BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD a. Pengertian IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Student Team Achievement Divisison (STAD) terhadap H
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian Teori
2.1.1
Hakikat IPA SD
a. Pengertian IPA
Ilmu pengetahuan alam berasal dari kata-kata Inggris yaitu natural
science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Sedangkan scienceartinya
ilmu
pengetahuan.
Jadi
ilmu
pengetahuan
alam
(IPA)
atau
sciencemerupakan ilmu yang mengkaji atau belajar tentang fenomena alam
yang terjadi di sekitar (Trianto, 2010:136). Berdasarkan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) tingkat SD/MI dalam
lampiran Permendiknas No. 22 Th 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah, dinyatakan bahwa jika standar
kompetensi (SK) IPA merupakan suatu proses penemuan yang dalam
proses pembelajarannya menekankan
pada pengalaman langsung agar
mengembangkan kompetensi untuk menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. SK dan KD IPA di SD/MI adalah standar minimum
yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadikan
arahan dalam mengembangkan kurikulum di setiap satuan pendidikan.
Penguasaan IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan cara pemecahan masalah yang bisa
diidentifikasikan, oleh karena itu penerapan IPA sendiri perlu dilakukan
dengan bijaksana supaya tidak berdampak buruk bagi lingkungan sekitar.
Bahan pembelajaran IPA pada tingkat SD/MI diharapkan adanya suatu
penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat) yang diarahkan pada suatu pengalaman belajar untuk membuat
suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi kerja ilmiah
dengan bijaksana. Pembelajaran IPA SD/MI menekankan pada suatu
pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan penggunaan dan
8
9
pengembangan keterampilan proses maupun sikap ilmiah (Permendiknas
No 22 Tahun 2006).
Seperti yang telah diuraikan dalam BAB I, IPA merupakan ilmu
yang berhubungan dengan cara tahu tentang alam dengan cara yang diatur
baik-baik. IPA bukan hanya sekedar penguasaan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, ataupun hanya prinsip-prinsip saja tetapi juga
suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan mampu menjadi
sarana bagi peserta didik untuk mempelajari tentang diri sendiri dan
kehidupan di lingkungannya. Proses pembelajaran IPA sendiri menekankan
pada pengalaman langsung pada peserta didik untuk mengembangkan
kompetensinya. Namun juga penerapan IPA juga perlu dilakukan dengan
baik agar di lingkungan tidak berdampak buruk atau negative.
IPA adalah ilmu yang berkaitan dengan gejala alam dan suatu
kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, dan berlaku umum
berupa kumpulan dari suatu hasil observasi dan eksperimen (Usman
Samatowa, 2006: 2). Dalam Pusat Kurikulum (2006: 4) IPA adalah suatu
yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam dengan sistematis,
jadi IPA tidak hanya penguasaan suatu kumpulan pengetahuan berupa
fakta, konsep, ataupun prinsip tetapi juga suatu proses penemuan. Trianto
(2011: 136-137) IPA dibangun atas dasar dari produk ilmiah, proses
ilmiah, dan juga sikap ilmiah. Sumber yang sama dinyatakan juga bahwa
IPA merupakan kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara
umum terbatas pada gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode
ilmiah seperti observasi dan eksperimen dan menuntut sikap ilmiah seperti
rasa ingin tahu, terbuka, jujur. MaslichahAsy’ari (2006: 7) Sains
merupakan suatu pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh
dengan cara yang terkontrol. Sains selain sebagai produk tapi juga sebagai
proses bagaimana untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. Menurut
Abdullah Aly dan Eni Rahma (2008: 18), IPA merupakan suatu pendekatan
10
teoritis yang diperoleh ataupun disusun menggunakan cara yang khas atau
khusus
yaitu
melakukan
observasi
eksperimentasi,
penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya yang saling
berkaitan.
Dari beberapa pendapat ahli yang sudah diuraikan mengenai
definisi IPA, dapat dirumuskan bahwa IPA merupakan ilmu yang
mempelajari sesuatu yang terjadi di alam sekitar bisa dengan pengalaman
secara langsung dalam kehidupan sehari-hari jadi bukan hanya sekedar
mengetahui fakta, konsep dan prinsip tetapi juga bisa dengan cara
menemukan sesuatu dari lingkungan sekitar dan menjadikannya sebuah
pengalaman.
b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA SD
Berdasarkan Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006
dinyatakan bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
IPA di SD/MI menjadi landasan atau sebagai standar minimum yang harus
dicapai oleh peserta didik dan menjadi arah pada pengembangan kurikulum
dalam satuan pendidikan. Ketercapaiannya didasarkan pada kemampuan
peserta didik, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh
guru. SK dan KD mata pelajaran IPA di kelas V SD Semester II dapat
dilihat pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran
IPA kelas 5 semester II
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya
5. Memahami hubungan antara
gaya, gerak, dan energi, serta
Fungsinya
5.1 Mendeskripsikan hubungan
antara gaya, gerak dan energi melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya
gesek, gaya magnet) .
11
5.2 Menjelaskan pesawat sederhana
yang dapat membuat pekerjaan lebih
mudah dan lebih cepat
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat
cahaya
6. Menerapkan sifat-sifat
cahaya melalui kegiatan
membuat
suatu karya/model
6.2 Membuat suatu karya/model,
misalnya periskop atau lensa dari
bahan sederhana dengan menerapkan
sifat-sifat cahaya
Bumi dan Alam Semesta
7. Memahami perubahan yang
terjadi di alam dan
hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam
7.1 Mendeskripsikan proses
pembentukan tanah karena
pelapukan.
7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
7.4 Mendeskripsikan proses daur air
dan kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya
7.5 Mendeskripsikan perlunya
penghematan air
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam
yang terjadi di Indonesia dan
dampaknya bagi makhluk hidup dan
lingkungan
7.7 Mengidentifikasi beberapa
kegiatan manusia yang dapat
mengubah permukaan bumi
(pertanian, perkotaan, dsb)
c. Pembelajaran IPA SD
Pembelajaran
adalah
membelajarkan
peserta
didik
dengan
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar. Pembelajaran
12
merupakan penentu utama suatu keberhasilan pendidikan (Syaiful Sagala,
2010: 61). Oemar Hamalik (2010; 57), menyatakan bahwa pembelajaran
adalah kombinasi yang tersusun dari beberapa unsur yaitu manusiawi,
material, fasilitator, perlengkapan dan juga proses yang mempengaruhi
untuk ketercapaian tujuan pembelajaran. Hamzah mendefinisikan (2014;
42) pembelajaran adalah perpaduan dari berbagai stimulus yang
menimbulkan siswa melakukan aktivitas belajar hingga memperoleh tujuan
yang diinginkan. Dari beberapa definisi tersebut tentang pembelajaran,
dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pembelajaran adalah segala
bentuk kegiatan yang berorientasi pada proses belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Pembelajaran IPA di SD sangat penting bagi kehidupan
siswa. IPA bukan sekedar penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan
sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39).
Dari segi kognitifnya, peserta didik SD masih dalam tahap
perkembangan operasional konkret (untuk kelas rendah) dan tahap
operasional formal (untuk kelas tinggi), sehingga dalam pembelajaran dan
diperlukan alat peraga konkret untuk melatih penalaran dengan bermain
secara berkelompok. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, menyatakan: Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan
dengan keadaan dan kondisi peserta didik, dan juga karakteristik dari setiap
indikator dan kompetensi yang akan dicapai pada setiap mata pelajaran.
Selanjutnya Depdiknas (2007: 9) menyatakan bahwa dalam kegiatan inti
pada pembelajaran perlu memfasilitasi peserta didik pada pembelajaran
kooperatif dan kolaboratif.
d. Tujuan Pembelajaran IPA SD
13
Bersumber dalam Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi, IPA di SD/MI memiliki tujuan supaya peserta didik mampu:
1.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
4.
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5.
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS
e. Penilaian IPA SD
Menurut Edi Hendri Mulyana (2010) Penilaian merupakan
penilaian yang dilakukan guru baik yang mencakup aktivitas penilaian
untuk mendapatkan nilai kualitatif maupun aktivitas pengukuran untuk
mendapatkan nilai kuantitatif (angka).
Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar.
Penilaian meliputi pengumpulan informasi melalui berbagai teknik
penilaian dan membuat keputusan berdasar hasil penilaian tersebut.
Penilaian memberi informasi pada guru tentang prestasi siswa terkait
dengan tujuan pembelajaran. Dengan informasi ini, guru membuat
keputusan berdasar hasil penilaian mengenai apa yang harus dilakukan
14
untuk meningkatkan metode pembelajaran dan memperkuat proses belajar
siswa (Heru Kuswanto, 2008:1).
2.1.2
Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
a. Pengertian
Ridwan, (2015: 44) mengungkapkan bahwa NHT merupakan
model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk berpikir
bersama dengan kelompoknya. Setiap anggota kelompok diberi nomor
dan
diberi kesempatan menjawab
pertanyaan
dari
guru. Model
NumberedHeadsTogether (NHT) memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk saling bertukar gagasan dan menentukan jawaban yang paling
benar (MiftahulHuda, 2011: 138). Anita Lie (2004: 59) NHT merupakan
suatu tipe dari pembelajaran kooperatif pendekatan structural yang
memberi kesempatan pada peserta didik untuk saling berbagi ide dan
mempertimbangkan
jawaban mana yang paling tepat. NHT menurut
Trianto (2007: 62) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative pada
struktur kelas tradisional.
