BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD a. Pengertian IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Student Team Achievement Divisison (STAD) terhadap H

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1

Kajian Teori

2.1.1

Hakikat IPA SD
a. Pengertian IPA
Ilmu pengetahuan alam berasal dari kata-kata Inggris yaitu natural
science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Sedangkan scienceartinya
ilmu

pengetahuan.

Jadi

ilmu

pengetahuan


alam

(IPA)

atau

sciencemerupakan ilmu yang mengkaji atau belajar tentang fenomena alam
yang terjadi di sekitar (Trianto, 2010:136). Berdasarkan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) tingkat SD/MI dalam
lampiran Permendiknas No. 22 Th 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah, dinyatakan bahwa jika standar
kompetensi (SK) IPA merupakan suatu proses penemuan yang dalam
proses pembelajarannya menekankan

pada pengalaman langsung agar

mengembangkan kompetensi untuk menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. SK dan KD IPA di SD/MI adalah standar minimum
yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadikan

arahan dalam mengembangkan kurikulum di setiap satuan pendidikan.
Penguasaan IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan cara pemecahan masalah yang bisa
diidentifikasikan, oleh karena itu penerapan IPA sendiri perlu dilakukan
dengan bijaksana supaya tidak berdampak buruk bagi lingkungan sekitar.
Bahan pembelajaran IPA pada tingkat SD/MI diharapkan adanya suatu
penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat) yang diarahkan pada suatu pengalaman belajar untuk membuat
suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi kerja ilmiah
dengan bijaksana. Pembelajaran IPA SD/MI menekankan pada suatu
pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan penggunaan dan
8

9

pengembangan keterampilan proses maupun sikap ilmiah (Permendiknas
No 22 Tahun 2006).
Seperti yang telah diuraikan dalam BAB I, IPA merupakan ilmu
yang berhubungan dengan cara tahu tentang alam dengan cara yang diatur
baik-baik. IPA bukan hanya sekedar penguasaan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep, ataupun hanya prinsip-prinsip saja tetapi juga
suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan mampu menjadi
sarana bagi peserta didik untuk mempelajari tentang diri sendiri dan
kehidupan di lingkungannya. Proses pembelajaran IPA sendiri menekankan
pada pengalaman langsung pada peserta didik untuk mengembangkan
kompetensinya. Namun juga penerapan IPA juga perlu dilakukan dengan
baik agar di lingkungan tidak berdampak buruk atau negative.
IPA adalah ilmu yang berkaitan dengan gejala alam dan suatu
kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, dan berlaku umum
berupa kumpulan dari suatu hasil observasi dan eksperimen (Usman
Samatowa, 2006: 2). Dalam Pusat Kurikulum (2006: 4) IPA adalah suatu
yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam dengan sistematis,
jadi IPA tidak hanya penguasaan suatu kumpulan pengetahuan berupa
fakta, konsep, ataupun prinsip tetapi juga suatu proses penemuan. Trianto
(2011: 136-137) IPA dibangun atas dasar dari produk ilmiah, proses
ilmiah, dan juga sikap ilmiah. Sumber yang sama dinyatakan juga bahwa
IPA merupakan kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara
umum terbatas pada gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode
ilmiah seperti observasi dan eksperimen dan menuntut sikap ilmiah seperti
rasa ingin tahu, terbuka, jujur. MaslichahAsy’ari (2006: 7) Sains

merupakan suatu pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh
dengan cara yang terkontrol. Sains selain sebagai produk tapi juga sebagai
proses bagaimana untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. Menurut
Abdullah Aly dan Eni Rahma (2008: 18), IPA merupakan suatu pendekatan

10

teoritis yang diperoleh ataupun disusun menggunakan cara yang khas atau
khusus

yaitu

melakukan

observasi

eksperimentasi,

penyimpulan,


penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya yang saling
berkaitan.
Dari beberapa pendapat ahli yang sudah diuraikan mengenai
definisi IPA, dapat dirumuskan bahwa IPA merupakan ilmu yang
mempelajari sesuatu yang terjadi di alam sekitar bisa dengan pengalaman
secara langsung dalam kehidupan sehari-hari jadi bukan hanya sekedar
mengetahui fakta, konsep dan prinsip tetapi juga bisa dengan cara
menemukan sesuatu dari lingkungan sekitar dan menjadikannya sebuah
pengalaman.
b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA SD
Berdasarkan Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006
dinyatakan bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
IPA di SD/MI menjadi landasan atau sebagai standar minimum yang harus
dicapai oleh peserta didik dan menjadi arah pada pengembangan kurikulum
dalam satuan pendidikan. Ketercapaiannya didasarkan pada kemampuan
peserta didik, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh
guru. SK dan KD mata pelajaran IPA di kelas V SD Semester II dapat
dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran
IPA kelas 5 semester II
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya
5. Memahami hubungan antara
gaya, gerak, dan energi, serta
Fungsinya

5.1 Mendeskripsikan hubungan
antara gaya, gerak dan energi melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya
gesek, gaya magnet) .

