Sosiologi Pembangunan Pengertian Sejarah Pengertian

I

BAB I
AKHLAK DAN PERMASALAHANNYA
A. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak bisa dilihat dengan dua
pendekatan yaitu pendekatan secara linguistik
(kebahasaan) dan pendekatan secara terminologi
(peristilahan).
Lebih
lanjut
akan
dikemukan
pandangan para ahli tentang akhlak tersebut secara
sederhana.1 Akhlak dikemukakan para ahli sebagai
berikut:
a) Secara bahasa “akhlak” berasal dari bahasa
Arab, jamak dari kata khuluqun yang diartikan
1


______________ Menurut Jamil Saliba akhlak berasal dari
bahasa Arab, yaitu bentuk isim mashdar (bentuk infinitif) dari kata
akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan wazan (timbangan) tsulasi
majid af’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti : al-sajiyah (perangai), aththabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman),
al-maru’ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).Kahar Masykur
menyatakan bahwa kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, ia adalah
bentuk jama’ dari khulqu yang berarti: sajiyah (perangai) muruu’ah
(budi), thab’u (tabiat), dan adaab (adab). Sementara itu dalam Kamus
Ilmiah Populer kata akhlak didefinisikan sebagai budi pekerti, tingkah
laku, perangai. Kalau dilihat yang diungkapkan para ahli di atas bahwa
kata akhlak sebagai bentuk masdar dari akhlaka tidak tepat, karena
bentuk mashdar akhlaka adalah ikhlaqan bukan akhlakan. Dan agaknya
pendapat Kahar Masykur lebih mendekati kebenaran dibandingkan
dengan pendapat Jamil Saliba, yaitu bahwa kata akhlak berasal dari kosa
kata bahasa Arab akhlaq “ٌ‫ ”اَخْلَق‬yang merupakan bentuk jama’ (plural)
dari ٌ‫( خُلُق‬khuluq) atau ٌ‫( خَلْق‬khalqun) yang berarti sajiyyah (perangai),
muruu’ah (budi pekerti), thab’u (tabi’at) ‘aadat (kebiasaan), dan perangai
tingkah laku.
1


dengan akhlak atau perangai.2
b) Akhlak mengandung segi-segi persesuaian
ٌ ‫) َخ ْل‬, yang berarti
dengan perkataan khalqun (‫ق‬
kejadian, serta erat kaitannya dengan khaliq (
ٌ ِ‫ ) خَال‬dengan makna pencipta, dan makhluk (
‫ق‬
ٌ ْ‫) َم ْخلُو‬, berarti yang diciptakan.3
‫ق‬
c) Al-khuluq secara bahasa adalah tabiat dan
perangai.4
d) Muhammad Idris Abdu ar-Ra’uf al-Marbawi
mendefinisikan kata khalqun atau khuluqun
dengan perangai, tabiat, rasa malu, adat.5
e) Dalam Kamus Al-Kautsar Lengkap ArabIndonesia, kata al-Khulqu dan al-Khuluqu
diterjemahkan
dengan
tabiat-tabiat
kebijaksanaan. Ilmu akhlak (‫ )معخالم الخالقا‬pada
kamus tersebut diterjemahkan sebagai ilmu

tata krama
f) Dalam sebuah hadits Nabi Saw riwayat Abu
Dzar al-Ghifari terdapat kata khuluq yang
berarti perangai atau cara bergaul, berikut
adalah matan hadits tersebut:
ُ
‫ق‬
َ َ ‫سن‬
َ َ ‫سيّئ‬
ُ ‫م‬
َ ْ ‫ةم ال‬
َ ‫هم‬
َ ‫ح‬
ّ ‫تم وَاَتْب ِ ِعم ال‬
ْ َ ‫ةم ت‬
َ ْ ‫مام كُن‬
َ ُ ‫حيْث‬
َ ‫قم الخا‬
َ ‫قم النّا‬
ٍ ‫سم بِخُخا‬

ِ ِ ‫حهَام وَخاَال‬
ِ ّ ‫اِت‬
‫ن‬
َ
َ ‫ح‬
ٍ ‫س‬
Artinya: “bertakwalah kepada Allah dimanpun
kamu berada dan iringilah perbuatan
jahat dengan kebaikan niscaya (pahala)
kebaikan akan menghapus (dosa) nya
2

______________ Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia,
(Jakarta: PT Mahmud Yunus Wadzuryah, 1989), hal.120
3
______________ Hamzah Ya’cub, Etika Islam, (Bandung : CV.
Diponegoro, 1983), Cet. II, h. 11
4
______________ Abd. Karim Zaidan. Ushul al-Dakwah . (Bagdad
Dar al-umur al-khattab, 1975) h.75

5
______________ M. Idris al-Marbawiy, Kamus al-Marbawiy,
(Mesir: Ttp, 1350 H), h. 186
2

dan
bergaullah
dengan
manusia
dengan pergaulan/perangai yang baik”.
g) Dalam al-Qur’an kata khuluq terdapat dalam surat
al-Qalam, 68: 4: “wa innaka la’alaa khuluqin
adhimin” yang diartikan sebagai budi pekerti.
Adapun pengertian Akhlak secara terminologi,
menurut Imam Gazali adalah “sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.6
Senada dengan ungkapan tersebut di atas,
dalam kamus al-Mu’jam al-Wasit disebutkan definisi

Akhlak sebagai berikut:
ُ ‫ما‬
ٌ ‫حا‬
‫ن‬
َ ‫نم‬
َ ‫س‬
ٌ ‫خ‬
ِ ‫خايْرٍم اَوْم شَ ّرم‬
ِ ‫لم‬
ِ ‫م را‬
َ ‫اَلْخُخاُقُم‬
َ ْ ‫صد ُ ُرم معَنْهَام اْلَمع‬
ْ َ ‫ةم ت‬
ْ ‫م‬
ْ ‫م‬
َ ‫ْس‬
ِ ‫لم لِخانّف‬
ٍ‫جةٍم اِلَىم فِكْرٍم وَ ُرؤْيَة‬
َ ‫حا‬
َ ‫غَيْرِم‬

Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang “
dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik
atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan
Ibnu Miskawaih mendefinisikan Akhlak sebagai
“jiwa
seseorang
yang
mendorongnya
untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran lebih dahulu”.
Sementara Ahmad Amin mengemukakan bahwa
“sementara orang mengetahui bahwa yang disebut
Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya,
kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan
______________ Imam al-Gazali, Ihya Ulumuddin, Jilid VII, Terj.
Ismail Yarub, (Kuala Lumpur: Victory Ajensi, 1988), h.
6


3

itu dinamakan Akhlak”. Menurutnya kehendak ialah
ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah
imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan
yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya,
Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini
mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan
itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar.
Kekuatan besar inilah yang bernama Akhlak.
Akhlak adalah salah satu sifat yang berurat
berakar pada diri seseorang yang terbit daripadanya
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa dipikirpikir dan ditimbang-timbang.7 Jika diperhatikan
dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi
Akhlak sebagaimana tersebut diatas tidak ada yang
saling bertentangan, melainkan saling melengkapi,
yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang
nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan
dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan dan sudah menjadi kebiasaan.