Menurut Ahmad Zuhdi (2010: 64) NHT merupakan suatu
pembelajaran kooperatif dimana peserta didik diberi nomor dan dibentuk
suatu kelompok, selanjutnya secara acak guru memanggil nomor dari
peserta didik. Senada dengan pendapat tersebut, Suprijono, (2013: 92)
menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
NHT diawali dengan penomoran pada masing-masing peserta didik dalam
kelompok selanjutnya guru memberikan pertanyaan secara acak dan
peserta didik berdiskusi untuk mencari jawabannya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran NHT merupakan suatu model pembelajaran dimana
peserta didik dibentuk menjadi beberapa kelompok sebagai sarana saling
bertukar ide dalam mencari jawaban dari pertanyaan yang guru berikan.
15
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe NHT
Menurut Trianto (2007: 62), berikut tahapan pembelajaran NHT :
a. Penomoran
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan
memberikan nomor kepada seluruh anggota kelompok.
b. Pengajuan pertanyaan
Guru mulai mengajukan pertanyaan kepada siswa.
c. Berpikir bersama
Siswa saling bertukar ide atau pendapat yang dimilikinya
bersama anggota kelompok dan menentukan jawabannya.
d. Pemberian jawaban
Guru memanggil nomor secara acak dari masing-masing
kelompok untuk menjelaskan jawabannya.
e. Pemberian penghargaan
Anggota kelompok lain bisa memberikan pendapatnya setelah
mendengarkan jawaban yang sudah dijelaskan.
c. Analisis unsur-unsur dalam Model Pembelajaran NHT
Menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) bahwa setiap
model pembelajaran memiliki beberapa unsur yaitu, sintagmatis (tahaptahap kegiatan), sistem social (situasi atau suasana), prinsip reaksi (perilaku
guru kepada peserta didik), sistem pendukung (sarana dan alat), dan
dampak instruksional dan pengiring. Unsur-unsur yang terdapat pada
model NHT adalah:
1. Sintagmatis
16
Menurut Trianto, (2009: 82) penerapan model NHT harus melalui 4
fase :
a. Fase 1 : Penomoran
Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang setiap
kelompoknya terdiri dari 3-5 peserta didik. Setiap anggota kelompok
diberi nomor 1-5.
b. Fase 2 : Pengajuan pertanyaan
Guru mengajukan atau memberikan pertanyaan maupun tugas kepada
peserta didik dalam kelompoknya.
c. Fase 3 : Berpikir bersama
Peserta didik saling bertukar pendapat, berdiskusi bersama untuk
mencari jawaban dari pertanyaan yang guru berikan. Dan seluruh
anggota kelompok harus memahami dan mengerti mengenai jawaban
yang telah ditentukan.
d. Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil nomor tertentu secara acak, selanjutnya peserta
didik yang dipanggil nomornya menyampaikan jawaban dari
pertanyaan yang guru berikan, selanjutnya lakukan seperti itu sampai
seluruh nomor menyampaikan jawabannya.
2. Prinsip Reaksi
Peran guru dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah
sebagai fasilitator dan terlibat secara langsung dalam pembelajaran.
Namun guru juga berperan sebagai pembimbing setiap kelompok
dengan membuat suasana yang menyenangkan. Guru menjelaskan
mengenai aturan pembelajaran yang akan berlangsung dengan baik
supaya peserta didik mampu memahami dengan baik juga. Guru
memberikan arahan pada peserta didik dalam membentuk kelompok
setelah terbentuk kelompok guru mengarahkan tentang cara berdiskusi
17
dalam kelompok. Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik
yang bernomor sama secara acak dan guru mengamati peserta didik
tersebut dalam diskusinya. Pemberian pertanyaan disampaikan dengan
jelas
supaya
peserta
didik
tidak
bingung
untuk
menjawab
pertanyaannya. Bila diperlukan, guru bisa membimbing dalam mencari
jawabannya. Guru memanggil nomor kepala yang sama. Peserta didik
menyampaikan jawabannya, guru memberikan pemantapan materi dan
melakukan klarifikasi bila ada peserta didik mengalami Miss konsepsi.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial yang terdapat pada model ini berlandaskan pada
proses demokrasi dan keputusan kelompok. Guru dan siswa memiliki
status yang sama, namun memiliki kedudukan peran yang berbeda
(Joyce, Weil dan Calhoun, 2009: 323). Guru tidak selalu menjadi
pusat perhatian, namun ada waktunya untuk menjadi pusat perhatian
tersebut
tertuju
kepada
peserta didik.
Sistem
sosial dalam
pembelajaran ini mengenai sikap saling membantu antar teman dalam
kelompok. Peserta didik
saling
bahu-membahu
dalam
mencari
jawaban yang paling tepat atas pertanyaan yang diterimanya. Setiap
anggota pasti memiliki jawaban yang berbeda-beda tentunya akan ada
pendapat yang diterima dan ditolak. Maka disinilah peserta didik akan
belajar saling menghargai dan menerima pendapat orang lain. Setelah
semua jawaban dibacakan oleh peserta didik maka akan terlihat
kelompok mana yang memiliki prestasi tertinggi dan terendah.
Kelompok yang memiliki prestasi rendah akan menerima kemenangan
orang lain dan juga menerima kekalahannya.
4. Daya Dukung
Daya dukung yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif
NHT adalah kondisi lingkungan fisik sesuai kebutuhan peserta didik
18
dalam pembelajaran seperti kebersihan dan kenyamanan ruang
kelas, adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang
proses pembelajaran yaitu meja, kursi, papan tulis, alat tulis dll.
Selain
itu,
guru juga harus
mempersiapkan
bahan
ajar
yang
digunakan yaitu berupa materi energi untuk peserta didik lengkap
dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau berupa pertanyaan yang
siap diajukan kepada peserta didik dan sumber belajar (buku dan
lingkungan sekitar peserta didik) yang berkaitan dengan materi
energi. Guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) sebelum melakukan kegiatan pembelajaran.
5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Dampak instruksional merupakan hasil belajar yang harus
dikuasai peserta didik berupa
menyelesaikan
pengalaman
kemampuan peserta didik setelah
belajarnya.
Secara
umum,
dampak
instruksional setelah peserta didik mengikuti pembelajaran IPA
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu proses
pembentukan dan pengelolaan kelompok dapat dilakukan dengan
efisien sesuai minat peserta didik namun masih dalam kontrol guru;
sehingga proses pembelajaran dengan
berkelompok dapat berjalan
dengan baik dan mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui
model pembelajaran kooperatif tipe
membiasakan peserta didik
NHT
untuk
ini,
diharapkan
membangun pengetahuannya
melalui diskusi kelompok, sehingga peserta didik
termotivasi
untuk
belajar.
Melalui
dapat
proses
akan lebih
kerja sama
dalam
kelompok, peserta didik berlatih untuk disiplin dan tanggung jawab
dari masing-masing anggota kelompok. Sehingga semua anggota
kelompok mampu berpartisipasi aktif di dalam diskusi.
19
Dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran IPA
materi gaya melalui model NHT adalah kemampuan menentukan
hubungan gaya dan
menjelaskan
pesawat sederhana. Dampak
pengiring adalah hasil belajar lain yang muncul dari suasana
pembelajaran yang dialami peserta didik diluar dari arahan guru.
d. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran NHT
Pada
setiap
model
tentunya
terdapat
kelebihan
maupun
kelemahannya. Sama juga dengan model NHT, Menurut MiftahulHuda
(2011: 39) yaitu memudahkan peserta didik dalam membagi tugas anggota
kelompok, memudahkan peserta didik untuk melaksanakan tanggung
jawabnya dalam mencari jawaban yang benar, juga mampu diterapkan
dalam semua mata pelajaran da tingkatan kelas. Mampu menyampaikan ide
atau gagasannya, saling menghargai pendapat orang lain, dan menerima
bila ide atau gagasan yang dimiliki belum digunakan, peserta didik juga
berlatih menjadi tutor sebaya dengan anggota yang belum paham.
Ada kelebihan, tentunya juga ada kekurangannya dari model NHT
ini adalah tidak semua peserta didik mendapat giliran untuk menyampaikan
jawabannya, peserta
didik yang kurang
pandai
akan cenderung
mengandalkan temannya saja sehingga tidak mau berpendapat.
e.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Prosedur penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dijelaskan dalam tabel 2.2 ini:
Tabel 2.2
Prosedur Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Kegiatan Guru
Sintaks
Kegiatan Siswa
20
1. Membagi kelas
1. Penomoran
menjadi beberapa
kelompok dan
pertanyaan
membagikan nomor
kepala pada setiap
siswa
pada
setiap kelompok
Mendengarkan
penjelasan dari
guru dan
3. Berpikir
menunggu arahan
bersama
atau perintah dari
4. Pemberian
2. Membacakan
pertanyaan
2. Pengajuan
1.
guru
jawaban
2. mendengarkan
5. Pemberian
dan menulis
penghargaan
3. Mendiskusikan
jawaban bersama
4. Menyimpulkan
pertanyaan dari
guru
3. mendiskusikan
untuk
jawaban dari hasil
menemukan
diskusi
jawabannya
5. Pemberian hadiah
4. Menyampaikan
hasil diskusinya
sesuai dengan
nomor yang
dipanggil
5. menerima
pemberian hadiah
dari guru
2.1.3
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian
Menurut Slavin, (2011: 21) STAD adalah penempatan siswa ke
dalam tim yang berbeda jenis kelamin, tingkat kinerja, suku bangsa. Guru
memberikan materi lalu peserta didik berdiskusi untuk memahami materi
21
tersebut. Setelah seluruh anggota memahami materi, peserta didik dites
kemampuannya secara individu.