11

5.2 Menjelaskan pesawat sederhana
yang dapat membuat pekerjaan lebih
mudah dan lebih cepat
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat

cahaya

6. Menerapkan sifat-sifat
cahaya melalui kegiatan
membuat
suatu karya/model

6.2 Membuat suatu karya/model,
misalnya periskop atau lensa dari
bahan sederhana dengan menerapkan
sifat-sifat cahaya

Bumi dan Alam Semesta
7. Memahami perubahan yang
terjadi di alam dan
hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam

7.1 Mendeskripsikan proses
pembentukan tanah karena

pelapukan.
7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
7.4 Mendeskripsikan proses daur air
dan kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya
7.5 Mendeskripsikan perlunya
penghematan air
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam
yang terjadi di Indonesia dan
dampaknya bagi makhluk hidup dan
lingkungan
7.7 Mengidentifikasi beberapa
kegiatan manusia yang dapat
mengubah permukaan bumi
(pertanian, perkotaan, dsb)

c. Pembelajaran IPA SD
Pembelajaran


adalah

membelajarkan

peserta

didik

dengan

menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar. Pembelajaran

12

merupakan penentu utama suatu keberhasilan pendidikan (Syaiful Sagala,
2010: 61). Oemar Hamalik (2010; 57), menyatakan bahwa pembelajaran
adalah kombinasi yang tersusun dari beberapa unsur yaitu manusiawi,
material, fasilitator, perlengkapan dan juga proses yang mempengaruhi
untuk ketercapaian tujuan pembelajaran. Hamzah mendefinisikan (2014;
42) pembelajaran adalah perpaduan dari berbagai stimulus yang

menimbulkan siswa melakukan aktivitas belajar hingga memperoleh tujuan
yang diinginkan. Dari beberapa definisi tersebut tentang pembelajaran,
dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pembelajaran adalah segala
bentuk kegiatan yang berorientasi pada proses belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Pembelajaran IPA di SD sangat penting bagi kehidupan
siswa. IPA bukan sekedar penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan
sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39).
Dari segi kognitifnya, peserta didik SD masih dalam tahap
perkembangan operasional konkret (untuk kelas rendah) dan tahap
operasional formal (untuk kelas tinggi), sehingga dalam pembelajaran dan
diperlukan alat peraga konkret untuk melatih penalaran dengan bermain
secara berkelompok. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, menyatakan: Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan
dengan keadaan dan kondisi peserta didik, dan juga karakteristik dari setiap
indikator dan kompetensi yang akan dicapai pada setiap mata pelajaran.
Selanjutnya Depdiknas (2007: 9) menyatakan bahwa dalam kegiatan inti
pada pembelajaran perlu memfasilitasi peserta didik pada pembelajaran

kooperatif dan kolaboratif.
d. Tujuan Pembelajaran IPA SD

13

Bersumber dalam Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi, IPA di SD/MI memiliki tujuan supaya peserta didik mampu:
1.

Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2.

Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3.

Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.

4.

Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan

5.

Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6.

Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7.

Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS

e. Penilaian IPA SD
Menurut Edi Hendri Mulyana (2010) Penilaian merupakan
penilaian yang dilakukan guru baik yang mencakup aktivitas penilaian
untuk mendapatkan nilai kualitatif maupun aktivitas pengukuran untuk
mendapatkan nilai kuantitatif (angka).
Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar.
Penilaian meliputi pengumpulan informasi melalui berbagai teknik
penilaian dan membuat keputusan berdasar hasil penilaian tersebut.
Penilaian memberi informasi pada guru tentang prestasi siswa terkait
dengan tujuan pembelajaran. Dengan informasi ini, guru membuat
keputusan berdasar hasil penilaian mengenai apa yang harus dilakukan

14

untuk meningkatkan metode pembelajaran dan memperkuat proses belajar
siswa (Heru Kuswanto, 2008:1).
2.1.2

Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
a. Pengertian
Ridwan, (2015: 44) mengungkapkan bahwa NHT merupakan
model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk berpikir
bersama dengan kelompoknya. Setiap anggota kelompok diberi nomor
dan

diberi kesempatan menjawab

pertanyaan

dari

guru. Model

NumberedHeadsTogether (NHT) memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk saling bertukar gagasan dan menentukan jawaban yang paling
benar (MiftahulHuda, 2011: 138). Anita Lie (2004: 59) NHT merupakan
suatu tipe dari pembelajaran kooperatif pendekatan structural yang
memberi kesempatan pada peserta didik untuk saling berbagi ide dan
mempertimbangkan

jawaban mana yang paling tepat. NHT menurut

Trianto (2007: 62) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative pada
struktur kelas tradisional.
Menurut Ahmad Zuhdi (2010: 64) NHT merupakan suatu
pembelajaran kooperatif dimana peserta didik diberi nomor dan dibentuk
suatu kelompok, selanjutnya secara acak guru memanggil nomor dari
peserta didik. Senada dengan pendapat tersebut, Suprijono, (2013: 92)
menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
NHT diawali dengan penomoran pada masing-masing peserta didik dalam
kelompok selanjutnya guru memberikan pertanyaan secara acak dan
peserta didik berdiskusi untuk mencari jawabannya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran NHT merupakan suatu model pembelajaran dimana
peserta didik dibentuk menjadi beberapa kelompok sebagai sarana saling
bertukar ide dalam mencari jawaban dari pertanyaan yang guru berikan.

15

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe NHT
Menurut Trianto (2007: 62), berikut tahapan pembelajaran NHT :

a. Penomoran
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan
memberikan nomor kepada seluruh anggota kelompok.
b. Pengajuan pertanyaan
Guru mulai mengajukan pertanyaan kepada siswa.
c. Berpikir bersama
Siswa saling bertukar ide atau pendapat yang dimilikinya
bersama anggota kelompok dan menentukan jawabannya.
d. Pemberian jawaban
Guru memanggil nomor secara acak dari masing-masing
kelompok untuk menjelaskan jawabannya.
e. Pemberian penghargaan
Anggota kelompok lain bisa memberikan pendapatnya setelah
mendengarkan jawaban yang sudah dijelaskan.

c. Analisis unsur-unsur dalam Model Pembelajaran NHT
Menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) bahwa setiap
model pembelajaran memiliki beberapa unsur yaitu, sintagmatis (tahaptahap kegiatan), sistem social (situasi atau suasana), prinsip reaksi (perilaku
guru kepada peserta didik), sistem pendukung (sarana dan alat), dan
dampak instruksional dan pengiring. Unsur-unsur yang terdapat pada
model NHT adalah:
1. Sintagmatis

16

Menurut Trianto, (2009: 82) penerapan model NHT harus melalui 4
fase :
a. Fase 1 : Penomoran
Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang setiap
kelompoknya terdiri dari 3-5 peserta didik. Setiap anggota kelompok
diberi nomor 1-5.
b. Fase 2 : Pengajuan pertanyaan
Guru mengajukan atau memberikan pertanyaan maupun tugas kepada
peserta didik dalam kelompoknya.
c. Fase 3 : Berpikir bersama
Peserta didik saling bertukar pendapat, berdiskusi bersama untuk
mencari jawaban dari pertanyaan yang guru berikan. Dan seluruh
anggota kelompok harus memahami dan mengerti mengenai jawaban
yang telah ditentukan.
d. Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil nomor tertentu secara acak, selanjutnya peserta
didik yang dipanggil nomornya menyampaikan jawaban dari
pertanyaan yang guru berikan, selanjutnya lakukan seperti itu sampai
seluruh nomor menyampaikan jawabannya.
2. Prinsip Reaksi
Peran guru dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah
sebagai fasilitator dan terlibat secara langsung dalam pembelajaran.
Namun guru juga berperan sebagai pembimbing setiap kelompok
dengan membuat suasana yang menyenangkan. Guru menjelaskan
mengenai aturan pembelajaran yang akan berlangsung dengan baik
supaya peserta didik mampu memahami dengan baik juga. Guru
memberikan arahan pada peserta didik dalam membentuk kelompok
setelah terbentuk kelompok guru mengarahkan tentang cara berdiskusi

17

dalam kelompok. Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik
yang bernomor sama secara acak dan guru mengamati peserta didik
tersebut dalam diskusinya. Pemberian pertanyaan disampaikan dengan
jelas

supaya

peserta

didik

tidak

bingung

untuk

menjawab

pertanyaannya. Bila diperlukan, guru bisa membimbing dalam mencari
jawabannya. Guru memanggil nomor kepala yang sama. Peserta didik
menyampaikan jawabannya, guru memberikan pemantapan materi dan
melakukan klarifikasi bila ada peserta didik mengalami Miss konsepsi.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial yang terdapat pada model ini berlandaskan pada
proses demokrasi dan keputusan kelompok. Guru dan siswa memiliki
status yang sama, namun memiliki kedudukan peran yang berbeda
(Joyce, Weil dan Calhoun, 2009: 323). Guru tidak selalu menjadi
pusat perhatian, namun ada waktunya untuk menjadi pusat perhatian
tersebut

tertuju

kepada

peserta didik.