Sedangkan amali berasal dari kata “amalun”
yang bermakna amalan, perbuatan, kerja.8 Secara
mudah dipahami ketika kata akhlak disangkutkan
dengan amali adalah akhlak yang mudah di
praktekkan dan dilakukan. Artinya akhlak praktis
yang dapat dilakukan. Akan tetapi istilah amali ini
dikenal dalam ilmu tasawuf. Ketika adanya
______________ Muhammad Natsir, Fiqhud Da’wah (Jakarta:
Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, 1977), h. 329
8
______________ Mahmud Yunus, Kamus Arab,…, hal. 281
7

4

pembagian tasawuf yaitu tasawuf amali, akhlaki dan
falsafi. Namun sebagaimana yang penulis sampaikan
di atas tadi bahwa akhlak amali yang ingin
disampaikan dalam buku ini adalah akhlak yang
dengan mudah dipraktekkan oleh mahasiswa dalam

kehidupan sehari-hari atau amalan keseharian.
2. Ilmu Akhlak
Akhlak dengan ilmu akhlak oleh para ahli
kadang di bedakan antara satu sama lain. Dimana
sering dipahami bahwa ilmu akhlak adalah suatu
cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri untuk
menjadi pedoman dalam hidup dan kehidupan,
terutama dalam bertingkah laku, membedakan
antara yang baik dengan yang buruk, yang
bermanfaat dan yang mudharat.
Dengan demikian bahwa ilmu akhlak adalah suatu
ilmu yang menentukan batas antara yang baik
dengan yang buruk, terpuji dan tercela, mengajarkan
pergaulan antara sesama manusia, antara manusia
dengan alam sekitar, terutama dalam membina
hubungan antara khaliq dengan makhluk hablum mi
Allah wa hablum min al-nas.9
Dalam kehidupannya manusia dalam hidup dan
kehidupannya tidak terlepas dari salah satu
perbuatan, yaitu antara perbuatan baik atau

perbuatan buruk. Timbulnya perbuatan tersebut,
______________ Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlak,
(Jakarta: Kalam Mulia, 1987), hal. 1
9

5

disebabkan oleh manusia itu sendiri dalam berbuat
dan bertindak sesuai dengan akhlaknya.
Untuk
terciptanya akhlak dalam hidup dan kehidupan
sangat diperlukan pembinaannya.
Memang kalau diperhatikan manusia secara
individu, merupakan anggota masyarakat dan selalu
berhubungan dengan sesama manusia secara
horizontal.
Manusia selaku makhluk harus pula
berhubungan
dengan
khaliq
secara
vertikal.
Manusia, selama hidupnya tidak dapat memisahkan
diri dari anggota masyarakat, diperlukan aturanaturan atau ukuran-ukuran dan nilai-nilai yang harus
diperbuat ataupun sebaliknya.Oleh karena demikian,
dalam
hidup
bermasyarakat,
berbangsa
dan
bernegara perlu adanya aturan-aturan, yaitu aturanaturan yang timbul dalam masyarakat yang dijiwai
oleh agama serta aturan-aturan yang ditetapkan oleh
agama itu sendiri atas dasar keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT.
Berdasarkan kepada pengertian dan pemahaman
terhadap
akhlak
sebagaimana
yang
telah
10
dikemukakan di atas bisa disimpulkan bahwa:
1.
Ilmu akhlak adalah ilmu yang
menentukan batas antara baik dan buruk,
antara yang terpuji dan tercela, tentang
perkataan atau perbuatan manusia lahir dan
bathin.
10

______________ Parasuddin D, Pemikiran Al-Zarnuji Tentang
Akhlak Peserta Didik, (Tesis, IAIN Imam Bonjol Padang, 2009, hal.22
6

2.

Ilmu
akhlak
adalah
ilmu
pengetahuan yang memberikan pengertian
tentang baik dan buruk, ilmu yang
mengajarkan tentang pergaulan manusia
dan menyatakan tujuan mereka yang
terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan
mereka.
Maka kalau di bagi lebih jauh bisa dibedakan
antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri. Ilmu
akhlak adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis,
sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis.
Maka akhlak adalah sifat yang ada dalam diri
manusia -baik bawaan ataupun hasil usahanya- yang
mempengaruhi tindak tanduknya baik terpuji
maupun tercela.
Apabila dalam diri seseorang terpatri akhlak
mahmudah maka akan lahir tindak tanduk yang
terpuji. Begitu pula sebaliknya, apabila dalam diri
seseorang tertanam akhlak madzmumah maka akan
lahir tindak tanduk yang tercela.11
Namun tidaklah setiap yang tertanam dalam
diri seseorang itu termasuk dalam akhlak. Ada juga
hal-hal yang tertanam pada diri seseorang tetapi
tidak ada hubungannya dengan akhlak seperti insting
11

______________ Ada empat hal yang harus ada apabila
seseorang ingin dikatakan berakhlak yaitu perbuatan yang baik atau
buruk, Kemampuan melakukan perbuatan, Kesadaran akan perbuatan itu
dan kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik
atau buruk.
7

dan motivasi. Insting dan motivasi merupakan hal
yang fitroh dan tidak tercela apalagi masih dalam
batas kewajaran. Inilah perlunya dilihat ciri-ciri dari
perbuatan akhlak tersebut
B. Akhlak Dalam Lintasan Sejarah
Dalam pembahasan akhlak tidak akan pernah
lepas dari perilaku manusia. Karena akhlak sudah
ada sejak manusia itu dilahirkan. Mulai dari manusia
yang pertama kali, yaitu Nabi Adam as sampai
sekarang ini. Baik buruknya akhlak seseorang akan
terliat dari bagaimana perilaku mereka. Tentunya
akhlak seseorang akan mempengaruhi kedudukan
mereka dalam masyarakat luas serta di hadapan
Allah Swt.
Akhlak merupakan pembeda antara manusia
dengan makhluk lain. Karena manusia tanpa akhlak,
akan kehilangan derajatnya sebagai makhluk Allah
yang paling mulia.
Karena akhlak sudah ada sejak manusia
pertama kali, yaitu Nabi Adam as. Tentu akhlak
memiliki sejarah yang luar biasa. Pertumbuhan dan
perkembangannya pun tentu sangat menarik untuk
kita pelajari. Mulai dari ilmu akhlak di luar Islam,
akhlak bangsa Ibrani, akhlak dalam ajaran Islam
serta akhlak sebelum Islam. Dimana memiliki
pemikir-pemikir
yang
berbeda
setiap
perkembangannya.