Kokom Komalasari, (2010: 63)
menjelaskan bahwa STAD adalah suatu model pembelajaran dengan cara
mengelompokkan peserta didik secara heterogen, selanjutnya siswa yang
pandai menjelaskan pada anggota kelompok yang lain sampai mengerti.
Slavin, (2009: 143) membagi STAD menjadi beberapa komponen,
yaitu: (1) Presentasi kelas : Pada presentasi kelas, guru mengajarkan
materi kepada peserta didik dan memberitahukan aturan pembelajaran
STAD yang di dalamnya akan ada diskusi kelompok sebagai persiapan
kuis individual;
(2)
Tim :
Peserta didik
akan
dibentuk
menjadi
beberapa tim untuk mendiskusikan suatu materi dan mengerjakan soal
latihan sebagai persiapan mengikuti kuis individual; (3) Kuis : Siswa
melakukan kuis individual tanpa melalui bantuan dari timnya; (4)
Skor kemajuan individual : Skor individual dicatat oleh guru untuk
dibandingkan dengan skor awal. Skor kemajuan yang diperoleh akan
digunakan dalam menghitung skor tim; (5) Penghargaan tim : Tim yang
memperoleh
poin
tertinggi
akan
memperoleh
sertifikat
atau
penghargaan lainnya.
b. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan STAD
Langkah-langkah
Pembelajaran
Kooperatif
Model
STAD
menurut Rusman, (2013: 215).
1) Presentasi dari Guru
Guru menyajikan materi pembelajaran secara langsung kepada peserta
didik.
2) Pembagian Kelompok
Peserta didik dikelompokkan secara heterogen terdiri atas 4-5 anggota.
3) Kegiatan Belajar dalam Tim
22
Peserta didik menguasai materi yang diberikan oleh guru dan
mengerjakan
soal sebagai latihan sebelum melakukan kuis secara
individual.
4) Kuis (Evaluasi)
Peserta didik diberikan kuis secara individual untuk mengetahui
penguasaan materi yang dipelajari.
5) Penghargaan Prestasi Tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja peserta didik dan
diberikan angka dengan rentang 0-100.
c. Analisis komponen-komponen Model Pembelajaran STAD
Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) menyampaikan
dalam bukunya Model of Teaching, model pembelajaran tersusun atas
beberapa komponen.
Komponen
yang
terdapat pada
model
pembelajaran diantaranya berupa Sintaks, komponen prinsip reaksi atau
peran guru, komponen sistem sosial, komponen daya dukung berupa
sarana prasarana pelaksanaan model, juga dampak instruksional yaitu
hasil belajar peserta didik sesuai tujuan yang ingin dicapai dan dampak
pengiring sebagai akibat lain dari terciptanya suasana belajar dalam
model tertentu. Komponen-komponen dari model pembelajaran STAD
adalah sebagai berikut.
1.
Sintagmatis
Langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan
pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau
fase. Menurut Trianto (2009: 70-71) terdapat 6 fase pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Fase
Fase 1
Kegiatan Guru
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
23
memotivasi siswa
memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan informasi kepada siswa dengan
Menyajikan informasi
jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan
bacaan.
Fase 3
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
Mengorganisasikan siswa
membentuk kelompok belajar dan membantu
ke dalam kelompok
setiap kelompok agar melakukan transisi
kooperatif.
secara efisien.
Fase 4
Membimbing
Membimbing kelompok
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
kelompok-kelompok
belajar
bekerja dan belajar
Fase 5
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Evaluasi
diajarkan
atau
masing-masing
kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan penghargaan
upaya maupun hasil belajar individu atau
kelompok.
2. Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi menggambarkan perilaku guru terhadap peserta
didik saat berlangsungnya proses pembelajaran. Pada pembelajaran
kooperatif
tipe STAD
yaitu guru
bertindak sebagai
fasilitator;
menjelaskan aturan yang berlaku pada pembelajaran kali ini dan
mengelompokkan peserta didik berdasarkan tingkat prestasi, jenis
kelamin,
dan
ras.
Lebih
dari
sebagai fasilitator,
guru
juga
berperan sebagai konselor akademik bagi setiap kelompok sehingga
bisa terjalin hubungan yang akrab dan hangat antara peserta didik dan
guru. Saat proses diskusi berjalan, guru berkeliling memantau
24
aktivitas
peserta didik
pengarahan
dalam
apabila diperlukan.
peserta didik
dalam
kelompok,
Guru
kelompok
juga
memberikan
mengecek
kemampuan
dengan cara
memberikan
pertanyaan/soal. Miss konsepsi sering kali dialami oleh peserta
didik dalam melakukan kegiatan diskusi; supaya hal itu dapat
teratasi guru sebaiknya melakukan klarifikasi atas hasil diskusi/kerja
tim. Dalam rangka menguasai hasil belajar masing-masing peserta
didik, guru memberikan kuis secara individual.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial yang terdapat dalam model ini adalah
kerjasama dalam kelompok. Peserta didik saling membantu dalam
menguasai
materi
yang diberikan
guru.
Perbedaan
tingkat
intelektual, jenis kelamin, dan ras akan sangat berpengaruh dalam
melatih peserta didik menerima perbedaan di lingkungan sekitar.
Terbentuknya
rasa
tanggungjawab
bersama-sama
untuk
mendapatkan prestasi kelompok terbaik. Disaat peserta didik mulai
bingung dalam berdiskusi, guru akan bersikap menjadi teman
sebaya yang sedang memberikan tutor kepada anggotanya.
4. Daya Dukung
Bahan
pendukung
yang
utama
dibutuhkan
dalam
pembelajaran STAD yaitu ketersediaan bahan ajar yang akan
diberikan kepada peserta didik untuk setiap kelompok. Bahan
tersebut bisa berupa materi ataupun soal latihan. Daya dukung
yang juga tidak kalah pentingnya
adalah lingkungan fisikatau
ruang kelas yang bersih dan nyaman. Ketersediaan sarana dan
prasarana yang berupa meja, kursi, papan tulis, dll. Guru juga harus
mempersiapkan instrumen kuis individual. Dan guru juga harus
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), supaya
kegiatan pembelajaran bisa berjalan dengan baik sehingga dapat
25
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dan mempersiapkan
daftar
tingkat prestasi peserta didik untuk pedoman pembagian
kelompok.
5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Dampak instruksional merupakan hasil belajar peserta didik
setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Dampak instruksional
secara umum dimiliki peserta didik setelah mengikuti pembelajaran
IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu
peserta didik dapat
bertransisi
kedalam
tim
dengan
efisien,
menambah pengetahuannya melalui diskusi dengan teman sebaya,
sehingga peserta didik akan lebih bebas berekspresi tanpa ada rasa
takut. Peserta didik juga akan terbiasa untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran, tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru.
Secara
khusus,
dampak
instruksional
yang
ditimbulkan
dari
pembelajaran IPA dengan materi energi melalui model STAD
merupakan kemampuan menentukan hubungan gaya dan menjelaskan
pesawat sederhana. Dampak pengiring adalah kemampuan lain yang
muncul saat suasana kegiatan pembelajaran yang dialami peserta didik
diluar arahan dari guru. Secara umum dampak pengiring yang timbul
dari pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif
tipe STAD
yaitu peserta didik
mampu
berdiskusi
bersama kelompoknya yang heterogen, peserta didik yang memiliki
kemampuan akademik yang tinggi akan membantu
menjelaskan
kepada anggota yang mempunyai kemampuan akademik rendah.
Model pembelajaran ini akan mendorong peserta didik agar saling
mendorong
dan
membantu
satu
sama
lain
untuk menguasai
keterampilan yang diajarkan guru. Adanya rasa tanggung jawab
atas tugas yang diberikan kepada kelompoknya.Secara
khusus,
dampak pengiring yang akan didapat oleh peserta didik melalui
26
pembelajaran
menggunakan
model
STAD
adalah
melatih
ketekunan, konsentrasi, dan keaktifan peserta didik, menumbuhkan
sikap disiplin, toleransi, kerjasama, tanggung jawab. Disamping itu,
peserta didik akan berpikir kritis
dan
percaya
diri
untuk
menyampaikan pendapat ketika berdiskusi maupun presentasi.
d. Karakteristik Model Pembelajaran STAD
Menurut Adesanjaya (2011: 68) ada beberapa kelebihan dan
kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai
berikut. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,yaitu: 1.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. 2. Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk lebih intensif mengadakan
penyelidikan mengenai suatu masalah. 3. Mengembangkan bakat
kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. 4. Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan rasa menghargai,
menghormati temannya, dan mampu menghargai pendapat orang
lain. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, yaitu:
Kerja kelompok hanya melibatkan peserta didik yang mampu memimpin
dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang
menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.
e. Penerapan Model Pembelajaran STAD
Prosedur penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dijelaskan
dalam tabel 2.4
Tabel 2.3
Prosedur Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Kegiatan Guru
Sintaks
Kegiatan Siswa
27
1. Menyampaikan
materi.
guru.