Sistem

sosial dalam

pembelajaran ini mengenai sikap saling membantu antar teman dalam
kelompok. Peserta didik

saling

bahu-membahu

dalam

mencari

jawaban yang paling tepat atas pertanyaan yang diterimanya. Setiap
anggota pasti memiliki jawaban yang berbeda-beda tentunya akan ada
pendapat yang diterima dan ditolak. Maka disinilah peserta didik akan
belajar saling menghargai dan menerima pendapat orang lain. Setelah
semua jawaban dibacakan oleh peserta didik maka akan terlihat
kelompok mana yang memiliki prestasi tertinggi dan terendah.
Kelompok yang memiliki prestasi rendah akan menerima kemenangan
orang lain dan juga menerima kekalahannya.
4. Daya Dukung
Daya dukung yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif
NHT adalah kondisi lingkungan fisik sesuai kebutuhan peserta didik

18

dalam pembelajaran seperti kebersihan dan kenyamanan ruang
kelas, adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang
proses pembelajaran yaitu meja, kursi, papan tulis, alat tulis dll.
Selain

itu,

guru juga harus

mempersiapkan

bahan

ajar

yang

digunakan yaitu berupa materi energi untuk peserta didik lengkap
dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau berupa pertanyaan yang
siap diajukan kepada peserta didik dan sumber belajar (buku dan
lingkungan sekitar peserta didik) yang berkaitan dengan materi
energi. Guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) sebelum melakukan kegiatan pembelajaran.
5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Dampak instruksional merupakan hasil belajar yang harus
dikuasai peserta didik berupa
menyelesaikan

pengalaman

kemampuan peserta didik setelah

belajarnya.

Secara

umum,

dampak

instruksional setelah peserta didik mengikuti pembelajaran IPA
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu proses
pembentukan dan pengelolaan kelompok dapat dilakukan dengan
efisien sesuai minat peserta didik namun masih dalam kontrol guru;
sehingga proses pembelajaran dengan

berkelompok dapat berjalan

dengan baik dan mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui
model pembelajaran kooperatif tipe
membiasakan peserta didik

NHT

untuk

ini,

diharapkan

membangun pengetahuannya

melalui diskusi kelompok, sehingga peserta didik
termotivasi

untuk

belajar.

Melalui

dapat

proses

akan lebih

kerja sama

dalam

kelompok, peserta didik berlatih untuk disiplin dan tanggung jawab
dari masing-masing anggota kelompok. Sehingga semua anggota
kelompok mampu berpartisipasi aktif di dalam diskusi.

19

Dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran IPA
materi gaya melalui model NHT adalah kemampuan menentukan
hubungan gaya dan

menjelaskan

pesawat sederhana. Dampak

pengiring adalah hasil belajar lain yang muncul dari suasana
pembelajaran yang dialami peserta didik diluar dari arahan guru.

d. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran NHT
Pada

setiap

model

tentunya

terdapat

kelebihan

maupun

kelemahannya. Sama juga dengan model NHT, Menurut MiftahulHuda
(2011: 39) yaitu memudahkan peserta didik dalam membagi tugas anggota
kelompok, memudahkan peserta didik untuk melaksanakan tanggung
jawabnya dalam mencari jawaban yang benar, juga mampu diterapkan
dalam semua mata pelajaran da tingkatan kelas. Mampu menyampaikan ide
atau gagasannya, saling menghargai pendapat orang lain, dan menerima
bila ide atau gagasan yang dimiliki belum digunakan, peserta didik juga
berlatih menjadi tutor sebaya dengan anggota yang belum paham.
Ada kelebihan, tentunya juga ada kekurangannya dari model NHT
ini adalah tidak semua peserta didik mendapat giliran untuk menyampaikan
jawabannya, peserta

didik yang kurang

pandai

akan cenderung

mengandalkan temannya saja sehingga tidak mau berpendapat.
e.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Prosedur penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dijelaskan dalam tabel 2.2 ini:

Tabel 2.2
Prosedur Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Kegiatan Guru

Sintaks

Kegiatan Siswa

20

1. Membagi kelas

1. Penomoran

menjadi beberapa
kelompok dan

pertanyaan

membagikan nomor
kepala pada setiap
siswa

pada

setiap kelompok

Mendengarkan
penjelasan dari
guru dan

3. Berpikir

menunggu arahan

bersama

atau perintah dari

4. Pemberian

2. Membacakan
pertanyaan

2. Pengajuan

1.

guru

jawaban

2. mendengarkan

5. Pemberian

dan menulis

penghargaan

3. Mendiskusikan
jawaban bersama
4. Menyimpulkan

pertanyaan dari
guru
3. mendiskusikan
untuk

jawaban dari hasil

menemukan

diskusi

jawabannya

5. Pemberian hadiah

4. Menyampaikan
hasil diskusinya
sesuai dengan
nomor yang
dipanggil
5. menerima
pemberian hadiah
dari guru

2.1.3

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian
Menurut Slavin, (2011: 21) STAD adalah penempatan siswa ke
dalam tim yang berbeda jenis kelamin, tingkat kinerja, suku bangsa. Guru
memberikan materi lalu peserta didik berdiskusi untuk memahami materi

21

tersebut. Setelah seluruh anggota memahami materi, peserta didik dites
kemampuannya secara individu.