8

1. Akhlak pada bangsa Yunani12
Pertumbuhan ilmu akhlak pada bangsa Yunani
baru terjadi setelah munculnya orang-orang yang
bijaksana (500-450 SM). Sedangkan sebelum itu di
kalangan bangsa Yunani tidak dijumpai pembicaraan
mengenai akhlak, karena pada masa itu perhatian
mereka tercurah pada penyelidikannya mengenai
alam.13
Dasar yang digunakan para pemikir Yunani
dalam membangun ilmu akhlak adalah pemikiran
filsafat tentang manusia. Ini menunjukkan bahwa
ilmu akhlak yang mereka bangun lebih bersifat
filosofis. Pandangan dan pemikiran filsafat yang
dikemukakan para filosof Yunani berbeda-beda.
Tetapi substansi dan tujuannya sama, yaitu
menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar
menjadi nasionalis yang baik, merdeka, dan
mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah
airnya.14
2. Akhlak Agama Nasrani
Pada akhir abad ketiga masehi, tersiar agama
Nasrani di Eropa. Agama itu dapat membawa pokokpokok ajaran akhlak yang tersebut dalam Taurat dan
______________ Muhammad Alfan, Filsafat Etika Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2011), hal.17
13
______________ Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000), hlm. 59
14
______________ Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Bandung:
Pustaka Setia, 1997), hlm. 41
12

9

Injil. Menurut agama ini bahwa Tuhan adalah sumber
akhlak. Tuhan yang membentuk patokan-patokan
akhlak yang harus dipelihara dan dilaksanakan
dalam kehidupan sosial. Agama ini mengatakan
bahwa yang disebut baik adalah perbuatan yang
disukai Tuhan serta berusaha melaksanakannya
dengan baik.
3. Akhlak Bangsa Romawi
Pada abad pertengahan gereja memerangi
filsafat Yunani dan Romawi, serta menentang
penyiaran
ilmu
dan
kebudayaa
kuno.
Mempergunakan filsafat diperkenankan sekedarnya
untuk menguatkan keyakinan-keyakinan agama,
batas-batasnya dan ketertibannya. Pada masa ini
filsafat yang menentang agama Nasrani di buang
jauh-jauh. Ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada
abad pertengahan itu adalah ajaran akhlak yang
dibangun dari peradaban antara ajaran Yunani dan
Nasrani.
4. Akhlak Bangsa Arab
Bangsa Arab pada zaman jahiliah, bangsa Arab
tidak memiliki ahli filsafat yang mengajak pada aliran
paham tertentu di kalangan bangsa Yunani, seperti
Epicurius, Zeno, Plato, dan Aristoteles. Pada waktu
itu bangsa Arab hanya memiliki ahli hikmah dan ahli
syair yang memerintahkan kebaikan dan mencegah
kemungkaran.
Setelah sinar Islam memancar, maka suasana
bagaikan sinar matahari menghapiska kegelepan
10

malam. Bangsa Arab kemudian tampil maju menjadi
bangsa yang unggul disegala bidang, berkat akhlakul
karimah yang diajarkan islam.
Allah menjadikan manusia dalam betuk
suasana yang baik dan memberikan jalan baik yang
harus ditempuh. Allah menetapkan juga beberapa
keutamaan seperti benar dan adil, menjadikan
kebahagiaan di dunia dan kenikmatan di akhirat
sebagai pahaala bagi orang yang mengikutinya.
5. Akhlak Agama Hindu
Akhlak agama Hindu berdasarkan kitab Weda
(1500
SM),
selain
mengandung
dasar-dasar
ketuhanan juga mengajarkan prinsip akhlak Hindu
yang wajib dipegang teguh oleh pengikutya. Prinsipprinsip tersebut adalah patuh dan disiplin pada
pelaksanaan
upacara
ajarannya
sebagaimana
mestinya. Seseorang yang bisa melakukan kewajiban
tersebut dengan sempurna maka dapat dipandang
sebagai orang yang tercapai derajat kemuliaan yang
sesungguhnya. Sebaliknya orang yang melalaikan hal
tersebut, kurang hati-hati atau salah dalam
melaksanakan upacara keagamaan, berarti dosa.
6. Akhlak Sebelum Islam
Akhlak sebelum Islam maksudnya ialah akhlak
yang dilmiliki oleh orang pada masa jahiliyah, yaitu
zaman kebodohan sebelum Islam lahir. Pada waktu
itu penduduk Arab menyembah berhala dan hanya
beberapa tempat saja yang beragama Yahudi dan
Kristen. Mereka hidup tanpa mengenal adanya Allah.
11

Mereka hanya memepercayai dan menyembah
berhala,
menyembah
matahari,
bulan,
dan
menyembah bintang.
Dalam zaman yang amat gelap tersebut bangsa
Arab mempunyai sifat yang berani, ulet, kuat
ingatan, mempunyai perasaan, tahu harga diri, dan
ingin kasih sayang. Namun sifat yang baik tersebut
dikalahkan ole sifat yang buruk. Selama zaman ini,
bangsa Arab diliputi dengan kezaliman. Para wanita
tidak diperlakukan sebagai manusia. Tidak ada batas
bagi laki-laki berapapun mereka beristri. Jika
seorang meniggal, maka istrinya yang banyak
tersebut termasuk harta pusaka bagi ahli warisnya.
Zaman jahiliyah ini merupakan zaman yang
akhlaknya dalam keadaan yang memprihatinkan.
Akhlak zaman jahiliyah ini hampir sama sekali
dengan binatang. Namun jika dibandingkan dengan
binatang, sungguh binatang lebih baik, sebab
binatang tidak mempunyai akal pikiran tetapi ia
mempunyai rasa kasih sayang yang tinggi.