2. Membagi
dalam
1. Presentasi dari
penjelasan dari
kelas
2. Pembagian
beberapa
kelompok.
kelompok.
3. Kegiatan
3. Membacakan
pertanyaan
belajar
pada
1. Mendengarkan
guru.
2. Menunggu arahan
dari guru.
dalam
tim.
3. Tiap kelompok
mencatat
masing-masing
4. Kuis (Evaluasi).
pertanyaan yang
kelompok.
5. Penghargaan
dibacakan guru
4. Membacakan
pertanyaan
setiap
Prestasi Tim.
pada
mendiskusikan
peserta
dengan anggota
didik.
kelompoknya.
5. Memeriksa
kerja
dan
hasil
peserta
didik.
4. Menulis
pertanyaan
individual yang
dibacakan oleh
guru.
5. Menerima hadiah
2.1.4
Hasil Belajar IPA
a. Pengertian
Menurut Slameto (2010: 54) terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi hasil belajar antara lain : (1)faktor intern, mencakup faktor
jasmani peserta didik, psikologi peserta didik, dan juga faktor peserta didik
yang kelelahan; (2) faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan
juga faktor dari masyarakat.
28
Sumaji (2003: 41) berpendapat bahwa hasil belajar IPA memiliki 2
aspek yaitu yang pertama aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan dan
keterampilan intelektual dan yang kedua aspek nonkognitif berkaitan dengan
sikap, keterampilan dan juga emosional. Dilihat dari berbagai segi, yang
pertama dari segi produk peserta didik diharapkan mampu menguasai konsep
IPA, kedua, segi sikap peserta didik diharapkan untuk mencari tahu bendabenda yang ada disekelilingnya secara kritis, berhati-hati dan bertanggung
jawab.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA
adalah hasil dari suatu proses yang didapatnya dari pengalaman belajar secara
langsung oleh peserta didik.
b. Pengukuran hasil belajar IPA
Menurut Sudjana (2016: 3) penilaian hasil belajar merupakan suatu
proses penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dengan
ketentuan tertentu. Hal ini menandakan pada objek yang dinilainya merupakan
hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik pada hakikatnya yaitu
perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengetahuan yang luas pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotoris.
Ranah-ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Ranah kognitif berkaitan
dengan hasil belajar intelektual yang
memiliki enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, analisis,
aplikasi, sintesis, dan evaluasi. Pada kedua aspek pertama disebut
dengan kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya
termasuk pada kognitif tingkat tinggi.
b. Ranah afektif yang berkaitan dengan sikap yang memiliki lima aspek
berupa penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, juga
internalisasi.
c. Ranah psikomotoris berkenaan pada hasil belajar keterampilan dan
kemampuan dalam tindakan. Terdapat enam aspek ranah psikomotoris
29
yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan
kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dari ketiga ranah tersebut menjadi suatu objek penilaian hasil belajar.
Di dalam ketiga ranah tersebut, para guru lebih memilih ranah kognitif karena
berkaitan pada kemampuan para peserta didiknya dalam menguasai isi bahan
pelajaran. Pada penelitian ini, penulis akan meneliti pada ranah kognitif mata
pelajaran IPA.
Endang Purwati (2008: 4) menyatakan bahwa pengukuran bisa diartikan
berupa kegiatan maupun upaya yang dilakukan untuk memberikan angka pada
suatu peristiwa atau benda maka dari itu hasil pengukuran akan selalu berupa
angka. Sedangkan menurut Kosasih (2014: 139) ada beberapa cara untuk
mengukur hasil belajar kognitif peserta didik yang bisa digunakan guru sesuai
dengan KD, yaitu berupa tes lisan, tes tertulis dan juga pemberian tugas.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penerapan model NHT dan STAD
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mujiono, Nugroho, E. N., Rahayu, E. S.
(2013), yang menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran NHT
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPA peserta didik. Hasil penelitian
Farida EstyPurwasih (2014), menujukkan adanya perbedaan pengaruh yang
signifikan pembelajaran menggunakan model NHT dan STAD terhadap hasil
belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA. Hasil belajar peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran NHT lebih tinggi dibandingkan STAD hasil
penelitian GM. Putra Aristyadharma, DB.KT.Semara Putra, I M. Ardana (2014)
menyatakan bahwa penggunaan model NHT berpengaruh positif dan signifikan
terhadap hasil belajar IPA peserta didik kelas V SD Gugus 1 Kuta. Hasil
penelitian Gusti Ayu Mas Eka Jayanti, Drs. I Ketut Ardana, MPd, Drs. Made
Putra, MPd (2014) menyatakan bahwa ada pengaruh yang
penggunaan model pembelajaran NHT terhadap hasil belajar IPA.
signifikan
30
Keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga telah
dibuktikan dari hasil penelitian Sudiarpa, NdaraTanggu Renda, Ni Wayan. Rati
(2015) yang menemukan bahwa hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran
IPA yang menggunakan model pembelajaran STAD lebih baik. Dibandingkan
menggunakan metode ceramah. Hasil
penelitian Farhan Fadoli (2012) juga
menyatakan bahwa terdapat hasil belajar IPA yang lebih baik dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dibandingkan ceramah.
2.3 Kerangka Pikir
Dalam kegiatan pembelajaran perlu cara untuk menarik perhatian peserta
didik supaya dengan senang hati ingin belajar dan memiliki rasa ingin tahu.
Karena dalam pembelajaran IPA peserta didik diminta untuk menemukan
pengetahuannya sendiri melalui pengalam langsung dalam kehidupan sehari-hari
di sekolah, keluarga ataupun dilingkungan masyarakat. Pembelajaran dengan
model STAD peserta didik akan lebih tertarik dan akan muncul rasa ingin
tahunya. Sehingga hal tersebut dapat memudahkan peserta didik mengerti dan
bisa mengerjakan soal ataupun dalam kegiatan sehari-hari. Pembelajaran dengan
model NHT peserta didik diberi kesempatan untuk saling berbagi suatu gagasan
untuk dipertimbangkan jawabannya yang paling tepat.
Langkah pertama yang dilakukan pada pembelajaran model NHT adalah
kegiatan penomoran yang mampu membawa dampak pengiring untuk siswa.
Melalui kegiatan penomoran, siswa mulai belajar untuk saling menerima
anggota kelompok yang mungkin saja tidak sesuai dengan keinginannya.
Memasuki sesi questioning, siswa diminta untuk lebih berkonsetrasi
memperhatikan guru memanggil nomor dan membacakan pertanyaan. Siswa
akan berdiskusi dan berpikir menemukan jawaban yang tepat dengan
kelompoknya. Walaupun kegiatan diskusi dalam berbentuk kelompok, setiap
anggota kelompok mempunyai tugasnya masing-masing yang harus
dipertanggungjawabkannya. Selanjutnya sesi answering, siswa dengan
percaya diri menuliskan jawaban dipapan tulis dan siswa lainnya
memperhatikan.
Berikutnya langkah yang terakhir
yaitu
pemberian
penghargaan untuk kelompok yang berprestasi. Pemberian penghargaan
sangat diperlukan dalam setiap pembelajaran, tidak harus berupa hadiah benda
namun bisa juga dengan sekedar ucapan terimakasih atau dengan tepuk tangan
dari seluruh siswa. Dalam hal ini, akan menumbuhkan sportifitas siswa. Setelah
melewati sintak yang terdapat pada model NHT dengan baik juga sesuai
31
prosedur, maka beberapa kompetensi tujuan pembelajaran akan tercapai
dengan baik. Pada pembelajaran kali ini, siswa mampu mempelajari gaya
dengan baik. Ketercapaian kompetensi inilah yang disebut hasil belajar.
Untuk lebih jelasnya kerangka pikir model pembelajaran NHT
digambarkan berikut ini pada gambar 2.5 berikut.
32
Gambar 2.5
Bagan Kerangka Pikir Model Pembelajaran NHT dan STAD
Pada model pembelajaran NHT dan STAD untuk lebih jelanya akan digambarkan
bagan berikut ini gambar 2.6
MODEL NHT
SINTAK
Toleransi
Konsentrasi
Kerjasama
Penomor
an
Mampu
menjelaskan
hubungan
antaragaya, gerak,
dan energy melalui
percobaan
Pengajuan
Pertanyaan
Berpikir
bersama
BertanggungJawab
Pemberian
jawaban
Percayadiri
Sportif
Pemberian
penghargaan
Toleransi
MODEL STAD
SINTAK
Mampu
menjelaskan
pesawat sederhana
yang bisa
mempermudah
pekerjaan
HASIL
BELAJAR
Konsentrasi
Disiplin
Toleransi
Presentasi dari guru
Pembagian kelompok
Kerjasama
Kegiatan dalam tim
Bertanggungjawab
Konsentrasi
Tekun
Sportif
Kuis
Pemberian penghargaan
Keterangan :
Dampak Instruksional
Dampak Pengiring
------------
33
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada susunan kerangka pikir diatas, dapat dirumuskan
suatu hipotesis sebagai berikut :
H0 : tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada siswa
kelas 5 SD Negeri Banyubiru 01 dan SD Negeri Banyubiru 03 dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT dan STAD.
Ha: terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada peserta didik
kelas 5 SD Negeri Banyubiru 01 dan SD Negeri Banyubiru 03 dengan
menggunakan model pembelajaran NHT dan STAD.