Kokom Komalasari, (2010: 63)

menjelaskan bahwa STAD adalah suatu model pembelajaran dengan cara
mengelompokkan peserta didik secara heterogen, selanjutnya siswa yang
pandai menjelaskan pada anggota kelompok yang lain sampai mengerti.
Slavin, (2009: 143) membagi STAD menjadi beberapa komponen,
yaitu: (1) Presentasi kelas : Pada presentasi kelas, guru mengajarkan
materi kepada peserta didik dan memberitahukan aturan pembelajaran
STAD yang di dalamnya akan ada diskusi kelompok sebagai persiapan
kuis individual;

(2)

Tim :

Peserta didik

akan

dibentuk

menjadi

beberapa tim untuk mendiskusikan suatu materi dan mengerjakan soal
latihan sebagai persiapan mengikuti kuis individual; (3) Kuis : Siswa
melakukan kuis individual tanpa melalui bantuan dari timnya; (4)
Skor kemajuan individual : Skor individual dicatat oleh guru untuk
dibandingkan dengan skor awal. Skor kemajuan yang diperoleh akan
digunakan dalam menghitung skor tim; (5) Penghargaan tim : Tim yang
memperoleh

poin

tertinggi

akan

memperoleh

sertifikat

atau

penghargaan lainnya.
b. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan STAD
Langkah-langkah

Pembelajaran

Kooperatif

Model

STAD

menurut Rusman, (2013: 215).
1) Presentasi dari Guru
Guru menyajikan materi pembelajaran secara langsung kepada peserta
didik.
2) Pembagian Kelompok
Peserta didik dikelompokkan secara heterogen terdiri atas 4-5 anggota.
3) Kegiatan Belajar dalam Tim

22

Peserta didik menguasai materi yang diberikan oleh guru dan
mengerjakan

soal sebagai latihan sebelum melakukan kuis secara

individual.
4) Kuis (Evaluasi)
Peserta didik diberikan kuis secara individual untuk mengetahui
penguasaan materi yang dipelajari.
5) Penghargaan Prestasi Tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja peserta didik dan
diberikan angka dengan rentang 0-100.
c. Analisis komponen-komponen Model Pembelajaran STAD
Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) menyampaikan
dalam bukunya Model of Teaching, model pembelajaran tersusun atas
beberapa komponen.

Komponen

yang

terdapat pada

model

pembelajaran diantaranya berupa Sintaks, komponen prinsip reaksi atau
peran guru, komponen sistem sosial, komponen daya dukung berupa
sarana prasarana pelaksanaan model, juga dampak instruksional yaitu
hasil belajar peserta didik sesuai tujuan yang ingin dicapai dan dampak
pengiring sebagai akibat lain dari terciptanya suasana belajar dalam
model tertentu. Komponen-komponen dari model pembelajaran STAD
adalah sebagai berikut.
1.

Sintagmatis
Langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan
pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau
fase. Menurut Trianto (2009: 70-71) terdapat 6 fase pembelajaran
kooperatif tipe STAD.

Fase
Fase 1

Kegiatan Guru
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang

Menyampaikan tujuan dan ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

23

memotivasi siswa

memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan informasi kepada siswa dengan

Menyajikan informasi

jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan
bacaan.

Fase 3

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya

Mengorganisasikan siswa

membentuk kelompok belajar dan membantu

ke dalam kelompok

setiap kelompok agar melakukan transisi

kooperatif.

secara efisien.

Fase 4

Membimbing

Membimbing kelompok

pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

kelompok-kelompok

belajar

bekerja dan belajar
Fase 5

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang

Evaluasi

diajarkan

atau

masing-masing

kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6

Mencari cara-cara untuk menghargai baik

Memberikan penghargaan

upaya maupun hasil belajar individu atau
kelompok.

2. Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi menggambarkan perilaku guru terhadap peserta
didik saat berlangsungnya proses pembelajaran. Pada pembelajaran
kooperatif

tipe STAD

yaitu guru

bertindak sebagai

fasilitator;

menjelaskan aturan yang berlaku pada pembelajaran kali ini dan
mengelompokkan peserta didik berdasarkan tingkat prestasi, jenis
kelamin,

dan

ras.