C. Ciri-ciri Perbuatan Akhlak
Suatu perbuatan akhlak itu bisa dilihat dengan
melihat substansi dari akhlak dan defenisi yang
diberikan oleh para ahli tersebut. Secara mudah
akan diuraikan ciri-ciri perbuatan akhlak tersebut

12

yaitu:15
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah
tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah
menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
dilakukan dengan mudah dilakukan dan tanpa
pemikiran.
Ini
berarti
bahwa
saat
melaksanakan kegiatan dengan mudah atau
kegiatan sehari-hari.
3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau
tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan,
pilihan dan keputusan yang bersangkutan.
Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang
membahas tentang perbuatan manusia yang
dapat dinilai baik atau buruk.
4. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan
yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan
main-main atau karena bersandiwara
5. Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan
akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah
perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan
semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji
orang atau karena ingin mendapatkan suatu
15

______________ Rahman Ritonga, Akhlak: Merakit Hubungan
dengan sesama Manusia, (Surabaya: Amelia, 2005), hal. 9
13

pujian.
6. Tidak merasa bersalah atau malu setelah
melakukannya
karena
sudah
menjadi
kebiasaannya sehari-hari.
D.
Sinonim dengan Akhlak
1. Etika
Dari segi etimologi etika berasal dari bahasa
yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau
adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Sering di defenisikan bahwa etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang tidak baik,
sesuai dengan moral atau akhlak yang dianut oleh
masyarakat luas.16
Seringkali kata etika sinonim dengan akhlak.
Kata ini berasal dari bahasa Yunani yakni ethos yang
berarti adat kebiasaan. Sedangkan yang dimaksud
kebiasaan adalah kegiatan yang selalu dilakukan
berulang-ulang sehingga mudah untuk dilakukan
seperti merokok yang menjadi kebiasaan bagi
pecandu rokok. Sedangkan etika menurut filsafat
dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana
yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang
dapat diketahui oleh akal pikiran.
Etika membahasa tentang tingkah laku
______________ Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet. III,
h.237
16

14

manusia.Ada orang berpendapat bahwa etika dan
akhlak adalah sama. Persamaan memang ada karena
kedua-duanya membahas baik dan buruknya tingkah
laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat
ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh
manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran
tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat
diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi
dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami
kesulitan,
karena
pandangan
masing-masing
golongan dunia ini tentang baik dan buruk
mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.17
Namun bila dilihat lebih mendalam, maka
ditemukan secara jelas persamaan dan perbedaan
etika dan akhlak. Persamaan diantara keduanya
adalah terletak pada objek yang akan dikaji, dimana
kedua-duanya sama-sama membahas tentang baik
buruknya tingkah laku dan perbuatan manusia.
Sedangkan perbedaannya sumber norma, dimana
akhlak mempunyai basis atau landasan kepada
norma agama yang bersumber dari hadist dan al
Quran
Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika
berhubungan
dengan
empat
hal
sebagai
berikut.Pertama,
dilihat
dari
segi
objek
pembahasannya,
etika
berupaya
membahas
______________ Nurcholis Madjid,
konsep dan Pengertian
Akhlak bangsa Indonesia di Simpang Jalan, (Bandung : Mizan, 1998), h.
114
17

15

perbutaan yang dilakukan oleh manusia. Kedua,
dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada
akal pikiran dan filsafat. Sebagai hasil pemikiran
maka etika tidak bersifat mutla, absolut dan tidak
pula universal.
Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi
sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu
perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia,
terhormat, terhina dsb. Keempat, dilihat dari segi
sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubahrubah sesuai tuntutan zaman. Dengan ciri-ciri yang
demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya
menentukan perbuatan yang dilakukan manusia
untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain
etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasilkan oleh akal manusia.
2. Moral
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores
kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan
dengan susila. Sedangkan moral adalah akhlak atau
budi pekerti, atau kondisi mental yang dapat
menentukan apakah orang masih
bisa bertahan
terhadap yang baik atau hanyut ke arah yang buruk.
Moral juga diartikan tindakan manusia, mana yang
baik dan mana yang wajar. Antara etika dan moral
memang memiliki kesamaan.
Namun, ada pula berbedaannya, yakni etika
16

lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih
banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli
filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan
manusia secara universal (umum), sedangkan moral
secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika
menjelaskan ukuran itu.
Namun demikian, dalam beberapa hal antara
etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau
dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai
perbutan manusia baik atau buruk menggunakan
tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam
pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah
norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan
berlangsung di masyarakat. Istilah moral senantiasa
mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia
sebagai manusia. Inti pembicaraan tentang moral
adalah menyangkut bidang kehidupan manusia
dinilai dari baik buruknya perbutaannya selaku
manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur
untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan
manusia, baik buruknya sebagai manusia.
3. Norma
Norma berasal dari bahasa latin yakni norma,
yang berarti penyikut atau siku-siku, suatu alat
perkakas yang digunakan oleh tukang kayu. Dari
sinilah diartikan norma sebagai pedoman, ukuran,
aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang
dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau
17

sebuah ukuran. Dengan norma ini orang dapat
menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.
Jadi secara terminologi norma dapat dibagi
menjadi dua macam. Pertama, norma menunjuk
suatu teknik. Kedua, norma menunjukan suatu
keharusan. Kedua makna tersebut lebih kepada yang
bersifat normatif. Sedangkan norma norma yang kita
perlukan adalah norma yang bersifat prakatis,
dimana norma yang dapat diterapkan pada
perbuatan-perbuatan konkret.
Dengan tidak adanya norma maka kiranya
kehidupan manusia akan manjadi brutal. Pernyataan
tersebut dilatar belakangi oleh keinginan manusia
yang tidak ingin tingkah laku manusia bersifat
senonoh. Maka dengan itu dibutuhkan sebuah norma
yang lebih bersifat praktis. Memang secara bahasa
norma agak bersifat normatif akan tetapi itu tidak
menuntup kemungkinan pelaksanaannya harus
bersifat praktis.
Hidup bersama menghasilkan norma. Norma
diambil agar cara hidup bersama tidak mengganggu
sesama. Dalam kehidupan ini agar masing-masing
anggota
masyarakat
mencapai
sesuatu
yang
berharga. Dengan demikian norma selalu mengisi
suasana ejiwaan sehari-hari dalam mengejar nilai
dalam hidup bersama ini apalagi di tengah-tengah
masyarakat.18
______________ Sumarkoco Sudiro, Masalah-masalah Pokok
Kedewasaan dalam Masyarakat Modern, (Jakarta: GarudaMetropolitan
18