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kajian Teori
2.1.1
Hakikat IPA SD
a. Pengertian IPA
Ilmu pengetahuan alam berasal dari kata-kata Inggris yaitu natural
science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Sedangkan scienceartinya
ilmu
pengetahuan.
Jadi
ilmu
pengetahuan
alam
(IPA)
atau
sciencemerupakan ilmu yang mengkaji atau belajar tentang fenomena alam
yang terjadi di sekitar (Trianto, 2010:136). Berdasarkan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) tingkat SD/MI dalam
lampiran Permendiknas No. 22 Th 2006 tentang Standar Isi (SI) untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah, dinyatakan bahwa jika standar
kompetensi (SK) IPA merupakan suatu proses penemuan yang dalam
proses pembelajarannya menekankan
pada pengalaman langsung agar
mengembangkan kompetensi untuk menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. SK dan KD IPA di SD/MI adalah standar minimum
yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadikan
arahan dalam mengembangkan kurikulum di setiap satuan pendidikan.
Penguasaan IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan manusia dengan cara pemecahan masalah yang bisa
diidentifikasikan, oleh karena itu penerapan IPA sendiri perlu dilakukan
dengan bijaksana supaya tidak berdampak buruk bagi lingkungan sekitar.
Bahan pembelajaran IPA pada tingkat SD/MI diharapkan adanya suatu
penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat) yang diarahkan pada suatu pengalaman belajar untuk membuat
suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi kerja ilmiah
dengan bijaksana. Pembelajaran IPA SD/MI menekankan pada suatu
pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan penggunaan dan
8
9
pengembangan keterampilan proses maupun sikap ilmiah (Permendiknas
No 22 Tahun 2006).
Seperti yang telah diuraikan dalam BAB I, IPA merupakan ilmu
yang berhubungan dengan cara tahu tentang alam dengan cara yang diatur
baik-baik. IPA bukan hanya sekedar penguasaan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, ataupun hanya prinsip-prinsip saja tetapi juga
suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan mampu menjadi
sarana bagi peserta didik untuk mempelajari tentang diri sendiri dan
kehidupan di lingkungannya. Proses pembelajaran IPA sendiri menekankan
pada pengalaman langsung pada peserta didik untuk mengembangkan
kompetensinya. Namun juga penerapan IPA juga perlu dilakukan dengan
baik agar di lingkungan tidak berdampak buruk atau negative.
IPA adalah ilmu yang berkaitan dengan gejala alam dan suatu
kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, dan berlaku umum
berupa kumpulan dari suatu hasil observasi dan eksperimen (Usman
Samatowa, 2006: 2). Dalam Pusat Kurikulum (2006: 4) IPA adalah suatu
yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam dengan sistematis,
jadi IPA tidak hanya penguasaan suatu kumpulan pengetahuan berupa
fakta, konsep, ataupun prinsip tetapi juga suatu proses penemuan. Trianto
(2011: 136-137) IPA dibangun atas dasar dari produk ilmiah, proses
ilmiah, dan juga sikap ilmiah. Sumber yang sama dinyatakan juga bahwa
IPA merupakan kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara
umum terbatas pada gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode
ilmiah seperti observasi dan eksperimen dan menuntut sikap ilmiah seperti
rasa ingin tahu, terbuka, jujur. MaslichahAsy’ari (2006: 7) Sains
merupakan suatu pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh
dengan cara yang terkontrol. Sains selain sebagai produk tapi juga sebagai
proses bagaimana untuk mendapatkan pengetahuan tersebut. Menurut
Abdullah Aly dan Eni Rahma (2008: 18), IPA merupakan suatu pendekatan
10
teoritis yang diperoleh ataupun disusun menggunakan cara yang khas atau
khusus
yaitu
melakukan
observasi
eksperimentasi,
penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya yang saling
berkaitan.
Dari beberapa pendapat ahli yang sudah diuraikan mengenai
definisi IPA, dapat dirumuskan bahwa IPA merupakan ilmu yang
mempelajari sesuatu yang terjadi di alam sekitar bisa dengan pengalaman
secara langsung dalam kehidupan sehari-hari jadi bukan hanya sekedar
mengetahui fakta, konsep dan prinsip tetapi juga bisa dengan cara
menemukan sesuatu dari lingkungan sekitar dan menjadikannya sebuah
pengalaman.
b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA SD
Berdasarkan Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006
dinyatakan bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
IPA di SD/MI menjadi landasan atau sebagai standar minimum yang harus
dicapai oleh peserta didik dan menjadi arah pada pengembangan kurikulum
dalam satuan pendidikan. Ketercapaiannya didasarkan pada kemampuan
peserta didik, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh
guru. SK dan KD mata pelajaran IPA di kelas V SD Semester II dapat
dilihat pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran
IPA kelas 5 semester II
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya
5. Memahami hubungan antara
gaya, gerak, dan energi, serta
Fungsinya
5.1 Mendeskripsikan hubungan
antara gaya, gerak dan energi melalui
percobaan (gaya gravitasi, gaya
gesek, gaya magnet) .
11
5.2 Menjelaskan pesawat sederhana
yang dapat membuat pekerjaan lebih
mudah dan lebih cepat
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat
cahaya
6. Menerapkan sifat-sifat
cahaya melalui kegiatan
membuat
suatu karya/model
6.2 Membuat suatu karya/model,
misalnya periskop atau lensa dari
bahan sederhana dengan menerapkan
sifat-sifat cahaya
Bumi dan Alam Semesta
7. Memahami perubahan yang
terjadi di alam dan
hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam
7.1 Mendeskripsikan proses
pembentukan tanah karena
pelapukan.
7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
7.4 Mendeskripsikan proses daur air
dan kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya
7.5 Mendeskripsikan perlunya
penghematan air
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam
yang terjadi di Indonesia dan
dampaknya bagi makhluk hidup dan
lingkungan
7.7 Mengidentifikasi beberapa
kegiatan manusia yang dapat
mengubah permukaan bumi
(pertanian, perkotaan, dsb)
c. Pembelajaran IPA SD
Pembelajaran
adalah
membelajarkan
peserta
didik
dengan
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar. Pembelajaran
12
merupakan penentu utama suatu keberhasilan pendidikan (Syaiful Sagala,
2010: 61). Oemar Hamalik (2010; 57), menyatakan bahwa pembelajaran
adalah kombinasi yang tersusun dari beberapa unsur yaitu manusiawi,
material, fasilitator, perlengkapan dan juga proses yang mempengaruhi
untuk ketercapaian tujuan pembelajaran. Hamzah mendefinisikan (2014;
42) pembelajaran adalah perpaduan dari berbagai stimulus yang
menimbulkan siswa melakukan aktivitas belajar hingga memperoleh tujuan
yang diinginkan. Dari beberapa definisi tersebut tentang pembelajaran,
dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya pembelajaran adalah segala
bentuk kegiatan yang berorientasi pada proses belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Pembelajaran IPA di SD sangat penting bagi kehidupan
siswa. IPA bukan sekedar penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan
sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39).
Dari segi kognitifnya, peserta didik SD masih dalam tahap
perkembangan operasional konkret (untuk kelas rendah) dan tahap
operasional formal (untuk kelas tinggi), sehingga dalam pembelajaran dan
diperlukan alat peraga konkret untuk melatih penalaran dengan bermain
secara berkelompok. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41
Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, menyatakan: Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan
dengan keadaan dan kondisi peserta didik, dan juga karakteristik dari setiap
indikator dan kompetensi yang akan dicapai pada setiap mata pelajaran.
Selanjutnya Depdiknas (2007: 9) menyatakan bahwa dalam kegiatan inti
pada pembelajaran perlu memfasilitasi peserta didik pada pembelajaran
kooperatif dan kolaboratif.
d. Tujuan Pembelajaran IPA SD
13
Bersumber dalam Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi, IPA di SD/MI memiliki tujuan supaya peserta didik mampu:
1.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
4.
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
5.
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS
e. Penilaian IPA SD
Menurut Edi Hendri Mulyana (2010) Penilaian merupakan
penilaian yang dilakukan guru baik yang mencakup aktivitas penilaian
untuk mendapatkan nilai kualitatif maupun aktivitas pengukuran untuk
mendapatkan nilai kuantitatif (angka).
Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar.
Penilaian meliputi pengumpulan informasi melalui berbagai teknik
penilaian dan membuat keputusan berdasar hasil penilaian tersebut.
Penilaian memberi informasi pada guru tentang prestasi siswa terkait
dengan tujuan pembelajaran. Dengan informasi ini, guru membuat
keputusan berdasar hasil penilaian mengenai apa yang harus dilakukan
14
untuk meningkatkan metode pembelajaran dan memperkuat proses belajar
siswa (Heru Kuswanto, 2008:1).
2.1.2
Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
a. Pengertian
Ridwan, (2015: 44) mengungkapkan bahwa NHT merupakan
model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk berpikir
bersama dengan kelompoknya. Setiap anggota kelompok diberi nomor
dan
diberi kesempatan menjawab
pertanyaan
dari
guru. Model
NumberedHeadsTogether (NHT) memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk saling bertukar gagasan dan menentukan jawaban yang paling
benar (MiftahulHuda, 2011: 138). Anita Lie (2004: 59) NHT merupakan
suatu tipe dari pembelajaran kooperatif pendekatan structural yang
memberi kesempatan pada peserta didik untuk saling berbagi ide dan
mempertimbangkan
jawaban mana yang paling tepat. NHT menurut
Trianto (2007: 62) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative pada
struktur kelas tradisional.