Lebih

dari

sebagai fasilitator,

guru

juga

berperan sebagai konselor akademik bagi setiap kelompok sehingga
bisa terjalin hubungan yang akrab dan hangat antara peserta didik dan
guru. Saat proses diskusi berjalan, guru berkeliling memantau

24

aktivitas

peserta didik

pengarahan

dalam

apabila diperlukan.

peserta didik

dalam

kelompok,
Guru

kelompok

juga

memberikan

mengecek

kemampuan

dengan cara

memberikan

pertanyaan/soal. Miss konsepsi sering kali dialami oleh peserta
didik dalam melakukan kegiatan diskusi; supaya hal itu dapat
teratasi guru sebaiknya melakukan klarifikasi atas hasil diskusi/kerja
tim. Dalam rangka menguasai hasil belajar masing-masing peserta
didik, guru memberikan kuis secara individual.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial yang terdapat dalam model ini adalah
kerjasama dalam kelompok. Peserta didik saling membantu dalam
menguasai

materi

yang diberikan

guru.

Perbedaan

tingkat

intelektual, jenis kelamin, dan ras akan sangat berpengaruh dalam
melatih peserta didik menerima perbedaan di lingkungan sekitar.
Terbentuknya

rasa

tanggungjawab

bersama-sama

untuk

mendapatkan prestasi kelompok terbaik. Disaat peserta didik mulai
bingung dalam berdiskusi, guru akan bersikap menjadi teman
sebaya yang sedang memberikan tutor kepada anggotanya.
4. Daya Dukung
Bahan

pendukung

yang

utama

dibutuhkan

dalam

pembelajaran STAD yaitu ketersediaan bahan ajar yang akan
diberikan kepada peserta didik untuk setiap kelompok. Bahan
tersebut bisa berupa materi ataupun soal latihan. Daya dukung
yang juga tidak kalah pentingnya

adalah lingkungan fisikatau

ruang kelas yang bersih dan nyaman. Ketersediaan sarana dan
prasarana yang berupa meja, kursi, papan tulis, dll. Guru juga harus
mempersiapkan instrumen kuis individual. Dan guru juga harus
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), supaya
kegiatan pembelajaran bisa berjalan dengan baik sehingga dapat

25

mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dan mempersiapkan
daftar

tingkat prestasi peserta didik untuk pedoman pembagian

kelompok.
5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Dampak instruksional merupakan hasil belajar peserta didik
setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Dampak instruksional
secara umum dimiliki peserta didik setelah mengikuti pembelajaran
IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu
peserta didik dapat

bertransisi

kedalam

tim

dengan

efisien,

menambah pengetahuannya melalui diskusi dengan teman sebaya,
sehingga peserta didik akan lebih bebas berekspresi tanpa ada rasa
takut. Peserta didik juga akan terbiasa untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran, tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru.
Secara

khusus,

dampak

instruksional

yang

ditimbulkan

dari

pembelajaran IPA dengan materi energi melalui model STAD
merupakan kemampuan menentukan hubungan gaya dan menjelaskan
pesawat sederhana. Dampak pengiring adalah kemampuan lain yang
muncul saat suasana kegiatan pembelajaran yang dialami peserta didik
diluar arahan dari guru. Secara umum dampak pengiring yang timbul
dari pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif

tipe STAD

yaitu peserta didik

mampu

berdiskusi

bersama kelompoknya yang heterogen, peserta didik yang memiliki
kemampuan akademik yang tinggi akan membantu

menjelaskan

kepada anggota yang mempunyai kemampuan akademik rendah.
Model pembelajaran ini akan mendorong peserta didik agar saling
mendorong

dan

membantu

satu

sama

lain

untuk menguasai

keterampilan yang diajarkan guru. Adanya rasa tanggung jawab
atas tugas yang diberikan kepada kelompoknya.Secara

khusus,

dampak pengiring yang akan didapat oleh peserta didik melalui

26

pembelajaran

menggunakan

model

STAD

adalah

melatih

ketekunan, konsentrasi, dan keaktifan peserta didik, menumbuhkan
sikap disiplin, toleransi, kerjasama, tanggung jawab. Disamping itu,
peserta didik akan berpikir kritis

dan

percaya

diri

untuk

menyampaikan pendapat ketika berdiskusi maupun presentasi.
d. Karakteristik Model Pembelajaran STAD
Menurut Adesanjaya (2011: 68) ada beberapa kelebihan dan
kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai
berikut. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,yaitu: 1.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk menggunakan

keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. 2. Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk lebih intensif mengadakan
penyelidikan mengenai suatu masalah. 3. Mengembangkan bakat
kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. 4. Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan rasa menghargai,
menghormati temannya, dan mampu menghargai pendapat orang
lain. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, yaitu:
Kerja kelompok hanya melibatkan peserta didik yang mampu memimpin
dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang
menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.

e. Penerapan Model Pembelajaran STAD
Prosedur penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dijelaskan
dalam tabel 2.4
Tabel 2.3
Prosedur Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Kegiatan Guru

Sintaks

Kegiatan Siswa

27

1. Menyampaikan
materi.

guru.