18

4. Nilai
Nilai biasanya membahas tentang pertanyaan
mengenai mana yang baik dan mana yang tidak baik
dan bagaimana seseorang untuk dapat berbuat baik
serta tujuan yang memiliki nilai. Pembahasan
mengenai nilai ini sangat berkaitan dangan
pembahasan etika. Kajian mengenai nilai dalam
filsafat moral sangat bermuatan normatif dan
metafisika.
Nilai merupakan tema baru dalam filsafat.
Sebagai cabang filsafat yang disebut dengan
aksiologi. Muncul untuk pertama kalinnya pada
paroh kedua abad ke-19.19
Masyarakat beranggapan bahwa kehancuran
akhlak yang menimpa umat, kecuali apabila telah
terpatri konsep nilai-nilai yang konkret yang telah
disepakati Islam, yaitu nilai-nilai absolut yang tegak
berdiri diatas asas yang kokoh. Nilai absolut adalah
tersebut adalah kebenaran dan kebaikan sebagai
nilai-nilai
yang
akan
mengantarkan
kepada
kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat secara
individual dan sosial.
5.Susila
Susila berasal dari bahasa sansekerta yang
berarti dasar, prinsip dan norma. Secara istilah
susila adalah norma hidup yang bertujuan untuk
Press, 1990), cet.I, hal. 29
19
______________ Risieri Frondizi,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hal. 1

19

Pengantar

Filsafat

Nilai,

mewujudkan dan menciptakan masyarakat menjadi
lebih baik. Susila juga dapat diartikan sebagai sopan
santun.
Susila ini lebih mengacu pada upaya-upaya
dalam membuat norma-norma untuk dijalankan
dalam masyarakat dan dijadikan prinsip-prinsip serta
dasar agar tatanan sosialnya menjadi sejahtera dan
tentram. Upaya-upaya itu dapat berupa membimbing
dan mendorong agar masyarakat memiliki nilai mulia
demi mencapai tujuan bersama.
E. Hubungan Akhlak , Etika,Moral, dan Susila
Istilah etika.moral, susika dan akhlak adalah
identik,
karena
sama-sama
mengacu
kepada
manusia, baik dari aspek perilaku maupunpemikiran
manusia. Bagi manusia, perilaku yang dimaksud
tentu
baerada
pada
tatran
ideal
tanpa
memperdulikan perbedaan etnis, agama, geografis,
bahasa dan lain sebagainya. Ke empat istilah
tersebut saling terkait antara satu dan lainya.
Keterkaitan tersebut masuk ke dalam aspek-aspek
perilaku manusia. Dengan demikian maka etika,
moral dan tata susila sangat dibutuhkan sebagai
implementasi
dalam
menjabarkan
ketentuanketentuan Akhlak didalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Perbedaan dan kesamaan dari keempat di atas
dapat terlihat di bawah ini:
1. Perbedaan Akhlak , Etika,Moral, dan Susila
 AKHLAK
20

1. Akhlak berada pada tataran Aplikatif dari suatu
tindakan manusia dan bersifat umum, namun
mengacu pada barometer ajaran agama.
2. Akhlak juga berada pada level spontanitas spesifik,
karena kebiasaan individual/komunitas yang dapat
disebut dengan “adab”.
3. Akhlak merupakan istilah yang bersumber dalam
Al-qur’an dan As Sunnah..
 ETIKA
1) Etika bertolak ukur pada akal pikiran atau rasio
bersifat tidak mutlak dan tidak pulauniversal.
2) Etika bersifat pemikiran filosofis yang berada
pada tataran konsep teoritis.
3) Etika bersifat relatif yakni bisa berubah-ubah
sesuai dengan tuntutan zaman.
 MORAL
1. Moral tolak ukurnya adalah norma-norma yang
berlaku pada masyarakat.
2. Moral yang diungkapkan dengan istilah moralitas
dipakai untuk menilai suatu perbuatan.
3. Moral mengacu pada baik buruknya perbuatan
manusia.
 SUSILA
1. Susila adalah prinsip-prinsip yang menjadi
landasan berpijak masyarakat, baik dalam
tindakan ataupun tata cara berpikir, berdasarkan
kearifan-kearifan lokal.
2. Susila mengacu pada upaya-upaya dalam
membuat norma-norma baik untuk dijadikan
21

b.
o

o

o

sebagai
prinsip
dan
dasar
hidup
suatu
masyarakat.
Persamaan Akhlak , Etika,Moral, dan Susila
Akhlak, etika, moral dan susila mengacu pada
ajararan atau gambaran tentang perbuatan,
tingkah laku, sifat, dan perangkai yang baik.
Akhlak, etika, moral dan susila merupakan prinsip
atau aturan hidup manusia untuk menakar
martabat dan harkat kemanusiaanya.
Akhlak, etika, moral, dan susila seseorang atau
sekelompok orang tidak semata-mata merupakan
faktor keturunan yang bersifat tetap, statis dan
konstan. Untuk pengembangan dan aktualisasi
potensi positif tersebut diperlukan pendidikan,
pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan
lingkungan mulai dari lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.

F. Baik dan Buruk
1. Pengertian Baik dan Buruk
Dalam Islam persoalan baik dan buruk
mengambil posisi yang sangat signifikan dan
starategis. Para teolog Islam 20banyak dan hangat
terlibat dalam perbincangan ini.
Baik dan buruk bisa dilihat secara bahasa dan
istilah. Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari
______________ Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai
Aspeknya, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1985), Jilid II, Cet.5,
hal. 51
20

22

kata khayr yang artinya “ yang baik”, good; best
(dalam bahasa Inggris). Sedangkan lawan dari baik
adalah buruk, kata buruk sepadan dengan kata
syarra, kobikh dalam bahasa Arab dan evil ;bad
dalam bahasa Inggris. Seringkali sulit untuk
mengatakan apa yang dikatakan baik dan buruk itu.
Namun biasanya yang disebut dengan baik adalah
sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan
kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya.
Maka baik dan buruk itu sangat relative sekali.21
Jika dihubungkan dengan akhlak, yang
dimaksud dengan baik adanya keselarasan antara
prilaku manusia dan alam manusia. Ahmad Amin
menyatakan bahwa perilaku manusia dianggap baik
atau
buruk
bergantung
pada
tujuan
yang
dicanangkan oleh pelaku. Kedua pengertian tersebut
tampaknya lebih baik disatukan menjadi satu definisi,
sebab definisi pertama lebih memperhatikan akibat
dari perilaku yang dihasilkan, sementara definisi
kedua
lebih
menitik
beratkan
pada
tujuan
terwujudnya perilaku.
Dengan hanya mempertimbangkan tujuan
pelaku, seseorang akan cenderung berani melakukan
tindakan yang tidak selaras dengan alam dengan
dalih bertujuan baik, juga adanya kesulitan
mengukur kebenaran tujuan pelaku. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, barangkali dapat dirumuskan
______________ Didiek Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam,
(Jakarta: Rajawali Press, 2011), hal. 220
21