Menurut Ahmad Zuhdi (2010: 64) NHT merupakan suatu
pembelajaran kooperatif dimana peserta didik diberi nomor dan dibentuk
suatu kelompok, selanjutnya secara acak guru memanggil nomor dari
peserta didik. Senada dengan pendapat tersebut, Suprijono, (2013: 92)
menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
NHT diawali dengan penomoran pada masing-masing peserta didik dalam
kelompok selanjutnya guru memberikan pertanyaan secara acak dan
peserta didik berdiskusi untuk mencari jawabannya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran NHT merupakan suatu model pembelajaran dimana
peserta didik dibentuk menjadi beberapa kelompok sebagai sarana saling
bertukar ide dalam mencari jawaban dari pertanyaan yang guru berikan.
15
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Tipe NHT
Menurut Trianto (2007: 62), berikut tahapan pembelajaran NHT :
a. Penomoran
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan
memberikan nomor kepada seluruh anggota kelompok.
b. Pengajuan pertanyaan
Guru mulai mengajukan pertanyaan kepada siswa.
c. Berpikir bersama
Siswa saling bertukar ide atau pendapat yang dimilikinya
bersama anggota kelompok dan menentukan jawabannya.
d. Pemberian jawaban
Guru memanggil nomor secara acak dari masing-masing
kelompok untuk menjelaskan jawabannya.
e. Pemberian penghargaan
Anggota kelompok lain bisa memberikan pendapatnya setelah
mendengarkan jawaban yang sudah dijelaskan.
c. Analisis unsur-unsur dalam Model Pembelajaran NHT
Menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) bahwa setiap
model pembelajaran memiliki beberapa unsur yaitu, sintagmatis (tahaptahap kegiatan), sistem social (situasi atau suasana), prinsip reaksi (perilaku
guru kepada peserta didik), sistem pendukung (sarana dan alat), dan
dampak instruksional dan pengiring. Unsur-unsur yang terdapat pada
model NHT adalah:
1. Sintagmatis
16
Menurut Trianto, (2009: 82) penerapan model NHT harus melalui 4
fase :
a. Fase 1 : Penomoran
Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang setiap
kelompoknya terdiri dari 3-5 peserta didik. Setiap anggota kelompok
diberi nomor 1-5.
b. Fase 2 : Pengajuan pertanyaan
Guru mengajukan atau memberikan pertanyaan maupun tugas kepada
peserta didik dalam kelompoknya.
c. Fase 3 : Berpikir bersama
Peserta didik saling bertukar pendapat, berdiskusi bersama untuk
mencari jawaban dari pertanyaan yang guru berikan. Dan seluruh
anggota kelompok harus memahami dan mengerti mengenai jawaban
yang telah ditentukan.
d. Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil nomor tertentu secara acak, selanjutnya peserta
didik yang dipanggil nomornya menyampaikan jawaban dari
pertanyaan yang guru berikan, selanjutnya lakukan seperti itu sampai
seluruh nomor menyampaikan jawabannya.
2. Prinsip Reaksi
Peran guru dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah
sebagai fasilitator dan terlibat secara langsung dalam pembelajaran.
Namun guru juga berperan sebagai pembimbing setiap kelompok
dengan membuat suasana yang menyenangkan. Guru menjelaskan
mengenai aturan pembelajaran yang akan berlangsung dengan baik
supaya peserta didik mampu memahami dengan baik juga. Guru
memberikan arahan pada peserta didik dalam membentuk kelompok
setelah terbentuk kelompok guru mengarahkan tentang cara berdiskusi
17
dalam kelompok. Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik
yang bernomor sama secara acak dan guru mengamati peserta didik
tersebut dalam diskusinya. Pemberian pertanyaan disampaikan dengan
jelas
supaya
peserta
didik
tidak
bingung
untuk
menjawab
pertanyaannya. Bila diperlukan, guru bisa membimbing dalam mencari
jawabannya. Guru memanggil nomor kepala yang sama. Peserta didik
menyampaikan jawabannya, guru memberikan pemantapan materi dan
melakukan klarifikasi bila ada peserta didik mengalami Miss konsepsi.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial yang terdapat pada model ini berlandaskan pada
proses demokrasi dan keputusan kelompok. Guru dan siswa memiliki
status yang sama, namun memiliki kedudukan peran yang berbeda
(Joyce, Weil dan Calhoun, 2009: 323). Guru tidak selalu menjadi
pusat perhatian, namun ada waktunya untuk menjadi pusat perhatian
tersebut
tertuju
kepada
peserta didik.
Sistem
sosial dalam
pembelajaran ini mengenai sikap saling membantu antar teman dalam
kelompok. Peserta didik
saling
bahu-membahu
dalam
mencari
jawaban yang paling tepat atas pertanyaan yang diterimanya. Setiap
anggota pasti memiliki jawaban yang berbeda-beda tentunya akan ada
pendapat yang diterima dan ditolak. Maka disinilah peserta didik akan
belajar saling menghargai dan menerima pendapat orang lain. Setelah
semua jawaban dibacakan oleh peserta didik maka akan terlihat
kelompok mana yang memiliki prestasi tertinggi dan terendah.
Kelompok yang memiliki prestasi rendah akan menerima kemenangan
orang lain dan juga menerima kekalahannya.
4. Daya Dukung
Daya dukung yang diperlukan dalam pembelajaran kooperatif
NHT adalah kondisi lingkungan fisik sesuai kebutuhan peserta didik
18
dalam pembelajaran seperti kebersihan dan kenyamanan ruang
kelas, adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang
proses pembelajaran yaitu meja, kursi, papan tulis, alat tulis dll.
Selain
itu,
guru juga harus
mempersiapkan
bahan
ajar
yang
digunakan yaitu berupa materi energi untuk peserta didik lengkap
dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau berupa pertanyaan yang
siap diajukan kepada peserta didik dan sumber belajar (buku dan
lingkungan sekitar peserta didik) yang berkaitan dengan materi
energi. Guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) sebelum melakukan kegiatan pembelajaran.
5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Dampak instruksional merupakan hasil belajar yang harus
dikuasai peserta didik berupa
menyelesaikan
pengalaman
kemampuan peserta didik setelah
belajarnya.
Secara
umum,
dampak
instruksional setelah peserta didik mengikuti pembelajaran IPA
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu proses
pembentukan dan pengelolaan kelompok dapat dilakukan dengan
efisien sesuai minat peserta didik namun masih dalam kontrol guru;
sehingga proses pembelajaran dengan
berkelompok dapat berjalan
dengan baik dan mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui
model pembelajaran kooperatif tipe
membiasakan peserta didik
NHT
untuk
ini,
diharapkan
membangun pengetahuannya
melalui diskusi kelompok, sehingga peserta didik
termotivasi
untuk
belajar.
Melalui
dapat
proses
akan lebih
kerja sama
dalam
kelompok, peserta didik berlatih untuk disiplin dan tanggung jawab
dari masing-masing anggota kelompok. Sehingga semua anggota
kelompok mampu berpartisipasi aktif di dalam diskusi.
19
Dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran IPA
materi gaya melalui model NHT adalah kemampuan menentukan
hubungan gaya dan
menjelaskan
pesawat sederhana. Dampak
pengiring adalah hasil belajar lain yang muncul dari suasana
pembelajaran yang dialami peserta didik diluar dari arahan guru.
d. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran NHT
Pada
setiap
model
tentunya
terdapat
kelebihan
maupun
kelemahannya. Sama juga dengan model NHT, Menurut MiftahulHuda
(2011: 39) yaitu memudahkan peserta didik dalam membagi tugas anggota
kelompok, memudahkan peserta didik untuk melaksanakan tanggung
jawabnya dalam mencari jawaban yang benar, juga mampu diterapkan
dalam semua mata pelajaran da tingkatan kelas. Mampu menyampaikan ide
atau gagasannya, saling menghargai pendapat orang lain, dan menerima
bila ide atau gagasan yang dimiliki belum digunakan, peserta didik juga
berlatih menjadi tutor sebaya dengan anggota yang belum paham.
Ada kelebihan, tentunya juga ada kekurangannya dari model NHT
ini adalah tidak semua peserta didik mendapat giliran untuk menyampaikan
jawabannya, peserta
didik yang kurang
pandai
akan cenderung
mengandalkan temannya saja sehingga tidak mau berpendapat.
e.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Prosedur penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dijelaskan dalam tabel 2.2 ini:
Tabel 2.2
Prosedur Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Kegiatan Guru
Sintaks
Kegiatan Siswa
20
1. Membagi kelas
1. Penomoran
menjadi beberapa
kelompok dan
pertanyaan
membagikan nomor
kepala pada setiap
siswa
pada
setiap kelompok
Mendengarkan
penjelasan dari
guru dan
3. Berpikir
menunggu arahan
bersama
atau perintah dari
4. Pemberian
2. Membacakan
pertanyaan
2. Pengajuan
1.
guru
jawaban
2. mendengarkan
5. Pemberian
dan menulis
penghargaan
3. Mendiskusikan
jawaban bersama
4. Menyimpulkan
pertanyaan dari
guru
3. mendiskusikan
untuk
jawaban dari hasil
menemukan
diskusi
jawabannya
5. Pemberian hadiah
4. Menyampaikan
hasil diskusinya
sesuai dengan
nomor yang
dipanggil
5. menerima
pemberian hadiah
dari guru
2.1.3
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian
Menurut Slavin, (2011: 21) STAD adalah penempatan siswa ke
dalam tim yang berbeda jenis kelamin, tingkat kinerja, suku bangsa. Guru
memberikan materi lalu peserta didik berdiskusi untuk memahami materi
21
tersebut. Setelah seluruh anggota memahami materi, peserta didik dites
kemampuannya secara individu.