2. Membagi
dalam

1. Presentasi dari

penjelasan dari

kelas

2. Pembagian

beberapa

kelompok.

kelompok.

3. Kegiatan

3. Membacakan
pertanyaan

belajar
pada

1. Mendengarkan

guru.
2. Menunggu arahan
dari guru.

dalam

tim.

3. Tiap kelompok
mencatat

masing-masing

4. Kuis (Evaluasi).

pertanyaan yang

kelompok.

5. Penghargaan

dibacakan guru

4. Membacakan
pertanyaan
setiap

Prestasi Tim.
pada

mendiskusikan

peserta

dengan anggota

didik.

kelompoknya.

5. Memeriksa
kerja

dan

hasil
peserta

didik.

4. Menulis
pertanyaan
individual yang
dibacakan oleh
guru.
5. Menerima hadiah

2.1.4

Hasil Belajar IPA
a. Pengertian
Menurut Slameto (2010: 54) terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi hasil belajar antara lain : (1)faktor intern, mencakup faktor
jasmani peserta didik, psikologi peserta didik, dan juga faktor peserta didik
yang kelelahan; (2) faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan
juga faktor dari masyarakat.

28

Sumaji (2003: 41) berpendapat bahwa hasil belajar IPA memiliki 2
aspek yaitu yang pertama aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan dan
keterampilan intelektual dan yang kedua aspek nonkognitif berkaitan dengan
sikap, keterampilan dan juga emosional. Dilihat dari berbagai segi, yang
pertama dari segi produk peserta didik diharapkan mampu menguasai konsep
IPA, kedua, segi sikap peserta didik diharapkan untuk mencari tahu bendabenda yang ada disekelilingnya secara kritis, berhati-hati dan bertanggung
jawab.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA
adalah hasil dari suatu proses yang didapatnya dari pengalaman belajar secara
langsung oleh peserta didik.
b. Pengukuran hasil belajar IPA
Menurut Sudjana (2016: 3) penilaian hasil belajar merupakan suatu
proses penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dengan
ketentuan tertentu. Hal ini menandakan pada objek yang dinilainya merupakan
hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik pada hakikatnya yaitu
perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengetahuan yang luas pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotoris.
Ranah-ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Ranah kognitif berkaitan

dengan hasil belajar intelektual yang

memiliki enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, analisis,
aplikasi, sintesis, dan evaluasi. Pada kedua aspek pertama disebut
dengan kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya
termasuk pada kognitif tingkat tinggi.
b. Ranah afektif yang berkaitan dengan sikap yang memiliki lima aspek
berupa penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, juga
internalisasi.
c. Ranah psikomotoris berkenaan pada hasil belajar keterampilan dan
kemampuan dalam tindakan. Terdapat enam aspek ranah psikomotoris

29

yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan
kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dari ketiga ranah tersebut menjadi suatu objek penilaian hasil belajar.
Di dalam ketiga ranah tersebut, para guru lebih memilih ranah kognitif karena
berkaitan pada kemampuan para peserta didiknya dalam menguasai isi bahan
pelajaran. Pada penelitian ini, penulis akan meneliti pada ranah kognitif mata
pelajaran IPA.
Endang Purwati (2008: 4) menyatakan bahwa pengukuran bisa diartikan
berupa kegiatan maupun upaya yang dilakukan untuk memberikan angka pada
suatu peristiwa atau benda maka dari itu hasil pengukuran akan selalu berupa
angka. Sedangkan menurut Kosasih (2014: 139) ada beberapa cara untuk
mengukur hasil belajar kognitif peserta didik yang bisa digunakan guru sesuai
dengan KD, yaitu berupa tes lisan, tes tertulis dan juga pemberian tugas.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penerapan model NHT dan STAD
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mujiono, Nugroho, E. N., Rahayu, E. S.
(2013), yang menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran NHT
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPA peserta didik. Hasil penelitian
Farida EstyPurwasih (2014), menujukkan adanya perbedaan pengaruh yang
signifikan pembelajaran menggunakan model NHT dan STAD terhadap hasil
belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA. Hasil belajar peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran NHT lebih tinggi dibandingkan STAD hasil
penelitian GM. Putra Aristyadharma, DB.KT.Semara Putra, I M. Ardana (2014)
menyatakan bahwa penggunaan model NHT berpengaruh positif dan signifikan
terhadap hasil belajar IPA peserta didik kelas V SD Gugus 1 Kuta. Hasil
penelitian Gusti Ayu Mas Eka Jayanti, Drs. I Ketut Ardana, MPd, Drs. Made
Putra, MPd (2014) menyatakan bahwa ada pengaruh yang
penggunaan model pembelajaran NHT terhadap hasil belajar IPA.