23

bahwa perilaku yang baik adalah prilaku yang
memiliki tujuan baik dan selaras dengan alam
manusia.
2. Ukuran Baik dan Buruk
Banyak para ahli memberikan ukuran tentang
baik dan buruk tersebut. Pandangan dan aliran
bermunculan sesuai dengan standar yang mereka.
Secara sederhana akan dikemukakan tentang ukuran
baik dan buruk sebagai berikut:
a) Nurani
Sebagai
makhluk
yang
dianugerahkan
keistimewaan maka jiwa manusia memiliki kekuatan
yang mampu membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Kekuatan tersebut dapat mendorongnya
berbuat baik dan mencegahnya berbuat buruk.
Jiwanya akan merasa bahagia jika telah berbuat baik
dan merasa tersiksa jika telah berbuat buruk.
Kekuatan ini disebut nurani. Masing – masing
individu memiliki kekuatan yang berbeda satu sama
lain. Perbedaan kekuatan ini dapat menyebabkan
perbedaan persepsi tentang sesuatu yang dianggap
baik dan yang dianggap buruk.
b) Aqal
Aqal merupakan anugerah dari Tuhan yang
diberikan kepada manusia, yang membedakannya
dengan makhluk lain. Dengan aqal yang dimiliki,
manusia dapat menimbang mana perkara yang baik
dan yang buruk. Dengan akalnya manusia dapat
menilai bahwa perbuatan yang berakibat baik layak
24

disebut baik dan dilestarikan, dan begitu sebaliknya.
Penilaian rasio manusia akan terus berkembang dan
mengalami perubahan sesuai dengan pengalaman –
pengalaman yang mereka miliki.
c) Adat Istiadat
Adat istiadat yang berlaku dalam kelompok
ataupun masyarakat tertentu menjadi salah satu
ukuran
baik
dan
buruk
anggotanya
dalam
berperilaku. Melakukan sesuatu yang tidak menjadi
kebiasaan
masyarakat
sekitarnya
ataupun
kelompoknya
akan
menjadi
problem
dalam
berinteraksi.
Masing – masing kelompok atau bangsa
mempunyai adat istiadat tertentu. Adat Istiadat itu
agak membawa kepada kesucian, apabila seseorang
menyalahi adat istiadat itu sangat dicela dan
dianggap keluar dari golongan bangsanya.22
Sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat
satu belum tentu demikian menurut masyarakat yang
lain. Mereka akan mendidik dan mengajarkan anakanak mereka untuk melakukan kebiasaan–kebiasaan
yang mereka anggap baik dan melarang melakukan
sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan mereka. Kalau
di Minangkabau ada istilah yang empat yaitu adat
istiadat, adat nan teradat, adat nan diadatkan dan
adat nan sabana adat. Hal ini menjadi acuan betul
______________Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), Judul Asli: alAkhlak, diterjemahkan oleh Farid Makruf, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993),
Cet. 7, hal. 87
22

25

dalam berprilaku bagi masyarakat minangkabau.23
d. Ide atau Pandangan Individu
Setiap kelompok atau masyarakat yang secara
individual memiliki pandangan atau pemikiran yang
berbeda dengan kebanyakan orang di kelompoknya.
Masing–masing individu memiliki kemerdekaan
untuk memiliki pandangan dan pemikiran tersendiri
meski harus berbeda dengan kelompok atau
masyarakatnya. Masing–masing individu memiliki
hak untuk menentukan mana yang dianggapnya baik
untuk dilakukan dan mana yang dianggapnya buruk.
Tidak mustahil apa yang semula dianggap buruk oleh
masyarakat, akhirnya dianggap baik, karena terdapat
seseorang yang berhasil meyakinkan kelompoknya
bahwa apa yang dianggapnya buruk adalah baik.
e. Norma Agama atau Teologi.
Semua agama di dunia ini mengajarkan
kebaikan. Ukuran baik dan buruk menurut norma
agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan dengan
ukuran baik dan buruk dimata nurani, rasio, adat
istiadat, dan pandangan individu. Keempat ukuran
tersebut bersifat relatif dan dapat berubah sesuai
dengan ruang dan waktu. Ukuran baik dan buruk
yang berlandaskan norma agama kebenarannya lebih
dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan,
karena norma agama merupakan ajaran Tuhan Yang
______________ AMZ Tuanku Kayo Khadimullah, Menuju
Tegaknya Syari’at Islam Minangkabau, (Bandung: Penerbit Marja, 2007),
hal.111
23

26

Maha Suci. Disamping itu, ajaran Tuhan lebih
bersifat universal, lebih terhindar dari subyektifitas
individu maupun kelompok.
Di samping ukuran baik buruk di atas terdapat
juga aliran tentang baik dan buruk tersebut:
1) Baik Buruk Menurut Aliran Adat Istiadat
(Sosialisme)
Menurut aliran ini baik atau buruk ditentukan
berdasarkan adat istiadat ynag berlaku dan
ditentukan berdasarkan adat istiadat yang
berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat.
Orang yang mengikuti dan berpegang teguh
pada adat dipandang baik, dan orang yang
menentang dan tidak mengikuti adat istiadat
dipandang buruk, dan kalau perlu dihukum
secara adat. Di dalam masyarakat dijumpai
adat istiadat mengenai tata cara berpakaian,
makna,
minum,
bertandang
dan
sebgainya.morang yang mengikuti cara-cara
demikianlah yang disebut orang baik dan
sebaliknya. Kelompok yang menilai baik dan
buruk berdasarkan adat istiadat ini dalam
tinjauan filsafat dikenal dengan istilah aliran
sosialisme. Munculnya paham ini bertolak dari
anggapan karena masyarakat itu terdiri dari
manusia, maka ada yang berpendapat bahwa
masyrakatlah yang menentukan baik buruknya
tindakan manusia yang menjadi anggotanya.
2) Baik Buruk Menurut Aliran Hedonisme
27