Kokom Komalasari, (2010: 63)
menjelaskan bahwa STAD adalah suatu model pembelajaran dengan cara
mengelompokkan peserta didik secara heterogen, selanjutnya siswa yang
pandai menjelaskan pada anggota kelompok yang lain sampai mengerti.
Slavin, (2009: 143) membagi STAD menjadi beberapa komponen,
yaitu: (1) Presentasi kelas : Pada presentasi kelas, guru mengajarkan
materi kepada peserta didik dan memberitahukan aturan pembelajaran
STAD yang di dalamnya akan ada diskusi kelompok sebagai persiapan
kuis individual;
(2)
Tim :
Peserta didik
akan
dibentuk
menjadi
beberapa tim untuk mendiskusikan suatu materi dan mengerjakan soal
latihan sebagai persiapan mengikuti kuis individual; (3) Kuis : Siswa
melakukan kuis individual tanpa melalui bantuan dari timnya; (4)
Skor kemajuan individual : Skor individual dicatat oleh guru untuk
dibandingkan dengan skor awal. Skor kemajuan yang diperoleh akan
digunakan dalam menghitung skor tim; (5) Penghargaan tim : Tim yang
memperoleh
poin
tertinggi
akan
memperoleh
sertifikat
atau
penghargaan lainnya.
b. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan STAD
Langkah-langkah
Pembelajaran
Kooperatif
Model
STAD
menurut Rusman, (2013: 215).
1) Presentasi dari Guru
Guru menyajikan materi pembelajaran secara langsung kepada peserta
didik.
2) Pembagian Kelompok
Peserta didik dikelompokkan secara heterogen terdiri atas 4-5 anggota.
3) Kegiatan Belajar dalam Tim
22
Peserta didik menguasai materi yang diberikan oleh guru dan
mengerjakan
soal sebagai latihan sebelum melakukan kuis secara
individual.
4) Kuis (Evaluasi)
Peserta didik diberikan kuis secara individual untuk mengetahui
penguasaan materi yang dipelajari.
5) Penghargaan Prestasi Tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja peserta didik dan
diberikan angka dengan rentang 0-100.
c. Analisis komponen-komponen Model Pembelajaran STAD
Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) menyampaikan
dalam bukunya Model of Teaching, model pembelajaran tersusun atas
beberapa komponen.
Komponen
yang
terdapat pada
model
pembelajaran diantaranya berupa Sintaks, komponen prinsip reaksi atau
peran guru, komponen sistem sosial, komponen daya dukung berupa
sarana prasarana pelaksanaan model, juga dampak instruksional yaitu
hasil belajar peserta didik sesuai tujuan yang ingin dicapai dan dampak
pengiring sebagai akibat lain dari terciptanya suasana belajar dalam
model tertentu. Komponen-komponen dari model pembelajaran STAD
adalah sebagai berikut.
1.
Sintagmatis
Langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan
pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau
fase. Menurut Trianto (2009: 70-71) terdapat 6 fase pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Fase
Fase 1
Kegiatan Guru
Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
23
memotivasi siswa
memotivasi siswa belajar.
Fase 2
Menyajikan informasi kepada siswa dengan
Menyajikan informasi
jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan
bacaan.
Fase 3
Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
Mengorganisasikan siswa
membentuk kelompok belajar dan membantu
ke dalam kelompok
setiap kelompok agar melakukan transisi
kooperatif.
secara efisien.
Fase 4
Membimbing
Membimbing kelompok
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
kelompok-kelompok
belajar
bekerja dan belajar
Fase 5
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Evaluasi
diajarkan
atau
masing-masing
kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan penghargaan
upaya maupun hasil belajar individu atau
kelompok.
2. Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi menggambarkan perilaku guru terhadap peserta
didik saat berlangsungnya proses pembelajaran. Pada pembelajaran
kooperatif
tipe STAD
yaitu guru
bertindak sebagai
fasilitator;
menjelaskan aturan yang berlaku pada pembelajaran kali ini dan
mengelompokkan peserta didik berdasarkan tingkat prestasi, jenis
kelamin,
dan
ras.
Lebih
dari
sebagai fasilitator,
guru
juga
berperan sebagai konselor akademik bagi setiap kelompok sehingga
bisa terjalin hubungan yang akrab dan hangat antara peserta didik dan
guru. Saat proses diskusi berjalan, guru berkeliling memantau
24
aktivitas
peserta didik
pengarahan
dalam
apabila diperlukan.
peserta didik
dalam
kelompok,
Guru
kelompok
juga
memberikan
mengecek
kemampuan
dengan cara
memberikan
pertanyaan/soal. Miss konsepsi sering kali dialami oleh peserta
didik dalam melakukan kegiatan diskusi; supaya hal itu dapat
teratasi guru sebaiknya melakukan klarifikasi atas hasil diskusi/kerja
tim. Dalam rangka menguasai hasil belajar masing-masing peserta
didik, guru memberikan kuis secara individual.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial yang terdapat dalam model ini adalah
kerjasama dalam kelompok. Peserta didik saling membantu dalam
menguasai
materi
yang diberikan
guru.
Perbedaan
tingkat
intelektual, jenis kelamin, dan ras akan sangat berpengaruh dalam
melatih peserta didik menerima perbedaan di lingkungan sekitar.
Terbentuknya
rasa
tanggungjawab
bersama-sama
untuk
mendapatkan prestasi kelompok terbaik. Disaat peserta didik mulai
bingung dalam berdiskusi, guru akan bersikap menjadi teman
sebaya yang sedang memberikan tutor kepada anggotanya.
4. Daya Dukung
Bahan
pendukung
yang
utama
dibutuhkan
dalam
pembelajaran STAD yaitu ketersediaan bahan ajar yang akan
diberikan kepada peserta didik untuk setiap kelompok. Bahan
tersebut bisa berupa materi ataupun soal latihan. Daya dukung
yang juga tidak kalah pentingnya
adalah lingkungan fisikatau
ruang kelas yang bersih dan nyaman. Ketersediaan sarana dan
prasarana yang berupa meja, kursi, papan tulis, dll. Guru juga harus
mempersiapkan instrumen kuis individual. Dan guru juga harus
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), supaya
kegiatan pembelajaran bisa berjalan dengan baik sehingga dapat
25
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan dan mempersiapkan
daftar
tingkat prestasi peserta didik untuk pedoman pembagian
kelompok.
5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring
Dampak instruksional merupakan hasil belajar peserta didik
setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Dampak instruksional
secara umum dimiliki peserta didik setelah mengikuti pembelajaran
IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu
peserta didik dapat
bertransisi
kedalam
tim
dengan
efisien,
menambah pengetahuannya melalui diskusi dengan teman sebaya,
sehingga peserta didik akan lebih bebas berekspresi tanpa ada rasa
takut. Peserta didik juga akan terbiasa untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran, tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru.
Secara
khusus,
dampak
instruksional
yang
ditimbulkan
dari
pembelajaran IPA dengan materi energi melalui model STAD
merupakan kemampuan menentukan hubungan gaya dan menjelaskan
pesawat sederhana. Dampak pengiring adalah kemampuan lain yang
muncul saat suasana kegiatan pembelajaran yang dialami peserta didik
diluar arahan dari guru. Secara umum dampak pengiring yang timbul
dari pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif
tipe STAD
yaitu peserta didik
mampu
berdiskusi
bersama kelompoknya yang heterogen, peserta didik yang memiliki
kemampuan akademik yang tinggi akan membantu
menjelaskan
kepada anggota yang mempunyai kemampuan akademik rendah.
Model pembelajaran ini akan mendorong peserta didik agar saling
mendorong
dan
membantu
satu
sama
lain
untuk menguasai
keterampilan yang diajarkan guru. Adanya rasa tanggung jawab
atas tugas yang diberikan kepada kelompoknya.Secara
khusus,
dampak pengiring yang akan didapat oleh peserta didik melalui
26
pembelajaran
menggunakan
model
STAD
adalah
melatih
ketekunan, konsentrasi, dan keaktifan peserta didik, menumbuhkan
sikap disiplin, toleransi, kerjasama, tanggung jawab. Disamping itu,
peserta didik akan berpikir kritis
dan
percaya
diri
untuk
menyampaikan pendapat ketika berdiskusi maupun presentasi.
d. Karakteristik Model Pembelajaran STAD
Menurut Adesanjaya (2011: 68) ada beberapa kelebihan dan
kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai
berikut. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,yaitu: 1.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. 2. Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk lebih intensif mengadakan
penyelidikan mengenai suatu masalah. 3. Mengembangkan bakat
kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. 4. Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan rasa menghargai,
menghormati temannya, dan mampu menghargai pendapat orang
lain. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, yaitu:
Kerja kelompok hanya melibatkan peserta didik yang mampu memimpin
dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang
menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.
e. Penerapan Model Pembelajaran STAD
Prosedur penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dijelaskan
dalam tabel 2.4
Tabel 2.3
Prosedur Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Kegiatan Guru
Sintaks
Kegiatan Siswa
27
1. Menyampaikan
materi.
guru.