signifikan

30

Keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga telah
dibuktikan dari hasil penelitian Sudiarpa, NdaraTanggu Renda, Ni Wayan. Rati
(2015) yang menemukan bahwa hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran
IPA yang menggunakan model pembelajaran STAD lebih baik. Dibandingkan
menggunakan metode ceramah. Hasil

penelitian Farhan Fadoli (2012) juga

menyatakan bahwa terdapat hasil belajar IPA yang lebih baik dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dibandingkan ceramah.
2.3 Kerangka Pikir
Dalam kegiatan pembelajaran perlu cara untuk menarik perhatian peserta
didik supaya dengan senang hati ingin belajar dan memiliki rasa ingin tahu.
Karena dalam pembelajaran IPA peserta didik diminta untuk menemukan
pengetahuannya sendiri melalui pengalam langsung dalam kehidupan sehari-hari
di sekolah, keluarga ataupun dilingkungan masyarakat. Pembelajaran dengan
model STAD peserta didik akan lebih tertarik dan akan muncul rasa ingin
tahunya. Sehingga hal tersebut dapat memudahkan peserta didik mengerti dan
bisa mengerjakan soal ataupun dalam kegiatan sehari-hari. Pembelajaran dengan
model NHT peserta didik diberi kesempatan untuk saling berbagi suatu gagasan
untuk dipertimbangkan jawabannya yang paling tepat.
Langkah pertama yang dilakukan pada pembelajaran model NHT adalah
kegiatan penomoran yang mampu membawa dampak pengiring untuk siswa.
Melalui kegiatan penomoran, siswa mulai belajar untuk saling menerima
anggota kelompok yang mungkin saja tidak sesuai dengan keinginannya.
Memasuki sesi questioning, siswa diminta untuk lebih berkonsetrasi
memperhatikan guru memanggil nomor dan membacakan pertanyaan. Siswa
akan berdiskusi dan berpikir menemukan jawaban yang tepat dengan
kelompoknya. Walaupun kegiatan diskusi dalam berbentuk kelompok, setiap
anggota kelompok mempunyai tugasnya masing-masing yang harus
dipertanggungjawabkannya. Selanjutnya sesi answering, siswa dengan
percaya diri menuliskan jawaban dipapan tulis dan siswa lainnya
memperhatikan.
Berikutnya langkah yang terakhir
yaitu
pemberian
penghargaan untuk kelompok yang berprestasi. Pemberian penghargaan
sangat diperlukan dalam setiap pembelajaran, tidak harus berupa hadiah benda
namun bisa juga dengan sekedar ucapan terimakasih atau dengan tepuk tangan
dari seluruh siswa. Dalam hal ini, akan menumbuhkan sportifitas siswa. Setelah
melewati sintak yang terdapat pada model NHT dengan baik juga sesuai

31

prosedur, maka beberapa kompetensi tujuan pembelajaran akan tercapai
dengan baik. Pada pembelajaran kali ini, siswa mampu mempelajari gaya
dengan baik. Ketercapaian kompetensi inilah yang disebut hasil belajar.
Untuk lebih jelasnya kerangka pikir model pembelajaran NHT
digambarkan berikut ini pada gambar 2.5 berikut.

32

Gambar 2.5
Bagan Kerangka Pikir Model Pembelajaran NHT dan STAD
Pada model pembelajaran NHT dan STAD untuk lebih jelanya akan digambarkan
bagan berikut ini gambar 2.6
MODEL NHT

SINTAK

Toleransi

Konsentrasi

Kerjasama

Penomor
an

Mampu
menjelaskan
hubungan
antaragaya, gerak,
dan energy melalui
percobaan

Pengajuan
Pertanyaan

Berpikir
bersama

BertanggungJawab
Pemberian
jawaban

Percayadiri
Sportif

Pemberian
penghargaan

Toleransi

MODEL STAD

SINTAK

Mampu
menjelaskan
pesawat sederhana
yang bisa
mempermudah
pekerjaan

HASIL
BELAJAR

Konsentrasi
Disiplin
Toleransi

Presentasi dari guru

Pembagian kelompok

Kerjasama

Kegiatan dalam tim
Bertanggungjawab
Konsentrasi
Tekun
Sportif

Kuis

Pemberian penghargaan

Keterangan :
Dampak Instruksional
Dampak Pengiring

------------

33

2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada susunan kerangka pikir diatas, dapat dirumuskan
suatu hipotesis sebagai berikut :
H0 : tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada siswa
kelas 5 SD Negeri Banyubiru 01 dan SD Negeri Banyubiru 03 dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT dan STAD.
Ha: terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada peserta didik
kelas 5 SD Negeri Banyubiru 01 dan SD Negeri Banyubiru 03 dengan
menggunakan model pembelajaran NHT dan STAD.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24