Aliran hedonisme adalah aliran filsafat yang
terhitung tua, karena berakar pada pemikiran
filsafat Yunani, khusunya pemikiran filsafat
Epicurus (341-270 SM), ynag selanjutnya
dikembangkan oleh Cyrenics sebagaimana
telah diuraikan. Menurut paham ini banyak
yang disebut perbuatan yang baik adalah
perbuatan
yang
banyak
mendatangkan
kelezatan, kenikmatan dan kepuasan nafsu
biologis. Aliran ini tidak mengatakan bahwa
semua perbuatan mengandung kelezatan,
melainkan ada juga yang mendatangkan
kepedihan, dan apabila ia disuruh memilih
manakah perbuatan yang harus dilakukan,
maka
ynga
dilakukan
adalah
yang
mendatangkan kelezatan. Epicurus sebagai
peletak dasar paham ini mengatakan bahwa
kebahagiaan atau kelezatan itu adalah adalah
tujuan manusia. Tidak ada kebaikan dalam
hidup selain kelezatan dan tidak ada keburukan
kecuali penderitaan.
3) Baik Buruk Menurut Paham Intuisisme
(Humanisme)
Intuisi adalah merupakan kekuatan batin yang
dapat menentukan sesuatu sebagai baik dan
buruk dengan sekilas tanpa melihat akibatnya.
Paham ini berpendapat bahwa pada setiap
manusia mempunyai kekuatan insting batin
yang dapat membedakan baik dan buruk
28

dengan sekilas pandang. Kekuatan batin ini
adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa
manusia, tidak etrambil dari keadaan diluarnya
Kita
diberikan
kemampuan
untuk
membedakan
antara
baik
dan
buruk,
sebagaimana kita diberi mata untuk melihat
dan diberi telinga untuk mendengar. Menurut
paham ini perbuatan yang baik adalah
perbuatan yang sesuai dengan penilaian yang
diberikan oleh hati nurani atau kekuatan batin
yang ada dalam dirinya. Dan perbuatan buruk
adalah perbuatan yang menurut hati nurani di
pandang buruk. Paham ini selanjutnya dikenal
dengan paham humanisme. Poedjawijatna
mengatakan bahwa menurut aliran ini yang
baik adalah ayng sesuai dengan kodrat
manusia
yaitu
kemnausiaannya
yang
cenderung kepada kebaikan. Dengan demikian
ukuran baik buruk suatu perbuatan menurut
paham ini adalah tindakan yang sesuai dengan
derajat manusia, dan tidak menentang atau
mengurangi keputusan hati. Secara batin
setiap
orang
pasti
tidak
akan
dapat
membohongi suara hatinya.
4) Baik Buruk Menurut Paham Utilitarianisme
Secara harfiah utilis berarti berguna. Menurut
paham ini yag baik adalah yang berguna.
Paham penentuan baik buruk berdasarkan nilai
guan ini mendapatkan perhatian dimasa
29

sekarang. Dalam abad sekarang ini kemajuan
dibidang
teknik
cukup
meningkat
dan
kegunaanlah ynag menentukan segalanya.
Namun
demikian
paham
ini
terkadang
cenderung extrim dan melihat kegunaan hanya
dari sudut pandang materialistik. Selain itu
paham ini juga menggunakan apa saja yang
dianggap ada gunanya. Namun demikaian
kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak
hanya berhubungan dengan materi melainkan
juga dengan yang bersifat rohani agar bisa
diterima. Dan kegunaan bisa juga diterima jika
yang diguankan itu hal-hal ynag tidak
manimbulkan kerugian bagi orang lain. Nabi
misalnya menilai bahwa orang yang baik
adalah orang yang member manfaat pada
orang lain.
5) Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme
Menurut paham ini yang baik adalah yang
mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia.
Paham ini lebih lanjut kepada sikap binatang,
yang berlaku hokum siapa yang kuat dialah
yang baik. Dalam masyarakat yang sudah maju,
dimana ilmu penegtahuan dan keterampilan
sudah mulai banyak dimiliki oleh masyarakat,
paham vitalisme tidak akan mendapat tempat
lagi, dan digeser dengan pandangan yang
bersifat demokratis.
6) Baik Buruk Menurut Paham Religiosisme
30

Menurut paham ini yang dianggap baik adalah
perbuatan yang sesuai kehendak Tuhan,
sedang perbuatan buruk adalah perbuatan
yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Dalam paham ini keyakinan Teologis yakni
keimanan kepada Tuhan sangat memegang
peranan penting, karena tidak mungkin orang
mau berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan,
jika yang bersangkutan tidak beriman kepadaNya.
Menurut
Poedjawijatna
aliran
ini
dianggap paling baik dalam praktek. Namun
sayang nya paham ini tidak umum dari ukuran
baik dan buruk yang digunakan. Diketahui
bahwa didunia ini terdapat bermacam-macam
agama dan masing-masing agama menentukan
baik dan buruk menurut ukurannya masingmasing agama Hindu, Budha Yahudi, Kristen
dan Islam misalnya masing-masing memiliki
pandangan dan tolak ukur tentang baik dan
buruk dimana satu dan lainnya berbeda.
7) Baik dan Buruk Menurut Paham Evolusi
Menurut mereka yang menganut paham ini
segala sesuatu dialam mengalami evolusi yaitu
berkembanng dari apa adanya menuju kepada
kesempurnaan. Herbert Spencer (1820-1903)
salah seorang ahli filsafat Inggris yang
berpendapat evolusi ini mengatakan bahwa
perbuatan
akhlak
itu
tumbuh
secara
sederhana, kemudian berangsur meningkat
31

sedikit demi sedikit berjalan ke arah cita-cita
yang dianggap sebagai tujuan. Cita-cita
manusia dalam hidup ini menurut paham ini
adalah untuk mencapai kesenangan dan
kebahagiaan. Menjadi suatu keharusan bagi
paham ini untuk mengubah dinya menurut
keadaan yang ada disekelilignya, sehingga
dengan
demikian
sampailah
ia
kepada
kesempurnaan atau kebahagiaan yang menjadi
tujuannya.
8). Baik dan Buruk Menurut Aliran Tradisional.
Tiap umat manusia mempunyai adat / tradisi
dan peraturan tertentu yang dianggap baik
untuk dilaksanakan. Karena itu, kapan dan
dimanapun juga, dipengaruhi oleh adat
kebiasaan atau tradisi bangsanya, karena lahir
dalam lingkungan bangsanya.
4) .Baik Buruk Menurut Aliran Naturalisme.
Adapun yang menjadi ukuran baik dan
buruknya perbuatan manusia menurut aliran
ini adalah perbuatan yang sesuai dengan
fitrah / naluri manusia itu sendiri, baik
mengenai fitrah lahir maupun fitrah batin.
Aliran ini berpendirian bahwa segala sesuatu
dalam dunia ini menuju kepada suatu tujuan
tertentu. Dengan memenuhi panggilan nature
setiap sesuatu akan dapat sampai kepada
kesempurnaan. Karena akal pikiran itulah yang
menjadi wasilah bagi manusia untuk mencapai
32

