skala Mercalli – suatu ukuran subyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan intensitasnya
Skala Richter – suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitan dengan magnitudo-nya



Sesar – patahan atau pemisahan batuan, umumnya di antara dua atau lebih plat tektonik