2. Membagi
dalam
1. Presentasi dari
penjelasan dari
kelas
2. Pembagian
beberapa
kelompok.
kelompok.
3. Kegiatan
3. Membacakan
pertanyaan
belajar
pada
1. Mendengarkan
guru.
2. Menunggu arahan
dari guru.
dalam
tim.
3. Tiap kelompok
mencatat
masing-masing
4. Kuis (Evaluasi).
pertanyaan yang
kelompok.
5. Penghargaan
dibacakan guru
4. Membacakan
pertanyaan
setiap
Prestasi Tim.
pada
mendiskusikan
peserta
dengan anggota
didik.
kelompoknya.
5. Memeriksa
kerja
dan
hasil
peserta
didik.
4. Menulis
pertanyaan
individual yang
dibacakan oleh
guru.
5. Menerima hadiah
2.1.4
Hasil Belajar IPA
a. Pengertian
Menurut Slameto (2010: 54) terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi hasil belajar antara lain : (1)faktor intern, mencakup faktor
jasmani peserta didik, psikologi peserta didik, dan juga faktor peserta didik
yang kelelahan; (2) faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan
juga faktor dari masyarakat.
28
Sumaji (2003: 41) berpendapat bahwa hasil belajar IPA memiliki 2
aspek yaitu yang pertama aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan dan
keterampilan intelektual dan yang kedua aspek nonkognitif berkaitan dengan
sikap, keterampilan dan juga emosional. Dilihat dari berbagai segi, yang
pertama dari segi produk peserta didik diharapkan mampu menguasai konsep
IPA, kedua, segi sikap peserta didik diharapkan untuk mencari tahu bendabenda yang ada disekelilingnya secara kritis, berhati-hati dan bertanggung
jawab.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA
adalah hasil dari suatu proses yang didapatnya dari pengalaman belajar secara
langsung oleh peserta didik.
b. Pengukuran hasil belajar IPA
Menurut Sudjana (2016: 3) penilaian hasil belajar merupakan suatu
proses penilaian terhadap hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dengan
ketentuan tertentu. Hal ini menandakan pada objek yang dinilainya merupakan
hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik pada hakikatnya yaitu
perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengetahuan yang luas pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotoris.
Ranah-ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Ranah kognitif berkaitan
dengan hasil belajar intelektual yang
memiliki enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, analisis,
aplikasi, sintesis, dan evaluasi. Pada kedua aspek pertama disebut
dengan kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya
termasuk pada kognitif tingkat tinggi.
b. Ranah afektif yang berkaitan dengan sikap yang memiliki lima aspek
berupa penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, juga
internalisasi.
c. Ranah psikomotoris berkenaan pada hasil belajar keterampilan dan
kemampuan dalam tindakan. Terdapat enam aspek ranah psikomotoris
29
yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan
kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Dari ketiga ranah tersebut menjadi suatu objek penilaian hasil belajar.
Di dalam ketiga ranah tersebut, para guru lebih memilih ranah kognitif karena
berkaitan pada kemampuan para peserta didiknya dalam menguasai isi bahan
pelajaran. Pada penelitian ini, penulis akan meneliti pada ranah kognitif mata
pelajaran IPA.
Endang Purwati (2008: 4) menyatakan bahwa pengukuran bisa diartikan
berupa kegiatan maupun upaya yang dilakukan untuk memberikan angka pada
suatu peristiwa atau benda maka dari itu hasil pengukuran akan selalu berupa
angka. Sedangkan menurut Kosasih (2014: 139) ada beberapa cara untuk
mengukur hasil belajar kognitif peserta didik yang bisa digunakan guru sesuai
dengan KD, yaitu berupa tes lisan, tes tertulis dan juga pemberian tugas.
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penerapan model NHT dan STAD
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Mujiono, Nugroho, E. N., Rahayu, E. S.
(2013), yang menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran NHT
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPA peserta didik. Hasil penelitian
Farida EstyPurwasih (2014), menujukkan adanya perbedaan pengaruh yang
signifikan pembelajaran menggunakan model NHT dan STAD terhadap hasil
belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA. Hasil belajar peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran NHT lebih tinggi dibandingkan STAD hasil
penelitian GM. Putra Aristyadharma, DB.KT.Semara Putra, I M. Ardana (2014)
menyatakan bahwa penggunaan model NHT berpengaruh positif dan signifikan
terhadap hasil belajar IPA peserta didik kelas V SD Gugus 1 Kuta. Hasil
penelitian Gusti Ayu Mas Eka Jayanti, Drs. I Ketut Ardana, MPd, Drs. Made
Putra, MPd (2014) menyatakan bahwa ada pengaruh yang
penggunaan model pembelajaran NHT terhadap hasil belajar IPA.
signifikan
30
Keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga telah
dibuktikan dari hasil penelitian Sudiarpa, NdaraTanggu Renda, Ni Wayan. Rati
(2015) yang menemukan bahwa hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran
IPA yang menggunakan model pembelajaran STAD lebih baik. Dibandingkan
menggunakan metode ceramah. Hasil
penelitian Farhan Fadoli (2012) juga
menyatakan bahwa terdapat hasil belajar IPA yang lebih baik dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dibandingkan ceramah.
2.3 Kerangka Pikir
Dalam kegiatan pembelajaran perlu cara untuk menarik perhatian peserta
didik supaya dengan senang hati ingin belajar dan memiliki rasa ingin tahu.
Karena dalam pembelajaran IPA peserta didik diminta untuk menemukan
pengetahuannya sendiri melalui pengalam langsung dalam kehidupan sehari-hari
di sekolah, keluarga ataupun dilingkungan masyarakat. Pembelajaran dengan
model STAD peserta didik akan lebih tertarik dan akan muncul rasa ingin
tahunya. Sehingga hal tersebut dapat memudahkan peserta didik mengerti dan
bisa mengerjakan soal ataupun dalam kegiatan sehari-hari. Pembelajaran dengan
model NHT peserta didik diberi kesempatan untuk saling berbagi suatu gagasan
untuk dipertimbangkan jawabannya yang paling tepat.
Langkah pertama yang dilakukan pada pembelajaran model NHT adalah
kegiatan penomoran yang mampu membawa dampak pengiring untuk siswa.
Melalui kegiatan penomoran, siswa mulai belajar untuk saling menerima
anggota kelompok yang mungkin saja tidak sesuai dengan keinginannya.
Memasuki sesi questioning, siswa diminta untuk lebih berkonsetrasi
memperhatikan guru memanggil nomor dan membacakan pertanyaan. Siswa
akan berdiskusi dan berpikir menemukan jawaban yang tepat dengan
kelompoknya. Walaupun kegiatan diskusi dalam berbentuk kelompok, setiap
anggota kelompok mempunyai tugasnya masing-masing yang harus
dipertanggungjawabkannya. Selanjutnya sesi answering, siswa dengan
percaya diri menuliskan jawaban dipapan tulis dan siswa lainnya
memperhatikan.
Berikutnya langkah yang terakhir
yaitu
pemberian
penghargaan untuk kelompok yang berprestasi. Pemberian penghargaan
sangat diperlukan dalam setiap pembelajaran, tidak harus berupa hadiah benda
namun bisa juga dengan sekedar ucapan terimakasih atau dengan tepuk tangan
dari seluruh siswa. Dalam hal ini, akan menumbuhkan sportifitas siswa. Setelah
melewati sintak yang terdapat pada model NHT dengan baik juga sesuai
31
prosedur, maka beberapa kompetensi tujuan pembelajaran akan tercapai
dengan baik. Pada pembelajaran kali ini, siswa mampu mempelajari gaya
dengan baik. Ketercapaian kompetensi inilah yang disebut hasil belajar.
Untuk lebih jelasnya kerangka pikir model pembelajaran NHT
digambarkan berikut ini pada gambar 2.5 berikut.
32
Gambar 2.5
Bagan Kerangka Pikir Model Pembelajaran NHT dan STAD
Pada model pembelajaran NHT dan STAD untuk lebih jelanya akan digambarkan
bagan berikut ini gambar 2.6
MODEL NHT
SINTAK
Toleransi
Konsentrasi
Kerjasama
Penomor
an
Mampu
menjelaskan
hubungan
antaragaya, gerak,
dan energy melalui
percobaan
Pengajuan
Pertanyaan
Berpikir
bersama
BertanggungJawab
Pemberian
jawaban
Percayadiri
Sportif
Pemberian
penghargaan
Toleransi
MODEL STAD
SINTAK
Mampu
menjelaskan
pesawat sederhana
yang bisa
mempermudah
pekerjaan
HASIL
BELAJAR
Konsentrasi
Disiplin
Toleransi
Presentasi dari guru
Pembagian kelompok
Kerjasama
Kegiatan dalam tim
Bertanggungjawab
Konsentrasi
Tekun
Sportif
Kuis
Pemberian penghargaan
Keterangan :
Dampak Instruksional
Dampak Pengiring
------------
33
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada susunan kerangka pikir diatas, dapat dirumuskan
suatu hipotesis sebagai berikut :
H0 : tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada siswa
kelas 5 SD Negeri Banyubiru 01 dan SD Negeri Banyubiru 03 dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT dan STAD.
Ha: terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada peserta didik
kelas 5 SD Negeri Banyubiru 01 dan SD Negeri Banyubiru 03 dengan
menggunakan model pembelajaran NHT dan STAD.