tujuan kesempurnaan, maka manusia harus
melakukan kewajibannya dengan berpedoman
kepada akal.
5) Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam
Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan
wahyu Allah SWT. Al Qur’an yang dalam
penjabarannya dilakukan oleh hadits Nabi
Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam
penentuan baik dan buruk harus didasarkan
pada petunjuk Al Qur’an dan Al Hadits.
G. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Akhlak
Dalam menentukan akhlak seseorang sangat
dipengaruhi oleh beberapa factor di sekitarnya,
sehingga terbentuknya akhlak seseorang. Beberapa
factor tersebut adalah:
1. Faktor Insting (Naluri)
Berbagai bentuk refeksi sikap, tindakan dan
perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang
dimotori oleh Insting seseorang. Insting merupakan
tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Naluri
manusia itu merupakan paket yang secara fitrah
sudah ada dan tanpa perlu dipelajari terlebih dahulu.
Naluri
manusia
harus
mendapatkan
pengarahan dan petunjuk Allah.
Jikalau tidak
demikian
naluri
itu
akan
tersalah
dalam
penyalurannya. Misalnya naluri jodoh, makan dan
minum, jika hal itu tanpa dibimbing oleh petunjuk
Allah, nisyaca akan menimbulkan kerusakan. Namun
sebaliknya, jika hal itu di salurkan menurut yang
33

semestinya, akan menimbulkan kebaikan dan
kebahagian.24
2. Faktor Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan
perbuatan
seseorang
yang
dilakukan
secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga
menjadi kebiasaan. Suatu perbuatan manusia,
apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga
mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.
3. Faktor Wirotsah (keturunan)
Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok
(orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifatsifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi
orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi
sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.
Orang biasa mengatakan air tidak jauh dari cucuran
atap.
4. Faktor Milieu atau lingkungan
Milieu adalah segala sesuatu yang melingkupi
tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara
sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang
mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan
masyarakat.25 milieu ada 2 macam:
a.Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan
faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah
______________ Bakhri Dusar, Akhlak Islam Berbagai Dimensi,
(Padang : IAIN IB-Press, 2000), h.52-53
25
______________ Ahmad Amin, Ethika,..., hal.53
24

34

laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau
mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh
seseorang.
b.Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan
manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus
bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan
saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan
tingkah laku.
5. Faktor Iman
Iman merupakan unsur utama dan pokok dalam
keberagamaan seorang Muslim. Iman menempati
hati manusia dan berproses dan bergelombang
menuju kearah kematangannnya. Sehingga akan
membeikan bekas yang dalam dan kuat pada hati
manusia.
Kemudian membentuk perilaku dan tindakan
lahiriah yang baik. Jadi kualitas atau kadar
kematangan iman seseorang akan berpengaruh
terhadap kualitas kehidupan nyatanya. Baik yang
berhubungan dengan Allah maupun dengan sesama
manusia dan alam sekitarnya. 26
H. Pembagian Akhlak dalam Islam
Pembagian akhlak yang dimaksud dalam
pembahasan ini adalah menurut sudut pandang
______________ Abu A’la Maududi, dkk, Hakekat Tauhid dalam
Memahami Seorang Muslim, (Prenduan, Darul Ulum Pres, 1990), hal.9
26

35

Islam, baik dari segi sifat maupun dari segi
objeknya.27 Dari segi sifatnya, akhlak dikelompokkan
menjadi dua, yaitu pertama, akhlak yang baik, atau
disebut juga akhlak mahmudah (terpuji) atau akhlak
al-karimah; dan kedua, akhlak yang buruk atau
akhlak madzmumah.
Akhlak Mahmudah adalah tingkah laku terpuji
yang merupakan tanda keimanan seseorang. Akhlak
mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari
sifat-sifat yang terpuji pula. Sifat terpuji yang
dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah,
cinta kepda rasul, taat beribadah, senantiasa
mengharap ridha Allah, tawadhu’, taat dan patuh
kepada Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat
Allah, bersabar atas segala musibah dan cobaan,
ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana’ah,
khusyu dalam beribadah kepada Allah, mampu
mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai orang
lain, menghormati orang lain, sopan santun, suka
27

______________

Secara
umum
akhlak
atau
perilaku/perbuatan manusia terbagi menjadi dua; pertama; akhlak yang
baik/mulia dan kedua; aklak yang buruk/tercela. Adapun inti dari akhlak
tersebut adalah berakhlak kepada Allah. Karena Allah SWT telah
menjadikan diri dan lingkungan sekitar dengan lengkap dan sempurna.
Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama penciptaannya
adalah untuk beribadah. Ibadah dalam pengertian secara umum yaitu
melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya dengan
penuh kesadaran dan keikhlasan. Manusia diperintahkan-Nya untuk
menjaga, memelihara dan mengembangkan semua yang ada untuk
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Dan Allah SWT sangat membeci
manusia yang melakukan tindakan merusak yang ada. Maka intinya
manusia harus berakhlak yang mulia.

36

bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah,
rajin belajar dan bekerja, hidup bersih, menyayangi
binatang, dan menjaga kelestarian alam.
Akhlak Madzmumah adalah tingkah laku yang
tercela atau perbuatan jahat yang merusak iman
seseorang dan menjatuhkan martabat manusia. Sifat
yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat
yang bertentangan dengan akhlak mahmudah, antara
lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur,
riya, dengki, bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros,
dendam, khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub,
mengadu domba, sombong, putus asa, kotor,
mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Demikianlah antara lain macam-macam akhlak
mahmudah dan madzmumah. Akhlak mahmudah
memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain,
sedangkan akhlak madzmumah merugikan diri
sendiri dan orang lain.
Kemudian, dari segi objeknya, atau kepada
siapa akhlak itu diwujudkan, dapat dilihat seperti
berikut:
1. Akhlak kepada Allah, meliputi antara lain:
ibadah
kepada
Allah,
mencintai
Allah,
mencintai karena Allah, beramal karena allah,
takut kepada Allah, tawadhu’, tawakkal kepada
Allah, taubat, dan nadam.
2. Akhlak kepada Rasulullah saw., meliputi antara
lain: taat dan cinta kepda Rasulullah saw.

37

3. Akhlak kepada keluarga, meliputi antara lain:
akhlak kepada ayah, kepada ibu, kepada anak,
kepada nenek, kepada kakek, kepada paman,
kepada keponakan, dan seterusnya.
4. Akhlak kepada orang lain, meliputi antara lain:
akhlak kepada tetangga, akhlak kepada sesama
muslim, kepada kaum lemah, dan sebagainya.
5. Akhlak kepada lingkungan, meliputi antara
lain: menyayangi binatang, merawat tumbuhan,
dan lain-lain.

38